• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATERI UNGGAH-UNGGUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATERI UNGGAH-UNGGUH"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh : Diana Rahmayanti

NIM. T20174086

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2021

(2)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi PendidikanGuru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh : Diana Rahmayanti

NIM : T20174086

Disetujui Pembimbing

Hartono. M.Pd.

NIP. 198609022015031001

(3)

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperolehgelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Hari: Senin

Tanggal: 06 Desember 2021 Tim Penguji

Ketua

Musyarofah, M.Pd.

NIP. 198208022011012004

Sekretaris

Abdul Karim, S.Pd.I.,M.Pd.I.

NUP: 20160367

Anggota:

1. Dr. H. Mashudi, M.Pd. ( )

2. Dr. Hartono, M.Pd. ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni`ah,M.Pd.I.

NIP.196405111999032001

(4)

MOTTO

ْ لا

ْ ل ْ ك

ُْة ق د صُْة بِّيَّطلاُْة م

Artinya: “Berkata yang baik adalah sedekah”*

“Ajining Diri Saka Lathi, Ajining Raga Saka Busana.

Artinya: Harga Diri Ditentukan Dari Ucapan, Kehormatan Badan Terletak Pada Pakaian Yang Dikenakan.”*

*Abu Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahiihul Jami’, (Riyadh:Darussalam, 256 H), No. 4528.

*Umi Kuntari, Unggah-Ungguh Basa Jawa Tata Cara dan Etika Penggunaan Bahasa Jawa, (Jogyakarta: Pustaka Widyatama, 2017), 2.

(5)

PERSEMBAHAN

Menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang dan bagi Rasul Nabi Muhammad SAW, semoga skripsi ini dapat Ridho di sisi-Nya, dan sebagai tanda terimakasih, saya persembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Orang tua saya, Bapak Basir dan Ibu Siti Munjayanah terimakasih atas kasih sayang yang tulus dan berlimpah dari lahir hingga saya sebesar ini, kasih sayang yang tidak akan pernah dapat dibalas dengan apapun, serta yang tidak pernah ada henti-hentinya mendoakan saya, dan selalu mendukung saya dari awal kuliah hingga saat ini.

2. Kakak kandung saya Muhammad Nurul Huda yang luar biasa dalam memberikan dukungan dan do’a kepada saya, meskipun selalu usil tapi kasih sayangnya sangat luar biasa.

(6)

KATA PENGANTAR

ْﻢﺴﺑ ا

ْﷲ ا

ْﻦمﺣْﺮل ا ﻢيﺣْﺮل

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. semoga kita mendapat syafa’atnya dihari kiamat kelaK.

Amin.

Kami mengahaturkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi serta semua pihak yang senantiasa memberikan bimbingan dan nasihat, yakni kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E.,MM., selaku Rektor UIN Jember yang telah memberikan segala fasilitas yan membantu kelancara atas terselesainya skripsi ini.

2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Dr. H. Mashudi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jember yang telah memberikan izin atas judul skripsi ini serta segala fasiitas atas terselesainya skripsi ini.

4. Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan izin serta segala fasilitas atas terselesainya skripsi ini.

5. Dr. Hartono, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan kritik selama mengerjakan skripsi ini.

6. Maftuhin Halim, M.Pd., selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah 35 Nurul Ulum Ambulu Jember yang telah memberikan izin kepada peneliti dan sekaligus membantu kelancaran penelitian yang dilaksanakan.

7. Moh. Solkhan, S.Pd., selaku guru kelas IV sekaligus guru mata pelajaran bahasa Jawa Madrasah Ibtidaiyah 35 Nurul Ulum Ambulu Jember yang telah membantu kelacaran penelitian yang dilaksanakan.

(7)

8. Para guru dan siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah 35 Nurul Ulum Ambulu Jember yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam proses pelaksanaan penelitian.

