• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Sarip, 2020)1. Hal ini sejalan dan sesuai dengan visi misi nawacita Presiden Jokowi, bahwa membangun Indonesia dimulai dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa-desa dalam kerangka negara kesatuan2.

Desa memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional, dimana banyak program atau proyek pemerintah yang sudah dilakukan untuk mendorong pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan. Desa yang termasuk kedalam kategori desa maju ialah desa yang mempunyai beragam potensi sumber daya, baik sumber daya sosial, ekologi maupun ekonomi yang memiliki kemampuan dalam pengelolaannya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Apabila sebuah desa maju dan pembangunan desa maju maka keduanya akan sama-sama maju dan semakin berkembang.

1 Sarip, Aip Syarifudin dan Abdul Muaz, “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Masyarakat dan Pembangunan Desa”. Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Islam Vol. 5 No. 1 (2020), hlm 14.

2 Titi Darmi, “Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial pada Sektor Pemerintahan Desa (Study pada Pengelolaan Dana Desa)”. Jurnal Antropologi Vol. 18 No. 1 (2016), hlm 22.

(2)

Oleh karena itu desa diberi dana yang langsung di transfer dari pusat ke desa.

Setiap tahun desa memiliki kuota dalam bentuk dana desa yang dibagi hasil dari pemerintah daerah ke pemerintah desa. Sebagaimana tujuan dari desa menurut UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan, bahwa desa memiliki tujuan pembangunan secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi dan pendampingan. Pencapaian tujuan tersebut dapat dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan dana desa (Pamungkas, 2020)3.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota, dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Di masa pandemi ini, pemerintah membuat Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 yang berisikan mengenai Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 tahun 2019, dimana dalam melakukan perubahan ini dimaksudkan untuk menyusun mengenai bagaimana penggunaan dana desa di tahun 2020 yang akan di prioritaskan sebagai berikut : (1) Pencegahan dan Penanganan Covid-19. (2) Padat Karya Tunai Desa (PKTD). Dan (3) Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT- DD). Dana desa yang ada di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang digunakan untuk membantu perekonomian masyarakat yang kurang

3 Binar Dwiyanto Pamungkas, Suprianto, Usman, Roos Nana Sucihati, Vivin Fitryani,

“Penggunaan Dana Desa Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Sumbawa”. Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 2 (2020), hlm 97.

(3)

mampu melalui Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD). Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) ini diinstruksikan dan disalurkan dengan metode secara nontunai (cash less). Hal tersebut bertujuan agar dana yang disalurkan dapat tepat sasaran, jumlah dan manfaatnya tepat bagi yang membutuhkan, serta terjamin akuntabilitasnya. Selian itu, apabila dana yang disalurkan dilakukan secara nontunai maka dapat mempermudah penerima dalam pengambilan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Keluarga miskin atau kurang mampu yang terdampak oleh pandemi Covid-19 diberikan uang sebesar Rp. 600.000,-/bulan, dan pemberian BLT-DD ini berlangsung selama 3 bulan. Bantuan tersebut disalurkan melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Jawa Timur.

Anggaran desa yang digunakan untuk program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) di Desa Sitirejo berdasarkan atas Peraturan Bupati Malang Nomor 14 Tahun 2020 yang membahas mengenai Perubahan Atas Peraturan Bupati Malang No. 4 Tahun 2020 yaitu tentang bagaimana Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa pada setiap desa serta juga Pedoman Teknis Penggunaan Dana Desa di Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp. 964.298.000,-. Penyaluran dilakukan dalam 3 tahap dengan ketentuan tahap I paling cepat bulan Januari sebesar 40%, tahap II paling cepat pada bulan Maret sebesar 40%, dan tahap III paling cepat bulan Juni sebesar 20%.

