Informasi Dokumen
- Penulis:
- Willem Rany Soraya
- Sekolah: Universitas Sanata Dharma
- Mata Pelajaran: Farmasi
- Topik: Perbandingan Proses Pengadaan Obat di Apotek Sanata Dharma dan Apotek K-24 di Yogyakarta tahun 2015
- Tipe: skripsi
- Tahun: 2015
- Kota: Yogyakarta
Ringkasan Dokumen
I. PENGANTAR
Bagian ini menjelaskan latar belakang pentingnya pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan di apotek. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses pengadaan obat di Apotek Sanata Dharma dan Apotek K-24. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif non-analitik, yang meliputi wawancara dan analisis data kuantitatif. Penelitian ini juga menjelaskan peran penting apoteker dalam proses pengadaan obat dan dampaknya terhadap kepercayaan konsumen.
1.1. Latar Belakang
Latar belakang penelitian ini menyoroti pentingnya manajemen pengadaan obat yang baik untuk menjaga kepercayaan konsumen. Kekurangan obat dapat menurunkan kepercayaan konsumen terhadap apotek. Oleh karena itu, sistem manajemen pengadaan obat perlu dikelola dengan baik untuk menjamin ketersediaan obat yang berkualitas.
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai perbedaan proses pengadaan obat antara Apotek Sanata Dharma dan Apotek K-24. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan kedua sistem pengadaan obat yang digunakan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam manajemen pengadaan obat antara kedua apotek. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi bagi pengelolaan apotek di masa mendatang.
II. PENELAAHAN PUSTAKA
Bagian ini membahas konsep dasar pengadaan obat dan tinjauan umum mengenai Apotek Sanata Dharma dan Apotek K-24. Pengadaan obat merupakan proses penting dalam manajemen kefarmasian yang mempengaruhi kualitas pelayanan. Terdapat berbagai metode perencanaan dan pengadaan yang perlu dipahami dalam konteks ini.
2.1. Tinjauan Umum Apotek
Apotek Sanata Dharma dan K-24 memiliki karakteristik yang berbeda. Apotek K-24 adalah jaringan apotek yang memiliki sistem manajemen terpusat, sedangkan Apotek Sanata Dharma beroperasi sebagai unit usaha fakultas yang juga berfungsi sebagai tempat praktik mahasiswa. Kedua apotek ini memiliki tujuan pelayanan yang berbeda meskipun sama-sama menyediakan obat.
2.2. Pengadaan Obat
Proses pengadaan obat meliputi perencanaan dan pelaksanaan yang harus memenuhi standar kualitas. Ada beberapa metode perencanaan yang dapat digunakan, termasuk metode epidemiologi dan konsumsi. Pengadaan yang efektif menjamin ketersediaan obat yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan.
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif non-analitik. Data dikumpulkan melalui wawancara dan analisis pembukuan, yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan perbandingan antara kedua apotek. Penelitian ini juga membahas variabel yang diukur dan definisi operasional dari masing-masing variabel.
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif non-analitik, yang bertujuan untuk menggambarkan dan membandingkan proses pengadaan obat di kedua apotek. Data yang diperoleh dari wawancara dan pembukuan akan dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan antara kedua sistem.
3.2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian terdiri dari apoteker yang bekerja di Apotek Sanata Dharma dan K-24. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai proses pengadaan obat yang mereka lakukan, serta tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan obat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam proses pengadaan obat antara Apotek K-24 dan Apotek Sanata Dharma. Proses pengadaan di K-24 lebih terorganisir dengan sistem yang terintegrasi, sedangkan Sanata Dharma lebih bergantung pada pengelolaan manual oleh apoteker.
4.1. Profil Pengadaan di Apotek K-24
Apotek K-24 menggunakan sistem pembelian harian yang terintegrasi dengan software manajemen. Proses ini memastikan kecepatan dan efisiensi dalam pengadaan, serta memungkinkan pemantauan secara real-time. Frekuensi pembelian juga lebih tinggi dibandingkan dengan Sanata Dharma, yang menunjukkan kebutuhan yang lebih dinamis.
4.2. Profil Pengadaan di Apotek Sanata Dharma
Sebaliknya, Apotek Sanata Dharma lebih mengandalkan pencatatan manual dan keputusan yang diambil oleh apoteker. Proses ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dan potensi kekurangan obat, terutama dalam situasi permintaan yang tinggi. Pengelolaan yang lebih manual ini juga berpotensi menurunkan kepercayaan konsumen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam proses pengadaan obat antara Apotek K-24 dan Apotek Sanata Dharma. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang dampak dari sistem pengadaan yang berbeda terhadap pelayanan kesehatan dan kepuasan konsumen.
5.1. Kesimpulan
Proses pengadaan obat di Apotek K-24 lebih efisien dan terintegrasi, sedangkan Apotek Sanata Dharma masih bergantung pada metode manual yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan. Penelitian ini memberikan wawasan penting bagi pengelolaan apotek di masa depan.
5.2. Saran
Diperlukan peningkatan sistem manajemen pengadaan obat di Apotek Sanata Dharma untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengeksplorasi dampak sistem pengadaan terhadap kepuasan konsumen.