• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA (KUNINGAN) DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN BETAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA (KUNINGAN) DALAM MELESTARIKAN KEBUDAYAAN BETAWI"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA (KUNINGAN) DALAM MELESTARIKAN

KEBUDAYAAN BETAWI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh   Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh : Lutfi Julizar NIM . 11150251000048

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1440 H

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

LUTFI JULIZAR (NIM: 11150251000048). Peran Perpustakaan Umum Daerah Provinsi Dki Jakarta Dalam Melestarikan Kebudayaan Betawi. Dibimbing oleh Fahma Rianti, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembangunan dan kemajuan suatu Bangsa dapat dilihat dari Ilmu Budaya yang dapat di pertahankan dan juga di lestarikan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan Kebudayaan Betawi khususnya pada unsur kesenian budaya. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis adalah hasil observasi lapangan, hasil wawancara dengan informan serta telaah literatur. Dalam landasan yang digunakan dalam model penelitian ini yaitu fungsi dan tujuan Perpustakaan Umum dari teori para ahli. Narasumber yang di wawancara merupakan Koordinator Perpustakaan, Pustakawan, dan Staf Layanan Perpumda Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menemukan yang diadakan dalam setiap lini kegiatan banyak yang berkaitan dengan pelestarian Kebudayaan Betawi termasuk pada bidang kesenian. Fasilitas penunjang dan pihak kerjasama yang dilakukan oleh Perpumda Provinsi DKI Jakarta. Hal itu dilakukan agar meningkatkan minat kunjungan pemustaka dan menjadikan ciri khas perpustakaan dalam mencari informasi Kebudayaan Betawi dan pelestarian kesenian Betawi.

Kata Kunci : Peran Perpustakaan Umum, Pelestarian Kebudayaan, Kebudayaan Betawi.

(6)

ABSTRACT  

Development and progress of a Nation can be seen from the Cultural Sciences that can be maintained and also preserved. The main objective of this research is to determine the role of the DKI Jakarta Provincial Public Library in preserving Betawi Culture, especially in the cultural arts element. The research method used is descriptive qualitative. Data analyzed were the results of field observations, interviews with informants and literature review. The foundation used in this research model is the function and purpose of the Public Library from the theories of experts.

The resource persons interviewed were the Library Coordinator, Librarian, and DKI Jakarta Provincial Library Service Staff. The results of this study found that held in each line of many activities related to the preservation of Betawi culture, including in the arts. Supporting facilities and cooperation carried out by the DKI Jakarta Provincial Government Regulation. This was done in order to increase the interest of library visitors and to make the library unique in finding information on Betawi culture and preservation of Betawi art.

Keywords: The role of public libraries, Cultural Preservation, Betawi Culture.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Ta‘ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarga, sahabat, pengikut dan siapapun yang senantiasa merujuk sikap maupun keilmuan kepada beliau. Adapun judul skripsi ini adalah “Peran Perpustakaan Umum Daerah Provinsi Dki Jakarta Dalam Melestarikan Kebudayaan Betawi”. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dan ilmunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Saiful Umam, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakan.

4. Bapak Amir Fadhilah, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan.

5. Bapak Nuryudi, MLIS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, tenaga, serta pemikirannya untuk membimbing peneliti sejak awal perkuliahan.

(8)

6. Ibu Fahma Rianti, MLIS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pemikirannya dalam membimbing dan menuntun peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan peneliti.

8. Keluarga tercinta Ibu & Ayah kandung saya, dan Om Anton Erlansa yang memberikan dukungan moril dan materil. Kepada keluarga besar Eyang salam dan Kakek Daud Sulaeman. Untaian do‘a, nasehat, perhatian dan semangat yang selalu diberikan sebagai dorongan untuk peneliti menyelesaikan skripsi ini.

9. Kawan-kawan JIPERS khususnya JIP B 2015 yang telah banyak memberikan warna pada proses pembelajaran.

10. Kawan-kawan Bastrantig & Bastradiska SMAN 37 2015, terima kasih atas kebersamaan, kenyamanan, kekeluargaan, motivasi, perhatian, dukungan dan doa yang luar biasa demi terselesainya skripsi ini.

11. Sahabat Bhinneka Tunggal Baca yang selalu saya banggakan dari awal masuk kuliah hingaa akhir masa perkuliahan dan membantu penulisan skripsi ini yaitu Sdr Fajar Dwi, Fahdrizal Muftin, Almory Hasibuan, Indra Saputra, Dianul Malik, Ival Ramadhan, Suci Amelia, terima kasih atas kebersamaan, hiburan, ilmu dan pendorong semangat selama ini dan doa baik untuk terselesainya skripsi ini.

12. Abang tingkat di UIN Jakarta, Bang Laga Al Ahli dan Putra Arsyi Anugrah sebagai mentor saya selama awal masuk hingga penulisan skripsi ini selesai.

13. Kawan-kawan Jakampus UIN Jakarta, terima kasih atas kebersamaannya dan selalu menajadi keluarga setia menemani di akhir masa kuliah hingga selesainya penulisan skripsi ini.

(9)

14. Sahabat sekaligus rekan kerja Kedai Lipusi yang saya banggakan, yaitu Jefrizal Saputra Koto dan Ridho Rosiandi sahabat sejak lama. Riski Abeng dan Salvian Kumara yang selalu membantu Kedai Lipusi pada saat penulisan dan penelitian skripsi sehingga menjadi motivasi yang lebih dalam diri saya.

15. Sahabat sejak lama Deri Tri Putranto, Aldy Nugroho, Ramdhan Sriono Aji, Zulfikar Muammar, Fazry Setiawan atas bantuan, nasehat, motivasi, dukungan dan doa baik untuk peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

16. Kawan-kawan Karang Taruna Kelurahan Manggarai Selatan atas doa dan dukungan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

17. Elya Roza yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah, suka dan juga duka dari awal masuk perkuliahaan sampai akhir masa perkuliahan ini atas dukungan semangat, motivasi, saran, dan doa yang telah diberikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 21 April 2020

Lutfi Julizar

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Definisi Istilah ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II ... 11

TINJAUAN LITERATUR ... 11

A. Peran Perpustakaan ... 11

B. Perpustakaan Umum ... 12

1. Pengertian perpustakaan Umum ... 12

C. Pelestarian Kebudayaan ... 17

1. Pelestarian ... 17

2. Kebudayaan ... 18

D. Kebudayaan Betawi ... 26

E. Peran Perpustakaan Umum Daerah Dalam Pelestarian Kebudayaan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia ... 28

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan ... 28

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan ... 29

(11)

