• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kontribusi Family Protective Factors Terhadap Resiliency pada Wanita Penderita Lupus dalam Tahap Perkembangan Dewasa Awal di Yayasan "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kontribusi Family Protective Factors Terhadap Resiliency pada Wanita Penderita Lupus dalam Tahap Perkembangan Dewasa Awal di Yayasan "X" Kota Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

v Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kontribusi Protective Factors terhadap Resiliensi berdasarkan aspek-aspek resiliensi dan protective factors pada wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan

dewasa awal di yayasan “X” kota Bandung.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan pada teori Protective Factors dan Resiliensi dari Benard (2004). Alat ukur Protective factors memiliki validitas sebesar 0,543-0,821 dan reliabilitas sebesar 0.896, sementara alat ukur reciliency memiliki validitas sebesar 0,321-0,781 dan reliabilitas sebesar 0.887. Teknik pengambilan subjek adalah teknik teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan penentuan sumber data dengan pertimbangan tertentu karena dinilai mampu memberikan informasi relevan atas variabel yang diteliti (Sugiyono, 2005). Dengan demikian, subjek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 23 orang. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh hubungan bahwa protective factors memiliki kontribusi yang signifikan terhadap resiliency pada responden penelitian.

(2)

vi Abstract

The purpose of this study is to get an idea of how big the Protective Factors contributing to the resilience based on aspects of resilience and protective factors in women with lupus in early stages of adult development at the foundation "X" in Bandung.

Measuring instrument used is two questionnaires prepared by the researchers based on the theory of Protective Factors and Resilience of Benard (2004).Protective

factors questionnaire’s validity is 0,543-0,821 and reliability 0.896, and reciliency quesionnaire’s validity 0,321-0,781 and reliability 0.887 Subject retrieval technique is purposive sampling techniques. Purposive sampling is determining the source of data with a certain consideration because it is considered able to provide relevant information on the variables studied (Sugiyono, 2005). Thus, the research subject is determined based on the criteria established by the researcher. Number of research subjects in this study were 23 people. Data were analyzed using correlation technique by using simple linear regression analysis. The results were obtained relationship that protective factors have contributed significantly to the resiliency of the respondents of the study.

(3)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB IPENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9

(4)

xi

1.7 Hipotesa Penelitian ... 19

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Resiliensi ... 21

2.1.1 Perkembangan Resiliency ... 21

2.1.2 Resilience Outcomes: Personal Strengths... 22

2.2 ExternalProtective Factor ... 31

2.2.1 Karakteristik Protective Factors ... 31

2.2.1.1 CaringRelationship ... 31

2.2.1.2 HighExpectations ... 32

2.2.1.3 Opportunities For Partisipation and Contribution ... 32

2.3FamilyProtective Factor ... 33

2.3.1 Caring Relationships In Families ... 33

2.3.2 High Expectation In Families ... 33

2.3.3 Opportunities For Participations and Contribution In Families ... 34

2.4 Lupus ... 34

2.4.1Definisi Lupus ... 34

2.4.2 Penyebab Lupus ... 35

2.4.3 Jenis Lupus ... 36

2.4.4 Perubahan Pada Penderita Lupus ... 37

2.4.4.1 Perubahan Fisik ... 37

2.4.4.2 Perubahan Psikologis ... 38

2.5 Masa Dewasa Awal ... 39

(5)

2.5.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal ... 40

2.5.2.1 Perkembangan Fisik Masa Dewasa Awal ... 40

2.5.2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal ... 41

2.5.3 Wanita Dewasa Awal ... 42

2.5.3.1 Karir dan Pernikahan Wanita Dewasa Awal ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 44

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 44

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

3.3.1 Variabel Penelitian ... 45

3.3.2Definisi Konseptual ... 45

3.3.3 Definisi Operasional ... 45

3.4 Alat Ukur ... 50

3.4.1Kisi-kisi Alat Ukur ... 50

3.4.2Data Pribadi dan Data Penunjang... 50

3.4.2.1 Data Pribadi ... 50

3.4.2.2 Data Penunjang ... 51

3.4.3Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 51

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 51

3.4.3.2 Realibilitas Alat Ukur ... 52

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 52

3.5.1 Populasi Sasaran ... 52

3.5.2Karakteristik Sampel ... 52

(6)

xiii

3.6 Teknik Analisa Data ... 53

3.7 Hipotesis Penelitian ... 54

3.7.1 Sub Hipotesis Penelitian ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Data Demografi ... 57

4.1.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 59

4.1.3 Uji Sub Hipotesis Penelitian ... 61

4.2 Pembahasan ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

5.2.1 Saran Teoritis ... 70

5.2.2 Saran Praktis ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sistem Penyekoran ... 50 Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57 Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 58 Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menderita Lupus ... 58 Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Keluhan Saat Kambuh ... 59 Tabel 4.5 Uji Hipotesis Penelitian ... 60 Tabel 4.6 Pengujian Sub Hipotesis Caring RelationshipTerhadap Aspek