Penyaluran dana dilakukan selepas Kepala Desa memberikan persyaratan dokumen penyaluran kepada Bupati lewat Camat. Adapun ketetapannya sebagai berikut : (1) Tahap I yang berbentuk Peraturan Desa

(4)

terkait Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). (2) Tahap II yang berwujud tentang laporan mengenai realisasi penyerapan dan capaian keluaran dana desa pada tahun anggaran yang sebelumnya. Dan (3) Tahap III yang berisikan a) laporan mengenai realisasi penyerapan dan capaian keluaran dana desa, yang dimana sampai dengan tahap II menunjukkan bahwa realisasi penyerapan sekurang-kurangnya sebanyak 75% dan capaian keluaran menerangkan paling sedikit sebanyak 50%; b) laporan konvergensi untuk pencegahan stunting di tingkat desa pada tahun anggaran sebelumnya;

dan c) Peraturan dari Kepala Desa terkait penetapan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk BLT-DD.

Tabel 1.1

Jumlah Dana Desa yang Disalurkan di Desa Sitirejo

Sumber: Peraturan Bupati Malang No. 14 Tahun 2020

Selain digunakan sebagai BLT-DD, dana desa juga digunakan sesuai dengan Peraturan Bupati Malang Nomor 14 Tahun 2020 yang membahas mengenai Perubahan Atas Peraturan Bupati Malang Nomor 4 Tahun 2020 yaitu tentang bagaimana Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa pada setiap desa serta juga Pedoman Teknis Penggunaan Dana Desa di Tahun Anggaran 2020, yaitu prioritas penmakaian/penggunaan dana desa dibagi pada beberapa bidang, seperti bidang pembangunan desa dan bidang pemberdayaan masyarakat desa.

(5)

Pada bidang pembangunan desa dilakukan pembanguan infrastruktur desa, seperti perbaikan jalan, pengadaan, dan pemeliharaan infrastruktur lainnya yang mengarahkan masyarakat kepada pembentukan usaha ekonomi pertanian yang produktif. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan produk unggulan yang mampu untuk menjaga ketahanan pangan khususnya di Desa Sitirejo. Pada bidang kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Desa Sitirejo membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)/BUMDes Bersama untuk memperkuat ekonomi masyarakat lewat pengikutan modal, pengerjaan produksi, dan pengiriman serta pemasaran bagi para pelaku usaha ekonomi terutama pada sektor pertanian yang bersifat produktif maupun usaha di bidang ekonomi lainnya.

Pada Bulan Februari Indonesia digemparkan oleh penemuan suatu virus yang dinamakan Coronavirus disease 2019 yang biasa disebut dengan Covid-19. Covid-19 ini merupakan virus yang berasal dari negeri Tiongkok (China) lebih tepatnya di Hubei, yang menyerang saluran pernapasan. Covid- 19 merupakan virus yang tidak terlihat yang dapat menyebabkan flu biasa hingga penyakit yang serius, misalnya SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Middle East Respiratory Syndrome (MERS) (Livana, 2020)4.

Covid-19 mempunyai penyebaran virus ke berbagai negara yang lebih luas dan cepat daripada SARS. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 23 Februari 2021, di Indonesia, terdapat 1.298.608 orang yang positif terjangkit Covid-19, 1.104.990 orang

4 Livana PH, Resa Hadi Suwoso, Terri Febrianto, Dani Kushindarto dan Firman Aziz, “Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Perekonomian Masyarakat Desa”. Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences Vol. 1 No. 1 (2020), hlm 42.

(6)

sembuh, dan 35.014 orang yang menninggal dunia (SATGAS Covid-19, 2021)5.

Gambar Data Sebaran Situasi Covid-19 di Indonesia

Sumber: https://www.covid19.go.id/

Adanya Covid-19 mengakibatkan pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk dilakukannya social and physical distancing hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan demikian, seluruh masyarakat diharuskan untuk tetap melakukan kegiatan di dalam rumah. Terjadinya pandemi Covid- 19 ini membawa dampak yang buruk bagi masyarakat Indonesia dari berbagai sektor, seperti sektor perdagangan, sektor perekonomian, sektor perindustrian, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kegiatan penanggulangan penyebaran Covid-19 di berbagai wilayah di Indonesia, khususya di lingkup wilayah yang kecil, seperti desa-desa. Akibat dari maraknya penyebaran virus Covid-19, pemerintah desa mengutamakan pengalokasian dana desa digunakan untuk mencegah penularan Covid-19.

