• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Pembelajaran Teknik – dari UM (revisi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Pembelajaran Teknik – dari UM (revisi)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

DAN

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI)

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15

Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang

oleh:

Dr. Eddy Sutadji, M.Pd

Dr. H. Dwi Agus Sudjimat, ST., M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 15

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga Modul “Penelitian Tindakan

Kelas/PTK” dan ”Teknik Penulisan Karya Ilmiah/KI” berhasil diselesaikan.

Naskah dalam bentuk Modul Pembelajaran ini ditulis dalam rangka

disiapkan untuk materi acuan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)

di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang, khususnya untuk Fakultas Teknik

UM.

Modul Pembelajaran ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan

berbagai pihak, terutama Pengelola PSG Rayon 5 Universitas Negeri Malang,

serta kontributor materi bahan pembelajaran ini, disampaikan terima kasih.

Besar harapan kami agar modul ini dapat memberikan sumbangan dalam

hal teori, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan PTK dan Penulisan

Karya Ilmiah. Atas semua amal baik dan jerih payah yang telah diberikan semoga

mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.

Malang, 23 April 2012

(3)

iii KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 1

A. Tujuan Pembelajaran ... 1 PROSEDUR PELAKSANAAN PTK ... 20

A. Tujuan Pembelajaran ... 20 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 51

A. Tujuan Belajar ... 51

B. Pendahuluan ... 51

C. Materi Belajar ... 51

D. Rangkuman ... 55

(4)

iv

KEGIATAN BELAJAR 4:

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 57

A. Tujuan Pembelajaran ... 57

B. Pendahuluan ... 57

C. Materi Pembelajaran ... 58

D. Rangkuman ... 62

E. Soal Latihan ... 62

KEGIATAN BELAJAR 5: TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI) ... 63

A. Tujuan Pembelajaran ... 63

B. Pendahuluan ... 63

C. Materi Pembelajaran ... 63

D. Rangkuman ... 69

E. Soal Latihan ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(5)

v

KERANGKA ISI PEMBELAJARAN (EPITOME): PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KARYA ILMIAH

TUJUAN PEMBELAJARAN MODUL PTK DAN KI

Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan dapat: 1. menjelaskan hakikat penelitian tindakan kelas (PTK),

2. menjelaskan pentingnya PTK dalam pelaksanaan tugas profesionalisme guru, 3. membedakan PTK, studi kasus, dan penelitian eksperimental,

4. menjelaskan prosedur PTK, 5. menyusun proposal PTK,

6. menjelaskan cara menyusun laporan PTK, 7. menjelaskan ragam karya ilmiah, dan

8. menggunakan berbagai teknik penulisan untuk menyusun proposal PTK.

(6)

1

KEGIATAN BELAJAR 1:

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan dapat: 1. Mendeskripsikan makna PTK

2. Menyebutkan tujuan PTK 3. Menjelaskan manfaat PTK 4. Menyebutkan karakteristik PTK 5. Menjelaskan prinsip-prinsip PTK 6. Menjelaskan jenis-jenis PTK 7. Menjelaskan model-model PTK

B. Pendahuluan

Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui

berbagai cara, antara lain: peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan

kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas

pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang

memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua cara tersebut

peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik

menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak

positif tersebut berupa: (1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan

masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; (2)

peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar; (3) peningkatan

keprofesionalan pendidik; dan (4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis

penelitian (Ditnaga Dikti, 2008).

Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan

masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapat

dilakukan melalui PTK oleh guru. Melalui PTK masalah-masalah pendidikan

dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses

pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,

dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat

(7)

2

terdapat unsur pimpinan sekolah, tenaga pendidik (guru), tenaga

kependidikan (laboran, teknisi, pustakawan, tenaga administrasi), dan siswa.

PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui

pemecahan masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini

menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan

yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling memberdayakan.

PTK bersifat kolaboratif, dalam pengertian kegiatan harus secara jelas

menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota peneliti pada

setiap kegiatan penelitian, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun

usulan, melaksanakan penelitian (menyusun rencana tindakan, melaksanakan

tindakan, mengobservasi, merekam data, mengevaluasi, dan melakukan

refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan

akhir. Kedudukan antar anggota peneliti (sesama guru) harus setara, dalam

arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan

pembagian tugas yang telah disepakati.

PTK berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi

alami. Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung

hasil penelitiannya. Lingkup ajang penelitiannya sangat terbatas. Yang paling

menonjol adalah bahwa PTK ditujukan untuk melakukan perubahan pada

semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna

mencapai perbaikan praktik secara meningkat dan berkelanjutan.

C. Materi Belajar 1: Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk

penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam

situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang

dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang

komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut

dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu

perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian

tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk

(8)

3

terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan

atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Ebbut (1985) mengatakan bahwa PTK merupakan studi sistematis

yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan

dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. PTK

adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh pendidik untuk

menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya agar dapat

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa PTK

merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan

masalah belajar peserta didik di kelas/laboratorium/lapang dalam upaya

memperbaiki kualitas pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat

dikemukakan ciri khas PTK sebagai berikut: (1) dilakukan sendiri oleh guru

sebagai pengelola kelas; (2) berangkat dari masalah aktual yang terjadi dalam

pembelajaran di kelas; (3) adanya tindakan tertentu yang perlu dilakukan

untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas; (4) memiliki kerangka kerja

yang teratur dengan berdasarkan hasil observasi nyata dan perilaku; (5)

kolaboratif, guru bekerjasama dengan guru/orang lain; (6) fleksibel dan

adaptif (memungkinkan adanya perubahan selama penelitian); dan (7)

pengembangan profesional.

