• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN GURU PAUD TERHADAP DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE (DAP) DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI PAUD KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGAPAN GURU PAUD TERHADAP DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE (DAP) DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI PAUD KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAPAN GURU PAUD TERHADAP DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE (DAP) DALAM MENGEMBANGKAN

KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI PAUD KECAMATAN BERASTAGI

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

OLEH Nora Friska Yanti

108141021

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012

(2)

Skripsi yang Diajukan Oleh :

Nora Friska Yanti NIM : 108141021

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Telah Memenuhi Syarat Dan Disetujui Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Medan, Agustus 2012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dra. Nasriah, M.Pd 19571227 198403 2 003

Disetujui oleh,

Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dra. Rosdiana, M.Pd 19620310 198703 2 003

(3)

Skripsi Yang Diajukan Oleh

Nora Friska Yanti NIM. 108141021

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Telah Dipertahankan Dalam Ujian Pada Tanggal 30 Agustus 2012 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Medan, September 2012

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Ketua Jurusan

Drs. Nasrun, MS Drs. Rosdiana, M.Pd

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi yang berjudul “ Tanggapan Guru

PAUD Terhadap Developmentally Appropriate Practice dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini di PAUD Kecamatan Berastagi” yang

disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pendidikan Di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan.

Terimakasih tidak terhingga kepada Ayahanda Sumanto dan Ibunda Sopiatun yang memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta do’a yang tulus dan tidak

pernah berhenti, kalian orang tua terhebat.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs.Nasrun, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Prof.Dr.Yusnadi, MS selaku Pembantu Dekan I dan selaku dosen penguji saya yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini bisa lebih baik lagi.

4. Bapak Drs.Aman Simaremare, M.Pd selaku Pembantu Dekan II

(5)

6. Ibu Dra.Rosdiana, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Dosen PA saya dan sebagai dosen penguji saya yang telah membimbing dan memberikan saran sehingga skripsi ini lebih baik lagi.

7. Ibu Dra.Ratna Juwita,M.Pd selaku dosen penguji saya yang telah memberikan saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

8. Bapak Dr. Sudirman, SE, M.Pd, Kak Surya Indriawati dan Ibu Hanifah,S.Sos, M.Pd, Bapak Drs.E.Nainggolan, M.Pd, Bapak Drs. F.Simorangkir. MS, yang telah banyak membantu dan seluruh Dosen khususnya dosen PLS yang telah memberikan saya ilmu pengetahuan dan pembelajaran hidup yang sangat berharga.

9. Bapak Camat Kecamatan Berastagi serta seluruh kepala sekolah atau penyelenggara PAUD di Kecamatan Berastagi.

10.Terlebih Istimewa buat adinda Hendri Aryadi, Ade Kurniawan, Trismiyanti dan Bagus Riyanto. Terima kasih telah banyak memberikan do’a,

pengertiannya dan motivasi sehingga Mbak kalian ini dapat menyelesaikan perkuliahan ini, kalian semangat terbesar dalam hidup.

11.Teristimewa buat sahabat penulis, Hanna Azwar, Bulan Arie Fabregas, Perjuangan tidak berhenti sampai disini kawan, buat sahabat-sahabatku Agustina, Fadilah Utami, Anggi Yolandha, Dita Vatyas, Sri Ramadhani, Cici Pratiwi, Mhd Taufiq, Titiska, Suci, Mhd. Adlan, Abdi Wahid, Enda Perta, Nora Winda, Hoirul, Sartika, Fazri, Sempurna, dan Bang Abdan Sakura Lubis kalian semua yang selalu memberikan dukungan luar biasa selama kuliah ini. 12.Buat sahabat-sahabat dan adik kosan penghuni 171, Yunisa Dwijayati, Kak

(6)

Herawati, Aminan Bancin, Nurbaiti, Pida, Elvi, Tika, Rita, Dian, Suci, Nita, Mila yang telah menemani hari-hari dan membuatnya jadi penuh warna, membantu penulis dalam semua hal dan selalu mau berbagi dengan penulis. 13.Buat teman-teman satu stambuk (2008) Krisnaya, Rosidah, Noviyanti, Novita,

Romanty, Golda, Nando, Posan, Abraham, John, Sherly, Merly, Elfrina, Dones, Marsinta, Chris Natalia. Buat Kakak dan Adik Stambuk Penulis, Stambuk 2006, 2007, 2009-2011, teristimewa buat Kak Nova Maulida Siregar, Bang Andika Yusuf, Kak Nila Andriani, dan Kak Mindo, Kak Putri yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

14.Terimakasih tak terhingga juga buat Wak Pongg (sii Laptop Hebat) tampamu semua ini tak akan selesai.