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Serah

Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam ... 30

F. Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III ... 35

METODE PENELITIAN ... 35

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 35

2. Sumber Data ... 36

3. Pemilihan Informan ... 37

4. Teknik Pengumpulan Data ... 37

5. Teknik Analisis Data ... 39

6. Jadwal Penelitan ... 39

BAB IV ... 40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Profil dan Objek Penelitian ... 40

a) Profil Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 40

b) Sejarah Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 41

c) Visi dan Misi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 42

d) Struktur Organisasi ... 43

e) Gedung dan Tata Ruang Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta 44 f) Sarana dan Prasarana Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta .. 45

g) Kegiatan Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 50

h) Koleksi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 53

i) Jadwal Layanan ... 55

j) Jenis Layanan Perpustakaan ... 56

k) Keanggotan Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 57

l) Peraturan dan Tata Tertib Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta 58 B. Hasil Penelitian ... 60

1. Upaya Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan Kebudayaan Betawi. ... 60

(12)

2. Kendala yang dialami Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan

Kebudayaan Betawi ... 73

C. Pembahasan ... 77

1. Upaya Perpumda Provinsi DKI Jakarta Dalam Melestarikan Kebudayaan Betawi ... 77

2. Kendala Perpumda Provinsi DKI Jakarta Dalam Melestarikan Kebudayaan Betawi ... 87

D. Keterbatasan Peneliti ... 89

BAB V ... 90

PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

Daftar Pustaka ... 92

Lampiran ... 94

Lampiran 1. Dokumentasi Lokasi Penelitian ... 94

Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara ... 94

Lampiran 3. Transkip Wawancara ... 106

Lampiran 4. Hasil Observasi ... 129

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ... 133

Lampiran 6. Surat Dosen Pembimbing ... 134

Lampiran 7. Berita Acara Seminar Proposal ... 135

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tampilan Dalam Betawi Corner...94

Gambar 2. Tampilan Depan Betawi Corner...94

Gambar 3. Bagian Teras Betawi Corner...94

Gambar 4. Rak Koleksi Peta DKI Jakarta Tempo Dulu...94

Gambar 5. Ondel-Ondel di Dalam Ruang Betawi Corner...95

Gambar 6. Koleksi Alat Musik Betawi………...95

Gambar 7. Koleksi Alat Musik Betawi...95

Gambar 8. Koleksi Terbitan Berseri...95

Gambar 9. Meja Sirkulasi………. ...96

Gambar 10. Meja Pendaftaran Anggota………...96

Gambar 11. Ruang Karya Cetak dan KArya Rekam...96

Gambar 12. Ruang Perawatan Koleksi (Preservasi)...96

Gambar 13. Buku Tamu Digital...97

Gambar 14. OPAC...97

Gambar 15. Bank Indonesia Corner...97

Gambar 16. Rak Koleksi Buku………...97

Gambar 17. Rak Buku Koleksi Novel...98

Gambar 18. Rak Buku Koleksi Umum...98

Gambar 19. Ruang Baca………...98

Gambar 20. Fasilitas Komputer Untuk Pemustaka...98

(14)

Gambar 21. Ruang Rapat...99

Gambar 22. Ruang Audio Visual...99

Gambar 23. Ruang Anak……...99

Gambar 24. Panggung Ruang Anak...99

Gambar 25. Komputer di Ruang Anak...100

Gambar 26. Rak Buku Ruang Anak...100

Gambar 27. Loker Ruang Anak...100 

Gambar 28. Loker Room Umum...100

Gambar 29. Finalis Abang & None Buku...101

Gambar 30. Kegiatan Library Skills...101

Gambar 31. Peserta Abang dan None Buku...101

Gambar 32. Pemutaran Film di Perpumda DKI Jakarta...101

Gambar 33. Kunjungan Belajar Siswa/I SMA...102

Gambar 34. Kegiatan Preview Koleksi Perpumda DKI Jakarta...102

Gambar 35. Kunjungan Belajar SIswa/I Sekolah Dasar...102

Gambar 36. Kunjungan Belajar Siswa/I Taman Kanak-Kanak...102

Gambar 37. Kunjungan Belajar SIswa/I SMA...103

Gambar 38. Kegiatan Belajar Melalui Perpumda DKI Jakarta...103

Gambar 39. Peresmian Bank Indonesia Corner………...103

Gambar 40. Sosialisasi Uang Rupiah Dari Bank Indonesia...103

(15)

DAFTAR TABEL  

Table 1.1 Informan Penelitian...33 Table 2.1 Jadwal Penelitian...35 Table 3.1 Jam Layanan Perpustakaan...51  

   

(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Struktur Organisasi...39

(17)

DAFTAR LAMPIRAN  

Lampiran 1. Dokumentasi Lokasi Penelitian………..89

Lampiran 2. Pertanyaan Wawancara………...…99

Lampiran 3. Transkip Wawancara ………..….101

Lampiran 4. Hasil Observasi………..…...…121

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan arus globalisasi semakin pesat melalui media cetak maupun non-cetak dengan menampilkan budaya-budaya asing yang berdampak hilangnya peduli masyarakat terhadap budaya lokal. Hal ini sering terjadi di kota-kota besar berbagai negara maju maupun berkembang.

Perubahan gaya hidup, pergaulan, hingga gaya pakaian merupakan dampak masuknya budaya asing. Cepat atau lambat budaya lokal akan menurun eksistensinya apabila tidak ada sebuah upaya pelestarian dari pemerintah pusat ataupun daerah serta kesadaran masyarakat dalam menjaga aset budaya lokal.

Ada beberapa kota besar di Indonesia dan salah satunya ialah Kota Jakarta dengan kepadatan serta kesibukan penduduk di dalamnya yang menjadi salah satu dampak dari pusat pemerintahan, Kota Jakarta menjadi Ibukota Negara Indonesia sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah diperbarui dari Undang-Undang sebelumnya dan dilengkapi dengan pasal yang berbunyi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, selanjutnya disingkat Provinsi DKI Jakarta, adalah provinsi yang mempunyai kekhususan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah karena kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia1. Sebagai status Ibukota tentunya sampai saat ini menjadi tujuan penduduk daerah lain yang ada di Indonesia maupun warga Negara Asing (WNA) untuk mengadu nasib di Jakarta. Oleh sebab itu yang

 

1 Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia” (n.d.).

(19)

menjadikan masyarakatnya multikultural atau beragam suku budaya maupun agama. Untuk itu kita diingatkan oleh kutipan ayat yang memberikan perintah untuk tetap hidup bersatu walaupun berbeda-beda suku budaya ataupun

agama, ayat tersebut berbunyi sebagai berikut

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”. (Al -Hujurat ayat 13).

