KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Administrasi Pendidikan
Oleh:
Mohammad Ajid Abdul Majid 1005772
DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KOTA BANDUNG
Oleh
Mohammad Ajid Abdul Majid
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Mohammad Ajid Abdul Majid Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
MOHAMMAD AJID ABDUL MAJID 1005772
KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI 4 KOTA BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,
Dr. Yati Siti Mulyati, M.Pd. NIP. 19520929 198403 2 001
Pembimbing II,
Dr. Eka Prihatin. M.Pd. NIP. 19660712 200604 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………..
C. Tujuan Penelitian………
1. Konsep Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah………
2. Konsep Produktivitas Kerja Guru………
3. Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Terhadap
Produktivitas Kerja Guru……….
4. Penelitian Terdahulu………
B.KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN………
C.ASUMSI PENELITIAN………....
D.HIPOTESIS PENELITIAN………..
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian……….
B. Desain Penelitian………
C. Metode Penelitian………..
D.Definisi Operasional……….
E.Instrumen Penelitian………..
F. Proses Pengembangan Instrumen………..
G.Teknik Pengumpulan Data……….
H.Analisis Data………..
47
53
57
59
62
65
74
76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………..
B. Pembahasan Hasil Penelitian……….
87
116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan……….
B.Saran………..
127
128
DAFTAR PUSTAKA 131
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan yang kompleks dan dinamis manusia tidak
bisa terlepas dari komunikasi, karena pada hakikatnya manusia dipandang
sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan dan saling berhubungan.
Komunikasi itu sendiri merupakan urat nadi bagi kelangsungan hidup manusia
dalam berhubungan dengan oranglain. Secara hemat bisa dikatakan bahwa
manusia sangat dipengaruhi oleh pola komunikasi yang dilakukannya dengan
manusia yang lain dengan tujuan agar manusia tersebut dapat mempertahankan
eksistensi dalam kehidupannya. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Applboum (1974:63) dalam Silalahi (2011) yang menyatakan
bahwa „We spend an estimated three-fourths of our waking hours in some form of communications-reading, writing, speaking and listening.‟ Ini berarti bahwa tiga perempat waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi-membaca,
menulis, berbicara dan mendengarkan.
Di sisi lain, patut kita sadari bahwa manusia bukan hanya terletak pada
kemampuan fisiknya saja, tetapi juga pada kemampuan berkomunikasi dan
kemampuan bekerja sama dengan oranglain. Demikian juga halnya dalam suatu
organisasi, dimana organisasi adalah suatu wadah tempat berkumpulnya
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Suatu organisasi terdiri
dari berbagai komponen yang saling berhubungan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan melakukan komunikasi, tiap personil dapat
saling berhubungan satu sama lain. Dalam konteks ini, komunikasi merupakan
alat yang dapat dijadikan sebagai sarana setiap orang untuk dapat berinteraksi
dengan yang lain sehingga terbentuk kesepahaman pemikiran tentang aktivitas
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mereka lakukan. Komunikasi pula dipandang sebagai perekat untuk
mengoordinasikan seluruh orang dalam organisasi dan pembentuk kerja sama
dalam menjalankan sasaran organisasi tersebut.
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) dijelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berkaitan dengan pengertian pendidikan diatas, patut kita perhatikan
bahwa untuk mewujudkan cita-cita nasional dalam bidang pendidikan, maka
diperlukan suatu organisasi untuk memfasilitasinya. Salah satu organisasi dalam
ruang lingkup pendidikan yang kita kenal adalah sekolah. Sekolah adalah tempat
bertemunya orang-orang yang bekerjasama untuk melakukan proses
pembelajaran secara terstruktur dan sistematis agar tujuannya dicapai dengan
efektif dan efisien. Lebih luas lagi, pembelajaran tersebut dilakukan agar tujuan
pendidikan tercapai secara komprehensif. Sebagaimana termaktub dalam
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa:
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa untuk mencapai tujuan Pendidikan
Nasional, maka sekolah sebagai institusi pendidikan butuh akan pembelajaran
yang berkualitas. Kualitas pembelajaran salah satunya ditentukan oleh keahlian
guru dalam mendidik dan mengerjakan pekerjaannya secara efektif dan efisien.
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran, meskipun peserta didiklah yang menentukan hasilnya sendiri.
