• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Disusun Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Disusun Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KIRIMAN KILAT OVER NIGHT SERVICE (STUDI PADA CABANG JALAN SENAM MEDAN)

S K R I P S I

Disusun Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Indira Elfiza Siregar 150200153

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

Nama : Indira Elfiza Siregar NIM : 150200153

Departemen : Hukum Perdata BW

Judul : Tanggung Jawab PT Citra Van Titipan Kilat atas Keterlambatan Pengiriman Barang Melalui Jasa Kiriman Kilat Over Night Service (Studi pada Cabang Jalan Senam Medan)

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, November 2018

(Indira Elfiza Siregar) NIM: 150200153

(4)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya yang besar sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam mencapai gelar Sarjana Hukum. Adapun skripsi ini diberi judul “TANGGUNG JAWAB PT CITRA VAN TITIPAN KILAT ATAS KETERLAMBATAN PENGIRIMAN BARANG MELALUI JASA KIRIMAN KILAT OVER NIGHT SERVICE (STUDI PADA CABANG JALAN SENAM MEDAN)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, di mana masih ditemukan kelemahan-kelemahan dan kekurangan- kekurangan dan penyajiannya sehubungan dengan kemampuan Penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak manapun.

Dalam penyelesaian penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebut namanya satu per satu, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, semoga senantiasa mendapat imbalan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang sangat berjasa dalam hidup penulis, yaitu kedua orangtua penulis, Papa tercinta, Ir. Elwin Siregar, MMPP, dan Mama tercinta Cahaya Hati Ginting, S.H, pada kesempatan yang sangat berharga ini terimalah rasa hormat, cinta, dan sayang

(5)

penulis balas, hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala penulis serahkan balasannya, abang-abang penulis dr. Muhammad Harmen Reza Siregar dan Muhammad Lutfi Ramadhan Siregar, S.T atas segala rasa kecintaan dan kasih sayang sehingga penulis tetap merasakan arti sebuah persaudaraan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Saidin, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Keperdatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Tan Kamello, S.H., M.S selaku dosen pembimbing di dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk hingga diselesaikannya skripsi ini.

7. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing di dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk hingga diselesaikannya skripsi ini.

(6)

telah memberikan dukungan kepada anak didiknya untuk menjadi mahasiswa yang disiplin.

9. Seluruh Dosen, Staf Administrasi, serta seluruh Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala bantuan yang telah diberikan.

10. Bapak Suhal Doni Ivantho, selaku pimpinan PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) Medan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan penulis, Rimma Hutauruk dan Ellen Wijaya, yang menemani penulis sejak semester 1 (satu) hingga sekarang, dan memberikan masukan dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Biva Sitanggang, Maya Sinaga, seluruh teman-teman Grup E Stambuk 2015 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang kini sama-sama berjuang untuk mendapat gelar Sarjana Hukum.

13. Dan teman-teman seperjuangan Stambuk 2015 yang telah berbagi ilmu dan pengalamannya seputar pengerjaan skripsi.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetap melimpahkan rahmat- Nya kepada kita semua. Aamiin.

Medan, November 2018 Hormat Penulis,

Indira Elfiza Siregar

(7)

DAFTAR ISI……….. ………iv

ABSTRAK………. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Tujuan Penulisan……… 5

D. Manfaat Penelitian………. 6

E. Metode Penelitian………... ………7

F. Keaslian Penulisan………. 9

G. Tinjauan Pustaka……… 10

H. Sistematika Penulisan………. 19

BAB II PENGATURAN PENGIRIMAN BARANG MELALUI TIKI A. Gambaran Umum Mengenai TIKI………. 22

1. Sejarah Perusahaan……….. 22

2. Jenis-Jenis Pelayanan……….. 23

3. Syarat-Syarat Pengiriman Pelayanan……….. 26

B. Penetapan Tarif Pengiriman………... 32

C. Pengaturan dalam Pengiriman Barang………... 33

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA PELAKU USAHA TIKI DENGAN PENGIRIM DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA A. Kajian Kitab Undang-Undang Hukum Perdata………..……… 36

1. Wanprestasi oleh Pelaku Usaha……….. 36

2. Penyebab Timbulnya Wanprestasi oleh Pelaku Usaha………... 38

3. Sanksi yang Timbul sebagai Akibat Terjadinya Wanprestasi…. 42 B. Kajian Undang-Undang Perlindungan Konsumen………. 43 1. Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Pengiriman Barang…. 43

(8)

4. Kewajiban Pelaku Usaha………..……... 48 5. Kewajiban sebagai Tanggung Jawab Yuridis………. 50 6. Kewajiban yang Bersanksi dan yang Tidak Bersanksi………... 52 BAB IV KETERLAMBATAN PENGIRIMAN BARANG PELAKU

USAHA TIKI MELALUI JASA KIRIMAN KILAT OVER NIGHT SERVICE DAN TUNTUTAN PENGIRIM

A. Pelaksanaan Perjanjian Pengiriman Barang TIKI………..………… 63 B. Kendala-Kendala yang Dihadapi TIKI dalam Pengiriman Barang… 64 C. Kesalahan Pengiriman Barang sebagai Bentuk Wanprestasi………. 65 D. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Pengiriman Barang TIKI

dalam Menangani Klaim dari Konsumen……….….. 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. ……....70 B. Saran………... ………72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Telah Melakukan Riset/ Wawancara 2. Hasil Wawancara

(9)

Rabiatul Syahriah***

PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) merupakan perusahaan jasa kurir yang berdiri sejak tahun 1970, berusaha mewujudkan prestasi dalam bidang logistik dan distribusi serta agen cargo. Dalam penyelenggaraan jasa pengiriman ini seringkali terjadi wanprestasi. Adapun bentuk wanprestasi yang sering terjadi dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang seperti misalnya rusaknya barang pengiriman, hilangnya barang pada saat sebelum sampai pada penerima, hingga keterlambatan pengiriman barang. Dalam melaksanakan pelayanan jasa pengiriman barang, pihak perusahaan berkewajiban menerima dan menyelenggarakan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. Berangkat dari hal inilah diangkat permasalahan pada skripsi ini yaitu bagaimana pengaturan pengiriman barang melalui TIKI, bagaimana hubungan hukum antara pelaku usaha TIKI dengan pengirim dan pertanggungjawabannya, dan bagaimana keterlambatan pengiriman barang pelaku usaha TIKI melalui jasa kiriman kilat Over Night Service dan tuntutan pengirim.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis- normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan masalah-masalah yang terkait dengan tanggung jawab pelaku usaha jasa pengiriman barang atas keterlambatan pengiriman melalui jasa kiriman kilat. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

Hasil penelitian yaitu prosedur pengiriman barang TIKI secara umum dapat dikategorikan mudah karena konsumen dapat dengan mudah menemukan counter TIKI terdekat, dan proses pelaksanaan pengiriman yang cepat dan sederhana. TIKI memiliki banyak variasi jenis pelayanan yang dapat dipilih oleh konsumen berdasarkan kebutuhan konsumen yaitu International Service, Same Day Service, Over Night Service, Regular Service, Economy Service, Trucking Service. Disamping jenis-jenis pelayanan, ada juga syarat-syarat pengiriman pelayanan yang tertera dalam setiap counter TIKI. Undang-Undang juga memberikan perlindungan kepada konsumen yang dapat dilihat dengan adanya tanggung jawab yuridis dari pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen. Disamping perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang, TIKI juga mempunyai aturan mengenai pertanggungjawabannya atas keterlambatan pengiriman melalui jasa kiriman kilat Over Night Service merupakan Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan. Diluar pertanggungjawaban yang ditetapkan oleh TIKI dalam Pedoman dan Syarat Pengiriman TIKI yang tertulis, yaitu memberikan ganti rugi atas keterlambatan pengiriman berupa 10 kali lipat ongkos kirim, namun terdapat pengecualian bagi pelanggan tetap yang sering menggunakan jasa pengiriman barang melalui TIKI tersebut, yang disebut dengan Money Back Guarantee.