Dalam tafsiran dari Quraish Shihab mengenai ayat tersebut berbunyi

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari satu asal Adam dan Hawa. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.

Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya.

Dapat ditarik kesimpulan dari ayat tersebut mengenai keanekaragaman suku dan budaya yaitu bukan untuk saling menyebar kesombongan dengan meninggikan suku dan budaya masing-masing. Akan tetapi untuk saling mengenal, bergotong-royong, saling membantu, dan mewarisi kebudayaan.

Oleh karena itu semua terlihat sama, yang membedakan diantara mereka

(20)

hanyalah ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mentaati segala aturannya dan menjauhi segala larangannya.

Kota Jakarta memiliki budaya asli yaitu budaya Betawi, budaya Betawi sudah banyak menghadirkan catatan sejarah maupun warisan budaya dari Nenek Moyang. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi menjadi seperti tamu di tanahnya sendiri bahkan tidak sedikit masyarakat Betawi yang kini tinggal di luar tanah kelahirannya. Banyaknya budaya luar yang masuk ke dalam berdampak pada tradisi budaya Betawi menjadi terkikis dan seolah dilupakan. Seperti yang dilansir dari www.megapolitan.kompas.com mengambil liputan berita tentang jalannya Festival Beawi di wilayah Condet Jakarta Timur, dari ketua penyelenggara sendiri menjelaskan diadakannya event tersebut untuk melestarikan kesenian, kuliner, dan tradisi Kebudayaan Betawi, sebab Ketua Festival Condet 2019 yaitu Hafidz Setiawan mengatakan Budaya kita disini sudah dicampur aduk oleh Korea, Amerika, Jepang, dan Negara lainnya. Kami bertujuan agar anak muda peduli dengan budaya sendiri. Selain itu di sepanjang jalan juga disediakan 400 stand yang isinya pernak-pernik dari warga Condet itu sendiri dan juga isinya berupa kuliner.

Ada pula dilansir dari Setubabakanbetawi.com sebuah artikel yang ditulis dengan judul “Festival Kebudayaan Betawi” yang kerap kali dilaksanakan rutin setiap tahunnya oleh Dinas Kebudayaan yang bekerja sama dengan komunitas penggerak Kebudayaan Betawi, buah hasil dari keresahan masyarakat atas dasar mempertahankan Budaya Betawi khususnya di tanah kelahiran sendiri. Di dalamnya dituangkan sebuah pertunjukan seperti Lenong, Adu Pantun, Tari-tarian, serta kuliner khas Betawi. Dalam perundang-undangan pemerintah menjelaskan bahwa keberagaman Kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah

(21)

dinamika perkembangan dunia2. Warisan budaya harus tetap dijaga dan dilestarikan, budaya memiliki nilai tinggi pada suatu bangsa3. Melalui budaya dapat dipahami keadaan masyarakat, perbedaan masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Budaya juga dapat menjadi jati diri bangsa itu sendiri, oleh sebab itu untuk mengahrgai suatu warisan budaya perlu upaya menjaga serta melestarikan agar tidak hilang. Warisan budaya nasional atau warisan budaya bangsa adalah cermin tingginya peradaban bangsa4. Salah satu cara mencerminkan sebagai Negara yang besar yaitu dengan menjaga, melestarikan, dan menyebarkan lagi warisan budaya.

Untuk melakukan upaya antisipasi hilangnya suatu budaya serta melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia, Pemerintah bisa melakukan hal ini melalui perpustakaan-perpustakaan Daerah. Karena keberadaan Perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Kebudayaan. Tinggi rendahnya suatu budaya dapat dilihat dari kondisi Perpustakaannya. Dengan adanya kalimat tersebut maka Perpustakaan menjadi peran utama sebagai pusat budaya dalam melestarikan budaya serta peradabannya, salah satu cara tersebut dengan memaksimalkannya koleksi budaya lokal yang disediakan Perpustakaan Umum Daerah dengan ciri khas masing-masing daerah. Selain untuk memenuhi kebutuhan pemustaka dengan pembelajaran sepanjang hayat, hal lain yang dapat meningkat juga yang berdampak lestari nya budaya lokal.

Hal ini didukung dengan adanya UU No 43 Tahun 2007 mengenai Perpustakaan Umum disebutkan bahwa setiap Perpustakaan Umum Daerah berkewajiban menunjukkan kebudayaan setempat/lokal guna melestarikan atupun menjadi wadah Budaya di dalam Perpustakaan, di Kota Jakarta yang

 

2 Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan” (n.d.).

3 H Lasa, Peran Perpustakaan Dalam Melestarikan Budaya Dan Membangun Peradaban (Yogyakarta: Perpustakaan UGM, 2009).

4 Putu Wijaya, Peran Perpustakaan Dalam Melestarikan Dan Menjaga Aset Bangsa (Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, n.d.).

(22)

berperan penting dalam hal serupa yaitu Perpustakaan Umum Daerah (Perpumda) Provinsi DKI Jakarta. Hal ini sejalan dengan tugas pokok dan fungsi dari perpustakaan umum karena memiliki fungsi penyimpanan, informasi, kebudayaan, pendidikan, rekreasi, penelitian, dan deposit.

Perpumda Provinsi DKI Jakarta memiliki peran besar dalam membuat upaya melestarikan Kebudayaan betawi. Perpumda Provinsi DKI Jakarta bisa menjadi salah satu wadah Kebudayaan Betawi dalam menjalani peran perpustakaan umum sebagai pusat kebudayaan yang bertugas menghimpun, merawat, mengembangkan dan menyebarkan koleksi kebudayaan. Oleh karena perlu dilihat sejauh mana Perpumda Provinsi DKI Jakarta telah dengan sempurna menjalankan tugas maupun peran perpustakaan umum sebagai sarana kebudayaan atau bahkan belum sama sekali menjalankan tugas dan peran yang telah kita ketahui mengenai poin yang ada pada perpustakaan umum tersebut.

Sejauh ini peran Perpumda Provinsi DKI Jakarta telah melakukan langkah pelestarian Budaya Betawi melalui adanya Betawi Corner dengan menyediakan koleksi khusus berupa buku-buku maupun jurnal tentang sejarah sampai perkembangan Budaya Betawi dan Kota Jakarta. Selain itu juga menyediakan koleksi dengan memamerkan dari alat musik, pakaian adat, hingga patung ondel-ondel di dalamnya. Adapun interior bangunan Betawi Corner itu memiliki desain rumah adat khas Betawi, pada luar ruangan tersebut mengenai interior bagian penyimpanan koleksi umum dan ruang baca juga memiliki interior ukiran khas Budaya Kota Jakarta seperti desain Gigi Balang. Hal yang tidak dilupakan dari Perpumda DKI Jakarta dalam hal pelestarian ini ditandai dengan seragam yang dipakai Pustakawan pada salah satu hari per minggunya menggunakan pakaian khas adat Betawi.