5 http://covid19.go.id/, diakses pada 23 Februari 2021, pukul 22.00 WIB.

(7)

Pada masa pandemi ini dana desa banyak terserap untuk pencegahan dan penanganan Covid-19, oleh karena itu berdasarkan Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 mengungkapkan bahwa prioritas dalam penggunaan dana desa di tahun 2020 perlu memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk masyarakat desa guna meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat desa itu sendiri. Dana desa di tahun 2020 lebih di prioritaskan untuk mendanai kegiatan penerapan program dan aktivitas pada bidang pelayanan kemasyarakatan yang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan keutamaan hidup masyarakat (Pamungkas, 2020).6

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Desa Sitirejo terkait pandemi Covid-19, ditemukannya bahwa terdapat beberapa warga yang melaksanakan pekerjaannya dari rumah (work from home). Hal ini dilakukan karena untuk meminimalisir angka penyebaran Covid-19 di kantor dan menghindari kerumunan. Selain itu di tahun 2020 lalu masih marak-maraknya kasus Covid- 19 sehingga ada beberapa warga yang terpaksa di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena pihak dari kantor tidak dapat menggaji pegawainya akibat tidak ada pemasukan sama sekali. Disisi lain juga terdapat warga yang pada awal- awal banyak bersikap was-was terhadap Covid-19 namun tidak ada yang tahu bahwa penyakit tersebut datang secara tiba-tiba, sehingga kondisi warga yang terjangkit tersebut tidak dapat tertolong. Oleh karena itu partisipasi dari Pemerintah Desa sangat dibutuhkan guna menyuplai warga dengan dana desa yang diturunkan oleh Pemerintah Pusat dan diperuntukkan oleh warga yang terdampak/kurang mampu, kehilangan mata pencahariannya, dan memiliki

6 Ibid, hlm 97.

(8)

riwayat sakit ini termasuk kedalam manajemen krisis dalam penanganan Covid-19. Dapat dikatakan manajemen krisis dikarenakan anggaran yang diperoleh sangat terbatas, padahal telah dilakukannya Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) yang awal mulanya digunakan untuk Pembangunan Desa, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan Padat Karya Tunai Desa (PKTD), sehingga ketiga hal tersebut sudah dihapuskan dan ditunda terlebih dahulu.

Dengan begitu setelah melalui proses PAK, maka yang diprioritaskan di Desa Sitirejo hanya 2 hal, yakni Pencegahan dan Penanganan Covid-19 dan BLT- DD. Akan tetapi, masih saja tidak cukup untuk mengcover seluruh warga Desa Sitirejo, jadi memang diperuntukkan untuk warga yang benar-benar membutuhkan dalam waktu dekat.

Selanjutnya pada recofusing anggaran dalam rangka kegiatan Pencegahan dan Penanganan Covid-19 pihak dari Pemerintah Desa mendirikan posko desa yang bertempat di Balai Desa serta juga mendirikan posko pada setiap RT di desa guna mencegah dan menanggulangi penyebaran virus Covid-19 serta diharapkan juga dapat menghimbau masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan anjuran dari pemerintah. Dalam kegiatan ini Pemerintah Desa memastikan bahwa penggunann dana desa untuk dianggarkan paling sedikit yaitu 8% dari jumlah pagu dana desa yang diturunkan oleh Pemerintah Pusat untuk pendanaan kegiatan penanganan di masa pandemi, yang dimana juga merupakan sebuah kewenangan yang harus dijalankan oleh desa.

