PENGAWASAN INTERNAL, PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK TERHADAP AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS PADA DESA Se–KECAMATAN PATUMBAK
KABUPATEN DELI SERDANG)
OLEH FAHRY 170503083
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2022
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
Telah diuji pada
Tanggal 13 Desember 2021
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua Penguji : Dr. Narumondang Bulan Siregar, MM,Ak, CA Penguji : Dra. Mutia Ismail, MM, Ak
Pembanding : Drs. Firman Syarif M.Si., Ak
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Pada Desa Se-Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 13 Desember 2021 Yang Membuat Pernyataan
Fahry
NIM. 170503083
PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI, PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGAWASAN INTERNAL, PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TATA
KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS
PADA DESA Se–KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Pada Desa Se- Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang) secara parsial maupun simultan.
Penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif kausal dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa yang ada di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 responden yang dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial penerapan sistem akuntansi, partisipasi penganggaran,tata kelola pemerintahan yang baik berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa, pemanfaatan teknologi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa dan pengawasan internal tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa. Secara simultan penerapan sistem akuntansi, pemanfaatan teknologi, pengawasan internal, partisipasi penganggaran dan tata kelola yang baik berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
Kata Kunci : Penerapan Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Yang Baik, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa.
THE EFFECT OFIMPLEMENTATION OF ACCOUNTINGSYSTEMS, UTILIZATION OF TECHNOLOGY, INTERNAL SUPERVISION,
PARTICIPATION OF BUDGETING ANDGOOD GOVERNANCE ONTHE ACCOUNTABILITY OF VILLAGE FUND
ALLOCATION MANAGEMENT (CASE STUDY INTHEVILLAGEINPATUMBAKDISTRICT,
DELI SERDANG REGENCY)
This study aims to determine and analyze the effect of the application of the accounting system, the use of technology, internal control, budgetary participation and good governance on the accountability of village fund allocation management. (Case study in the village at patumbak district,deli serdang regency)
This research is a causal associative research type with a quantitative approach. The population in this study were all villages in Patumbak District, Deli Serdang Regency. The sample used in this study were 40 respondents who were collected using purposive sampling method. This study uses primary data. Data collection was done by using a questionnaire. The data analysis method used is multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that partially the application of the accounting system, budgeting participation, good governance has a positive and significant effect on the accountability of village fund allocation management, the use of technology has a negative and significant effect on the accountability of village fund allocation and internal control has no effect on management accountability. allocation of village funds. Simultaneously the application of the accounting system, the use of technology, internal control, budgetary participation and good governance have a positive and significant impact on the accountability of village fund allocation management.
Keywords: Implementation of Accounting System, Utilization of Technology, Internal Control, Participation in Budgeting and Good Governance, Accountability of Village Fund Allocation Management.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Pada Desa Se-Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang) dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari program Studi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Shalawat serta salam tidak lupa pula kita limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti pada masa sekarang ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta dan seluruh saudara penulis atas seluruh doa dan dukungannya.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Fadli, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Rina Br. Bukit SE., M.Si., Ak., C.A, selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Narumondang Bulan Siregar, MM., Ak CA. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak waktu, bimbingan, dan arahan dalam proses
Firman Syarif M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan untuk kesempurnaan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Perangkat Desa Se-Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang penulis bagikan selama proses penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan S1 Akuntansi 2017 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, oleh karena itu, sekiranya ada saran ataupun kritik yang membangun dari pembaca akan saya terima dengan senang hati.
Medan, 13 Desember 2021 Yang Membuat Pernyataan
Fahry
NIM. 170503083
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Manfaat penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 LandasanTeori ... 11
2.1.1 Teori Stewardship ... 11
2.1.2 Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa... 12
2.1.3 Penerapan Sistem Akuntansi ... 14
2.1.4 Pemanfaatan Teknologi Informasi ... 16
2.1.5 Pengawasan Internal ... 18
2.1.6 Partisipasi Penganggaran ... 20
2.1.7 Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik ... 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25
2.3 Kerangka Konseptual ... 27
2.4 Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.2 Lokasi Penelitian ... 36
3.3 Populasi dan Sampel ... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38
3.5.1 Variabel Dependen ... 38
3.5.2 Variabel Independen ... 39
3.5.2.1 Sistem Akuntansi ... 39
3.5.2.2 Pemanfaatan Teknologi ... 40
3.5.2.3 Pengawasan Internal ... 40
3.5.2.4 Partisipasi Penganggaran ... 41
3.5.2.5 Good Governance ... 41
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 43
3.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 43
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 45
3.6.2.1 Statistik Deskriptif ... 45
3.6.2.4 Uji Multikolinearitas... 47
3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 48
3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 49
3.6.4.1 Uji Koefisien Determinasi Adjusted R2 ... 49
3.6.4.2 Uji F ... 48
3.6.4.3 Uji T ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Patumbak ... 52
4.2 Hasil Penelitian ... 55
4.2.1 Karakteristik Responden ... 55
4.2.2 Statistik Deskriptif ... 57
4.3 Uji Analisis Data ... 59
4.3.1 Uji Validitas ... 59
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 62
4.4 Uji Asumsi Klasik ... 62
4.4.1 Uji Normalitas... 62
