L A M
P I R A N
Lampiran 1 : Kuesioner
Kuesioner Skripsi Tentang
Pola Penerimaan dan Alokasi Uang Saku Pelajar Studi Kasus SD, SMP, SMu St. CAROLUS SURABAYA
No Urut : Adik-adik yang terhormat,
Dalam rangka penelitian Tugas Akhir, kami Mahasiswa Jurusan Manajemen UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA mohon kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini. Atas waktu dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih.
Peneliti : Handry dan Angelia Karakteristik Responden
Adik-adik responden yang terhormat, isilah semua pertanyaan-pertanyaan berikut dengan lengkap.
Nama : ...
Kelas : ...
Nama Sekolah : SD / SMP / SMU * St. Carolus Alamat Sekolah : Jl. Jemur Handayani No. 21 Surabaya
* pilih salah satu
Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x)
1. Jenis kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
2. Asal kota
a. Surabaya b. Luar Surabaya
3. Jumlah saudara kandung :
a. 1 orang b. 2 orang c. 3 orang d. 4 orang 4. Berangkat ke sekolah dengan :
a. Berangkat sendiri c. Antar jemput b. Diantar sopir d. Diantar orang tua 5. Status tempat tinggal :
a. Rumah kontrak/kost c. Rumah family/Saudara
b. Rumah orang tua d. Lain-lain, (sebutkan) ……….
Lampiran 1 : Kuesioner (sambungan) Konsepsi
Adik-adik responden yang terhormat
Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberikantanda silang (x)
1. Menurut Anda, apakah konsepsi uang saku ini?
a. Setiap uang yang diterima dari orang tua b. Seluruh atau sebagian uang yang ada di saku
c. Setiap uang yang telah direncanakan penggunaannya
d. Setiap uang yang ada di saku yang belum direncanakan penggunaannya c. Lain-lain, (sebutkan) ………
Pola Penerimaan
Adik-adik responden yang terhormat
Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x)
1. Uang saku yang dimiliki bersumber dari siapa saja?
a. Orang tua c. Kakek / paman
b. Kakak d. Bekerja
2. Uang saku yang dimiliki terutama atau sebagian besar diperoleh dari siapa?
a. Orang tua c. Kakek / paman
b. Kakak d. Bekerja
3. Berapa frekuensi penerimaan uang saku yang diterima?
a. 1 hari sekali c. 1 bulan sekali b. 1 minggu sekali d. Tidak teratur
4. Jika pertanyaan diatas menjawab a, maka berapa besarnya uang saku yang Anda terima?
a. < Rp. 5.000,-
b. Rp. 6.000,- s/d Rp. 10.000,-
c. Rp. 11.000,- s/d Rp. 15.000,-
d. > Rp. 16.000,-
Lampiran 1 : Kuesioner (sambungan)
5. Jika pertanyaan di atas menjawab b, maka berapa besarnya uang saku yang Anda terima?
a. < Rp. 30.000,-
b. Rp. 30.500,- s/d Rp. 50.000,- c. Rp. 50.500,- s/d Rp. 75.000,- d. > Rp. 75.500,-
6. Jika pertanyaan di atas menjawab c, maka berapa besarnya uang saku yang Anda terima?
a. < Rp. 100.000,-
b. Rp. 100.500,- s/d Rp. 150.000,- c. Rp. 150.500,- s/d Rp. 200.000,- d. > Rp. 200.500,-
7. Jika pertanyaan di atas menjawab d, maka berapa besarnya uang saku yang Anda terima?
a. < Rp. 5.000,-
b. Rp. 6.000,- s/d Rp. 10.000,- c. Rp. 11.000,- s/d Rp. 15.000,- d. > Rp. 16.000,-
8. Apa bentuk uang saku yang Anda terima?
a. Uang tunai (kertas, logam) b. ATM / kartu kredit
c. Uang tunai dan ATM
Alokasi Uang Saku
Adik-adik responden yang terhormat
Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x)
1. Dalam satu minggu yang lalu uang saku yang telah diterima digunakan untuk apa saja? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Membeli buku dan alat tulis
b. Membeli makanan dan minuman (jajan)
c. Untuk ditabung
Lampiran 1 : Kuesioner (sambungan)
d. Untuk membeli majalah / tabloid / komik e. Untuk sumbangan sosial
f. Lain-lain, (sebutkan) ……….
2. Jika pertanyaan diatas menjawab a. maka berapa uang saku yang dikeluarkan untuk membeli buku dan alat tulis selama satu minggu yang lalu?
a. < Rp. 15.000,-
b. Rp. 15.500,- s/d Rp. 30.000,- c. Rp. 30.500,- s/d Rp. 50.000,- d. > Rp. 50.500,-
3. Jika pertanyaan diatas menjawab b. maka berapa uang saku yang dikeluarkan untuk membeli makanan dan minuman (jajan) selama satu minggu yang lalu?
a. < Rp. 6.000,-
b. Rp. 6.500,- s/d Rp. 12.000,- c. Rp. 12.500,- s/d Rp. 20.000,- d. > Rp. 20.500,-
4. Jika pertanyaan diatas menjawab c. maka berapa uang saku yang dikeluarkan untuk ditabung selama satu minggu yang lalu?
a. < Rp. 3.000,-
b. Rp. 3.500,- s/d Rp. 5.000,- c. Rp. 5.500,- s/d Rp. 15.000,- d. > Rp. 15.500,-
5. Jika pertanyaan diatas menjawab d. maka berapa uang saku yang dikeluarkan untuk membeli majalah / tabloid / selama satu minggu yang lalu?
a. < Rp. 15.000,-
b. Rp. 15.500,- s/d Rp. 30.000,- c. Rp. 30.500,- s/d Rp. 50.000,- d. > Rp. 50.500,-
6. Jika pertanyaan diatas menjawab e. maka berapa uang saku yang dikeluarkan untuk sumbangan sosial selama satu minggu yang lalu?
a. < Rp. 6.000,-
b. Rp. 6.500,- s/d Rp. 15.000,-
Lampiran 1 : Kuesioner (sambungan) c. Rp. 15.500,- s/d Rp. 24.000,- d. > Rp. 24.500,-
7. Jika pertanyaan diatas menjawab f. maka berapa uang saku yang dikeluarkan untuk lain-lain selama satu minggu yang lalu?
a. < Rp. 5.000,-
b. Rp. 5.500,- s/d Rp. 10.000,- c. Rp. 10.500,- s/d Rp. 25.000,- d. > Rp. 25.500,-
Terima kasih kepada adik-adik responden yang terhormat yang telah bersedia mengisi kuesioner. Apabila ada yang kurang jelas dalam mengisi kuesioner ini, maka yang bisa dihubungi kembali :
Nama : ...
Alamat : ...
No Telp / HP : ...
Tanda Tangan : ...
Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner
DATA (Responden SD St. CAROLUS Surabaya)
Pola Penerimaan Alokasi Uang Saku
1
No. Konsepsi 1 2 3 4 5 6 7 8 a b c d e f 2 3 4 5 6 7
1 3 1 1 1 4 1
√ √
√
1 1 12 5 1 1 4 1 1
√
√
3 23 1 1 1 4 1 1
√ √ √ √ √
2 3 4 3 14 1 1 1 1 1 1
√ √ √ √ √
3 1 4 3 25 1 1 2 2 4 1
√
46 1 1 1 1 1 1
√ √
1 37 2 1 1 1 2 1
√ √
2 38 4 1 1 2 1 1
√ √
3 29 5 1 1 1 2 1
√
310 2 1 1 4 4 1
√ √ √
4 4 311 1 4 1 1 2 1
√
112 1 4 4 1 1 1
√ √
2 313 1 1 1 1 4 1
√
√
√
1 3 314 4 1 1 4 1 1
√ √ √
1 1 415 1 1 1 2 1 1
√ √
1 116 1 1 1 4 2 1
√
217 5 1 1 1 2 1
√ √ √ √ √ √
1 1 2 1 1 118 1 1 1 1 1 1
√
√
2 419 3 1 1 2 1 1
√ √ √
√
1 1 3 420 2 1 1 1 1 1
√ √ √
1 1 221 5 1 1 1 2 1
√
√
√
1 2 122 1 4 4 1 1 1
√ √
1 223 5 1 1 1 1 1
√ √
1 124 1 1 1 1 1 1
√ √
√
1 1 3
25 1 1 1 1 1 1
√
√
1 226 1 1 1 2 1 1
√
127 5 1 1 4 1 1
√ √ √
1 1 128 1 1 1 1 1 1
√ √
1 129 1 1 1 3 1 1
√ √ √
2 2 330 5 1 1 1 1 1
√
√
√
1 2 231 1 1 1 1 2 1
√
√
4 232 1 1 1 1 2 1
√
133 4 1 1 2 1 1
√ √
3 334 1 1 1 4 1 1
√
√
4 135 3 1 1 4 1 1
√ √
1 1Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
36 4 1 1 1 2 1
√ √ √
1 2 137 1 1 1 4 1 1
√
238 1 1 1 3 4 1
√ √
2 1 39 1 1 1 4 1 1√ √
1 1 40 1 1 1 1 1 1√
141 1 1 1 2 1 1
√ √ √
2 1 1 42 3 1 4 3 2 1√
243 1 1 1 1 2 1
√
144 1 1 1 3 4 1
√ √
1 4 45 1 1 1 2 2 1√ √
2 2 46 1 4 4 1 1 1√
247 1 1 1 1 2 1
√ √
1 1 48 3 1 1 3 3 1√
√
2 449 1 1 1 4 4 1
√
350 1 1 1 4 3 1
√
351 1 1 1 4 2 1
√
252 1 1 1 3 4 1
√
√
4 153 1 1 1 1 1 1
√
354 4 1 1 1 2 1
√ √
3 1 55 3 1 1 2 1 1√ √
1 2 56 1 4 1 1 1 1√ √ √
1 1 1 57 1 1 1 2 1 1√ √
1 3 58 3 1 1 1 1 1√ √
4 3 59 1 1 1 4 1 1√ √
1 4 60 1 1 1 1 1 1√ √ √
√
1 1 4 361 1 1 1 1 2 1
√ √ √
1 2 2 62 1 1 1 1 1 1
√
163 1 1 1 2 1 1
√ √
2 4 64 1 1 1 4 2 1√ √
1 2 65 1 1 1 1 1 1√ √ √ √
1 3 3 4 66 1 1 1 4 2 1√
167 1 1 1 1 1 1
√
168 1 1 1 1 1 1
√
169 1 1 1 1 2 1
√
270 1 1 1 1 1 1
√ √
1 1 71 1 1 1 2 2 1√ √ √
√
1 1 4 372 3 1 1 1 2 1
√
273 3 1 1 4 3 1
√
174 5 1 1 2 1 1
√ √ √
1 1 1 75 3 1 1 2 1 1√
4Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
76 4 1 1 4 1 1
√
177 3 3 3 1 2 1
√
278 4 1 1 4 2 1
√
179 1 1 1 1 4 1
√ √ √
2 3 180 1 1 1 3 1 1
√ √ √
1 4 281 1 1 1 1 2 1
√ √
3 482 3 1 1 1 1 1 1
√
183 1 1 1 2 1 1
√
284 5 1 1 1 1
√
485 1 1 1 4 1
√ √ √ √
3 1 1 386 1 1 1 1 1 1
√ √
1 387 1 1 1 1 1 1
√
188 1 1 1 2 1 1
√
189 4 1 1 1 1 1
√
√
√
1 4 390 1 1 1 1 2 1
√
√
2 4** Keterangan konsepsi jawaban lain-lain (e) No. Jawaban
2 Ditabung 9 Ditabung 17 Bekal
Sekolah 21
Bekal Sekolah 23 Bekal
Sekolah 27 Ditabung
30 Kebutuhan Mendadak
74 Kebutuhan Satu Minggu
84 Bekal Sekolah
** Keterangan Alokasi jawaban lain-lain (f)
17 Kebutuhan Sekolah
40 Jajan dan Tabung
48 Mainan
77 Transportasi 89 CD Komputer
90 Mainan
Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
DATA (Responden SMP St. CAROLUS Surabaya)
Pola Penerimaan Alokasi Uang Saku
1
No. Konsepsi 1 2 3 4 5 6 7 8 a b c d e f 2 3 4 5 6 7
1 3 1 1 1 2 1
√ √
√ √
4 1 1 32 1 1 1 3 2 1
√ √
4 43 4 1 1 2 1 1
√ √
√
1 3 14 1 1 1 1 1 1
√
√
1 15 3 1 1 4 4 1
√ √
√
1 3 16 3 1 1 4 2 1
√ √
1 1 7 1 1 1 1 1 1√ √
1 1 8 4 1 1 3 2 1√ √ √
√
1 1 2 19 4 1 1 4 4 1
√ √
√ √
2 2 1 1 10 4 1 1 1 1 1√
111 4 1 1 1 2 1
√ √
√
1 2 112 5 1 1 1 2 1
√ √
√
3 4 113 4 1 1 1 2 3
√ √ √
1 2 1 14 4 1 1 1 3 1√ √
√
1 2 115 1 1 1 1 3 1
√
. 116 1 1 1 1 1 1
√
417 3 1 1 3 3 3
√ √ √ √ √
3 2 4 1 1 18 1 1 1 3 3 1√ √ √ √ √
1 4 2 3 1 19 1 1 1 4 3 1√
√
2 120 5 1 1 2 2 1
√
√
1 121 4 1 1 4 3 1
√
√
2 422 1 1 1 1 1 1
√ √ √
1 2 1 23 1 1 1 2 1 1√ √
1 1 24 1 1 1 2 1 1√ √ √
√
1 1 2 125 1 1 1 2 1 1
√ √ √
√
1 1 2 126 3 1 1 1 1 1
√ √
1 1 27 3 1 1 4 2 1√ √ √
2 2 3 28 5 1 1 1 3 1√ √
1 3 29 1 1 1 4 4 1√
430 1 1 1 3 3 1
√ √
√
4 2 131 1 1 1 2 2 1
√
√
3 332 1 1 1 1 2 1
√
133 1 1 1 1 2 1
√
√
3 434 3 1 1 4 3 1
√
335 1 1 1 1 2 1
√
1Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
36 1 1 1 1 2 1
√
√ √
1 4 437 1 1 1 3 3 1
√
338 1 1 1 1 2 1
√ √
3 339 1 1 1 3 2 1
√
√ √ √
3 1 1 440 1 1 1 3 3 1
√ √ √ √ √
3 4 2 2 441 1 1 1 1 1 1
√ √
2 242 1 1 1 4 2 2
√
√
4 443 1 1 1 1 3 1
√
√
3 144 5 1 1 2 3 1
√ √
√
1 4 445 1 1 1 3 2 1
√ √
3 446 1 1 1 4 4 1
√
147 3 1 1 3 2 1
√
148 5 4 4 3 4 3
√ √
√
4 4 449 3 1 1 4 2
√ √
2 250 1 1 1 2 2 1
√ √ √
2 4 151 1 1 1 1 2 1
√
252 2 1 1 3 3 1
√
453 1 1 1 4 3 1
√
√
3 254 1 1 1 3 2 1
√ √
1 455 1 1 1 4 2 1
√
256 1 1 1 4 4 1
√
257 3 1 1 3 3 1
√ √ √ √ √
1 4 3 1 158 1 1 1 1 2 1
√ √ √
√
1 4 1 159 1 1 1 1 2 1
√ √
2 260 1 1 1 3 3 1
√ √
√ √
3 4 1 461 1 1 1 2 2 1
√
362 1 1 1 1 1 1
√
163 1 1 1 1 1 1
√ √
1 264 3 1 1 2 2 1
√
√
3 165 4 1 1 1 2 1
√ √
2 166 4 4 1 1 3 3
√
√
1 367 3 1 1 4 1 1
√ √
√
1 2 368 4 1 1 2 2 1