9. Segenap dosen UIN Jember, semoga ilmu yang telah diberikan kepada saya dapat menjadi ilmu yang barokah dan manfaat untuk bekal kehidupan kedepan.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelsaikan skripsi ini.

Tiada kata yang dapat terucap selain do’a dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas semua jasa yang telah diberikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan skripsi ini.

Semoga skripsi ini, bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama penulis sendiri. Terakhir semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jember, 6 Juni 2021 Penulis,

Diana Rahmayanti NIM.T20174086

(8)

ABSTRAK

Diana Rahmayanti, 2021: Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa Dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Tahun Pelajaran 2020/2021.

Kata Kunci: Unggah-Ungguh Basa Jawa, Kemampuan Berbicara Sopan Santun Bahasa Jawa adalah bahasa yang istimewa karena memiliki undha-usuk basa sehingga berbicara harus dengan unggah-ungguh atau tata krama. Dengan adanya unggah-ungguh atau tata krama dalam berbicara, maka akan menghasilkan kemampuan berbicara sopan santun.

Fokus yang dikaji dalam penelitian ini ada 2 yaitu, 1) Bagaimana Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu?, 2) Bagaimana Implikasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IVMIMA 35 Nurul Ulum Ambulu?.

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran materi unggah-ungguh basa jawadalam kemampuan berbicara sopan santun peserta didik kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Tahun Pelajaran 2020/2021, dan untuk mendeskripsikan implikasi pembelajaran materi unggah-ungguh basa jawadalam kemampuan berbicara sopan santun peserta didik kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Tahun Pelajaran 2020/2021.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dan jenis penelitiannya yang digunakan adalah penelitian fenomenologi. Sumber data penentuan subyek penelitian ini menggunakan teknik Purposive.

Hasil dari penelitian adalah 1) Perencanaan, saat pembelajaran di dalam kelas perencanaannya yaitu sebelumnya guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) terlebih dahulu yang merujuk kepada silabus.

Pembiasaan di luar jam pembelajaran tidak ada perencanaan khusus hanya perlu memperbanyak kosa kata bahasa Jawa Krama. 2) Pelaksanaan, saat pembelajaran di dalam kelas pelaksanaaan disesuaikan dengan RPP yang meliputi 3 kegiatan, yaitu pembuka, inti, dan penutup. Pembiasaan diluar jam pembelajaran pelaksanaanya tergantung pada progam yang dimiliki MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu. 3) Evaluasi, saat pembelajaran di dalam kelas menggunakan soal harian, PTS dan PAS. Pembiasaan di luar jam pembelajaran yaitu dengan penilaian pembelajaran di luar jam pembelajaran bahasa Jawa berupa hal-hal yang berkaitan dengan tutur kata dan sikap sopan santun yang dimiliki peserta didik. Selain itu adanya kendala masih ada peserta didik yang lupa berbahasa Jawa Krama ketika berkomunikasi dengan guru dan pandemi covid-19 yang mengakibatkan pelaksanaan program terhambat. 4) Implikasi Pembelajaran Materi Unggah- Ungguh Basa Jawa membawa dampak positif, dengan adanya program tersebut peserta didik menjadi terbiasa menggunakan bahasa Jawa Krama saat berkomunikasi dengan guru, hal tersebut juga membawa dampak terhadap sikap sopan dan santun peserta didik.

(9)

DAFTAR ISI

Hal

COVER ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 16

1. Implemnetasi ... 16

2. Pembelajaran ... 17

3. Unggah-Ungguh Basa Jawa ... 24

4. Kemampun Berbicara... 32

5. Perilaku Sopan Santun ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan dan Jenis penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 47

(10)

C. Subjek Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Analisis Data ... 52

F. Keabsahan Data ... 54

G. Tahap-tahap Penelitian ... 55

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 60

A. Gambaran Objek Penelitian ... 60

1. Sejarah MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Jember ... 60

2. Kondisi Objektif MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Jember ... 62

3. Data Guru MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Jember... 64

4. Data Siswa MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Jember ... 64

5. Visi, Misi dan Tujuan MIMA 35 Nurul Ulum ... 66

Ambulu Jember 6. Struktur Oganisasi MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Jember ... 68