4.4.2 Uji Multikolinearitas ... 63
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 64
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ... 65
4.6 Uji Hipotesis ... 67
4.6.1 Koefisien Determinasi ... 67
4.6.2 Uji F (Simultan) ... 68
4.6.3 Uji T (Parsial) ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
5.2.1 Bagi Desa ... 79
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 79
5.3 Keterbatasan Peneliti ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN ... 84
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Anggaran Dana Desa ... ... 3
1.2 Anggaran Dana Desa Kecamatan Patumbak ... ... 4
1.3 Research GAP dari Variabel Independen... ... 6
2.1 Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... ... 40
4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner... ... 53
4.2 Karakteristik Responden (Jenis Kelamin) ... ... 54
4.3 Karakteristik Responden (Pendidikan Terakhir) ... ... 54
4.4 Karakteristik Responden (Masa Kerja) ... ... 54
4.5 Karakteristik Responden (Umur) ... ... 55
4.6 Descriptive Statistics... ... 56
4.7 Uji Validitas Penerapan Sistem Akuntansi... 58
4.8 Uji Validitas Pemanfaatan Teknologi... ... 58
4.9 Uji Validitas Pengawasan Internal... ... 58
4.10 Uji Validitas Partisipasi Penganggaran... ... 58
4.11 Uji Validitas Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik... ... 59
4.12 Uji Validitas Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... ... 59
4.13 Uji Reliabilitas... ... 60
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual... ... 39
4.1 Uji Normalitas... ... 61
4.2 Uji Multikolinearitas... ... 62
4.3 Uji Hesteroskedastisitas... ... 63
4.4 Analisis Regresi Berganda... ... 64
4.5 Koefisien Determinasi... ... 66
4.6 Uji F (Simultan) ... ... 67
4.7 Uji T (Parsial) ... ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Surat Permohonan Kuesioner... ... 84
2. Kuesioner Penelitian... ... 85
3. Surat Izin Penelitian... ... 89
4. Tabulasi Data... ... 92
5. Hasil Output SPSS... 101
1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN
Dana Desa merupakan wujud nyata pemerintah sebagai tanggungjawab dan komitmen untuk memajukan pembangunan yang adil dan merata, dimulai dari tingkat pemerintahaan terkecil yaitu Desa. Melalui UU No.6 tahun 2014 tentang desa dinyatakan bahwa setiap desa diberikan keleluasaan untuk mengatur kewenangannya sendiri, baik kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, dan kewenangan yang ditugaskan pemerintah pusat/provinsi/kabupaten.kota sesuai ketentuan perundangan – undangan. Dalam Pengelolaan keuangan pada setiap organisasi, akuntabilitas dan transparansi menjadi suatu hal yang sangat penting, baik organisasi pemerintahan maupun organisasi non pemerintah. Dana Desa dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang – undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat (PP No . 60 tahun 2014)
Namun penggunaan dana desa belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik, karena belum memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakmampuan desa dalam mengelola anggaran dan kurangnya kompetensi petugas pendamping serta kurangnya pengembangan teknis pengelolaan anggaran yang sesuai dengan anggaran nasional ke desa. Akuntabilitas penggunaan dana desa juga belum
optimal digunakan yang menyebabkan Penduduk desa tidak mengerti substansi dana desa.
Desa juga tidak dapat memprioritaskan penggunaan anggaran secara akurat dan kebijakan program penganggaran tidak direncanakan dan disusun berdasarkan kebutuhan desa yang sebenarnya. UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa merupakan sebuah produk era reformasi yang menjadi awal terbentuknya kemandirian Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan maupun dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Mengingat dana desa yang diterima cukup besar dan terus meningkat setiap tahunnya, maka dalam menyelenggarakan Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan Desa, dibutuhkan kapasitas Aparatur Desa yang handal serta sarana yang mendukung agar pelaksanannya lebih terarah dan akuntabel.
Setiap desa telah diberi wewenang oleh pemerintahan pusat untuk mengelola dan menjalankan sistem pemerintahan sendiri yang biasa disebut desentralisasi. Peraturan Kementrian Desa tentang Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Nomor 21 Tahun 2015 menjelaskan bahwa
“Kebijakan pemerintah melimpahkan kewenangan kepada desa secara otonom adalah untuk meletakkan pondasi pembangunan dimulai dari tingkat desa. Yang mana bisa dilihat dalan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang memberi amanat untuk membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat daerah dan desa”.
Pelaksanaan Undang-Undang Desa mulai diterapkan tahun 2015.
UU Desa memuat tentang kebijakan tata kelola desa yang mana kebijakan
tersebut berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Kebijakan tersebut adalah alokasi anggaran dana desa yang besar kepada seluruh desa di Indonesia. Dalam jumlah besar dana desa sudah dianggarkan oleh pemerintah yang terbagi dalam tiga tahun (2018, 2019, 2020) penganggaran dana desa selalu ditingkatkan setiap tahunnya sesuai dengan pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Tabel 1.1 Anggaran Dana Desa
Tahun Jumlah Anggaran
2018 Rp 60 Triliun
2019 Rp 70 Triliun
2020 Rp 72 Triliun
Sumber : http://www.bpkp.go.id/
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Anggaran Dana Desa yang telah dianggarkan pemerintah pada tahun 2018 - 2020 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Anggaran Dana Desa ini bertujuan untuk meningkatkan pembangunan, pembinaan, pelayanan serta pemberdayaan masyarakat desa. Secara khusus Dana Desa diberikan dengan harapan untuk dapat meningkatkan jumlah desa mandiri dan mengurangi desa tertinggal pada tahun 2020. Pada tahun 2018 Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, jumlah Desa Tertinggal kini tercatat 13.232 desa atau turun dibanding tahun 2014 sebanyak 19.750. Sedangkan Desa Mandiri naik dari 2.894 ditahun 2014 menjadi 5.559 desa. Pemanfaatan Dana Desa yang bertujuan untuk pembangunan dapat dikatakan masih belum optimal. Hal ini terjadi karena Sumber Daya Manusia masih terbatas
dan juga terdapat keterlambatan pencairan dana desa yang disebabkan oleh administrasi yang belum lengkap yang berakibat munculnya kekhawatiran dalam pengelolaan Dana Desa.
Dalam mewujudkan akuntabilitas dan trasnparansi harus di mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban dana desa sesuai dengan pengelolaan keuangan desa yang tertera pada Permendagri No. 113 Tahun 2011. Kecamatan Patumbak adalah salah satu Kecamatan dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Patumbak memiliki keanekaragaman tradisi, etnis, budaya dan sumber daya alam yang potensial, sehingga merupakan daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan peluang investasi bagi para investor. Kecamatan Patumbak memiliki delapan desa yaitu : Lantasan Baru, Lantasan Lama, Marindal Satu, Marindal Dua, Patumbak Satu, Patumbak Dua, Patumbak Kampung dan Sigara gara.