Materi Belajar 2: Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata

yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal

tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu,

PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah

(9)

4

Secara lebih rinci tujuan PTK adalah:

1. Memperbaiki praksis pembelajaran secara langsung;

2. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil

pembelajaran;

3. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih

proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran;

4. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para pendidik,

khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;

5. Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah

pembelajaran;

6. Untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas, yakni PTK merupakan

cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan layanan pendidikan

melalui penyempurnaan praktik pembelajaran di kelas;

7. Untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yakni PTK dapat

meningkatkan relevansi unsur-unsur dalam proses pembelajaran dengan

karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, perkembangan

pengetahuan sehingga terjadi perbaikan atau peningkatan kualitas proses

pembelajaran;

8. Meningkatkan mutu hasil pendidikan artinya meningkatkan motivasi siswa

sehingga bersifat positif terhadap pembelajaran;

9. Meningkatkan efesiensi pengelolaan pendidikan yaitu memanfaatkan

sumber-sumber daya yang terintegrasi dalam pendidikan;

10.Melalui PTK masalah-masalah pembelajaran dapat dikaji, dicari cara

pemecahan masalah ,kualitas dapat ditingkatkan dan dituntaskan dengan

harapan proses pembelajaran yang kreatif-inovatif dan hasil belajar yang

lebih baik dapat diwujudkan oleh para guru sendiri di sekolahnya;

11.Untuk menciptakan budaya meneliti dan budaya belajar di sekolah;

12.Melalui PTK diharapkan guru mampu meningkatkan, memperbaiki dan

melakukan perubahan pembelajaran yang lebih baik,kreatif dan inovatif;

(10)

5

13.Dimungkinkannya guru menemukan suatu pola/model/prosedur

pembelajaran yang lebih efektif yang dapat menjadi kekayaan

intelektualnya.

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan PTK adalah: 1. Perbaikan/peningkatan terhadap kualitas pembelajaran;

2. Peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan sumber belajar,

media-teknologi pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan

3. Peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa

di dalam proses pembelajaran di sekolah (aktif, lebih mandiri, partisipatif).

Manfaat lain dari PTK adalah:

1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan

pendidikan di dalam dan luar kelas.

2. Peningkatan sikap profesional guru dan dosen.

3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu

belajar, dan sumber belajar lainnya.

6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang

digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

7. Perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.

(11)

6

Materi Belajar 3: Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Karakteristik PTK adalah:

1. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara

langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia pendidikan.

2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah

praktis.

3. Fleksibel dan adaftif, karenanya memungkinkan adanya perubahan

selama masa percobaan dan pengontrolan.

4. Partisipatori karena peneliti dan anggota tim sendiri ambil bagian secara

langsung atau tidak langsung.

5. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang

memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.

6. Ada komitmen pada peningkatan pendidikan.

7. Ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan

pemahaman.

8. Direncanakan berdasarkan hasil reflektif kritis terhadap praktik terkait.

9. Dilakukan pemantauan secara sistematik untuk menghasilkan data yang akurat.

Perbedaan PTK, Studi Kasus dan Penelitian Eksperimental

Selain PTK, ada dua kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk

memecahkan masalah belajar siswa, yaitu studi kasus dan penelitian

eksperimental. Oleh karena itu pemahaman secara pokok/garis besar terhadap

kedua hal tersebut sangat penting bagi guru agar ia dapat melakukan PTK dengan

benar dan tidak “terjebak” pada pelaksanaan studi kasus maupun penelitian

eksperimental. Perbedaan pokok antara PTK dan studi kasus terletak pada fokus

masalah belajar yang dipecahkannya. Pada PTK, masalah belajar yang menjadi

fokus kajian guru adalah masalah belajar yang terjadi di kelas, atau masalah

belajar yang dialami oleh sebagian besar peserta didik di kelas, sedangkan pada

(12)

masalah-7

masalah belajar yang dialami oleh peserta didik tertentu saja, atau masalah belajar

yang dialami oleh sebagian kecil peserta didik di kelas.

Perbedaan pokok antara PTK dan penelitian eksperimental dapat ditinjau

dari berbagai aspek sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan PTK dan Penelitian Eksperimental

Aspek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Eksperimental Pelaksana Dilakukan oleh guru, guru

berkolaborasi dengan guru lain atau dosen.

Dilakukan oleh orang luar.

Sampel Kerepresentatifan sampel tidak menjadi persyaratan penting. Subyek penelitian adalah kelas yang mempunyai masalah

Sampel harus representatif (terwakili), dipilih dengan teknik tertentu (misal acak).

Validitas Lebih mengutamakan validitas internal

Hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis. Hipotesis

menggambarkan dampak tindakan yang akan dilakukan.