Pengenalan terhadap kebudayaan Betawi sangat penting dalam meningkatkan masyarakat Jakarta dan juga pendatang agar kebudayaan Betawi tetap eksis di berbagai kalangan dan tidak kehilangan arah budaya

(23)

setempat. Selain untuk pengenalan secara publik, menjaga dan melestarikan budaya betawi juga dapat meningkatkan masyarakat Jakarta menjadi lebih peduli dan terbentuk rasa memiliki terhadap budaya lokal.

Dalam permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam dan memutuskan untuk meneliti serta mengkaji tentang peran maupun kendala yang dilakukan Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan dan penyebaran kebudayaan betawi, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta Dalam Melestarikan kebudayaan Betawi”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan, peneliti akan membatasi penelitian ini. Penelitian ini tentang peran Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan Kebudayaan Betawi, meliputi peranan Perpumda Provinsi DKI Jakarta, peran penyebaran dan kendala Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga serta melestarikan Budaya Betawi di dalam perpustakaan pada salah satu poin unsur kebudayaan, yaitu pada unsur kesenian.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah dalam proposal penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peran Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan kesenian kebudayaan betawi ?

2. Bagaimana kendala yang dialami Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan kesenian kebudayaan betawi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

(24)

1. Untuk mengetahui peran Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan kesenian kebudayaan betawi

2. Untuk mengetahui kendala yang dialami Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan kesenian kebudayaan betawi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Manfaat akademis setelah melakukan penelitian ini adalah

untuk menambah referensi bagi penelitian yang lebih lanjut 2. Manfaat bagi perpustakaan setelah melakukan penelitian ini

adalah memberikan sumbangan pemikiran dan masukan untuk perpustakaan dalam melestarikan kesenian kebudayaan betawi 3. Manfaat bagi peneliti setelah melakukan penelitian ini adalah

dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal melestarikan kesenian kebudayaan betawi pada bidang Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta

D. Definisi Istilah 1. Peran

Peran merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya5

2. Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta

Perpustakaan umum daerah Provinsi DKI Jakarta merupakan suatu lembaga instansi pemerintah yang bergerak pada bidang perpustakaan dan dikelola oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI

 

5 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan : Membahas Gejala Pendidikan Dalam Konteks Struktur Sosial Masyarakat (Jakarta: Bina Ilmu, 1982).

(25)

Jakarta, serta bertempat di Gedung Nyi Ageng Serang lantai 7-8, Kuningan – Jakarta Selatan.

3. Pelestarian

Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif.

Mengenai pelestarian budaya lokal adalah mempertahankan nilai nilai seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang.

4. Kebudayaan Betawi

Betawi adalah sebuah kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang penduduk umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa pada masa lalu. Kebudayaan betawi memiliki tradisi serta kebiasaan yang sering dilakukan sampai saat ini meskipun sudah tidak lagi seperti dahulu. Budaya Betawi sudah lahir sejak puluhan abad lalu, bangsa Belanda dan Cina sedikit menjadi campuran kebudayaan Betawi mulai dari bahasa, pakaian adat, makanan, alat musik, serta peninggalan warisan kebudayaan lainnya.

5. Warisan Budaya

Warisan budaya adalah benda atau atribut tak berbenda yang merupakan jati diri suatu masyarakat atau kaum yang diwariskan dari generasi-generasi sebelumnya, yang dilestarikan untuk generasi-generasi yang akan datang.

Dalam mewariskan kebudayaan ada dua sifat, yaitu bersifat vertikal yang diwariskan dari anggota keluarga, kedua sifat horizontal yang didapat dari lingkungan sekitar, teman sebaya, maupun institusi yang ada di dalam Negara.

(26)

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini menjelaskan latar belakang masalah yaitu tentang alasan pemilihan tema untuk penulisan skripsi ini beserta, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur

Dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan hal yang diteliti mengenai Perpustakaan Umum, pelestarian, kebudayaan secara umum, dan kebudayaan Betawi.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan seperti jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan, sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpukan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini membahas profil objek penelitian dan menguraikan hasil penelitian seperti peran Perpumda Provinsi DKI Jakarta di bidang kebudayaan, peran Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan Kebudayaan Betawi, dan kendala Perpumda Provinsi DKI Jakarta dalam melestarikan Kebudayaan Betawi.

Bab V Penutup

(27)

Dalam bab ini membahas kesimpulan dan saran-saran yang dapat dipertanggungjawabkan dari keseluruhan pembahasan penelitian yang telah dilakukan.

(28)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR A. Peran Perpustakaan

Perpustakaan menjadi tempat penyedia informasi berupa koleksi- koleksi cetak sejak awal berdiri, selain itu juga perpustakaan menjadi tempat penyedia utama ilmu-ilmu pengetahuan, ilmu keagamaan, ilmu alam, hingga ilmu kebudayaan. Kini ilmu kebudayaan itu sendiri dituangkan dalam perpustakaan tidak hanya dari sejarah yang ada dalam media cetak saja.

Melainkan lebih banyak menonjolkan ciri khas kebudayaan itu sendiri dalam bentuk fisik agar pencari informasi lebih mudah memahami dan meningkatkan ketertarikan tersendiri. Nilai nilai tersebut merupakan yang tergandung dalam fungsi perpustakaan pada umumnya. Sebab fungsi dari perpustakaan itu sendiri adalah adanya nilai pendidikan, informasi, sejarah di dokumentasi, sosial, budaya, ekonomi, demokrasi, dan nilai hiburan ata rekreasi.6

Pepustakaan memiliki gagasan yang berpegang teguh dengan kebudayaan. Dengan kebudayaan di dalam perpustakaan menjadi hal yang juga utama untuk memajukan ilmi dan koleksi yang ada dan tersedia di dalam perpustakaan itu sendiri.

Untuk meningkatkan gagasan perpustakaan melalui kebudayaan, maka perpustakaan sudah selayaknya untuk meningkatkan peran dalam hal melestarikan kebudayaan lokal demi kemajuan dan pedoman masyarakat pada umumnya. Selain itu juga untuk menjalankan fungsi perpustakaan yang sifatnya mengumpulkan berbagai sumber informasi melalui media cetak maupun non-cetak dan berkaitan dengan literatur kebudayaan. Pengumpulan

 

6 Laksmi, Tinjauan Kultural Terhadap Kepustakawanan : Inspirasi Dari Sebuah Karya Umberto Eco (Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2006), h 102.