Kata Kunci: Over Night Service, Pengiriman Barang, Tanggung Jawab

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan beragam jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan teknologi dan informasi, perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang dan/atau jasa, melintasi batas- batas wilayah negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai pilihan jenis barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif.1

Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang dari tempat yang jauh, jasa pengiriman barang menjadi sangat penting bagi masyarakat. Dalam hal pengiriman barang, kenyamanan, ketepatan, dan keselamatan barang merupakan suatu kewajiban dari perjanjian yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha jasa pengiriman barang atau kurir. Berdasarkan kenyataan tersebut, saat ini terdapat banyak perusahaan jasa pengiriman barang baik milik pemerintah maupun milik swasta. Salah satu perusahaan jasa pengiriman barang milik swasta yaitu PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI).

TIKI merupakan perusahaan jasa kurir yang berdiri sejak tahun 1970, berusaha mewujudkan prestasi dalam bidang logistik dan distribusi serta agen cargo. Dalam melaksanakan pelayanan jasa pengiriman barang, pihak perusahaan berkewajiban menerima dan menyelenggarakan pengiriman barang dari tempat asal ke tempat tujuan tertentu dengan selamat. TIKI memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen yang menggunakan jasanya, dalam memberikan perlindungan ini terkait dengan semua jasa yang ditawarkannya yang

1 Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 1

(11)

berupa hak dan kewajiban kedua belah pihak yang termasuk juga pertanggungjawaban.

Pelaksanaan kewajibannya untuk mengantarkan barang, perusahaan pengiriman barang TIKI berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasanya, salah satunya dengan menawarkan berbagai jenis jasa pengiriman barang, termasuk jenis jasa pengiriman kilat, atau sering dikenal dengan nama Over Night Service (ONS).

Perlindungan Konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha, dan pemerintah. Konsumen dan pengusaha adalah ibarat sekeping mata uang logam dengan dua sisi yang berbeda.

Konsumen membutuhkan produk (barang/jasa) hasil kegiatan pengusaha, tetapi kegiatan pengusaha itu mubazir apabila tidak ada konsumen yang menyerap/membeli hasil usahanya.2

Keterlambatan menjadi masalah yang paling sering dialami oleh konsumen.

Terlebih jika mulai memasuki hari raya ataupun tahun baru. Terdapatnya wanprestasi pada pelaku usaha mengakibatkan kerugian jatuh pada pihak konsumen sebagai pengguna jasa. Konsumen yang mengalami masalah dalam proses pengiriman terutama dalam keterlambatan barang dapat mengalami kerugian baik materiil maupun imateriil. Hal ini antara lain dikarenakan karena jenis barang yang dikirim yang cenderung cepat untuk kadaluwarsa, ataupun barang menjadi tidak

2 Erman Rajagukguk dkk., 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, CV Mandar Maju, Bandung, hlm. 7

(12)

berguna atau kurang manfaatnya jika diterima tidak tepat waktu. Hal yang demikian konsumen seharusnya mendapatkan ganti rugi dari pihak pelaku usaha sebagai upaya perlindungan hukum bagi konsumen sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pasal 4 Angka 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi. 3

Banyak peristiwa hukum yang berkaitan dengan jasa pengiriman barang, khususnya yang berkaitan dengan tanggung jawab pihak jasa pengiriman barang terhadap keterlambatan pengiriman barang. Kenyataannya, sering kali ditemukan klaim yang diajukan oleh pengirim kurang ditanggapi oleh pihak perusahaan pengiriman. Klaim yang dilakukan disebabkan berbagai faktor yang antara lain terjadinya wanprestasi.

Wanprestasi menurut Yahya Harahap yaitu sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lain dapat menuntut pembatalan perjanjian. 4 atau dilakukan

Tanggung jawab produsen berdasarkan wanprestasi juga merupakan bagian dari tanggung jawab berdasarkan kontrak (contractual liability), terdiri dari:

a. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tertulis (Express Warranty)

3 Aisyah Ayu Musyafah, dkk. Perlindungan Konsumen Jasa Pengiriman Barang dalam Hal Terjadi Keterlambatan Pengiriman Barang, Jurnal Law Reform No. 2, Vol. 14. 2018. hlm.

153.

4 M. Yahya Harahap, 1982, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hlm. 60.

(13)

b. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tidak tertulis (Express Warranty)5

Dengan demikian, suatu produk yang rusak dan mengakibatkan kerugian, maka konsumen melihat isi kontrak, baik tertulis maupun tidak tertulis.

Proses pengiriman barang oleh TIKI diawali dengan konsumen/pengirim datang ke agen TIKI dengan membawa suatu/sejumlah barang yang telah disiapkan untuk dikirim. Kemudian pihak TIKI mengecek kelengkapan barang tersebut, hingga menghitung berat barang tersebut untuk memastikan tarif yang yang akan dibebankan kepada konsumen, kemudian dikeluarkan suatu dokumen atau surat perjanjian pengiriman barang yang selanjutnya harus ditandatangani oleh konsumen/pengirim, yang berarti bahwa konsumen telah menyetujui syarat-syarat atau klausul-klausulnya baik mengenai syarat, ketentuan, akibat, dan risiko dari pengiriman barang tersebut.

Penyelenggaraan jasa pengiriman ini seringkali terjadi wanprestasi. Adapun bentuk wanprestasi yang sering terjadi dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang seperti misalnya rusaknya barang pengiriman, hilangnya barang pada saat sebelum sampai pada penerima, hingga keterlambatan pengiriman barang.

Mengenai hal ini tentunya tidak lepas dari penyelenggaraan jasa yang dilakukan oleh TIKI, dalam penyelenggaraannya pernah mengalami keterlambatan dan bahkan hal ini sering kali terjadi.

TIKI bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen yang menggunakan jasanya, dalam memberikan perlindungan ini terkait

5 Zulham, Op. Cit., hlm.91

(14)

dengan semua jasa yang ditawarkannya yang berupa hak dan kewajiban kedua belah pihak yang termasuk juga pertanggungjawaban.