Guna memenuhi kebutuhan anggaran tersebut, diperlukannya pengurangan dan beberapa pengalihan program-program kegiatan. Hal ini

(9)

dilakukan melalui Musyawarah Desa Khusus (Musdesus) untuk memutuskan program-program yang sebelumnya dibatalkan dan dialihkan penganggarannya untuk Pencegahan dan Penanganan Covid-19 serta juga BLT-DD. Apabila kegiatan yang telah di programkan sebelumnya sudah masuk kedalam APBDes tetapi belum terelaisasi, maka akan dimasukkan dan direalisasikan pada tahun berikutnya. Sedangkan jika terdapat sisa dana/kegiatan di dalam APBDes tersebut maka akan dibuatkan SILPA di tahun berikutnya. Oleh karena itu, setelah dilakukannya Musdesus, maka dapat diketahui bahwa dana desa yang digunakan untuk Pencegahan dan Penanganan Covid-19 sebesar Rp. 60.068.000,- dan dana desa yang digunakan untuk BLT-DD sebesar Rp.289.289.400,-.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui permasalahan yang akan dijawab dengan judul “Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang”, yaitu:

1. Bagaimana Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang?

(10)

2. Apa saja faktor penghambat pada Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang bagi masyarakat desa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dengan judul “Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang” antara lain, yaitu:

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat pada Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dengan judul “Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang” antara lain, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Bagi pembaca, dapat menjadi salah satu bahan bacaan yang mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

(11)

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dan rekomendasi kepada perangkat desa dalam pembuatan kebijakan mengenai Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

E. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga akan memudahkan dalam mengoprasionalkannya di lapangan. Untuk memahami dan memudahkan proses teorisasi dalam penelitian ini, maka ditemukan beberapa definisi konseptual yang berhubungan dengan yang ingin diteliti, yaitu :

1. Implementasi Kebijakan

Model implementasi kebijakan yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van Horn ialah aktivitas yang dilaksanakan guna memperoleh kinerja implementasi kebijakan pada level yang tinggi. Model implementasi kebijakan ini mengumpamakan bahwa implementasi kebijakan berbentuk linear/garis lurus dari adanya putusan politik, para pelaksana dan kinerja dari para kebijakan publik. Model ini menguraikan bahwa kinerja dari para kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Agustino, 2016)7 yakni (1) Standar dan tujuan kebijakan. (2) Sumber daya. (3) Karakteristik/ciri

7 Wahyu Kurniawan dan Karjuni Dt. Maani, Op. Cit., hlm 70.

(12)

khas dari organisasi pelaksana. (4) Sikap yang ditunjukkan oleh para pelaksana. (5) Komunikasi diantara organisasi-organisasi yang terkait dengan kegiatan pelaksanaan. (6) Lingkungan/kondisi sosial, ekonomi dan politik.

Sedangkan dalam pandangan Edwards III (1980:148) 8 mengemukakan bahwa untuk efektifnya implementasi kebijakan harus memperhatikan empat indikator yang ada, yaitu sumberdaya, komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan dan hal ini hanya dapat tercapai jika proses komunikasi berjalan baik, sebagaimana disebutkan oleh Edward (1980:10) 9 bahwa untuk implementasi menjadi efektif mereka yang tanggung jawabnya untuk melaksanakan keputusan harus tahu apa yang harus mereka lakukan.

Pesanan ke menerapkan kebijakan harus dikirim ke personel yang tepat, dan mereka harus jelas, akurat, dan konsisten. Jika kebijakan pembuat keputusan ingin melihat diterapkan tidak ditentukan dengan jelas, mereka mungkin disalahpahami oleh orang-orang yang menjadi tujuan mereka.

Jelas, kebingungan para pelaksana tentang apa yang harus dilakukan semakin memperbesar kemungkinan bahwa mereka akan melakukan kerusuhan sebuah kebijakan karena mereka yang lulus atau memerintahkannya cenderung.

2. Prioritas Program Penggunaan Dana Desa

8 Faria Ruhana dan Yesi Yuliana, “Implementasi Kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”. JIANA (Jurnal Ilmu Administrasi Negara) Vol. 10 No. 2 (2010), hlm 142.