(29)

tersebut dapat dilakukan dengan cara pembelian, hadiah, pertukaran, permintaan dan penerjemahan.7

B. Perpustakaan Umum

1. Pengertian perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan salah satu jenis perpustakaan yang terbuka untuk umum, diselenggarakan dari dana yang berasal dari umum dengan sasaran untuk melayani umum dengan tidak memandang perbedaan dan kedudukan, pekerjaan, pandangan politik, agama, jenis kelamin, usia dan suku bangsa.8

Menurut undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, ras, agama, dan status sosial ekonomi.9

Sumber pendaan atau keuangan operasional perpustakaan umum berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan.10 Selain itu seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan penggunaannya tidak terbatas pada kelompok orang tertentu.11

Adapun ciri-ciri perpustakaan umum yang dituangkan dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan, yaitu :

a) Terbuka untuk umum b) Dibiayai oleh dana umum

 

7 Laksmi, Tinjauan Kultural Terhadap Kepustakawanan : Inspirasi Dari Sebuah Karya Umberto Eco (Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2006), h 74.

8 Agung Sutoyo, Strategi Dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2001).

9 Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan” (n.d.).

10 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Samitra Media Utama, 2004).

11 Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h 17.

(30)

c) Jasa yang diberikan pada hakekatknya cuma-cuma12

Dari definisi yang telah dikemukakan tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang penyelenggaraannya bersumber dari dana umum warga negara berupa pajak setelah itu dihimpun pada suatu negara lalu dikelola oleh pemerintah untuk memberikan layanan serta berfungsi untuk mencerdaskan dan membuka informasi dengan penyediaan koleksi di dalamnya untuk seluruh kepentingan umum tanpa membeda-bedakan latar belakang pengguna.

1.1. Tujuan Perpustakaan Umum

Tujuan perpustakaan umum yang disusun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dirinci ke dalam 3 jenis tujuan yang secara hierarki sebagai berikut :

1.1.1. Tujuan Umum

Perpustakaan umum bertujuan untuk membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar mandiri masyarakat, sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta memberikan kesegaran rohani masyarakat yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional

1.2.2. Tujuan Fungsional

Tujuan ini sama halnya seperti tujuan khusus. Berikut poin- poin tujuan fungsional perpustakaan umum :

 

12 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h 46.

(31)

a) Mengembangkan minat membaca

b) Mengembangan kemampuan mencari, mengolah, serta memanfaatkan informasi

c) Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna

d) Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri e) Memupuk minat dan bakat masyarakat

f) Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif g) Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat

h) Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional dengan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.

1.2.3. Tujuan Operasional

Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya, sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur, dan dievaluasi keberhasilannya.13

Selanjutnya dalam manifesto yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tahun 1972 dinyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu :

 

13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), h 6.

(32)

a) Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik

b) Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topic yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat

c) Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahanpustaka. Fungsi ini disebut fungsi pendidikan berkesinambungan atau pendidikan seumur hidup

d) Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.14

1.2. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Umum

Fungsi perpustakaan umum memiliki beberapa poin-poin penejelasan sebagai berikut :

a) Fungsi Edukatif  

14 Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h 5.

(33)

Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat disajikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri

b) Fungsi Informatif

Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, merupakan penyedia buku-buku referensi, bacaan ilmiah popular berupa buku, dan majalah ilmiah serta data penting lainnya yang diperlukan pembaca

c) Fungsi Kultural

Perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk cetak/terekam

d) Fungsi Rekreasi

Perpustakaan umum tidak hanya menyediakan koleksi bacaan ilmiah, akan tetapi juga menyediakan koleksi bacaan hiburan seperti buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja, dan dewasa15

Adapun tugas pokok dari perpustakaan umum, yaitu :

a) Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat

b) Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin

c) Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, non formal, dan informal

 

15 Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum, h 21.

(34)

d) Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional16 Dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum memiliki fungsi sebagai edukatif, informatif, kultural, serta rekreasi yang ditujukan kepada pemustaka. Selain itu perpustakaan umum bertugas untuk melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasi nya dan penyedia wadah belajar sepanjang hayat baik formal, informal, dan non formal guna berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

C. Pelestarian Kebudayaan 1. Pelestarian

Pelestarian berasal dari kata dasar lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Pengunaan awalan me- dan akhiran –kan artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja).Jadi berdasarkan kata kunci lestari ditambah awalan me- dan akhiran – kan, maka yang dimaksud pelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selamalamanya tidak berubah. Bisa pula didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan sesuatu supaya tetap sebagaimana adanya.17

Menurut A.W Widjaja mengartikan melestarikan sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif. Mengenai pelestarian budaya lokal adalah mempertahankan nilai nilai seni budaya, nilai tradisional dengan

 

16 Yusuf, h 18.

17 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2006).

(35)

mengembangkan perwujudan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang.18

Pada definisinya, melestarikan adalah sebuah upaya yang berdasar, dan dasar ini dsebut juga faktor-faktor yang mendukungnya baik itu dari dalam maupun dari luar dari hal yang dilestarikan. Maka dari itu, sebuah proses atau tindakan pelestarian mengenal strategi atapun teknik yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya masing-masing.Kelestarian tidak mungkin berdiri sendiri, oleh karena senantiasa berpasangan dengan perkembangan, dalam hal ini kelangsungan hidup. Kelestarian merupakan aspek stabilisasi kehidupan manusia, sedangkan kelangsungan hidup merupakan percerminan dinamika.19

Merujuk pada definisi pelestarian diatas, maka saya mendefinisikan bahwa yang dimaksud melestarikan budaya adalah upaya untuk mempertahankan agar budaya tetap sebagaimana adanya.

2. Kebudayaan

Kebudayaan sering kali kita kaitkan dengan seni dalam kehidupan sehari hari. Kata budaya sendiri berasal dari kata “buddhayah” yang berasal dari bahasa sansekerta dan merupakan bentuk jamak kata “budhi” yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan sendiri seringkali diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kebudayaan sendiri menurut definisi para ahli, Selo Soemardjan & Soelaeman Soemardi mendefinisikan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta dari masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau untuk kebudayaan jasmani yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat

 

18 Widjaja A.W., Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bina Aksara, 1986).

19 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2003).