Melindungi konsumen yang mengkonsumsi barang dan/atau jasa, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pengaturan hak-hak konsumen melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.6

Seiring dengan rentan dirugikannya konsumen atau pengguna jasa pengiriman barang, hal ini mengakibatkan konsumen atau pengguna jasa pengiriman barang tersebut menuntut pertanggungjawaban terhadap perusahaan pengiriman barang.

Menurut Pasal 19 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen:

1. Pelaku Usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat konsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

6 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(15)

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.7

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan disini, maka menarik untuk meneliti mengenai bagaimana perlindungan dan pertanggungjawaban yang diberikan oleh TIKI dalam menghadapi klaim wanprestasi, oleh karena itu sudah sesuaikah yang dilakukan oleh TIKI apabila ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan judul “Tanggung Jawab PT Citra Van Titipan Kilat atas Keterlambatan Pengiriman Barang Melalui Jasa Kiriman Kilat Over Night Service (Studi pada Cabang Jalan Senam Medan)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaturan pengiriman barang melalui TIKI?

2. Bagaimanakah hubungan hukum antara pelaku usaha TIKI dengan pengirim dan pertanggungjawabannya?

3. Bagaimanakah pengaturan keterlambatan pengiriman barang pelaku usaha TIKI melalui jasa kiriman kilat over night service dan tuntutan pengirim?

C. Tujuan Penulisan

7 Pasal 19 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(16)

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas di atas, penulisan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaturan pengiriman barang melalui TIKI.

2. Mengetahui hubungan hukum antara pelaku usaha TIKI dengan pengirim dan pertanggungjawabannya.

3. Mengetahui pengaturan keterlambatan pengiriman barang pelaku usaha TIKI melalui jasa kiriman kilat over night service dan tuntutan pengirim.

D. Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Kegunaan teoretis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya untuk menambah wawasan tentang pertanggungjawaban dan perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan penggunan jasa pengiriman barang pada TIKI Medan.

2. Kegunaan praktis

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi semua pihak yang terkait dengan pengguna jasa pelayanan pengiriman barang TIKI dan bagi kalangan penegak hukum untuk mengetahui bagaimanakah aspek hukum perlindungan konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang pada TIKI Medan.

E. Metode Penelitian

Agar mendapat hasil yang lebih maksimal, maka dilakukan penelitian hukum dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:

(17)

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yang dimaksud dengan yuridis normatif yaitu suatu metode yang membahas obyek penelitian dengan menitikberatkan pada aspek- aspek yuridis, yaitu menjelaskan masalah dengan ketentuan hukum atau perundang-undangan yang berlaku.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu bersifat deskriptif. Penelitian Deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat.

3. Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder terdiri dari beberapa bahan hukum, antara lain:

a. Bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang–

undangan, seperti Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, dan Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

b. Bahan hukum sekunder yang berupa doktrin – doktrin dan buku – buku yang berkaitan dengan masalah perjanjian dan perlindungan konsumen.

c. Bahan hukum tersier yang berupa karya ilmiah, kamus hukum, situs website mengenai perlindungan konsumen bagi pengguna jasa pengiriman barang

4. Metode Pengumpulan Data

(18)

Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier, akan digunakan metode pengumpulan data berupa metode penelitian kepustakaan (library research) dan metode penelitian lapangan (field research).

a. Metode Penelitian Kepustakaan

Metode Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan dan menyusun data sekunder melalui pengkajian terhadap peratuan perundang-undangan, buku-buku, tulisan-tulisan para pakar hukum, dan dokumen resmi.

b. Metode Penelitian Lapangan

Metode Penelitian Lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber secara langsung. Narasumber yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah pihak pelaku usaha pengiriman barang PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) cabang Jalan Senam Medan.

5. Analisa Data

Analisa data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, katagori dan uraian dasar, sehingga ditemukan jawaban terhadap masalah yang diteliti.8

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini telah melalui proses penelusuran dan penelitian di perpustakaan dimana tidak ditemukan adanya skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab PT Citra

8 Dian Mega Erianti Renouw, 2016, Perlindungan Hukum E-Commerce: Perlindungan Hukum Pelaku Usaha & Konsumen E-Commerce di Indonesia, Singapura, dan Australia, Pramuka Grafika, Jakarta, hlm. 89.

(19)

Van Titipan Kilat atas Keterlambatan Pengiriman Barang Melalui Jasa Kiriman Kilat Over Night Service (Studi pada Cabang Jalan Senam Medan)”. Penulisan skripsi ini dimulai dengan mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan judul skripsi baik melalui buku, jurnal, media cetak, media eletronik serta juga dilakukan penelitian lapangan.

Namun ada beberapa judul yang hampir sama tapi dengan permasalahan yang berbeda, antara lain:

1. Aspek Hukum Perjanjian Pengiriman Barang Melalui Jasa Kurir (Studi Pada PT. Elteha Cabang Medan) oleh Julianus C.B 2. Kerjasama dan Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang

Dengan Airline Terhadap Pemilik Barang Akibat Kelalaian yang Menyebabkan Rusak Atau Hilangnya Barang Kiriman. (Studi di PT.

JNE Cabang Medan) oleh Pupim Biddi Nasution

3. Tanggug Jawab Jasa Pengiriman Barang Terhadap Hilang/Atau Rusaknya Barang Melalui Jalur Darat (Studi Kasus pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Medan) oleh Michael Benhard M Sipayung

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

G. Tinjauan Pustaka

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus

(20)

Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Pertanggungjawaban dalam kesalahan perdata biasanya memerlukan suatu unsur kesalahan atau kesengajaan pada pihak yang melakukan pelanggaran itu, walaupun tingkat kesengajaan yang diperlukan biasanya lebih kecil. Jadi, perbuatan lalai yang merugikan orang lain menimbulkan kesalahan perdata karena kelalaian tanpa menimbulkan pertanggungjawaban pidana.

Ada beberapa kesalahan perdata dengan pertanggungjawaban yang keras, yang sama kerasnya seperti pada perbuatan pidana, dapat dilakukan tanpa kesalahan. Contoh-contoh terjadi dalam hal barang-barang berbahaya yang keluar dari tanah (escaping from land) dan pelanggaran beberapa kewajiban undang- undang.9

Prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi (Breach of Warranty) juga merupakan bagian dari tanggung jawab berdasarkan kontrak (contractual liability).

Terdiri dari:

a. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tertulis (Express Warranty)

b. Tanggung jawab berdasarkan jaminan produk yang tidak tertulis (Express Warranty)10

Perjanjian menurut Subekti adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.11

9 S.B. Marsh & J. Soulsby, 2006, Business Law, PT Alumni, Bandung, hlm. 199.

10 Zulham, Op. Cit., hlm.91

11 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, hlm. 1.

(21)

Menurut ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang. Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.12

Lima asas penting dalam suatu perjanjian menurut KUHPerdata antara lain:

a. Asas kebebasan berkontrak b. Asas konsensualisme c. Asas pacta sunt servanda d. Asas itikad baik

e. Asas kepribadian

Perjanjian pengangkutan pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya yang mana perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 KUHPerdata tentang mengikatnya suatu perjanjian:

Pasal 1320: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. suatu hal tertentu;

4. suatu sebab yang halal.