9 Ibid, hlm 142.

(13)

Dalam prioritas program penggunaan dana desa ini menurut Peraturan Bupati Malang Nomor 07 Tahun 2018 tentang Besaran dan Prioritas Penggunaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2018. Prioritas penggunaan dana desa ini memiliki tujuan untuk dapat menetapkan program-program dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh para penyelenggara kewenangan atas hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa, yang dimana kedua kewenangan tersebut dibayarkan/dibiayai oleh dana desa. Prioritas dalam penggunaan dana desa di area Jawa Timur terdapat beberapa prinsip, yaitu :

a. Keadilan, dimana dalam segi keadilan ini harus mendahulukan hak/kepentingan dari warga desa secara merata tanpa adanya perbedaan.

b. Kebutuhan prioritas, merupakan kebutuhan yang harus di dahulukan karena bersifat mendesak, sehingga dapat berkaitan secara langsung dengan keperluan dari sebagian besar yang dibutuhkan oleh masyarakat desa.

c. Kewenangan desa, dimana dalam kewenangan ini harus mendahulukan kewenangan yang berasal dari hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa.

d. Partisipatif, dilakukan dengan mendahulukan gagasan/ide dari masyarakat.

e. Swakelola yang berlandaskan sumber daya dari desa memerlukan pelaksanaan kegiatan secara independen dengan cara pemeliharaan

(14)

sumber daya alam desa dengan mencurahkan pikirannya, tenaga, dan juga keterampilan yang bersifat kearifan lokal.

f. Tipologi desa, dimaksudkan untuk meninjau peristiwa yang terjadi dengan kenyataannya yang memiliki ciri sosiologis, ekonomis, antropologis, geografis dan sistem ekologi desa dengan memiliki keistimewaan guna melakukan adanya perubahan dan pertumbuhan untuk kemajuan desa.

3. Dana Desa

Dana Desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana Desa ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat yang tercantum pada Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Menurut Makalalag et al. (2017)10, program pemerintah melalui pengalokasian Dana Desa bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat, sehingga nantinya dapat tercapainya kesejahteraan yang adil dan merata. Hal tersebut merupakan wujud nyata dari perhatian pemerintah pusat kepada pemerintah yang ada ditingkat bawah yaitu pemerintah desa dan manfaatnya sangat besar bagi masyarakat. Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 ini juga menyatakan bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

10 Sri Ayu Saputri, Nurzi Sebrina dan Vita Fitria Sari, “Akuntabilitas Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana Desa”. Jurnal Eksplorasi Akuntansi Vol. 1 No 2 (2019), hlm 525.

(15)

desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Jangka waktu pengelolaan keuangan desa dalam satu anggaran mulai 1 Januari sampai 31 Desember per tahun berjalan dan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

Dalam hal ini terdapat beberapa mekanisme penyelenggaraannya, yaitu Perencanaan, Penatausahaan, Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana Desa yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya yang mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan desa ini meliputi RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun. Sedangkan untuk rencana tahunan desa yaitu RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa. Perencanaan ini disusun berdasarkan hasil musyawarah desa, yang dimana dalam pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni untuk setiap tahun berjalan.

b. Penatausahaan

Penatausahaan dalam keuangan desa merupakan kegiatan pencatatan yang khususnya dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan untuk seluruh transaksi baik berupa

(16)

penerimaan dan pengeluaran dana desa. Pencatatan yang dilakukan oleh bendahara desa berupa :

1. Buku Kas Umum

2. Buku Kas Pembantu Pajak

3. Buku Bank

c. Pelaksanaan

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

1. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

d. Pelaporan

Pemerintah desa melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa. Kepala desa wajib untuk menyampaikan laporan yang bersifat periodik, yaitu semesteran dan tahunan yang akan disampaikan ke Bupati/Walikota.

e. Pertanggungjawaban

Kepala Desa menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota melalui camat.