Mempersyaratkan hipotesis yang menunjukkan

hubungan antara variable bebas dan terikat.

Tujuan Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung.

Mengembangkan teori atau mencari temuan baru.

Hasil Hasil penelitian merupakan metode praktis peningkatan mutu

pembelajaran.

Hasil penelitian merupakan produk ilmu atau

penerapan ilmu. Prosedur Berlangsung siklis dan fleksibel

terhadap perubahan rancangan.

Berlangsung linear (bergerak maju). Menggunakan rancangan dan kontrol yang ketat.

(13)

8

Materi Belajar 4: Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:

1. Tugas utama guru adalah mengajar

Bahwa tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan

tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi

guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.

2. Metode penelitian harus tidak mengacaukan/mengganggu komitmen mengajar

Bahwa guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang

akan menuntut kerla ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara

rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk

memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.

3. Metode pengumpulan data harus tidak menyita banyak waktu mengajar Bahwa metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu

yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh

mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani

sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang

bertugas secara penuh.

4. Metode yang diterapkan harus terandalkan sehingga memungkinkan guru membuat hipotesis tindakan yang mantap dan mengembangkan strategi yang dapat diterapkan di kelas

(14)

9

5. Masalah penelitian yang dipilih harus yang benar-benar dikuasai dan dapat dipecahkan

Bahwa permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata,

menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan

peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk

meningkatkan diri.

6. Peneliti harus memperhatikan etika penelitian yang berlaku

Bahwa dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan

peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting

ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam

suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan

tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui

oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga

terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di

samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.

7. Sejauh mungkin penelitian harus berorientasi harapan masa depan pembelajaran atau sistem persekolahan

Bahwa kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

8. Profesionalisme guru yang baik perlu otonom dalam mempertimbangkan pekerjaannya secara profesional

Bahwa meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab

guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan

(15)

10

Azas-azas PTK: 1. Kritik Reflektif

a. Mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat; catatan pengamatan,

transkrip wawancara, atau dokumen resmi;

b. Menjelaskan dasar reflektif catatan-catatan; dan

c. Pernyataan dapat ditransformasi menjadi pertanyaan.

2. Kritik Dialektis

Pendekatan dialektis menuntut peneliti untuk melakukan kritik terhadap

gejala yang diteliti (Winter, 1989). Hal ini memerlukan pemeriksaan

terhadap:

a. Konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan kesatuan,

b. Struktur kontradiksi internal – dibalik kesatuannya yang jelas

memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah meskipun ia

stabil.

3. Sumber Daya Kolaboratif

Perlu dipertimbangkan bagaimana dengan konsep keobyektifan yang

memiliki empat pengertian berikut (Winter, 1989):

a. Proses kolaboratif berfungsi sebagai sebagai tantangan terhadap

keobyektifan seseorang.

b. Proses kolaboratif melibatkan pemeriksaan terhadap hubungan antar

data yang disediakan oleh berbagai orang yang terlibat dalam

penelitian.

c. Keluaran proses adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang

melekat dan diperlukan.

d. Keluaran proses tersebut berupa usulan praktis.

4. Asas Resiko

Bahwa peneliti harus berani mengambil resiko melalui proses

penelitiannya. Salah satu resikonya adalah kadangkala rumusan hipotesis

tindakan tidak sesuai atau tidak terbukti, kemungkinan adanya tuntutan

(16)

11

5. Struktur Majemuk

Berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup

semua unsur pokok agar menyeluruh. Misalnya, bila situasi pembelajaran

yang diteliti, situasinya harus mencakup (paling tidak) guru, siswa, tujuan

pembelajaran, interaksi pembelajaran, dan keluaran.

Materi Belajar 5: Jenis-jenis dan Model-model PTK

A. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Setidaknya terdapat empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2)

PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, dkk

1982). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai

keempat jenis PTK tersebut.

1. Penelitian Tindakan Diagnostik

Dirancang untuk menuntun/membimbing suatau permasalahan anak, kelas

atau sekolah ke arah tindakan yang lebih baik. Misalnya di sekolah terjadi

pertengkaran antara beberapa kelompok siswa yang sering disertai

perkelahian. Suatu tim peneliti mengungkap dalam permasalahan tersebut;

wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya

diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang berkelahi;

tentang keikutsertan dalam perkelahian. Informasi yang diperoleh

ditabulasikan, hasilnya dianalisis ,dan rekomendasinya dibuat.

2. Penelitian Tindakan Partisipan

Orang yang akan melakukan PTK partisipan ini harus juga terlibat dalam

proses penelitian dari awal. Mereka tidak hanya dapat menyadari perlunya

melaksanakan program tindakan tertantu, tetapi secara jiwa raga akan

(17)

12

3. Penelitian Tindakan Empiris

Gagasan dasar penelitian jenis ini adalah melakukan sesuatu dan

membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses

penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan

pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.

Secara ideal penelitian tindakan empiris bekerja dengan satu kelompok

atau beberapa kelompok yang sejenis.

4. Penelitian Tindakan Eksperimental

Jenis penelitian ini memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan

pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan

memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi

penelitian jenis ini, merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit

untuk dilaksanakan dengan berhasil.

Kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul:

a. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi

keakuratannya.

b. Kekurangmampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan.

c. Kekurangmampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak

(18)

13

Materi Belajar 6: Model-Model Penelitian Tindakan

Pada mulanya penelitian tindakan dilaksanakan pada bidang psikologi

sosial oleh Kurt Lewin. Perkembangan berikutnya, penelitian tindakan tersebut

berkembang menjadi penelitian tindakan kelas (classroom action research) pada

tahun 1970-an untuk memecahkan masalah pada bidang pendidikan.

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbutt, dan (5) Model McKernan.

1. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model

action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang

memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt

Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (a) perencanaan (planning), (b)

tindakan (acting), (c) pengamatan (observing), dan (d) refleksi (reflecting).

Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

2. Model Kemmis dan Taggart

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar

yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja

komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya

merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.

Model Kemmis dan Taggart paling banyak digunakan pada PTK di

Indonesia. Model ini terdiri dari siklus-siklus yang saling berhubungan di mana

pada tiap-tiap siklus terdiri dari tahap-tahapan: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c)

pengamatan (observasi), dan (d) refleksi. Bila siklus I belum mencapai indikator

yang ditargetkan maka dilanjutkan dengan siklus kedua yaituperbaikan rencana,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan

perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Model PTK Kemmis dan Taggart

(19)

14

Gambar 1. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Pada model Kemmis dan Taggart, perbaikan tindakan dilakukan setelah

refleksi. Perbaikan tindakan apa yang akan dilakukan belum dapat diketahui

sebelum implementasi tindakan.

Keterangan : 1. Perenungan

2. Perencanaan (penerapan model tindakan I)

3. Tindakan dan observasi I 4. Refleksi I

5. Rencana terevisi II (penerapan model tindakan II)

6. Tindakan dan observasi II 7. Refleksi II

8. Rencana terevisi III (penerapan model tindakan III)

9. Tindakan dan observasi III

(20)

15

3. Model John Elliot

Model Lewin juga ditafsirkan oleh Elliot sebagaimana disajikan pada

Gambar 2. Model ini hampir sama dengan model yang disajikan Kemmis.

Gambar 2. Model Elliot

PTK menurut model Elliot dimulai dengan identifikasi masalah yang

terjadi di kelas. Sebagaimana telah dipaparkan pada model yang pertama, guru

harus dapat mengetahui masalah apa yang terjadi di kelasnya. Setelah masalah

tersebut teridentifikasi maka peneliti melanjutkan dengan pemeriksaan di kelas.

Bila guru sebagai peneliti maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat

(21)

16

kolaborasi sesama guru, maka guru yang lain harus dapat mengamati langsung

kondisi yang ada di kelas setelah memperoleh masukan dari rekan guru.

4. Model Ebbutt

Ebbutt (1985) melakukan penelahaan terhadap praktik penelitian tindakan

kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Kegiatan penelahaan terfokus pada

pelaksanaan kolaborasi antar tim peneliti. Ia mengemukakan bahwa praktik

kolaborasi menimbulkan dilema antara peneliti dan sasaran penelitian. Demikian

juga dalam PTK, Ebbutt lebih memusatkan kegiatan pada adanya kesenjangan

antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan.

Dalam analisisnya, Ebbutt menelaah adanya dilema dalam kolaborasi antar

peneliti yang berasal dari luar kelas dengan agenda penelitiannya dan guru-guru

yang lain menyelidiki dan memperoleh gambaran atau pantulan dari apa yang

mereka praktikan sendiri.

Dalam PTK, Ebbutt mengemukakan dua hal, yakni (a) sangat

memperhatikan alur logika penelitian tindakan, dan (b) menjabarkan teori sistem

yang terdiri atas subsistem-subsistem atau konseptual ke dalam bentuk kegiatan

operasional.

5. Model McKernan

Model McKernan juga terdiri atas siklus-siklus seperti disajikan pada

Gambar 3. Guru/peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang

memerlukan tindakan untuk mengatasinya. Setelah itu, dilakukan analisis masalah

yang terjadi sehingga dapat ditetapkan masalah-masalah pokok yang akan

dipecahkan. Dalam hal ini guru dapat membuat rumusan masalah yang akan

dipecahkan. Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk

menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan

untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti terhadap

teori/filosofi/langkah-langkah penerapan tindakan.

Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi, peneliti membuat

(22)

17

tindakan dapat dalam bentuk: “jika ……maka……” misalnya “jika pembelajaran

matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan masalah maka hasil belajar

siswa akan lebih baik”.

Gambar 3. Model McKernan

Setelah hipotesis tindakan disusun, peneliti membuat rencana tindakan

seperti RPP, lembar observasi, tes, bahan ajar, media, dan lain-lain yang

diperlukan dalam pembelajaran. Rencana tindakan tersebut kemudian diterapkan

dalam proses pembelajaran dimana peneliti menerapkan RPP yang telah dibuat

sambil mengumpulkan data proses dan hasil belajar. Setelah pelaksanaan

pembelajaran selesai (minimal 3 pertemuan), dilakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran. Apakah tindakan yang diimplementasikan telah efektif

atau belum maka peneliti melakukan keputusan untuk melanjutkan pada tahap

(23)

18

D. Rangkuman

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian

pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk

memecahkan masalah pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di

bidang pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.

2. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis

dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan.

Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK terdiri dari

siklus-siklus, bertolak dari masalah di kelas.

3. Bersifat siklis, artinya PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian

tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur baku penelitian.

4. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu

tertentu (misalnya 2/3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang

diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.

5. Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi.

6. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku

perubahan dan sasaran yang perlu diubah.

7. Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu

terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain

demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.

8. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau

tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru.

9. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang

pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi

kebutuhan, kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.

E. Soal Latihan

1. Deskripsikan secara singkat makna PTK?

2. Deskripsikan secara singkat tujuan PTK?

3. Deskripsikan secara singkat manfaat PTK?

(24)

19

5. Deskripsikan secara singkat prinsip-prinsip PTK?

6. Deskripsikan secara singkat prinsip utama model-model dalam PTK?

F. Kunci Jawaban

1. Makna PTK adalah strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan

masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini

menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen

perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling

memberdayakan.

2. Tujuan PTK untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam

kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat

dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu, PTK

bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah

pembelajaran di sekolah.

3. Manfaat PTK adalah (a) perbaikan/peningkatan terhadap kualitas

pembelajaran; (b) peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan

sumber belajar, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan (c)

peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa

dalam proses pembelajaran di sekolah.

4. Karakteristik PTK adalah (a) spesifik dan kontekstual, (b) problem solving,

(c) kolaboratif, dan (d) reflektif.

5. Prinsip-prinsip PTK adalah (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK

empiris, dan (4) PTK eksperimental.

6. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis

dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan.

Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK

(25)

20

KEGIATAN BELAJAR 2:

PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta workshop dapat: 1. Menetapkan fokus permasalahan PTK

2. Membuat perencanaan tindakan 3. Melaksanakan tindakan dalam PTK

4. Melakukan pengamatan/observasi dan pengumpulan data 5. Melakukan refleksi

B. Pendahuluan

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai

permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam

mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah

memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam

pelaksanaan PTK, yakni:

(1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan

siswa dalam berbagai tindakan.

(2) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan

pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid

guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang

terjadi.

(3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan

dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik

pembelajaran).

Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK

yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta

(26)

21

Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus.

Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya

adalah sebagai berikut:

(1) Penetapan fokus permasalahan

(2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)

(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut.

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 4. Siklus Kegiatan PTK

!

(27)

22

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus

pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan

atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti

kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan

siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama

dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk

meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang

dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari

tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/

kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat

melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus

pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas,

dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus

terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya

siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak

kurang dari dua siklus.

Materi Belajar 1: Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap

dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil

pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk

menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan

ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal

yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.

1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?

2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?

3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?

4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?

(28)

23

Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK

adalah sebagai berikut.

1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik

yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru

merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk

mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas

untuk melaksanakan PTK.

2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor

penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk

menentukan alternatif solusi.

3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut

melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.

Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah

PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis

bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya

model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah

serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah

yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.

1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan

terformulasikan dengan benar?

2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?

3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan

praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?

Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat

menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan

gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran.

Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah

antara lain sebagai berikut.

(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan

mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan

(29)

24

(2) Memilah dan mengklasifikasikan permasalahan menurut jenis/bidangnya,

jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah

tersebut.

(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang

mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.

(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting

untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian

dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis

maupun teoretis.

Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan

dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga

dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang

dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian

terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat

diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.

(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?

(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?

(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?

(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?

(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah?

Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam

bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus,

indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang

terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.

Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan

ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah

yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh

rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain

(30)

25

(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?

(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi

siswa dalam kegiatan pembelajaran?

(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?

(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran mekanika kekuatan bahan?

Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa

ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.

(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot

atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti

nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru,

kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan

pendidikan/pembelajaran.

(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukkan bahwa pemecahan dengan

model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah

dilakukan guru sebelumnya.

(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti

eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan

yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk

melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang

dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran,

penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran,

kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh

karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan

sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang

berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka

(31)

26

Tabel 1. Peta Permasalahan dan Tema Penelitian Tindakan Kelas

Jenis Permasalahan Tema Penelitian

1. Manajemen dan Iklim Kelas

a. Perbaikan ikim kelas untuk kepentingan pendidikan b. Peran serta siswa dalam pengembangan pemanfaatan iklim

kelas

c. Peningkatan belajar dan mengajar yang inovatif dan produktif d. Kemangkiran siswa

2. Proses Belajar Mengajar (PBM)

a. Peningkatan penguasaan bahan pengajaran b. Peningkatan daya serap siswa

c. Peningkatan prestasi belajar siswa

d. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu e. Perbaikan urutan dan prasyarat bahan ajar

f. Peningkaatan profesionalisme guru g. Peningkatan efektivitas proses evaluasi

3. Sumber Belajar a. Pengadaan dan pendayagunaan media pembelajaran

b. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar

c. Penciptaan sumber belajar yang kreatif dan fungsional oleh guru SMK

d. Penggunaan Kit Perbaikan Sepeda Motor

4. Sosio Psikologik Pembelajaran

a. Peningkatan efektivitas pola hubungan antara guru, siswa, dan orang tua dalam PBM

b. Peningkatan kesiapan dan kematangan belajar siswa c. Peningkatan konsep diri siswa terhadap mata pelajaran d. Pembinaan integritas kepribadian siswa

