WENI SARTIKA, No. BP. 07922046
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PERILAKU DAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II PADA KELOMPOK UMUR 40-59 TAHUN DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2012
Viii + 76 Halaman, 14 Tabel, 3 Gambar, 4 Grafik, 5 Lampiran.
ABSTRAK
Prevalensi DM di kota padang panjang pada tahun 2010 adalah 7,9% dan tahun 2009 4,9%. Adapun faktor risiko yang mempengaruhi adalah faktor risiko perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak dan kalori tinggi), dan obesitas sentral. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan faktor risiko perilaku dan obesitas sentral dengan kejadian diabetes mellitus tipe II pada kelompok umur 40-59 tahun.
Penelitian ini menggunakan rancangan case control study dengan jumlah sampel 70 orang menggunakan perbandingan kasus dan kontrol yaitu 1:1. Kasus adalah responden baru didiagnosa menderita DM tipe II sedangkan kontrol adalah responden yang didiagnosa tidak DM tipe II dengan melakukan matching umur dan jenis kelamin dengan syarat tempat tinggal tidak jauh dari kasus. Analisis data menggunakan komputer menggunakan uji Chi Square (X2) digunakan untuk dua data kategorik dan uji T Independent Test digunakan untuk data kategorik dan numerik.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata konsumsi serat, lemak dan kalori antara kasus dan kontrol (p:0,034, p:0,0001, p:0,001). Ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan diabetes mellitus tipe II (p:0.031, OR:3.244). Tidak ada hubungan yang signifikan antara merokok dan obesitas sentral dengan diabetes mellitus tipe II (p:0.407, p:0.338).
Hasil penelitian ini menyarankan bagi pihak puskesmas diharapkan untuk lebih meningkatkan pembinaan tentang penyakit DM melalui penyuluhan tentang faktor risiko yang mempengaruhi DM kepada masyarakat secara luas dan gamblang agar masyarakat lebih mengetahui dan mengerti.
Daftar Pustaka : 27 (2002-2012)
Weni Sartika, No. BP. 07922046
RISK FACTORS RELATED BEHAVIOR AND THE EVENT OF CENTRAL OBESITY DIABETES MELLITUS TYPE II THE AGE GROUP 40-59 YEARS IN PADANG PANJANG CITY 2012
Viii + 76 Pages, 14 Tables, 3 Pictures, 4 Graph, 5 Attachment.
ABSTRACT
The prevalence of DM in Padang Panjang city at 2010 was 7.9% and 4.9% in 2009. The risk factors that influence the behavioral risk factors (smoking, lack of physical activity, less consumption of fiber, fat and high caloric intake), and central obesity. Knowing the purpose of this study is the relationship of risk factors and behavior of central obesity with the incidence of type II diabetes mellitus in the age group 40-59 years.
This study uses a case control study design with a sample of 70 people using the comparison of cases and controls is 1:1. The new cases are diagnosed respondent type II DM and controls are respondents who are not diagnosed diabetes mellitus type II by matching age and sex provided shelter not far from the case. Analysis of test data using a computer using Chi Square (X2) was used for categorical data from two Test and Independent T test used categorical and numerical data.
The results of this research note that there are differences in mean intake of fiber, fat and calories between cases and controls (p: 0.034, p: 0.0001, p: 0.001). There is a significant relationship between physical activity with diabetes mellitus type II (p: 0031, OR: 3244). There was no significant association between smoking and central obesity with type II diabetes mellitus (p: 0407 p: 0338).
These results suggest for the clinic is expected to further enhance the development of DM disease through counseling about the risk factors that affect the DM to the community at large and more clearly so that people know and understand.
