BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tifoid pada Usia Produktif
1. Definisi Tifoid
Tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. (17) Tifoid adalah penyakit
bakterial yang disebabkan oleh Salmonella typhi dan ditularkan melalui air dan makanan yang terkontaminasi feses dan urine penderita tifoid. (18) Tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan tingkat kebersihan rendah. (17) Infeksi tifoid terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan buruk dan sumber air yang terkontaminasi, seperti Asia, Timur Tengah, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta Afrika. (19) 2. Penyebab Tifoid
Tifoid atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh serotipe bakteri Salmonella typhi. (20) Penyebab utama dari tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. (17) Salmonella adalah genus dari bakteria penyebab penyakit yang ditularkan melalui makanan. (21) Salmonella merupakan bakteri anaerob dalam family Enterobacteriaceae
yang hidup pada saluran pencernaan manusia. (21) Salmonella typhi tidak berkapsul, tidak berflagel, dan tidak berspora. (17) Pada sel bakteri tersebut, terdapat unsur unsur yang dianggap sebagai antigen O (somatik), antigen H (falgela), antigen H (selaput). (17)
3. Patogenesis Tifoid
Baketri Salmonella typhi masuk kedalam pencernaan tubuh melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Masuknya bakteri dimulai dari dinding usus halus dan jaringan limfoid yang masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24 hingga 72 jam sejak terinfeksi dengan masa inkubasi berkisar antara 10-14 hari. (21)
Selama dua minggu demam, basil Salmonella typhi ada di dalam pembuluh darah, berkembang pada kelenjar getah bening di sepanjang dinding usus hingga menjadi meradang dan nekrosis, bahkan bisa bernanah. Matinya jaringan usus dapat mengkikis pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya perdarahan atau perforasi pda dinding usus. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah inflamasi dari kantong empedu, gangguan hati, pneumonia, osteomyelitis, encephalitis, dan meningitis.
Akhir dari minggu ketiga, penderita menjadi kurus, gejala rasa tidak enak pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran mulai muncul. Pada beberapa kasus, selama awal dari minggu keempat, demam mulai turun dan gejala lain mulai turun intensitasnya. (20)
4. Tanda dan Gejala Tifoid
Tanda dan gejala awal dari tifoid adalah nyeri kepala, malaise, demam, hilangnya nafsu makan. Demam persistent fever muncul dan meningkat secara cepat hingga mencapai suhu 39-40 °C (103- 104 °F). (21) Demam lebih dari tujuh hari adalah tanda khas dari tifoid dan diikuti dengan gejala tidak spesifik lain seperti hilangnya nafsu makan dan batuk. Gejala lain dari tifoid adalah rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan, mual muntah. Pada tifoid yang parah dapat disertai dengan gangguan kesadaran. (17)
5. Diagnosis Tifoid
Diagnosis yang sering digunakan untuk menguji tifoid adalah tes Widal. Tes ini signifikan bila dilakukan secara teratur setiap minggu dan menunjukkan adanya peningkatan titer 4 kali. (17) pemeriksaan Widal adalah untuk mendeteksi adanya antigen O dan H,(17) yang menunjukkan adanya aglutinin O dan H dalam pasien dengan tifoid. Semakin tinggi titer anglutinin, maka semakin besar pula kemungkinan untuk didiagnosis demam tifoid. (22) Pada infeksi yang aktif, titer anglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu paling sedikit lima hari.
