• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERAJAAN MUGHAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KERAJAAN MUGHAL"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

KERAJAAN MUGHAL A. Islam Di India

Semenjak masa Nabi Muhammad SAW mulai tahun 610 M, pedagang- pedagang Arab yang telah menganut Islam sudah berhubungan erat dengan dunia Timur melalui pelabuhan-pelabuhan India, sehingga mereka sambil berdagang juga berdakwah. Islam masuk ke India secara damai melalui perdagangan, pengajaran tasawuf dan pernikahan.1

Pada masa ini pula Cherman Perumal, raja Kadangalur dari pantai Malabar telah memeluk Islam dan menemui Nabi. Pada saat itu raja menceritakan mimpinya bahwa bulan terbagi menjadi dua, sebagian jatuh di wilayahnya dan sebagian lagi jatuh di mana Nabi SAW berada. Kemudian ahli nujum menafsirkan bahwa sang raja akan mengubah akidahnya dari agama Hindu menjadi agama Islam kemudian namanya diganti menjadi Tajuddin. Inilah awal sejarah masuknya Islam di India.2

“Dalam buku Islam India, Prof. Husein Nairar menceritakan bahwa maharaja Malabar bernama Cherman Perumal yang memerintah daerah India selatan, dari Kanjorakot sampai Tanjung Comorin, telah berangkat ke Arabia dan mendapat kehormatan menemui Rasulullah SAW. Sewaktu pulang kembali ke India, ia membawa tiga orang sahabat Nabi sebagai utusan dakwah ke India (muballigh), yaitu Syarif bin Malik, Malik bin Dinar dan Malik bin Habib. Ditangan mereka inilah berkembang dakwah Islam di India selatan, namun sayang sekali maharaja Malabar itu wafat pada saat perjalanan pulang yaitu di Zafar”.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, mulailah arus bangsa Arab melanda daerah ini dari barat laut, yang berlangsung terus menerus sampai abad ke-18 M. Sebagian dari mereka menetap di daerah-daerah tersebut hingga membentuk beberapa kerajaan yang mempunyai pengaruh besar di dalam kebudayaan Islam.3

1 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 166.

2 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 166.

3 Fuad M Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm. 179.

(2)

18

Pada masa khalifah Umar bin Khattab (643-644 M), jalan menuju India telah diperiksa, tetapi Umar tidak menginginkan perluasan di India.4 Sedangkan pada masa Khalifah Usman bin Affan, diangkatlah Abdullah bin Amir saudara sepupunya sebagai gubernur di Irak, dan diperintahkan agar mengutus seseorang ke India guna mendapatkan informasi mengenai daerah itu dan menyelidiki adat istiadat dan jalan-jalan menuju India. Inilah awal mula Islam menyebar ke India melalui jalan darat. Kemudian dikirimlah Hakim bin Jabalah Al-Abdi, yang setelah kembali, melaporkan hasil kunjungannya itu, namun daerah itu tidak diserbu. Pada masa Ali bin Abi Thalib baru dikerahkan satu pasukan di bawah pimpinan Harits bin Murrah yang ternyata berhasil tetapi akhirnya Harits terbunuh di daerah Qiqan di Sind.5

Lima tahun kemudian yaitu pada masa Muawiyah bin Abi Sufyan (660- 680 M) seorang panglima bernama Muhallib bin Abi Suffah membuka negeri Sind, kemudian Lahore dan kota-kota antara Kabul dan Multhan. Dengan demikian semakin luaslah daerah Islam. Pada masa Abdul Malik (685-704 M), Gubernur Jenderal di wilayah Timur, pada saat itu terjadi perampokan terhadap orang-orang Islam di India, wilayah kekuasaan raja Dahir. Atas izin khalifah al- Walid, ia mengutus Muhammad ibn Qasim untuk memimpin pasukan dan dalam waktu empat tahun lebih Sind dan Punjab dapat ditaklukkan kemudian mendirikan sebuah masjid. Penggantinya ialah Yazid al-Suksuki hanya bertahan delapan belas hari akibat rakyat memberontak. Masa Habib al-Muhallaf hanya dapat menguasai daerah Alor. Setelah itu ada sembilan guberbur tetap berkuasa di wilayah itu sampai datangnya Dinasti Ghaznawiyah.6

4 Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1958, hlm. 333.

5 Fuad M Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985, hlm. 179.

6 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 167.

(3)

19

B. Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Berdirinya Kerajaan Mughal 1. Dinasti Ghaznawiyah

Perluasan selanjutnya baru terjadi 300 tahun kemudian. Di sebelah timur Iran timbul suatu kerajaan baru yaitu Dinasti Ghaznawiyah (962-1186 M).7 Kerajaan ini didirikan oleh Alp at-Takin, ia menaklukan Ghazni dan memperkuat kota dengan parit dan benteng. Tahun 976 M ia wafat dan diganti oleh puteranya yang bernama Sabaktakin. Pengganti Sabaktakin ialah Mahmud Ghaznawi.

Dinasti ini merupakan dinasti Islam pertama di India. Golongan ini berasal dari bangsa Turki yang telah menduduki Afghanistan dan mempunyai kerajaan di daerah itu.

Kejayaan Dinasti Ghaznawi ialah pada saat pemerintahan Mahmud Ghaznawi. Ia melakukan ekspedisi ke India selama dua puluh enam tahun. Tujuh belas ekspedisi dipimpinnya untuk menaklukkan India. Ia berhasil menaklukkan beberapa daerah di India. Keberhasilan dalam menaklukkan wilayah ini, dalam perkembangannnya telah mendorong orang-orang Islam untuk bermigrasi dan berdiam di daerah itu. Ia juga menguasai beberapa wilayah di India sekaligus menundukkan dan mengislamkan para raja.8 Ketika Mahmud wafat, wilayah kekuasaanya menjadi daerah yang paling mengesankan di bagian timur dunia Islam selama berabad-abad, tentaranya termasuk yang terkuat saat itu. Namun di bawah kepemimpinan puteranya, bagian timur kekuasaan ini jatuh dalam kekuasaan Seljuk Turki. Pada tahun 1059 M sebuah perjanjian perdamaian dibuat dengan Seljuk, perjanjian ini memungkinkan Ghaznawiyah untuk berkonsentrasi lagi pada wilayah-wilayah India. Akan tetapi, sejak itu tidak ada lagi ekspansi yang luas. Keadaan tersebut terus berlangsung kemudian kekuatan militernya terpecah-pecah dan Dinasti Ghaznawiyah digulingkan oleh Dinasti Ghuriyah.9

7 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 50.

8 Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2013, hlm. 209.