B. Penyajian Data dan Analisis... 68

1. Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa Terhadap Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 69

a. Perencanaan Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu .. 69

b. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 78

c. Evaluasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 86

2. Implikasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 90

C. Pembahasan Temuan ... 93

(11)

1. Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun

Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 93

a. Perencanaan Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu .. 93

b. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 97

c. Evaluasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 101

2. Implikasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh BasaJawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik KelasIVMIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 104

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran-saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pernyataan KeaslianTulisan

2. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi 3. Instrumen Penelitian Pedoman wawancara 4. Instrumen Penelitian Transkripwawancara 5. Instrumen Penelitian Pedoman dokumentasi 6. Instrumen Penelitian Pedoman sikap sopan santun 7. Matrik Penelitian

8. Jurnal Penelitian 9. Surat Izin Penelitian

10. Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian 11. Silabus

(12)

12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

13. Tabel Penilaian Kemampuan Berbicara dan Sikap Sopan Santun 14. Tabel Penilaian di Luar Jam Pembelajaran

15. Lembar Hasil Jawaban Peserta Didik 16. Dokumentasi

17. Biodata Penulis

(13)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

4.1 Ruangan MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 63

4.2 Data Guru MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 64

4.3 Data Siswa Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 64

4.4 Kompetensi Dasar dan Indikator ... 73

4.5 Penilaian kemampuan berbicara dan sikap sopan santun ... 92

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

4.1 Wawancara dengan guru bahasa Jawa kelas IV ... 70

4.2 Wawancara dengan kepala madrasah MIMA 35 Nurul Ulum ... 76

4.3 Suasana pembelajaran bahasa Jawa ... 80

4.4 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi ... 81

4.5 Wawancara dengan Aulia perwakilan peserta didik kelas IV ... 82

4.6 Wawancara dengan Izza perwakilan peserta didik kelas IV ... 82

4.7 Lembar hasil jawaban peserta didik ... 88

(15)

DAFTAR BAGAN

No. Uraian Hal

4.1 Struktur Organisasi MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu ... 68

(16)

A. Konteks Penelitian

Sopan santun adalah unsur penting dalam kehidupan ketika bersosialisasi sehari-hari dengan orang lain, karena dengan menunjukkan sikap santun sesorang dapat dihargai dan disenangi keberadaanya sebagai makhluk sosial. Sopan santun merupakan gambaran akhlak yang dapat diraih melalui proses pembelajaran anak di sekolah atau madrasah. Menurut Azyumardi Azra bahwa kesuksesan pendidikan harus ditujukan pada perubahan kualitas perilaku anak diantaranya perilaku sopan santun, salah satu contoh sikap sopan santun adalah berbicara sopan atau bertutur kata dengan baik terlebih kepada orang yang lebih tua. 1

Salah satu cara menilai karakter seseorang terlihat dari bagaimana dia bertutur kata dengan lawan bicaranya. Dalam Al-Qur’an juga telah diperintah agar senantiasa bertutur kata yang baik. Seperti dalam surah Al-Ahzab ayat 70-71:

















































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu

1 Azyumardi Arza, Moral Peserta Didik, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2006), 34.

(17)

dan Barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”2

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba Nya yang beriman agar tetap bertakwa kepada-Nya dan menyembah-Nya dengan penyembahan sebagaimana melihat-Nya, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar, yang jujur, tidak bengkok tidak pula menyimpang. Allah menjanjikan kepada mereka pahala dengan memperbaiki amal perbuatan mereka, yaitu dengan diberinya taufiq untuk beramal shalih, dimpuni dosa-dosanya yang lalu, serta apa yang akan terjadi pada mereka di masa yang akan datang.