√ √
√
2 4 469 5 1 1 4 2 1
√
√
3 170 3 1 1 1 1 1
√ √
√
1 4 3 171 4 1 1 4 3 1
√ √ √
√ √
3 1 2 1 472 1 1 1 3 1 1
√
√
3 173 5 1 1 1 2 1
√
274 1 1 1 1 2 1
√ √
1 3Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
75 3 1 1 3 3 1
√ √ √
4 2 276 1 1 1 2 3 1
√ √
4 477 1 1 1 1 1 1
√ √
√
1 2 178 1 1 1 1 2 1
√
√
2 179 1 1 1 3 2 1
√
√
2 380 1 1 1 1 2 1
√ √ √ √
1 4 3 181 5 1 1 3 3 1
√ √ √
2 4 182 1 1 1 1 2 1
√
483 1 1 1 1 2 1
√
484 1 1 1 2 3 1
√ √
√
2 4 185 1 1 1 1 2 1
√ √
√
3 3 386 3 1 1 4 3 1
√
287 1 1 1 1 1 1
√
188 1 1 1 1 3 1
√ √
3 389 1 1 1 3 3 3
√ √
√
4 4 390 1 1 1 2 1 1
√ √
2 3** Keterangan konsepsi jawaban lain-lain (e) No. Jawaban
12 Bekal Sekolah 20
Bekal Sekolah 28 Kebutuhan
Sekolah
44 Kebutuhan Sekunder
48 Hasil Kerja Ortu 69 Bekal
Sekolah
73 Pemberian Tidak Jelas
81
Bekal Sekolah
** Keterangan Alokasi jawaban lain-lain (f)
1 Kaset 44 Nonton
4 Transportasi 48 Main
9 Kebutuhan
Sekolah 60 Main
21 Membeli Ikan 61 Warnet
31 Main 66 Warnet
33 Main 67 Warnet
34 Kebutuhan Sekunder 68 Kebutuhan Sekunder
36 Kaset 70 Transportasi
39 Jalan-jalan 71 Kebutuhan Sekunder
40 Main 85 Warnet
Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
DATA (Responden SMU St. CAROLUS Surabaya)
Pola Penerimaan Alokasi Uang Saku
1
No. Konsepsi 1 2 3 4 5 6 7 8 a b c d e f 2 3 4 5 6 7
1 1 1 1 4 2 1
√ √
2 12 4 1 1 2 2 1
√
√
√
2 2 33 1 1 1 2 1 1
√ √
√
1 1 14 5 1 1 3 3 1
√
45 1 1 1 1 3 1
√
√
1 16 1 1 1 1 2 1
√
47 4 1 1 1 2 1
√ √ √ √ √ √
1 1 3 1 1 18 3 4 1 4 4 1
√ √
√ √ √
1 2 1 1 39 1 1 1 2 3 1
√ √ √
1 4 110 1 1 1 4 2 1
√
√
3 111 1 1 1 1 3 1
√ √
√
2 3 212 1 1 1 4 4 3
√ √
2 213 1 1 1 4 3 1
√
214 1 1 1 4 4 1
√ √ √ √ √ √
4 4 4 4 4 415 2 1 1 1 2 1
√ √ √
2 1 216 3 1 1 3 3 1
√ √ √ √ √
2 3 2 1 117 3 1 1 1 2 1
√ √
√
2 4 118 3 1 1 2 4 3
√
419 1 1 1 3 4 3
√ √ √ √ √
1 4 1 1 220 4 1 1 4 2 1
√
√
3 121 1 1 3 1 2 1
√
√ √
4 1 122 5 1 1 1 2 1
√
√
1 123 1 1 1 3 3 3
√ √
√
1 4 124 1 1 1 1 4 3
√
425 1 1 1 1 2 1
√ √
4 326 1 1 1 1 2 1
√ √
2 427 1 1 1 1 4 3
√ √
4 428 1 1 1 3 2 1
√ √
2 229 1 1 1 1 2 1
√ √ √
1 1 130 5 1 1 2 2 1
√
√ √
4 2 131 3 1 1 1 2 1
√
√
1 132 3 1 1 3 4 3
√ √ √
√
3 2 1 233 4 1 1 1 3 1
√ √
2 334 1 1 1 2 4 1
√ √
4 435 1 1 1 2 4 1
√
√
4 436 1 1 1 1 3 1
√
√
2 3Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
37 4 1 1 2 4 3
√ √
√
4 4 438 1 1 1 3 4 1
√
√
4 439 1 1 1 1 2 1
√
140 1 1 1 1 2 1
√
√
4 441 4 4 1 1 3 1
√
442 1 1 1 4 4 1
√
√
443 1 1 1 3 4 1
√
√
4 444 1 1 1 2 2 1
√ √ √
4 2 1 45 3 1 1 3 4 3√
√
3 4 1 46 1 2 2 3 2 1√
447 4 1 1 1 2 1
√
248 1 1 1 3 4 1
√
449 3 1 1 1 2 1
√
450 1 1 1 1 2 1
√
351 1 1 1 1 2 1
√
452 1 1 1 3 4 1
√ √
√
4 4 153 1 1 1 1 2 1
√ √ √
√
2 2 1 354 1 1 1 2 2 1
√ √ √
3 3 1 55 1 1 1 3 3 2√ √
2 3 56 1 1 1 1 2 1√ √
2 1 57 1 1 1 1 3 1√ √
√
2 3 158 1 1 1 1 2 1
√
√
4 459 1 1 1 2 1 1
√ √
3 2 60 3 1 1 4 4 1√ √ √
√
1 2 1 261 1 1 1 1 2 1
√ √
√
2 2 262 3 1 1 3 1 1
√ √
1 3 63 4 1 1 1 1 1√ √
3 3 64 1 1 1 2 2 1√ √ √
2 4 3 65 3 1 4 4 4 3√
466 4 1 1 2 2 1
√ √
3 3 67 1 1 1 2 1 1√ √ √
2 1 1 68 5 1 1 2 1 1√ √ √
√
1 2 3 169 2 1 1 2 2 1
√ √
1 4 70 4 1 1 1 3 1√ √
2 3 71 5 1 1 4 1 1√
172 1 1 1 2 3 1
√
373 4 1 1 2 1 1
√
√
2 274 1 1 1 4 4 1
√
√
3 475 1 1 1 3 1 1
√
2Lampiran 2 : Hasil Data Kuesioner (sambungan)
76 1 1 1 3 2 1
√
477 1 1 1 4 1 1
√
378 4 1 1 4 2 1
√ √
1 279 3 1 1 1 2 1
√ √
1 380 3 1 1 4 4 1
√
381 1 1 1 4 4 1 1
√ √
4 2 182 1 1 1 3 2 1
√
√
√
1 483 3 1 1 1 2 1
√
284 3 1 1 1 4 1
√
485 1 1 1 1 3 1
√
486 1 1 1 2 1 1
√ √
2 187 1 1 1 1 3 1
√ √
√
1 2 288 1 1 1 4 3 1
√
389 1 1 1 4 1 1
√
290 1 1 4 1 2 1
√
1** Keterangan konsepsi jawaban lain-lain (e) ** Keterangan Alokasi jawaban lain-lain (f)
No. Jawaban 2 Warnet 43 Main
4 Uang Jajan 4 Main 52 Main
22 Uang Jajan 7 Kas Kelas 53 Transportasi
30 Kerja Keras Ortu 8 Berenang 58 Beli Pulsa
68 Kebutuhan Sehari-hari 14 Main 60 Kebutuhan
Khusus
71 Uang Jajan 32 Warnet 73 Main
35 Kencan 74 Jalan-jalan
37 Jalan-jalan 82 Main
40 Beli Baju dan Sepatu 87 Warnet
42 Main
Lampiran 3 : Tabulasi Silang, Uji Chi Square dan Korelasi
Konsepsi Uang Saku dengan TIngkat Pendidikan
Case Processing Summary
270 100.0% 0 .0% 270 100.0%
DIDIK * KONSEPSI N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
DIDIK * KONSEPSI Crosstabulation Count
58 3 12 8 9 90
54 1 15 12 8 90
56 2 15 12 5 90
168 6 42 32 22 270
SD SMP SMU DIDIK
Total
uang dr ortu
sebagian uang saku
uang terencana
blm
terencana lain-lain KONSEPSI
Total
Chi-Square Tests
3.753a 8 .879
3.929 8 .864
.003 1 .958
270 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
3 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.
a.