References : 30 (2002-2012)
1
1.1. Latar Belakang
Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan diperkirakan sekitar 3,2 juta jiwa pertahun penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 memperkirakan 194 juta jiwa penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO memprediksi Indonesia, bahwa ada kenaikan dari 8,4 juta diabetisi pada tahun 2000, akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030. Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki rangking 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes.1
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa dengan penyandang diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya diperkirakan pada tahun 2030 nanti jumlah penduduk yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 194 juta dan diperkirakan sekitar 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta didaerah rural.2
merupakan awal atau induk dari penyakit kronik lainnya seperti hipertensi, jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan.1
Komplikasi pada penyakit diabetes mellitus ini ada dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut biasanya mengakibatkan kematian dan komplikasi kronis mengakibatkan cacat. Komplikasi juga dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner, amputasi pada kaki luka yang tak kunjung sembuh, gagal ginjal, stroke akibat pembuluh darah otak terganggu, buta disebabkan rusaknya pembuluh darah di mata dan bagi laki-laki hilang kemampuan seksualitas.3
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Adapun kriteria diabetes mellitus memicu pada pengukuran kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl.4,5
Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah diabetes mellitus tipe I (diabetes mellitus tergantung insulin), diabetes mellitus tipe II (diabetes mellitus tidak tergantung insulin), diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan diabetes mellitus gestasional (diabetes mellitus pada kehamilan). Ditinjau dari prevalensinya, jenis diabetes mellitus yang paling banyak dijumpai adalah 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes mellitus tipe II.6
pola makan yang tidak benar. Diabetes tipe ini biasanya terdiagnosis diatas umur 40 tahun, biasanya gemuk dan gejalanya timbul secara perlahan. 3
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor risiko. Adapun perjalanan penyakit diabetes mellitus dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yaitu faktor risiko melekat yang sulit dan mungkin tidak dapat dirubah (umur, jenis kelamin, keturunan, status sosial seperti suku dan budaya), faktor risiko perilaku yang bisa dirubah (merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak tinggi dan konsumsi kalori tinggi), faktor risiko lingkungan (kondisi ekonomi daerah, lingkungan sosial, seperti modernisasi, status sosial ekonomi dan lingkungan fisik), faktor risiko fisik seperti obesitas, hipertensi dan sindrom polikistik ovarium) dan faktor risiko biologis seperti hiperglikemia, toleransi glukosa terganggu, diabetes gestasional dan dislipidemia).1
Faktor risiko melekat yang sulit dirubah seperti pertambahan umur merupakan faktor resiko yang penting untuk diabetes mellitus. Dalam semua penelitian epidemiologi pada berbagai populasi, prevalensi diabetes mellitus memperlihatkan peningkatan yang spesifik menurut usia. Diabetes mellitus tipe II ini sering terjadi pada usia >40 tahun.3,7
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi diabetes mellitus cenderung meningkat pada kelompok umur >45 tahun ke atas yaitu pada kelompok umur 45-54 tahun 10,5% dan kelompok umur 55-64 tahun 13.5%. Diabetes mellitus lebih banyak dijumpai pada perempuan (6,4%) dibandingkan laki-laki (4,9%). 8
27,6% dan pada kelompok umur 55-64 tahun sebesar 28,7%. Diabetes mellitus ini banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki.9
Faktor risiko perilaku seperti merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak tinggi dan konsumsi kalori tinggi merupakan faktor risiko yang dapat dirubah. Faktor risiko perilaku ini merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan juga mempengaruhi resistensi insulin. Dengan demikian, pola makan memainkan peranan penting dalam proses terjadinya diabetes mellitus tipe II. Dengan urbanisasi terjadilah perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Konsumsi makanan yang tinggi energi dan tinggi lemak selain aktivitas yang rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan itu sendiri akan meningkatkan resistensi insulin, sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan diabetes mellitus tipe II. Diet yang kaya akan energi dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin.7
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2007 menurut kebiasaan makan buah dan sayur prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi pada kategori <5 porsi/hari (5%) dibandingkan dengan >5 porsi/hari. Selanjutnya dari segi aktivitas fisik prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi pada aktivitas fisik kurang (5,7%) dari pada aktivitas fisik cukup (4,7%).8
Menurut penelitian Laurentia Mihardja pada tahun 2009 prevalensi diabetes mellitus di perkotaan Indonesia ditinjau dari segi konsumsi sayur dan buah <5 porsi/hari sebesar 91,2% dan >5 porsi/hari hanya 8,8%, dari segi makan/minum manis >1 x sehari sebesar 50,7%, dari segi merokok dalam 1 terakhir setiap hari sebesar 20,1% dan aktivitas fisik kurang sebesar 35,1%.9