Indikator perilaku sopan santun diantaranya adalah menghormati orang yang lebih tua, berbicara yang halus dan sopan, serta menyapa dengan ramah.

Pembentukan perilaku sopan santun dapat dilakukan melalui budaya lokal masyarakat, salah satunya yaitu melalui budaya menggunakan bahasa Jawa Krama.3 Ketika berbicara dengan orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi maka harus berbicara menggunakan bahasa Krama. Sedangkan untuk berbicara dengan orang yang tingkat dan kedudukannya sama atau dengan orang yang lebih muda menggunakan bahasa Jawa Ngoko.

Bahasa dan budaya adalah dua aspek yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Bahasa mengambarkan kualitas budaya penuturnya, termasuk etika dan nilai moralnya. Berbicara menggunakan bahasa yang sopan dan halus, dan menggunakan unggah-ungguh yang benar akan

2 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), 427.

3 Nurul Zuriyah, Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 2.

(18)

memuaskan hati orang yang mendengar. Seseorang akan dihargai bukan dari pangkat dan kekayaan, melainkan dari tutur kata yang digunakan. Tidak dapat dihindari bahwa kesantunan bahasa sangat mempengaruhi tingkah laku kepada orang lain.4

Namun di zaman yang modern ini penggunaan bahasa Jawa mulai mengalami penurunan dikalangan gernerasi muda. Oleh karena itu bahasa Jawa perlu ditumbuhkan sejak dini agar bahasa dan ciri-ciri masyarakat suku Jawa yang diketahui berbudi luhur dan tata krama yang baiktetap terjaga kelestariannya

.

Sejalan dengan hal tersebut, MIMA 35 Nurul Ulum yang merupakan salah satu madrasah di kabupaten Jember, tepatnya di kecamatan Ambulu yang memiliki 300 siswa ini telah menanamkan sejak dini berbahasa Jawa di kelas saat jam pembelajaran bahasa Jawa maupun diluar jam pembelajaran.

Program yang dimiliki MIMA 35 Nurul Ulum di luar jam pembelajaran bahasa Jawa meliputi ; 1) Penggunaan bahasa Jawa Krama pada pengantar setiap mata pelajaran, 2) Penggunaan bahasa Jawa Krama sebagai komunikasi antara guru dan peserta didik setiap harinyadan 3) Pembiasaan berbahasa Jawa Krama setiap hari Jum’at dari bel masuk hingga bel pulang sekolah.5

Program-program yang ada di MIMA 35 Nurul Ulum ini membantu peserta didik untuk terbiasa berbicara menggunakan bahasa Jawa Krama. Dari yang tidak bisa menjadi bisa dan yang sudah bisa menjadi lebih lancar. Pada

4 Umi Kuntari, Unggah-Ungguh Basa Jawa Tata Cara dan Etika Penggunaan Bahasa Jawa, (Jogyakarta: Pustaka Widyatama, 2017), 2.

5 Observasi di MIMA 35 Nurul Ulum , Ambulu, 8 April 2021.

(19)

program pertama dimaksudkan agar peserta didik mempunyai kosa kata baru dalam bahasa Jawa Krama yang didapatkan dari guru. Pada program kedua ini dimaksudkan agar peserta didik mempraktikan kemampuaannya ketika berkomunikasi dengan guru, karena diwajibkan ketika berkomunikasi dengan guru sehari-hari menggunakan bahasa Jawa Krama. Dan program ketiga mempuyai tujuan yang hampir sama dengan program kedua, namun pada program ketiga bukan hanya dengan guru tetepi juga kepada sesama peserta didik mereka juga harus berbicara dengan sopan menggunakan bahasa yang baik meskipun tidak menggunakan bahasa Jawa Krama, karena bahasa Jawa Krama digunakan untuk seseorang yang lebih tua atau seseorang yang mempunyai pangkat lebih tinggi.