*) Sumber: Nunuy Nurjanah (2007)

Lewin menggambarkan penelitian tindakan, termasuk PTK, sebagai cara

kerja yang memiliki tahapan-tahapan yang bersifat spiral, yang terdiri atas

perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Prosedur kerja penelitian tindakan tersebut

selanjutnya direvisi dan disempurnakan oleh Kemmis dan McTaggart (1988)

menjadi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang disebut dengan

siklus PTK. Suatu PTK umumnya dilaksanakan minimal dalam dua siklus, atau

bahkan lebih, di mana setiap siklusnya minimal terdiri dua kali pertemuan.

(32)

27

a. Refleksi Awal

Siklus pertama setiap PTK diawali dengan refleksi awal yang merupakan

kegiatan penjajagan dengan cara mengumpulkan data dan informasi tentang

situasi pembelajaran di kelas di mana guru mengajar (Sudjimat, 2008). Tujuannya

adalah untuk mengungkapkan dan menyadarkan guru akan adanya permasalahan

pembelajaran yang perlu dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud dapat berupa:

rendahnya motivasi belajar peserta didik, kurangnya keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran, terjadinya kesalahan konsep pada peserta didik, rendahnya

hasil belajar peserta didik, rendahnya kecakapan akademik peserta didik,

rendahnya kecakapan sosial peserta didik, dan lain sebagainya.

Kegiatan refleksi awal dapat dilakukan guru dengan berbagai cara,

misalnya: (1) mengamati perilaku belajar peserta didik; (2) mengevaluasi hasil

belajar peserta didik; (3) mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah

belajar mereka; (4) berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar

peserta didik; (5) merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses dan

hasil belajar peserta didik; dan lain sebagainya. Berikut ini diberikan dua contoh

hasil refleksi awal yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika Teknik di

SMK.

Contoh 1: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kemampuan matematika teknik” peserta didik SMK “Merah Putih”.

1. Para peserta didik lebih tertarik pada kegiatan belajar yang bersifat fisik (praktik) dibandingkan dengan kegiatan belajar yang bersifat berpikir dan pemecahan masalah.

2. Dalam kehidupan sekolah, kegiatan belajar matematika teknik kurang mendapatkan porsi yang layak.

3. Dalam mengajar, guru matematika teknik kurang mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan permasalahan keteknikan yang menjadi kompetensi keahlian para peserta didik.

4. Dalam mengajar guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah yang diikuti dengan latihan soal-soal beserta pembahasannya.

5. Movitasi belajar matematika teknik para peserta didik rendah. 1. Kemampuan matematika teknik para peserta didik rendah.

(33)

28

Contoh 2: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kompetensi kerja bangku” peserta didik SMK “Merah Putih”.

3. Hasil belajar kompetensi kerja bangku peserta didik relatif rendah, di mana 45% peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.

4. Peserta didik bekerja secara individual dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga interaksi antarmereka relatif kurang.

5. Kemampuan peserta didik memahami lembar kerja (job sheet) relatif rendah. 6. Guru jarang memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta didik, sehingga

peserta didik tidak mengetahui kekurangan atas pekerjaan yang dihasilkannya. 7. Peserta didik jarang bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tugasnya.

Contoh 3. Hasil refleksi awal terhadap pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) pada Kompetensi Keahlian Teknik Mesin SMK ”Merah Putih”.

1. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan sistem pembelajaran konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. 2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori, namun lebih suka

pelajaran praktikum.

3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik yang ditunjukkan dengan keterlibatan mereka dalam pembelajaran rendah.

4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah.

5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar minimum hanya sebesar 60%.

6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi yang diberikan oleh guru.

7. Materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik diambil dari buku paket.

(34)

29

b. Masalah Pembelajaran

Berdasarkan hasil refleksi awal, guru harus segera menetapkan masalah

pembelajaran yang akan dipecahkannya. Ada tiga hal penting yang harus

dilakukan guru berkaitan dengan penetapan masalah pembelajaran yang akan

dipecahkan ini, yaitu merumuskan judul penelitian, merumuskan masalah

penelitian, dan merumuskan hpotesis tindakan.

1) Merumuskan Judul PTK

Setelah refleksi awal selesai dilakukan, maka guru harus segera

merumuskan judul PTK yang akan dilaksanakannya beserta rumusan masalah

penelitiannya. Rumusan judul PTK yang baik dapat diacukan pada kedua

pedoman/pola praktis berikut ini.

Contoh 1:

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Teknik

melalui Penggunaan Metode Problem-Based Learning Siswa Kelas XI-A

Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Baja SMK Merah Putih Malang.