Value Approx. Sig Nominal by Phi
Nominal Cramer’s V
Contingency Coefficient N of Valid Cases
.118 .083 .117 .270
.879 .879 .879
Lampiran 3 : Tabulasi Silang, Uji Chi Square dan Korelasi (sambungan)
Pola Penerimaan dengan Tingkat Pendidikan
Case Processing Summary
270 100.0% 0 .0% 270 100.0%
DIDIK * FREKUENS
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
DIDIK * FREKUENS Crosstabulation Count
47 16 7 20 90
38 14 20 18 90
36 19 17 18 90
121 49 44 56 270
SD SMP SMU DIDIK
Total
1 hari 1 minggu 1 bulan tidak teratur FREKUENS
Total
Chi-Square Tests
8.939a 6 .177
9.649 6 .140
1.123 1 .289
270 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.67.
a.
Value Approx. Sig Nominal by Phi
Nominal Cramer’s V
Contingency Coefficient N of Valid Cases
.182 .129 .179 .270
.177 .177 .177
Lampiran 3 : Tabulasi Silang, Uji Chi Square dan Korelasi (sambungan)
Alokasi Uang Saku dengan Tingkat Pendidikan
Case Processing Summary
596 99.0% 6 1.0% 602 100.0%
DIDIK * ALOKASI
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
DIDIK * ALOKASI Crosstabulation Count
24 67 60 18 12 6 187
10 84 54 17 30 20 215
12 78 48 19 18 19 194
46 229 162 54 60 45 596
SD SMP SMU DIDIK
Total
buku&alat
tulis jajan ditabung
majalah/ko mik/tabloid
sumbangan
sosial lain-lain ALOKASI
Total
Chi-Square Tests
25.634a 10 .004
26.146 10 .004
5.962 1 .015
596 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.12.
a.
Value Approx. Sig Nominal by Phi
Nominal Cramer’s V
Contingency Coefficient N of Valid Cases
.207 .147 .203 .596
.004 .004 .004
Lampiran 4 : Surat Keterangan
Lampiran 4 : Surat Keterangan (sambungan)
Lampiran 4 : Surat Keterangan (sambungan)
Lampiran 5 : Artikel
KONTAK PR CETAK
TOPIK
? LAPORAN UTAMA
? KESEHATAN IBU & ANAK
? KONSULTASI . KESEHATAN JIWA
? MANAJEMEN KEUANGAN . KELUARGA
? DAPUR
? GAYA
? GRIYA
? KREATIF
? SELAYANG PANDANG
? LAINNYA
ARSIP
? EDISI 2004-2005
WEBMAIL
LAPORAN UTAMA
Dengan Uang Saku Anak Belajar Mengelola Keuangan
"Saya biasa memberikan uang saku kepada anak saya Rp
100.000,00 setiap pekan. Kebiasaan memberi uang saku sekaligus tersebut sudah saya mulai sejak anak saya kelas 4 SD. Namun belakangan saya masih cemas, apakah uang saku tersebut sudah cukup? Saya khawatir tidak dan dampaknya bisa jadi negatif, karena anak saya tidak rewel. Saya takut ada kebutuhan mendesak sementara ia tidak punya uang 'cash'. Belakangan, saya terpikir untuk memberinya bulanan, karena usianya sudah SMU kelas 1.
Namun saya takut mengambil keputusan itu, dan sengaja tidak mau memberikan uang saku bulanan karena takut kalau ia memegang uang dalam jumlah besar bisa dibelanjakan macam-macam. Kalau saya lebihkan uang saku mingguannya, saya takut nanti dia
terjerumus dalam membeli hal-hal yang berbahaya, seperti narkoba dll. Apakah cara saya itu sudah cukup ideal?" tanya Ibu Rini dalam sebuah rubrik konsultasi keuangan keluarga.
IBU Rini memberikan uang saku tersebut hanya berdasarkan perkiraannya setelah melakukan survei. Intinya pemberian uang saku hanya terbatas untuk uang transpor dan jajan anaknya disekolah. Uang transpor Rendi, kata Bu Rini, setelah dihitung- hitung per hari menghabiskan Rp. 2.000.00 s.d. 3.000.00 karena sekolah dia tidak terlalu jauh dari rumah.
Kemudian untuk jajan di kantin, makanan yang ada tidak terlalu mahal, karena paling mahal menurut survey Ibu Rini di sekolah anaknya tersebut, sehari bisa Rp 10.000,00 s.d. Rp 12.000,00.
Berapapun jumlah uang yang diberikan pada anak, bisa
dikategorikan sebagai uang saku. Tentunya di luar kebutuhan dasar yang menjadi tanggung jawab orang tua, sebut saja dana pendidikan dan kebutuhan makan sehari-hari.
"Bila mereka melakukan kegiatan ekonomi tambahan di luar apa yang disediakan orang tua, anak akan menggunakan anggaran uang sakunya. Misal, anak ingin jajan atau membeli makanan di luar menu yang sudah ada di rumah, maka uang sakulah yang mereka pergunakan," Kata Dr. Retno Yuwono, dosen dan peneliti pada Pusat Penelitian Energi ITB.
SUPLEMEN
IKLAN
Retno Yuwono (43) bersama suaminya, Tri Yuwono (43), memiliki anak Karina Budiati Yuwono (Mia, 15 tahun) dan Bintang Budi Yuwono (Bintang, 13 tahun). Sejak putra-putri mereka duduk di bangku SD keluarga ini sudah membiasakan menyusun anggaran dan membuat perencanaan keuangan bersama. Terlebih didukung dengan teknologi yanga da sehingga perencanaan tersebut bisa dilakukan dengan baik.
Berapa sih sebaiknya jumlah uang saku yang diberikan? Itu
mungkin pertanyaan yang akan muncul di kepala. Tentu saja kalau kita bicara tentang jumlah besaran uang saku, angkanya bisa sangat bervariasi. Tapi hal penting yang perlu diingat adalah, jangan memberikan uang saku yang berlebih. Yang paling bijak adalah memberikan uang saku yang cukup dengan kebutuhannya.
Kalau anak diberi uang saku berlebih, umumnya mereka cenderung akan menghabiskan uangnya. Mereka merasa tidak memiliki
masalah dengan jumlah uang yang mereka punya. "Repotnya, kalau sudah begini, ada kemungkinan sifat itu akan terbawa hingga anak dewasa," ujar Retno.
Bagaimana cara mengetahui kebutuhan anak agar tidak memberi mereka uang saku dengan jumlah yang berlebih atau kurang?
Gampang kok, kata Retno, tanya saja langsung kepada anaknya.
Cara itu sekaligus mengajarkan kepada si anak bahwa ia harus membelanjakan uangnya sesuai dengan kebutuhannya, bukan semata-mata karena keinginannya.
Untuk keberhasilan latihan ini, menurut Retno, harus didukung oleh sikap positif orang tua untuk membantu anak mampu mengelola keuangan dengan baik. Hal itu bisa dengan memberikan hak kepada anak untuk menentukan sendiri anggaran dan besarnya
dipertimbangkan bersama. Sedangkan untuk menciptakan siklus cashflow yang baik, buatlah penyesuaiannya dengan periode anggaran waktu sekolah, sebut saja semesteran.
"Saya melakukan latihan ini dalam 2 fase. Pertama anak diajarkan untuk menyusun sendiri anggaran dan hanya mengetahui budget- nya saja tanpa memegang uang. Menurut saya ini cocok untuk usia kelas 4 SD hingga kelas 1 SMP," ujar Retno.
Fase kedua, lanjutnya, dialami ketika anak-anak mulai beranjak remaja menjelang dewasa muda, seperti yang sedang kami alami.
"Perubahan besar terjadi, begitu juga dengan hal keuangan. Maka saat ini saya mengambil cara dengan memberikan uang langsung yang sudah disiapkan dalam amplop untuk dua pekan," ujarnya.