(36)

Menurut antropolog E.B Tylor mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.20

Ki Hajar Dewantoro mengemukakan pengertian kebudayaan yaitu buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mecapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.21

Pada buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang ditulis Prof. Dr.

Rusmin Tumanggor, M.A. memberikan pandangan tentang kebudayaan yang merupakan konsep, keyakinan, nilai, dan norma yang dianut dalam masyarakat yang memperngaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.22 Selain itu menurut Sidi Gozalba pada buku Ilmu Budaya Dasar menjelaskan bahwa kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu.23

Kesimpulan dari berbagai teori mengenai kebudayaan di atas bahwa kebudayaan merupakan nilai-nilai dasar hasil karya dari suatu daerah maupun sekelompok golongan yang menciptakan tata cara hidup serta sebuah upaya dalam menghadapi gangguan di alam untuk bertahan hidup yang kemudian tercipta sebuah pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat. Kebudayaan menjadi simbol masing-masing daerah karena memiliki

 

20 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990).

21 Supartono, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001).

22 Tumangggor R, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h 141.

23 Prasetyo T, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1998).

(37)

keunikan dan perbedaan dengan budaya lainnya. Tidak hanya berupa barang yang bisa disebut hasil kebudayaan, non-barang pun dapat disebut sebagai kebudayaan yang contohnya seperti pemikiran, lagu, dan tradisi upacara adat.

2.1. Wujud Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

a) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat

c) Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia24 Ketiga wujud kebudayaan yang telah disebutkan diatas, dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak dapat dispisahkan satu dengan yang lainnya.

2.2. Faktor Pengaruh Kebudayaan a) Faktor Ras

Faktor ras terbagi menjadi dua jenis yakni, ras superior dan ras imperior. Ras superior ialah ras yang mampu menciptakan kebudayaan. Ras imperior ialah ras yang hanya mampu menggunakan hasil kebudayaan dan menurut saja.

b) Faktor Lingkungan Geografis

Faktor ini biasanya dihubungkan dengan keadaan tanah, iklim, temperature/suhu udara dimana manusia bertempat tinggal c) Faktor Perkembangan Teknologi

Faktor ini sangat mempengaruhi pada zaman sekarang, semakin tinggi tingkat teknologi manusia maka pengaruh

 

24 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara Baru, 2011).

(38)

lingkungan geografis terhadap perkembangan kebudayaan semakin berkurang

d) Faktor Hubungan Antar Bangsa

Faktor ini terjadi pada beberapa proses antara lain seperti datangnya kaum imigran, perkawinan, disfusi kebudayaan, serta penggabungan dua unsur kebudayaan yang berbeda di luar daerah kebudayaan.

e) Faktor Sosial

Susunan suatu masyarakat dan hubungan interaksi sosial diantara warganya membentuk suatu watak dan ciri-ciri dari masyarakat tersebut

f) Faktor Religi

Kepercayaan suatu masyarakat yang telah diyakini sejak masa yang telah lalu sulit hilang begitu saja

g) Faktor Prestise

Faktor ini biasanya bersifat individual yang dipopulerkan di dalam kehidupan sosial25

Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh dengan kehidupan bermasyarakat, di dalam kehidupan kota yang telah bercampur dengan kebudayaan lain, ciri khas kebudayaan lokal khususnya kebudayaan betawi harus tetap di pegang erat serta tugas instansi pemerintah lebih menekankan dengan cara melestarikan kebudayaan kepada masyarakat sekitar.

2.3. Unsur – Unsur Kebudayaan

Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami beberapa unsur kebudayaan manusia.

Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of  

25 R Warsito Drs. H., Antropologi Budaya (Yogyakarta: Ombak, 2015), h 56.

(39)

Culture dan diejaskan kembali dalam bahasa indonesia oleh Koentjaraningrat memiliki 7 unsur budaya, yaitu :

a) Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

b) Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi adalah bagaimana pengetahuan manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya.

c) Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam

(40)

kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari.

d) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda- benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

e) Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

f) Sistem Religi Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi

(41)

bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

g) Kesenian Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan.

Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

Dalam kajian antropologi kontemporer terdapat kajian visual culture, yakni analisis kebudayaan yang khusus mengkaji seni film dan foto. Dua media seni tersebut berusaha menampilkan kehidupan manusia beserta kebudayaannya dari sisi visual berupa film dokumenter atau karya-karya foto mengenai aktivitas kebudayaan suatu masyarakat.

(42)

2.4. Komponen Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:

a) Kebudayaan Material

Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi seperti mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang b) Kebudayaan Non Material

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.26

Di dalam Perpumda Prvovinsi DKI Jakarta telah mengoleksi komponen utama kebudayaan betawi, tingkat kegunaan koleksi harus dikembangkan dengan cara penyebaran koleksi yang ada di dalam perpustakaan agar tepat sasaran.

Dapat dimaknai arti dari Pelestarian Kebudayaan merupakan suatu cara atau gerakan mempertahan maupun melestarikan kebiasaan (tradisi) yang telah dilakukan turun-temurun dalam jangka waktu ratusan tahun lalu, dengan mengulang kembali di kehidupan sehari- hari ataupun dengan mengadakan program dengan bentuk edukasi kepada masyarakat dengan menampilkan kebudayaan dari segi nilai dasar, keagamaan, tata cara kehidupan, serta hasil karya yang dihasilkan pada masa lampau.

 

26 Tri, Ilmu Budaya Dasar.h 66.

(43)

D. Kebudayaan Betawi

Jakarta sebagai suatu tempat yang terletak di pinggir pantai, dalam proses perjalanan sejarahnya, menjadi kota pelabuhan dan dagang. Kota ini kemudian menjadi pusat kota administrasi, politik, dan bahkan menjadi salah satu pusat untuk memperoleh pendidikan di Indonesia. Sifat dan ciri Kota Jakarta yang demikian itu telah memungkinkan menjadi arena tempat pembauran berbagai etnik yang ada di Indonesia, dan bahkan berbagai bangsa yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Mereka datang dengan berbagai macam kepentingan, dan juga dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda pula. Pembauran itu telah melahirkan suatu masyarakat dan kebudayaan baru bagi penghuni Kota Jakarta tadi, yang kemudian dikenal sebagai “Orang Betawi”

Betawi adalah suku bangsa yang berdiam di wilayah DKI Jakarta, dan wilayah sekitarnya yang termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini biasa pula disebut “Orang Betawi”, “Melayu Betawi”, atau “Orang Jakarta” (atau Jakarte menurut logat setempat). Nama Betawi itu berasal dari kata Batavia nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dulu. Etnik Betawi memiliki latar belakang sejarah yang telah melewati rentang waktu yang cukup panjang.

