• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah laut dan garis pantai yang sangat panjang, sehingga besar. kemungkinan masuknya berbagai hama dan penyakit hewan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. wilayah laut dan garis pantai yang sangat panjang, sehingga besar. kemungkinan masuknya berbagai hama dan penyakit hewan dan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki wilayah laut dan garis pantai yang sangat panjang, sehingga besar kemungkinan masuknya berbagai hama dan penyakit hewan dan tumbuhan melalui aktivitas lalulintas keluar masuknya produk pertanian, baik dari luar negeri maupun antar area di dalam wilayah Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tanggung jawab BARANTAN menjadi sangat penting sebagai garda terdepan dalam mencegah masuknya/ keluar hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) ke dalam/ dari wilayah Negara Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Globalisasi dalam kerangka perdagangan internasional, mendorong semakin meningkatnya arus lalulintas dan menurunnya secara bertahap hambatan tarif (tarrif barrier) dalam perdagangan hasil pertanian antar negara. Keadaan ini mendorong masing-masing negara memperketat persyaratan jaminan kesehatan, mutu dan keamanan hasil pertanian sebagai instrumen pengendalian perdagangan antar negara.

Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian sumberdaya alam, ketentraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan pangan, gangguan terhadap produksi sektor pertanian, serta lingkungan telah didefinisikan sebagai ancaman yang perlu untuk dicegah masuk dan

(3)

penyebarannya. Ancaman yang secara global telah diidentifikasi dapat dikendalikan secara efektif melalui penyelenggaraan perkarantinaan antara lain; 1) ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan, 2) jenis asing invasif, 3) penyakit Zoonosis, 4) Bioterorism, 5) pangan yang tidak sehat termasuk GMO yang belum dapat diidentifikasi keamanannya;

6) kelestatian plasma nutfah/keanekaragaman hayati; 7) hambatan teknis perdagangan; dan 8) ancaman terhadap kestabilan perekonomian nasional.

Peran Badan Karantina Pertanian dalam perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan hidupnya dalam hubungannya dengan perdagangan internasional y aitu : 1) mengoperasikan persyaratan teknis (persyaratan karantina) impor yang ditetapkan di 3(tiga) titik sebelum masuk (pre-border), di tempat pemasukan (at-border) dan setelah pemasukan (post-border) dalam upaya tindakan perlindungan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan; 2) memfasilitasi ekspor komoditi pertanian melalui pemeriksaan, audit, verifikasi dan sertifikasi karantina ekspor agar persyaratan teknis negara pengimpor dapat terpenuhi; 3) turut serta memverifikasi persyaratan teknis negara tujuan ekspor agar tetap dalam koridor perjanjian SPS; 4) sebagai Notification body dan National Enquiry Point SPS, peran tersebut merupakan salah satu bentuk dari komunikasi

persyaratan teknis (dengan organisasi internasional dan negara mitra) yang akan diberlakukan.

Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terbangun pasar tunggal dan basis produksi, dimana terdapat aliran barang, jasa, investasi

(4)

dan tenaga kerja terampil yang lebih bebas, kawasan berdaya saing tinggi, pembangunan ekonomi merata, pengembangan UKM ASEAN, serta integrasi ASEAN ke dalam ekonomi global. Wujud kinerja MEA 2016 dari sisi karantina adalah fasilitasi kelancaran arus barang/produk pertanian yang diperdagangkan. Dengan demikian, salah satu fokus yang perlu mendapatkan perhatian serius menyangkut kesetaraan sistem manajemen risiko antar negara anggota MEA.

Salah satu faktor penting dalam kelancaran arus barang/produk adalah hambatan teknis yaitu keberadaan/status penyakit yang berdasarkan ketentuan internasional berkaitan dengan prevalensi hama dan penyakit serta organisme pengganggu tumbuhan di suatu area/kawasan, sistem surveilans yang dimiliki dan dilaksanakan, dan sistem pengendalian yang dibangun.

Sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tahun 2016 melaksanakan kegiatan/

program yang sejalan dengan program BARANTAN yaitu Peningkatan Kualitas Pengkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati.

Indikator kinerja utama program adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya efektifitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK;

2. Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati;

3. Tingkat kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian.

(5)

Dalam upaya mendukung program pembangunan pertanian di Indonesia, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon senantiasa melakukan pembenahan secara internal maupun eksternal dengan kerjasama instansi terkait dalam rangka optimalisasi tupoksi.

Adapun jenis kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati meliputi :

1. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dan keamanan hayati hewani dan nabati.

2. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK 3. Pelaksanaan dan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK

4. Pengelolaan laboratorium karantina hewan dan karantina tumbuhan 5. Pengelolaan data, informasi dan dokumentasi kegiatan operasional

perkarantinaan hewan, tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.

6. Pemberian pelayanan teknis kegiatan operasional perkarantinaan hewan, tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

1.2 Tujuan

Penyusunan lapaoran tahunan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon TA. 2016 ini mempunyai tujuan diantaranya :

(6)

1. Sebagai bahan informasi pelaksanaan kegiatan Stasiun Karantina Pertanian kelas I Ambon yaitu kegiatan yang telah dilakukan di Kantor Pusat, Wilker Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Wilker Bandara Pattimura, Wilker Pelabuhan Laut Namlea, Wilker Pelabuhan Laut Tual, Wilker Pelabuhan Laut Kobisadar dan Kantor Pos Ambon.

2. Sebagai bahan informasi terhadap tingkatan capaian kinerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun 2016.

3. Untuk mengetahui berbagai permasalahan terkait dengan tupoksi baik di kantor pusat maupun wilker lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon

4. Untuk menjadi bahan penyusunan kebijakan Badan Karantina Pertanian yang akan datang.

(7)

BAB II VISI DAN MISI

STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON

2.1 Visi

Visimerupakan gambaran tentang masa depan realistik yang dipilih dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi merupakan kondisi ideal tentang masa depan, terjangkau, dipercaya, meyakinkan dan mengandung daya tarik, sekaligus merupakan refleksi keadaan internal dan potensi kemampuan inti serta keliatan (fleksibilitas) suatu organisasi dalam menghadapi hambatan dan tantangan masa depan. Oleh karena itu sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian visi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambonyaitu “Menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya”.

Tangguh : Penyelenggaraan karantina pertanian pada hakekatnya adalah perwujudan pertahanan negara di bidang kelestarian sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan. Prinsip pertahanan adalah tangguh menghadapi serangan.

Terpercaya :Penyelenggaraan karantina pertanian yang dilaksanakan dengan asas legalitas, sistem dan prosedur yang transparan di dtukung kaidah-kaidah lmiah yang obyektif dan sumber daya manusia yang profesional dan akuntabel.

2.2 Misi

Untuk mewujudkan visi, maka Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon mengemban misi sejalan misi Bandan Karantina Pertanian yang ditetapkan sebagai berikut :

(8)

1. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas IAmbon Propinsi Maluku;

2. Mendukung terwujudnya keamanan pangan di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku;

3. Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar Media Pembawa Pertanian di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku;

4. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Propinsi Maluku.