Resiliency ... 61 Tabel 4.7 Pengujian Sub Hipotesis High Expectation Terhadap Aspek

Resiliency ... 62 Tabel 4.8 Pengujian Sub Hipotesis Opportunity for Contribution

(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit Lupus adalah suatu jenis penyakit yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. dr. Rahmat Gunadi, dokter Spesialis Rematologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dan Rumah Sakit Hasan Sadikin menjelaskan, bahwa “Penyakit lupus adalah penyakit autoimunitas, dimana sistem imunitas yang

ada dalam tubuh menganggap jaringan tubuh lainnya sebagai benda asing. Reaksi sistem imunitas yang abnormal ini dapat menyerang berbagai sistem organ tubuh lain seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah. Jika seluruh organ dan sistem tubuh lain sudah terserang oleh lupus maka akan menyebabkan kematian”.

Penyakit Lupus yang ditemukan hingga sekarang ini ada tiga jenis yaitu:

Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Cutaneous/ discoid Lupus Erythematosus,

Drug-Induced Lupus(Wallace, 2007).Dari semua kasus lupus, Systemic Lupus

Erythematosus (yang selanjutnya akan disebut SLE) adalah jenis penyakit Lupus

(11)

(http://doktersehat.com/lupus-apa-itu-penyakit-lupus/ diunduh tanggal 26 januari 2015)

Masa dewasa awal adalah periode perkembangan yang bermula pada awal usia duapuluh tahun dan berakhir pada usia tigapuluhan tahun. Tugas-tugas perkembangannya antara lain: mampu lepas dari keluarga baik pribadi maupun ekonomi, mencari pasangan, menikah, mempunyai dan membesarkan anak dan memulai karir. Bagi wanita penderita Lupus yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal menghadapi tugas perkembangan ini, tentu tidak mudah karena penyakit Lupus (SLE) akan menimbulkan berbagai dampak dan perubahan, baik itu perubahan fisik maupun psikis. Berikut adalah dampak fisik dan psikologis yang dirasakan wanita penderita lupus (SLE) dalam tahap perkembangan dewasa awal di yayasan “X” berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti.

(12)

3

Dampak psikologis dari penyakit SLE ini adalah dijauhi oleh orang-orang yang menganggap bahwa Lupus adalah penyakit menular, penderita lupus kurang percaya diri dengan bentuk tubuh serta wajahnya yang membulat (moonface), sulit mencari pekerjaan, perasaan bersalah karena menyembunyikan penyakit Lupus dari perusahaan tempat bekerja, sulit tidur, kurangnya konsentrasi, mengalami mood

swing, perasaan tidak berdaya, dan terkadang depresi yang diakibatkan oleh obat

yang dikonsumsi. Dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal.

Salah satu pihak yang aktif memberikan dukungan pada penderita Lupus adalah Yayasan “X” kota Bandung adalah salah satu organisasi non-profit yang merupakan support group untuk penderita Lupus dan Low Vision yaitu penyakit yang membuat penglihatan berkurang fungsinya. Untuk penyakit Lupusnya sendiri di Yayasan “X” ini beranggotakan berbagai kalangan dengan beragam suku dan usia.

Terdapat 8 anak penderita Lupus antara usia 1-10 tahun, 36 penderita dengan usia antara 11-18 tahun, 239 penderita dengan usia antara 20-30 tahun, 224 penderita dengan usia antara 36-50 tahun dan 76 penderita yang berusia 50 tahun keatas. Yayasan “X” berdiri pada tahun 2003, yang diprakarsai oleh ibu Dian Syarief. Beliau

adalah penderita Lupus dan Low Vision yang memiliki niat membantu sesamanya. Yayasan “X” memiliki visi menjadi LSM nirlaba yang profesional dan mandiri

secara finansial. Misinya adalah menjadi ladang amal untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat.

Yayasan “X” memiliki beberapa program yang dimaksudkan untuk

(13)

kegiatan untuk belajar percakapan bahasa inggris, Tafakur and Sharing Session, senam bugar ceria, Music Class.Selain itu ada memiliki program non-rutin seperti:

Personal Development Training yaitu memberikan pelatihan-pelatihan yang

dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari, Medical Education adalah ceramah tentang kesehatan untuk SLE, Hospital/Home Visit yaitu mengunjungi sesama anggota yang sedang kambuh sakitnya, Recreation yaitu wisata bersama untuk membina keakraban antara sesama anggota,Psychological Education seperti memberikan ceramah psikologis kepada anggota keluarga/pengasuh para penderita SLE. Counselling yang dilakukan oleh psikolog profesional untuk membantu seluruh anggota yang membutuhkan.