**
MUNGKIN kita sering mendapati anak usia sekolah dasar atau sekolah menengah yang diberi uang seratus ribu rupiah langsung ludes dalam sehari. Tapi ada juga anak yang memperlakukan uang sakunya yang hanya dua ribu rupiah dengan mencatatkan
pengeluarannya. Sebagian dimasukkan celengan, dan ia masih bisa menyisihkannya untuk sedekah.
Ada juga anak yang selalu merengek minta uang kepada orang tuanya, sedangkan anak lainnya selalu punya ide untuk memperoleh uang saku sendiri. Maka timbul pertanyaan, mengapa mereka bisa begitu berbeda?
Pemahaman terhadap konsep uang-lah yang memengaruhi sikap anak terhadap uang, kata Ardanti Ratna Widyastuti, psikolog perkembangan anak. Sikap terhadap uang mencakup banyak aspek:
penghargaan terhadap nilai nominal uang, arti lima ribu rupiah antara satu anak berbeda dengan anak lainnya dalam konsep uang.
Sikap terhadap asal-usul uang, didapat secara legal atau ilegal.
Sikap terhadap cara memperoleh uang, dengan bekerja dan berusaha sendiri atau sekadar meminta. Hingga sikap cara menggunakan uang, memboroskan atau mengeluarkan secara cerdas dan cermat.
Anak yang sejak kecil benaknya ditanami konsep "uang hanya layak diperoleh dengan bekerja" tentu akan berbeda dengan anak yang dibesarkan dengan konsep "uang tinggal minta". Anak yang sejak dini diajari menghargai nilai uang, meski sepeser, akan beda dengan anak yang sejak awal dikondisikan berkelimpahan uang.
"Sikap terhadap uang bahkan bisa memengaruhi perilaku ketika dewasa", kata psikolog satu anak ini. Apakah kelak ia lebih suka menjadi orang gajian, atau menggaji diri sendiri dan orang lain?
Apakah ia akan menjadi orang yang jujur, atau tukang korupsi?
Apakah ia akan kecanduan shopping atau gemar berderma dan menabung? Apakah ia senang menginvestasikan uangnya dalam bisnis yang diperhitungkan dengan cermat, atau
mempertaruhkannya di meja judi atau tindakan spekulatif berisiko tinggi?
Bagaimana anak-anak kita belajar cara mengelola keuangannya sendiri? Bila selama ini banyak waktu yang dihabiskan anak untuk belajar, sekolah ternyata tidak mengajarkan bagaimana kita dapat mengelola keuangan secara mandiri. Maka tugas keluargalah yang akan memberikan konsep apa itu uang dan bagaimana mengelola serta menggunakannya.
Apalagi anak-anak sekarang lebih banyak berhadapan dengan
masalah uang dan di usia yang masih muda mereka sudah memiliki
cara pandang keuangan. Tanpa disadari ketika mereka memiliki
kebiasaan buruk berkenaan dengan keuangan, hal ini bisa
berlangsung sampai mereka tua.
Cara anak belajar bisa dengan mengamati bagaimana orang tua mereka berperilaku terhadap keuangan. Namun realitanya, tidak banyak orang tua yang memperkenalkan pengetahuan keuangan sampai anak mereka sudah dewasa.
Anak-anak dapat belajar mengenai cara mengelola keuangan dari pengalaman mereka dan orang tua memberikan arahan. Atau dapat diartikan bahwa anak-anak akan belajar dengan trial and error dan melihat orang tua sebagai role model. Bila semasa kecil mereka tidak dapat belajar mengenai keuangan, biaya kesalahan pada saat dewasa bisa sangat besar berkaitan dengan keuangan dan hubungan antarmanusia.
Apa yang harus dilakukan? langkah pertama, yaitu berikan uang saku bagi anak-anak. Mengapa anak-anak perlu uang saku:
1. Satu-satunya proses di mana anak-anak dapat belajar mengenai cara mengelola uang adalah dengan adanya pendapatan reguler berupa uang saku.
2. Mereka diposisikan untuk boleh melakukan kesalahan saat biaya yang harus ditanggung kecil.
3. Dengan mengetahui keterbatasan dana yang dimiliki, memaksa anak-anak untuk memikirkan harga dari barang-barang yang ingin dibeli. Kemudian menentukan pilihan barang yang akan dibeli dengan berbagai macam keinginan.
4. Menumbuhkan rasa apresiasi atau kepemilikan terhadap berbagai barang yang dibeli sendiri dengan uang mereka.
Kapan saat yang tepat bagi anak? Sebenarnya bisa dimulai dari awal ketika anak belum mengetahui sama sekali tentang konsep uang.
"Namun bila anak sudah mulai tertarik dengan uang dan mulai memahami nilai barang, misalkan mengetahui harga sebuah barang, maka sudah saatnya orang tua untuk memperkenalkan dasar-dasar mengelola keuangan," ujar Ardanti.
Untuk sebagian anak mungkin sekira usia 4-5 tahun. Usahakan pemberian uang saku dilakukan setiap minggu untuk awal pelajaran bagi mereka.***
Jalu
Hak Cipta ? 2002 - Pikiran Rakyat Cyber Media- -
-
KONTAK R PR CETAK T
TOPIK
? LAPORAN UTAMA
? KESEHATAN IBU & ANAK
? KONSULTASI . KESEHATAN JIWA
? MANAJEMEN KEUANGAN . KELUARGA
? DAPUR
? GAYA
? GRIYA
? KREATIF
? SELAYANG PANDANG
? LAINNYA
ARSIP
? EDISI 2004-2005
WEBMAIL
LAPORAN UTAMA
Pengelolaan Uang Saku
UANG saku mungkin dianggap sepele, terutama yang biasa
menjatah harian, karena melihat nominalnya yang begitu kecil. Tapi kalau tidak cermat dalam memberikan uang saku buat anak-anak, alih-alih ingin memanjakan anak, malah Anda sendiri dibuat pusing dan keteteran.
Untuk itu, orang tua perlu melatih anak sejak dini menggunakan uang. Menurut psikolog Alva Handayani, "Melalui uang yang kita berikan, anak mempunyai peluang untuk belajar bagaimana menghargai uang, membuat budget, membuat perencanaan keuangan, serta mengelolanya dengan baik."
Bicaralah dengan anak untuk mengetahui kesiapan dan kesanggupan dia mengelola uang. Untuk anak-anak yang lebih besar, kita bisa mulai memikirkan apakah uang saku akan diberikan kepada anak dalam bentuk mingguan atau bulanan.
Orang tua juga bisa berdiskusi mengenai bagaimana caranya menyusun kebutuhan mingguan atau bulanan anak, lanjutnya, disesuaikan dengan keuangan yang ada. Dalam list tersebut,
mungkin ada keinginan anak yang lain, di luar kebutuhan dia untuk jajan di sekolah.
Misalnya , anak juga ingin membeli mainan atau hadiah tertentu.
Orang tua bisa mengajarkan anak untuk membuat prioritas,
membuat posting, serta mengembangkan alternatif dan konsekuensi dari pilihan/ keputusan-keputusan yang dibuat.
Jika anak ingin membeli mainan, akan ada pengurangan uang jajan, atau harus ada uang yang dia sisihkan untuk ditabung. Ia juga harus bisa memperkirakan berapa lama dia harus menabung hingga bisa mendapatkan mainan yang dia inginkan.
Uang saku yang diberikan secara bulanan, orang tua bisa mulai mengajak anak untuk membuka rekening di bank. Orang tua hanya tingal mentransfer uang ke rekening anak setiap bulannya. Namun untuk beberapa bulan pertama, dampingi anak saat berdiskusi mengenai perencanaan keuangannya.
SUPLEMEN
IKLAN
Kadang, kata Alva, sifat kekanak-kanakannya masih muncul dengan target membeli barang-barang yang konsumtif. Lakukanlah secara bertahap. Dalam jangka panjang, anak kita arahkan untuk
menghasilkan pilihan barang atau kegiatan yang memiliki nilai edukatif atau produktif, atau bahkan menrancang project yang
”menghasilkan” uang.