Sejak lebih dari 400 tahun yang lalu, masyarakat Betawi yang kemudian menjadi masyarakat seperti yang dikenal sekarang merupakan hasil dari suatu proses asimilasi. Masyarakat itu dengan budayanya merupakan hasil pembauran berbagai unsur budaya berbagai bangsa, dan suku bangsa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.27

Bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa yang berbaur dan yang kemudian mewujudkan kebudayaan baru tadi dalam periode waktu yang berbeda-beda.

Pihak-pihak yang datang itu antara lain ialah orang Portugis, Cina, Belanda,  

27 Melalatoa M. J, Betawi Dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). h 44

(44)

Arab, India, Inggris, Jerman; dan dari daerah-daerah di Indonesia, misalnya Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Sunda, Banda, dan lain-lain. Pada periode yang lebih akhir variasi suku bangsa yang datang menjadi lebih banyak lagi. Kemudian diketahui bahwa berbagai unsur budaya terpadu menjadi satu budaya yang disebut kebudayaan Betawi tadi. Perpaduan itu tercermin dalam bahasa, kepercayaan, kesenian, teknologi, seperti pakaian, makanan, dan lain-lain.

Sebagai contoh, kebudayaan Betawi diselipi unsur budaya Portugis terutama dalam hal bahasa. Sampai dengan abad ke-18 bahasa Portugis pernah menjadi bahasa pergaulan (lingua franca) di kalangan masyarakat yang tinggal di Jakarta tadi. Pengaruh Portugis ini terasa pula dalam seni musik, yang kemudian dikenal menjadi musik keroncong, juga tari-tarian, pakaian warna hitam, dan lain-lain.

Kebudayaan Portugis ini masuk melalui orang Mardijkers, yaitu orang yang semula berasal dari Malabar, India, yang telah menyerap budaya Portugis.

Demikian pula kebudayaan Cina telah banyak pula memberikan pengaruhnya di kalangan penduduk Jakarta. Orang-orang Cina yang datang ke Jakarta sebenarnya berasal dari etnik yang berbeda di daerah asalnya di daratan Cina. Masing-masing etnik itu menggunakan bahasa tersendiri, yaitu bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka, dan Katon. Di Jakarta, unsur budaya Cina yang terserap ke dalam budaya Betawi adalah unsur bahasa, kesenian, dan makanan.

Pengaruh kesenian Cina tercermin dalam irama-irama lagu, alat-alat musik, bahkan nama-nama keseniannya sendiri.

Kesenian memang merupakan salah satu unsur budaya yang pada hakikatnya lebih mudah dinikmati dan diterima oleh pihak-pihak yang berlatar budaya berbeda. Penikmatan keindahan itu tidak terhalang oleh batas suku bangsa atau bangsa. Rupanya hal inilah yang menyebabkan tidak terhalang masuknya kesenian Cina, seperti gambang rancag, atau rebana sebagai unsur budaya Arab, atau topeng dari unsur budaya Sunda, dan lain-lain. Pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui orang Moors (berasal dari kata Mouro, yaitu

(45)

istilah Portugis untuk orang Muslim). Pengaruh Arab ini sudah berlangsung sejak abad ke-19, dan pengaruh itu tampak dalam bahasa, kesenian, dan lain-lain.

Pengaruh lain berasal dari Belanda, misalnya dalam sistem mata pencaharian, pendidikan.28

Dari penjelasan diatas mengenai kebudayaan betawi dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki jenis pernikahan, permainan betawi, makanan, minuman, alat musik, dan lagu yang khas betawi. Hasil tersebut merupakan percampuran antara bangsa lain maupun suku budaya yang ada di Indonesia. Semua itu adalah suatu keanekaragaman kebudayaan yang di miliki Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah maupun Perpustakaan Daerah terkait. Namun, perlu didukung dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri agar seni dan kebudayaan betawi dapat terjaga kelestariannya.

E. Peran Perpustakaan Umum Daerah Dalam Pelestarian Kebudayaan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan

Perpustakaan dengan kebudayaan memiliki keterikatan yang sangat kuat satu sama lain, pada Undang-Undang yang dibentuk tahun 2007 tentang perpustakaan mempertimbangkan bahwa sebagai salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa. Dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, pada Bab I telah dijelaskan terkait Perpustakaan sebagai pengelola karya tulis karya cetak/rekam yang memiliki sifat pendidikan

 

28 Melalatoa M. J, Betawi Dalam Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). h 50

(46)

sehingga dapat dilayankan kepada umum untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi para pemustaka.

Selain itu pada Bab II pasal 8 poin f menyebutkan pemerintah Provinsi berkewajiban menyelenggarakan dan mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasar kekhasan daerah sebagai pusat penelitian dan rujukan tentang kekayaan budaya daerah di wilayahnya.

Berikutnya pada pasal 10 poin c menjelaskan agar pemerintah daerah berwenang mengalihmediakan naskah kuno yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah masing-masing untuk dilestarikan dan didayagunakan.

Pada Bab VII pasal 22 ayat 2 mengenai perpustakaan umum yang dijelaskan yaitu, Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan

Kebudayaan di Indonesia memiliki kekayaan serta keanekaragaman budaya dari ujung Sabang sampai Merauke, demi terciptanya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 dengan menjaga segenap bangsa Indonesia, maka pemerintah perlu langkah strategis dalam melestarikan kebudayaan yang ada dengan menjelaskan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Pada Bab I pasal 1 Ayat 3 menjelaskan bahwa Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.

(47)

Dengan menjalankan seluruh tugas tersebut maka harus memiliki sarana dan prasarana yang menunjang agar terciptanya tujuan yang sempurna.

Di dalam penjelasan sarana prasarana penunjang saat menjalankan proses pemajuan kebudayaan pada Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa Perpustakaan menjadi sarana penunjang aktivitas dari proses pemajuan kebudayaan yang akan dan sedang dijalankan.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam

Pembahasan di dalam peraturan perundang-undangan ini dominan menjadikan Perpustakaan sebagai media penyimpanan dari keseluruhan karya cetak maupun karya rekam yang ada untuk dijadikan sebagai bahan deposit kepada perpustakaan nasional ataupun daerah. Hal itu pun sejalan dengan peran tugas dan fungsi perpustakaan.

Pada bagian undang-undang ini juga dijelaskan mengenai kerjasama instansi maupun lembaga lain yang memiliki nilai kebudayaan untuk dapat dilestarikan melalui perpustakaan, dengan adanya penjelasan tersebut dalam bentuk tertulis yang telah di sahkan dapat menjadi landasan dasar perpustakaan sebagai penggerak tongkat estafet kebudayaan dalam bentuk pemeliharaan dan pelestariannya.