2.3 Tujuan

Visi dan misi memiliki sifat yang relatif sulit diukur oleh karena itu perlu diritunkan/diderivasi menjadi tujuan dan sasaran strategis. Tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Sesuai dengan tupoksi yaitu melaksanakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, maka hasil yang dapat digambarkan adalah tingkat efektifitas penyelenggaraannya. Sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian tujuan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon 2015 – 2019 adalah :

a. Melaksanakan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati;

(9)

b. Meningkatkan kualitas sumber daya dan implementasi prinsip tata pemerintahan yang baik.

2.4 Sasaran

Dalam rangka pencapaian sasaran Program Badan Karantina Pertanian Tahun 2016, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai Unit Pelaksana Teknis di Daerah mendukung program tersebut dengan sasaran program sebagai berikut :

1. Meningkatnya efektivitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK.

2. Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK dan keamanan hayati.

3. Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian.

2.5

Program

Sesuai sasaran program Badan Karantina Pertanian, ada 3 (tiga) yang harus dicapai sebagai berikut :

1. Peningkatan efektivitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan keluarnya HPHK dan OPTK.

Hal ini diperlukan dalam rangka memaksimalkan tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian, mengingat besarnya ancaman dan risiko berbagai jenis HPHK dan OPTK yang dapat masuk dan tersebar ke wilayah RI karena sangat luasnya wilayah yang harus diawasi dan

(10)

kesiap-siagaan seluruh jajaran Badan Karantina Pertanian dalam menjaga wilayah RI sehingga diperlukan implementasi yang konsisten dalam pelaksanaan dan efektivitas tindakan karantina mulai dari tingkat pre-border, at-border dan post border.

2. Peningkatan kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati terhadap ekspor media pembawa HPHK dan OPTK sert Keamanan Hayati,

Hal ini diperlukan dalam rangka pelayanan perkarantinaan yang maksimal sesuai dengan standar internasional. Pengembangan sistem pengendalian risiko penyakit hewan secara in-line inspection akan mampu mendukung upaya pengawasa, dan penegakan hukum yang sekaligus mendukung rangkaian proses penjaminan kesehatan sehingga pemasaran produk pertanian yang sesuai standar dapat diterima oleh negara mitra yang sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global.

3. Peningkatankepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian.

Hal ini diperluka dalam rangka memberikan jaminan terhadap kesehatan dan keamanan produk pertanian kepada masyarakat Indonesia dan mitra sesuai tata aturan internasional. Pemerintah, dalam hal ini Badan Karantina Pertanian sebagai regulator perkarantinaan memiliki mandat konstiusional untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia dalam rangka penyediaankebutuhan produk pertanian yang bermutu tinggi dan produk yang akan diekspor sesuai persyarataan negara mitra. Oleh

(11)

karena itu memberika kepastian regulasi yang harus ditaati dan melaksanakannya dengan konsisten dan konsekuan serta perbaikan sistem pelayanan pdublik dapat memberikan kepuasan kepada pengguna jasa karantina dalam kegiatan ekspor dan impor produk pertanian.

2.6 Kedudukan

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian yang dipimpin oleh Kepala Stasiun.Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati hewani nabati.

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan

2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)

3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK 4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK

(12)

5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati

6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati

7. Pengelolaan informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan.

8. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.7 Struktur Organisasi

Sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian,Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :

a. Urusan Tata Usaha, mempuyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah tangga.

b. Subseksi Pelayanan Operasional, mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan karantina tumbuhan, pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati, dan sarana teknik serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan dibidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.

(13)

c. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional medik veteriner, jabatan fungsional paramedik veteriner, dan jabatan fungsional pengendali organisme pengganggu tumbuhan serta jabatan fungsional lain, yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang keahlian masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu dalam rangka ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan/kegiatan maka setiap awal tahun anggaran kepala UPT juga menetapkan Surat Keputusan tentang uraian tugas pegawai Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tahun anggaran yang berjalan.

Gambar struktur organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tersaji seperti berikut :

STRUKTUR ORGANISASI

STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Arafah, SP.

KASUBSIEYANOP

Oktavianus Yan KAUR TATA USAHA KEPALA STASIUN

drh. Ubaidullah

(14)

Gambar 1. Struktur Organisasi Organisasi SKP Kelas I Ambon

2.8 Wilayah Kerja

Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor : 44/Permentan/OT.140/3/2014 tanggal 25Maret2014 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon memiliki 6 (Enam) wilayah kerja adalah Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Bandara Udara Pattimura, Pelabuhan Laut Namlea, Pelabuhan Laut Tual, Pelabuhan Laut Kobisadar dan Kantor Pos Ambon.

Untuk mendukung pelaksanaan perkarantinaan di wilayah kerja, setiap wilayah kerja yang dinilai frekuensi lalulintas Media Pembawanya tinggi ditugaskan seorang penanggungjawab wilker yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan operasional di wilayah kerja masing-masing.

(15)

BAB III

KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

3.1

Pelayanan Informasi (Sosialisasi)

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam. Bentuk kepulauan inilah yang membuat banyak pula daerah yang dapat dijadikan sebagai pintu-pintu masuk atau keluar bagi media pembawa pertanian baik ke dalam pulau tersebut atau keluar pulau bahkan ke luar negeri.

Sosialisasi memegang kendali dalam mensukseskan pelaksanaan tindakan karantina di suatu wilayah. Dalam pelaksanaan sosialisasi karantina mencakup implementasi peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan karantina pertanian. Karantina merupakan instansi pemerintah yang bekerja berdasarkan peraturan perundang-undangan, seperti yang tertuang dalam UU Nomor 16 tahun 1992 dan peraturan menteri pertanian terkait.

Kesadaran masyarakat (public awareness) tentang penyelenggaraan perkarantinaan pertanian menentukan keberhasilan tindakan pencegahan hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) di Propinsi Maluku.

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan sangat membantu kelancaran tindakan karantina yang dilakukan di lapangan.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, perlu dilaksanakan sosialisasi karantina pertanian. Sosialisasi adalah suatu

(16)

proses penyampaian informasi karantina pertanian pada masyarakat dan aparatur pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya penyelenggaraan perkarantinaan pertanian di Propinsi Maluku. Diharapkan setelah sosialisasi ini ada perubahan respon masyarakat terhadap karantina pertanian agar lebih peduli dan melindungi Propinsi Maluku dan wilayah sekitarnya dari ancaman HPHK dan OPTK. Sosialisasi dilaksanakan secara berkelanjutan, karena membangun kesadaran masyarakat terutama pelaku usaha adalah suatu proses panjang yang membutuhkan dukungan dari aparat pemerintah daerah dan instansi terkait di Propinsi Maluku.