Faktor risiko fisik obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya diabetes mellitus tipe II dan hubungannya sangat komplek, terutama obesitas sentral/abdominal. Obesitas sentral/abdominal ini secara bermakna berhubungan dengan sindroma dismetabolik yang didasari resistensi insulin. Obesitas sentral atau abdominal ini yang digambarkan oleh lingkar perut (Pria: >90cm, Wanita: >80cm) lebih sensitif dalam memprediksi gangguan metabolik dan kardiovaskular yang didasari oleh resistensi insulin.7
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2007 ditinjau dari segi perut prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi pada obesitas sentral (9,7%) dari pada tidak obesitas sentral (4,0%). Laurentia Mihardja melakukan penelitian pada tahun 2009 prevalensi diabetes mellitus di perkotaan Indonesia dilihat dari segi lingkar perut obesitas sentral banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 59,9%.8,9
Dari hasil penelitian Fajrinayanti di Kota Padang Panjang Tahun 2008 diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak, serat, aktivitas fisik dan merokok dengan kejadian prediabetes. Sedangkan dari segi konsumsi karbohidrat tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian prediabetes.13
2010 sebesar 7,9% dan pada tahun 2009 sebesar 4,9%. Adapun faktor risiko responden hasil pemeriksaan dalam rangka hari diabetes sedunia yaitu merokok setiap hari (19%), sering makan lemak (52%), sering makan minum manis (29%), kurang sayur (77%), kurang buah (73%), kurang aktivitas fisik (71%) dan obesitas (47%).14
Berdasarkan Laporan Penyakit Tidak Menular pada Pos Bindu PTM Kota Padang Panjang dari bulan Januari sampai dengan November tahun 2011 jumlah kasus diabetes mellitus baru merupakan kunjungan pertama dan belum tercatat di RS atau fasilitas kesehatan lainnya adalah sebanyak 304 orang. Jumlah kunjungan lama merupakan jumlah kunjungan kedua atau lebih diabetes mellitus sebanyak 759 orang. Sedangkan jumlah kematian yang disebabkan penyakit diabetes mellitus sebanyak 7 orang. Jika dilihat dari segi kelompok umur jumlah kasus terbanyak terdapat pada usia 45-64 tahun.15
Berdasarkan Kerangka Acuan Sosialisasi Penyakit Diabetes Melitus Bagi Masyarakat Padang Panjang Barat dan Timur Pada Tanggal 15 dan 19 April tahun 2010 Kota Padang Panjang masih menduduki peringkat pertama prevalensi obesitas di Provinsi Sumatera Barat. Obesitas lima kali lipat beresiko untuk mendapat penyakit diabetes mellitus. Kota Padang Panjang tiap tahunnya terjadi peningkatan kasus. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dan gaya hidup manusia yang sudah mulai berubah. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan masyarakat yang sering mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kolesterol, kurang mengkonsumsi buah dan sayur serta kurang melakukan aktivitas fisik.16
Mellitus Tipe II Pada Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor risiko perilaku dan obesitas sentral
berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe II pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan faktor risiko perilaku dan obesitas sentral dengan kejadian diabetes mellitus tipe II pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi serat pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
b. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi lemak pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
c. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi kalori pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
e. Diketahui distribusi frekuensi merokok pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
f. Diketahui distribusi frekuensi obesitas sentral/abdominal pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
g. Diketahui perbedaan rata-rata konsumsi serat pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
h. Diketahui perbedaan rata-rata konsumsi lemak pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
i. Diketahui perbedaan rata-rata konsumsi kalori pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
j. Diketahui hubungan faktor risiko aktivitas fisik dengan diabetes mellitus tipe II pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012. k. Diketahui hubungan faktor risiko merokok dengan diabetes mellitus tipe
II pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoritis
1.4.1.1.Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan melalui suatu penelitian.
1.4.1.2.Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur dan memperkaya kepustakaan yang ada bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
1.4.2. Praktis
1.4.2.1.Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum ... 7
1.3.2. Tujuan Khusus ... 8
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. PSIKM Unand ... 9
1.4.2. DKK Padang Panjang ... 9
1.4.3. Penulis ... 9
1.4.4. Bagi Peneliti Lain ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi ... 10
2.1.2. Etiologi ... 11
2.1.3. Klasifikasi Diabetes Melitus ... 12
2.1.4. Gejala ... 15
2.2. Faktor Risiko Diabetes Melitus ... 17
2.2.1. Faktor risiko melekat ... 18
2.2.3. Faktor risiko fisik ... 31
2.3. Pengelolaan dan pengendalian diabetes mellitus ... 32
2.4. Kerangka Teori ... 35
2.5. Kerangka Konsep ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Desain penelitian ... 37
3.2.Lokasi dan waktu penelitian ... 38
3.3. Populasi dan sampel ... 38
3.4. Pengumpulan, pengolahan dan analisa data ... 42
3.5.Definisi Operasional ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47
4.2.Gambaran Umum Responden ... 49