Pasal 1338: Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang

12 Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 1.

(22)

oleh undang -undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Menurut Subekti, perjanjian pengangkutan yaitu suatu perjanjian dengan mana satu orang pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak yang lainnya akan membayar ongkosnya.13 Pembuatan perjanjian pengangkutan tidak disyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan, asal ada persetujuan kehendak.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mendefinisikan, klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Karakteristik klausula baku adalah:

a. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat

b. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian c. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal

d. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena faktor kebutuhan14 Klausula eksonerasi adalah klausula yang dicantumkan dalam suatu perjanjian, di mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum.15

13 Subekti, Op. Cit., hlm. 69

14 Zulham, Op. Cit., hlm. 79

15 Ibid. hlm. 67

(23)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 18 ayat (1) melarang pelaku usaha mencantumkan klausula baku pada setiap perjanjian dan dokumen apabila:

a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;

c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

(24)

h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 16

Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung maupun tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya.

Dengan demikian, upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebih- lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.17

Menurut Kamus Hukum, wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian. Dengan demikian, wanprestasi adalah suatu keadaan di mana seorang debitur tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian.18

16 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

17 Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 5.

18 P. N. H. Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta, hlm. 292.

(25)

Sedangkan, menurut M. Yahya Harahap, wanprestasi yaitu pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. 19

Akibat yang timbul dari wanprestasi ialah keharusan atau kemestian bagi debitur membayar ‘ganti rugi/ schadevergoeding’. Atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut ‘pembatalan perjanjian’.

Seperti yang dapat kita lihat dalam keputusan Mahkamah Agung tanggal 21 Mei 1973 No.70HK/Sip/1972 yang menyatakan bahwa apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi karena tidak melaksanakan pembayaran barang yang dibeli, pihak yang dirugikan dapat menuntut pembatalan jual beli. Sebab dengan tindakan debitur dalam melaksanakan kewajiban ‘tidak tepat waktu’ atau ‘tak layak’, jelas merupakan ‘pelanggaran’ hak kreditur. Setiap pelanggaran hak orang lain, berarti merupakan ‘perbuatan melawan hukum’ atau ‘onrechtmatige daad’.20

Untuk menetapkan apakah seorang debitur telah melakukan wanprestasi dapat diketahui melalui 3 (tiga) keadaan berikut: Wujud wanprestasi

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali

Artinya debitur tidak memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam suatu perjanjian atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang-undang dalam perikatan yang timbul karena undang-undang.

b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru

Artinya debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang diperjanjikan atau yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi tidak sebagaimana

19 M. Yahya Harahap, Op. Cit. hlm. 60.

20 Ibid.

(26)

mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kualitas yang ditetapkan oleh undang-undang.

c. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya

Artinya debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat, waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tidak dipenuhi. 21

Faktor-faktor penyebab wanprestasi dalam pelaksanaan isi perjanjian sebagaimana yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi wanprestasi oleh pihak yang dibebani kewajiban (debitur) tersebut. Tidak dipenuhinya suatu prestasi atau kewajiban (wanprestasi) ini dapat dikarenakan oleh dua kemungkinan alasan. Dua kemungkinan alasan tersebut antara lain adalah:

1) Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan ataupun kelalaiannya

Kesalahan disini adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian.22 Dikatakan orang mempunyai kesalahan dalam peristiwa tertentu kalau ia sebenarnya dapat menghindari terjadinya peristiwa yang merugikan itu baik dengan tidak berbuat atau berbuat lain dan timbulnya kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya. Kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya (debitur) jika ada unsur kesengajaan atau kelalaian dalam peristiwa yang merugikan itu pada diri debitur yang dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Dapat dikatakan debitur sengaja kalau kerugian itu memang diniati dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan kelalaian adalah peristiwa dimana seorang debitur

21 Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 17.

22 J. Satrio, 1999, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, hlm. 84.

(27)

seharusnya tahu atau patut menduga, bahwa dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan timbul kerugian.23

Disini debitur belum tahu pasti apakah kerugian akan muncul atau tidak, tetapi sebagai orang yang normal seharusnya tahu atau bisa menduga akan kemungkinan munculnya kerugian tersebut. Dengan demikian kesalahan disini berkaitan dengan masalah “dapat menghindari” (dapat berbuat atau bersikap lain) dan “dapat menduga”

(akan timbulnya kerugian).24

2) Karena keadaan memaksa (overmacht/ force majure), di luar kemampuan debitur, atau debitur tidak bersalah. Keadaan memaksa ialah keadaan dimana tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh pihak debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan.25

Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul di luar kemauan dan kemampuan debitur. Wanprestasi yang diakibatkan oleh keadaan memaksa biasa terjadi karena benda yang menjadi objek perikatan itu binasa atau lenyap, bisa juga terjadi karena perbuatan debitur untuk berprestasi itu terhalang seperti yang telah diuraikan di atas. Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa itu ialah:

23 Ibid, hlm. 91

24 Ibid.

25 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 27.

(28)

(a) Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan benda menjadi objek perikatan, hal ini tentunya bersifat tetap.

(b) Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, ini dapat bersifat tetap atau sementara.

(c) Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur, jadi bukan karena kesalahan para pihak, khususnya debitur. 26

Mengenai keadaan memaksa yang menjadi salah satu penyebab timbulnya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian. Dikenal dua macam ajaran mengenai keadaan memaksa tersebut dalam ilmu hukum, yaitu ajaran memaksa yang bersifat objektif dan subjektif, yang mana ajaran mengenai keadaan memaksa (overmachtsleer) ini sudah dikenal dalam hukum romawi, yang berkembang dari janji (beding) pada perikatan untuk memberikan benda tertentu.27

1.1. Keadaan memaksa yang bersifat objektif 28

Menurut ajaran ini debitur baru bisa mengemukakan adanya keadaan memaksa (Overmacht) kalau setiap orang dalam kedudukan debitur tidak mungkin untuk berprestasi (sebagaimana mestinya).29 Jadi keadaan memaksa tersebut ada jika setiap orang sama sekali tidak mungkin memenuhi prestasi yang berupa benda objek perikatan itu. Dikatakan subjektif dikarenakan menyangkut perbuatan debitur itu sendiri,

26 Ibid.

27 J. Satrio, Op. Cit. hlm. 254

28 Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hlm. 28

29 J. Satrio, Op. Cit. hlm. 254.

(29)

menyangkut kemampuan debitur sendiri, jadi terbatas pada perbuatan atau kemampuan debitur.

1.2. Keadaan memaksa yang bersifat subjektif 30

Salah seorang sarjana yang terkenal mengembangkan teori tentang keadaan memaksa adalah Houwing. Menurut pendapatnya dalam buku V (lima), Brakel keadaan memaksa ada kalau debitur telah melakukan segala upaya yang menurut ukuran yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan patut untuk dilakukan, sesuai dengan perjanjian tersebut31. Yang dimaksud dengan debitur oleh Houwing adalah debitur yang bersangkutan. Disini tidak dipakai ukuran “debitur pada umumnya” (objektif), tetapi debitur tertentu, jadi subjektif. Oleh karena yang dipakai sebagai ukuran adalah subjek debitur tertentu, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari pertimbangan “debitur yang bersangkutan dengan semua ciri-cirinya” atau dengan perkataan lain kecakapan, tingkat sosial, kemampuan ekonomis debitur yang bersangkutan turut diperhitungkan.32

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan bab dan setiap masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri namun konteksnya masih berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Materi pembahasan keseluruhan skripsi ini diatur secara sistematis dan terperinci serta dibagi menjadi 5 (lima) bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

30 Ibid. hlm. 29.

31 Ibid. hlm 263.

32 Ibid.

(30)

Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang sifatnya umum sebagai awal dari penulisan skripsi ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN PENGIRIMAN BARANG MELALUI TIKI Pada bab ini meliputi gambaran umum mengenai TIKI, penetapan tarif, hingga proses pengiriman barang yang harus dilewati dalam menggunakan jasa pengiriman barang TIKI Medan.

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA PELAKU USAHA TIKI DENGAN PENGIRIM DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA Pada bab ini akan diuraikan kajian KUHPerdata mengenai wanprestasi

oleh pelaku usaha, penyebab timbulnya wanprestasi oleh pelaku usaha, sanksi yang timbul akibat terjadinya wanprestasi, dan kajian dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengenai perlindungan konsumen, jaminan hukum, sanksi yang timbul akibat terjadinya wanprestasi, kewajiban pelaku usaha, kewajiban sebagai tanggung jawab yuridis, serta kewajiban yang bersanksi dan yang tidak bersanksi.

BAB IV KETERLAMBATAN PENGIRIMAN BARANG PELAKU USAHA TIKI MELALUI JASA KIRIMAN KILAT OVER NIGHT SERVICE DAN TUNTUTAN PENGIRIM

Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan perjanjian, kendala-kendala yang dihadapi TIKI dalam menjalankan usahanya, hingga tanggung jawab pelaku usaha jasa pengiriman barang TIKI dalam menangani klaim dari konsumen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(31)

BAB II

PENGATURAN PENGIRIMAN BARANG MELALUI TIKI A. Gambaran Umum Mengenai TIKI

1. Sejarah Perusahaan

PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) adalah perusahaan jasa pengiriman barang yang didirikan oleh Alm. Bpk Soeprapto Soeparno dan Ibu Nuraini Soeprapto pada 1 September 1970, kemudian semakin diperkuat dengan bergabungnya Alm. Bp Irawan Saputra, Bpk Gideon Wiraseputra dan Bpk Raphael Rusmadi di tahun 1972. Diawali dengan dengan dua cabang utama di Pangkalpinang dan Semarang, saat ini TIKI telah memiliki lebih dari 450 cabang, 3000+ gerai dan melayani 453 kabupaten atau kota dan 98% kode pos di seluruh Indonesia dan terus memperluas jaringannya. Sejak awal didirikan TIKI selalu amanah dan profesional melayani dengan mengedepankan kebutuhan pelanggan, mitra agen dan menjaga semangat kekeluargaan diantara karyawan dan mitra usahanya. Pimpinan dan manajemen TIKI berusaha untuk mewujudkan spesialisasi usaha di bidang cargo dan logistik secara profesional sesuai dengan perkembangan zaman saat ini yang membutuhkan mitra bisnis yang konsisten dan memiliki layanan serba prima serta dapat bersaing terutama di era globalisasi.33

TIKI memiliki visi dan misi dalam menjalankan tugasnya, yaitu visi untuk menjadikan TIKI sebagai salah satu perusahaan yang terbaik dalam jasa pengiriman dan logistik dengan melayani kebutuhan dan kepentingan

33 TIKI, Sejarah. https://www.tiki.id/id/sejarah, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 12.20.

(32)

pelanggan secara optimal sehingga dikenal di Indonesia dan internasional, dan Misi bekerja giat secara professional, jujur, bertanggung jawab dengan penuh keyakinan dan dedikasi tinggi untuk selalu menjadi yang terbaik. 34

Saat ini TIKI dapat dijumpai dilebih dari 500 pusat layanan yang mampu menjangkau daerah tujuan di seluruh wilayah Indonesia dan mancanegara. Dengan dukungan ratusan armada yang handal serta ribuan personil yang terampil dan berpengalaman. Dengan reputasi TIKI lebih dari 40 tahun, armada pesawat dan moda transportasi lainnya yang menjadi mitra TIKI siap mengantarkan paket kiriman ke seluruh nusantara dan mancanegara. Jaringan TIKI yang luas memudahkan dalam mengatasi masalah pengiriman paket/dokumen. Kini TIKI termasuk yang terbesar dalam industri jasa titipan kilat via udara di Indonesia35

2. Jenis-Jenis Pelayanan

TIKI menawarkan banyak jenis penawaran produk, pengiriman lokal maupun internasional, antara lain:

a. INT (International Service) b. SDS (Same Day Service)

Produk SDS sangat cocok untuk di manfaatkan demi efektifitas dan efisiensi waktu, karena hari ini paket dikirimkan dan akan segera sampai di hari yang sama. Untuk SDS ini menggunakan metode pengiriman melalui darat, di dalam kota yang sama.

34 TIKI, Visi dan Misi, https://www.tiki.id/id/visi-misi, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 12.20

35 Akhmad Bustomi, TIKI, https://www.academia.edu/9628548/Tiki, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 12.29.

(33)

c. ONS (Over Night Service)

Jenis layanan yang menawarkan jasa satu hari sampai, hari ini paket dikirimkan, paket akan segera tiba keesokan harinya.

d. REG (Regular Service)

Produk regular menjangkau seluruh Indonesia hanya dalam waktu kurang dari 3-4 hari kerja.

e. ECO (Economy Service)

Layanan pengiriman paket dengan konsep ramah biaya, dan disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

f. TRC (Trucking Service)36

Adapun fitur-fitur layanan TIKI yang memudahkan pelanggan dalam ekspedisi yang ditawarkan antaralain:

a. Aplikasi TIKI pada Handphone

Untuk mengatur pengiriman paket mulai dari cek tarif, cek lokasi gerai TIKI terdekat, info produk, program loyalitas pelanggan sampai fitur unggulan Jemput Online (JEMPOL) semua di dalam genggaman.

b. Jemput Online (JEMPOL)

Layanan berbasis aplikasi untuk memudahkan penjemputan barang dan dokumen secara GRATIS, dari mana dan kemana saja tanpa minimum berat. Pembayaran ongkos kirim dilakukan saat kurir kami menjemput barang.

c. Real Time Tracking

36 Yenny, Kepala Bagian Logistik, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, tanggal 29 Oktober 2018.

(34)

Dapat melakukan pengecekan status kiriman secara real time melalui Aplikasi TIKI, website maupun telepon ke nomor hotline TIKI.

d. SMS Notifikasi

Memperlancar komunikasi saat proses pengiriman barang dilakukan. Penerima akan mendapatkan SMS pemberitahuan saat barang akan dikirimkan dan SMS pemberitahuan ke pengirim ketika barang telah diterima.

e. Cash on Delivery (COD)

Pilihan layanan bayar ditempat untuk pembelanjaan online di beberapa E-Commerce tertentu. Pembayaran dilakukan saat kurir TIKI memberikan barang pesanan konsumen.

f. Asuransi

Layanan asuransi memberikan perlindungan bagi barang dan dokumen yang menambah kenyamanan saat melakukan pengiriman barang.

g. Membership

Tooz adalah program keanggotaan bagi pelanggan TIKI yang memberikan manfaat diskon berupa saldo Tooz Wallet setiap kali bertransaksi dengan TIKI.

h. Pengemasan

Untuk menambah kenyamanan dan keamanan kiriman, TIKI menyediakan layanan pengemasan.

i. Pengemasan Ulang

(35)

Layanan tambahan untuk kiriman yang kemasannya dinilai kurang aman atau tidak layak untuk dikirim.37

3. Syarat-Syarat Pengiriman Pelayanan Adapun pedoman dan syarat pengiriman:

a. TIKI berarti seluruh agen TIKI yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian keagenan antara PT Citra Van Titipan Kilat dengan pihak lain yang kemudian memakai merek dagang TIKI.

b. Titipan adalah semua bentuk barang/paket, dokumen atau surat yang dikirim melalui TIKI.

c. Pengirim adalah orang perorangan atau badan hukum yang tertulis/tercetak dalam Bukti Tanda Terima Kiriman Barang, selanjutnya disebut (BTTKB) kolom Pengirim pada saat melakukan pengiriman dengan memanfaatkan jasa pengiriman yang disediakan oleh TIKI dengan membayar biaya yang telah ditetapkan oleh TIKI.

d. Penerima adalah siapapun yang menerima Titipan pada alamat dimaksud yang dituju oleh Pengirim.

e. Kiriman Berharga (Special Items) adalah jenis kiriman yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Menurut pengakuan Pengirim memiliki harga/nilai yang tinggi.

2) Memiliki bentuk dan penanganan yang khusus.

37 TIKI, Produk dan Layanan, https://www.tiki.id/id/layanan, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 12.20.

(36)

3) Merupakan barang yang memiliki arti khusus bagi Pengirim dan/atau Penerima.

Pengirim menjamin bahwa yang bersangkutan adalah pemilik yang sah dan/atau berhak atas Titipan yang diserahkan kepada TIKI untuk dikirim ke alamat yang ditentukan oleh Pengirim.

Pedoman dan syarat pengiriman yang tercantum dalam BTTKB ini merupakan Perjanjian yang mengikat antara Pengirim dan TIKI ketika Pengirim menyerahkan barang/paket, dokumen atau surat kepada TIKI untuk dikirim ke suatu tujuan yang ditentukan oleh Pengirim, dengan membayar biaya tertentu kepada TIKI baik secara tunai maupun berdasarkan kesepakatan sebelumnya antara Pengirim dengan TIKI.38

Dengan ketentuan & syarat-syarat sebagai berikut:

(a) Pengirim dilarang memasukkan barang-barang yang mengandung hal-hal sebagai berikut:

• Barang berbahaya yang mudah meledak atau terbakar, obat- obatan terlarang, barang-barang yang menurut pihak berwajib dilarang diproduksi dan diedarkan.

• Barang-barang berharga dan surat berharga berupa diantaranya: emas, perak, perhiasan, uang tunai, abu, cyanide, platinum, dan batu atau metal berharga, cek tunai, Bilyet Giro, money order atau traveller's cheque, barang antik, lukisan antik.

38 Yenny, Kepala Bagian Logistik, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, tanggal 29 Oktober 2018.

(37)

• Binatang atau tanaman hidup.

• Barang-barang lain yang melebihi declare value dan/atau barang-barang lain yang ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan TIKI.

(b) Pengirim wajib memberikan informasi yang lengkap dan benar kepada TIKI tentang isi Titipan yang dinyatakan pada saat pengiriman dan petugas TIKI akan mengisi sesuai dengan pernyataan Pengirim.

(c) Pernyataan Pengirim merupakan pengakuan yang dipercayai oleh TIKI dan mengikat Pengirim. Apabila pada hari itu juga dan/atau di kemudian hari terjadi permasalahan yang menyebabkan rusaknya Titipan dan ternyata jenis Titipan tidak sesuai dengan pengakuan Pengirim, maka Pengirim melepaskan TIKI dari seluruh bentuk tanggung jawab dan dengan tidak mengurangi hak TIKI untuk menempuh upaya hukum baik perdata maupun pidana, atas keterangan tidak benar yang telah diberikan oleh Pengirim (bila dianggap perlu).

(d) TIKI berhak menolak untuk mengangkut Titipan, apabila Titipan tersebut diduga akan membahayakan keselamatan umum yang berakibat pada adanya akibat hukum bagi TIKI baik secara perdata maupun pidana.

(e) Bahwa dalam hal terdapat permasalahan di kemudian hari yang timbul dari pernyataan tidak benar Pengirim atas isi Titipan yang kemudian mengakibatkan TIKI diputus bersalah oleh Pengadilan,

(38)

maka Pengirim berkewajiban untuk menanggung putusan tersebut beserta biaya-biaya yang dikeluarkan TIKI.

(f) TIKI berhak untuk melakukan pembulatan ke atas terhadap berat dalam satuan kilogram dan biaya kirim dalam nilai ratusan rupiah.

(g) TIKI tidak bertanggung jawab terhadap kondisi-kondisi sebagai berikut:

• Kerusakan, terhadap semua kerusakan Titipan yang karena sifatnya ataupun karena barang tersebut merupakan barang- barang pecah belah dan risiko teknis pada mesin maupun barang elektronik yang terjadi selama pengangkutan, yang menyebabkan tidak berfungsi atau berubahnya fungsi dari barang elektronik dimaksud.

• Kebocoran pada barang cair dan/atau karena sifat barang tersebut yang mudah bocor.

• Penahanan dan/atau penyitaan serta pemusnahan Titipan oleh pejabat yang berwenang.

• Kerusakan, keterlambatan, ataupun kehilangan karena keadaan memaksa (force majeure) yang diakibatkan baik karena bencana alam, keadaan darurat, atau hal lain yang tidak terukur dan/atau di luar kemampuan manusia.

(h) TIKI tanpa pemberitahuan dan persetujuan terlebih dahulu dari Pengirim berhak untuk menggunakan sarana transportasi lainnya dalam melaksanakan pengiriman dan Pengirim terikat pada

(39)

aturan dan ketentuan yang mengikat TIKI dengan pemilik sarana transportasi.

(i) TIKI dibebaskan dari segala tanggung jawab sejak diterimanya Titipan dan tidak adanya keluhan/klaim atas kiriman tersebut pada saat itu serta telah ditanda-tanganinya BTTKB oleh siapapun di alamat Penerima, kecuali sebelumnya ada kesepakatan lain antara Pengirim dengan TIKI.

(j) Dalam hal Penerima tidak menerima Titipan sesuai dengan layanan kiriman yang dipilih oleh Pengirim, maka TIKI memberi kesempatan 5 (lima) hari kerja sejak estimasi waktu penyampaian bagi Pengirim untuk mengajukan klaim kepada TIKI dalam hal Titipan tidak diterima, hilang, rusak maupun kurang.

(k) TIKI tidak berkewajiban untuk memberitahukan kepada Pengirim tentang telah diterimanya Titipan oleh si Penerima.

(l) TIKI bertanggung jawab terhadap Titipan dan Titipan Berharga (special item) sepanjang pengakuan Pengirim pada saat ditandatanganinya BTTKB sama dengan isi Titipan, dengan ketentuan sebagai berikut:

• Bilamana terjadi kehilangan, kerusakan atau kekurangan atas Titipan yang tidak diasuransikan, penggantian maksimum sebesar 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman untuk Kiriman dan/atau tidak melebihi dari nilai Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).

(40)

• Untuk Titipan yang memiliki nilai subyektif, contohnya KTP, STNK, Dokumen Tender dan lain-lain (sebagaimana ketentuan yang diatur oleh pihak asuransi) begitu juga dengan Kiriman yang nilai barangnya melebihi 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman, wajib diasuransikan yang pembayaran preminya dibayar oleh Pengirim kepada Asuransi Jasa Titipan sesuai dengan tarif yang ditentukan oleh perusahaan Asuransi Jasa Titipan. Penggantian kerugian diselesaikan sesuai dengan Polis Kontrak Asuransi Jasa Titipan. Bilamana Pengirim tidak mengasuransikannya dan ternyata terjadi kehilangan, kerusakan dan/atau kekurangan jumlah, maka TIKI tidak bertanggung jawab untuk melakukan penggantian apapun.

(m) TIKI tidak memiliki tanggung jawab apapun selain apa yang dikemukakan dalam butir 12 di atas, termasuk segala bentuk kerugian apapun baik berupa kerugian materil, immateril dan/atau kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang diderita oleh Pengirim maupun Penerima sebagai akibat keterlambatan, kekurangan, kerusakan atau kehilangan Titipan.

(n) Pengajuan dan penyelesaian klaim dilakukan oleh Pengirim secara tertulis di tempat transaksi pengiriman dilakukan, dengan syarat menyerahkan dokumen-dokumen asli berupa:

• Identitas Pengirim yang masih berlaku

• BTTKB

(41)

• Apabila diasuransikan harus disertakan dengan Surat Penutupan Asuransi Pengiriman Barang

Dokumen-dokumen tersebut akan dicocokkan dengan dokumen yang berada di TIKI. Apabila ada perbedaan, maka TIKI akan memutuskan berdasarkan dokumen yang ada pada TIKI.39 B. Penetapan Tarif Pengiriman

TIKI memiliki tarif berbeda setiap kotanya. Perlu diketahui, di kota Medan, pada Tarif Domestik setiap kenaikan 0,5kg lebih akan dibulatkan ke atas menjadi +1 kg. Juga dalam penentuan berat kilo, mungkin barang tersebut termasuk dalam kategori berat volume. Jika berat volume lebih besar dari berat kilo, maka berat barang kiriman yang dipilih dari hasil rumus berat volume.40

Sebagai contoh, penetapan tarif pengiriman barang dari Jakarta ke Medan per kilonya berbeda-beda pada setiap produk yang ditawarkan, tergantung kepada kebutuhan konsumen.

REG Rp. 29.000,- ECO Rp. 25.000,- ONS Rp. 39.000,- SDS Rp. 281.000,- HDS Rp. 68.000,-

39 Yenny, Kepala Bagian Logistik, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, tanggal 29 Oktober 2018.

40 Akhmad Bustomi, TIKI, https://www.academia.edu/9628548/Tiki, diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 12.29.

(42)

Berbeda pula penetapan tarif pengiriman barang dari Medan ke Jakarta.

Penggenapan tarif pun berbeda, mulai dari berat barang hingga 1,4 kg digenapkan ke 1 kg, sedangkan 1,5 kg digenapkan ke 2 kg.41

REG Rp. 18.500,- ECO Rp. 17.500,- ONS Rp. 25.000,- SDS Rp. 145.000,- HDS Rp. 35.000,-

C. Pengaturan dalam Pengiriman Barang

Konsumen/ pengirim dapat terlebih dahulu membungkus paket dengan rapi dan lapisi dengan plastik agar jika terkena hujan atau cairan isi barang tidak rusak, atau dapat mempergunakan plastik gembung jika barang yang hendak dikirim rentan dengan risiko pecah.

Untuk barang-barang pecah belah counter TIKI akan menawarkan pilihan untuk membungkus barang dengan packing styrofoam atau kayu, tergantung besar dan kebutuhan barang.42

Kasir atau karyawan counter TIKI akan mendata barang yang akan dikirim, ditimbang, dicek kelengkapan alamatnya, memastikan mengenai isinya apa, dan apakah barang tersebut merupakan barang pecah belah atau tidak. Kemudian konsumen diharuskan membayar biaya final yang tertera di nomor resi TIKI, kemudian pengirim akan menerima struk bukti pengiriman.

41 Isnaini, Kepala Bagian Customer Service, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, 29 Oktober 2018

42 Isnaini, Kepala Bagian Customer Service, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, 29 Oktober 2018

(43)

Proses selanjutnya petugas akan membuka segel tersebut dan melakukan penurunan barang. Dalam setiap barang, TIKI memberikan kode barcode, kode barcode ini berfungsi untuk mengetahui jumlah barang yang dikirimkan. Kode barcode tersebut akan dipindai oleh sistem TIKI yang biasa dinamakan Portable Data Terminal (PDT).43

Kode barcode juga terdapat QR Code yang berfungsi untuk memberitahukan posisi barang kepada pelanggan. QR Code juga akan dipindai oleh PDT. Setelah dipindai data barang akan terinput langsung ke sistem online TIKI.

Selanjutnya, petugas TIKI akan membagikan dua kategori barang yakni Luar Terpal (LT) dan Masuk Terpal (MT).

Kategori LT diartikan sebagai barang berukuran besar seperti, sepeda motor, sedangkan MT dikategorikan barang yang berukuran kecil.

Untuk barang kategori LT, petugas langsung membuat nomor resi jalan (Airway Bill) yang kemudian akan dikirimkan melalui jalur udara dengan pesawat.

Pengiriman melalui jalur darat dengan truk juga tersedia untuk mengiriman dalam kota.44

Sementara untuk barang kategori MT akan kembali diurai oleh petugas yang nantinya dipisahkan sesuai dengan lokasi tujuan pengiriman. Petugas juga memeriksa kembali kondisi kemasan barang kategori MT.