Dalam proses pembelajaran yang berlangsung terdapat suatu kondisi dimana
keseluruhan sumberdaya manusia tidak bisa untuk tidak melakukan aktivitas dan
menghasilkan sesuatu yang bernilai dari aktivitas itu, termasuk guru. Pada
kondisi ini, guru dituntut untuk mampu menghasilkan temuan baru sebagai hasil
pembelajaran, baik berupa metode mengajar yang relevan dengan kebutuhan
siswa, pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), penggunaan TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi), inovasi sistem pembelajaran di kelas,
juga mampu menghasilkan tulisan baik untuk dirinya maupun sebagai bahan
bacaan bagi peserta didik. Semua hal ini bisa dilakukan oleh guru yang produktif
dan memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Guru yang produktif mampu
memperlihatkan segenap potensi positif yang dimilikinya dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Produktif di sini diartikan sebagai sesuatu hal
yang bisa untuk digali dan dikembangkan. Sedangkan produktivitas itu sendiri
merujuk pada keinginan seseorang untuk meningkatkan kualitas kehidupannya
dalam berbagai aspek.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa tidak selamanya harapan selalu
sejalan dengan kenyataan. Begitu juga dengan proses pembelajaran yang masih
banyak diwarnai kerikil sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara
efektif dan efisien. Kenyataan yang ada mengatakan bahwa guru masih kurang
produktif, seperti yang dirangkum dalam sebuah artikel media massa yang ditulis
oleh Rachmad (Radar Malang, 2009) dalam Sutikno (2009:7) yang
mengemukakan bahwa “Para guru di Kota malang masih banyak kelemahan, kurang tanggap strategi, tidak banyak cara, kurang disiplin, lemah sumber,kurang
terampil, tidak punya selera, asal susun materi, muatan amat lemah, dan jaman
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal serupa juga diutarakan oleh Paka Wishnu (2012) berdasarkan hasil
penelitiannya tentang Kontribusi Supervisi terhadap Produktivitas Kerja Guru di
Sekolah Dasar Negeri Kwadungan 02 Kecamatan Kerjo pada tahun 2012
membuahkan hasil bahwa:
Produktivitas kerja guru masih rendah dilihat dari masih kurangnya capaian kerja guru dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum maupun dilihat berdasarkan hasil belajar siswa, Kendala-kendala akademis yang dialami guru bersumber dari kendala-kendala konseptual dan teknis yang mana guru sangat mengharapkan bantuan dari Kepala Sekolah untuk memberikan solusi, seperti masalah strategi pengembangan proses pembelajaran yang efektif, strategi penggunaan media pembelajaran, serta masalah teknis lainnya, dan ketidakpercayaan diri guru yang masih rendah mengakibatkan rendahnya motivasi guru dalam mencari alternatif solusi secara mandiri.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah bentuk satuan pendidikan
kejuruan yang mempunyai tujuan menyiapkan siswa untuk mampu bekerja dalam
suatu bidang juga membekali siswa supaya memiliki keahlian sesuai
kompetensinya. Agar tujuan sekolah menengah kejuruan tercapai maka
diperlukan pendidik dan tenaga pendidik yang berkualitas, fasilitas yang lengkap
dan sesuai, metode pembelajaran yang mendukung serta pengelolaan yang baik.
namun, yang menduduki posisi strategis dalam mewujudkan tujuan tersebut
adalah guru sebagai pendidik, karena disinilah guru terlibat langsung secara aktif
dengan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun proses
pendidikan di lingkungan sekolah. Guru yang mampu mewujudkan tujuan
tersebut haruslah produktif dalam melakukan pekerjaannya, sehingga mampu
mengantarkan siswa menuju pintu dunia kerja dengan baik dan mantap. Guru
yang produktif adalah guru yang memiliki tingkat produktivitas kerja yang
tinggi, ia mampu memperlihatkan segenap potensi yang dimilikinya untuk
melakukan pekerjaannya dengan baik. oleh karena itu di sini diperlukan
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produktivitas kerja guru sehingga tujuan sekolah tercapai dengan efektif dan
efisien.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti melakukan studi pendahuluan
untuk mendapatkan informasi secara langsung dari beberapa guru Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung. Hasil studi pendahuluan
memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa masih terdapat masalah terkait
melemahnya produktivitas kerja guru yang secara umum diakibatkan oleh
beberapa hal berikut, yaitu:
1. Kepala sekolah jarang melakukan pengontrolan pembelajaran sehingga
mengakibatkan sebagian besar guru jarang membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), sering memberikan tugas kepada siswa tanpa kehadiran
guru di kelas, yang pada akhirnya efektivitas dan efisiensi pembelajaran di
kelas menjadi tidak tercapai dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran yang
mana banyak siswa yang tidak mencapai target nilai minimal.
2. Adanya hubungan yang tidak baik dan kurang harmonis, dimana kepala
sekolah jarang melakukan komunikasi yang intens dengan guru;
3. Disiplin kerja guru yang masih kurang baik ditunjukkan oleh tingkat
kehadiran guru, sering terlambatnya guru datang ke sekolah dan masuk kelas
yang menyebabkan kondisi di dalam kelas menjadi kurang terkendali ketika
tidak ada guru atau guru terlambat masuk kelas.
Selain itu, peneliti juga mendapatkan data terkait penurunan rata-rata
perolehan nilai ujian nasional (UN) sekolah menengah kejuruan di Kota
Bandung, dimana hal tersebut bisa jadi diakibatkan oleh dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 1.1
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Tahun Pelajaran Rata-rata nilai UN
1 2011/2012 8.21
2 2012/2013 6.33
3 2013/2014 6.02
Sumber : Data Dinas Pendidikan Kota Bandung
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat kita lihat bahwa perolehan nilai
rata-rata dari tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Ini mengindikasikan bahwa terdapat kerikil dalam proses kerja guru,
Untuk menanggulangi masalah tersebut maka diperlukan suatu usaha dari kepala
sekolah selaku pemimpin agar masalah yang muncul dapat diminimalisir.
Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dangkua (dalam Sutikno,
2009:109) didapatkan hasil bahwa “Produktivitas kerja guru dapat meningkat antara 35%-40% melalui pengaruh atau dorongan kepala sekolah, dan 60%-65%
ditentukan oleh kemampuan guru.” sehingga tujuan bersama dapat dicapai dengan baik. Selanjutnya, Mulyasa (2006:103) menyatakan bahwa:
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka untuk merealisasikan peran dan
fungsinya sebagai kepala sekolah sekaligus manajer dan supervisor diperlukan
keahlian berkomunikasi. Komunikasi itu sendiri merupakan alat manajemen dan
fungsi administrasi dalam pencapaian tujuannya. Seperti yang diungkapkan oleh
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suatu organisasi tidak dapat melaksanakan fungsinya tanpa adanya komunikasi. Komunikasi mengikat bersama bagian-bagian dari suatu organisasi atau mendorong orang-orang untuk bertindak. Agar terjadi kegiatan kelompok atau organisasi, maka harus ada komunikasi antara para anggota
Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
rangka meningkatkan produktivitas kerja guru adalah komunikasi interpersonal,
di mana komunikasi interpersonal ini dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru
dalam rangka mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh guru, serta
membina hubungan yang lebih harmonis agar meningkatnya motivasi guru dalam
bekerja sehingga berimbas positif terhadap produktivitas guru tersebut. Hal ini
sejalan dengan hasil pemikiran Suranto (2011:13) yang mengungkapkan bahwa:
Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Komunikasi interpersonal yang berlangsung baik dan intens akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin tinggi tingkat produktivitas
kerja guru, maka keberadaan sekolah akan semakin baik. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Effendy (2013:30) bahwa :
Komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh suatu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator denga komunikan.
Pada dasarnya, tidak ada satupun institusi pendidikan atau sekolah yang
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas
kerja guru, sehingga sekolah yang dipimpin menjadi lebih produktif dan mampu
menghasilkan inovasi bagi dunia pendidikan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
bermaksud melakukan penelitian mengenai “Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Masalah yang ingin diteliti oleh peneliti adalah Kontribusi Komunikasi
Interpersonal Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung. Dalam proses identifikasi masalah
pada tahap ini, secara umum masalah yang dihadapi oleh guru masih pada tataran
teknis, Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara kepada salah
guru di salahsatu SMK Negeri Kota Bandung, didapatkan informasi bahwa
sebagian guru masih mempunyai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
seperti guru yang tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
karena kepala sekolah ataupun wakil kepala sekolah tidak pernah mengontrol
atau mengevaluasi RPP yang dibuat oleh guru, sebagian guru (tidak disebutkan
jumlahnya) mengajar tidak mengacu pada RPP secara baik, sehingga berimbas
pada hasil evaluasi pembelajaran yang cenderung tidak mencapai kriteria
minimal, lalu terciptanya hubungan yang tidak harmonis dengan kepala sekolah
dalam berkomunikasi, salah satu hal yang sering terjadi adalah karena kepala
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan komunikasi dengan guru dan pada akhirnya guru bekerja sesuai
dengan apa yang dikehendakinya karena kurangnya kontrol dari kepala sekolah.
Peran kepala sekolah dalam memecahkan masalah di atas sangat
diperlukan, terutama dalam berkomunikasi secara interpersonal dengan guru
untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran,
mengomandoi tugas guru agar sesuai dengan standar yang berlaku, dan untuk
menjalin hubungan kekerabatan dengan guru. Melalui komunikasi interpersonal
kepala sekolah terhadap guru, diharapkan munculnya motivasi yang positif dari
guru dalam bekerja sehingga produktivitas kerjanya meningkat secara signifikan.
1. Batasan Masalah
Berangkat dari hasil identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas serta
untuk menjaga agar permasalahan yang akan diteliti tidak meluas, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dilakukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Secara Konseptual
Dalam ranah konseptual, peneliti membatasi permasalahan yang akan
diteliti berkisar pada kajian Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala
Sekolah sebagai variabel bebas (X) terhadap Produktivitas Kerja Guru
sebagai variabel terikat (Y).
b. Secara Kontekstual
Sementara secara kontekstual peneliti akan melakukan penelitian terhadap
Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dimaksudkan untuk merumuskan permasalahan
penelitian ke dalam bagian-bagian yang lebih jelas dan terstruktur dengan
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diteliti. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah terhadap
Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota
Bandung.
Dari masalah pokok yang akan dibahas, peneliti menjabarkan ke dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana komunikasi interpersonal berlangsung antara kepala sekolah
dan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung?
b. Bagaimana produktivitas kerja guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
di Kota Bandung? dan
c. Bagaimana Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah
terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di
Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Arikunto (2006:51) menyatakan bahwa “tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian
selesai.” Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran yang
jelas mengenai Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah
Terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di
Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang terjadi antara kepala
sekolah dan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota
Bandung;
b. Untuk mengetahui produktivitas kerja guru Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri di Kota Bandung; dan
c. Untuk mengetahui seberapa besar Kontribusi Komunikasi Interpersonal
Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri di Kota Bandung.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan
disiplin ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya mengenai kontribusi
komunikasi interpersonal kepala sekolah terhadap produktivitas kerja guru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan peneliti dalam
bidang komunikasi khususnya komunikasi interpersonal kepala sekolah,
hingga harapan lebih lanjut peneliti dapat mengaplikasikannya secara
aktual di lapangan.