4.3. Hasil analisis ... 51
BAB V PEMBAHASAN 5.1.Keterbatasan penelitian ... 58
5.2.Faktor Risiko Perilaku dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II . 59 5.3.Hasil Analisis Univariat ... 60
5.4.Hasil Analisis Bivariat ... 66
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 74
5.1.Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1. Kadar Glukosa darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)
13
2.2. Karakteristik Diabetes Mellitus Tipe I dan Tipe II 16 2.3. Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan (per 100 gram) 23 2.4. Nilai Energi Berbagai Bahan Makanan (kkal/100 gram) 25 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Kota Padang Panjang Tahun
2012
49
4.2. Distribusi Frekuensi Konsumsi Serat Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
51
4.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
52
4.4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Kalori Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
52
4.5. Perbedaan Konsumsi Serat Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012
54
4.6. Perbedaan Konsumsi Lemak Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012
55
4.7. Perbedaan Konsumsi Kalori Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012
55
4.8. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang tahun 2012
56
4.9. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang tahun 2012
56
4.10. Hubungan Obesitas Sentral Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang tahun 2012
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1. Kerangka Teori Faktor Risiko Diabetes Mellitus 36 2.2. Kerangka Konsep Faktor Risiko Diabetes Mellitus 37
DAFTAR GRAFIK
Nomor Grafik Halaman
4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
49
4.2. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Padang Panjang Tahun 2012
50
4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Serat di Kota Padang Panjang Tahun 2012
50
4.4. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
52
4.5. Distribusi Frekuensi Merokok Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
53
4.6. Distribusi Frekuensi Obesitas Sentral Responden di Kota Padang Panjang Tahun 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembaran Informed Concent dan Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Tabel
Lampiran 3. Output
TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
WENI SARTIKA No. BP. 07922046
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2012
Oleh : WENI SARTIKA No. BP. 07922046
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
Padang, Juli 2012
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
MELITUS TIPE II PADA KELOMPOK UMUR 40-59 TAHUN DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2012
Peminatan : Gizi Kesehatan Masyarakat
Data Mahasiswa
Nama Lengkap : Weni Sartika Nomor Buku Pokok : 07922046 Tanggal Lahir : 08 Agustus 1986 Tahun Masuk PSIKM Unand : 2007
Nama PA : Masrizal Dt. Mangguang, SKM, M.Biomed Jenis Penelitian : Lapangan
Padang, Juli 2012 Diketahui Oleh
Koordinator Skripsi Mahasiswa Peneliti
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PERILAKU DAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II
PADA KELOMPOK UMUR 40-59 TAHUN DI KOTA PADANG PANJANG
TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: WENI SARTIKA
No. BP. 07922046
Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Pada Tanggal, 13 Juli 2012 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima.
Penguji I Penguji II
(dr. H. Fauziah Elytha, MSC) (Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, MSc, PhD, SpGK)
Padang, 13 Juli 2012
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PERILAKU DAN OBESITAS SENTRAL DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II
PADA KELOMPOK UMUR 40-59 TAHUN DI KOTA PADANG PANJANG
TAHUN 2012
No Nama Penguji Saran TTD
1. dr. H. Fauziah Elytha, MSc 1. Abstraknya alenia pertama
tidak terlihat latar belakang
memilih Kota Padang
Panjang.
2. Tujuan penelitian
dimasukkan kedalam alenia pertama abstrak seharusnya.
3. Saran belum terlihat
diabstrak.
4. Perbaiki kesalahan
penulisan.
5. Dalam penyampaian hasil harus jelas dimengerti.
6. Penulisan % lebih
besar/kecil/tinggi.
7. Angka dalam hasil tidak
perlu diulangi cukup
ditabelnya saja. 2. Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto,
MSc, PhD, SpGK
1. Bagaimana cara pengukuran gula darah?
2. Konsumsi makan kasus
>kontrol.
3. Rokok hanya di hitung pada laki-laki saja.
4. Data kualitatif konsumsi sayur dan buah dimasukkan kedalam gambaran umum responden.
5. Metoda: sebutkan sumber data (Posbindu PTM) 6. Di latar belakang tambahkan
Alamat : Jorong Kubu Ambacang No 56 Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Kode Pos 27151
Status : Menikah
Email : chi_anie86@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan :
1991 - 1992 : TK Nurul Huda 1992 - 1998 : SDN 32 Tigo Suku 1998 - 2001 : SMP N 1 Padang Panjang 2001 - 2004 : SMA N 1 X Koto
2004 - 2007 : Politeknik Kesehatan Depkes RI Padang
2007 - 2012 : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang
Riwayat Pekerjaan
No. BP : 07922046
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan : Gizi Masyarakat
Angkatan : 2007 Jenjang : Sarjana
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :
“Hubungan Faktor Risiko Perilaku Dan Obesitas Sentral Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang Tahun 2012”
Apabila suatu saat nanti saya terbukti bahwa saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Padang, Juli 2012