9 David Nicolle, Jejak Sejarah Islam, (Terj: Rosida), Jakarta: Alita Aksara Media, 2011, hlm. 137.

(4)

20 2. Dinasti Ghuriyah

Dinasti Ghuriyah (1186-1206 M) berhasil meletakkan sendi-sendi pemerintahan Islam yang kokoh di India Utara ialah bangsa Ghur, yaitu bangsa yang memerintah sebuah negara kecil pegunungan di Afghanistan. Bangsa Ghur menaklukkan Multan pada tahun 1176 M, kemudian mengalahkan raja Ghaznawi yang terakhir di Punjab. Kemerosotan politik yang diderita Dinasti Ghaznawi telah mendorong Muhammad Ghuri pemimpin bangsa Ghur untuk menumbangkan Bahram, seorang penguasa terakhir dari Dinasti Ghaznawi sekaligus memusnahkan kota Ghazna. Ghuri memberlakukan undang-undang Islam. orang-orang Hindu bebas menjalankan agama dan mendirikan kuil dengan membayar upeti dan jizyah.10

Raja-raja Hindu mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawan musuh baru itu. Mereka mengatur suatu konfederasi di bawah seorang pahlawan besar Prithwi Raja, dan berangkat untuk menghentikan Muhammad Ghuri di Tarain utara Delhi. Pasukan Rajput pun kalah, padahal pasukan mereka lebih besar dari pada pasukan Turki, tetapi mutunya tidak dapat diharapkan sama sekali.

Orang Turki mengatur pasukan pemanah berkuda sehingga dapat berputar dan berbalik, membuat gerakan tipu dan mundur, kemudian mengepung untuk mengadakan serangan mendadak dari samping. Pasukan gerak cepat yang berbahaya ini dilawan oleh prajurit Hindu yang terikat tradisi dengan gajah- gajahnya yang lamban serta gerombolan infanteri tak teratur yang mengayunkan gada, tekhnik bertempur satu lawan satu. Akhirnya Muhammad Ghuri bebas untuk melanjutkan penaklukkannya.11

Setelah Muhammad Ghuri wafat, ia tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak ada yang menguasai Delhi dari Ghur, di samping itu Muhammad Ghuri memberi letter of manumission (merdeka dari perbudakan) maka diangkat lah Quthubuddin Aibek, bekas budak dan panglima perangnya menggantikan

10 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 169.

11 Lucille Schulberg, India Yang Bersejarah, (Terj: T.W Kamil), Jakarta: Tiara Pustaka, 1983, hlm. 156.

(5)

21

Muhammad Ghuri untuk melanjutkan usahanya dan memperkokoh kekuasaan Islam ia menjadi sultan dan berkedudukan di Delhi.12

3. Kesultanan Delhi

Penobatan Quthubuddin Aibek dikenal sebagai awal dimulainya keberadaan Kesultanan Delhi (1206-1290 M) atau wangsa budak yaitu wangsa yang merupakan suatu oligarki orang-orang yang menutup pintunya erat-erat terhadap orang-orang yang bukan Turki.13

Pada masa pemerintahannya, Quthubuddin Aibek mendirikan masjid Quwat al-Islam di Delhi yang terkenal dengan menara Quthbnya14. Ia memiliki kemampuan manajemen politik dan keterampilan yang sangat hebat, hingga akhirnya Quthubuddin Aibek secara independen membentuk dinasti yang berpusat di Delhi dengan Nama Kesultanan Delhi.15 Setelah lima tahun memerintah, ia wafat dan digantikan puteranya Aram Shah yang ternyata tidak terampil. Aram kemudian digantikan oleh Shams Ad-Din Iltutmish, seorang menantunya. Ia berjasa melanjutkan perluasan kekuasaan Islam ke sebelah utara (Malawa) dan menyelamatkan negeri dari serangan Mongol secara diplomatis. Ia disebut sebagai pendiri Kesultanan Delhi yang sebenarnya. Pada masa ini, India hampir diserang oleh Mongol, ia menaklukkan seluruh Asia Tengah, Turkistan, Afghanistan, Ghazni dan tanah Rusia Selatan.16 Ia menunjuk anak perempuannya yang bernama Raziya sebagai pengganti, karena anak laki-lakinya tidak ada yang mampu. Para pembesar istana yang keberatan dengan sultan perempuan

12 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 169.

13 Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: Pustaka Jaya, 1986, hlm. 335.

14 Qutubh Minar didirikan oleh Quthubuddin Aibek atas nama gurunya, seorang sufi dan ulama terkenal di India, Khwajah Quthubuddin Bakhtiar Kaki. Menara tersebut diselesaikan oleh Shamsuddin Iltutmish yang menambah air mancur dengan nama Shamsi Fuara. (Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 169).

15 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008, hlm.

258.

16 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 53.

(6)

22

mengangkat saudaranya bernama Rukunuddin Firuz, ternya ia tidak mampu maka Raziya diangkat kembali.17

Penguasa terakhir ialah Balban, seorang pahlawan dan bekas hamba sultan Iltutmish. Pada zamannya kebudayaan amat berkembang di Delhi, dan ia segan kepada bangsa Mongol yang memerangi negeri-negeri mereka di bawah pimpinan keturunan Jengiz Khan18, Sultan Balban juga dapat menahan serangan Mongol yang kedua kemudian mengusir mereka. Sultan Balban wafat pada tahun 1290 M.

4. Dinasti Khalji

Malik Firuz seorang Jenderal yang tangguh dan administrator yang cakap, ia berhasil menduduki Delhi dan merebut kekuasaan sultan kemudian mendirikan Dinasti Khalji (1290-1320 M). Di bawah wangsa Khalji pembedaan antara Turki dan bukan Turki lenyap, semua pintu kekuasaan dan jabatan terbuka untuk muslim India, baik muslim turunan maupun muslim baru, mereka meluaskan lagi kekuasaan Islam jauh ke India Selatan.19

Pada masa pemerintahan Khalji banyak sekali orang Mongol yang masuk Islam dan diizinkan tinggal di Delhi. Kedatangan bangsa Mongol rupanya bukan untuk memerintah dan memperluas daerah jajahannya, tetapi semata-mata untuk merampas segala harta kekayaan yang ada di Delhi, sehingga setelah maksudnya berhasil, ia segera kembali dengan membawa harta kekayaan yang tidak ternilai.

Pengganti Malik Firuz yaitu sultan Jalaludin Khalji pada waktu itu ia berusia 70 tahun dan tidak sanggup lagi memberikan perlawanan menahan orang Mongol, tetapi ia dapat mengadakan perdamaian dengan bangsa Mongol.20 Khusru Khan penguasa terakhir Dinasti Khalji dibunuh oleh Ghazi Malik seorang gubernur Punjab. Ia menduduki tahta dengan gelar Ghiyas Ad-Din Tughluq sah.

17 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 169.

18 Jengiz Khan adalah pemimpin paling terkemuka tanding. Ialah yang menundukkan seluruh Mongolia dan Tartar di bawah kekuasaannya dan menyatukan mereka, lalu membentuk pasukan yang sangat besar. (Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003, hlm. 323).

19 Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: Pustaka Jaya, 1986, hlm. 335.

20 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 54.

(7)

23

Berakhirlah Dinasti Khalji dan digantikan dengan Dinasti Tughluq (1320-1398 M).21

5. Dinasti Tughluq

Rezimnya merupakan rezim muslim pertama yang mengintegrasikan sejumlah panglima perang Turki, kalangan feodal Hindu dan ulama muslim di dalam elite politik. Tughluq berupaya keras memulihkan stabilitas ekonomi dan administratif kesultanan dengan menaikkan pajak yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi keuangan tetap bagus. Dan berhasil menangkis invasi Tarmashirin Mongol Chaghatayiyyah dari Transoxania pada tahun 1329 M.