Selain itu, ada juga program khusus tahunan yaitu:World Lupus dayuntuk sosialisasi kepada masyarakat umum mengenai penyakit Lupus, World Sight

Dayuntuk sosialisasi kepada masyarakat umum mengenai Low Vision, dan Care for

Lupus “X” Award yang adalah acara yang mengajak para akademisi untuk meneliti

lebih lanjut tentang hal yang berhubungan dengan penyakit Lupus. Dalam kegiatannya, yayasan “X” bekerjasama dengan beberapa pihak seperti: badan sosial,

organisasi pemerintah, rumah sakit, sekolah, juga dengan beberapa dokter pemerhati Lupus.

Kesulitan dan dampak baik yang sifatnya fisik ataupun psikologis yang telah disebutkan sebelumnya adalah hal-hal yang menekan, berat dan sulit yang tidak bisa lagi diubah (adversity). Oleh karena itu, wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal membutuhkan kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dengan keadaan yang dialaminya. Hal ini, dalam teori psikologi disebut

resiliency. Resiliency adalah kemampuan untuk dapat beradaptasi dari tekanan hidup,

(14)

5

dengan segala keadaan, dan mengembangkan seluruh kemampuannya walau berada dalam suatu kondisi hidup tertekan baik secara eksternal maupun secara internal. (Handerson &Milstein 2003, dalam Bernard, 2004). Secara umum, resiliency memiliki empat aspek yaitu Social Competence,Problem Solving Skills,Autonomy,

Sense of Purpose. Social Competence adalah kemampuan untuk dapat membangun

relasi yang positif dengan orang lain, Problem Solving Skillsadalah kemampuan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi, Autonomy adalah kemampuan untuk dapat mandiri, dan Sense of Purposeadalah kemampuan untuk fokus pada masa depan yang positif.

Dalam perkembangannya, resiliency membutuhkan lingkungan positif untuk berkembang. Lingkungan ini disebut Protective Factor, yaitu lingkungan yang dapat mengayomi, mendukung, memberi semangat, memenuhi kebutuhan psikologis seperti kebutuhan afiliasi, kebutuhan untuk dihargai, kemandirian, dan rasa aman– yang semuanya berkontribusi kepada personal sense of hope. Individu yang memiliki Protective Factors yang positif akan terlindung dari tekanan hidup yang ada. (Masten & Reed, 2002; Sandler, 2001, dalam Benard, 2004).

(15)

membutuhkan wadah untuk menyalurkan bakat minatnya, serta mengembangkan dirinya agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Dari hasil wawancara terhadap 5 orang responden didapati bahwa dengan mengikuti kegiatan di Yayasan “X” kota Bandung, mereka merasakan lebih memiliki

banyak sahabat dan teman yang bisa memahami kondisi mereka, bisa menyalurkan bakat dan minat mereka, lebih positif dalam berpikir, lebih kuat menjalani hidup mereka, dan lebih mampu beradaptasi dengan keadaan yang sekarang mereka alami. Menurut seluruh responden, selain Yayasan “X”, salah satu pihak yang paling membuat mereka bertahan dan beradaptasi dengan keadaan yang mereka alami adalah keluarga intinya. (Dalam hal ini adalah orangtua, suami/anak).

Keluarga merupakan lingkungan yang selalu dekat dengan responden. Tentunya, masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain. Selain itu, anggota keluargalah yang mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya. (Ruth B Freemen (1981) dalam Setiadi, 2008). Berdasarkan hasil survey awal terhadap 5 orang penderita Lupus (SLE),lebih banyak waktu mereka di habiskan di bersama keluarga dan semuanya menghayati keluargalah yang selalu menjaga mereka dan merawat saat mereka tengah kambuh, dan keluarga juga yang mengetahui pasti bagaimana kondisi yang mereka alami. Mereka semua juga menghayati keluarga pula yang selalu memberikan dukungan serta semangat saat mereka tengah merasa putus asa dengan apa yang mereka alami.

Family protective factorsmemiliki tiga karakteristik yaitu: Caring

Relationship, High Expectation, dan Opportunities for participations and

(16)

7

High Expectation adalah harapan-harapan, keyakinan dan kepercayaan dari keluarga,

untuk penderita Lupus. Opportunities for participations and contribution adalah pemberian kesempatan untuk mengikuti berbagai minat dan kegiatan pada penderita Lupus. Dari hasil wawancara terhadap lima responden tersebut, sebanyak lima orang menghayati mereka mendapatkan dukungan dari keluarga. Dukungan yang dirasakan yaitu keluarganya memberikan empati dan berbelas kasih, bersedia menghabiskan waktu bersama mereka, aktif mendengarkan keluhan mereka, menghormati mereka sebagai individu, hangat, menerima dan mengetahui perasaan mereka, memperlihatkan kesabaran, mendorong mereka untuk juga menyayangi orang lain, mencari tahu tentang perkembangan penyakit mereka. (caring relationship), 5 responden merasakan keluarga memberikan semangat dan dukungan, selalu mengajarkan untuk tidak beralasan jika menghadapi kegagalan, dan tidak pernah menyerah dengan penyakit yang sekarang mereka alami, mengajarkan harapan dan optimisme untuk terus bertahan hidup dan berjuang menghadapi penyakit, menerima diri individu apa adanya dengan keterbatasan individu karena penyakit yang mereka alami, meyakinkan mereka bahwa mereka bisa menghadapi keadaan sulit saat lupus kambuh (high expectation) dan 5 reponden menghayati keluarga memberikan individu kesempatan untuk merencanakan, membuat keputusan tentang langkah yang akan dilaksanakan individu kedepannya, memberikan kesempatan untuk menyelesaikan sendiri setiap masalah yang mereka alami, memberikan kesempatan untuk individu untuk menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan tertentu(opportunity for

contribution and partisipation). Menurut hasil data survey awal, dengan penerimaan