Semua barang LT maupun MT akan kembali dipindai melalui X-Ray. Hal ini untuk menyortir barang yang tidak diperbolehkan untuk dikirim seperti barang yang mudah terbakar atau narkoba.

43 http://www.bisniskurir.com/2017/05/begini-cara-kerja-jasa-pengiriman-tiki.html diakses pada 29 Oktober 2018

44 Yenny, Kepala Bagian Logistik, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, tanggal 29 Oktober 2018.

(44)

Dalam hal ini, TIKI bekerja sama dengan salah satu Regulated Agent untuk memeriksa barang tersebut ke suatu tempat khusus. Selanjutnya, petugas akan melaporkan ke pihak berwajib jika ada temuan narkoba. Setelah proses X-Ray selesai, barang LT dan MT kembali disortir untuk membedakan mana saja barang yang pengirimnya lewat darat. Jika lokasi tujuan pengiriman barang luar kota Medan, maka barang akan dikirimkan melalui udara, sedangkan jika lokasi tujuan barang daerah kota Medan, maka pengirimannya akan dilakukan melalui darat.45

45 Isnaini, Kepala Bagian Customer Service, PT Citra Van Titipan Kilat Jalan Senam Medan, 29 Oktober 2018

(45)

BAB III

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PELAKU USAHA TIKI DENGAN PENGIRIM DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA

A. Kajian Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 1. Wanprestasi oleh Pelaku Usaha

Dalam hukum perdata yang lebih banyak digunakan atau berkaitan dengan azas-azas hukum mengenai hubungan/masalah konsumen adalah buku ketiga tentang perikatan dan buku keempat mengenai pembuktian dan daluarsa. Buku ketiga memuat berbagai hubungan hukum konsumen. Seperti perikatan, baik yang terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan Undang-undang.

Hubungan hukum konsumen adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata). Hubungan konsumen ini juga dapat kita lihat pada ketentuan Pasal 1313 sampai Pasal 1351 KUHPerdata.

Pasal 1313 mengatur hubungan hukum secara sukarela diantara konsumen dan produsen, dengan mengadakan suatu perjanjian tertentu. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.

Perikatan karena Undang-undang atau akibat sesuatu perbuatan menimbulkan hak dan kewajiban tertentu bagi masing-masing pihak (ketentuan Pasal 1352 KUHPerdata). Selanjutnya diantara perikatan yang lahir karena Undangundang yang terpenting adalah ikatan yang terjadi karena akibat sesuatu perbuatan yang disebut juga dengan perbuatan melawan hukum (ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata). Sedangkan pertanggung jawaban perbuatan itu tidak saja merupakan perbuatan sendiri tetapi juga dari orang yang termasuk tanggung jawabnya seperti yang diatur pada Pasal 1367-1369 KUHPerdata.

(46)

Perbuatan melawan hukum (on rechtmatigedaad) diatur dalam buku ketiga Pasal 1365 sampai 1380 KUHPerdata, dan merupakan perikatan yang timbul dari Undang-undang. Perikatan dimaksud dalam hal ini adalah terjadi hubungan hukum antara konsumen dan produsen dalam bentuk jual beli yang melahirkan hak dan tanggung jawab bagi masing-masing pihak dan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya akan menimbulkan permasalahan dalam hubungan hukumnya.46

Perjanjian jual beli adalah satu perjanjian yang mengikat antara pihak penjual berjanji menyerahkan suatu barang/benda dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga (ketentuan pada Pasal 1457 KUHPerdata). Dari pengertian yang diberikan oleh Pasal 1457 KUHPerdata ini, persetujuan jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban:

1. Kewajiban pihak penjual untuk menyerahkan barang yang akan dijual kepada pembeli.

2. Kewajiban pihak pembeli untuk membayar harga barang yang akan dibeli kepada penjual.

Tentang kewajiban penjual ini, pengaturannya dimulai dari Pasal 1472 KUHPerdata. Penjual wajib menegaskan dengan jelas untuk apa ia mengikat diri dalam persetujuan jual beli. Kemudian lebih lanjut pasal tersebut memberikan suatu

“interpretasi”: segala sesuatu yang kurang jelas dalam persetujuan jual beli, atau yang mengandung pengertian kembar harus diartikan sebagai maksud yang

“merugikan” bagi pihak penjual. Pada dasarnya kewajiban penjual menurut Pasal 1473 dan Pasal 1474 KUHPerdata terdiri dari dua:

46 Sabarudin Juni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dilihat Dari Segi Kerugian Akibat Barang Cacat Dan Berbahaya. Usu Digital Library, 2002

(47)

a. kewajiban penjual untuk menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.

b. kewajiban penjual untuk memberi pertanggungan atau jaminan (vrijwaring), bahwa barang yang dijual tidak mempunyai sangkutan apapun, baik yang berupa tuntutan maupun pembebanan.

Pasal 1365 KUHPerdata merumuskan bahwa “setiap orang bertanggung jawab tidak hanya untuk kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya tapi juga disebabkan oleh kelalaiannya”.

2. Penyebab Timbulnya Wanprestasi oleh Pelaku Usaha

Untuk menetapkan apakah seorang debitur telah melakukan wanprestasi dapat diketahui melalui 3 (tiga) keadaan berikut: Wujud wanprestasi

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali

Artinya debitur tidak memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi dalam suatu perjanjian atau tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan undang-undang dalam perikatan yang timbul karena undang-undang.

b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru

Artinya debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang diperjanjikan atau yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau menurut kualitas yang ditetapkan oleh undang-undang.

c. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya

Artinya debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat, waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tidak dipenuhi. 47

47 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit. hlm. 17.

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan hasil penelitian Syed dan Raza (2011) yang masih berfokus pada keterampilan pengguna sebagai pendorong bagi bank untuk menyusun strategi teknologi mereka,

Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpul- an, bahwa keragaan reproduksi kerbau di Indone- sia menunjukkan hasil yang masih rendah yaitu umur berahi pertama, umur beranak

Ketika variabel dukungan sosial menjadi moderasi dalam hubungan tersebut maka ia memiliki peran dalam mengurangi pengaruh negatif yang dihasilkan dari konflik

Peluang yang cukup besar untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian dengan memanfaatkan pestisida nabati sudah menunjukkan efektivitasnya sebagai insektisida dari

Pada saat saya mendapat kesempatan studi lanjut S3, saya memutuskan untuk mengambil topik dinamika dan pengendalian proses, karena selain belum ada dosen UPN ”Veteran” Yogyakarta

Upaya mencari indikator mana yang memberi daya ungkit tinggi dalam pencapaian target MDGs dikonstruksi dalam sebuah model persamaan matematika dengan menggunakan

Dalam doktrin/ilmu pengetahuan hukum pidana, berdasarkan sejarah pembentukan dari pasal yang bersangkutan, penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan

Dapat pula dipahami bahwa rumusan defenisi tersebut juga menyiratkan tentang sifat kesementaraan dari hukum tata negara darurat (mengenai ini akan