Contoh 2:

Penggunaan Metode Pembelajaran Maju Bersama (Maber) untuk

Meningkatkan Kompetensi Kerja Bangku Siswa Kelas X-C Kompetensi

Keahlian Teknik Pemesinan SMK Merah Putih Malang. Pola I:

• PENINGKATAN ……...…..….. (Masalah) • MELALUI ……….. (Tindakan) • SISWA KELAS ……….…. (Subyek) • SMK …….………..……. (Setting)

Pola II:

(35)

30

Contoh 3:

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan

dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih

Malang.

Yang seringkali menjadi kesulitan para guru dalam merumuskan judul

PTK ada dua hal, yaitu: (1) menetapkan adanya masalah pembelajaran; dan (2)

memilih model/strategi/metode/ media yang akan digunakan sebagai tindakan

untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut. Terkait dengan cara untuk

menetapkan “masalah pembelajaran” berikut ini adalah beberapa hal yang harus

dipertimbangkan: (1) pilihlah masalah yang sangat strategis, yang apabila tidak

dipecahkan/diatasi dapat berdampak pada timbulnya masalah yang lain; (2)

masalah tersebut mendesak untuk segera diatasi; (3) untuk mengatasi masalah

tersebut bisa dilaksanakan oleh pengajar/guru; dan (4) penyelesaian/pemecahan

masalah tersebut sesuai dengan prioritas yang telah dipertimbangkan oleh guru.

Di samping itu guru juga harus melakukan identifikasi dan analisis masalah

sehingga akar masalah yang sesungguhnya ditemukan dan berdasarkan hal itu

dapat dipilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Berikut ini diberikan

contoh identifikasi dan analisis masalah yang diambil berdasarkan hasil refleksi

(36)

31

Berdasarkan akar masalah tersebut guru harus mampu memilih metode

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga dapat melibatkan mereka

secara aktif selama pembelajaran. Berdasarkan pemahaman guru yang mendalam

tentang berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

Matapelajaran PDTM dan karakteristik peserta didik yang belajar maka guru

memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT). Berdasarkan keputusan tersebut guru dapat menetapkan judul

PTK yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang.

Fakta yang diamati guru:

1.Sistem pembelajaran yang digunakan guru konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab.

2.Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori.

3.Motivasi belajar sebagian besar peserta didik rendah. 4.Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah. 5.Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan

belajar hanya 60%.

6.Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi diberikan oleh guru.

7.Materi pembelajaran diambilkan dari buku paket. 8.Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan

tugas.

Identifikasi masalah:

1.Kualitas proses belajar (2, 3, 5, 6, 7)

2.Kualitas hasil belajar (4, 5) 3.Metode pembelajaran:

(37)

32

2) Merumuskan Masalah Penelitian

Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya

adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk

kalimat tanya. Ada dua jenis kata tanya yang dapat digunakan untuk merumuskan

masalah penelitian, yaitu “apakah” dan “bagaimanakah”. Rumusan masalah

penelitian yang menggunakan kata “apakah” berarti hanya menuntut jawaban “ya”

atau “tidak” saja. Sedangkan masalah penelitian yang menggunakan kata

“bagaimanakah” berarti menuntut jawaban yang berkaitan dengan “proses”.

Berikut ini diberikan contoh rumusan masalah dari judul PTK yang telah

diberikan sebelumnya.

o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

Bandingkan dengan rumusan berikut ini:

o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

3) Merumuskan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan secara operasional sesuai dengan masalah

penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan penelitian dirumuskan dalam

bentuk kalimat deklaratif. Perhatikan contoh berikut ini.

(38)

33

2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

4) Merumuskan Hipotesis Tindakan

Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan

hipotesis. Hipotesis dalam PTK berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan

dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan

yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Umumnya hipotesis PTK dirumuskan dengan menggunakan pola: “Jika... (tidakan

dilakukan), maka ... (masalah akan terpecahkan). Perhatikan contoh berikut ini:

1) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka motivasi belajar siswa akan meningkat.

2) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka hasil belajar siswa akan meningkat.

5) Tahap Perencanaan

Penyusunan perencanaan harus didasarkan pada hasil penjajagan tentang

situasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan refleksi awal. Rencana

tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah

dirumuskan. Secara rinci perencanaan ini berisi: apa yang akan dilakukan guru

beserta rasionalnya, siapa yang akan melakukan, di mana, kapan, dan bagaimana.

Perencanaan ini bersifat lentur (tentatif dan fleksibel), dalam pengertian dapat

berubah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

Secara teknis, perencanaan dalam PTK memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Perumusan rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan

beserta rancangan evaluasinya. Rancangan tindakan yang disusun hendaknya

dapat memunculkan indikator keberhasilan, pengamatan atas indikator

(39)

34

2. Perancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan

mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.

3. Perencanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan

penelitian tindakan.

4. Penetapan bukti atau indikator yang menunjukkan seberapa jauh masalah yang

telah dipilih dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.

Contoh Perencanaan Tindakan:

1. Menetapkan spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai strategi penyampaian pembelajaran KD Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam pada Matapelajaran PDTM.

2. Membagi kelompok belajar.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk KD Pengecoran pada Matapelajaran PDTM.

Catatan: RPP yang dirancang guru harus menunjukkan “kekhasannya” pada skenario/langkah-langkah pembelajarannya, yaitu skenario pembelajaran yang menggambarkan proses belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen

(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.

Spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan terdiri dari lima tahapan, yaitu: (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen

(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.

(40)

35

4. Menyusun lembar kerja kelompok (LKK).

Catatan: LKK berisi sejumlah soal dalam bentuk esai yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok pada tahap belajar kelompok (team). Materi soal diambilkan dari materi pelajaran yang dipresentasikan guru di kelas pada tahap penyajian kelas. LKK dilengkapi dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang diorganisir secara terpisah dengan LKK yang berfungsi untuk mengoreksi kebenaran jawaban masing-masing kelompok.

5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan bernomor.

Catatan: Pertanyaan bernomor adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diberi nomor tertentu yang akan ditanyakan kepada para siswa secara

berkelompok pada tahap permainan (game). Setiap soal/pertanyaan disertai dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang digunakan guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa.

6. Menyusun kartu soal.

Catatan: Kartu soal adalah sebuah kartu dari kertas dengan ukuran tertentu (misalnya: 10 x 15 cm) yang berisi sebuah soal/pertanyaan yang diberikan kepada para siswa pada tahap turnamen (tournament). Setiap soal dari kartu tertentu disertai dengan kunci jawaban dan rubrik penilaiannya yang

diorganisir secara terpisah sebagai pedoman guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa.

7. Menyusun metode dan alat perekam dan pengumpul data.

Catatan:

o Untuk merekam motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dapat digunakan: (1) alat berupa kamera video, (2) lembar observasi*), (3) pedoman analisis dokumen, dan (4) catatan harian.

o Untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes tertulis dalam bentuk tes esai.

o Untuk mengumpulkan data tanggapan siswa tentang proses pembelajaran digunakan angket.

*)

(41)

36

8. Menyusun perencanaan teknik pengolahan/analisis data.

Catatan: Data yang diperoleh dari kegiatan PTK ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa suasana belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kuantitatif berupa skor atau angka yang merepresentasikan motivasi belajar siswa selama mengikuti

pembelajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan tes pada akhir setiap siklus.

o Data kuantitatif dianalisis menggunakan teknik persentase, dan data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif sebagaimana dimaksud oleh Moleong (2005).

o Data motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

IMk : Persentase Indikator motivasi klasikal

ΣSd : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator Smax : Skor maksimal indikator (bergantung jumlah deskriptor)

n : Jumlah siswa

o Taraf keberhasilan motivasi belajar siswa ditetapkan beradarkan kriteria sebagai berikut.

Tabel 2. Persentase Taraf Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa Persentase

o Berdasarkan deskriptor motivasi belajar yang telah ditetapkan, yaitu:

minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dirangkum taraf keberhasilan

(42)

37

Tabel 3. Persentase Motivasi Belajar Siswa

Deskriptor

o Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

• Secara perorangan (individual): siswa dianggap telah “tuntas belajar” (TB) apabila penguasaannya mencapai 70% atau SKM ≥ 70,00. Taraf keberhasilan prestasi belajar siswa ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase Taraf Keberhasilan Tindakan Prestasi Belajar

Nilai Taraf Keberhasilan

(43)

38

9. Menyusun indikator keberhasilan.

o Indikator keberhasilan siklus I ditetapkan sebagai berikut.

Tabel 5. Indikator Keberhasilan Siklus I

Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)

Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik (A)

Motivasi Belajar 50 40 10

Ketuntasan Belajar Individual

35 30 10

Ketuntasan Belajar Klasikal

75% siswa minimal berkualifikasi C

o Indikator keberhasilan siklus II ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 6. Indikator Keberhasilan Siklus II

Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)

Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik (A)

Motivasi Belajar 30 50 20

Ketuntasan Belajar Individual

15 40 20

Ketuntasan Belajar Klasikal

(44)

39

Materi Belajar 2: Perencanaan Tindakan

Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan

alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil

dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai

perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan

memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang

diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk

umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian

formal.

Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan

tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil.

Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat

dicontohkan seperti di bawah ini.

(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.

(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran IPS.

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan

sebagai berikut.

(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa

rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai

alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling

menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan

menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data

(45)

40

(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup;

(a) bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) merancang strategi dan

skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c)

menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

Materi Belajar 3: Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran

diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku

wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan

dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat

menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut

disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan

pada satu PTK.

1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk

pokok bahasan : A, B, C, dan D.

2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih

ketua, sekretaris, oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk

kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota

kelompok bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam

LCD untuk persiapan presentasi.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil

kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil

kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar LCD hasil

kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang

dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.

Penelitian tindakan mengharuskan adanya kolaborasi antara guru peneliti

Gambar

Tabel 1. Perbedaan PTK dan Penelitian Eksperimental
Gambar 1. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
Gambar 2. Model ini hampir sama dengan model yang disajikan Kemmis.
Gambar 3. Model McKernan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan yang terdiri dari perencanaan

Hasil yang diperoleh adalah pemahaman konsep pada ranah kognitif siswa telah mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah, yaitu 72 dan untuk kinerja ilmiah dengan 5

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang yang terdiri dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksaaan ,

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahapan yang terdiri dari perencanaan tindakan,

Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek

Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

Prosedur penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan