MODUL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
DAN
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI)
Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
oleh:
Dr. Eddy Sutadji, M.Pd
Dr. H. Dwi Agus Sudjimat, ST., M.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 15
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga Modul “Penelitian Tindakan
Kelas/PTK” dan ”Teknik Penulisan Karya Ilmiah/KI” berhasil diselesaikan.
Naskah dalam bentuk Modul Pembelajaran ini ditulis dalam rangka
disiapkan untuk materi acuan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang, khususnya untuk Fakultas Teknik
UM.
Modul Pembelajaran ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan
berbagai pihak, terutama Pengelola PSG Rayon 5 Universitas Negeri Malang,
serta kontributor materi bahan pembelajaran ini, disampaikan terima kasih.
Besar harapan kami agar modul ini dapat memberikan sumbangan dalam
hal teori, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan PTK dan Penulisan
Karya Ilmiah. Atas semua amal baik dan jerih payah yang telah diberikan semoga
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.
Malang, 23 April 2012
iii KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 1
A. Tujuan Pembelajaran ... 1 PROSEDUR PELAKSANAAN PTK ... 20
A. Tujuan Pembelajaran ... 20 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 51
A. Tujuan Belajar ... 51
B. Pendahuluan ... 51
C. Materi Belajar ... 51
D. Rangkuman ... 55
iv
KEGIATAN BELAJAR 4:
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 57
A. Tujuan Pembelajaran ... 57
B. Pendahuluan ... 57
C. Materi Pembelajaran ... 58
D. Rangkuman ... 62
E. Soal Latihan ... 62
KEGIATAN BELAJAR 5: TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI) ... 63
A. Tujuan Pembelajaran ... 63
B. Pendahuluan ... 63
C. Materi Pembelajaran ... 63
D. Rangkuman ... 69
E. Soal Latihan ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 81
v
KERANGKA ISI PEMBELAJARAN (EPITOME): PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KARYA ILMIAH
TUJUAN PEMBELAJARAN MODUL PTK DAN KI
Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan dapat: 1. menjelaskan hakikat penelitian tindakan kelas (PTK),
2. menjelaskan pentingnya PTK dalam pelaksanaan tugas profesionalisme guru, 3. membedakan PTK, studi kasus, dan penelitian eksperimental,
4. menjelaskan prosedur PTK, 5. menyusun proposal PTK,
6. menjelaskan cara menyusun laporan PTK, 7. menjelaskan ragam karya ilmiah, dan
8. menggunakan berbagai teknik penulisan untuk menyusun proposal PTK.
1
KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan dapat: 1. Mendeskripsikan makna PTK
2. Menyebutkan tujuan PTK 3. Menjelaskan manfaat PTK 4. Menyebutkan karakteristik PTK 5. Menjelaskan prinsip-prinsip PTK 6. Menjelaskan jenis-jenis PTK 7. Menjelaskan model-model PTK
B. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui
berbagai cara, antara lain: peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan
kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang
memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua cara tersebut
peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik
menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak
positif tersebut berupa: (1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; (2)
peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar; (3) peningkatan
keprofesionalan pendidik; dan (4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis
penelitian (Ditnaga Dikti, 2008).
Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan
masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapat
dilakukan melalui PTK oleh guru. Melalui PTK masalah-masalah pendidikan
dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses
pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,
dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat
2
terdapat unsur pimpinan sekolah, tenaga pendidik (guru), tenaga
kependidikan (laboran, teknisi, pustakawan, tenaga administrasi), dan siswa.
PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui
pemecahan masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini
menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan
yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling memberdayakan.
PTK bersifat kolaboratif, dalam pengertian kegiatan harus secara jelas
menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota peneliti pada
setiap kegiatan penelitian, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun
usulan, melaksanakan penelitian (menyusun rencana tindakan, melaksanakan
tindakan, mengobservasi, merekam data, mengevaluasi, dan melakukan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan
akhir. Kedudukan antar anggota peneliti (sesama guru) harus setara, dalam
arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan
pembagian tugas yang telah disepakati.
PTK berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi
alami. Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung
hasil penelitiannya. Lingkup ajang penelitiannya sangat terbatas. Yang paling
menonjol adalah bahwa PTK ditujukan untuk melakukan perubahan pada
semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna
mencapai perbaikan praktik secara meningkat dan berkelanjutan.
C. Materi Belajar 1: Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam
situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang
dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu
perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian
tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk
3
terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan
atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Ebbut (1985) mengatakan bahwa PTK merupakan studi sistematis
yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan
dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. PTK
adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh pendidik untuk
menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya agar dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan
masalah belajar peserta didik di kelas/laboratorium/lapang dalam upaya
memperbaiki kualitas pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat
dikemukakan ciri khas PTK sebagai berikut: (1) dilakukan sendiri oleh guru
sebagai pengelola kelas; (2) berangkat dari masalah aktual yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas; (3) adanya tindakan tertentu yang perlu dilakukan
untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas; (4) memiliki kerangka kerja
yang teratur dengan berdasarkan hasil observasi nyata dan perilaku; (5)
kolaboratif, guru bekerjasama dengan guru/orang lain; (6) fleksibel dan
adaptif (memungkinkan adanya perubahan selama penelitian); dan (7)
pengembangan profesional.
Materi Belajar 2: Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu,
PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
4
Secara lebih rinci tujuan PTK adalah:
1. Memperbaiki praksis pembelajaran secara langsung;
2. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil
pembelajaran;
3. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih
proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran;
4. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para pendidik,
khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;
5. Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah
pembelajaran;
6. Untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas, yakni PTK merupakan
cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan layanan pendidikan
melalui penyempurnaan praktik pembelajaran di kelas;
7. Untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yakni PTK dapat
meningkatkan relevansi unsur-unsur dalam proses pembelajaran dengan
karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, perkembangan
pengetahuan sehingga terjadi perbaikan atau peningkatan kualitas proses
pembelajaran;
8. Meningkatkan mutu hasil pendidikan artinya meningkatkan motivasi siswa
sehingga bersifat positif terhadap pembelajaran;
9. Meningkatkan efesiensi pengelolaan pendidikan yaitu memanfaatkan
sumber-sumber daya yang terintegrasi dalam pendidikan;
10.Melalui PTK masalah-masalah pembelajaran dapat dikaji, dicari cara
pemecahan masalah ,kualitas dapat ditingkatkan dan dituntaskan dengan
harapan proses pembelajaran yang kreatif-inovatif dan hasil belajar yang
lebih baik dapat diwujudkan oleh para guru sendiri di sekolahnya;
11.Untuk menciptakan budaya meneliti dan budaya belajar di sekolah;
12.Melalui PTK diharapkan guru mampu meningkatkan, memperbaiki dan
melakukan perubahan pembelajaran yang lebih baik,kreatif dan inovatif;
5
13.Dimungkinkannya guru menemukan suatu pola/model/prosedur
pembelajaran yang lebih efektif yang dapat menjadi kekayaan
intelektualnya.
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan PTK adalah: 1. Perbaikan/peningkatan terhadap kualitas pembelajaran;
2. Peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan sumber belajar,
media-teknologi pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan
3. Peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa
di dalam proses pembelajaran di sekolah (aktif, lebih mandiri, partisipatif).
Manfaat lain dari PTK adalah:
1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan luar kelas.
2. Peningkatan sikap profesional guru dan dosen.
3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu
belajar, dan sumber belajar lainnya.
6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
7. Perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.
6
Materi Belajar 3: Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Karakteristik PTK adalah:
1. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara
langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia pendidikan.
2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah
praktis.
3. Fleksibel dan adaftif, karenanya memungkinkan adanya perubahan
selama masa percobaan dan pengontrolan.
4. Partisipatori karena peneliti dan anggota tim sendiri ambil bagian secara
langsung atau tidak langsung.
5. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang
memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
6. Ada komitmen pada peningkatan pendidikan.
7. Ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan
pemahaman.
8. Direncanakan berdasarkan hasil reflektif kritis terhadap praktik terkait.
9. Dilakukan pemantauan secara sistematik untuk menghasilkan data yang akurat.
Perbedaan PTK, Studi Kasus dan Penelitian Eksperimental
Selain PTK, ada dua kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk
memecahkan masalah belajar siswa, yaitu studi kasus dan penelitian
eksperimental. Oleh karena itu pemahaman secara pokok/garis besar terhadap
kedua hal tersebut sangat penting bagi guru agar ia dapat melakukan PTK dengan
benar dan tidak “terjebak” pada pelaksanaan studi kasus maupun penelitian
eksperimental. Perbedaan pokok antara PTK dan studi kasus terletak pada fokus
masalah belajar yang dipecahkannya. Pada PTK, masalah belajar yang menjadi
fokus kajian guru adalah masalah belajar yang terjadi di kelas, atau masalah
belajar yang dialami oleh sebagian besar peserta didik di kelas, sedangkan pada
masalah-7
masalah belajar yang dialami oleh peserta didik tertentu saja, atau masalah belajar
yang dialami oleh sebagian kecil peserta didik di kelas.
Perbedaan pokok antara PTK dan penelitian eksperimental dapat ditinjau
dari berbagai aspek sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbedaan PTK dan Penelitian Eksperimental
Aspek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Eksperimental Pelaksana Dilakukan oleh guru, guru
berkolaborasi dengan guru lain atau dosen.
Dilakukan oleh orang luar.
Sampel Kerepresentatifan sampel tidak menjadi persyaratan penting. Subyek penelitian adalah kelas yang mempunyai masalah
Sampel harus representatif (terwakili), dipilih dengan teknik tertentu (misal acak).
Validitas Lebih mengutamakan validitas internal
Hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis. Hipotesis
menggambarkan dampak tindakan yang akan dilakukan.
Mempersyaratkan hipotesis yang menunjukkan
hubungan antara variable bebas dan terikat.
Tujuan Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung.
Mengembangkan teori atau mencari temuan baru.
Hasil Hasil penelitian merupakan metode praktis peningkatan mutu
pembelajaran.
Hasil penelitian merupakan produk ilmu atau
penerapan ilmu. Prosedur Berlangsung siklis dan fleksibel
terhadap perubahan rancangan.
Berlangsung linear (bergerak maju). Menggunakan rancangan dan kontrol yang ketat.
8
Materi Belajar 4: Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:
1. Tugas utama guru adalah mengajar
Bahwa tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan
tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi
guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.
2. Metode penelitian harus tidak mengacaukan/mengganggu komitmen mengajar
Bahwa guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
akan menuntut kerla ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara
rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk
memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
3. Metode pengumpulan data harus tidak menyita banyak waktu mengajar Bahwa metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu
yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh
mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh.
4. Metode yang diterapkan harus terandalkan sehingga memungkinkan guru membuat hipotesis tindakan yang mantap dan mengembangkan strategi yang dapat diterapkan di kelas
9
5. Masalah penelitian yang dipilih harus yang benar-benar dikuasai dan dapat dipecahkan
Bahwa permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata,
menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan
peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk
meningkatkan diri.
6. Peneliti harus memperhatikan etika penelitian yang berlaku
Bahwa dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan
peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting
ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam
suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan
tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui
oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga
terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di
samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.
7. Sejauh mungkin penelitian harus berorientasi harapan masa depan pembelajaran atau sistem persekolahan
Bahwa kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.
8. Profesionalisme guru yang baik perlu otonom dalam mempertimbangkan pekerjaannya secara profesional
Bahwa meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab
guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan
10
Azas-azas PTK: 1. Kritik Reflektif
a. Mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat; catatan pengamatan,
transkrip wawancara, atau dokumen resmi;
b. Menjelaskan dasar reflektif catatan-catatan; dan
c. Pernyataan dapat ditransformasi menjadi pertanyaan.
2. Kritik Dialektis
Pendekatan dialektis menuntut peneliti untuk melakukan kritik terhadap
gejala yang diteliti (Winter, 1989). Hal ini memerlukan pemeriksaan
terhadap:
a. Konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan kesatuan,
b. Struktur kontradiksi internal – dibalik kesatuannya yang jelas
memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah meskipun ia
stabil.
3. Sumber Daya Kolaboratif
Perlu dipertimbangkan bagaimana dengan konsep keobyektifan yang
memiliki empat pengertian berikut (Winter, 1989):
a. Proses kolaboratif berfungsi sebagai sebagai tantangan terhadap
keobyektifan seseorang.
b. Proses kolaboratif melibatkan pemeriksaan terhadap hubungan antar
data yang disediakan oleh berbagai orang yang terlibat dalam
penelitian.
c. Keluaran proses adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang
melekat dan diperlukan.
d. Keluaran proses tersebut berupa usulan praktis.
4. Asas Resiko
Bahwa peneliti harus berani mengambil resiko melalui proses
penelitiannya. Salah satu resikonya adalah kadangkala rumusan hipotesis
tindakan tidak sesuai atau tidak terbukti, kemungkinan adanya tuntutan
11
5. Struktur Majemuk
Berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup
semua unsur pokok agar menyeluruh. Misalnya, bila situasi pembelajaran
yang diteliti, situasinya harus mencakup (paling tidak) guru, siswa, tujuan
pembelajaran, interaksi pembelajaran, dan keluaran.
Materi Belajar 5: Jenis-jenis dan Model-model PTK
A. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Setidaknya terdapat empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2)
PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, dkk
1982). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai
keempat jenis PTK tersebut.
1. Penelitian Tindakan Diagnostik
Dirancang untuk menuntun/membimbing suatau permasalahan anak, kelas
atau sekolah ke arah tindakan yang lebih baik. Misalnya di sekolah terjadi
pertengkaran antara beberapa kelompok siswa yang sering disertai
perkelahian. Suatu tim peneliti mengungkap dalam permasalahan tersebut;
wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya
diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang berkelahi;
tentang keikutsertan dalam perkelahian. Informasi yang diperoleh
ditabulasikan, hasilnya dianalisis ,dan rekomendasinya dibuat.
2. Penelitian Tindakan Partisipan
Orang yang akan melakukan PTK partisipan ini harus juga terlibat dalam
proses penelitian dari awal. Mereka tidak hanya dapat menyadari perlunya
melaksanakan program tindakan tertantu, tetapi secara jiwa raga akan
12
3. Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian jenis ini adalah melakukan sesuatu dan
membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses
penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Secara ideal penelitian tindakan empiris bekerja dengan satu kelompok
atau beberapa kelompok yang sejenis.