Pembelajaran bahasa Jawa di MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu mempunyai cara yang berbeda, karena bukan hanya teori saja yang diajarkan tapi juga adanya praktik. Teori diajarkan saat di kelas dan praktinya dilakukan diluar jam pembelajaran dengan berbagai program yang dimiliki MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu.

Dengan adanya program tersebut tingkat kesopanan peserta didik kepada guru dan teman sebaya menjadi lebih baik. Peserta didik lebih menghormati guru, berbicara secara halus dan sopan kepada guru serta menyapa dengan ramah. Tidak hanya kepada guru, ketika peneliti datang pertama kali peserta didik menyapa dengan ramah dan menunjukkan sikap sopan dan santun mereka dengan membungkukkan badan ketika melewati

(20)

peneliti.6 Data ini diperkuat dari wawancara dengan Bapak Solkhan selaku guru mata pelajaran bahasa Jawa menyatakan bahwa, program yang dimiliki MIMA 35 Nurul Ulum tersebut mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbicara bahasa Jawa dengan baik dengan orang yang lebih tua, maupun dengan teman sebaya dalam rangka membentuk perilaku sopan santun.7

Berdasarkan uraian konteks penelitian serta hasil wawancara dan observasi, maka peneliti ingin mengetahui dan mengkaji secara mendalam tentang Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun yang ada di MIMA 35 Nurul Ulum, sebab sekolah yang menerapkan pembiasaan bahasa Jawa Krama belum banyak diterapakan pada Madradah lain khususnya di Ambulu. Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Tahun Pelajaran 2020/2021.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan batasan masalah diatas maka penulis dapat merumuskan fokus masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu?

6 Observasi di MIMA 35 Nurul Ulum , Ambulu, 8 April 2021.

7 Moh. Solkhan,Wawancara, Ambulu,22 April 2021

(21)

2. Bagaimana Implikasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu?

C. Tujuan Penelitian

Menindak lanjuti dari fokus masalah yang peneliti kaji, maka tujuan peneliti ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu

2. Mengetahui Implikasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khazanah keilmuan dan mengembangkan pemahaman terkait dengan materi unggah-ungguh basa jawa serta implementasinya terhadap kemampuan berbicara sopan santun Peserta Didik di MIMA 35 Nurul Ulum Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan-masukan kepada pihak yang berkepentingan antara lain:

(22)

a. Bagi Madrasah

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan tentang menanamkan nilai-nilai kesopanan dalam berbicara bagi peserta didik melalui materi unggah-ungguh basa jawa.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar di kelas khususnya pada mata pelajaran bahasa Jawa pada materi unggah-ungguh basa, agar peserta didik dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan penelitian-penelitian yang relevan selanjutnya.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian inidiharapkan dapat membantu menyadarkan masyarakat akan pentingnya bahasa Jawa Krama dalam pembentukan perilaku sopan santun anak dalam berbicara.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari timbulnya salah pengertian dalam memahami permasalahan dalam penelitian yang berjudul “ Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik Kelas IV di MIMA 35 Nurul Ulum Ambulu Tahun

(23)

Pelajaran 2020/2021” maka untuk memperjelas istilah-istilah kunci ini, penyusun akan memberi batasan istilah-istilah yang terkandung dalam judul tersebut sebagai berikut:

1. Implementasi

Implementasi secara sederhana adalah penerapan. Implementasi juga dikatakan sebagai suatu pelaksanaan dari rencana yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi, implementasi adalah suatu penerapan kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan cara membelajarkan peserta didik atau juga dikatakan sebagai proses pemindahan pengetahuan yang dilakukan oleh tenaga pendidik/guru kepada peserta didik melalui hubungan antara keduanya.

3. Unggah-Ungguh Basa Jawa

Unggah-Ungguh Basa Jawa merupakan sebuah aturan ketika berbicara dengan orang lain yang meliputi aturan pemilihan kata-kata, susunan tata bahasa, sikap tubuh dan nada ketika berbicara, hingga busana.