Anak-anak yang diajarkan keterampilan mengelola keuangannya, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sukses. Mereka akan belajar membuat pilihan, menjadi lebih mandiri, dan mengetahui cara menetapkan serta mencapai berbagai sasaran finansial. Mereka juga akan membuat keputusan membeli yang cerdas, menentukan prioritas pengeluaran mereka sendiri dan mematuhi anggaran yang sudah dibuat.
Berikut beberapa tips untuk mengelola uang saku .
1. Uang saku bukan hanya untuk jajan. Uang ini diberikan agar anak pandai mengelolanya sebaik mungkin. Bila ada kebutuhan
mendesak, anak bisa mengatasinya segera tanpa menunggu bantuan atau keputusan orang tua.
2. Membiasakan untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan bukan semata-mata keinginan. Anak dilatih untuk membeli sesuatu yang sangat diperlukan. Di usianya yang masih harus belajar, konsep ini akan menjadi model bagi dirinya bagaimana mengelola dan
mengendalikan keuangan sendiri.
3. Bila tidak ingin boros, bawalah makanan dari rumah. Agar anak tidak terbiasa jajan di sekolah. Kesehatan, keseimbangan gizi maupun keamanannya terkontrol. Persoalannya pedulikah orang tua untuk membantu menyiapkannya.
4. Melatih anak menabung. Biasanya di sekolah ada program menabung, kegiatan ini bisa diikuti anak dengan support orang tua yang baik dan benar. Arahkan menabung bukan hanya menjadi suatu rutinitas yang tak berarti lebih dari mengumpulkan dana, jelaskan mengapa kita melakukannya.
5. Latihan menahan diri. Ketergantungan anak kepada orang tua secara finansial terkadang dijadikan senjata baginya, bila tidak dicermati akan menjadi bumerang bagi orang tua. Melatih menahan diri perlu dilakukan agar anak tidak mudah tergiur sesuatu dan bisa mengendalikannya.
6. Buatlah rencana. Cobalah merencanakan sesuatu yang
bermanfaat. Misalnya tahun ini akan membeli sepeda, atau liburan ke luar kota bahkan ke luar negeri. Nah bisa juga kan memasukan sebagai program dalam uang saku anak, dengan berusaha
mengarahkan anak menyisihkan kelebihan dana.
7. Mengembangkan hobi. Artinya dari uang saku juga bisa
mendorong membeli beberapa hal yang berkaitan dengan hobi. Bila dikelola dengan baik, bisa menjadi hal yang positif, uang tidak begitu saja keluar untuk sesuatu yang sia-sia. sebutsaja
mengembangkan bakat melukis, bisa membeli crayon, cat air atau cat minyak, atau kanvas tanpa memberatkan anggaran belanja keluarga.***
Jalu
HALAMAN DEPAN HIKMAH KE ATAS PR CYBER MEDIA
-
Hak Cipta ? 2002 - Pikiran Rakyat Cyber Media -
-
KECERDASAN FINANSIAL ANAK
Oleh: Mike Rini Dikutip dari Danareksa.com
Dalam segala hal yang berkaitan dengan uang, jangkauan berpikir seorang anak belum seluas orang dewasa. Apa yang penting untuk Anda, belum tentu penting bagi mereka Mereka tidak selalu setuju, kemungkinan besar malahan akan
membantah, juga melakukan kesalahan-kesalahan dalam
mengelola uangnya adalah hal-hal yang akan Anda hadapi dalam proses mengajarkan pengelolaan uang pada anak. Namun,
bukankah cara anak kita belajar tentang uang sama dengan cara kita belajar tentang uang juga hal-hal lain yang sangat penting dalam hidup ini. Yaitu dengan selangkah demi selangkah
membuat makin sedikit kesalahan dan menjalani konsekuensinya.
Karena itu memaksakan logika berpikir orang dewasa kurang tepat diterapkan kepada anak-anak. Artinya jika Anda ingin mengajarkan nilai uang pada anak, tempatkan diri Anda terlebih dahulu pada posisi mereka. 3 konsep pendekatan berikut ini, mudah-mudahan bisa membantu Anda membangkitkan kecerdasan finansial untuk anak Anda
Pendekatan I : Menabung Dengan Suka Cita
Orang tua seringkali tanpa sadar memaksa anak-anak untuk menabung. Tiap kali mereka punya uang lebih yang didapat dari nenek, paman, bibi atau bahkan Anda sendiri, tanpa sadar Anda melarang mereka untuk membelanjakannya. Mungkinkah Anda ngeri membayangkan apa yang dilakukan anak-anak jika mereka bebas membelanjakannya dan menyebabkan masalah saat mereka tidak diawasi? Hal ini menyebabkan perintah menabung dari orang tua dirasakan oleh anak malah lebih sebagai penjara tempat orang tua menahan uang milik anak-anak mereka agar tak bisa dipakai.
Kegiatan menabung adalah kegiatan yang ditujukan untuk suatu hasil dimasa depan. Uang hasil menabung tidak digunakan
sekarang tetapi suatu saat nanti. Buat orang dewasa masa depan berarti bertahun-tahun kemudian, misalnya membayar uang
pangkal masuk perguruna tinggi anak, membeli rumah atau
persiapan pensiun. Buat anak-anak masa depan jika berkaitan
denagn uang adalah ketika 6 bulan lagi bisa membeli play station
sendiri, 3 bulan lagi beli jam tangan baru, atau bulan depan bisa
nonton konser group musik yang digemarinya. Anak-anak bisa jadi lebih bersemangat menabung untuk jangak pendek ini.
Karena itu memaksakan konsep menabung untuk masa depan dengan hitungan waktu bertahun-tahun kemudian akan sulit diterima anak-anak. Menabung dengan tujuan menyimpan uang selama mungkin, buat anak-anak sama saja dengan tidak ada kesempatan menggunakan uang tersebut.
Orang tua sebaiknya tahu, bahwa arti masa depan buat anak berbeda dengan Anda. Pahamilah bahwa waktu berjalan lebih lambat bagi anak kecil daripada bagi orang dewasa. Karena itu persepsi masa depan untuk anak adalah waktu yang tidak terlalu lama, biasanya kurang dari satu tahun, sebab jangka waktu masa depan untuk anak jauh lebih pendek daripada orang dewasa.
Menabung tidak akan memiliki arti, kecuali jika dilakukan dengan sukarela. Jika orang tua secara otomatis menyita uang anak, entah itu hadiah berupa uang atau uang saku dan
memasukannya ke celengan atau ke bank, anak Anda tak akan menganggap bagian yang disitu itu miliknya, terutama jika tujuan Anda adalah menabung untuk membayar sekolah atau
pengeluaran lain yang buat anak-anak masih jauh didepan.
Kita sendiri sebagai orang tua tidak menganggap menabung untuk diri kita sebagai bentuk hukuman. Kita yakin menabung akan membuat hidup kita lebih baik dan bahwa hasilnya akan bisa kita nikmati. Jika kita sedikit mengorbankan pengeluaran saat ini, kita yakin pada masa yang bisa diperkirakan, kita akan bisa membeli mobil yang lebih bagus, pindah ke rumah yang lebih besar, mengirim anak-anak kita ke perguruan tinggi favorit, atau pensiun dini. Dengan kata lain, kita menabung untuk alasan egois. Kita membelanjakan lebih sedikit uang sekarang agar bisa membelanjakan lebih banyak uang pada masa yang akan datang.
Karena itu untuk memotivasi anak-anak agar mau belajar
menabung, maka mereka memerlukan alasan egois yang masuk akal bagi mereka. Agar bisa menarik bagi anak-anak, menabung harus bisa membuat hidup anak-anak lebih baik dan bisa
mewujudkan tujuan keuangannya, sama seperti yang Anda
rasakan. Manfaat itu juga harus dapat dirasakan pada masa yang bagi anak-anak terasa masuk akal, alih-alih ditekan sejauh
mungkin ke masa depan yang tidak ada dalam alam pikiran anak-
anak.
Konsep Kebebasan Mengambil Keputusan
Anak-anak perlu mengendalikan uang mereka sendiri. Mengapa?