4. Penelitian Tindakan Eksperimental
Jenis penelitian ini memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan
pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan
memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi
penelitian jenis ini, merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit
untuk dilaksanakan dengan berhasil.
Kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul:
a. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi
keakuratannya.
b. Kekurangmampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan.
c. Kekurangmampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak
13
Materi Belajar 6: Model-Model Penelitian Tindakan
Pada mulanya penelitian tindakan dilaksanakan pada bidang psikologi
sosial oleh Kurt Lewin. Perkembangan berikutnya, penelitian tindakan tersebut
berkembang menjadi penelitian tindakan kelas (classroom action research) pada
tahun 1970-an untuk memecahkan masalah pada bidang pendidikan.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbutt, dan (5) Model McKernan.
1. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model
action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang
memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt
Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (a) perencanaan (planning), (b)
tindakan (acting), (c) pengamatan (observing), dan (d) refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
2. Model Kemmis dan Taggart
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar
yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja
komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya
merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.
Model Kemmis dan Taggart paling banyak digunakan pada PTK di
Indonesia. Model ini terdiri dari siklus-siklus yang saling berhubungan di mana
pada tiap-tiap siklus terdiri dari tahap-tahapan: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c)
pengamatan (observasi), dan (d) refleksi. Bila siklus I belum mencapai indikator
yang ditargetkan maka dilanjutkan dengan siklus kedua yaituperbaikan rencana,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan
perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Model PTK Kemmis dan Taggart
14
Gambar 1. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
Pada model Kemmis dan Taggart, perbaikan tindakan dilakukan setelah
refleksi. Perbaikan tindakan apa yang akan dilakukan belum dapat diketahui
sebelum implementasi tindakan.
Keterangan : 1. Perenungan
2. Perencanaan (penerapan model tindakan I)
3. Tindakan dan observasi I 4. Refleksi I
5. Rencana terevisi II (penerapan model tindakan II)
6. Tindakan dan observasi II 7. Refleksi II
8. Rencana terevisi III (penerapan model tindakan III)
9. Tindakan dan observasi III
15
3. Model John Elliot
Model Lewin juga ditafsirkan oleh Elliot sebagaimana disajikan pada
Gambar 2. Model ini hampir sama dengan model yang disajikan Kemmis.
Gambar 2. Model Elliot
PTK menurut model Elliot dimulai dengan identifikasi masalah yang
terjadi di kelas. Sebagaimana telah dipaparkan pada model yang pertama, guru
harus dapat mengetahui masalah apa yang terjadi di kelasnya. Setelah masalah
tersebut teridentifikasi maka peneliti melanjutkan dengan pemeriksaan di kelas.
Bila guru sebagai peneliti maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat
16
kolaborasi sesama guru, maka guru yang lain harus dapat mengamati langsung
kondisi yang ada di kelas setelah memperoleh masukan dari rekan guru.
4. Model Ebbutt
Ebbutt (1985) melakukan penelahaan terhadap praktik penelitian tindakan
kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Kegiatan penelahaan terfokus pada
pelaksanaan kolaborasi antar tim peneliti. Ia mengemukakan bahwa praktik
kolaborasi menimbulkan dilema antara peneliti dan sasaran penelitian. Demikian
juga dalam PTK, Ebbutt lebih memusatkan kegiatan pada adanya kesenjangan
antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan.
Dalam analisisnya, Ebbutt menelaah adanya dilema dalam kolaborasi antar
peneliti yang berasal dari luar kelas dengan agenda penelitiannya dan guru-guru
yang lain menyelidiki dan memperoleh gambaran atau pantulan dari apa yang
mereka praktikan sendiri.
Dalam PTK, Ebbutt mengemukakan dua hal, yakni (a) sangat
memperhatikan alur logika penelitian tindakan, dan (b) menjabarkan teori sistem
yang terdiri atas subsistem-subsistem atau konseptual ke dalam bentuk kegiatan
operasional.
5. Model McKernan
Model McKernan juga terdiri atas siklus-siklus seperti disajikan pada
Gambar 3. Guru/peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang
memerlukan tindakan untuk mengatasinya. Setelah itu, dilakukan analisis masalah
yang terjadi sehingga dapat ditetapkan masalah-masalah pokok yang akan
dipecahkan. Dalam hal ini guru dapat membuat rumusan masalah yang akan
dipecahkan. Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk
menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan
untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti terhadap
teori/filosofi/langkah-langkah penerapan tindakan.
Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi, peneliti membuat
17
tindakan dapat dalam bentuk: “jika ……maka……” misalnya “jika pembelajaran
matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan masalah maka hasil belajar
siswa akan lebih baik”.
Gambar 3. Model McKernan
Setelah hipotesis tindakan disusun, peneliti membuat rencana tindakan
seperti RPP, lembar observasi, tes, bahan ajar, media, dan lain-lain yang
diperlukan dalam pembelajaran. Rencana tindakan tersebut kemudian diterapkan
dalam proses pembelajaran dimana peneliti menerapkan RPP yang telah dibuat
sambil mengumpulkan data proses dan hasil belajar. Setelah pelaksanaan
pembelajaran selesai (minimal 3 pertemuan), dilakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Apakah tindakan yang diimplementasikan telah efektif
atau belum maka peneliti melakukan keputusan untuk melanjutkan pada tahap
18
D. Rangkuman
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian
pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di
bidang pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.
2. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis
dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan.
Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK terdiri dari
siklus-siklus, bertolak dari masalah di kelas.
3. Bersifat siklis, artinya PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian
tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur baku penelitian.
4. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu
tertentu (misalnya 2/3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang
diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
5. Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi.
6. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah.
7. Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu
terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain
demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
8. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau
tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru.
9. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.
E. Soal Latihan
1. Deskripsikan secara singkat makna PTK?
2. Deskripsikan secara singkat tujuan PTK?
3. Deskripsikan secara singkat manfaat PTK?
19
5. Deskripsikan secara singkat prinsip-prinsip PTK?
6. Deskripsikan secara singkat prinsip utama model-model dalam PTK?
F. Kunci Jawaban
1. Makna PTK adalah strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan
masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini
menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen
perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling
memberdayakan.
2. Tujuan PTK untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam
kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu, PTK
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah.
3. Manfaat PTK adalah (a) perbaikan/peningkatan terhadap kualitas
pembelajaran; (b) peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan
sumber belajar, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan (c)
peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah.
4. Karakteristik PTK adalah (a) spesifik dan kontekstual, (b) problem solving,
(c) kolaboratif, dan (d) reflektif.
5. Prinsip-prinsip PTK adalah (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental.
6. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis
dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan.
Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK
20
KEGIATAN BELAJAR 2:
PROSEDUR PELAKSANAAN PTK
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta workshop dapat: 1. Menetapkan fokus permasalahan PTK
2. Membuat perencanaan tindakan 3. Melaksanakan tindakan dalam PTK
4. Melakukan pengamatan/observasi dan pengumpulan data 5. Melakukan refleksi
B. Pendahuluan
PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai
permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam
pelaksanaan PTK, yakni:
(1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan.
(2) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid
guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang
terjadi.
(3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).
Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK
yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta
21
Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus.
Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya
adalah sebagai berikut:
(1) Penetapan fokus permasalahan
(2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut.
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 4. Siklus Kegiatan PTK
!
22
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus
pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan
atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan
siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama
dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk
meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang
dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari
tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/
kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat
melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus
pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas,
dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus
terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya
siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak
kurang dari dua siklus.
Materi Belajar 1: Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap
dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan
ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal
yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
23
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK
adalah sebagai berikut.
1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik
yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru
merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk
mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas
untuk melaksanakan PTK.
2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk
menentukan alternatif solusi.
3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut
melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah
PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis
bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya
model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah
serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah
yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.
1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan
terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan
praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat
menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan
gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran.
Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah
antara lain sebagai berikut.
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan
mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan
24
(2) Memilah dan mengklasifikasikan permasalahan menurut jenis/bidangnya,
jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah
tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang
mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting
untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian
dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis
maupun teoretis.
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan
dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga
dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang
dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian
terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat
diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?
(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?
(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?
(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam
bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus,
indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang
terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah
yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh
rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain
25
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran mekanika kekuatan bahan?
Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa
ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot
atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti
nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru,
kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan
pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukkan bahwa pemecahan dengan
model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah
dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti
eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan
yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang
dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran,
penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran,
kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh
karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan
sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang
berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka
26
Tabel 1. Peta Permasalahan dan Tema Penelitian Tindakan Kelas
Jenis Permasalahan Tema Penelitian
1. Manajemen dan Iklim Kelas
a. Perbaikan ikim kelas untuk kepentingan pendidikan b. Peran serta siswa dalam pengembangan pemanfaatan iklim
kelas
c. Peningkatan belajar dan mengajar yang inovatif dan produktif d. Kemangkiran siswa
2. Proses Belajar Mengajar (PBM)
a. Peningkatan penguasaan bahan pengajaran b. Peningkatan daya serap siswa
c. Peningkatan prestasi belajar siswa
d. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu e. Perbaikan urutan dan prasyarat bahan ajar
f. Peningkaatan profesionalisme guru g. Peningkatan efektivitas proses evaluasi
3. Sumber Belajar a. Pengadaan dan pendayagunaan media pembelajaran
b. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
c. Penciptaan sumber belajar yang kreatif dan fungsional oleh guru SMK
d. Penggunaan Kit Perbaikan Sepeda Motor
4. Sosio Psikologik Pembelajaran
a. Peningkatan efektivitas pola hubungan antara guru, siswa, dan orang tua dalam PBM
b. Peningkatan kesiapan dan kematangan belajar siswa c. Peningkatan konsep diri siswa terhadap mata pelajaran d. Pembinaan integritas kepribadian siswa
*) Sumber: Nunuy Nurjanah (2007)
Lewin menggambarkan penelitian tindakan, termasuk PTK, sebagai cara
kerja yang memiliki tahapan-tahapan yang bersifat spiral, yang terdiri atas
perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Prosedur kerja penelitian tindakan tersebut
selanjutnya direvisi dan disempurnakan oleh Kemmis dan McTaggart (1988)
menjadi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang disebut dengan
siklus PTK. Suatu PTK umumnya dilaksanakan minimal dalam dua siklus, atau
bahkan lebih, di mana setiap siklusnya minimal terdiri dua kali pertemuan.
27
a. Refleksi Awal
Siklus pertama setiap PTK diawali dengan refleksi awal yang merupakan
kegiatan penjajagan dengan cara mengumpulkan data dan informasi tentang
situasi pembelajaran di kelas di mana guru mengajar (Sudjimat, 2008). Tujuannya
adalah untuk mengungkapkan dan menyadarkan guru akan adanya permasalahan
pembelajaran yang perlu dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud dapat berupa:
rendahnya motivasi belajar peserta didik, kurangnya keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran, terjadinya kesalahan konsep pada peserta didik, rendahnya
hasil belajar peserta didik, rendahnya kecakapan akademik peserta didik,
rendahnya kecakapan sosial peserta didik, dan lain sebagainya.
Kegiatan refleksi awal dapat dilakukan guru dengan berbagai cara,
misalnya: (1) mengamati perilaku belajar peserta didik; (2) mengevaluasi hasil
belajar peserta didik; (3) mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah
belajar mereka; (4) berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar
peserta didik; (5) merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses dan
hasil belajar peserta didik; dan lain sebagainya. Berikut ini diberikan dua contoh
hasil refleksi awal yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika Teknik di
SMK.
Contoh 1: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kemampuan matematika teknik” peserta didik SMK “Merah Putih”.
1. Para peserta didik lebih tertarik pada kegiatan belajar yang bersifat fisik (praktik) dibandingkan dengan kegiatan belajar yang bersifat berpikir dan pemecahan masalah.
2. Dalam kehidupan sekolah, kegiatan belajar matematika teknik kurang mendapatkan porsi yang layak.
3. Dalam mengajar, guru matematika teknik kurang mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan permasalahan keteknikan yang menjadi kompetensi keahlian para peserta didik.
4. Dalam mengajar guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah yang diikuti dengan latihan soal-soal beserta pembahasannya.
5. Movitasi belajar matematika teknik para peserta didik rendah. 1. Kemampuan matematika teknik para peserta didik rendah.
28
Contoh 2: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kompetensi kerja bangku” peserta didik SMK “Merah Putih”.
3. Hasil belajar kompetensi kerja bangku peserta didik relatif rendah, di mana 45% peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.
4. Peserta didik bekerja secara individual dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga interaksi antarmereka relatif kurang.
5. Kemampuan peserta didik memahami lembar kerja (job sheet) relatif rendah. 6. Guru jarang memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta didik, sehingga
peserta didik tidak mengetahui kekurangan atas pekerjaan yang dihasilkannya. 7. Peserta didik jarang bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugasnya.
Contoh 3. Hasil refleksi awal terhadap pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) pada Kompetensi Keahlian Teknik Mesin SMK ”Merah Putih”.
1. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan sistem pembelajaran konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. 2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori, namun lebih suka
pelajaran praktikum.
3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik yang ditunjukkan dengan keterlibatan mereka dalam pembelajaran rendah.
4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah.
5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar minimum hanya sebesar 60%.
6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi yang diberikan oleh guru.
7. Materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik diambil dari buku paket.
29
b. Masalah Pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi awal, guru harus segera menetapkan masalah
pembelajaran yang akan dipecahkannya. Ada tiga hal penting yang harus
dilakukan guru berkaitan dengan penetapan masalah pembelajaran yang akan
dipecahkan ini, yaitu merumuskan judul penelitian, merumuskan masalah
penelitian, dan merumuskan hpotesis tindakan.
1) Merumuskan Judul PTK
Setelah refleksi awal selesai dilakukan, maka guru harus segera
merumuskan judul PTK yang akan dilaksanakannya beserta rumusan masalah
penelitiannya. Rumusan judul PTK yang baik dapat diacukan pada kedua
pedoman/pola praktis berikut ini.
Contoh 1:
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Teknik
melalui Penggunaan Metode Problem-Based Learning Siswa Kelas XI-A
Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Baja SMK Merah Putih Malang.
Contoh 2:
Penggunaan Metode Pembelajaran Maju Bersama (Maber) untuk
Meningkatkan Kompetensi Kerja Bangku Siswa Kelas X-C Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan SMK Merah Putih Malang. Pola I:
• PENINGKATAN ……...…..….. (Masalah) • MELALUI ……….. (Tindakan) • SISWA KELAS ……….…. (Subyek) • SMK …….………..……. (Setting)
Pola II:
30
Contoh 3:
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan
dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih
Malang.
Yang seringkali menjadi kesulitan para guru dalam merumuskan judul
PTK ada dua hal, yaitu: (1) menetapkan adanya masalah pembelajaran; dan (2)
memilih model/strategi/metode/ media yang akan digunakan sebagai tindakan
untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut. Terkait dengan cara untuk
menetapkan “masalah pembelajaran” berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan: (1) pilihlah masalah yang sangat strategis, yang apabila tidak
dipecahkan/diatasi dapat berdampak pada timbulnya masalah yang lain; (2)
masalah tersebut mendesak untuk segera diatasi; (3) untuk mengatasi masalah
tersebut bisa dilaksanakan oleh pengajar/guru; dan (4) penyelesaian/pemecahan
masalah tersebut sesuai dengan prioritas yang telah dipertimbangkan oleh guru.
Di samping itu guru juga harus melakukan identifikasi dan analisis masalah
sehingga akar masalah yang sesungguhnya ditemukan dan berdasarkan hal itu
dapat dipilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Berikut ini diberikan
contoh identifikasi dan analisis masalah yang diambil berdasarkan hasil refleksi
31
Berdasarkan akar masalah tersebut guru harus mampu memilih metode
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga dapat melibatkan mereka
secara aktif selama pembelajaran. Berdasarkan pemahaman guru yang mendalam
tentang berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
Matapelajaran PDTM dan karakteristik peserta didik yang belajar maka guru
memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT). Berdasarkan keputusan tersebut guru dapat menetapkan judul
PTK yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang.
Fakta yang diamati guru:
1.Sistem pembelajaran yang digunakan guru konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab.
2.Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori.
3.Motivasi belajar sebagian besar peserta didik rendah. 4.Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah. 5.Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar hanya 60%.
6.Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi diberikan oleh guru.
7.Materi pembelajaran diambilkan dari buku paket. 8.Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan
tugas.
Identifikasi masalah:
1.Kualitas proses belajar (2, 3, 5, 6, 7)
2.Kualitas hasil belajar (4, 5) 3.Metode pembelajaran:
32
2) Merumuskan Masalah Penelitian
Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya
adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk
kalimat tanya. Ada dua jenis kata tanya yang dapat digunakan untuk merumuskan
masalah penelitian, yaitu “apakah” dan “bagaimanakah”. Rumusan masalah
penelitian yang menggunakan kata “apakah” berarti hanya menuntut jawaban “ya”
atau “tidak” saja. Sedangkan masalah penelitian yang menggunakan kata
“bagaimanakah” berarti menuntut jawaban yang berkaitan dengan “proses”.
Berikut ini diberikan contoh rumusan masalah dari judul PTK yang telah
diberikan sebelumnya.
o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?
o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?
Bandingkan dengan rumusan berikut ini:
o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?
o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?
3) Merumuskan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan secara operasional sesuai dengan masalah
penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan penelitian dirumuskan dalam
bentuk kalimat deklaratif. Perhatikan contoh berikut ini.
33
2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
4) Merumuskan Hipotesis Tindakan
Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan
hipotesis. Hipotesis dalam PTK berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan
dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan
yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Umumnya hipotesis PTK dirumuskan dengan menggunakan pola: “Jika... (tidakan
dilakukan), maka ... (masalah akan terpecahkan). Perhatikan contoh berikut ini:
1) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka motivasi belajar siswa akan meningkat.
2) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka hasil belajar siswa akan meningkat.
5) Tahap Perencanaan
Penyusunan perencanaan harus didasarkan pada hasil penjajagan tentang
situasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan refleksi awal. Rencana
tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah
dirumuskan. Secara rinci perencanaan ini berisi: apa yang akan dilakukan guru
beserta rasionalnya, siapa yang akan melakukan, di mana, kapan, dan bagaimana.
Perencanaan ini bersifat lentur (tentatif dan fleksibel), dalam pengertian dapat
berubah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
Secara teknis, perencanaan dalam PTK memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Perumusan rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
beserta rancangan evaluasinya. Rancangan tindakan yang disusun hendaknya
dapat memunculkan indikator keberhasilan, pengamatan atas indikator
34
2. Perancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan
mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.
3. Perencanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan
penelitian tindakan.
4. Penetapan bukti atau indikator yang menunjukkan seberapa jauh masalah yang
telah dipilih dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.