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagi pihak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung,
penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan proses
komunikasi interpersonal antara kepala sekolah dengan guru sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja guru yang lebih baik.
E. Struktur Organisasi Skripsi
1. Judul
Judul skripsi ini adalah :Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala
Sekolah terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri di Kota Bandung.” 2. MutiaraHalaman Pengesahan
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh tim pembimbing, yaitu:
1) Pembimbing I : Dr. Yati Siti Mulyati, M.Pd.
NIP. 19520929 198403 2 001
2) Pembimbing II : Dr. Eka Prihatin, M.Pd.
NIP. 19660712 200604 2 001
3) Dan diketahui oleh Bapak Dr. H. Endang Herawan, M.Pd. selaku Ketua
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia.
3. Pernyataan Tentang Keaslian Karya Ilmiah
4. Kata Pengantar
5. Ucapan Terimakasih
6. Abstrak
7. Daftar Isi
8. Daftar Tabel
9. Daftar Gambar
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11. BAB I Pendahuluan
Merupakan uraian dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, dan Struktur
Organisasi Skripsi.
12. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Berisi tentang, Landasan Teori yang menjadi dasar penelitian, Kerangka
Pemikiran Penelitian dan Hipotesis Penelitian.
13. BAB III Metode Penelitian
Berisi tentang Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, Desain dan
Justifikasi Penelitian, Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan Metode,
Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.
14. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Memuat hasil Pengolahan/Analisis Data yang dapat dilakukan berdasarkan
prosedur penelitian kuantitatif dan Pembahasan/Analisis Temuan.
15. BAB V Kesimpulan dan Saran
Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis
temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penelitian kesimpulan, yakni
dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.
16. Daftar Pustaka
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam rangka merealisasikan penelitian yang akan dilakukan, maka
dibutuhkan suatu objek yang akan diteliti yang selanjutnya digunakan sebagai
sumber data, tentunya objek tersebut disesuaikan dengan fokus permasalahan
dalam penelitian yang akan dilakukan. Objek yang dimaksud ditetapkan dalam
suatu lokasi penelitian, yang selanjutnya pada lokasi penelitian itu dapat
diketahui populasi dan sampel penelitian. Di bawah ini peneliti memaparkan
hal-hal yang berkaitan dengan lokasi, populasi dan sampel penelitian.
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Bandung yang berjumlah
15 Sekolah.
2. Populasi Penelitian
Populasi merupakan kumpulan dari beberapa objek/subjek yang
ditetapkan peneliti sebagai sumber data penelitian. Menurut Millan dan Schumacher (1997:246) mengemukakan bahwa “populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individu, objek atau peristiwa uyang berhubungan
dengan criteria spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi tagert
generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan.” Hal ini sejalan dengan
pendapat Sugiyono (2013:117) yang mengemukakan bahwa “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian ditarik kesimpulannya.” Hemat peneliti bahwa untuk mendapatkan populasi yang sesuai dengan kajian penelitian, peneliti harus mengidentifikasi
jenis data yang diperlukan yang relevan dan mengacu pada permasalahan
penelitian.
Permasalahan umum dalam penelitian ini adalah seberapa besar
kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah terhadap produktivitas
kerja guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung.
Berdasarkan permasalahan umum tersebut, maka yang dijadikan populasi oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
di Kota Bandung yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun
rinciannya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Distribusi Populasi Penelitian
No. Nama Sekolah Alamat Sekolah Jumlah
1 SMK Negeri 1 Bandung Jl. Wastukancana no. 3
Kec. Sumur Bandung 80
2 SMK Negeri 2 Bandung Jl. Ciliwung no. 04
Kec. Bandung Wetan 56
3 SMK Negeri 3 Bandung Jl. Solontongan no. 10
Kec. Lengkong 53
4 SMK Negeri 4 Bandung Jl. Kliningan no. 06
Kec. Lengkong 52
5 SMK Negeri 5 Bandung Jl. Bojongkoneng no.37A
Kec. Cibeunying Kidul 54
6 SMK Negeri 6 Bandung Jl. Soekarno-Hatta
Kec. Gedebage 26
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kec. Buah Batu
8 SMK Negeri 8 Bandung Jl. Kliningan no. 31
Kec. Lengkong 67
9 SMK Negeri 9 Bandung Jl. Soekarno-Hatta KM. 10
Kec. Buah Batu 66
10 SMK Negeri 10 Bandung Jl. Cijawura Hilir no. 339
Kec. Buah Batu 55
11 SMK Negeri 11 Bandung Jl. Budi Cilember
Kec. Cicendo 70
12 SMK Negeri 12 Bandung Jl. Padjajaran no. 92
Kec. Cicendo 74
13 SMK Negeri 13 Bandung Jl. Soekarno Hatta KM. 10
Kec. Buah Batu 46
14 SMK Negeri 14 Bandung Jl. Cijawura Hilir no. 341
Kec. Buah Batu 57
15 SMK Negeri 15 Bandung Jl. Jend. Gatot Subroto no. 4
Kec. Lengkong 35
Jumlah 849
Sumber: Data Dinas Pendidikan Kota Bandung tertanggal Juli 2014
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data
yang dapat mewakili seluruh potensi yang terdapat dalam populasi. Sugiyono
(2013:118) mengemukakan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun pengambilan sampel pada penelitian yang dilakukan
menggunakan teknik probability sampling, seperti yang dikatakan oleh Riduwan (2013:57), bahwa “probability sampling adalah teknik sampling
untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Adapun cara yang dilakukan dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan cara Proportionate stratified
random sampling atau sampel acak dengan stratifikasi. Sebagaimana yang
diutarakan oleh Riduwan (2013:58) bahwa:
Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan
sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).
Teknik sampling ini digunakan untuk mempermudah penelitian dengan
cara menggolongkan populasi menurut ciri-ciri tertentu atau stratifikasi.
Adapun strata yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada guru sekolah
menengah kejuruan negeri di Kota Bandung yang berstatus sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang berjumlah 849 guru.
Selanjutnya, Arifin (2014:224) mengemukakan bahwa dalam
pengambilan dan penentuan sampel, sebenarnya tidak ada ketentuan yang
mutlak, tetapi sekedar gambaran dapat mengikuti petunjuk sebagai berikut:
a. Bila jumlah anggota populasi sampai dengan 50, sebaiknya dijadikan sampel semua atau sering disebut dengan sampel total, artinya seluruh anggota populasi dijadikan objek penelitian;
b. Jika jumlah anggota populasi berada antara 51 sampai dengan 100, maka sampel dapat diambil 50-60% atau dapat juga menggunakan sampel total;
c. Jika jumlah anggota populasi berada antara 101 sampai dengan 500, maka sampel dapat diambil 30-40%;
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ni =
Ni
N . n
e. Jika jumlah anggota populasi di atas 1000, maka sampel dapat diambil 10-15%.
Adapun penentuan jumlah sampel dirumuskan berdasarkan rumus yang
dikemukakan oleh Surakhmad (1994:100) dalam Riduwan (2013:65) sebagai
berikut:
S = jumlah sampel yang diambil
n = jumlah anggota populasi
Tabel 3.2
Penentuan Besaran Sampel
Berdasarkan pada perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang diambil
dari keseluruhan populasi pada penelitian ini berjumlah 177 guru, setara
dengan 20,8% dari total populasi. Selanjutnya, untuk menentukan jumlah
sampel pada masing-masing sekolah maka dilakukan perhitungan sampel
berstrata yang dirumuskan oleh Sugiyono dalam Riduwan (2013:66), yaitu:
= 15% + 1000− �
1000−100. (50%−15%)
= 15% +1000−849
1000−100. 50%−15% = 15% +
151
900 . 35%
S = 15% + 0.167.(35%) S = 15% + 5,845% S = 20.845%
S = 20.845% * 849 = 0.208 * 849 = 177.008
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun perhitungan untuk menentukan sampel dari masing-masing
sekolah berdasarkan rumus berstrata di atas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Ni = jumlah populasi menurut stratum
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15 SMK Negeri 15 Bandung 35 ni =
80 849. 177
ni = 0,041. 177 = 7.25
7
Jumlah 849 177
B. Desain Penelitian
Ketika akan melakukan suatu penelitian, peneliti harus merancang penelitian
terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai harapan
peneliti. Rancangan penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan subjek,
tempat penelitian, proses pengumpulan data, pengolahan data dan pelaporan hasil
penelitian sehingga dapat mengilhami penelitian dalam mencari jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Rancangan penelitian ini secara hemat dikatakan
sebagai desain penelitian. Menurut Nasution (2009:23) mengungkapkan bahwa “desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian.” Selanjutnya Nasution (2009:23-24) juga mengungkapkan manfaat dari perancangan desain penelitian adalah sebagai berikut:
1. memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya. Desain merupakan syarat mutlak agar dapat meramalkan sifat pekerjaan serta kesulitan yang akan dihadapi;
2. Desain menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan penelitian; dan
3. Desain penelitian selain memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh peneliti lain.
Terkait desain penelitian yang akan dilakukan, Shah dalam Nazir (2003: 84),
mengemukakan desain penelitian mencakup hal-hal berikut:
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya
3. Memformasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkau (scope), dan hipotesis untuk uji
4. Membangun penyelidikan atau percobaan
5. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel 6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan
7. Menyusun alat serta teknik mengumpulkan data
8. Membuat coding serta mengadakan editing dan processing data
9. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik
10. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta mengajukan beberapa saran dan kerja peneliti yang akan datang
Berdasarkan paparan di atas, dapat kita pahami bahwa desain penelitian
dirancang untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, sehingga
tujuan penelitian dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya Arikunto
(2006:22) mengungkapkan desain penelitian setidaknya mencakup:
1. Memilih masalah; 2. Studi pendahuluan; 3. Merumuskan masalah;
4. Merumuskan anggapan dasar dan merumuskan hipotesis; 5. Memilih pendekatan;
6. Menentukan variabel dan sumber data; 7. Menentukan dan menyusun instrumen; 8. Mengumpulkan data;
9. Analisis data;
10. Menarik kesimpulan; dan 11. Menulis laporan.
Langkah pada poin a sampai poin f termasuk pada kegiatan pembuatan
rancangan penelitian, poin g sampai poin j merupakan pelaksanaan penelitian dan
poin k merupakan tahap pelaporan hasil penelitian. Berdasarkan pemaparan di
atas terkait langkah-langkah penelitian, maka dalam penelitian ini desain
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam desain penelitian di atas, peneliti merancang seperti sebuah sistem
yang dimulai dari input sampai output dan feedback atas hasil penelitian.
Adapun penjelasan desain penelitiannya sebagai berikut:
1. Penelitian ini diawali dari adanya masalah yang dialami oleh guru
karena masih belum mampu mencapai target kerja yang ditetapkan/guru
tidak produtif dalam bekerja dan lainnya. Masalah tersebut berawal atas
kesenjangan antara teori yang ada dengan kondisi empirik di lapangan
yang membuahkan masalah. Adapun masalah yang dirumuskan
didukung juga oleh kondisi empirik di lapangan melalui pengalaman
peneliti maupun hasil pengalaman oranglain. Berdasarkan pada ketiga
hal tersebut (teori, anggapan dasar, dan masalah) peneliti merumuskan Latar 5. Pengolahan dan analisi data
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
latar belakang penelitian yang akan dilakukan, dimana latar belakang
yang ditulis didukung oleh hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti, sehingga pada akhinya didapatkan judul penelitian “Kontribusi
Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah kejuruan Negeri di Kota Bandung.” Proses ini merupakan tahap input untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam tahap
proses penelitian.
2. Tahap selanjutnya adalah tahap proses penelitian. Namun sebelum
melakukan proses penelitian, peneliti mengajukan hipotesis penelitian
terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis yang diajukan
merupakan alternatif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi terkait
produktivitas kerja guru. Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan dan
data yang diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan penelitian yang
terdiri dari menentukan populasi dan sampel penelitian, menentukan
pendekatan penelitian, menyusun dan mengembangkan instrumen
penelitian, penyebaran dan pengujian instrumen penelitian, dan
pengolahan dan analisis data.
3. Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan atas pengolahan dan analisis
data, serta pengujian hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Tahap ini
disebut juga tahap keluaran/output dari penelitian yang dilakukan,
dimana akan didapatkan jawaban atas hipotesis yang diajukan, yang
selanjutnya jawaban atas hipotesis yang diajukan/hasil penelitian
memberikan feedback/timbalbalik yang selanjutnya bisa digunakan
sebagai input bagi pihak yang akan melakukan penelitian sejenis
ataupun digunakan sebagai bahan informasi.
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam melakukan suatu penelitian, metode penelitian sangatlah penting
untuk membantu peneliti mengumpulkan dan menganalisis data aga diperoleh
jawaban atau kesimpulan penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan
menggunakan metode penelitian yang tepat, diharapkan hasil yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sugiyono (2012: 3) mengemukakan bahwa, “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Senada dengan
pendapat Sugiyono, Arikunto (2006: 160) mengemukakan bahwa “metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Surakhmad (1998: 131) juga mengemukakan hal serupa terkait metode penelitian sebagai berikut:
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajaran dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang Produktivitas
Kerja guru, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif melalui pendekatan kuantitatif.
1. Metode Deskriptif
Metode yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk menjelaskan masalah berdasarkan kejadian yang terjadi
pada saat ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nazir (2003:54) bahwa:
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akurat mengenai fakta-fakta, siafat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Surakhmad (1985: 139-140) mengemukakan mengenai ciri-ciri metode
deskriptif sebagai berikut:
a. Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang atau pada masalah-masalah yang aktual; dan b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
di analisa. Oleh karenanya metode ini sering disebut metode analisa.
Berdasarkan penjelasan diatas, metode penelitian deskriptif merupakan
metode penelitian yang menggambarkan kondisi faktual berdasarkan
fenomena atau peristiwa yang terjadi pada saat ini, melalui kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan data yang diperoleh.
Sehingga diharapkan dapat menghasilkan gambaran tentang kondisi yang
sebenarnya tentang Kontribusi Komunikasi Interpersonal kepala Sekolah
Terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah kejuruan Negeri di
Kota Bandung.
2. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mengukur
atau menganalisis indikator-indikator penelitian dengan menggunakan
perhitungan statistika, karena data penelitian yang digunakan merupakan
angka-angka atau bilangan tertentu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Arikunto (2006: 86) bahwa:
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudjana (1996:53) mengemukakan pentingnya metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif sebagai berikut:
Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka yang bermakna.
Melalui pendekatan kuantitatif, dapat diketahui kontribusi dari variabel X
yang diteliti yaitu komunikasi interpersonal kepala sekolah terhadap variabel
Y yaitu produktivitas kerja guru dengan menggunakan perhitungan statistika.
3. Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini, selain menggunakan metode deskriptif dan
pendekatan kuantitatif, penelitian ini juga ditunjang dengan studi kepustakaan
terhadap sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui
buku-buku, jurnal, blog yang jelas alamatnya, dan laporan hasil penelitian.
Surakhmad (1998: 61) mengemukakan tentang pentingnya studi kepustakaan
dalam penelitian, sebagai berikut;
Penyelidikan kepustakaan (bibiliografis) tidak diabaikan sebab disinilah peneliti berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dengan masalahnya, yaitu teori yang dipakainya, pendapat para ahli mengenai aspek itu, penelitian yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para ahli.
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional memberikan gambaran yang spesifik terkait dimensi
pada suatu variabel yang diteliti yang mengacu pada teori-teori yang relevan.
Definisi operasional dibuat dengan tujuan meminimalisir mispersepsi atau salah
penafsiran oleh pembaca atas penelitian ini. Oleh karena itu peneliti menjelaskan
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti dengan pembaca. Selanjutnya, Nazir (2003:152) mengemukakan bahwa “Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional.”
Panggabean (1991:10) mengemukakan alasan diperlukannya definisi
operasional sebagai berikut:
a) Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi; b) kriteria untuk pencatatan;
c) Sebuah konsep atau objek dapat mempunyai lebih dari satu pengertian; dan
d) Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik.
Untuk menghindari persepsi yang berbeda terhadap maksud
variabel-variabel yang akan diteliti tentang “Kontribusi Komunikasi Interpersonal Kepala
Sekolah terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung” dibuatlah definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini berdasarkan teori-teori dalam definisi konseptual sebagai
berikut.
1. Kontribusi
Kata kontribusi merupakan serapan dari Bahasa Inggris “contributon”
yang artinya sumbangan atau daya dukung. Selanjutnya Poerwadarminta
(1993:154) mengungkapkan bahwa: “Kontribusi adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang berkuasa atau memiliki kekuatan.” Adapun arti kontribusi dalam penelitian ini merupakan sumbangan atau daya dukung dari
komunikasi interpersonal kepala sekolah (variabel X) terhadap produktivitas
kerja guru (variabel Y) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung.
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Devito (2011:252) “Komunikasi Interpersonal adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara
kelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.” Komunikasi interpersonal berorientasi pada perilaku, sehingga penekanannya pada proses penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain. Dalam hal ini komunikasi dipandang sebagai “dasar untuk mempengaruhi perubahan perilaku, dan yang mempersatukan proses
pisikologi seperti misalnya persepsi, pemahaman, dan motivasi di satu pihak
dengan bahasa pada pihak lain.” (Miftah Thoha, 2012:166)
Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka yang dimaksud komunikasi
interpersonal kepala sekolah dalam penelitian ini adalah proses penyampaian
pesan atau informasi dari kepala sekolah kepada guru untuk mencapai tujuan
sekolah yang berdasarkan pada asas keterbukaan, dukungan, empati, rasa
positif, dan kesamaan.
3. Produktivitas Kerja Guru
Terkait produktivitas kerja guru, Sutikno (2009:109) mengungkapkan
bahwa:
Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output).
Adapun pengertian produktivitas kerja guru yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan seorang guru dalam mencapai tujuan dan
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh pengembangan potensi diri guru, mempunyai orientasi pekerjaan yang
positif dan kemampuan bekerja.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian pada hakikatnya merupakan alat yang peneliti gunakan
untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Sebagaimana Arikunto (2006:160)
mengemukakan bahwa:
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti haruslah sesuai dengan karakteristik
sumber data atas variable yang diteliti, sehingga akan mempermudah peneliti
untuk memeroleh data dan informasi. Adapun instrumen yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini melalui angket atau kuisioner. Syaodih (2009:210) mengemukakan bahwa “ angket atau kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya dengan responden).”
Sementara itu hal senada diutarakan oleh Arikunto (2006:151) yang mengemukakan bahwa “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.”
Angket yang dijadikan instrumen penelitian tidak selalu berbentuk
pertanyaan, bisa juga berbentuk pernyataan. Adapun jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Akdon (2008:132) bahwa “angket berstruktur atau angket
tertutup adalah angket yang disajikan sedemikian rupa sehingga responden
diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakter dirinya dengan
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Variabel Penelitian dan Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu variabel
X tentang Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dan variabel Y tentang
Produktivitas Kerja Guru. Adapun yang dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di
Kota Bandung yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
selanjutnya guru disebut sebagai responden yang akan menjawab kuisioner
yang terhadap variabel yang dijadikan fokus penelitian.
2. Teknik Pengukuran Variabel
Teknik pengukuran variabel penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini mengacu pada skala Likert. Sugiyono (2012:136) mengemukakan bahwa “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Adapun variabel yang akan diteliti disusun dalam bentuk format instrument variabel X dan
variabel Y.
Skala Likert ini dijadikan patokan oleh peneliti dalam merumuskan
item-item pernyataan, selain itu juga skala Likert yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah empat skala yang masing-masing skala tersebut mempunyai
skor untuk kepentingan analisis kuantitatif. Adapun alternatif jawaban yang
disediakan oleh peneliti yang mengacu pada skala Likert, sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Penskoran Berdasarkan Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor
Selalu (SL) 4
Sering (SR) 3
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak Pernah (TP) 1
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen penelitian merupakan penjabaran dari dimensi dan
indikator variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen penelitian ini sangat
dibutuhkan untuk memudahkan penyusunan angket atau kuisioner penelitian,
yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan oleh peneliti. Adapun
kisi-kisi instrumen penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Nomor
Item
dan menerima Informasi 1,2,3,4
Keterbukaan ketika berinteraksi
meliputi kontak mata dan postur
tubuh yang penuh perhatian.
14,15
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dukungan
Deskriptif, tidak evaluatif 18,19,20
Daya tanggap 21,22,23
Provisional, bukan sangat yakin 24,25
Rasa Positif
dalam memberikan informasi 30,31
Bersikap netral kepada guru 32,33,34
Variabel Y
Produktivitas
Kerja Guru
Pengembangan
potensi diri
Pendidikan dan Pelatihan 1,2,3
Pengembangan pengetahuan dan
Kemampuan mengatasi masalah 15,16
Bekerja sesuai TUPOKSI guru 17-33
F. Proses Pengembangan Instrumen
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Angket yang telah disusun oleh peneliti tidak langsung digunakan untuk
mengumpulkan data. Akan tetapi peneliti mengujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui tingkat akurasi dan kelayakannya untuk diberikan kepada responden
yang memiliki karakter yang sama dengan objek penelitian. Angket atau
kuisioner yang diujicobakan dapat dikatakan baik apabila valid dan reliabel,
sebagaimana Sugiyono (2012:173) mengemukakan bahwa:
Dengan menggunakan metode instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel pula.
Peneliti menguji coba angket penelitian ini terhadap responden yang diambil
dalam anggota populasi penelitian yaitu guru PNS di SMKN 4 dan SMKN 8
Kota Bandung yang dilakukan pada tanggal 05-08 September 2014. Akan tetapi
angket yang terkumpul dari proses uji coba ini sebanyak 27 angket, sehingga
pada akhirnya peneliti mengolah angket uji coba sebanyak 27 angket.
1. Pengujian Validitas
Dalam melaksanakan penelitian, pengujian validitas sangat penting
dilakukan untuk melihat tingkat kevalidan pernyataan yang diajukan kepada
responden. Sugiyono dalam Riduwan (2013:97) mengemukakan “Jika
instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dgunakan
untuk mendapatkan data itu valid sehingga instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.” Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Arikunto (2006:168) yang mengungkapkan bahwa:
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam melakukan uji validitas, peneliti melakukan pengujian tiap butir
pernyataan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment
(Riduwan, 2013:98), yaitu:
ℎ� �� = � −
( ) . ( )
{�. ( 2)−( )2}. {�. ( 2)−( )2}
Keterangan :
rhitung = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y
∑X = Jumlah skor tiap butir
∑Y = Jumlah skor total
∑X2
= Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan ∑Y2
= Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan korelasi person product
moment, selanjutnya dilakukan perhitungan uji signifikansi menggunakan
rumus uji-t sebagai berikut:
ℎ� �� = −
2
1− 2
Keterangan:
tℎ��� = Nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil perhitungan tℎ� �� selanjutnya dikonsultasikan dengan distribusi tabel (tabel t) dengan taraf signifikansi α = 0.05 dengan derajat kebebasan (dk= n-2), sehingga dk= 27-2 = 25. selanjutnya untuk mengetahui nilai
signifikansi validitas pada tiap item yaitu dengan membandingkan pada nilai
korelasi thitung dengan nilai ttabel di taraf kepercayaan 5%, dengan kriteria:
a) Apabila thitung < ttabel maka item soal dinyatakan tidak valid, dan
b) Apabila thitung > ttabel maka item soal tersebut dinyatakan valid.
Adapun hasil uji validitas yang telah peneliti lakukan terhadap 27
responden di SMKN 4 dan SMKN 8 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel X
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15 0.797 6.598 1.708 valid Digunakan
Berdasarkan pada tabel di atas terkait hasil uji validitas angket penelitian
variabel X tentang Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah, dari 36
pernyataan terdapat dua nomor pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu
item pernyataan nomor 5 dan nomor 30, dan 34 item lainnya dinyatakan valid
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan pembimbing, maka dua item yang tidak valid tidak digunakan
dikarenakan item pernyataan tersebut sudah terwakili pada item pernyataan
lain.
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Variabel Y
Mohammad Ajid Abdul Majid, 2014
Kontribusi komunikasi interpersonal kepala sekolah Terhadap produktivitas kerja guru Sekolah menengah kejuruan negeri di kota bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
18 0.301 1.578 1.708 Tidak
Berdasarkan pada tabel di atas terkait hasil uji validitas angket penelitian
variabel Y tentang Produktivitas Kerja Guru, dari 36 pernyataan terdapat
Sembilan nomor pernyataan yang dinyatakan tidak valid dan 27 item
lainnya dinyatakan valid. Berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing,
maka dari Sembilan item yang tidak valid enam diantaranya tetap digunakan