Pada masa ini mulai mengadopsi motif-motif Hindu ke dalam arsitektur muslim sebagai sebuah lambang kebijaksanaan muslim terhadap otoritas politik Hindu. Arsitektur Tughluqiyah meminjam sejumlah desain-desain ruangan seperti chatri atau kios Hindu, batu langkan yang besar, bagian atap, pilar pemisah dan ruang utama.22

Pada tahun 1351 M, ia wafat ketika negara dilanda pemberontakan. Firuz Shah, sepupunya, naik tahta setelah meredam pemberontakan di Sind dan penyerangan Mongol. Setelah kematian Firuz Shah tahun 1388 M penggantinya tidak ada yang mampu.23 Meninggalnya raja Tughluq yang terakhir, Kerajaan Tughluq menjadi terpecah-pecah ke dalam beberapa kerajaan kecil yang dikuasai oleh panglima-panglima yang bergelar Sayyid.24

6. Dinasti Sayyid

Karena mengaku-ngaku keturunan Nabi maka dinastinya mendapat nama Sayyidiyyah atau Dinasti Sayyid (1398-1451 M), dinasti ini dipimpin oleh Khizr.

Karena sebelumnya dinasti ini sudah bergantung pada Timuriyyah, maka mereka

21 Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2013, hlm. 217.

22 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Terj: Ghufron A Mas’adi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 679.

23 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 171.

24 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 57.

(8)

24

tidak disukai di kalangan kelas-kelas militer Turki dan Afghan di Delhi.25 Tahun 1421 M ia wafat kemudian digantikan oleh anaknya Mubarak Shah terkenal sebagai sultan yang sangat baik, namun ia terbunuh pada tahun 1434 M oleh seorang bangsawan bernama Sardarul Mulk.26

Ada beberapa sultan yang menaiki tahta, sultan terakhir yaitu Alam Sah. Ia hanya menghabiskan kekayaan negara yang memang disediakan oleh Bahlul Lodi, seorang pemimpin suku Afghan Lodis, mantan gubernur Sirhind dan Lahore. Ia sama kuatnya dengan Tughluqiyah agung dan berupaya keras memulihkan reputasi muslim di India. Keadaan Dinasti Sayyid bertambah parah dan akhirnya Alam Shah secara sukarela menyerahkan tahtanya kepada Bahlul Lodi.27 Sejak saat itu, Dinasti Lodi berkuasa di Delhi menggantikan Dinasti Sayyid.

7. Dinasti Lodi

Masa pemerintahan Dinasti Lodi (1451-1526 M), otoritas Delhi kembali ditegakkan di sebagian besar India tengah dan penguasa-penguasa Sharqi di Jawnpur pun ditumbangkan pada tahun 1477 M. Namun setelah Bahlul wafat, kekuasaan digantikan oleh Nizam Khan yang bergelar Sikander Lodi. Ia melakukan operasi melawan negara-negara Rajput dan berhasil. Setelah ia wafat kemudian digantikan oleh Ibrahim Lodi. Ternyata, pemerintahanannya sangat buruk sehingga dapat dihancurkan. Ia menjauhkan banyak bangsawan dan panglimanya dan memenjarakan orang-orang yang menentangnya. Hal ini memicu lebih banyak pemberontakan, beberapa wilayah menyatakan kemerdekaannya.28 Tentu saja hal ini mengundang campur tangan (intervensi) Babur dari Mughal Chaghatayiyyah, yang pada waktu itu ada di Kabul.

25 Bosworth, C.E, Dinasti-Dinasti Islam, (Terj: Ilyas Rahman), Bandung: Mizan, 1993, hlm. 216.

26 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 171.

27 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 171.

28 Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hlm. 172.

(9)

25

Pada tahun 1526 M merupakan tahun yang sangat penting dalam sejarah India sebab dengan dihancurkannya kekuasaan Lodi, maka terjadi babak baru kerajaan Islam di India, yaitu berdirilah Kerajaan Mughal (1526-1858 M).

C. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal

Terbentuknya Kerajaan Mughal di India ini melalui proses panjang sehingga menjadi kerajaan yang sangat kuat. Sebelum berdirinya Kerajaan Mughal, di India sudah berdiri beberapa kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut silih berganti melancarkan usaha yang berkelanjutan untuk memusatkan kekuasaan negara, tetapi tidak satu pun dari mereka mencapai kekuasaan politik yang absolut, masing-masing menghadapi problem pembentukan negara Islam di dalam sebuah daerah yang sangat menonjol kultur Budha dan Hindunya.

Kerajaan Mughal berasal dari tentara nomadik (penjelajah) dari Afghanistan sehingga pemerintahan dijalankan oleh elit militer dan politisi.

Mereka terdiri dari para pembesar Iran, Afghanistan, Turki dan India. Kerajaan ini berpusat di India dengan ibukota pemerintahan di Delhi dan merupakan kelanjutan dari Kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah kerajaan India yang memusat, puncak dari usaha untuk membentuk sebuah kultur Islam yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India, dan puncak dari pergumulan antara identitas Persi-Indian dan identitas Islam bagi negara dan masyarakat.29

Di bawah Kerajaan Mughal inilah pemerintahan muslim di India akhirnya diperkokoh. Walaupun ada penaklukan baru di daerah Selatan, pusat kekuasaan Mughal tetap di Utara, karena mereka datang dari Asia Tengah ialah daerah seedaran pengaruh kebudayaan Turki-Iran. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.

29 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Terj: Ghufron A Mas’adi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 694.

(10)

26 1. Zahiruddin Muhammad Babur

Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, ia lahir pada tanggal 24 Februari 1483 M di kota Ferghana. Dalam tubuhnya mengalir darah ksatria yang diwarisi dari leluhurnya karena ayahnya Umar Syek Mirza adalah keturunan kelima Timur Lenk sedangkan ibunya seorang putri keturunan langsung Jakutai putera dari Jenghiz Khan.30 Sebagai akibatnya ia disebut Mongol, kata ini dalam perkembangannya berubah menjadi Mughal. Kerajaan Mongol dan Kerajaan Mughal di India memiliki keterkaitan karena sama-sama didirikan oleh bangsa Mongol dan keturunannya sedangkan pengambilan nama Mughal adalah dari nama kebesaran bangsa Mongol.

Sepeninggal ayahnya Umar Syek Mirza, pada tahun 1494 M Sultan Babur menggantikan ayahnya sebagai penguasa di Ferghana pada usia 12 tahun.

Meskipun masih muda, Sultan Babur telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang tangguh dan berambisi. Dalam mewujudkan ambisinya, Sultan Babur menyerang Samarkand tiga kali dan tiga kali pula gagal. Bahkan penyerangan yang ketiga menyebabkan ia terusir dari Ferghana, namun kegagalan itu tidak membuatnya putus asa. Akhirnya Sultan Babur berhasil menaklukkan Samarkand atas bantuan raja Syafawi, Ismail I. Kemudian menduduki Kabul tahun 1504.31

Setelah menaklukkan Kabul, Sultan Babur meneruskan ekspansinya ke India. Pada awalnya Sultan Babur tidak merencanakan akan menaklukkan India, apalagi mendirikan salah satu kerajaan terbesar di India. Sebenarnya Babur tidak menyukai India, sejak kecil hingga dewasa hidup dalam iklim segar dan alam terbuka Ferghana. Ia sama sekali tidak tertarik pada keindahan alam India, dalam karangan riwayat hidupnya ia mengatakan bahwa: “Hindustan tidak memiliki banyak hal yang menarik, penduduknya tidak cantik dan tidak gagah, mereka tidak ramah, tidak memahami makna saling kunjung mengunjungi, mereka tidak memiliki orang cerdas dan tidak mampu memahami pikiran orang lain, mereka tidak memiliki keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, seni perencanaan dan

30 Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam Klasik, Cirebon: Pangger Press, 2008, hlm.

163.

31 Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam Klasik, Cirebon: Pangger Press, 2008, hlm.

163.

(11)

27

pembangunan. Disana tidak ada kuda dan anjing yang baik, tidak ada buah anggur dan semangka serta buah lainnya yang sedap, tidak ada es atau air dingin, tidak ada daging segar dan roti. Mereka tidak mempunyai kolam air hangat, tidak ada sekolah dan juga tidak ada lilin. Sebagai pengganti lilin mereka menggunakan orang pelita yang kotor, orang pelita itu memegang sumbu disalah satu tangannya dan menuangkan minyak dari kulit labu kering dari tangan lainnya. Selain sungai mereka tidak memiliki saluran air, ditaman dan didalam rumah mereka pun tidak ada air, rumah mereka tidak menarik, tidak memiliki udara segar dan rancanganannya pun tidak indah”, ia juga mengeluh tentang cara orang India berpakaian “para petani dan orang kelas bawah hanya berjalan dengan mengenakan selembar kain yang tergantung dua jengkal dibawah pusatnya, para wanitanya mengikat selembar kain dipinggangnya dan menutup kepalanya dengan ujung kain itu”. Di sisi lain Sultan Babur menulis beberapa kelebihan India, hal yang menarik ialah India merupakan daerah yang luas dan memiliki banyak sumber daya emas dan perak, jika hujan datang, udara terasa nyaman.32

Pada saat itu India dipimpin oleh Dinasti Lodi dan karena Dinasti Lodi sedang mengalami masa krisis dan sistem pemerintahan yang buruk, sehingga Alam Khan, paman Ibrahim Lodi bersama Daulat Khan dan para kaum ningrat meminta pertolongan kepada Sultan Babur untuk menjatuhkan kekuasaan Ibrahim Lodi. Dengan mata ahli catur politik ia melihat bagaimana besarnya bahagia yang akan diperolehnya jika ia memenuhi permintaan tersebut. Kesempatan emas itu tidak akan disia-siakan oleh Sultan Babur. Maka pada tahun 1525 M Sultan Babur menguasai Punjab dengan ibukota Lahore. Setelah itu ia memimpin tentaranya menuju Delhi.33

Sultan Babur datang dengan pasukan yang tangguh dan dengan mudah dapat menghancurkan Delhi. Sultan Ibrahim Lodi dan tentaranya dapat dihancurkan dalam pertempuran yang berlangsung di Panipat pada tanggal 21 April 1526 M. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh dan Sultan

32 Akbar S. Ahmed, Citra Muslim, (Terj: Nunding Ram), Jakarta: Erlangga, 1990, hlm.

82.

33 Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam Klasik, Cirebon: Pangger Press, 2008, hlm.

163.

(12)

28

Babur langsung mengikrarkan kemenangan dan kemudian menegakkan pemerintahannya.34 Kemudian Sultan Babur bergerak maju untuk menduduki Delhi serta Agra dan disini tidak mendapat perlawanan dan kemudian maju terus menuju pusat-pusat besar orang muslim serta Hindu lainnya di India Utara, menemui serta mengalahkan sebagian besar perlawanan orang Rajput.35

Memang, pada awalnya Hindu menolak kehadiran Kerajaan Mughal karena kemenangan yang dicapai oleh Sultan Babur merupakan ancaman bagi para raja Hindu di India. Sultan Babur harus menghadapi orang Rajput di bagian barat dan orang Afghan di bagian timur. Rana Sangha, penguasa Mewar, dan merupakan panglima Rajput menghimpun orang-orang Rajput untuk melawannya.

Kedua kekuatan bertemu di Khanua, sebuah desa di sebelah barat Agra pada tanggal 16 Maret 1527 M. Taktik Sultan Babur lebih unggul dan membuatnya menang dalam pertempuran. Selain pemberontakan orang Hindu, tahun berikutnya Sultan Babur mengalahkan pasukan gabungan para ketua suku Afghan dari Bihar dan Benggala di Ghagra dekat Patna. Ia pun akhirnya menjadi penguasa dataran Gangga sampai kota Patna di timur.

Tentara Mughal memang militer yang kuat sehingga beberapa kali usaha koalisi para raja-raja Hindu maupun kerajaan Islam lainnya selalu menemui kegagalan. Dengan kalahnya para raja Hindu itu maka wilayah kekuasaan kesultanan ini terbentang meliputi seluruh Jazirah India dan Afghanistan.36

Setelah penaklukkan tersebut, ulama, penulis, sufi, pujangga dan intelektual muslim berhamburan menuju India, mencari perlindungan di dalam rezim baru tersebut, mengorganisir beberapa perguruan dan membuka jalan bagi konversi masyarakat India ke agama Islam.37 Peranan waliyullah dan sufi dalam menyiarkan agama Islam di tanah India sangat besar yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah mereka yang datang ke India. Mereka termasuk golongan

34 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Islam, Rajawali Press, 2009, hlm.

203.

35 Lucille Schulberg, India Yang Bersejarah, (Terj: T.W Kamil), Jakarta: Tiara Pustaka, 1983, hlm. 159.

36 Ahzab Muttaqin, dkk, Pendidikan Agama Islam, Klaten: Cempaka Putih, 2007, hlm.

82.

37 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Terj: Ghufron A Mas’adi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 681.

(13)

29

pertama yang menyebarkan agama Islam sebelum Islam masuk ke India secara formal.

Sultan Babur menyebut dirinya Padisyah gelar raja dalam bahasa Persia yang mengandung arti bahwa ia bukanlah kepala beberapa kabilah Turki yang demokratik tetapi raja Iran yang berdaulat dan otokratik. Susunan kekuasaan Mughal bersendi kepada kaum aristokrat muslim yang heterogen, yang terdiri dari pendatang-pendatang baru dari Transoksiana, bangsawan-bangsawan Iran yang mencari kedudukan di dalam negeri yang baru ditaklukkan itu, dan dari aristokrat- aristokrat Turki dan Afghan yang sudah berakar di India tetapi sekarang tidak menguasai kekuasaan tertinggi lagi. Kaum Mughal sendiri hanyalah minoritas yang terkecil, tetapi mampu mempertahankan kekuasaan mereka. Selama masa panjang imigrasi dari Asia Tengah dan Iran berlangsung terus hingga kaum aristokrat muslim di India mengalami Indianisasi.38

Kemenangan ini hanyalah permulaan, struktur pemerintahan Kerajaan Mughal belum mantap. Sultan Babur wafat pada tanggal 26 Desember 1530 M.

Konon, sebelum Sultan Babur wafat, Sultan Humayun sakit keras, semua pengobatan yang dilakukan belum membuatnya sembuh. Beberapa orang bijak mengatakan, hidup putera mahkota bisa diselamatkan hanya saja segala sesuatu yang paling berharga di dunia dikurbankan, yaitu hidupnya sendiri. Dengan berjalan tiga kali mengelilingi tempat tidur Sultan Babur berdo’a: “datanglah sakit itu kepadaku” kemudian ia berseru dengan penuh sukacita, “aku berhasil, aku telah mengambil sakit itu”. Sejak saat itu Sultan Humayun sedikit demi sedikit sembuh dari sakitnya sedangkan Sultan Babur sendiri langsung jatuh sakit kemudian wafat. Sultan Babur dimakamkan di Kabul.39 Setelah itu kepemimpinan Mughal diteruskan oleh anaknya, Nasiruddin Muhammad Humayun.

2. Nasiruddin Muhammad Humayun

Ia memerintah antara tahun 1530-1539 dan 1555-1556 M. Meskipun Sultan Babur telah wafat, bukan berarti perasaan dendam para raja di India

38 Kenneth W Morgan, Islam Jalan Lurus, (Terj: Abu Salamah dan Chaidar Anwar), Jakarta: Pustaka Jaya, 1986, hlm. 340.

39 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, hlm. 332.

(14)

30

berhenti. Ancaman masih terus datang, musuh Sultan Humayun yang terburuk adalah saudara-saudaranya sendiri. Salah satu dari mereka mencari perlindungan ke raja Gujarat ialah Bahadur Syah, namun serangannya dapat dipatahkan. Namun setahun kemudian Bahadur Syah dapat merebut kembali Gujarat dengan bantuan orang-orang Portugis.40

Sultan Humayun merupakan pendiri sekolah-sekolah dan perguruan- perguruan tinggi pertama di India zaman Mughal. Tetapi pemerintahan Sultan Humayun amat pendek. Ia kurang berwibawa dibanding ayahnya yang tersohor itu. Sembilan tahun pertama pemerintahan Sultan Humayun dipenuhi dengan pemberontakan di dalam negeri yang dilancarkan oleh saudara-saudaranya. Pada tahun 1539 M, ia harus menghadapi Sher Khan Suri41 musuh yang tangguh dan gagah berani yang mulai mengancamnya sebagai saingan merebut tahta Delhi.

pasukan Humayun disergap dikalahkan oleh pasukan Sher Khan di Chausa sehingga Humayun melarikan diri. Pemerintahan Humayun terputus selama lima belas tahun karena tampilnya kembali pemerintahan Afghan, tepatnya pemerintahan Dinasti Sur yang didirikan oleh Sher Khan Suri setelah mengalahkan Humayun namanya diganti menjadi Sher Syah Suri, ia adalah seorang yang berbakat dan seorang ahli strategi yang bagus.

Ketika mengetahui Humayun berada di Gujarat, Sher Shah Suri memberontak pada tahun 1536 M. Ketika Humayun mendengar hal ini, ia cepat- cepat pulang, mengumpulkan pasukan dan menghadapi Sher Shah Suri. Sultan Humayun membuat kesalahan dengan menghentikan pengepungan benteng pertahanan Sher Shah Suri di Chunar dalam perjalanannya ke Bihar. Lalu Sher Shah Suri menggunakan kesempatan ini untuk menaklukkan Benggala. Setelah beberapa bulan ketika Humayun mengejarnya ke Benggala, Sher Shah Suri berbalik melalui rute sebelah utara dan menyerbu Bihar dan Oudh. Humayun sendiri menunda perjalanan, kemudian dua kekuatan tersebut bertemu di Chaunsa

40 Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam Klasik, Cirebon: Pangger Press, 2008, hlm.

164.

41 Menurut Prof. Qanungo, “Ia adalah salah seorang penakluk dunia yang paling berperikemanusiaan, ia sangat dicintai dan dihormati orang-orang disekitarnya serta dikagumi musuh-musuhnya karena rasa kemanusiaannya dan rasa kesabarannya”. (Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, hlm. 337).

(15)

31

pada tahun 1539 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Sher Shah Suri, tahun berikutnya dikalahkan lagi di Bilgam dekat Kanauj, lalu Humayun melarikan diri setelah pertempuran itu.

Karena Delhi tidak memberikan bantuan, Humayun pergi ke Lahore, tetapi Kamran menolak untuk membantunya. Sementara itu Sher Shah Suri tetap mengejar-ngejar Humayun.

Sher Shah Suri (1540-1545 M) menjadi penguasa di India utara, ia menaklukkan Gakkar, membangun dan menempatkan sejumlah pasukan di benteng Rohtar. Ia meninggal pada tanggal 22 Mei 1545 M ketika gedung senjata di luar benteng Kalinjar meledak. Dalam lima tahun pemerintahannya, secara administratif dan militer sudah berhasil. Ia seorang Jenderal yang baik dan seorang ahli strategi besar, dan sebagai seorang administrator ia mempunyai beberapa kelebihan yaitu sentralisasi pemerintahan, membangun sebuah pelayanan sipil yang kompeten, memperbaharui alat tukar, membangun sebuah pasukan yang kuat, merevisi sistem pajak tanah, menangani sendiri masalah- masalah negara. Ia pun menghukum para pejabat-pejabat yang korup baik di kota maupun pedesaan, ia jujur pada setiap orang, lembut kepada wanita dan anak- anak. Ia membangun jalan raya dari Benggala sampai Peshawar, menanam pohon- pohon pelindung sepanjang jalan dan membangun tempat-tempat peristirahatan bagi para pelancong.

Sultan Humayun hidup dalam pengembara (1540-1543 M). Ia meninggalkan Sind dan diikuti oleh pasukan yang setia kepadanya. Dalam pengembaraanya ini ia menikah dengan Hamidah Banu Begum puteri Shaikh Ali Akbar Jami, seorang Persia.42 Ia menikah pada tanggal 21 Agustus 1541, dan dikaruniai seorang anak bernama Jalaludin Muhammad Akbar yang lahir pada tanggal 11 Oktober 1542.43

Sher Shah Suri menyerang Sultan Humayun, oleh karena itu Sultan Akbar diserahkan ke Maham Angga yang merupakan pelayannya. Sultan Humayun dan

42 Http://Akbar Wikipedia, ensiklopedia bebaslengkap. Di unduh pada 15 Februari 2015 pukul 00.48.

43 Andre Wink, Akbar (Makers Of The Muslim World), India: Oneworld Publications, 2009, hlm. 23.

(16)

32

istrinya menuju ke Qandhar. Hindal, yang merupakan saudaranya, namun ia tidak membantunya. Karena tidak mendapat bantuan dari Askari, Kamran, dan Hindal, akhirnya Sultan Humayun meneruskan perjalanan ke Persia untuk mencari perlindungan dari Shah Tahmasp.