Contoh Perencanaan Tindakan:
1. Menetapkan spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai strategi penyampaian pembelajaran KD Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam pada Matapelajaran PDTM.
2. Membagi kelompok belajar.
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk KD Pengecoran pada Matapelajaran PDTM.
Catatan: RPP yang dirancang guru harus menunjukkan “kekhasannya” pada skenario/langkah-langkah pembelajarannya, yaitu skenario pembelajaran yang menggambarkan proses belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen
(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.
Spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan terdiri dari lima tahapan, yaitu: (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen
(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.
35
4. Menyusun lembar kerja kelompok (LKK).
Catatan: LKK berisi sejumlah soal dalam bentuk esai yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok pada tahap belajar kelompok (team). Materi soal diambilkan dari materi pelajaran yang dipresentasikan guru di kelas pada tahap penyajian kelas. LKK dilengkapi dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang diorganisir secara terpisah dengan LKK yang berfungsi untuk mengoreksi kebenaran jawaban masing-masing kelompok.
5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan bernomor.
Catatan: Pertanyaan bernomor adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diberi nomor tertentu yang akan ditanyakan kepada para siswa secara
berkelompok pada tahap permainan (game). Setiap soal/pertanyaan disertai dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang digunakan guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa.
6. Menyusun kartu soal.
Catatan: Kartu soal adalah sebuah kartu dari kertas dengan ukuran tertentu (misalnya: 10 x 15 cm) yang berisi sebuah soal/pertanyaan yang diberikan kepada para siswa pada tahap turnamen (tournament). Setiap soal dari kartu tertentu disertai dengan kunci jawaban dan rubrik penilaiannya yang
diorganisir secara terpisah sebagai pedoman guru untuk mengoreksi kebenaran jawaban siswa.
7. Menyusun metode dan alat perekam dan pengumpul data.
Catatan:
o Untuk merekam motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dapat digunakan: (1) alat berupa kamera video, (2) lembar observasi*), (3) pedoman analisis dokumen, dan (4) catatan harian.
o Untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes tertulis dalam bentuk tes esai.
o Untuk mengumpulkan data tanggapan siswa tentang proses pembelajaran digunakan angket.
*)
36
8. Menyusun perencanaan teknik pengolahan/analisis data.
Catatan: Data yang diperoleh dari kegiatan PTK ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa suasana belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kuantitatif berupa skor atau angka yang merepresentasikan motivasi belajar siswa selama mengikuti
pembelajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan tes pada akhir setiap siklus.
o Data kuantitatif dianalisis menggunakan teknik persentase, dan data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif sebagaimana dimaksud oleh Moleong (2005).
o Data motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
IMk : Persentase Indikator motivasi klasikal
ΣSd : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator Smax : Skor maksimal indikator (bergantung jumlah deskriptor)
n : Jumlah siswa
o Taraf keberhasilan motivasi belajar siswa ditetapkan beradarkan kriteria sebagai berikut.
Tabel 2. Persentase Taraf Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa Persentase
o Berdasarkan deskriptor motivasi belajar yang telah ditetapkan, yaitu:
minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dirangkum taraf keberhasilan
37
Tabel 3. Persentase Motivasi Belajar Siswa
Deskriptor
o Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
• Secara perorangan (individual): siswa dianggap telah “tuntas belajar” (TB) apabila penguasaannya mencapai 70% atau SKM ≥ 70,00. Taraf keberhasilan prestasi belajar siswa ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut.
Tabel 4. Persentase Taraf Keberhasilan Tindakan Prestasi Belajar
Nilai Taraf Keberhasilan
38
9. Menyusun indikator keberhasilan.
o Indikator keberhasilan siklus I ditetapkan sebagai berikut.
Tabel 5. Indikator Keberhasilan Siklus I
Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)
Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik (A)
Motivasi Belajar 50 40 10
Ketuntasan Belajar Individual
35 30 10
Ketuntasan Belajar Klasikal
75% siswa minimal berkualifikasi C
o Indikator keberhasilan siklus II ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 6. Indikator Keberhasilan Siklus II
Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)
Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik (A)
Motivasi Belajar 30 50 20
Ketuntasan Belajar Individual
15 40 20
Ketuntasan Belajar Klasikal
39
Materi Belajar 2: Perencanaan Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan
alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil
dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai
perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan
memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang
diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk
umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian
formal.
Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan
tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil.
Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat
dicontohkan seperti di bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan
sebagai berikut.
(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling
menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data
40
(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup;
(a) bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) merancang strategi dan
skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c)
menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.
Materi Belajar 3: Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran
diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku
wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan
dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat
menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut
disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan
pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk
pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih
ketua, sekretaris, oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk
kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota
kelompok bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam
LCD untuk persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil
kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil
kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar LCD hasil
kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang
dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.
Penelitian tindakan mengharuskan adanya kolaborasi antara guru peneliti