15.Kepada semua pihak yang membantu dan memberi dukungan dan motivasi kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan banyak kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2012 Penulis

(7)

ABSTRAK

Nora Friska Yanti. 108141021. Tanggapan Guru Paud Terhadap Developmentally Aproppriate Practice (DAP) Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini Di PAUD Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2012.

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah 1) Anak tidak dapat mengelola emosi dengan baik. 2) Anak mengalami proses belajar yang salah dalam ruang lingkup kecerdasan emosional. 3) Guru di sekolah masih lebih mementingkan IQ dari pada EQ. 4) Guru kurang menstimulasi kecerdasan emosi anak usia dini. 5) Guru PAUD kurang memahami teori dari konsep DAP dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap DAP dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini di PAUD Kecamatan Berastagi.

Teori yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam bahasa Indonesia adalah “ Pendidikan yang patut dan menyenangkan”. Tiga dimiensi dalam konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya, dan (3) Patut secara individual,

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan jumlah populasi penelitian adalah 71 orang dan sampel dalam penelitian 50 % dari populasi yaitu 35 orang dari guru PAUD di Berastagi. Intrumen pengumpulan data yang dilakukan adalah angket dan dokumentasi. Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan teknik persentase.

P =

x100%

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL………..vii

DAFTAR GAMBAR………...……….viii

DAFTAR GRAFIK……….ix

DAFTAR LAMPIRAN………...x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Identifikasi Masalah………..6

1.3 Batasan Masalah………7

1.4 Rumusan Masalah………..…7

1.5 Tujuan Penelitian………..….7

1.6 Manfaat Penelitian………...7

BAB II : KAJIAN TEORI 2.1 Kerangka Teori……….8

2.1.2 Defenisi Tanggapan………..…………8

2.1.2 Jenis Tanggapan………..12

2.1.3 Definisi Kecerdasan………13

2.1.4 Kecerdasan Emosional………16

2.1.5 Konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP)………...30

2.1.5 Tanggapan Guru PAUD Terhadap DAP Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini………….………...37

2.2 Kerangka Konseptual……….………...…….39

(9)

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian………..41

3.2 Populasi dan Sampel………..41

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………...43

3.4 Alat Pengumpulan Data………44

3.5 Teknik Analisis Data……….46

3.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian………47

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………..49

4.1.1 Deskristif Keadaan Kecamatan Berastagi………..49

4.1.2 Luas Wilayah Dan Jumlah Penduduk………50

4.1.3 Jumlah PAUD di Kecamatan Berastagi……….51

4.1.4 Personil dan Struktur Organisasi………51

4.1.5 Visi dan Misi Organisasi Kantor Camat………52

4.2 Deskripsi dan Hasil Penelitian……….……….……….53

4.2.1 Analisis Hasil Tanggapan Guru PAUD……….54

4.2.2 Hasil Tanggapan Guru PAUD……….…..62

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………..64

5.2 Saran………...………….………..65

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan aset yang amat berharga bagi orang tua sekaligus sebagai investasi nyata di masa mendatang. Setiap anak yang dilahirkan, telah membawa karakter dan sifatnya sendiri, termasuk juga membawa kecerdasan intelektual yang dikenal sebagai Inteligent Question (IQ) dan kecerdasan emosional yang dikenal sebagai

Emotional Question (EQ )dan spiritual question (SQ) secara seimbang dengan

berbagai metode. IQ dapat diukur dengan suatu alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal, termasuk daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, konsepsi, persepsi, pengolahan infomasi, dan kemampuan abstraksi. Namun, semua hasil tes ini bersifat sementara karena hasil tes IQ yang baik juga bergantung beberapa hal, misalnya latihan stimulasi dan kondisi fisik yang dialami anak. Di sisi lain, perilaku, kesehatan mental, pendidikan dan nilai yang dianut ibu, faktor keluarga, dan perkembangan usia juga memungkinkan perolehan hasil yang baik.