Sultan Humayun tidak tinggal diam, ia dan Bairam Khan senantiasa mengumpulkan kekuatan akhirnya ia berhasil menduduki tahta kerajaannya. Pada tahun 1555 M, ia menguasai kembali Delhi setelah mengalahkan keturunan Sher Shah Suri dan menaklukkan India sebelah utara, dengan bantuan raja Iran (Persia). Shah Tahmasp, memutuskan untuk membantunya dengan 14.000 pasukan berkuda dengan syarat bahwa Sultan Humayun harus berpindah keyakinan dari aliran Sunni menjadi Syiah dan Kandahar harus diberikan kepadanya setelah kemenangan itu.44

Akhirnya ia pun bertemu dengan anaknya yaitu Jalaludin Muhammad Akbar yang kelak akan menggantikan pemerintahannya. Ketika ayahnya kembali berkuasa Sultan Akbar di percaya menjadi gubernur di Punjab. Akan tetapi, Sultan Humayun tidak bisa lama menikmati kehormatan kerajaan, ia wafat karena jatuh dari tangga istananya pada bulan Januari 1556 M.45 Ia mewariskan tumpuan kaki yang teramat lemah di India kepada Sultan Akbar. Tetapi Sultan Akbar mampu membawa Kerajaan Mughal mencapai puncak kegemilangan.

3. Jalaludin Muhammad Akbar

Masa Sultan Akbar (1556-1605 M), sistem keadilan lebih diutamakan dari pada kebenaran agama.46 Masa pemerintahannnya tangguh tanpa saingan.

Kerajaan Mughal pada masa Sultan Akbar mengalami kemajuan dalam segala bidang yang meliputi ekonomi, politik, militer, pendidikan, keagamaan, sosial, seni, dan budaya.

44 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Terj: Adang Affandi), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 300.

45 Hasjmy A, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm. 162.

46 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 208.

(17)

33

Menurut paham Sultan Akbar suatu kerajaan besar dan yang mempunyai rakyat yang terdiri dari berbagai bangsa-bangsa yang berbeda-beda dalam agama, harus mempunyai dasar yang lebar dan kuat, rakyat tidak boleh dipisah-pisah dan harus mempunyai hak yang sama.47

Oleh sebab itu, Sultan Akbar berusaha memperkuat kerajaannya dengan membawa perdamaian dan stabilitas negaranya. Perbedaan agama dan budaya itu mengancam terjadinya gangguan dan kekacauan. Untuk itu, Sultan Akbar mendorong setiap orang untuk bergaul dan bersikap toleran satu sama lain.48

Sultan Akbar juga mengembangkan toleransi beragama, ia mendirikan Din Illahi yang memadukan ajaran-ajaran yang mencakup seluruh agama di India.

Namun, masa pemerintahan Jehangir, Din Illahi dihentikan kegiatannya.49

Sebelum Sultan Akbar wafat, Jehangir telah diangkat menjadi penggantinya. Ia sangat sayang pada puteranya itu, namun Jehangir selalu melawan politiknya sehingga rakyat menyangka bahwa yang akan naik tahta adalah cucunya yang bernama Khusru yang sangat dicintai oleh rakyat.50

Jehangir, Shah Jehan dan Aurangzeb adalah sultan-sultan besar yang mampu meneruskan keberhasilan pendahulunya, Akbar. Ketiga sultan ini didukung oleh militer yang sangat kuat. Maka, semua pemberontakan dapat dipatahkan, sehingga rakyat hidup dengan tentram dan damai. 51

4. Jehangir/Salim

Tujuh hari setelah Sultan Akbar wafat, Sultan Jehangir dinobatkan menjadi raja, ia memerintah dari tahun 1605-1627 M, dengan gelar Nuruddin Muhammad Jehangir Pasha Ghazi. Jehangir dalam memerintah kerajaan tidak

47 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 62.

48 Anik Pamilu, Sejarah Dunia dari Prasejarah hingga Modern, Yogyakarta: Mitra Buku, 2011, hlm. 200.

49 Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2013, hlm. 235.

50 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 49.

51 Moh Nurhakim, Jatuhnya Sbuah Tamadun (Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam), Jakarta Pusat: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2012, hlm. 163.

(18)

34

sehebat ayahnya, ia terlalu baik hati dan lemah terutama karena pengaruh isterinya Nur Jahan yang suka mencampuri urusan pemerintahan.52 Sehingga isterinya itu yang sebenarnya memerintah. Pengaruhnya ialah tertera dari gambarnya pada uang logam kerajaan yang diedarkan pada masa itu di India.53

Jehangir tidak dapat dibandingkan dengan Sultan Akbar, pekerjaannya hanya meneruskan pemerintahan yang sudah teratur. Jehangir menerapkan hukum Islam hanya sebatas pada lembaga pengadilan saja seperti pada masa Sulan Akbar. Hukum Islam hanya berlaku bagi umat Islam. Ia merupakan sultan yang toleran dan sekuler serta kebijakan-kebijakan politik yang liberal, seperti yang diteladani dari Sultan Akbar.54

Namun, Jehangir tidak berhemat tentang pengeluaran belanja negeri, gaji pegawai luar biasa tingginya. Di istana dan dalam perjalanan pun ia memperlihatkan kekayaan dan kemewahan yang mengakibatkan beban yang luar biasa beratnya pada rakyat. Tabiatnya tidak tetap dan tenang, kadang-kadang bengis sehingga jiwa manusia tidak berharga baginya dan terkadang juga berperasaan sangat halus. Sultan Jehangir menuliskan riwayatnya sendiri yang berjudul Tzuk-i-Jahangiri.55

Sultan Jehangir wafat pada tahun 1628 M dan meninggalkan dua orang putera yaitu Shah Jehan dan Shahriar, yang bersaing untuk merebut tahta kerajaan.56 Shah Jehan sebagai anak yang tertua sebenarnya tidak banyak menghadapi kesulitan untuk naik tahta. Ketika ayahnya wafat, Shah Jehan berada di daerah Dakka, sedangkan Shahriar telah menyatakan diri sebagai raja di Lahore. Dengan alasan itu, Shah Jehan memerangi dan menangkapnya. Pada

52 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008, hlm.

262.

53 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 66.

54 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Terj: Ghufron A Mas’adi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 208.

55 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 67.

56 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 67.

(19)

35

tahun 1628 M, ia naik tahta dengan gelar Abdul Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jehan Ghazi.57

5. Shah Jehan

Shah Jehan, memerintah pada tahun 1628-1658 M. Ia merupakan seorang yang terpelajar, ia memiliki bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni. Ia peminat lukisan, pandai menyanyi dan peminat karya-karya kesusasteraan.58 Ia pernah mengusir seorang pedagang dari Portugis yang menyalahgunakan kepercayaannya, ia menarik pajak kepada rakyat dan menyebarkan agama Kristen kepada anak-anak.59 Akan tetapi Sultan Shah Jehan melarang mendirikan candi-candi Hindu.60

Abdul Hamid Lahori seorang ahli sejarah pada masa itu yang menulis riwayat Sultan Shah Jehan dalam kitabnya yang berjudul Padshah Nama melukiskan keadaan yang sangat buruk itu dengan jiwa terharu. Dalam riwayatnya, pemerintahan Shah Jehan penuh perlawanan antara putera-puteranya agar diangkat menjadi raja. Diantara mereka ada empat orang putera Mumtaz Mahal yaitu Aurangzeb, Dara Suqoh, Shujah dan Murad Bakhs. Mereka berpengalaman baik tentang pemerintahan maupun tentang keprajuritan, sebab masing-masing memegang jabatan gubernur di beberapa bagian-bagian kerajaan.61

Di akhir kekuasaannya, ada dua kebijakan secara keseluruhan yang dimainkan oleh kedua orang puteranya, Dara Suqoh dan Aurangzeb. Dara Suqoh lebih berpikiran universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum Hindu bila dalam al-Qur’an tidak ditemukan. Sedangkan Aurangzeb lebih menekankan

57 Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2013, hlm. 238.

58 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Terj: Ghufron A Mas’adi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 209.

59 Moh Nurhakim, Jatuhnya Sbuah Tamadun (Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam), Jakarta Pusat: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2012, hlm. 163.

60 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 73.

61 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 69.

(20)

36

tradisi keislaman (nilai-nilai syariah, tradisional). Dan pada akhirnya Dara Suqoh dibunuh oleh Aurangzeb dan Shah Jehan dipenjarakan, ia di tahan oleh Aurangzeb selama tujuh tahun, menantikan kematiannya, ia di jaga oleh puterinya yang bernama Jahanara yang setia kepadanya. Sultan Shah Jehan meninggal pada usianya yang ke 74 tahun. Motif pembunuhan yang dilakukan Aurangzeb masih banyak diperdebatkan oleh kalangan ahli sejarah apakah karena ingin menegakkan Islam atau hanya karena ingin kekuasaan.62

Demikianlah nasib seorang sultan yang mengagumkan dunia dengan ciptaan-ciptaan kebudayaan yang ditinggalkannya.63 Salah satu peninggalannya yang terkenal yaitu Taj Mahal, makam terindah permaisurinya Arjumand Bano Begum/Mumtaz Mahal yang wafat pada tahun 1631 M di Deccan pada saat sultan berperang. Memakan waktu 22 tahun dan dikerjakan oleh dua puluh ribu buruh untuk mendirikan makam tersebut. Sesudah selesai barulah jenazah permaisuri dipindahkan dari Deccan ke Agra. Makam itu menunjukkan bagaimana sucinya cinta seorang raja kepada permaisurinya.64

Awalnya ia ingin mendirikan makam untuk baginda sendiri di dekat Taj Mahal. Makam tersebut tidak dapat dibuat karena berada dibawah pengawasan Sultan Aurangzeb yang tidak menyukai gedung-gedung yang indah. Maka Sultan Shah Jehan pun dimakamkan di dekat istrinya.65

6. Aurangzeb

Sultan Aurangzeb dinobatkan menjadi raja pada tahun 1659-1707 M, dengan gelar Sultan Aurangzeb Alamgir, ia teguh memegang Islam dan menjalankan hukum dan syariat-syariat Islam, ia juga hafal al-Qur’an, makan, minum dan berpakaian dengan sederhana. Untuk menyenangkan hati rakyat yang mengeluh selama pemerintahan Shah Jehan karena mengeluarkan belanja berjuta-

62 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 210.

63 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 72.

64 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 73.

65 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 73.

(21)

37

juta untuk memperlihatkan kekayaan kerajaan. Maka Sultan Aurangzeb menurunkan beberapa macam pajak. Sultan Aurangzeb meneruskan politiknya, segala waktu dan tenaganya dipergunakan untuk menaklukkan India. Ia selalu mencapai kemenangan sehingga pemerintahannya pun semakin luas melebihi Sultan Akbar.66

Namun, berbeda dengan Sultan Akbar. Pada masa Aurangzeb Golongan Hindu selalu ditindas, mereka tidak diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam pemerintahan. Ia hanya berhubungan dengan raja-raja Hindu jika menguntungkan bagi politiknya. Sekolah Hindu ditutup dan dibongkar begitu pun dengan candi-candi maupun kuil, perhiasan-perhiasan dan segala sesuatu yang berharga pada candi-candi itu dipergunakan untuk mendirikan masjid-masjid.67

Dalam pandangannya hanya Islam yang dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Oleh karena itu, undang-undang yang harus dipakai pemerintahan ialah undang-undang Islam. ia menetapkan kembali peraturan jizyah yang telah dihapus Sultan Akbar. Aurangzeb melarang dan menghapuskan pusat- pusat minuman keras, nyanyi-nyanyian, musik dan berbagai persoalan yang dipandang mubadzir menurut agama Islam. untuk itu, ia membuat undang-undang dalam kitab Fatawa Alamgiri.68 Ia juga mengawasi perkembangan dan kegiatan- kegiatan agama lain di India, terutama Hindu sebagai agama mayoritas di India.

Setiap kegiatan keagamaan harus ada izin sultan, sehingga tidak sedikit kuil-kuil Hindu yang disalahgunakan untuk kegiatan politik dihancurkan olehnya.69

Diantara berbagai kebijakan yang melatarbelakangi munculnya konflik, diantaranya70:

1. Kebijakan yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, bukan hanya menetapkan kembali jizyah bahkan dilarang mendirikan kuil-kuil baru.

66 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 74.

67 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 77.

68 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 211.

69 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 211.

70 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 212.

(22)

38

Tindakannya menghancurkan kuil-kuil karena alasannya sebagai sarang politik orang-orang Hindu telah menimbulkan kebangkitan dan kemarahan pengikut Hindu.

2. Aurangzeb tidak mempersiapkan penggantinya untuk meneruskan kesultanan Mughal karena ia kesulitan memilih putera-puteranya. Hal ini disebabkan ia mengikuti jejak orang tuanya yang tidak menunjuknya untuk memerintah.

3. Membuka jalur perdagangan yang bebas. Hal ini merupakan akar yang paling berbahaya. Selain itu, kesalahannya adalah ia telah memperkenankan orang Inggris menduduki Surat dan mengibarkan bendera Inggris di tempat itu.71

Sepanjang masa pemerintahannya, banyak mencapai keberhasilan seperti para pendahulunya, baik aspek politik, ekonomi, sosial dan agama. Dalam penaklukkan wilayah-wilayah keberhasilannya sangat luar biasa dibandingkan Sultan Akbar. Motif penaklukkannya didasarkan atas cita-citanya menyatukan kawasan wilayah Islam dan menerapkan nilai-nilai syariat Islam. ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat pada pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu diperhatikan bahkan diabaikan. Semangat politik Islamnya didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah serta dukungan para ulama, tetapi di lain pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karena pembelaannya pada nilai-nilai syariah, hal ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa. Sebaliknya, orang-orang Hindu fanatik menganggap ia sebagai pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.72

Riwayat pemerintahannya ditulis oleh Mirza Muhammad Kasim yang berjudul Alamghiri Nama dan Muhammad Sagi Khan yang berjudul Maasir-i- Alamgiri.73

71 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 79.

72 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 211.

73 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 79.

(23)

39

Meninggalnya Aurangzeb merupakan awal kemunduran Kerajaan Mughal.

Provinsi-provinsi kerajaan yang letaknya jauh dari pusat jatuh ke tangan kelompok-kelompok seperti Maratha, Jat, Sikh dan Rohilla Afghan, invasi Nadir Syah dan Ahmad Syah Durrani memberikan hantaman yang telak, sehingga Kerajaan Mughal tidak bisa bangkit kembali dari kehancuran ini. Sementara Inggris meluaskan kekuasaan mereka ke Bengal sampai ke Oudh, India Tengah dan Rajputana. Kerajaan Mughal hanya dapat menatap tak berdaya.74

Dan Kerajaan Mughal diperintah oleh generasi-generasi yang lemah dan putera-puteranya saling memperebutkan tahta, sampai tahun 1858 M, sultan- sultan Mughal tidak mampu lagi mengendalikan wilayah yang luas, karena konflik diantara mereka sendiri yang berebut kekuasaan. Sultan-sultan pasca Aurangzeb diantaranya: Bahadur Syah (1707-1712 M) yang sudah berusia 65 tahun pada waktu menggantikan ayahnya. Sesudah lima tahun bertahta, ia wafat pada tahun 1712 M.75 Azimus Syah (1712-1713 M) ia sangat kejam dan hanya sebelas bulan ia memerintah kemudian ia di bunuh oleh keponakannya, yaitu Farukh Siyar (1713-1719 M) ia juga memerintah dengan penuh kekejaman.

Dalam menjalankan pemerintahan, sebenarnya ia tidak berkuasa sebab pemerintahannya diserahkan pada dua orang amir yang berasal dari Afghanistan sebagai orang kepercayaannya. Akhirnya mereka asingkan sultan boneka itu dan di bunuh. Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir II (1754-1759 M), Syah Alam (1761-1806 M), Akbar II (1806-1837 M). Pada masa Akbar II, ia memberikan kesempatan pada koloni dagang Inggris untuk menggunakan tanah-tanah yang merdeka dengan jaminan sultan mendapat dana untuk menghidupi kegiatan istana. Ketika organisasi ini mengalami berbagai kerugian, pihak Inggris mengambil pajak kepada seluruh rakyat India. Akhirnya terjadi pemberontakan di seluruh wilayah.76

74 Bosworth C.E, Dinasti-Dinasti Islam, (Terj: Ilyas Rahman), Bandung: Mizan, 1993, hlm. 238.

75 T.S.G Mulia, India (Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan), Jakarta: Balai Pustaka, 1959, hlm. 80.

76 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 213.

(24)

40

Pengganti Akbar II ialah Bahadur Syah II (1837-1858 M), dengan segala kekuatan yang ada padanya telah menentang meluasnya penjajahan Inggris, akan tetapi ia sendiri akhirnya ditangkap, mereka menangkap Sultan Bahadur dan membantai anak-anaknya di depan mata kepalanya sendiri. Tidak sampai disini, mereka lalu menghidangkan masakan dari daging anak-anak Sultan Bahadur.

Tahun 1858 M Sultan Bahadur diasingkan oleh Inggris ke Burma, jenazahnya dimakamkan dekat masjid di kota Rangoon. Setelah itu berakhirlah kekuasaan Islam di India, kemudian diganti oleh pemerintahan Inggris.77

Faktor-faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Mughal, antara lain78:

1. Perebutan kekuasaan antar keluarga, kemerosotan moral dan berkembangnya budaya hidup mewah di kalangan elite politik yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara. Ketika Jehangir menggantikan Sultan Akbar, anaknya Khusru menentangnya.

Ketika Shah Jehan naik tahta menggantikan Jehangir, ia mendapat tantangan dari ibu tirinya Nur Jahan. Menjelang kematian Shah Jehan, anak-anaknya yaitu Aurangzeb, Dara Suqoh, Shujah dan Murad Bakhs, berebut kekuasaan hingga berlarut-larut dalam perang saudaranya, begitupun selanjutnya.

2. Ide-ide Aurangzeb menjadi bumerang bagi sultan-sultan yang lemah, yakni menimbulkan kembali fanatisme non muslim.

3. Pemberontakan oleh umat Hindu.

4. Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Pangkal perselisihan antara Mughal dan Syafawi karena berebut daerah Kandahar. Sedangkan pangkal perselisihan Mughal dan Afghanistan karena berebut daerah Kabul.

5. Kerajaan Mughal yang begitu luas, membuka peluang terjadinya disintegrasi, karena pada masa itu sistem komunikasi sangat buruk. Ketika

77 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 213.

78 Moh Nurhakim, Jatuhnya Sbuah Tamadun (Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam), Jakarta Pusat: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2012, hlm. 165.

(25)

41

kerajaan telah mencakup wilayah yang sangat luas, kerajaan menjadi lemah.79

6. Kelemahan ekonomi dan semua pewaris tahta kerajaan pasca Aurangzeb merupakan orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan. Kemuduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan antara India dan Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis yang dimenangkan oleh Inggris. Banyak orang Inggris mendirikan perusahaan, kemudian menjadi pabrik, dan tidak lama kemudian diubah menjadi benteng pertahanan militer India-Inggris.80

79 Akbar S. Ahmed, Citra Muslim, (Terj: Nunding Ram), Jakarta: Erlangga, 1990, hlm.

85.

80 Akbar S. Ahmed, Citra Muslim, (Terj: Nunding Ram), Jakarta: Erlangga, 1990, hlm.

86.

Referensi

Dokumen terkait

Biaya investasi yang dimaksudkan dalam pembuatan sebuah instalasi saringan pasir lambat serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam membuat alat dan perlengkapannya

Perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara harus 1 (satu) jam diNOTAMkan sebelum keberangkatan pesawat udara dari bandar udara asal oleh Kepala Badan Usaha Bandar

Demikian juga, isu Investasi Energi Baru Terbarukan, Aksi 299, Ibadah Haji 2017, Dampak Inovasi Teknologi, Pemutaran G30S/PKI, Event Pariwisata, Proyek PLTU Mulut Tambang, Gempa

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di

PENGETAHUAN GIZI DAN MIE INSTAN (jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang menurut anda benar)b. Menurut anda, makanan yang

Secara umum dapat dinyatakan bahwa (1) pupuk kandang memiliki peranan penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai pada Ultisol, (2) amelioran zeolit, dolomit, kapur

Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali

Dan pada dasarnya tujuan pariwisata itu hanya untuk bersenang-senang,tetapi semakin berkembangnya pariwisata itu maka tujuan berwisata dengan melakukan perjalanan dari suatu tempat