Karena jika uang yang mereka belanjakan bukan benar-benar milik mereka, anak-anak tak punya alasan yang memaksa untuk memperhatikan bagaimana menghabiskannya. Anak-anak yang seringkali merengek minta orang tuanya membelikan sesuatu menandakan dia tidak peduli dan kurang bertanggung jawab dengan uang orang tuanya, dan untuk apa mereka bertanggung jawab, toh itu bukan uang mereka? Akan tetapi, anak-anak sangat berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka sendiri. Bukan berarti semua diperbolehkan. Selama masih dalam batas perilaku yang dibolehkan, anak sebaiknya diperbolehkan untuk mengambil keputusan sendiri dan Anda mungkin bisa menawarkan saran berdasarkan pengalaman terhadap keputusannya. Anak-anak yang tidak memilki kontrol atas uang mereka sendiri tidak punya alasan untuk tidak meminta uang dan akan segera
menghamburkan uang yang mereka dapatkan.
Memegang kendali atas uang mereka sendiri memaksa anak- anak melawan dan menimbang keinginan mereka yang
sebenarya. Hal ini juga membebaskan orang tua dari keharusan peran yang selalu menghakimi dan menasihati dalam masalah keuangan keluarga. Jika anak Anda ingin membeli mainan, dia tidak perlu meyakinkan Anda bahwa pembelian itu berguna, tetapi dia harus meyakinkan dirinya sendiri. Dan jika dia memutuskan untuk meminta pendapat Anda, dia tahu pendapat Anda akan cukup adil. Sehingga pertanyaan yang harus dijawab anak Anda bukanlah “Bagaimana cara membujuk Anda untuk membayar mainan ini? “ melainkan “ Apakah mainan ini benar-benar kuinginkan?”.
Konsep Orang Tua Sebagai Teladan
Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga, begitula seorang anak maka begitulah juga orang tuanya. Seorang anak memangh cerminan sifat dan kebisaan orang tuanya, hampir seperti salinan atau fotocopy. Jadi lakukanlah hal hal yang sesuai dengan apa yang anda ajarkan kepada anak anda, jangan hal yang
sebaliknya. Anda mengajarkan untuk berhemat, tapi anda sendiri
malah boros. Sebenarnya setiap hari kita telah mengajarkan
tentang uang pada anak. Kita mengajarkan uang kepada mereka
setiap kali anggaran belanja kebobolan, tampak bahagia atau
sedih setiap kali pulang kerja, membayar tagihan kartu kredit
tepat waktu atau menumpuk utang sampai membengkak. Selama masa kecil, pelajaran yang diberikan tanpa sadar ini seringkali meninggalkan kesan lebih mendalam dibandingkan apapun yang kita katakan kepada mereka. Oleh karena itu cara terbaik utnuk mengajarkan uang kepada anak-anak adalah dengan menjalani hidup dimana uang digunakan dengan tepat dan selalu
memberikan teladan yang baik tentang penggunaan uang.
Salam Mike Rini
Perencana Keuangan
http://www.perencanakeuangan.com/files/indexs.html
Mengajarkan Nilai Uang Pada Anak
( 2004-08-25 13:10:48 )
Oleh: Safir Senduk
Perlukah kita mengajarkan pada anak tentang nilai uang? Mungkin banyak yang bilang nggak perlu, karena, toh, masih kecil. Tetapi sebetulnya, sejak kecil pun anak sudah harus diajari tentang nilai uang. Dengan begitu, kelak ia akan bisa menghargai usaha keras yang harus dilakukan untuk mendapatkan uang, sekaligus mengatur keuangan.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengajarkan masalah uang kepada anak- anaknya. Tetapi, kenyataan yang terjadi selama ini adalah, banyak orang tua yang tidak menganggap masalah uang sebagai sesuatu yang cukup penting untuk diajarkan kepada anak secara khusus. Contohnya, seorang anak usia 6 sampai 9 tahun bertanya pada orangtuanya tentang apa yang mereka lakukan sehingga bisa mendapatkan uang setiap bulannya, atau "Darimana, sih, Papa dan Mama dapat uang, kok, aku bisa dapat uang saku setiap hari?." Apa jawaban orangtua? "Kamu nggak perlu tahu urusan orangtua.
Pokoknya, kamu harus rajin belajar."
Nah, jawaban seperti ini tentu tak baik dan harus dihindari. Pasalnya, anak akan berpikir bahwa selama ini orangtuanya selalu mendapatkan uang dengan mudah dan tanpa bekerja. Dengan begitu, ia akan selalu minta uang kepada orangtua tanpa memikirkan bagaimana orangtuanya bersusah payah dan bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang. Akibatnya jelas, anak tidak akan menghargai nilai uang, karena ia menganggap orang tuanya adalah sebuah pohon uang, sehingga 'buah' di pohon itu (yang berupa uang) bisa dipetik setiap saat.
KENALKAN DENGAN UANG
Jadi, jangan sepelekan masalah satu ini. Kini, saatnya Anda mengajarkan nilai uang kepada buah hati Anda. Bagaimana memulainya? Mudah sekali. Pertama-tama, kenalkan anak dengan uang. Ketika Anda memanggil seorang tukang jualan di depan rumah, berikan uang pembayarannya kepada anak dan suruh dia yang membayar tukang jualan itu. Di supermarket atau restoran, Anda bisa meminta si kecil membayarkan uang belanjaan kepada kasir. Tentu saja semua itu harus tetap dalam pengawasan Anda.
Semakin besar nilai uang yang Anda titipkan, semakin ketat pula pengawasan yang harus Anda lakukan.
Efek yang timbul disini adalah bahwa anak mulai dibiasakan untuk memegang uang, dan ia sudah mulai menganggap bahwa uang yang dia pegang itu memiliki 'nilai'. Ini karena ia melihat di depan matanya sendiri bahwa uang yang dia pegang dipakai untuk
membayar sesuatu.
Pertanyaan berikutnya, kapan waktu terbaik memperkenalkan si kecil dengan uang?
Waktu yang paling tepat sebetulnya adalah ketika ia berusia 3-5 tahun. Ini karena ia sudah mulai bersekolah, terutama pada usia 4 tahun.
Nah, ketika anak mulai terbiasa memegang uang, tiba waktunya bagi Anda untuk mengajarkan tentang besar kecilnya nilai uang. Tidak perlu semuanya. Mungkin bisa dimulai dari uang seratus sampai seribu rupiah. Lalu pelan-pelan kenalkan lima, sepuluh ribu, sampai duapuluh ribu rupiah. Disini, Anda juga sekaligus mengajarkan matematika secara sangat sederhana. Jadi, sebetulnya Anda mengajarkan dua hal, uang dan matematika sederhana.
Setelah itu, yang harus Anda lakukan adalah:
1. ATUR JUMLAH UANG SAKUNYA
Ada saatnya dimana Anda akan memberikan uang saku kepada anak. Pemberian uang saku ini berbeda-beda, baik jumlah maupun kapan uang saku itu mulai diberikan untuk pertama kalinya. Bila anak selalu didampingi pengasuh, mungkin saja uang sakunya dipegang oleh sang pengasuh. Tetapi, pasti ada saatnya dimana anak akan lepas dari pengasuhnya, dan di situlah seharusnya ia sudah mulai memegang uang saku secara rutin. Jadi, waktu yang paling tepat untuk mulai memberikan uang saku adalah ketika anak sudah mulai ditinggal 'sendiri' di sekolahnya.
Dengan memberikan uang saku secara secara rutin ketika ia ditinggal sendiri di sekolah, mau tidak mau akan timbul perasaan mandiri pada diri anak. Artinya, si kecil akan bisa menentukan sendiri, apa yang akan dia beli dan apa yang tidak akan dia beli di sekolahnya pada hari itu. Bila anak masih duduk di bangku TK atau SD, frekuensi pemberian yang paling tepat adalah harian. Ini karena anak sekecil itu biasanya belum 'bisa' memegang uang dalam jumlah besar. Dengan memberikannya secara harian, ia akan berpikir bagaimana membelanjakan uang sakunya untuk hari itu saja.