Sosialisasi karantina pertanian di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun 2016 telah melakukan kegiatan sosialisasi peraturan karantina pertanian dan penyakit hewan (Rabies dan Avian Influensa) serta hama dan penyakit tumbuhan yang dapat mengancam di sekitar kita. Kegiatan tersebut antara lain dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 1. Kegiatan Sosialisasi dan Penyebaran Informasi Karantina Pertanian Tahun 2016

No. Kegiatan Waktu dan Tempat

Peserta 1. Sosialisasi

Karantina Pertanian

Jumat, 24 Juni 2016 tempat Yayasan Melati Alkhairaat.

Sebanyak 50 Peserta

Kegiatan sosialisasi dan penyebarluasan informasi karantina pertanian ini dilakukan dengan tujuan Menjalin kerjasama dan menumbuh kembangkan kesadaran para siswa dan santri Panti Asuhan serta

(17)

pengurus Yayasan tentang peran Karantina dalam mencegah masuk dan tersebarnya HPHK / OPTK di propinsi Maluku. Mendukung kelancaran pelaksanaan tindakan Karantina Pertanian dalam melestarikan sumber daya alam hayati dan nabati di Wilayah Propinsi Maluku. Kegiatan sosialisasi ini juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan pemahaman para siswa santri serta dewan pengurus Yayasan terhadap kegiatan perkarantinaan dan peran Karantina Pertanian, serta tugas pokok dan fungsi Karantina Pertanian baik Karantina Hewan maupun Karantina Tumbuhan. Tetapi yang terpenting disini adalah meningkatkan kesadaran generasi muda sejak dini agar peduli dan lindungi Maluku dari ancaman HPHK / OPTK.

3.2

Koordinasi Pengawasan Karantina

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Karantina oleh petugas Karantina di lapangan sangat memerlukan partisipasi aktif dan dukungan dari instansi-instansi terkait di setiap lingkungan wilayah kerja.

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian yang terletak di Propinsi Maluku senantiasa menjalin hubungan dan koordinasi yang baik dengan instansi-instansi terkait di Kota Ambon pada khususnya dan koordinasi ditempat pemasukan dan pengeluaran di luar kota Ambon serta pengawasan di tempat pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan.

Koordinasi inidapat digali informasi dan masukanterhadap lalulintas komoditi hewan dan tumbuhan serta frekuensinya. Khsusunya di tempat pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan, jika dari hail

(18)

koordinasi yang didapatkan menunjukkan bahwa lalulintas dan frekuensi komiditi hewan dan tumbuhan lebih banyak setiap bulan dan komoditi tersebut media pembawa HPHK dan OPTK, maka tempat pemasukan dan pengeluaran tersebut bisa diusulkan untuk ditetapkan dan di tambah petugas karantina.

3.3

Penyelidikan Kasus Tindak Pidana Karantina

Selama Tahun Anggaran 2016, Penyidikan kasus Tindak Pidana Karantina berdasarkan Undang Undang Nomor 16 Tahun 1992 tidak ditemukan adanya kasus tindak pidana.

3.4

Inhouse Sistem (E-QVet dan E-Plaq)

Badan Karantina Pertanian telah mengembangkan sistem informasi dalam berbagai bidang, dimana ditahun-tahun sebelumnya Barantan khususnya bagian informasi telah mengembangkan program Sistem Karantina Hewan (E-Qvet) dan E-Plaq untuk SistemKarantina Tumbuhan dalam rangka mendukung kegiatan tindakan karantina. Kedua program tersebut terus mengalami perkembangan dan perbaikan, perkembangan terakhir dari kedua program tersebut adalah adanya sistem online sehingga data kegiatan bisa langsung diterima dan dilihat langsung dipusat dan di UPT tujuan Media Pembawa.Program ini juga memudahkan petugas dalam menjalankan tugas operasional karantina, pelaporan dan meningkatkan mutu pelayanan karantina terhadap pengguna jasa.

3.5

Jaringan LAN

(19)

Dalam rangka meningkatkan akselerasi pelayanan karantina dan komunikasi data dalam lingkup Badan Karantina Pertanian, sejak tahun 2016 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian telah mengembangkan salah satu teknologi informasi Lokal Area Nertwork yang merupakan jaringan telekomunikasi yang dibuat khusus untuk menghubungkan karantina baik pusat dengan UPT dan antar UPT diseluruh wilayah Indonesia.

Beberapa manfaat LAN diantaranya adalah :

a. Menjamin autentikasi, kontrol akses, kerahasiaan dan keutuhan data.

Data dapat dengan cepat diperoleh karena seluruh UPT yang terhubung LAN dianggap berada pada satu jaringan yang sama;

b. Pengurangan biaya operasional internet, telepon dan faksimili;

c. Semua data tersentralisasi di server Badan Karantina Pertanian sehingga memudahkan dalam pengorganisasian jaringan;

d. Pemanfaatannya dapat digunakan untuk segala jenis pelaporan, misalnya SAK, SIMAK-BMN, E-Plaq, E-Qvet termasuk segala aplikasi terapan lainnya akan dapat berjalan secara optimal.

3.6

Website SKP Kelas I Ambon

Website Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah www.karantinapertanianambon.org. Website ini sebagai sarana bagi

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon untuk menyebarluaskan informasi dalam bidang perkarantinaan khususnya lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon kepada masyarakat khususnya

(20)

pengguna jasa yang dapat mengakses informasi tentang perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta keamanan hayati dan informasi lainnya.

(21)

BAB IV

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KARANTINA PERTANIAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN HAYATI

4.1 Tindakan Pemeriksaan dan Pengawasan Keamanan Hayati

Kegiatan pemeriksaan terhadap media pembawa dalam mencegah Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina serta cemaran pangan segar asal hewan dan tumbuhan yang merupakan bentuk pengawasan karantinahewan dan karantina tumbuhan. Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang dimasukkan ke dalam (impor), dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain (antar area), transit dan atau dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia (ekspor). Kegiatan ini sering diistilahkandengan tindakan 8 P yaitu Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penolakan, Penahanan, Pemusnahan dan Pembebasan.

Namun tindakan ini tidak terlepas dari beberapa output terbitnya aturan main di lapangan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, pedoman teknis, petunjuk pelaksanaan maupun hasil-hasil rekomendasi teknis lainnya yang dijadikan dasar utama dalam menjalankan tugas dan fungsi pokok Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon.

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon pada Tahun 2016 telah melakukan pemeriksaan media pembawa HPHK dan OPTK. Untuk Karantina Hewan pemeriksaan keluar antar areasebanyak 15.239 ekor

(22)

dan 17.403 lembar dengan frekuensi 23 kali. Pemeriksaan masuk antar area sebanyak 445,529 ekor dengan frekuensi 316 kali, 1.908.710,6 kilogram dengan frekuensi 449 kali, dan 7 kemasan dengan frekuensi 3 kali.