4. Kemampuan Berbicara

Berbicara mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari- hari, karena rata-rata seseorang memilih berbicara sebagai alat komunikasi. Berbicara adalah kemampuan menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan kepada seseorang.

(24)

5. Sopan Santun

Sopan santun merupakan aturan yang tidak tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya bersikap di lingkungan masyarakat, yaitu perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam pergaulan sehari-hari masyarakat.

Jadi, yang dimaksud dengan judul “Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Peserta Didik” adalah penerapan cara membelajarkan peserta didik mengenai aturan pemilihan kata-kata, kosa kata dan nada bicara ketika menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan kepada orang lain dengan nilai-nilai kesopanan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskriptif alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan sampai bab penutup. Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Adapun skripsi ini terdiri dari lima bab yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

(25)

Bab II Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan tersebut meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori. Penelitian terdahulu berguna untuk melihat sejauh mana orisinalitas penelitian yang hendak dilakukan ini. Sedangkan kajian teori berisi tentang teori yang terkait sehingga berguna sebagai perspektif dalam penelitian.

Bab III Metode Penelitian.

Metode penelitian dalam bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV Penyajian Data Dan Analis Data.

Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran objek penelitian berupa Implementasi Pembelajaran Materi Unggah-Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun di MIMA 35 Nurul Ulum. Selain berisi gambaran objek penelitian terdapat juga penyajian data dan analisis serta mengenai pembahasan temuan yang diperoleh dilapangan.

Bab V Penutup.

Terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang bersifat kontruktif. Pada bab terakhir ini ditarik kesimpulan dari beberapa penjelasan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan saran untuk pihak-pihak yang terkait di dalam penelitian.

(26)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu untuk menguatkan penelitian ini maka peneliti memuat beberapa kajian terdahulu yang menguatkan penulis sebelumnya, maka data yang perlu dihimpun oleh peneliti berupa karya-karya antara lain tentang judul:

1. Risa Adi Setiani, Mahasiswi Program Studi Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Dengan judul “Pembentukan Karakter Sopan Santun Melalui Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama di MI Nasrul Fajar Meteseh Tembalang”. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan Risa Adi Setiani mempunyai relevansi dengan penelitian ini adalah berbasis bahasa Jawa. Perbedaan dalam penelitian yaitu penelitian Risa Adi Setiani berfokus pada pembentukan karakter sopan santun, sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada kemampuan berbicara sopan santun.

2. Dwi Elsa Wulandari, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Surakarta. Dengan Judul

“Implementasi Bahasa Jawa Krama Dalam Pembentukan Perilaku Sopan Santun Santri Madrasah Diniyah Al-Chusniyyah Tambako Pedan Klanten

(27)

Tahun 2018/2019”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan Dwi Elsa Wulandari mempunyai relevansi dengan penelitian ini yaitu berbasis bahasa Jawa. Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Dwi Elsa Wulandari berfokus pada pembentukan perilaku sopan santun, sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada kemampuan berbicara sopan santun.

3. Khoiri Alfiyah, Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga. Dengan judul “Implementasi Bahasa Jawa Ragam Krama Sebagai Upaya Pembinaan Sikap Ta’dzim Siswa di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga”. Jenis penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Penelitian yang dilakukan Khoiri Alfiyah memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu berbasis bahasa Jawa. Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Khoiri Alfiyah berfokus pada pembinaa sikap ta’dzim sendangkan penelitian ini lebih berfokus pada kemampuan berbicara sopan santun.

4. Pratiwi Dwiyanti Hartina, Mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto.

Dengan judul “Upaya Pembentukan Karakter Sopan Santun Siswa Dalampembelajaran Bahasa Jawa Di Kelas IV MI MA’ARIF NU 02

(28)

Tamansari Karangmoncol Purbalingga”. Jenis penelitiannya adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan Pratiwi Dwiyanti Hartina memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu berbasis bahasa Jawa. Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Pratiwi Dwiyanti Hartina berfokus pada pembentukan karakter sopan santun sendangkan penelitian ini lebih berfokus pada kemampuan berbicara sopan santun.