Daniel Goleman dalam (Muschlis, 2011:30) berpendapat tentang “Keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh

(12)

2

Keduanya akan sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan dapat juga mempengaruhi keberhasilan atau kegagalannya. Orang tua bersama para pengajar dan lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak mengembangkan potensi kecerdasan yang mereka miliki. Kapasitas kecerdasan emosional anak dimulai sejak usia dini, jauh di bawah usia sekolah.

Menurut Nash dalam Jalal, 2002 (dalam Mashar, Riana, 2011:116) “Bayi yang baru lahir memiliki lebih kurang 100 miliar neuron dan sekitar 1 triliun sel gliga yang berfungsi sebagai perekat synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk sambungan antar neuron”. Sel-sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya dan mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Berbagai penelitian dalam bidang psikologi anak (dalam Goleman, Daniel, 1999:430) membuktikan bahwa kecerdasan emosional itu sangat berpengaruh pada masa depan anak : “Anak-anak dengan kecerdasan emosional yang tinggi adalah anak-anak yang bahagia, percaya diri, populer, dan lebih sukses. Mereka lebih mampu menguasai gejolak emosinya, menjalin hubungan yang manis dengan orang lain, bisa mengatasi stress, dan memiliki kesehatan mental yang baik”. Dengan demikian, kecerdasan emosional diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidup ini dan menjadi dasar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, penuh perhatian, dan cinta kasih serta produktif.

(13)

3

aspek kognitif anak”. Masih bertumpu pada Goleman, Muslich (20011:30-31) juga berpendapat bahwa.

Kondisi tersebut dapat ditanggulangi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan budi pekerti, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.

(14)

masalah-4

masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Seperti hasil pengamatan di SKB Karo, khususnya di PAUD Pelangi, guru kurang menstimulasi kecerdasan emosional anak usia dini dan masih lebih mementingkan IQ dari pada EQ anak didiknya, hal ini dapat kita lihat di PAUD Pelangi banyak anak-anak yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik namun anak masih mengalami masalah baik di rumah maupun di sekolah. Selain masalah yang terkait dengan masalah fisik, kognitif, anak juga mengalami masalah yang sifatnya emosional, yang ditunjukkan lewat tingkah laku yang dipandang bermasalah, sehingga masalah emosional sering terjadi pada anak dan menjadi keluhan orang tua serta pengajar di mana anak kurang dapat mengelola emosi dengan baik seperti : Ekspresi emosi yang tidak tepat ketika anak di sekolah, kecemburuan pada saudara kandung dan teman yang berlebihan, sulit ditinggalkan orang tua di sekolah, berebut mainan, rendahnya keterampilan sosialisasi, dikucilkan oleh teman-teman, tidak peduli dengan orang lain atau teman, berkelahi di sekolah, kurangnya kemandirian anak dan menutup diri kepada orang lain.

(15)

5

Menurut Ekowarni (dalam Mashar, Riana 2011:120) “Agar stimulasi dapat diberikan dengan akurat perlu memerhatikan waktu memberikan stimulasi, aspek perkembangan yang akan distimulasi, media yang digunakan dan pelaku atau individu yang memberikan stimulasi”. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan prinsip atau konsep Developmentally Appropriate practice (DAP) dimana perlakuan yang diperoleh di sekolah harus sesuai dengan taraf perkembangannya, seperti yang dijelaskan oleh Bredekamp dalam Nugraha dan Rahmawati, 2004 (dalam Mashar, Riana 2011:120-121), yang menyatakan bahwa “banyak program yang dilaksanakan guru namun tidak diminati oleh anak karena program ini kurang sesuai dengan kebutuhan dan taraf perkembangan anak”. Jadi, bukan anak yang harus menyesuaikan dengan program tetapi program yang harus disesuaikan dengan anak sehingga diperlukan konsep DAP dimana guru menerapkan pembelajaran sesuai dengan taraf perkembangan siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak usia dini. Namun di PAUD Pelangi guru kurang memahami teori dari konsep DAP, padahal mereka telah melaksanakan konsep DAP itu.

Pada hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fakhrurrozi dalam sebuah jurnal pengaruh konsep DAP terhadap kecerdasan emosional anak 2007:15,

(16)

6

subjek, pada kasus ini terdapat perbedaan antara kedua subjek. Subjek 1 kalau menghadapi masalah dia langsung mengambil inisiatif untuk menyelesaikannya pada saat itu juga. Subjek 2 merasa kurang bisa mengambil inisiatif sendiri untuk menyelesaikan sebuah masalah. (d) Pengaruh konsep DAP terhadap rasa empati subjek, pada kasus ini terdapat persamaan antara kedua subjek. Subjek 1 dan subjek 2 semakin percaya dengan teman-teman dekatnya saja. (e) Pengaruh konsep DAP terhadap keterampilan sosial subjek, pada kasus ini terdapat persamaan antara kedua subjek. Subjek 1 semakin bisa untuk bekerjasama dengan teman-temannya. Subjek 2 hanya bisa bekerjasama dengan teman-teman dekatnya saja.

Penelitian yang dilakukan oleh fakhrurrozi, kecerdasan emosional dengan menggunakan konsep DAP dirasakan berdampak positif terhadap kecerdasan emosional anak. Ini semua berlaku di dalam ruang lingkup subjek dengan teman-teman dan keluarganya.

Berdasarkan masalah dan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk membahas dan menelaah lebih rinci lagi dengan judul “ Tanggapan Guru PAUD

Terhadap Developmentally Appropriate Practice (DAP) Dalam mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini Di PAUD Pelangi SKB Karo”.

1.2 Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalahnya adalah : 1. Anak tidak dapat mengelola emosi dengan baik.

2. Anak mengalami proses belajar yang salah dalam ruang lingkup kecerdasan emosional.

3. Guru di sekolah masih lebih mementingkan IQ dari pada EQ. 4. Guru kurang menstimulasi kecerdasan emosi anak usia dini.

(17)

7

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah Tanggapan Guru Terhadap DAP Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini.

1.4 Rumusan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan dan merupakan titik awal peneliti mengadakan penelitian. Masalah yang ditemukan perlu dirumuskan secara jelas dan tepat sehingga dapat dipecahkan dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah serta pengalaman lapangan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana Tanggapan Guru Terhadap DAP Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap DAP dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini di PAUD Kecamatan Berastagi.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peserta didik, dapat mengolah emosi dengan baik.

2. Bagi pengajar, khususnya pengajar PAUD dapat meningkatkan perhatiannya untuk mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik melalui strategi pembelajaran DAP.

3. Bagi orang tua, dapat meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya kecerdasan emosional bagi masa depan anak.

(18)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

Kesimpulan hasil tanggapan guru PAUD terhadap DAP dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini sebagai berikut:

1) Guru PAUD beranggapan bahwa DAP penting dan bermanfaat diberikan kepada anak usia dini dalam mengembangkan kecerdasan emosionalnya. 2) Dari hasil penelitian tanggapan guru PAUD terhadap DAP dalam

mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini yaitu 60% guru PAUD sangat merasakan manfaat DAP dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini sedangkan 32% guru PAUD hanya sedikit merasakan manfaatnya dan 8% guru PAUD beranggapan tidak merasakan manfaat apabila DAP diterapkan di PAUD.

3) Guru Paud Beranggapan bahwa DAP apabila diterapkan di PAUD maka akan mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini agar menjadi bekal bagi mereka di masa yang akan datang.

(19)

65

5.2SARAN

Berdasarkan data dilapangan dan kesimpulan penelitian ini, maka saran-saran berupa rekomendasi dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Guru diharapkan dapat lebih memfokuskan pembelajaran yang patut dan sesuai dengan perkembangan anak agar anak usia dini dapat berkembang sesuai dengan usianya yaitu dengan menerapkan DAP atau pendidikan yang patut pada anak usia dini di PAUD masing-masing.

b. Guru diharapkan banyak membaca dan mencari referensi baru tentang pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan anak usia dini baik dari segi intelektual, emosional maupun spiritual.

c. Memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode yang lebih tepat sesuai dengan perkembangan anak agar mereka tidak bosan dan semangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

(20)

66

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Buku

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta Goleman, Daniel. 1999. Emotional Intelegence. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Hankin, Sheena. 2005. Strategi Untuk Meningkatkan Rasa percaya Diri. Jakarta: Gramedia Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka

Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia dini dan strategi pengembangnnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Miftah, Thomas. 1992. Tanggapan dan Jenisnya. Jakarta: Ghalia Indonesia Mubayidh, Makmun. 2010. Kecerdasan dan Kesehatan Emosi Anak. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar.