Sedangkan untuk karantina tumbuhan pemeriksaan ekspor Hasil Tanaman Hidup 350.002/3, Hasil Tanaman Mati 37,9/21. Pemeriksaan keluar antar area Bibit/Benih Tanaman sebanyak 178.400batang, 12.620 Kg dengan frekuensi 94 kali, Hasil Tanaman Hidup 3.937.745 Kg dengan frekuensi 478 kali. Pemeriksaan masuk antar area sebanyak Bibit/Benih Tanaman 46.946 Batang, 4.223 Kg dengan frekuensi 115 kali. Hasil Tanaman Hidup sebanyak 3.020.312 dengan frekeunsi 1.273 kali, hasil tanaman mati sebanyak 3.834 kg dengan frekuensi 30 kali. Untuk lebih jelasnya diuraikan berdasarkan media pembawa impor, ekspor, domestik keluar dan domestik masuk.

A. Pemeriksaan Impor

Kegiatan pemeriksaan HPHK dan OPTK terhadap media pembawa hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati yang masuk ke wilayah Republik indonesia di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dimasukkan bebas dari HPHK dan OPTK.

(23)

Kegiatan Impor pada tahun 2014 sampai tahun 2016 di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, untuk kegiatan tindakan karantina hewan tidak adadan tindakan karantina tumbuhan juga tidak ada.

B. Pemeriksaan Ekspor

Kegiatan pemeriksaan HPHK dan OPTK terhadap media pembawa hewan dan media pembawa tumbuhan yang dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari HPHK dan OPTK.

Kegiatan ekspor pada tahun 2016 di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, untuk kegiatan tindakan karantina hewan tidak ada dan tindakan karantina tumbuhan ada.

Data kegiatan dan frekuensi ekspor media pembawa karantina tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawa ini :

Tabel 2. Data Kegiatan Ekspor Bibit/Benih Tanaman, Hasil Tanaman Hidup, Hasil Tanaman Mati dan Benda Lain No. Media Pembawa Tahun (kg/kali)

2014 2015 2016

1 Bibit/Benih Tanaman

- - -

2. Hasil Tanaman Hidup

- - 350,002 / 3

3. Hasil Tanaman Mati

237 / 29 141,75 /30 37,9 / 21

4. Benda Lain - 10 / 1 -

(24)

Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa media pembawa yang diekspor pada Tahun 2016 di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan volume sebesar 267%dan pada frekuensi terjadi peningkatan sebesar 30 %.

Kegiatan ekspor pada tahun 2016 berupa bunga pala, kelapa bulat, pala bubuk, tanaman kering, pala biji, jahe, kayu merbau, sarang semut sebanyak 37,8 kg dengan frekuensi 21 kali ke negara Belandathsilsnd, dwiss, japan, hongkong.Hal ini disebabkan media pembawa yang dilalulintaskan sebatas sampel atau contoh untuk pertimbangan ekspor dan penelitian, sehingga sampel atau contoh yang dikirim jumlahnya relatif sedikit.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 44 Tahun 2014 tentang tempat pemasukan danpengeluaran media pembawa HPHK dan OPTK untuk kegiatan ekspor hanya melalui bandara udara Pattimura dan Kantor Pos, sedangkan melalui pelabuhan laut/pelabuhan sungai, pos pemeriksaan lintas batas, dan dry port tidak ditetapkan sebagai pintu pengeluaran media pembawa ekspor.Pengeluaran media pembawa berupa pala dan bagian- bagiannyatidak melanggar peraturan yang ditetapkan.

Media pembawaberupa pala dan bagian-bagian yang di ekspor 3 (tiga) tahun terakhir jumlahnya sedikit setiap pengiriman dan hanya sampel atau contoh. Dengan adanya ketentuan tersebut, media pembawa pala yang akan diekspor ke luar negeri tidak bisa melewati pelabuhan laut Ambon. Sehingga media pembawa pala dan bagian-

(25)

bagiannya diantar areakan ke Propinsi Jawa Timur melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta, dan media pembawatersebut baru bisa untuk dilakukan ekspor.

C. Pemeriksaan Domestik Keluar

1. Media Pembawa Karantina Hewan

Kegiatan pemeriksaan HPHK terhadap media pembawa hewan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik Indonesia (domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari HPHK.

Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina hewan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Data Kegiatan Domestik Keluar Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain

No. Media Pembawa Satuan/

Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

1. Hewan Ekor 19.031 9.818 15.239

Koloni - 60 -

Kali 166 271 366

2. Bahan Asal Kg 207.062 240.895 211.569,8

Hewan (BAH) Lbr 6.249 7.545 17.403

Kali 121 178 216

No. Media Pembawa Satuan/

Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

3. Hasil Bahan Asal Kg 2 6 106,5

(26)

Hewan (HBAH) Kali 1 1 2

4. Benda Lain Kg - - 4

Kali - - 1

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa Media Pembawaberupa hewan pada tahun 2016 terjadi kenaikan volume sebesar 85 % dan terjadi peningkatan frekuensi63,25 % dari tahun2015.. Hal ini menunjukkan jumlah peningkatan produksi hewan menurun di Propinsi Ambon sehingga volume yang di antar arekakan terbilang sedikit akan tetapi frekuensi pengiriman hewan lebih banyak. BAH pada tahun 2016 terjadi peningkatan baik volume maupun frekuensi. Hal ini menunjukkan media pembawa berupa BAH lebih banyak di produksi di Maluku yang membuktikan bahwa Propinsi Maluku juga dapat memberikan konstribusi dalam pemenuhan kebutuhan BAH di daerah lain.

Sedangkan untuk HBAH sangat jarang di produksi di Propnsi Maluku sehingga pengiriman ke daerah lain juga terbilang sedikit.

Media pembawa berupa hewan yang dominan yaitu sapi potong, ayam dan bebek, media pembawa berupa bahan asal hewan yaitu telur ayam konsumsi, daging ayam beku dan kulit sapi. Sedangkan media pembawa hasil bahan asal hewan yaitu daging sapi olah. Pengeluaran dalam jumlah besar menunjukkan arus perdagangan media pembawa hewan, BAH dan HBAH dari Kabupaten Maluku ke daerah Pulau Irian, Sulawesi dan Jawa memberikan keuntungan yang lebih besar sehingga banyak pengguna jasa berminat dan berbisnis di daerah Ambon.

(27)

2. Media Pembawa Karantina Tumbuhan

Kegiatan pencegahan OPTK terhadap media pembawa tumbuhan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik indonesia (domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari OPTK.

Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Data Kegiatan Domestik Keluar Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain

No. Media Pembawa

Satuan / Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

1 Bibit/Benih Btg 23.443 78.347 178.400

Tanaman Kg 329 20.350 12.620

M2 - 35 -

Kali 102 106 94

2. Hasil Tanaman Kg 135.021 1.344.714 3.937.745

Hidup Kali 164 285 478

No. Media Pembawa

Satuan / Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

3. Hasil Tanaman Kg 21.361.519 20.528.482 26.461.531

Mati M3 - - -

Kemasan - - -

Kali 765 871 1.042

4. Benda Lain Kg 1.505 115 -

Kali 10 2 -

(28)

Berdasarkan tabel 4diatas, menunjukkan bahwa pada Tahun 2016 media pembawaberupa bibit/benih tanaman, hasil tanaman hidup dan hasil tanaman mati terjadi peningkatan volume, demikian halnya dengan frekeunsi juga terjadi peningkatan yang siginfikan terhadap bibit/benih tanaman, hasil tanaman hidup dan hasil tanaman mati dbanding tahun 2015. Untuk benih/bibit terjadi peningkatan 227,70 % satuan batang tapi penurunan frekuensi sebesar 8,8%.Hasil tanaman hidup dengan peningkatan frekuensi 292,8 % dan hasil tanaman mati terjadi naik 128,90 % satuan kilogram dan terjadi peningkatan frekuensi 119,6%%. Hal ini disebabkan disamping frekuensi dan volume pengeluarancukup banyak, juga terjadinya pertumbuhan perdagangan yang lebih baik dan adanya jaminan perdagangan yang lebih baik di propinsi Maluku, khususnya kota Ambon. Pengeluaran yang cukup besar terhadap media pembawa hasil tanaman hidup dan hasil tanaman mati.Di Tahun 2016, umumnya media pembawa berupa bibit/benih tanaman yang dominan yaitu benih padi, bibit pala dan bibit cengkeh. Media pembawa berupa hasil tanaman hidup yaitu brondolan kelapa sawit, tomat, ketimun, buah jeruk, cabe dan jagung biji. Sedangkan media pembawa berupa hasil tanaman mati yaitukopra, cengkeh dan kakao biji. Untuk lebih jelasnya per wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.

D. Pemeriksaan Domestik Masuk

1. Media Pembawa Karantina Hewan

(29)

Kegiatan pencegahan HPHK terhadap media pembawa hewan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik Indonesia (domestik masuk) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dimasukkan bebas dari HPHK.

Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina hewan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5. Data Kegiatan Domestik Masuk Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain

No. Media Pembawa Satuan/

Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

1. Hewan Ekor 286.182 326.155 445.529

Koloni - 60 -

Kali 230 246 316

2. Bahan Asal Hewan (BAH)

Kg 2.561.065 2.548.139 1.908.71 0,6

Koli 10 - -

Kms - 2 -

Kali 209 613 449

3. Hasil Bahan Asal Kg 10.147 44.645 29.132 Hewan (HBAH)

Kali 40 126 155

No. Media Pembawa Satuan/

Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

4. Benda Lain Kms 7 6 3

Kilogram 140.000 105.911 93.500

Kali 14 14 3

(30)

Berdasarkan tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa domestik masuk Media Pembawa hewan, BAH, HBAH dan Benda lain, menunjukan bahwa pada tahun 2016 terjadi peningkatan volume sebesar 13,7 % satuan ekor pada media pembawa hewan demikian juga frekuensi sebesar 85% bila dibandingkan tahun 2015.Hal ini disebabkan frekuensi penerbangan dengan tahun dan sandarnya kapal di wilayah Maluku bertambah. Dengan frekuensi penerbangan dan sandarnya kapal bertambah, memungkinkan untuk arus lintas perdagangan media pembawa hewan, BAH, HBAH bertambah. Juga didukung dengan bertambah kondusifnya wilayah Ambon dari adanya konflik sosial. Investor daerah baik dari dalam maupun dari luar juga bertambah, dengan adanya penambahan mall city maluku (MCM) serta bertambahnya penduduk Maluku yang mau berbisnis di Ambon. Di Tahun 2016, media pembawa berupa hewan di dominasi DOC dan DOD melalui bandara udara Pattimura dan pelabuhan laut tual, media pembawa bahan asal hewan yaitu daging ayam beku dan telur ayam konsumsi melalui pelabuhan laut yos sudarso, pelabuhan laut tual dan pelabuhan laut namlea. Sedangkan media pembawa hasil bahan asal hewan adalah daging unggas olahan, daging sapi olah dan yoghurt melalui bandara udara Pattimura serta benda lain adalah pakan ternak. Untuk lebih jelasnya per wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.

2. Media Pembawa Karantina Tumbuhan

(31)

Kegiatan pencegahan OPTK terhadap media pembawa tumbuhan yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik Indonesia (domestik masuk) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dimasukkan bebas dari OPTK.

Data kegiatan dan frekuensi domestik masuk media pembawa karantina tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Data Kegiatan Domestik Masuk Bibit/Benih Tanaman, Hasil Tanaman Hidup, Hasil Tanaman Mati dan Benda Lain

No. Media Pembawa

Satuan / Frekuensi

Tahun

2014 2015 2016

1 Bibit/Benih Btg 228.666 170.543 46.956

Tanaman

Kg 71.604,62 74.253,83 4.223

Kali 328 354 115

2. Hasil Tanaman Kg 1.705.446 3.637.774,2 3.010.312

Hidup Koli - - -

Kali 1.718 2.616 1.273

3. Hasil Tanaman Kg 3.892 6.317 3.834

Mati Btg - - -

Koli - -

Kali 10 28 30

4. Benda Lain Kg 1.050 - -

Kali 2 - -

Berdasarkan tabel 6 diatas, menunjukkan bahwa pada Tahun 2016 media pembawabaik bibit/benih, hasil tanaman hidup

(32)

maupun hasil tanaman mati umumnya terjadi penurunan volume dan frekuensi.Jika dibandingkan terhadap volume kilogram tahun 2015 terhadap bibit/benih tanaman terjadi penurunan sebanyak 27,53%. Hal ini disebabkan volume media pembawa yang masuk jumlah dan frekuensi pemasukan disebabkan terjadi penurunan produksi di sebagian wilayah di Propinsi Maluku baik pangan dan hortikutura, sehingga pemasukan komoditi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Umumnya pemasukan media pembawa berupa bibit/benih tanaman didominasi benih jagung, benih kangkung, benih kelapa sawit, bibit kakao dan bibit rambutan.

Media pembawa hasil tanaman hidup tahun 2016 mengalami penurunanvolumen yang signifikan dan frekuensi sebesar 82,75 % jika dibandingkan dengan tahun 2015. umumnya komoditi terbesar kedelai, kentang dan sayuran kubis.

Sedangkan media pembawa berupa hasil tanaman mati berupa kentang iris beku, beras dan kentang beku. Untuk lebih jelasnya per wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.

4.2 Tindakan Penahanan, Penolakan dan Pemusnahan

Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 1992 pasal 10 merupakan tindakan karantina yang dilakukan petugas karantina berupa : pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Sepanjang tahun 2016 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dalam rangka pengawasan

(33)

melakukan tindakan 8P terhadap Media pembawa HPHK dan OPTK yang dilalulintaskan antar area.

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000, pada pasal 8 dan pasal 15 tentang pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah RI merupakan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina dan itu sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penahanan dan pemusnahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Hewan 3 (tiga) tahun Terakhir

No. Tindakan Tahun (Kali) Keterangan 2014 2015 2016

1 Penahanan 4 7 - Anjing, Ayam

2 Penolakan 2 3 - Anjing, Ayam

3 Pemusnahan 2 4 - Anjing, Ayam

Berdasarkan tabel7 diatas, menunjukkan bahwa pada tahun 2016 frekuensi penahanan, penolakan, pemusnahan pada tahun 2016 berdasarkan tabel diatas mengalami penurunan yang drastis Jika dibandingkan dengan tahun 2015 terjadi peningkatan penahanan dan pemusnahan terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat yang sudah mulai memeriksa dan melaporkan kepada petugas Karantina.