(17)

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berjalan.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah bagian dari penelitian yang merupakan penjabaran suatu variabel penelitian kedalam indikator-indikator yang lebih terperinci, sehingga variabel yang ada dapat diukur. Berikut Definisi Operasional dari penelitian terkait Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo, yang kemudian akan dilihat dari berbagai indikator diantaranya :

1. Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa di Desa Sitirejo Tahun 2020 sesuai dengan pedoman Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang perubahan atas Permendesa PDTT nomor 11 tahun 2019.

a. Proses perubahan rencana penggunaan dana desa

b. Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk Pencegahan dan Penanganan Covid-19

c. Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD)

(18)

2. Faktor penghambat Pelaksanaan Prioritas Program Penggunaan Dana Desa Tahun 2020 di Desa Sitirejo.

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

b. Inkonsistensi Perencanaan

c. Pengawasan masih belum berjalan secara efektif

d. Anggaran yang terbatas

e. Komunikasi yang kurang intens

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh melalui hasil wawancara diatas dianalisis secara kualitatif dengan cara proses mengorganisasikan, mengurutkan, mengelompokkan dan dikategorikan data mana saja yang akan dipergunakan. Hasil dari proses analisis data kualitatif ini kemudian di interpretasikan untuk digambarkan intervensi terhadap bagaimana pelaksanaan prioritas program penggunaan dana desa tahun 2020 di Desa Sitirejo. Dalam pandangan Cooper dan Emory (1996)11 mengutarakan bahwa bentuk dari penelitian deskriptif memandang kekuatan untuk meneliti lebih ideal dan tinggi jika dibandingkan dengan penelitian uraian/deskripsi serta memandang standar

11 Cut Medika Zellatifanny dan Bambang Mudjiyanto, “Tipe Penelitian Deskripsi dalam Ilmu Komunikasi”. Jurnal Diakom, Vol. 1 No. 2 (2018), hlm 86.

(19)

yang sebanding, baik yang berkaitan dengan desain ataupun pelaksanaannya. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975) di dalam Moleong (2001)12 , memutuskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan tata cara penelitian yang dapat melahirkan uraian data berbentuk kata-kata yang tercantum/tertulis ataupun lisan dari perilaku orang-orang sekitar yang bisa diamati.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas tentang karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel, dan teknik sampling acak maupun non acak.

(Nanang Martono, 2010: 112)13. Dalam penelitian ini informan atau subjek penelitian yang terlibat untuk mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu :

a. Kepala Desa b. Sekretaris Desa c. Bendahara Desa d. Anggota BPD e. Tokoh Agama

f. Anggota Tim Relawan Covid-19 g. Masyarakat Desa

12 Cut Medika Zellatifanny dan Bambang Mudjiyanto, Op. Cit., hlm 88.

13 Bab III Metode Penelitian, https://eprints.umk.ac.id/14/5/BAB_III.pdf, hlm. 1, diakses pada 28 Februari 2021, pukul 23.15 WIB.

(20)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi yang lebih jelas dan lengkap serta memudahkan peneliti dalam melakukan observasi. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pelaksanaan prioritas program penggunaan dana desa di tahun 2020 pada Desa Sitirejo dan apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan tersebut.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan. Data primer biasanya didapatkan dengan cara wawancara atau survey terhadap orang-orang yang bersangkutan dengan penelitian,

(21)

dimana dapat dikatakan bahwa data primer merupakan interaksi langsung dengan narasumber atau informan. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Sitirejo, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kepala Dusun, relawan Covid-19 dan masyarakat Desa Sitirejo.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari data primer dengan menghasilkan informasi tambahan yang kemudian dapat memenuhi data primer. Data/informasi tambahan ini dapat berupa arsip atau dokumen yang diperoleh dari bermacam-macam sumber, seperti foto pendukung ataupun foto lainnya yang di dokumentasikan sendiri oleh peneliti, serta juga berupa jurnal-jurnal ilmiah dan peraturan perundang-undangan. Sumber dari data sekunder ini juga di peroleh dari objek penelitian di Desa Sitirejo.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai sebuah permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Agar wawancara berjalan secara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni; 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan maksud