Baru ketika anak sudah masuk ke jenjang SMP, Anda bisa mulai memberikan uang saku secara mingguan, kemudian bulanan ketika ia masuk SMU dan kuliah.
2. AJAK ANAK BEKERJA
Perlu dibedakan bahwa bekerja tidak harus selalu dilakukan untuk mendapatkan uang.
Ada pekerjaan-pekerjaan yang sebaiknya ia lakukan di rumah dimana ia tidak akan mendapatkan uang, seperti membantu mencuci piring atau menyapu lantai rumah.
Tanamkan kepada dirinya bahwa bila ia tidak mencuci piring, maka ia tidak bisa makan lagi karena tidak ada lagi piring yang bersih. Atau bila ia tidak menyapu lantai, maka rumah yang ia tinggali akan kotor, dan seterusnya.
Tetapi, ada juga pekerjaan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan uang. Anda bisa coba mengajak anak untuk mengumpulkan koran-koran bekas, dan menjualnya kepada tukang koran bekas yang lewat di depan rumah. Atau, Anda bisa ajak ia untuk
mengumpulkan barang-barang rombengan dan menjualnya ke tukang loak.
Setelah itu, biarkan anak yang menerima uang hasil penjualan itu untuk menambah uang sakunya. Hanya perlu diingat, pekerjaan seperti ini harus dilakukan dengan bimbingan Anda. Artinya, anak akan melakukannya pertama-tama bila Anda mengajaknya terlebih dahulu. Maksud dari pelajaran seperti ini jelas, yakni di pikiran anak akan tertanam bahwa untuk bisa mendapatkan uang, seseorang harus bekerja.
Khusus untuk pekerjaan yang bisa mendatangkan uang, Anda harus memancingnya agar anak mau melakukannya. Caranya adalah dengan mengatur uang saku rutin yang Anda berikan. Tak usah terlalu besar, karena anak tidak akan lagi berpikir untuk coba
menambah uang saku yang ia miliki. Tetapi juga jangan memberikan uang saku yang terlalu kecil, karena nanti anak akan terlalu banyak 'bekerja' dan bisa-bisa melupakan belajarnya.
3. AJAR ANAK MENABUNG
Jangan lupa untuk mengajarkan anak menabung. Beritahu apa manfaatnya bila ia rutin menabung setiap hari. Dengan menabung, ia tidak akan boros dan kelak bisa memiliki banyak uang yang bisa dipakai untuk persediaan apabila diperlukan, atau dipakai untuk membeli sesuatu yang memang sudah lama ia idam-idamkan.
Bagaimana cara agar si kecil mau menabung? Belikan ia sebuah celengan. Kalau perlu, carikan celengan yang bentuknya menarik, agar bisa menarik perhatiannya setiap saat.
Beritahukan padanya agar rajin memasukkan uang ke celengannya.
Sebagai contoh, beri anak uang saku sebesar Rp 1500 tiap hari. Jangan lebih. Dari sini, ajarkan ia agar selalu menyisakan uangnya setiap pulang sekolah sebesar - mungkin - Rp 100 per hari. Jadi, ia tidak akan berbelanja sebesar lebih dari Rp 1400 per hari. Lalu, apa yang terjadi bila anak hanya mengeluarkan uang Rp 1000 hari itu? Sisanya yang Rp 400
bisa ia pakai untuk menambah uang sakunya besok, atau ia tabungkan juga.
Tetapi, bagaimana kalau ia tidak bisa menabung juga? Mungkin saja uangnya selalu habis ia belanjakan hari itu. Bila demikian, maka cara yang paling ampuh adalah
'memaksa' anak untuk menabung. Caranya adalah 'memaksanya' menabung sebelum dia pergi ke sekolah, bukan setelah ia pulang sekolah dimana uangnya sudah habis ia belanjakan. Dengan begitu, bila uang sakunya Rp 1500 per hari, berikan satu uang kertas pecahan seribu dan lima koin pecahan seratus.
Nah, sebelum ia pergi ke sekolah, ingatkan dia, "Hari ini sudah nabung belum?" Maka, ia akan memasukkan pecahan Rp 100 ke dalam celengan itu sebelum pergi ke sekolah.
Jadi, Anda sudah mengajarkan bahwa konsep menabung adalah bukan menjadi prioritas paling akhir (setelah dia pulang sekolah dimana uangnya mungkin sudah habis), tetapi menjadi prioritas yang pertama (sebelum ia pergi membelanjakan uang sakunya).
4. AJAK ANAK MEMBUAT ANGGARAN SEDERHANA
Jika anak sudah mulai bisa berhitung (melakukan fungsi matematika seperti penambahan atau pengurangan), maka Anda bisa mengajaknya untuk merencanakan jumlah
pemasukan dan pengeluarannya. Beri tahu bahwa semua uang yang dia dapat, entah itu dari uang saku, pekerjaan, atau pemberian, harus selalu diatur dan direncanakan
penggunaannya. Beri tahu bahwa dengan memiliki anggaran sederhana seperti itu, ia tidak akan kehabisan uang bila mau menjalankan anggaran yang sudah ia buat sendiri.
Contoh anggaran sederhana untuk anak bisa Anda lihat di bawah ini:
Pemasukan:
Uang Saku : Rp 1500
Pekerjaan Sampingan : Rp 1000 Pemberian: -
Jumlah Pemasukan : Rp 2500 Pengeluaran:
Setoran ke celengan : Rp 100 Jajan di sekolah : Rp 500 Transportasi : Rp 500 Lain-lain : Rp 500
Jumlah pengeluaran : Rp 1600 Sisa : Rp 900
Jangan lupa, beritahu anak bahwa sisa uang sebesar Rp 900 yang ia miliki, bisa ia gunakan untuk esok hari, atau ia tambahkan ke dalam celengannya.
5. AJAR ANAK MENYUMBANG DAN BERBUAT BAIK
Satu hal lagi yang harus Anda ajarkan pada anak adalah pentingnya menyumbang dan berbuat baik pada orang lain. Pelajaran ini pasti sudah ia dapatkan di sekolah, tetapi belum sering dipraktekkan dalam kehidupan sehari-harinya. Nah, bila ia
mempraktekkannya secara rutin, maka kelak ia tidak akan menjadi individu yang egois dan hanya mengejar uang saja dalam hidupnya.
Bagaimana mempraktekkan hal ini? Coba ajarkan anak untuk melakukan hal-hal dibawah ini:
1.. Ajak anak untuk ikut bergotong royong di lingkungan Anda atau sekolahnya, jika lingkungan tempat Anda tinggal atau lingkungan sekolahnya mengadakan semacam kerja bakti. Juga, ajak anak untuk ikut menyumbangkan kue dan makanan pada acara-acara seperti itu.
2.. Anda sebaiknya tidak memonopoli sumbangan kue dan makanan tersebut, tetapi ajak anak untuk berpikir, kue atau makanan apa yang akan ia sumbangkan. Lalu, biarkan ia yang mengatur sendiri kue dan makanan tersebut. Atau, bila itu sebuah kerja gotong
royong dalam lingkungan, ajak anak berpikir, tugas apa yang harus ia lakukan agar bisa ikut berpartisipasi dalam kerja gotong royong itu?
3.. Bila di lingkungan tersebut mengadakan acara pengumpulan dana, ajak anak untuk ikut menyumbang. Anda bisa saja memakai uang Anda terlebih dulu untuk kemudian ia setorkan ke situ. Tetapi lama kelamaan, coba lihat apakah anak mau menyisihkan sedikit dari apa yang ia miliki (dari uang sakunya, mungkin) untuk disumbangkan. Bila ia mau melakukannya, efeknya kelak saat ia besar akan sangat bagus.
4.. Ajak anak untuk menyumbangkan pakaian atau mainan yang sudah tidak dipakainya (tetapi masih baik) untuk disumbangkan ke anak-anak lain yang tidak seberuntung dia.
Nah, jika ini semua Anda lakukan, jangan heran jika kelak buah hati Anda akan tumbuh menjadi seorang yang pandai. Mencari dan mengatur keuangan, sekaligus menyisihkan sebagian uangnya untuk kebaikan.
(oleh: helmiwahyudin )