Nilai standar aglutinin Widal untuk beberapa wilayah endemis di Indonesia adalah sebagai berikut(17):
a. Yogyakarta titer O dan H > 1/160 b. Surabaya titer O dan H > 1/160 c. Manado titer O dan H > 1/80 d. Jakarta titer O dan H > 1/80 e. Makasar titer O dan H 1/320
Tes Widal O dan H memiliki sensitifitas yang tinggi, yaitu 97,73% dan 89,47%. Spesifisitas, nilai duga positif dan negatif serta akurasi dari tes Widal dapat dijelaskan pada Tabel 2.1 : (11)
Tabel 2.1 Nilai Sentifitas, Spesifisitas, Nilai Duga Negatif dan Positif, serta Akurasi dari Tes Widal Berdasarkan cut off point dari kurva
Receiver Operating Characteristic (ROC) Tes Serologi AUC Cut
off point Sensiti-fitas (%) Spesifi-sitas (%) Nilai duga positif (%) Nilai duga negatif (%) Akurasi (%) Widal O 0,5 1:80 97,73 10,00 40,00 75,00 36,73 Widal H 0,5 1:80 89,47 16,67 40,47 71,42 44,89 Widal AO 0,5 1:80 94,73 13,33 40,90 80,00 44,89 Widal AH 0,5 1:80 100,00 3,33 39,59 100,00 40,81 Widal BO 0,5 1:80 100,00 10,00 41,30 100,00 44,89 Widal BH 0,5 1:80 73,68 16,66 35,85 50,00 38,77
Keterangan: AUC : Area Under The Curve
Berdasarkan tabel tersebut, tes Widal O dengan cut off point 1:80, memiliki sensitifitas 97,73%, spesifisitas 10,00% dengan nilai duga positif 40% dan nilai duga negatif 75% serta akurasi ketelitian 36,73%. Sedangkan tes widal H memiliki sensitifitas 87,47%, spesifisitas 16,67%, nilai duga positif 40,47%, nilai duga negatif 71,42% dan akurasi ketelitian 44,89%.
6. Akibat Tifoid pada Usia Produktif
Sebagian besar epidemik tifoid disebabkan oleh polusi dari sumber air, makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh penderita tifoid
carier. (20) Sekitar 30% dari orang yang terinfeksi tifoid menjadi carier penyakit ini yang mengeluarkan Salmonella typhi dalam urine selama beberapa minggu, bahkan bulan.Sekitar 5% orang bahkan menjadi carier dalam jangka panjang dan menyebarkan microorganisme selama beberapa tahun. (20) Apabila tifoid tidak diatasi dengan benar, maka 25% kasus menjadi fatal. Pasien dengan penyakit kanker atau anemia sel sabit secaa khusus cenderung mendapat efek yang fatal dan infeksi yang berkepanjangan dari bakteri Salmonella typhi. (20)
Tifoid pada usia produktif menyebabkan terganggunya kehidupan sehari-hari. Bagi usia produktif yang bekerja, harus meninggalkan pekerjaannya untuk sementara karena harus bed rest .
B. Faktor Risiko Kejadian Tifoid
Faktor risiko tifoid adalah sebagai berikut: 1. Jenis kelamin
Tifoid dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan berisiko tifoid 1,79 kali lebih besar daripada laki-laki. (15) Sebagian besar (54,8%) perempuan di Yaman menderita tifoid (13), sedangkan di Indonesia 51,5% penderita tifoid adalah perempuan. (9) Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih berisiko tifoid dibandingkan laki-laki, karena diduga perempuan banyak yang melakukan diet makanan untuk menurunkan berat badan dan bekerja di luar rumah dengan aktivitas yang tinggi tanpa diimbangi dengan istirahat yang cukup. 2. Usia
Usia merupakan satuan waktu yang digunakan untuk mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk dari lahir hingga penghitungan usia dilakukan. Satuan yang digunakan untuk menghitung usia adalah dalam hitungan tahun. Pembagian komposisi penduduk berdasarkan usia yaitu (23; 24):
a. Usia 0-14 tahun : usia tidak produktif b. Usia 15-64 tahun : usia produktif
c. Usia > 65 tahun : usia tidak produktif
Usia tertentu dapat berisiko terhadap kejadian tifoid. Sebanyak 35,7% orang Yaman yang berusia 11-20 tahun dan 20,5% orang berusia 20-30 tahun mengalami tifoid. (13) Kejadian tifoid di Semarang, yaitu mayoritas (88%) adalah pasien usia > 20 tahun. (14) Hal ini menunjukkan bahwa usia menentukan kejadian tifoid.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh seseorang. Pendidikan diperlukan untuk menyerap informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang dengan pendidikan rendah berisiko mengalami tifoid 1,11 kali lebih besar dariapada orang dengan pendidikan tinggi. Sebagian besar (61,6%) penderita tifoid adalah orang yang tidak sekolah. (9) Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi kejadian tifoid. 4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal yang harus dilakukan seseorang untuk menunjang kehidupannya. Pekerjaan sebagai buruh pabrik, nelayan dan petani berisiko tifoid 1,04 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. (9) Bekerja di luar rumah setiap hari tentu berbeda dengan ibu rumah tangga yang setiap hari di rumah. Pekerjaan sebagai buruh pabrik sangat menyita waktu dan tenaga, sehingga tidak jarang banyak orang yang kelelahan. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan dapat menjadi salah satu faktor risisko dari kejadian tifoid.