(17)

lebih menerima kenyataan, lebih semangat dalam menjalani hidup karena mereka tahu keluarga selalu ada dan mendampingi mereka. Dua dari lima responden merasa walaupun keluarga mendampingi mereka, mereka masih sulit untuk membangun hubungan yang baik bersama orang lain, dan tidak memiliki tujuan (goal) untuk masa depan.

Berdasarkan data diatas didapati bahwa dalam menghadapi permasalahan ini wanita dewasa awal penderita Lupus di Yayasan “X” kota Bandung diharapkan

mampu menyesuaikan diri dalam kondisi yang menekannya atau yang biasa disebut

resiliency. Dalam perkembangan resiliency itu terdapatProtective Factors. Oleh

karena itu Penulis tertarik untuk meneliti sebesar apa kontribusi Protective Factors terhadap resiliency pada Wanita Dewasa Awal penderita Lupus di Yayasan “X” kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari Penelitian ini ingin diketahui sejauh mana kontribusi aspek Protective

Factorsterhadap resiliencypada wanita dewasa awal penderita Lupus di yayasan “X”

kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitianini adalah untuk mengetahui mengenai gambaran aspek

Protective Factorsdan Resiliency pada wanita dewasa awal penderita Lupus

(18)

9

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kontribusi aspek Protective Factors terhadap resiliencyberdasarkan aspek-aspek resiliency dan protective factorpada wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal di yayasan “X” kota Bandung.

1.4 Kegunaan

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi pada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tentang kontribusi Protective Factors terhadap resiliency pada wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal di Yayasan “X” kota Bandung

2. Memberikan informasi mengenai kontribusi Protective Factors terhadap

resiliency pada wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal

di Yayasan “X” untuk mengembangkan bidang ilmu Psikologi Klinis, Psikologi

Perkembangan dan Psikologi Positif.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi mengenai mengenai kontribusi Protective Factors terhadap resiliencypada Yayasan “X” kota Bandung guna mengembangkan programnya untuk para penderita Lupus

(19)

1.5 Kerangka Pemikiran

Masa Dewasa Awal ialah periode perkembangan yang bermula pada usia duapuluh tahun dan berakhir pada usia dalam tahap ini terdapat tugas perkembangan antara lain: mampu lepas dari keluarag baik pribadi maupun ekonomi, mencari pasangan, menikah, mempunyai dan membesarkan anak. (Santrock, 2002)

Bagi wanita penderita lupusyang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal (selanjutnya disebut responden) tentunya hal ini bukanlah perkara yang mudah karena dalam kenyataannya mereka menderita penyakit Lupus yang belum diketahui secara jelas apa penyebabnya dan belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Banyak perubahan yang terjadi pada penderita Lupus baik secara fisik yaitu badan yang ruam, merah, kerontokan rambut, brain fog, sakit otot, sakit tulang, sakit sendi, dan hilangnya fungsi organ-organ tubuh secara perlahan yang dapat menyebabkan kematian. Selainitu, penderita Lupus jugaakan mengalami gangguan psikologis seperti mengalami ketakutan dan kegelisahan, kemarahan, rasa bersalah, stres dan depresi.

Para responden bisa mengalami beberapa hambatan seperti: dijauhi oleh orang-orang yang menganggap bahwa Lupus adalah penyakit menular, penderita lupus kurang percaya diri dengan bentuk tubuh serta wajahnya yang membulat (moonface), perasaan bersalah karena menyembunyikan penyakit Lupus dari perusahaan tempat bekerja karena takut dianggap tidak produktif atau bahkan dipecat, sulit tidur, kurangnya konsentrasi. Responden juga bisa mengalami mood

swing, perasaan tidak berdaya, dan terkadang depresi yang diakibatkan oleh obat

(20)

11

Resiliency merupakan kemampuan individu untuk dapat bangkit dari tekanan

hidup, belajar dan mencari elemen positif dari untuk membantu kesuksesan proses adaptasi dengan segala keadaan, dan mengembangkan seluruh kemampuannya walau berada dalam suatu kondisi hidup tertekan baik secara eksternal maupun secara internal (Handerson &Milstein 2003, dalam Bernard, 2004). Terdapat empat aspek yang merupakan manifestasi dari resiliency (Personal Strengths) yaitu social

competence, problem solving, autonomy, dan sense of purpose.