(22)

kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358)14.

b. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang memakai alat pembantu/pancaindera. Pancaindera ini dapat berupa alat pembantu untuk melihat, mencium, dan mendengar untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna menjawab permasalahan dari penelitian. Hasil yang diperoleh dari kegiatan observasi ini berbentuk suatu peristiwa/kejadian, aktivitas kegiatan, kondisi lingkungan sekitar, objek yang diamati, pandangan seseorang dan keadaan yang terjadi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang nyata dengan mengamati sebuah peristiwa/kejadian guna menjawab pertanyaan dari penelitian yang dilakukan. Bungin (2007: 115-117)15 berpendapat bahwa terdapat bentuk-bentuk observasi, adapun sebagai berikut : (1) Observasi keikutsertaan atau partisipasi, dimana merupakan langkah untuk mengumpulkan data dari penelitian dengan cara mengamati dan menggunakan pancaindera. (2) Observasi tidak terstruktur, merupakan pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. (3) Observasi kelompok, merupakan bentuk pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

14 M. Rahardjo, “Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif”. (2011), hlm 2.

15 M. Rahardjo, Op. Cit., hlm 3.

(23)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam memperoleh data historis. Sebagian besar data yang dimaksudkan ini ialah berbentuk surat, laporan, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan lainnya yang mendukung adanya sebuah penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Noeng Muhadjir (1998: 104)16 mengemukakan bahwa pengertian analisis data adalah sebagai upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.

Teknik analisis data ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut ini :

a. Reduksi Data

Reduksi Data adalah proses pemilihan data yang muncul dari catatan mengenai hal-hal yang ada di lapangan, sehingga peneliti dapat memilih data yang diperlukan. Data yang di reduksi ini akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dalam mempermudah peneliti

16 Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif”. Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 17 No. 33 (2019), hlm. 84.

(24)

melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang diperoleh secara tersusun dalam memberikan data sebelum adanya penarikan kesimpulan.

Penyajian atau penyampaian data ini dilakukan supaya data dari hasil sebelumnya dapat tersusun secara sistematis, sehingga lebih dapat dimengerti. Penyajian data yang diperoleh dalam wujud uraian kata-kata, diagram, bagan, maupun hubungan pada setiap kategori.

c. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir adalah menarik kesimpulan yang dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan mengenai hal-hal yang terjadi dilapangan, sehingga data yang telah diolah oleh peneliti dapat teruji keabsahannya.

Referensi

Dokumen terkait

pembuatan KPI (Key Performance Indicator), dan audit brand.. Berbagai ajakan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan konsumen yang menggunakan GaleriPos.com, cara

Krebet Baru Malang sebaiknya memberikan tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menerapkan Metode Gross Up kepada pegawai tetap sebagai salah satu upaya perencanaan

Peraturan Bupati Kotabaru Nomor 10 Tahun 2018 tentang Batas Wilayah Administrasi Desa Selaru dengan Desa Mekarpura Kecamatan Pulaulaut Tengah, Peraturan Bupati Kotabaru Nomor

strategi pesan yang baik dalam strategi social media marketing yang dilakukan untuk menciptakan brand awareness lewat Instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Selain sumber air bersih, kualitas dari air juga penting, karena orang yang memiliki kualitas air rendah berisiko tifoid 1,35 kali lebih besar dibandingkan

6) Khauf artinya takut akan murka Allah SWT dan siksaNya serta takut tidak diterima amalnya karena banyaknya dosa dan kurangnya menjauhi larangan-Nya.. 8) Haibah

Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) adalah kolam yang dibuat untuk menampung dan mengendapkan partikel air limpasan yang berasal dari lokasi penambangan atau tempat

Dari penelitian ini didapatkan 6 responden yang patuh terdiri dari 5 responden diberi perlakuan metode standart dengan penambahan metode video dan 1 responden