Tabel 1.2
Anggaran Dana Desa Kecamatan Patumbak
NO NAMA DESA TAHUN ANGGARAN
2018 2019 2020
KECAMATAN PATUMBAK
1 Desa Patumbak Satu Rp 824,175,000 Rp 697,889,000 Rp 793,624,000 2 Desa Patumbak Dua Rp 797,541,000 Rp 709,082,000 Rp 816,447,000 3 Desa Patumbak Kampung Rp 908,985,000 Rp 701,712,000 Rp 793,624,000 4 Desa Marindal Satu Rp 1,004,999,000 Rp 781,469,000 Rp 911,792,000 5 Desa Marindal Dua Rp 890,341,000 Rp 698,656,000 Rp 793,624,000 6 Desa Lantasan Lama Rp 785,365,000 Rp 670,954,000 Rp 756,160,000 7 Desa Lantasan Baru Rp 764,591,000 Rp 669,965,000 Rp 750,893,000 8 Desa Sigara-gara Rp 844,538,000 Rp 755,737,000 Rp 883,615,000
Sumber : Kantor Desa di Kecamatan Patumbak
Tabel di atas menunjukkan dana desa yang diberikan ke Desa di Kecamatan Patumbak dari tahun 2018 – 2020 terus mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah dana desa yang cukup besar tersebut harus dikelola secara akuntabel dan transparan sebagai upaya mencegah penyelewengan dana desa. Ada beberapa kasus penyelewengan dana desa yang terjadi di Sumatera Utara. Salah satunya adalah kasus di Kelapa Sebatang, Labuhan Utara, Sumatera Utara. Kepala Desa Kelapa Sebatang, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, Zainuddin di jatuhi hukuman tujuh tahun penjara terkait kasus dugaan korupsi Alokasi Dana Desa (ADD) tahun anggaran 2010 – 2012
Dari besaran dana desa yang diterima pada setiap desa di Kecamatan Patumbak, ternyata masih belum optimal di gunakan, seperti tidak adanya perbaikan untuk jalan yang rusak serta minimnya penerangan pada malam hari.
Dalam pengelolaan keuangan desa, pemerintah desa berpedoman pada Permendagri No. 113 Tahun 2014 yang terdiri dari Bab-bab tentang Ketentuan Umum, Asas Pengelolaan Keuangan Desa, Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, APBDes, Pengelolaan, Pembinaan dan Pengawasan. Dalam aturan tersebut dijelaskan agar pengelolaan keuangan
desa dilakukan secara transparan, akuntabel dan partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran.
Hasil penelitian dari Larasati & Agus (2019) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Karyadi, Muh (2018) menunjukkan bahwasannya pemanfaatan teknologi tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa. Begitupun juga dengan variabel lain yang mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa berdasarkan teori Stewardship, seperti penerapan sistem akuntansi, pengawasan internal, partisipasi penganggaran dan tata kelola pemerintahan yang baik masih mengalami perbedaan hasil penelitian, meskipun dengan teori dan variabel yang sama. Berikut ini adalah tabel research gap dari penelitian yang telah lalu.
Tabel 1.3
Research GAP dari Variable Independen
N o.
Variable Dependen
Variable Independen Peneliti Hasil
1. Penerapan Sistem Ekasari, Ivan (2017) Berpengaruh Positif Akuntansi
Muhammad Ismail (2017) Tidak Berpengaruh 2 Pemanfaatan Larasati & Agus (2019) Berpengaruh Positif
Teknologi
Karyadi, Muh (2018) Tidak Berpengaruh 3 Akuntabilitas
Pengelolaan
Pengawasan Internal Ekasari, Ivan (2018) Berpengaruh Positif Ina, Bambang (2017) Tidak Berpengaruh Alokasi Dana
Desa
4 Partisipasi
Penganggaran
Ekasari, ivan (2017) Berpengaruh Positif IGM Yasa (2018) Tidak Berpengaruh
5 Chandrarin, Edi Berpengaruh Positif
Tata Kelola
Pemerintahan Yang Baik
Linda Widowati (2016) Berpengaruh Positif
Dengan adanya akuntabilitas dan transparansi, maka kemajuan dan kesejahteraan bangsa bisa terwujud. Akuntabilitas menjadi kontrol terhadap segala aktivitas aparatur desa dalam mengelola dana desa, sehingga peran mereka menjadi faktor penting dalam mempertanggung jawabkan pengelolaan dana desa. Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan dana desa juga tidak terlepas dari Sistem Informasi Akuntansi yang dimiliki. Sistem informasi akuntansi sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang kinerja pemerintah Desa terutama dalam menjalankan pengelolaan keuangan yang baik dan juga sesuai dengan prosedur yang semestinya agar nantinya dapat mempermudah dalam hal pelaporan dan pertanggung jawaban kepada pemerintah kabupaten dalam hal ini yang berkaitan dengan dana desa.
Faktor lain yang juga mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan dana desa adalah pemanfaatan teknologi informasi. Teknologi informasi akan mempermudah aparat desa dalam mengelola data mulai dari tahap perencanaan hingga ke pelaporan. Dengan bantuan teknologi informasi maka informasi yang ada akan lebih mudah untuk didapatkan serta diolah dengan baik oleh aparat desa. Pengawasan internal tentunya juga sangat diperlukan untuk memantau kinerja aparat desa. Adanya pengawasan dapat membantu terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang diharapkan dan
tentunya dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan penyelewengan yang dilakukan oleh aparat desa.
Selain itu partisipasi penganggaran juga merupakan bagian penting dalam menjalankan pemerintahan desa. Keterlibatan masyarakat di dalam suatu pengambilan keputusan atas program – program yang dilakukan, menjadikan aktivitas yang dilakukan pemerintah desa lebih terbuka.
Partisipasi Penganggaran ini juga dapat dijadikan sebagai media pengendalian internal atas program yang terkait dengan pendanaan desa.
Dalam pengelolaan dana desa, juga dituntut adanya suatu aspek tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang mana salah satu pilarnya adalah akuntabilitas. Adanya penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan dana Desa, semakin mencerminkan pentingnya Good Governance dalam tata kelola pemerintahan Desa. Sebuah tata kelola yang mengedepankan prinsip akuntabel, transparan dan responsif. Good Governance dalam pengelolaan keuangan telah banyak terbukti membawa efek positif bagi tata kelola pemerintahan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Pada Desa Se-Kecamatan Patumbak Kabupaten Deliserdang).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Apakah penerapan sistem akuntansi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa ?
2. Apakah pemanfaatan teknologi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa ?
3. Apakah pengawasan internal berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa ?
4. Apakah partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa ?
5. Apakah tata kelola pemerintahan yang baik berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan sistem akuntansi terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengawasan internal terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh partisipasi penganggaran terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tata kelola pemerintahan yang baik terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dan dapat digunakan sebagai dasar pemikiran khususnya yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut di bidang keuangan desa serta dapat menambah literature pada perpustakaan sehingga memberi manfaat bagi para pembaca
2. Bagi Instansi
Penelitian ini bermanfaat menambah ilmu bagi para aparatur desa dalam pengelolaan dana desa dan tentunya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di desa-desa dalam akuntabilitas pengelolaan dana desa.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman bagi peneliti mengenai akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa.
2.1 LandasanTeori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Teori Stewardship
Teori stewardship (Donaldson & David,1989) didasariatas teori psikologis serta sosiologi para pemikir akuntansi manajamen. Teori stewardship memberikan sebuah asumsi filosofi dari sifat manusia yaitu dapat dipercaya, bertanggung jawab, jujur serta memiliki integritas atas setiap aktivitas yang dilakukannya. Teori stewardship juga menggambarkan hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Keberhasilan organisasi dapat dicapai dengan cara memaksimalkan utilitas steward dan principal. Menurut Teori stewardship kepentingan bersama adalah dasar seorang Stewards malakukan tindakan. Sehingga apabila terdapat perbedaan kepentingan antara principals dan stewards, maka steward akan berusaha bekerjasama untuk bertindak sesuai dengan tindakan principals dan demi kepentingan bersama agar tercapainya tujuan bersama. Hal penting dalam Stewardship theory adalah stewards menyelaraskan tujuan sesuai tujuan principals namun bukan berarti stewards tidak memiliki kebutuhan
Penerapan Teori stewardship digunakan karena kepercayaan dari principals yang diberikan kepada Pemerintah Desa (Stewards) dapat terjadi jika bertindak sesuai dengan kepentingan-kepentingan
yang muncul, yaitu kepentingan publik pada umumnya. Penggunaan teori Stewardship pada organisasi Pemerintahan Desa adalah untuk mendeskripsikan eksistensi pemerintah desa sebagai organisasi sektor publik yang dapat dipercaya, menampung aspirasi masyarakatnya, memberikan pelayanan yang baik, dan dapat mempertanggung jawabkan apa yang diamanahkan kepadanya. Sehingga tujuan organisasi untuk mensejahterakan masyarakatnya dapat dicapai secara maksimal.
2.1.2 Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Menurut Lembaga Administrasi dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI dalam Subroto, akuntabilitas adalah kewajiban memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menjelaskan kinerja serta tindakan seorang pimpinan oraganisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwewenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas bisa dilakukan dengan memberikan akses kepada pihak yang mempunyai kepentingan, bertanya atau meminta pertanggungjawaban dari yang mengambil keputusan dan pelaksaan ditingkat program, daerah dan masyarakat.
Dana desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 harus dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan serta bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatuhan, serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Dana desa juga merupakan salah satu sumber pendapatan desa yang tertuang dalam APBDes yang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan dana desa.
Indikator Kesesuaian Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
1. Kegiatan pencataan kas masuk maupun keluar dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
2. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis maupun dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.
3. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan ADD disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
Penyaluran dana desa setiap tahunnya memiliki rincian disetiap kabupaten berdasarkan jumlah alokasi yang dihitung melalui jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis desa di setiap Kabupaten atau Kota.
2.1.3 Penerapan Sistem Akuntansi
Pengetahuan akan teknologi informasi merupakan modal utama untuk dapat bersaing di era globalisasi dan kemajuan zaman yang akan datang. Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dapat dimulai dengan mengawal proses perencanaan, penganggaran hingga realisasi yang melibatkan peran aktif masyarakat. Menurut Keputusan Mendagri No 29 Tahun 2002 Pasal 70 ayat 1 “Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah suatu sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atas kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi”
Penggunaan dan pembuatan sistem akuntansi dimaksudkan untuk memudahkan pemerintah desa dalam mengatur, mengendalikan data yang banyak, meminimalisir kesalahan dan menjaga konsistensi antar proses. Maka perlu peningkatan kapasistas untuk dapat menyandingkan sistem penunjangkeputusan berbasis pada data, mengelola media sebagai publikasi informasi dan juga peningkatan keahlian berakuntansi. Desa akan mempunyai sumber pendapatan berupa Pendapatan Asli Desa, Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota, bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari APBN, bantuan keuangan
dari APBDProvinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga.
Dalam hal pengurusan dan pengelolaan dana desa, Sistem Informasi Akuntansi sangat diperlukan karena akan menentukan bagaimana pengelolaan serta penggunaan dana desa dengan baik.
Sistem Informasi Akuntansi yang sudah memenuhi kriteria dan sudah sesuai dengan ketentuan, diharapkan dapat mencegah terjadinya kekeliruan yang bisa merugikan Negara dalam hal ini dana yang telah diterima desa, serta untuk mencegah terjadinya penyelewengan dana desa dan pelaksanaan pembangunan akan terus meningkat sehingga akan memberikan keuntungan bagi desa dan masyarakat. Sistem Informasi Akuntansi pada pengelolaan dana desa akan memberikan manfaat yang sangat berpengaruh terhadap ketidakstabilan pengelolaan dana desa yang ada serta Sistem Informasi Akuntansi yang baik juga akan berpengaruh terhadap system pengelolaan dana desa yang ada di desa tersebut.
Sistem Informasi Akuntansi bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan, dan sebagai sarana untuk menyediakan informasi mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan atau instansi terkait.Sistem Informasi Akuntansi juga berfungsi sebagai bentuk tanggungjawab terhadap pengolahan data. Pengolahan data merupakan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi yang paling mendasar dalam setiap
organisasi. Mulyadi menyatakan akuntansi mempunyai 3 fungsi penting :
a. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumberdaya yang dipengaruhi oleh aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai dan pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang.
b. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
c. Menyediakan data pengendalian yang memadai untuk menjaga asset-aset oraganisasi. Termasuk data organisasi, untuk memastikan bawah data tersebut tersedia saat dibutuhkan.
2.1.4 Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi Informasi merupakan istilah umum yang menjelaskan tentang teknologi apapun yang dapat membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan menyebarkan informasi. Melalu teknologi informasi kita dapat menyalurkan data pada waktunya secara akurat, nyaman dan juga aman. Biaya yang dikeluarkan relatif murah, dan keuntungan lainnya yang didapatkan adalah jarak, jarak tidak lagi menjadi penghalang di dalam menyalurkan data dan informasi yang akan di bagikan kepada orang lain secara cepat dengan bantuan Teknologi Informasi. Menurut
Kadir , Teknologi informasi secara garis besar dapat dikatakan bahwa :
1. Teknologi Informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal ini, Teknologi Informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.
2. Teknologi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan informasi terhadap suatu tugas atau proses.
3. Teknologi Informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia. Dalam hal ini Teknologi berperan dalam melakukan perubahan-perubahan terhadap sekumpulan tugas atau proses.
Dalam Pasal 86 UU No. 6 Tahun 2014 mengenai sistem informasi pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan dikatakan bahwa, sistem informasi mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembangunan di desa. Sistem Informasi yang terdapat di desa akan memberikan kemudahan dalam transparansi dan akuntabilitas proses pembangunan di desa. Sistem Informasi desa juga akan memudahkan masyarakat desa mendapatkan informasi terkait pembangunan desa. Dalam pasal ini juga kita dapat melihat bahwa pemerintah daerah memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan sistem informasi di desa. Pemerintah daerah harus memiliki komitmen agar desa memiliki sistem informasi yang berguna dalam pembangunan di desa. Untuk mengelola sistem informasi ini maka pemerintah desa harus menyiapkan sumber daya manusia yang
cukup untuk mengelola sistem informasi yang ada di desa. Selain itu harus juga disiapkan sumber daya teknologi dan sara lainnya yang dapat menunjang kinerja sistem infomrasi desa.
Menurut Tjhay (2014) pengukuran pemanfaatan teknologi informasi berdasarkan tiga item indikator, yaitu intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan. Tersedianya teknologi informasi diharapkan dapat membantu aparat desa dalam mengelelola dana desa sehingga dapat memberikan kemudahan dalam transparansi dan akuntabilitas proses pembangunan desa.
2.1.5 Pengawasan Internal
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa Pengawasan Internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan internal diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan guna mencapai suatu tujuan.
Pengawasan berhubungan erat dengan adanya evaluasi suatu kegiatan yang mana akan dapat diketahui sejauh mana tercapai suatu kegiatan dan seberapa besar penyimpangan yang terjadi. Pengawasan pada tingkat pemerintahan dilakukan oleh sebuah lembaga yang bertugas memeriksa dan mengevaluasi.
Pasal 48 UU No 6 tahun 2014 menyebutkan bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahaan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa di setiap tahun anggaran. Kemudian pasal 51 UU No 6 tahun 2014 menjelaskan bahwa keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa harus memuat pelaksaan peraturan desa. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintah Desa akan digunakan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja Kepala Desa.
PP 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas PP 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 6 Tahun 2014 tentang Desa : 1. Penghasilan tetap diberikan kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa,
dan Perangkat Desa lainnya dianggarkan dalam APBDesa yang bersumber dari ADD (Anggaran Dana Desa).
2. Bupati/Wali kota menetapkan besaran penghasilan tetap Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Perangkat Desa lainnya, dengan ketentuan:
a. Besaran penghasilan tetap Kepala Desa paling sedikit Rp2.426.640,00 setara 120% dari gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang II/a;
b. Besaran penghasilan tetap Sekretaris Desa paling sedikit Rp2.224.420,00 setara 110% dari gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang II/a; dan
c. Besaran penghasilan tetap Perangkat desa lainnya paling sedikit Rp2.022.200,00 setara 100% dari gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang II/a.
2.1.6 Partisipasi Penganggaran
Partisipasi penganggaran berfungsi sebagai pengendalian internal terhadap pengawasan program-program yang berkaitan dengan pendanaan. Sujarweni (2015) mengatakan bahwa partisipasi penganggaran adalah prinsip dimana setiap warga desa pada desa yang bersangkutan mempunyai hak untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa dimana mereka tinggal. Keterlibatan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengerahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Partisipasi anggaran meningkatkan identifikasi pada karyawan tidak hanya dengan sasaran anggaran tapi juga dengan tujuan organisasi karena komitmen organisasi mencakup penerimaan dan kepercayaan akan nilai dan tujuan organisasi.Oleh karena itu partisipasi anggaran dapat meningkatkan komitmen organisasi. Sehingga apabila para pemerintah daerah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Berpartisipasi dalam perencanaan dan penganggaran adalah hak setiap masyarakat yang sudah dijamin oleh Peraturan Pemerintah nomor 32 dan 33 tahun 2004 mengenai dana perimbangan pusat dan daerah serta dijamin oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 59 tahun 2007 mengenai tata cara pengelolaan keuangan daerah, serta Undang-Undang 6 tahun 2014.
Tahap perencanaan merupakan tahap awal dalam penyusunan APBDes, dimana Pemerintah Desa akan menggali informasi dari masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai apa saja yang masyarakat butuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan Desa. Tahap perencanaan ini diawali dengan mengadakan rapat kecil dalam lingkup RT dipimpin oleh ketua RT. Dalam rapat RT ini masyarakat desa dapat menyampaikan aspirasinya mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat di desa tersebut. Usulan di dalam rapat RT dibawa ke tingkat RW dengan tujuan agar usulan- usalan tersebut diketahui bersama kemudian dipilih usula - usulan
yang dirasa sangat penting dan mendesak untuk diusulkan dalam penyusunan APBDes. Fungsi dari rapat RW yaitu menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dalam rapat RT.
Tahapan selanjutnya yaitu Kepala Desa mengundang tokoh - tokoh masyarakat termasuk masing-masing ketua RW setiap desa untuk menanyakan hal-hal terkait dengan usulan-usulan yang disampaikan masyarakat untuk penyusunan RKPDes yang kemudian dijadikan acuan untuk penyusunan APBDes. Kepala Desa dengan tokoh maysrakat beserta Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memilih dan menyetujui usula - usulan dari masyarakat tersebut untuk dibawa ke rapat pada tingkatan yang lebih serius yaitu Musrenbangdes (Musyawarah Rencana Pembangunan Desa). Musrenbangdes dipimpin oleh Kepala Desa, dimana dalam acara ini Kepala Desa mengundang berbagai tokoh masyarakat dan narasumber yaitu Bapak camat dan juga dari Kasi Tata pemerintahan untuk membahas mengenai apa saja yang akan disetujui bersama untuk kemudian dituangkan dalam RKPDes yang selanjutnya dijadikan acuan untuk penyusunan APBDes.
2.1.7 Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
Dalam mewujudkan akuntanbilitas pengelolaan dana desa yang baik perlu tata kelola yang baik juga (Good Governance).
Perananan pemerintah desa dalam melaksanakan Good Governance adalah pelaksanaan dari tugas, fungsi, kewenangan, hak, dan kewajiban yang dimiliki pemerintah desa dalam hal perencanaan, pelaksanaan pembangunan di desa, khususnya yang berkaitan dengan tata kelola kepemerintahan desa. Dalam pengelolaan keuangan desa dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yaitu transparan, akuntabel dan partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pentingnya tata kelola yang baik dalam pemerintahan desa perlu diwujudkan untuk pemerintah yang bersih, bermartabat dan akuntabel, oleh karena itu peneliti menghipotesiskan penelitian ini sebagai berikut.
Tata Kelola Berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Integritas Faktor pembentuk integritas yang manjadi landasan pengembang alat ukur integritas dalam penelitian berasal dari konsep yang dikemukanan oleh psikologi humanistic Rogers adalah :
1. Jujur
Individu dikatakan jujur apabila menerima dan mampu bertanggung jawab atas perasaaan serta perilaku sebagaimana adanya. Meski memegang erat prinsip kejujuran, namun dalam situasi yang penuh tipu muslihat dan harus menghadapi orang yang tidak jujur individu yang memiliki integritas tinggi akan bertindak dan
menegur dengan mempertimbangkan berbagai hal serta tidak menyakiti.
2. Teguh
Teguh artinya tidak menyalahi prinsip dalam menjalankan kewajiban, tidak dapat disuap atau diajak melakukan perbuatan curang meskipun ada godaan materi atau dorongan dari orang lain.
3. Memiliki Self-Control yang kuat
Self-control didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam mengontrol atau memantau respon agar sesuai dengan tujuan hidup dan standar moral yang dimiliki. Untuk bisa memperlakukan orang lain, bahkan orang yang sesungguhnya tidak disukai secara baik, individu harus memiliki self-control yang kuat.
4. Memiliki self-esteem yang tinggi
Self-esteem adalah kepercayaan bahwa individu mampu berpelaku sesuai dengan moral keyakinan
Mardiasmo, mengatakan bahwa governance sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa governance mempunyai tiga kaki yaitu economic, political, dan administrative (LAN dan BPKP,) Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi yang berimplikasi pada equity, proverty, and quality of life.
Peran pemerintah melalui kebijakan-kebijakan publiknya sangat penting dalam memfasilitasi terjadinya mekanisme pasar yang benar sehingga penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalam pasar dapat dihindari. Oleh karena itu, upaya-upaya perwujudan ke arah good governance dapat dimulai dengan membangun landasan demokratisasi penyelenggaraan negara dan bersamaan dengan itu dilakukan upaya pembenahan penyelenggaraan pemerintahan sehingga good governance dapat terwujud.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO PENELITI
(TAHUN)
VARIABEL HASIL PENELITIAN
1. Ekasari,Ivan (2017)
Variabel Dependen
- Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
Variabel Independen - Kompetensi Sumber - Daya Manusia,
- Pemanfaatan Teknologi Informasi
- Partisipasi Penganggaran
Kompetensi SDM berpengaruh signifikan 19,81 %
Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh signifikan 21,97%
Partisipasi Anggaran berpengaruh signifikan 53,24%
4,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini
2. Ivan,Ekasari (2018)
Variabel Dependen
- Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
Variabel Independen - Penerapan sistem - Pengendalian Instansi
Pemerintah
Sistem pengendalian internal
berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dana desa, dan ada faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini
3. Indrianasari (2017)
Variabel Dependen
- Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
Variabel Independen - Peran Perangkat Desa
Perangkat desa cukup berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
4. Prasetya,dk k(2017)
Variabel Dependen - Kualias Sistem Keuangan
Desa
Variabel Independen - Kompetensi Sumber Daya
Manusia
- Pemahaman dan Pengawasan
Kompetensi sumberdaya manusia berpengaruh negatif signifikan terhadap sistem keuangan desa, sedangkan pemahaman dan pengawasan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas sistem keuangan desa.
5. Saragih &
Kurnia, (2017)
Variabel Dependen
- Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
Variabel Independen - Pengaruh Perangkat Desa - Sistem Akuntansi Keuangan
Desa
Perangkat desa dan sistem akuntansi keuangan desa berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan desa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu penelitian terdahulu meneliti tentang Pengaruh Perangkat Desa, Sistem Akuntansi Keuangan Desa, Kompetensi Sumber daya Manusia, Pemahaman dan Pengawasan, Penerapan Sistem Pengendalian Internal, Pemanfaatan Teknologi dan Partisipasi Penganggaran. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Di Desa Patumbak Dua Kecamatan Patumbak Kabupaten Deliserdang).
Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik serta untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Terdapat perbedaan antara pengawasan internal dan pengendalian internal. Pengawasan nternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri sedangkan Pengendalian internal merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep dalam mengungkapkan keterkaitan antara variabel yang akan diteliti berdasarkan latar belakang dari kajian-kajian teori yang telah dikemukaan diatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hubungan antara variabel bebas yaitu Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik terhadap variabel terikat yaitu Pengelolaan Alokasi Dana Desa secara parsial maupun simultan.