F. Penelitian Terdahulu

Skripsi yang disusun Setri Wulandari yang merupakan mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Peran Pustakawan Dalam Pelestarian Budaya Lokal di Balai Layanan Perpustakaan BPAD Daerah

(48)

Istimewa Yogyakarta (Grhatama Pustaka) pada tahun 2018 dengan menggunakan metode penelitian Deskriptif Kualitatif serta pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan hasil pembahasan yaitu pustakawan memiliki empat peran yang disingkat menjadi EMAS (Edukator, Manager, Administrator, Supervisor). Akan tetapi pustakawan pada perpustakaan tersebut di dominasi hanya ketiga peran saja yang berhasil dijalankan, yaitu peran educator, administrator, dan supervisior.

Adapun peran pustakawan dalam pelestarian budaya yang pertama dengan menggunakan media promosi di dalam dunia maya ataupun penggunaan brosur dalam bentuk promosi kebudayaan lokal di dalam perpustakaan.

Kedua, dengan melakukan pengembangan koleksi menggunakan cara kebijakan seleksi koleksi, pemilihan bahan, pengadaan, penyiangan, serta evaluasi. Ketiga, dengan cara pengembangan wacana budaya yang merupakan kegiatan diskusi kebudayaan yang ada di Yogyakarta maupun Nusantara.

Keempat, penyimpanan serta pelestarian peninggalan kebudayaan berupa karya cetak maupun non cetak, koleksi cetak berupa manuskrip dan non cetak berupa alat musik. Pada penelitian ini ada beberapa kesamaan mengenai peran perpustakaan dengan kebudayaan, akan tetapi perbedaannya sangat menonjol pada fokus pembahsan yang hanya meneliti peran pustakawan saja. Berbeda dengan penelitian yang penulis teliti dengan lebih meluaskan menjadi peran perpustakaan umum daerah serta pelestarian kebudayaan betawi.

Selanjutnya skripsi kedua yang menjadi penelitian terdahulu ataupun tidak jauh memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis buat yaitu dengan judul Perpustakaan Sebagai Pusat Kebudayaan (Tinjauan Terhadap Perpustakaan Yayasan Karta Pustaka Yogyakarta) yang disusun oleh Farid Rahmat Rahmat Saleh Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perpustakaan Yayasan Karta Pustaka Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan serta cara mewujudkannya. Penelitian ini pun juga menggunakan metode kualitatif

(49)

dengan cara pengumpulan data menggunakan cara observasi, wawancara, dan observasi kemudian disajikan dengan bentuk naratif. Hasil penelitian ini menghasilkan, yang pertama yaitu peran perpustakaan Yayasan Karta Pustaka Yogyakarta sebagai tempat apresiasi, eksperimentasi, dan penciptaan dengan dukungan koleksi yang dimiliki baik cetak maupun non cetak dengan tema kebudayaan yang bertaraf lokal, nasional, hingga internasional dalam bentuk artikel, berita, ulasan, hingga hasil penelitian yang informasinya sangat luas.

Kedua, peranan tersebut akan berjalan apabila ada usaha-usaha posisi yang mendukung. Usaha pendukung fungsinya untuk menjadi pendorong orang untuk mengenal koleksi/informasi yang ada di dalam perpustakaan, mendorong suatu karya untuk terjadi komunikasi saat karya di diskusikan atau dibacakan, kemudian menajadi ide gagasan baru saat koleksi telah di diskusikan. Sehingga perpustakaan berperan aktif dalam menghimpun, merawat, dan menyebar koleksi. Hal ini kembali kepada kegiatan hakikat kebudayaan yang dimana terus berputar. Kesamaan dari skripsi ini yaitu dengan meneliti peran perpustakaan sebagai pusat kebudayaan, tetapi perbedaan nya yaitu perpustakaan yang diteliti merupakan yayasan, berbeda dengan penulis yaitu perpustakaan umum daerah. Selain itu perbedaaan juga dengan penulis yang hanya mengkrucutkan penelitian pada proses pelestarian Kebudayaan Betawi.

Adapun penelitian terdahulu berupa e-Jurnal International berjudul Preservation of Cultural Heritage: The Strategic Role of the Library and Information Science Professionals in South East Nigeria yang di susun oleh V.O. Ekwelem, V.N. Okafor, dan S.C. Ukwoma dan di terbitkan oleh University of Nigeria,membahas bahwa pentingya merawat dan dan

melestarikan kebudayaan pada suatu Negara karena dinilai sangat baik untuk menghargai suatu Negara melalui sejarah-sejarah dan kebudayaan-kebuayaan yang ada. Jurnal ini juga menjadi banyak bahan rujukan peneliti terdahulu dalam mengambil fakta yang telah ditemui dalam jurnal tersebut. Akan tetapi

Gambar

Table 1.1 Informan Penelitian.....................................................................................33  Table 2.1 Jadwal Penelitian.........................................................................................35  Table 3.1 Jam Laya
Table 4.1 Jadwal Penelitian   
Gambar 2 Tampilan Depan Betawi Corner Gambar 1 Tampilan Dalam Betawi Corner
Gambar 7 Koleksi Alat Musik Betawi Gambar 8 Koleksi Terbitan Berseri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Liga Bangsa-Bangsa salah satu organisasi internasional yang memiliki cita-cita awal pembentukan organisasi internasional guna menyelesaikan sengketa, akan tetapi

Masker, kacamata pelindung dan pelindung wajah merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi mukosa mata, hidung, atau mulut petugas kesehatan dari

This thesis entitled “SLAVERY AND INJUSTICE IN AMERICA AS PORTRAYED IN SOLOMON NORTHUP’S TWELVE YEARS A SLAVE” which analyzes about slavery and injustice which is experienced

Pemerintah, baik pusat maupun daerah, disarankan untuk lebih memprioritaskan provinsi-provinsi yang memiliki nilai IRM relatif rendah, yaitu dengan cara meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh tolok ukur dan metode analisis kinerja yang berbeda terhadap kinerja dari masing-masing Reksa Dana, serta

sekuen primer yang didesain dengan metode simulasi insiliko menggunakan blast primer pada NCBI, maka profil suhu prediksi amplifikasi gen COI untuk PCR dari

Hasil analisis regresi linier berganda tersebut dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 0,756 yang menunjukan bahwa penggunaan uang logam di Kabupaten Pulau

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Nilai Ekonomi Konservasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Adopsi Konservasi Usahatani Kentang