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Papalia, Diane, E.Dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Prasetyo, D.S. 2008. Metode Membuat Anak Cerdas Sejak Dini. Yogyakarta: Graha ilmu

Safaria, Triantoro. 2007. Spiritual intelligence. Yogyakarta: Graha Ilmu

Semiawan, Conny. R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Shapiro, Lawrence. E. 1999. Mengajarkan Emotional Intelegence Pada Anak. Jakarta: Gramedia pustaka

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

(21)

67

Tim penyusun. 2012. Pedoman penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed

Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sumber : Internet/ Jurnal

Fakhrurrozi, M. 2007. Pengaruh Konsep Developmentally Aproppriate Practice terhadap Kecerdasan emosional Anak (on-line), vol.3, No.1, dalam (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/artikel%20EQ.pdf, diakses 25 Maret 2012).

Hariastuti, Retno & Saman, Abdul. 2007. Mengembangkan Kecerdasan

Emosional Anak (on-line). Vol:8, No:1, 2007:101-110, dalam (http://intisari-online.com/read/meningkatkan-kecerdasan-emosional-pada-anak, diakses 4 April 2012).

Hayati, Nur. 2009. Menstimulasi Kecerdasan Emosional Anak Sejak Usia Dini (online).Vol:5,No:1,dalam(http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/menstimul asi-emosional-anak.pdf, diakses 25 maret 2012).

Hayati, Nur. 2009. Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-kanak (on-line). Vol:8,No:1,dalam(http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/permasalahanemosi onal-anak-usia-dini.pdf, diakses 25 maret 2012).

Kandoli, Louisa Nicolina. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Anak usia 5-6 Tahun (on-line). Vol:4, No:1, dalam (http://blog.elearning.unesa.ac.id/nur-ardisti/faktor-faktor-kecerdasan-emosional-pada-anak-usia-dini, diakses 15 April 2012).

Lidinillah, Muiz. 2008. Developmentally Appropriate Practice(DAP):Penerapan pada program pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar (on-line). Dalam(http://4gus3.blogspot.com/2009/05/DAP-penerapan-program-paud-sd, diakses 5 mei 2012)

(22)

68

Sumber : Skripsi

LumbanGaol, Nila Andriani. 2012. Tanggapan Warga Binaan Terhadap Layanan Bimbingan Sosial Di UPT Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2011. Medan: Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak dipublikasikan

Nasution, Siti Zulaiha. 2010. Tanggapan korban Penyalahgunaan Narkoba Terhadap program Penanggulangan yang di Lakukan Galatea. Medan: Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak dipublikasikan.

Purba, Arbai’yah. 2011. Tanggapan Warga Belajar Paket C Terhadap

Lingkungan Belajar Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Madya Insani Medan. Medan: Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak dipublikasikan.

Referensi

Dokumen terkait

Secara etimologi, istilah jurnalistik berasal dari journalism , yang berasal dari bahasa prancis; journal , yang berarti catatan harian. Catatan harian pada dasarnya

Jadi unit pelayanan perusahaan seharusnya memiliki kemampuan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan pelanggan, sehingga dapat menjadi masukan bagi perusahaan

By analyzing using the Male Sex Role in the 1980s and themes of masculinity in the 2000s, I will prove that there are four types of ideal men in the 1980s Harlequin novels

bawahan di lingkungan Seksi Kompetensi Teknis jabatan setiap saat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar; Membimbi ng

Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku berdasarkan tingkat pendidikann, pengetahuan yang dikategorikan baik pada responden tingkat pendidikan akhir SMA sebanyak

” Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk

PENGGUNAAN ALAT BANTU KARET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MEROD A PAD A PEMBELAJARAN SENAM LANTAI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang menggangu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri, menyebabkan depolarisasi nosiseptor dan memicu