(34)

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2002, pada pasal 7 dan pasal 13 tentang pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah RI merupakan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina dan itu sudah berjalan sesuai dengan peraturann perundang-undangan.Penahanan dan pemusnahan untuk karantina tumbuhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Tumbuhan 3 (tiga) tahun Terakhir

No. Tindakan Tahun (kali) Keterangan 2013 2015 2016

1 Penahanan 3 11 19 Kelapa Bulat (3,5 ton13 kali) tujuan Thailand

Fully ( 6 kg/1 kali) tujuan Belanda

Pala Biji (6,7 kg/2 kali) tujuan Belanda

Kayu Merbau ( 5 gr/1 kali) tujuan Belanda

Jahe (5 gr/1 kali) dari Belanda Pala Bubuk (12 kg/1 kali) tujuan Belanda

Tepung Pala (0,7 kg/1 kali) tujuan Netherlands Antilles Daun Sirsak Kering ( 4 kg/6 kali ) tujuan Netherlands Antilles

Vanili ( 200 gr/1 kali) tujuan Netherlands

Beras ( 3 kg/ 1 kali) tujuan Swiss

Kacang Hijau ( 250 gr/ 1 kali) tujuan Swiss

Kulit Kayu Manis (250 gr/1 kali) tujuan Swiss

The (25 kemasan/ 1 kali ) tujuan Swiss

Gaharu (60 gr/1 kali) tujuan Hongkong

Damar (250 gr/1 kali) tujuan

(35)

Jepang

Singkong Iris Beku (50 gram/1 kali ) tujuan Jepang

Sarang Semut (1 kg/1 kali ) tujuan Netherlands Antilles Pinang Biji (0,5 kg/1 kali) tujuan Netherlands Antilles

2 Penolakan - 4 -

3 Pemusnahan 3 7 4

Berdasarkan tabel 8 diatas, menunjukkan bahwa pada tahun 2016 terjadi tindakan penahanan frekuensi 19 kali, penolakan tdk ada dan pemusnahan frekuensi 4 kali.Jika dibandingkan dengan tahun 2015 frekuensi penahanan 11 kali dan frekuensi pemusnahan 7 kali. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan penahanan dan pemusnahan.

Umumnya yang dilakukan penahanan dan pemusnahan komoditi yang berasal dari Negara Belanda, swiss dan Thailand yaitu benih tanaman hias (bunga), benih sayuran, bawang putih dan bera. Tindakan karantina ini sudah sesuai prosedur, dimana ketiga kasus tersebut hampir sama yaitu tidak dilengkapi dokumen karantina seperti yang dipersyaratkan dalam UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Selain itu, benih impor yang di musnahkan tersebut tidak memiliki ijin resmi berupa Ijin Pemasukan Benih Impor dari Kementerian Pertanian.

(36)

4.3 Penggunaan Formulir

Penggunaan Formulir selama 3 (tiga) tahun terakhir untuk sertifikat Karantina Hewandan sertifikat Karantina Tumbuhan dapat dilihat dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 9. Penggunaan Sertifikat Karantina Hewan SKP Kelas I Ambon

No. Jenis Sertifikat Jumlah

2014 2015 2016

1. KH – 9 227 288 358

2. KH – 10 107 182 211

3. KH – 12 817 949 897

Jumlah 1.151 1.419 1.466

Tabel 10. Penggunaan Sertifikat Karantina Tumbuhan SKP Kelas I Ambon

No. Jenis Sertifikat Jumlah

2014 2015 2016

1. KT – 9 1.113 1.595 931

2. KT – 10 18 19 17

3. KT – 12 1.012 1.327 1.555

Jumlah 2.143 2.941 2.503

Berdasarkan tabel 9 diatas, menunjukkan bahwa penerbitan sertifikat karantina hewan pada tahun 2016 sebanyak 1.466, tahun 2015 jumlah sertifikat 1.419 lembar dan tahun 2014 sebanyak 1.151 lembar.

Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan penggunaan setiap tahunnya sejalan dengan jumlah frekuensi dan jumlah masuknya keluarnya media

(37)

pembawa HPHK di Propinsi Maluku yang dilakukan pengawasan baik dilakukan dor tu dor atau maupun atas kesadaran para pengguna jasa.

Pembatalan dokumen sebanyak 2 dokumen KH-9 (noser 0961137), KH 12 ( 1149612 ) hal ini disebabkan kesalahan input.

Berdasarkan tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa penggunaa sertifikat karantina tumbuhan sebanyak 2.503 lembar (tahun 2016), 2.941lembar (tahun 2015) dan tahun 2014 sebanyak 2.143 lembar.

Pembatalan dokumen sebanyak 3 dokumen yaitu dokumen KT-12 sebanyak 3 dokumen (noser 0996374, 0916180, 0828488). Pembatalan dokumen ini disebabkan salah input dan salah cetak.

4.4 Pemantauan Daerah Sebar HPHK dan OPTK

A. Karantina Hewan

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon selain menyelenggarakan fungsi pemeriksaan tindak karantina terhadap Media Pembawa yang dilalulintaskan juga menyelanggarakan fungsi Pemantauan Daerah Sebar HPHK, yang merupakan implementasi dari UU No. 16 tahun 1992 dan PP No 82 Tahun 2000 serta Surat Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 207/Kpts/OT.160/L/02/2015 tentang Pedoman Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan (HPHK) Tahun 2015.

Pengamatan status dan situasi Hama Penyakit Hewan Karantina dilakukan secara tidak langsung dengan memperoleh informasi dari instansi berwenang yaitu Balai Besar Veteriner dan Dinas yang membidangi Kesehatan Hewan di Propinsi, Kabupaten/Kota.

Dengan

(38)

pemantauan daerah sebar HPHK dengan metode pengambilan sampel tidak dilakukan.

Pemantauan ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan situasi HPHK di area dalam wilayah Propinsi Maluku, memetakan status dan situasi HPHK di wilayah kerja SKP Kelas I Ambon dan tersusunya peta status dan situasi HPHK di Propinsi Maluku.

Tabel 11. Kabupaten/Kota di Propinsi Maluku

No Kabupaten/Kota Lokasi

1 Kab. Maluku Tengah P. Seram dan P.Ambon

2 Kab. Seram Bagian Barat P. Seram

3 Kab. Seram Bagian Timur P. Seram

4 Kab. Buru P.Buru

5 Kab. Maluku Tenggara Kepulauan Kei 6 Kab. Maluku Tenggara Barat P. Yamdena, P.Larat

7 Kab. Kepulauan Aru Kepulauan Aru

8 Kota Ambon P.Ambon

9 Kota Tual P.Kei

10 Kab. Buru Selatan P.Buru

11 Kabupaten Maluku Barat Daya P.Moa, P.Kisar, P.Romang,P.Lakor,P.Wetar, P.Leti dan Pulau Pulau Sekitar

Materi Pemantauan

Materi yang digunakan pada pemantauan ini yaitu berupa data kejadian penyakit dari dinas yang membidangi kesehatan hewan di Kabupaten/kota dan Propinsi baik berupa data kasus penyakit atau hasil

(39)

surveilen penyakit serta data hasil pengujian laboratorium pasif atau aktif dari laboratorium milik daerah, Balai Besar veteriner dan atau hasil penelitian sesuai kaidah penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan dan data-data dari instansi-instansi terkait.