Penerapan Sistem akuntansi yang terkomputerisasi untuk melakukan pengelolaan dana desa sangat tepat mengingat juga dasar pendidikan kepala desa dan aparatnya bukan dibidang akuntansi.
Penyimpanan data pengelolaan keuangan tidak membutuhkan banyak berkas dan data tersimpan bisa digunakan dalam jangka waktu yang relatif
akses ketelitian maupun kecepatan tinggi, sistem komputerisasi juga akan menghemat waktu dan bekerja dengan tingkat akurasi yang lebih dibandingkan dengan sistem manual. Untuk mendukung akuntabilitas pengelolaan dana desa, pemanfaatan teknologi informasi diperlukan dalam pelaporan keuangan yang andal. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup adanya pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik selain itu pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat.
Pengawasan Internal merupakan suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, serta untuk mengambil tindakanperbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data organisasi atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi atau pemerintahan. Selain pengawasan internal, partisipasi penganggaran juga memiliki prinsip bahwa setiap warga desa mempunyai hak untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pada setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa di mana mereka tinggal, keterlibatan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan tersebut dapat secara langsung dan tidak langsung. Dalam pelaksanaan pemerintahan desa juga dituntut adanya suatu aspek tata kelola pemerintahan yang baik
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana
Desa
Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
Partisipasi Penganggaran Pengawasan Internal Pemanfaatan Teknologi Penerapan Sistem Akuntansi
(Good Governance), dimana salah satu karakteristik atau unsur utama dari Good Governance adalah akuntabilitas. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk tanggungjawab pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Jadi, akuntabilitas pemerintahan sangat diperlukan sebagai penunjang penerapan otonomi desa agar dapat berjalan dengan baik.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian :
H1 : Penerapan Sistem Akuntansi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam hal pengurusan dan pengelolaan dana desa, Sistem Informasi Akuntansi sangat perlu dilakukan karena akan menentukan bagaimana pengelolaan serta penggunaan dana desa dengan baik. Dalam hal ini, Sistem Informasi Akuntansi dapat diartikan sebagai catatan dan laporan koordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan desa yang dibutuhkan oleh pemerintah desa guna memudahkan pengelolaan dana desa yang ada.
Rusmayanti (2016) menyatakan bahwa adanya sistem pengelolaan keuangan di Desa, Kaur Keuangan menjadi lebih terbantu. Penyimpanan data pengelolaan keuangan tidak membutuhkan berkas banyak dan data bisa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Sistem Informasi Akuntansi pada pengelolaan dana desa akan memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap ketidakstabilan pengelolaan dana desa yang ada serta Sistem Informasi Akuntansi yang baik akan berpengaruh terhadap sistem pengelolaan dana desa yang ada di desa tersebut.
H2 : Pemanfaatan Teknologi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Teknologi informasi digunakan oleh sebuah organisasi untuk pemrosesan, dan penyimpanan informasi, serta berfungsi sebagai penyebaran informasi. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meringankan dan membantu tugas yang dilakukan sepertihalnya penyusunan laporan keuangan. (Rahadi, 2017) menyatakan bahwa Teknologi Informasi
mempunyai manfaat atau kemudahan bagi seseorang dalam menghemat waktu maupun tenaga. Begitupula pada tingkat pemerintahan desa, pemanfaatan teknologi digunakan oleh aparat desa dalam mengelola data dan menyimpan informasi.
Berdasarkan Stewardship theory, principals yaitu pemerintah berhak meminta pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan desa dari Pemerintahan Desa. Oleh karena itu Pemerintah Desa memiliki kewajiban membuat laporan sesuai dengan peraturan serta tidak mengandung unsur yang membingungkan bagi para pemakai laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah desa nantinya akan diberikan kepada pemerintah sebagai bahan evaluasi. Adanya pemanfaatan teknologi informasi menjadikan laporan keuangan disusun secara lebih andal dan relevan. Teknologi informasi mempermudah integrasi pelaporan dari Pemerintah Desa (steward) ke Pemerintah (principals). Dengan demikian pemanfaatan teknologi informasi akan meminimalisir keterlambatan pelaporan kinerja pengelolaan dana desa.
H3 : Pengawasan Internal berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Pengawasan internal yang efektif dapat meningkatkan praktek tata kelola yang baik dan menurunkan korupsi di Ghana (Mensah, et al., 2015).
Mehaela dan Iulian (2015) menyatakan bahwa corporate governance dan pengendalian internal tidak boleh dilihat secara terpisah. Sebuah organisasi
tanpa sebuah cara pandang pemimpin jangka panjang yang efisien, mekanisme pengendalian internal yang efektif tidak akan dapat bertahan.
Oleh karena itu corporate governance tidak akan berjalan efektif tanpa pengendalian internal yang baik. Inspektorat daerah di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP pada bagian kedua mengenai Pengawasan Internal atas Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah. Inspektorat daerah merupakan pengawas internal (internal auditor) dalam pemerintah daerah.
Sebagai pengawas internal, keberadaan inspektorat daerah dinilai sangat penting dilihat juga dari fungsi dasarnya yaitu melakukan pengawasan pada seluruh kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi perangkat daerah sesuai dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pengawasan pemerintah meningkatkan akuntabilitas keuangan melalui evaluasi dan perbaikan pengendalian internal, manajemen risiko dan proses tata kelola pemerintahan (Aikins 2016).
Teori stewardship pihak principal adalah pihak yang memberi mandat kepada pihak lain yaitu agents untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan.
Penyimpangan dan kebocoran masih banyak ditemukan di dalam akuntabilitas pengelolaan dana desa. Hal ini menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal dibutuhkan untuk meminimalkan adanya kecurangan dalam suatu sistem. Semakin baik Sistem Pengendalian Internal maka semakin baik Akutabilitas pengelolaan Dana Desa.