Sosial competence adalah kemampuan dan karakteristik responden untuk

dapat bersosialisasi dan dekat secara positif dengan orang lain seperti keluarga, teman, sahabat, tetangga. (Benard, 2004). Kemampuan sosial ini memiliki beberapa penilaian yaitu respon positif yang didapat dari keluarga, teman, sahabat, tetangga, kemampuan komunikasi yang baik tanpa menyakiti perasaan dari lawan bicaranya. Selain itu jugamampu merasakan apa yang dirasakan orang lain seperti keluarga, teman, sahabat, tetangga, dan mampu memaafkan kesalahan yang dilakukaan oleh keluarga, teman, sahabat, tetangga, kenalan dan berbuat baik pada keluarga, teman, sahabat, tetangga bahkan orang yang tidak dikenal, dan mampu memaafkan kesalahan diri sendiri dan kesalahan orang lain baik keluarga, sahabat, teman.

(21)

baik itu masalah pribadi, masalah pekejaan atau masalah dengan keluarga, teman, sahabat, tetangga, dan mampu kritis untuk menganalisan terhadap permasalahan apapun yang terjadi yang terjadi.

Autonomy adalah kemampuan reponden untuk bertindak secara independen

dan mengontrol lingkunganya. Dalam hal ini responden mampu memiliki identitas yang positif terhadap dirinya sendiri, menganggap dirinya berharga tanpa adanya kecemasan dan depresi, memiliki tanggung jawab atas apapun yang dilakukan yang berasal dari dalam diri, percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk bisa mencapai apa ingin yang dimilikinya seperti cita-citanya, rencana dan tujuan kedepan walaupun dirinya menderita Lupus. Responden juga mampu mengambil jarak secara emosional dari pengaruh buruk lingkungan atau masalah baik lingkungan keluarga atau masyarakat, menyadari pikiran dan perasaannya tanpa menjadi emosional, dan bertahan secara adaptif dengan cara mengubah amarah dan emosi menjadi tawa.

Sense of Purpose adalah kemampuan responden untuk fokus pada masa

depan yang positif. Mereka memiliki tujuan tertentu ke depan, memiliki minat untuk hal-hal tertentu seperti seni, musik, puisi, dan bidang-bidang lainnya, memiliki harapan dan perasaan yang optimis, mendapatkan kekuatan dari Tuhan atau ajaran agamanya dan memberi makna pada kejadian-kejadian yang dialaminya. (Benard, 2004)

Resiliency berkembang dipengaruhi oleh adanya protective factor. Protective

Factors adalah lingkungan yang dapat mengayomi, mendukung, memberi semangat,

(22)

13

sense of hope. Keluarga dianggap sebagai protective factors karena keluarga

(orangtua, suami/ istri, anak) adalah unit pertama masyarakat, dan masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain. Serta anggota keluargalah yang mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya (Ruth B. Freeman 1981 dalam Setiadi, 2008). Menurut hipotesis Benard (2004) ,protective factor memiliki hubungan langsung untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti Safety, Love/ Belonging, Respect,

Autonomy/ Power, Challenge/ Mastery, dan Meaning. Pemenuhan kebutuhan dasar

manusia akan meningkatkan resilience strength yang dimilikinya, yaitu social

competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose and bright

future.

Benard (2004) mengonsepkan tiga karaktersitik Protective Factor yang tergambar dalam Caring relationship, High expectation dan Opportunities for

artisipation and contribution.Caring Relationship merujuk kepada kasih sayang,

perhatian, kesediaan untuk mendampingi, membangun kepercayaan dan penyampaian dukungan kasih tanpa syarat. Responden yang menghayati caring

relationship dari keluarga intinya (orangtua, suami/anak) akan merasakan

keluarganya memberikan empati dan berbelas kasih, bersedia menghabiskan waktu bersama mereka, aktif mendengarkan keluhan mereka, menghormati mereka sebagai individu, hangat, menerima dan mengetahui perasaan mereka, memperlihatkan kesabaran, mendorong mereka untuk juga menyayangi orang lain, mencari tahu tentang perkembangan penyakit mereka.

High expectations sebagai keterbukaan, sikap positif, dan berpusat kepada

(23)

kesalahan dan kesulitan yang mereka alami terutama penyakit yang mereka alami adalah kesempatan untuk berkembang menjadi orang yang lebih baik dikemudian hari, membantu para penderita Lupus untuk mengerti bahwa ada keadaan yang bisa dan tidak bisa dikontrol sebagai contohnya adalah sakit yang sekarang dialami. Keluarga memberikan semangat dan dukungan, selalu mengajarkan untuk tidak beralasan jika menghadapi kegagalan, dan tidak pernah menyerah dengan penyakit yang sekarang mereka alami, mengajarkan harapan dan optimisme untuk terus bertahan hidup dan berjuang menghadapi penyakit, menerima dirinya apa adanya dengan keterbatasan karena penyakit yang mereka alami. Keluarga mengajarkan untuk mengenali apa yang menjadi kekuatan dan kesukaannya, tidak mengambil hati perbuatan mereka jika mereka berbuat kasar atau membentak saat sakitnya sedang kambuh, mengajarkan self-awarenessatau kesadaran untuk setiap perasaan individu.

Opportunities for partisipation and contribution menyediakan kesempatan

bagi responden untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam minat atau bidang apapun yang mereka inginkan. Hal ini adalah cara paling alami untuk menumbuhkan relasi berdasarkan kepedulian dan ekspektasi yang tinggi.Mereka disediakan kesempatan untuk dapat terlibat, tertantang, dalam aktivitas yang menarik dan pengalaman yang nyata, sehingga, dapat memberikan kekuatan untuk perkembangan kemampuan resiliensi yang dimilikinya.

(24)

15

Responden yang menghayati Caring relationship dari keluarga akan terpenuhi kebutuhan safety, love dan respectnya, dan selanjutnya akan meningkatkan kemampuan diri dalam membangun relasi secara positif dengan orang lain (social

competence). Penderita Lupus yang menghayati high expectation dari keluargaakanmemiliki menghayati kebutuhan safety, autonomy, dan masterynya terpenuhi, dan selanjutnya akan meningkatkan kemampuan penderita Lupus dalam menyelesaikan permasalahan atau hambatan yang merintanginya dan bertindak secara mandiri (autonomy) serta memiliki tujuan hidup atau goal jelas yang ingin dicapai dalam hidupnya (sense of purpose). Individu yang menghayati opportunities

to participation and contribution dari keluargamaka kebutuhan respect, dan

meaningnya akan terpenuhi, dan selanjutnya akan meningkatkan kemampuan

penderita Lupus dalam pemecahan masalah (problem solving skills).

Dengan dihayatinya caring relationship, high expectation, dan opportunity

for participation and contribution dari keluarga pada responden akan menimbulkan

penghayatan dalam diri mereka bahwa kebutuhan dasar mereka seperti need for love,

belongingness, respect, identity, mastery challenge, dan meaning terpenuhi. Hal ini

(25)

jalan keluar masalah yang dihadapi . Responden juga memiliki kemampuan untuk

autonomy yaitu bisa menunjukkan rasa percaya diri, tidak bergantung kepada orang

lain, dan tidak mudah terpengaruh di situasi yang menekan. Selain itu juga responden memiliki sense of purposeand bright futureseperti memiliki tujuan hidup yang jelas, keyakinan dalam mencapai tujuan dan menunjukkan kepercayaan kepada Tuhan.

Sebaliknya, responden yang tidak menghayati caring relationship, high

expectation, dan opportunity for participate and contribution dari keluarga, akan

menimbulkan penghayatan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar mereka seperti need

for love, belongingness, respect, identity, mastery challenge, dan meaning. Hal ini

akan membuat responden memiliki resiliensi yang rendah, yang ditandai dengan ketidakmampuan dalam social competence seperti melakukan tindakan yang dapat memunculkan respon positif dari orang di sekitarnya, kurang mampu berkomunikasi secara positif, menyakiti orang lain, kurang memahami perasaan orang lain, serta kurang mau peduli, tidak membantu, dan sulit memaafkan orang lain. Responden juga kurang dalam kemampuan problem solving skills seperti kurang mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya dengan baik, kurang memiliki perencanaan tentang masa depan, tidak mampu berpikir fleksibel dalam menghadapi setiap masalah dan mencari jalan keluar yang lain, dan tidak bisa berpikir kritis untuk mencari penyebab dan jalan keluar masalah yang dihadapi. Kemudian, responden juga kurang dalam kemampuan autonomyseperti: tidak menunjukkan rasa percaya diri, bergantung kepada orang lain, dan mudah terpengaruh di situasi yang menekan serta respoden kuirang memiliki keyakinan tentang sense of purpose and bright

future yang ditunjukkan dengan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas,

(26)
(27)

1.6 Asumsi

1. . Penderita Lupus merasakan banyak situasi yang menekan baik secara fisik

ataupun psikologis selama menghadapi sakit yang diderita

2. Wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal di Yayasan “X” kota Bandung perlu untuk memiliki Resiliensi dalam menjalani hidupnya dengan penyakit yang dialami

3. Setiap penderita Lupus memiliki kapasitas resiliensi yang berbeda-beda

4. Protective Factors akan mempengaruhi Resiliensi wanita penderita Lupus dalam tahap perkembangan dewasa awal di Yayasan “X” kota Bandung

5. Protective Factors terdiri atas: Caring Relationship, High Expectation, dan Opportunities for participations and contribution

1.7 Hipotesa Penelitian

- Terdapat kontribusi familyprotective factors terhadap resiliency pada wanita dewasa awal penderita Lupus di yayasan “X” kota Bandung

Terdapat kontribusi caring relationship terhadap resiliency pada wanita dewasa awal penderita Lupus di yayasan “X” kota Bandung

Terdapat kontribusi high expectation terhadap resiliency pada wanita dewasa awal penderita Lupus di yayasan “X” kota Bandung

Terdapat kontribusi opportunity for participation and contribution terhadap

(28)

61 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kontribusi protective factors terhadap resiliensi pada wanita dewasa awal penderita Lupus di Yayasan “X” kota Bandung, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Setiap responden memiliki resiliensi yang berbeda-beda

2. Family Protective factorsmemberikan kontribusi yang signifikan terhadap resiliency responden

3. Aspek Family Protective Factors yang paling memberikan kontribusi yang besar terhadap responden adalah Opportunity for participation and contribution

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk merevisi item-item yang tidak valid 2.Bagi penelitian selanjutnya, bisa dilakukan penelitian yang sama terhadap penderita lupus dengan rentang usia yang lainnya

3. Bagi penelitian selanjutnya bisa diterapkan untuk responden lain dengan keadaan-keadaan yang tidak bisa diubah (adversity) seperti orang cacat, orang yang terkena musibah, atau orang dengan terminal illlainnya.

5.2.2 Saran Praktis

(29)
(30)

STUDI KONTRIBUSI FAMILY PROTECTIVE FACTORS

TERHADAP RESILIENCY PADA WANITA PENDERITA

LUPUS DALAM TAHAP PERKEMBANGAN DEWASA AWAL

DI YAYASAN “X” KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata Satu Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh :

VANDA ANDINI KAIRUPAN

1130165

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(31)

vii

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Peneliti bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai

Protective Factors pada Wanita Dewasa Awal Penderita Lupus di Yayasan “X” Kota

Bandung”. Skripsi ini disusun guna menempuhsidang Sarjana Strata SatuFakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Dalam mengerjakan penelitian ini, Peneliti banyak mendapat hambatan. Dalam upaya mengatasi hambatan tersebut, banyak pihak yang membantu memberikan saran, masukan, kritik, dan perhatian kepada peneliti. Oleh karena itu, peneliti ingin berterima kasih kepada:

1. DR. O. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang juga telah bersedia membantu saya dalam mengerjakan penelitian saya. Semoga Tuhan yang membalas kebaikan Ibu.

2. Meilani Rohinsa, M.Psi., Psikolog sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan, dan waktu kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitianini.

3. Linda Oktavia Pranawirya, S.Psi. sebagai Pembimbing Pendamping yang telah yang telah memberikan banyak masukan, ide mengenai fenomena, variabel yang diteliti, semangat dan dorogan serta waktu kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Kepada Dr. Irene Tarakanita., M.Psi., Psikolog, Ellen Theresia., M.Psi.,

Psikolog, Endeh Azizah., M.Si ., Psikologterima kasih banyak untuk saran dan

(32)

viii

5. Vida Handayani, M.Psi., Psikolog selaku dosen wali peneliti, terima kasih atas bimbingannya selama perwalian, maupun kepercayaan, dan juga dukungan yang diberikan kepada peneliti untuk terus maju. Terima kasih untuk masukkan dan nasihat yang sangat membantu peneliti saat memilih mata kuliah dan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang membantu peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Yayasan “X” dan responden penelitian yang telah mengizinkan peneliti untuk dapat bergabung, mengambil data bersama dan ikut ambil bagian dan mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di tempat tersebut

8. Keluarga tercinta yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil, dukungan, doa, dan nasihat untuk menguatkan peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Guslinda yang telah menjadi sumber inspirasi bagi penulis untuk mengangkat sampel dan variabel penelitian ini. Terima kasih untuk semuanya, kiranya Tuhan yang akan memberkati setiap aspek hidupmu.

10. Keluarga dalam perantauan, anak-anak Ceria Kost. Terima kasih atas segala

bantuan, dukungan, doa, nasihat, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Vincentius Kennaldy, S.Psi., sahabat yang selalu menjadi teman diskusi dan memberikan banyak pelajaran berharga kepada peneliti. Terima kasih untuk semuanya.

(33)

S.Psi yang telah memberikan saran, kritik, perhatian, dorongan, bantuan dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya, namun telah berkontribusi dalam membantu peneliti menyelesaikan Usulan Penelitianini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Desember 2016

(34)

63

DAFTAR PUSTAKA

Babbie, Earl. (2010). The Practice of Social Research (12th ed.). Wadsworth: Cengange Learning.

Benard, B.(2004).Resiliency: What We Have Learned. San Fransisco: West Ed. Durlak, J. (2000). Health promotion as strategy in primary prevention. In D.

Cicchetti.J. Rappapett. I. Sandler, & R. Weissberg (Eds). The Promotion of

wellness in children and adolescent (pp 221-241). Washington, DC: Child

Welfare League Association Press.