Metode Pemantauan

Pengamatan status dan situasi HPHK dilakukan secara tidak langsung dengan mengumpulkan data kasus penyakit atau hasil survelen penyakit serta data hasil pengujian laboratorium pasif atau aktif serta informasi dari instansi berwenang yaitu Balai Besar Veteriner dan Dinas yang membidangi Kesehatan Hewan di Propinsi, Kabupaten/Kota.

Kegiatan pengumpulan informasi dilakukan melalui kegiatan perjalanan dinas ke tempat/instansi terkait. Apabila anggaran perjalanan dinas terbatas, maka dapat dilakukan dengan surat menyurat kepada instansi yang bersangkutan. Metode pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan Participatory Epidemiology.

Kuisioner yang dipergunakan pada saat tim pengamatan melakukan perjalanan pengumpulan data dalam bentuk form isian yang disusun sesuai dengan pedoman pemantauan. Untuk menggali informasi yang mendalam, tim dapat melakukan PE dengan metode Focus Group Discussion atau In Depth Interview. Dengan demikian kuisioner perlu disusun pertanyaan yang terperinci dan bersifat terbuka guna mendapat informasi yang mendalam.

(40)

Analisis Data

Analisis data disajikan secara kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data diekspresikan dalam bentuk table dan grafik untuk prevalensi dan insidensi serta dalam bentuk peta status dan situasi HPHK yang memuat keterangan lokasi keberadaan penyakit menurut hasi lperolehan data (peta kasus penyakit, Peta Diagnosa hasil lab) sesuai dengan pedoman pemantauan yang ditetapkanPusat.

Pelaporan

Hasil pemantauan disusun dalam bentuk laporan yang dibuat berdasar data yang telah dikumpulkan berserta lampiran validasi sebagai bagian dari laporan yang tidak terpisahkan. Laporan disusun sebagaimana hasil penelitian menurut kaedah penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana karya tulis ilmiah.

Hasil pemantauan akan di seminar kan terlebih dahulu sebelum menjadi hasil pemantauan yang final untuk mendapatkan koreksi dari para pakar dan instansi terkait sebagai tahapan pengujian hasil pemantauan sehingga nantinya didapatkan hasil laporan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan keasliannya.

Seminar Hasil pemantauan yang dilaksankan dalam bentuk workshop akan dilaksanakan sebanyak 3 kali. Tahap pertama dilaksanakan secara regional menurut regional masing-masing UPT dengan dihadiri UPT pada regional untuk mendapatkan masukan dari para pakar sehingga serta penyeragaman hasil pemantauan dan laporan/tampilan untuk penggabungan hasil pemantauan guna

(41)

disampaikan dalam regional tahap II. Tahap II dilaksanakan Workshop Regional dengan mengundang instansi terkait untuk mendapatkan masukan dan validasi hasil pemantauan oleh masing-masing UPT yang telah disusun dalam bentuk hasil regional. Seminar Nasional dilaksanakan oleh Pusat dengan mengundang seluruh UPTKP untuk dikompilasi secara Nasional berdasar pemaparan dari tiap regional yang telah disusun sebelumnya. Hasil workshop nasional akan di koreksi atau mendapat masukan masukan dari para pakar dan instansi terkait pada tingkat nasional untuk kesempurnaan hasil pemantauan dan guna perbaikan metode pamantauan Badan Karantina Pertanian kedepan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk kemajuan Bangsa

Daerah sebar tempat dilakukan pemantauan

Daerah tempat pemantauan HPHK adalah area dalam wilayah Kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon yang meliputi Kabupaten/Kota di dalam Propinsi Maluku. Daerah yang dapat dikunjungi terkait pemantauan HPHK Tahun 2016 karena dilihat dari wilayah geografis Propinsi Maluku yang terdiri dari ribuan gugus pulau dan untuk mencapai seluruh kabupaten dan Kota di Propinsi Maluku sedangkan ketersedian anggaran dan waktu pelaksanaan jadi kemungkinan tidak semua wilayah tidak dapat didatangi sehingga dipilih beberapa tempat yang dianggap mewakili keadaan geografis Propinsi, adalah sebagai berikut:

1. Provinsi Maluku 2. Kota Ambon

(42)

4. Kabupaten Seram Bagian Barat (P. Seram) 5. Kabupaten Maluku Tengah (P.Seram) 6. Kota Tual

7. Kabupaten Tual, Maluku Tenggara

Derah lain yang tidak dapat di kunjungi terkait pengambilan data langsung dilaksanakan pengumpulan data secara korespondensi dan via komunikasi dengan petugas di wilayah tersebut ketika bertemu dalam pertemuan di Propinsi Maluku.

Waktu Pelaksanaan

Pemantauan daerah sebar hama dan penyakit hewan karantina di wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dilaksanakan pada rentang waktu Januari sampai Juli sebagaimana berikut :

Kegiatan Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli

Pembentukan Tim Persiapan

Pengambilan Data Penyusunan Laporan Workshop I dan II Workshop Nasional Penyempurnaan Laporan

Hasil

Hasil pemantauan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) tahun 2016 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon didapatkan sebaran peta status dan situasi Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang terdiri atas 2 penyakit yang terverifikasi dari hasil pengujian laboratorium

(43)

+

PETA SITUASI HPHK Kab. SBB Kab. Maluku Tengah Kab. Buru

MALUKU TENGAH RABIES

BRUCELLOSIS

SBT Kab. SBT

BRUCELLOSIS

Kab. Buru

Selatan KOTA AMBON SBB

AMBON RABIES

BRUCELLOSIS RABIES

KOTA TUAL BRUCELLOSIS

BURU KOTA TUAL

BRUCELLOSIS

Kab. MTB

MBD

Kab. Maluku Tenggara

Kab. MBD Kab.

Kep.ARU BRUCELLOSIS

yaitu Brucellosis, Rabies. Dan untuk laporan kasus dan kejadian penyakit terdiri atas 10 penyakit yaitu ND, Scabies, Stephanofilariasis, Brucellosis,Canine Parvovirus, Hog Cholera, Ring Worm, Contagious Ecthyma(ORF), dan Marek’s Diseaseserta penyakit AI yang pada tahun 2007 terjadi outbreak di P. Ambon namun saat ini tidak ditemukan lagi kasus. Dengan sebaran penyakit sebagaimana ditampilkan pada peta penyakit .

Gambar 2 : Peta Status Penyakit HPHK Propinsi Maluku.