H4 : Partisipasi Penganggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Menurut Halim dan Kusufi (2017:48), anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi kerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja. Anggaran dibutuhkan oleh organisasi dalam hal perencanaan, memperjelas kebijakan, mempererat hubungan antar karyawan dan menciptakan keselarasan tujuan perusahaan. Keterlibatan karyawan dalam perencanaan, penyusunan, serta pengoperasian anggaran menjadikan keterbukaan dalam hal financial suatu organisasi. Partisipasi penyusunan anggaran menunjukkan luasnya partisipasi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran.
Jika dihubungkan dengan Stewardship theory, principals yaitu Pemerintah memerlukan adanya partisipasi dalam melakukan perencanaan anggaran terkait dana desa. Hal ini dilakukan agar anggaran yang dibuat selaras dengan tujuan yang ingin dicapai. Penyusunan angggaran terkait dana desa dilakukan secara musyawarah yang dihadiri oleh masyarakat setempat. Selain berpartisipasi dalam penyusunan anggaran maka masyarakat juga dapat mengawasi apakah penggunaan anggaran yang telah direncanakan sesuai dengan realisasinya. Adanya partisipasi masyarakat
dalam penyusunan anggaran, menjadikan anggaran yang direncanakan lebih transparan sehingga akan menghindari adanya kecurangan dan manipulasi.
Hasil Sugiarti & Yudianto (2017), Sapartiningsih, dkk (2018) serta Dewi & Gayatri (2019) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
Partisipasi anggaran oleh masyarakat dapat menjadi media monitoring atas kinerja yang dilakukan. Adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan anggaran menjadikan pengelolaan lebih terbuka sehingga mendorong terciptanya akuntabilitas pegelolaan dana desa.
H5 : Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Charlick mengatakan (Supriadi, dkk, 2012, h.2) good governance terkait segala macam urusan publik yang efektif dengan memformulasikan kebijakan yang sah serta memperhatikan nilai-nilai yang tumbuh dan dimasyarakat secara umum. Pilar-pilar good governance menurut Andrianto (2007, h.26) adalah Negara, Sektor Swasta, dan masyarakat.
Ketiga pilar tersebut harus saling bekerjasama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik . Adapun prinsip - prinsip tersebut terdiri dari prinsip utama sesuai yang dijelaskan oleh Sedarmayanti (2004, h.7) yaitu: akuntabilitas, transparansi, aturan hukum.
Kecamatan Patumbak merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang mendapatkan dana bantuan berupa Alokasi
dana desa (ADD), maka dari itu berkewajiban untuk mengelola ADD sesuai peraturan yang berlaku. Sebab pengelolaan keuangan khususnya pengelolaan ADD ini merupakan sarana yang tepat sebagai perwujudan pemerintahan yang baik (good governance). Menerapkan prinsip akuntabilitas pada pengelolaan ADD tepat sebab dapat digunakan sebagai acuan kinerja penerintah desa dalam menjalankan tugasnya khususnya dalam pengelolaan keuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Jika variabel dependen dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Se-Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah Aparatur Desa di Kecamatan Patumbak Kab. Deli Serdang. Di Kecamatan Patumbak terdapat 8 desa dan setiap desa diambil 5 orang Aparatur Desa yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang.
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi penelitian (Arikunto, 2015 : 173). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampel jenuh yang terdiri dari 40 Responden. Alasan peneliti mengambil teknik sampel jenuh dikarenakan jumlah populasi yang cenderung relatif kecil dan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang populasi.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuisioner. Sugiyono,2017 menjelaskan bahwa angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertentu kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang di adopsi dari penelitian – penelitian terdahulu. Terdapat lima pilihan jawaban yang menggunakan skala likert dengan skoring sebagai berikut :
A. SS (Sangat Setuju) 5
B. S (Setuju) 4
C. KS ( Kurang Setuju) 3 D. TS (Tidak Setuju) 2 E. STS (Sangat Tidak Setuju) 1
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2011:36) variabel adalah “sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk orang atau obyek yang berbeda”.
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut variabel terikat atau variabel tidak bebas dan dipengaruhi oleh variabel independen.
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas (Erlina, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas Pengelolaan alokasi dana desa.
Akuntabilitas merupakan wujud dari kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik/berkala. Berikut adalah indikator akuntabilitas :
Indikator Kesesuaian Transparansi Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan 3. Penatausahaan 4. Pelaporan
5. Pertanggungjawaban 3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya perubahan dan mempunyai hubungan positif maupun negative dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem Akuntansi, Pemanfaatan Teknologi, Pengawasan Internal, Partisipasi Penganggaran dan Tata Kelola Pemerintahan Yang baik.
3.5.2.1 Sistem Akuntansi (X1)
Suatu sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil keputusan Indikator sistem akuntansi keuangan daerah adalah sebagai berikut :
1. Keamanan Sistem 2. Manfaat Sistem 3. Praktis
4. Servis Pelanggan 5. Ketepatan Waktu
3.5.2.2 Pemanfaatan Teknologi (X2)
Teknologi informasi selain sebagai teknolgi komputer untuk memprosesan dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk penyebaran informasi
Indikator Pemanfaatan Teknologi : 1. Perangkat
2. Pengelolaan Data dan Informasi 3. Perawatan
4. Pemanfaatan Teknologi untuk pelayan dan akses 3.5.2.3 Pengawasan Internal (X3)
Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi atau pemerintahan itu sendiri.
Menurut Handoko, Indikator-indikator pengawasan yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian 2. Penafsiran Resiko
3. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi 4. Aktifitas Pengendalian
5. Pemantauan
3.5.2.4 Partisipasi Penganggaran
Partisipasi Penganggaran merupakan keikut sertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.
Indikator Partisipasi Penganggaran adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan dan Keahlian 2. Pekerjaan Masyarakat
3. Tingkat Pendidikan dan Buta Huruf 4. Jenis Kelamin
5. Kepercayaan terhadap Budaya tertentu 3.5.2.5 Good Governance
Tata kelola yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, Pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya Indikator Good Governance :
1. Kemampuan 2. Akuntabilitas 3. Partisipasi 4. Perhatian 5. Komitmen
Berdasarkan uraian variabel diatas, maka disusun kuisioner sesuai dengan indikator masing-masing variabel. Definisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat dalam tabel berikut :