Effendi, F.,& Makhfuldi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing, design analysis and use. Allyn and Bacon

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistic in Psychology and Education. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Henderson, N., & Milstein, M.M. (2003). Resiliency in schools: Makeking it happen

for students and educators. Thousand Oaks, CA: Corwin.

Masten, A.S., & Reed, M.G (2002). Resilience in development. In C.R. Snyder & SJ. Lopez (Eds), The handbook of positive psychology (pp.74-88). New York: Oxford University Press

National Institute of Arthritis and Musculoskeletal an Skin Disease (NIAMS). (2001). A Patient Care Guide for Nurses and Other Health Professionals. Bethesda.

Nazir, Mohamad. (2003). Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

O’Dougherty Wright, M., Masten, A.S., & Narayan, A.J.(2013). Resilience processes in development: Fourwaves of research on positive adaptation in the context of adversity. In S. Goldstein & R. B. Brooks (Eds.), Handbook of resilience in

children (pp.15-38). New York: Springer.

Perry, William G., Jr. (1970). Forms of Intellectual and Ethical Development in the College Years: A Scheme. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Santrock. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga. Santrock. (1995). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Schaie, K.W. (1977-78). Toward a stage theory of adult cognitive development.

(35)

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono.(2005).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Vaillant, G. (2002). Aging Well: Surprising guideposts to a happier life from

Landmark Harvard study of adult development. Boston: Little, Brown anda

Company.

Wallace, Daniel J.(2007). The Lupus Book: Panduan Lengkap Bagi Penderita Lupus dan keluarganya. Diterjemahkan oleh Cahya Widyatama. Yogyakarta: B-First. Wollin. S. & Wollin. S. (1993). The resilient self: How survivors of troubled

(36)

65

DAFTAR RUJUKAN

Budiman, Clara Stephanie. (2014). Kontribusi Protective Factors terhadap Resilience

pada Pasien Pasca Stroke di Pusat Terapi Akupuntur “X” Bandung.

Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

Dianty, Putri Mayang.(2014). Studi Kasus Mengenai Gambaran Protective Factor danResiliency pada wanita yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga di Komunitas X di Kota Bandung. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

Febiyanti, Sarah. (2009). Studi Kasus Mengenai Protective Factor Pada Atlet Kobanita Yang Pernah Mengalami Cedera Lutut di Klub 'X' Bandung. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

Egam, Putra Pratama. (2014). Studi Kontribusi Protective Factor Terhadap Resiliensi pada Anggota Dinas Pemadam Kebakaran di Kota Jakarta. Undergraduate

thesis, Universitas Kristen Maranatha.

Haryanti, Winda. (2009). Studi Deskriptif Mengenai Resilience Pada Wanita Dewasa Awal Penderita Systemic Lupus Erythematosus di Yayasan "X" Bandung. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

Tarigan, Yuni Wati. (2010). Kontribusi Protective Factors terhadap Resilience

Wanita Dewasa Awal Penderita Systemic Lupus Erymatosus di Yayasab “X”

kota Bandung. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

http://doktersehat.com/lupus-apa-itu-penyakit-lupus/ diunduh tanggal 26 januari 2015

http://mediskus.com/penyakit/penyakit-lupus.html http://www.penyakitlupus.net/jenis-jenis-penyakit-lupus/ http://Xorg/id_ID/foundation-profile-2/

http://yayasanlupusindonesia.org/bab-9-masalah-yang-biasa-terjadi-pada-odapus/ diunduh pada tanggal 28 januari 2014)

http://yayasanlupusindonesia.org/bab-3-kenali-gejala-penyakit-lupus/ Diunduh pada tanggal 25 Januari 2015)

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian .......................................................
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Menurut AMRIN-Study, pada bangsal bedah penggunaan antibiotika profilaksis yang rasional kurang dari 20%.. Djamil adalah rumah sakit terbesar di Sumatera Barat dan

Judul Penelitian : Peningkatan kompetensi gambar teknik pada siswa kelas X paket keahlian teknik instalasi pemanfaatan tenaga listrik melalui model pembelajaran project

Agar konsep diri anak terbentuk dengan baik, hendaknya orang tua selalu mengadakan pengawasan terhadap aktivitas anak terutama dalam belajar, misalnya dengan

Penagihan kepada penunggak pinjaman sangat penting bagi keberlangsungan program. Dengan penagihan yang dilaksanakan secara maksimal maka dapat mengembalikan kembali dana

Hasil pengujian Notch filter yang telah dilakukan oleh Hanapi Gunawan pada skripsinya berjudul “Alat Untuk Memperagakan Irama Denyut Jantung Sebagai Bunyi dan

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI ≥ 1 tahun, pemberian vitamin A, berat lahir, status imunisasi, pemberian MP-ASI, status gizi, pendidikan

[r]

Bab ini berisikan tentang perancangan database petir, perancangan aplikasi client-server dan perancangan aplikasi web yang akan dibuat untuk tugas akhir ini,