5. Sumber dan kualitas air bersih
Sumber dan kualitas air bersih sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sumber air yang tercemar berisiko 1,12 kali lebih besar untuk terkena tifoid dibandingkan dengan sumber air yang bersih. (9) Orang yang memiliki sumber air bersih dari sumur berisiko tifoid 2,253 kali lebih besar dibandingkan sumber air bersih dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). (14) Hal ini diduga karena jarak sumber air bersih dari sumur yang terlalu dekat dengan tempat pembuangan kotoran manusia dan memungkinkan adanya pencemaran Salmonella typhi pada sumber air tersebut. Selain sumber air bersih, kualitas dari air juga penting, karena orang yang memiliki kualitas air rendah berisiko tifoid 1,35 kali lebih besar dibandingkan dengan kualitas air baik. (9) Hal ini menunjukkan bahwa sumber dan kualitas air penting karena bakteri
Salmonella typhi dapat ditularkan melalui air rumah tangga yang
tercemar oleh feses dan urine penderita tifoid. 6. Kebiasaan jajan di luar rumah
Salah satu hal yang dilakukan manusia untuk tetap bertahan hidup adalah dengan mengkonsumsi makanan. Makanan yang dikonsumsi manusia memiliki beragam jenis dan beragam cara pengolahannya. Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat mencegah terpaparnya bakteri patogen ke dalam tubuh manusia. Kontaminasi bakteri dapat terjadi pada makanan dan minuman yang dikonsumsi apabila tidak diolah memenuhi standar kesehatan.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan di luar rumah yaitu kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak disediakan di dalam rumah. Kebiasaan mengkonsumsi makanan di luar rumah dapat meningkatkan risiko tifoid 7,765 kali dibandingkan dengan konsumsi makanan di rumah. Sebagian besar (66%) penderita tifoid di RSUD Ungaran memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan di luar rumah. (14) Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi makanan di luar rumah dapat mempengaruhi kejadian tifoid pada seseorang.
C. Kerangka Teori Kejadian tifoid Infeksi S. typhi Status imunitas tubuh Dosis paparan patogen Intensitas paparan patogen kontaminasi S. Typhi pada makanan dan
minuman Urine dan feses
terkontaminasi S. Typhi Sumber air bersih
Adanya S. typhi Kebiasaan jajan di luar rumah
Pekerjaan
Pendidikan
Usia
D. Kerangka Konsep
Keterangan : * variabel diukur
E. Hipotesis
Setelah mengendalikan faktor perancu (1,2,3 dan 6), maka hipotesisnya adalah: bekerja sebagai buruh pabrik merupakan faktor risiko kejadian tifoid pada usia produktif.
Pekerjaan sebagai
buruh pabrik Kejadian tifoid
1. Jenis kelamin * 2. Usia * 3. Pendidikan * 4. Sumber air bersih 5. Kualitas air bersih 6. Kebiasaan jajan di luar rumah *