(44)

+

PETA SITUASI HPHK

Keterangan Huruf: Merah Hasil Laboratorium Hitam Kasus lapangan/gejala klinis

Gambar 3 : Peta HPHK berdasar Gejala Klinis dan Kasus Lapangan

Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 1 dari Laboratorium Tipe B Passo Propinsi Maluku terdapat 6 penyakit dan 2 penyakit yang telah diverifikasi yaitu Brucella dan Rabies.

Tabel 12. Data Penyakit Propinsi Maluku

HPHK LOKASI KET

1.Rabies Kota Ambon,SBB,Maluku Tengah

Uji seller positif 284

2. Brucellosis MBD Kec.Letti,Seramutara, SBT,SBB

149 positif 3. ND Passo, LateridanHutumuri Gelajaklinis 4. Scabies Passo, Lateri, Poka, Kudamati,

Latuhalat, Karpan, Rijali

Gelajaklinis 5.Canine

Parvovirus

Passo, Lateri, Poka, Uremesing, Negeri Lama Karpan

Gelajaklinis 6.Stephanofilariasis Poka, RumahTiga, Benteng,

Karpan, Nusaniwe

Gelajaklinis

Sumber : Dinas Peternakan Prov. Maluku

Kab. SBB Kab. Maluku Tengah Kab. Buru

MALUKU TENGAH RABIES BRUCELLOSIS

ND SBT

Kab. SSCBATBIES

BRUCELLOSIS Kab. Buru

Selatan KOTA AMBON SBB

AMBON RABIES

BRUCELLOSIS

BURU BRUCELLOSIS ND SCABIES

RABIES ND SCABIES PARVOVIRUS ORF RING WORM MAREK’S BRUCELLOSIS

KOTA TUAL BRUCELLOSIS SCABIES STEPHANO KOTA TUAL

Kab. MTB

MBD

Kab. Maluku Tenggara

Kab. MBD Kab.

Kep.ARU MALUKU TENGGARA

BRUCELLOSIS

ND PARVIVIRUS SE

(45)

+

PETA SITUASI HPHK

Gambar 4 : Peta Penyakit di Kota Ambon

Tabel 13. Data Penyakit Dinas Kota Ambon

HPHK LOKASI KET

1.AI Ambon Kejadiankasustahun 2007,

satutahunterakhirtidakadakasus 2. Rabies Kec.Sirimau, NusaniwedanKec.

Baguala

118 positifdan 160 kasusgejalaklinis 3. (ND) Teluk Ambon, Kec. Baguala dan

Kec. Sirimau

530 kasusgejalaklinis

4.Brucellosis Laha Kec. Teluk Ambon 2 kasusgejalaklinis 5.Scabies Kec.Sirimau,Kec.Nusaniwe, dan

Kec. Teluk Ambon

120 kasus gejala klinis

6.Canine Parvovirus

Kec.Sirimau, Kec.Nusaniwe dan Kec. Baguala

29 kasusgejalaklinis

7.Ring Worm/Kurap

Kec.Sirimau, Nusaniwe dan Kec.

Baguala

28 kasusgejalaklinis

8.ORF Kec. Teluk Ambon, Kec. Baguala 17 kasusgejalaklinis 9.Marek’s Kec. Baguala 6 kasusgejalaklinis

Sumber : Dinas Peternakan dan Kehutanan Kota Ambon

Sebaran Hama Penyakit Hewan Karantina di Kota Ambon diketahui ada 1 penyakit yang telah terverifikasi dalam hasil laboratorium yaitu rabies, dan 7 kasus yang diketahui dan ditemukan berdasar gejala klinis berdasar keterangan yang dikumpulkan dari data kuesioner yang dapat

Kab. SBB Kab. Maluku Tengah Kab. Buru

Kab. SBT

Kab. Buru

Selatan KOTA AMBON

AMBON Rabies ND Brucelosis Scabies

Canine Parvovirus Ring Worm ORF Marek’s

KOTA TUAL

Kab. MTB

Kab. Maluku Tenggara

Kab. MBD Kab.

Kep.ARU

(46)

dilihat pada Tabel. 13 di Kota Ambon dari data yang kumpulkan didapat adanya kasus ND yang tinggi dibandingkan dengan 6 kasus lainnya yang tersebar didaerah Teluk Ambon, Baguala dan Sirimau. Kasus ini muncul karena adanya perubahan musim serta kasus AI pada tahun 2007 dan saat ini tidak ada laporan kasus dan direncanakan untuk pembebasan sehingga untuk saat ini tidak masuk dalam peta HPHK karena peta yang dibuat adalah 1(satu) tahun terakhir yaitu tahun 2014. AI Pertama masuk tahun 2007 dan telah dikonfirmasi laboratorium bahwa positif AI, muncul dibeberapa lokasi di Ambon diantaranya di daerah Nania Kecamatan Teluk Ambon Baguala, penanganan pada saat itu menurut keterangan dilakukan depopulasi pada daerah sekitar kasus. Dan saat inimenurut keterangan tidak ada laporan kasus dan tidak ditemukan gejala AI di Lapangan.

Kasus Rabies di Kota Ambon cukup tinggi dan merupakan endemis di P.ambon pertama masuk di P.Ambon tahun 2003-2004 lalu menyebar ke P.seram dan pada tahun 2010 terjadi penularan rabies di P.Larat.

Tabel 14. Data Penyakit Dinas Kabupaten Buru

HPHK LOKASI KETERANGAN

1.ND Ditemukan Gejala Klinis

2. Brucellosis Kec.Waeapodan Lolong Guba

57 kasus gejala klinis

3.Scabies/Kudis Namlea,Waplau,Lilialif, Waeapo, Lolong Guba, danWaelota

642 kasus gejala klinis pada Kambing

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Buru

Peta sebaran Hama Penyakit Hewan Karantina di Kabupaten Buru berdasarkan hasil kuesioner penggambilan data yang terlihat pada tabel 14 diketahui ada 3 Penyakit yang masuk Daftar HPHK yaitu Brucellosis,

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien gaya kepemimpinan memberikan nilai sebesar 0,445 yang berarti bahwa jika gaya kepemimpinan semakin baik dengan asumsi variabel lain tetap maka kinerja

Kegiatan pengawasan Komoditi Karantina Pertanian melalui Impor, Ekspor, Domestik Masuk maupun Domestik Keluar terhadap media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK)

Kota Batam yang semula kota administratif dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2000 tentang

Dalam tabel 13 berikut dapat dilihat kepada siapa (anak laki-laki atau anak perempuan) orang tua pertama-tama meminta bantuan bila mereka

Meskipun keputusan materialitas secara khususnya dilakukan oleh penyusun laporan keuangan dan auditor, namun perspektif pengambilan keputusan investor atas

Beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan antara lain : Prevalensi Depresi dan Gambaran Stressor Psikososial pada Remaja Sekolah Umum

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, cara dan alat – alat yang dikoordinasikan dan digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga kekayaan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui hubungan antara representasi simbolik, makroskopis dan submikroskopik dengan pemahaman konsep pada mata kuliah