5. Dewi Masithoh, Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto. Dengan judul “Penerapan Bahasa Jawa Krama Dalam Membentuk Sikap Sopan Snatun Santri Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Kroya Cilacap”. Jenis penelitiannya adalah deskriptifkualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan Dewi Masithoh memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu berbasis bahasa Jawa. Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Dewi Masithoh berfokus pada sikap sopan santun sendangkan penelitian ini lebih berfokus pada kemampuan berbicara sopan santun. Perbedaan lain adalah tempat penelitian yang dilakukan Dewi Masithoh adalah di pondok pesantren sedangkan dalam penelitian ini tempat penelitian adalah di Madrasah Ibtidaiyah.

(29)

Dari pemaparan di atas dapat ditarik sebuah perbedaan dan persamaan yang tersusun dalam tabel orisinilitas penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Originalitas Penelitian

No. Nama &

Tahun Judul Persamaan Perbedaan Orisinilitas

1 2 3 4 5 6

1. Risa Adi Setiani, 2019.

“Pembentuka n Karakter Sopan

Santun Melalui Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama di MI Nasrul Fajar

Meteseh Tembalang”

Penelitian yang dilakukan Risa Adi Setiani mempunyai relevansi dengan penelitian ini yaitu

berbasis bahasa Jawa.

Perbedaan dalam penelitian yaitu penelitian Risa Adi Setiani fokus pada

pembentukan karakter sopan santun, sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada

kemampuan berbicara sopan santun.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada

Pembelajaran Materi Unggah- Ungguh Basa Jawadalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Kelas IV

MIMA 35

Nurul Ulum.

2. Dwi Elsa

Wulandari, 2018.

“Implementa si Bahasa Jawa Krama Dalam

Pembentukan Perilaku Sopan

Santun Santri Madrasah Diniyah Al- Chusniyyah Tambako Pedan Klanten Tahun 2018/2019”

Penelitian yang dilakukan Dwi Elsa Wulandari mempunyai relevansi dengan penelitian ini yaitu

berbasis bahasa Jawa

Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Dwi Elsa Wulandari berfokus pada pembentukan perilaku sopan santun, sedangkan penelitian ini

lebih berfokus pada kemampuan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada

Pembelajaran Materi Unggah- Ungguh Basa Jawa dalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun

Kelas IV MIMA 35

(30)

1 2 3 4 5 6 berbicara

sopan santun.

Nurul Ulum.

3. Khoiri

Alfiyah, 2019.

“Implementa si Bahasa Jawa Ragam Krama Sebagai Upaya Pembinaan Sikap Ta’dzim Siswa di SMP

Muhammadi yah Plus Salatiga”.

Penelitian yang dilakukan Khoiri Alfiah memiiki relevansi dengan penelitian ini yaitu

berbasis bahasa Jawa.

Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Khoiri Alfiyah

berfokus pada pembinaa sikap ta’dzim sendangkan penelitian ini lebih berfokus pada

kemampuan berbicara sopan santun.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti difokuskan pada

Pembelajaran Materi Unggah- Ungguh Basa Jawadalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Kelas IV

MIMA 35

Nurul Ulum.

4. Pratiwi

Dwiyanti Hartina, 2021

Upaya

Pembentukan Karakter Sopan

Santun Siswa Dalampembe lajaran Bahasa Jawa Di Kelas IV MI

MA’ARIF

NU 02

Tamansari Karangmonc ol

Purbalingga

Penelitian yang dilakukan Pratiwi Dwiyanti Hartina mempunyai relevansi dengan penelitian ini yaitu

berbasis bahasa Jawa.

Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Pratiwi Dwiyanti Hartina

berfokus pada pembentukan karakter sopan santun sendangkan penelitian ini lebih berfokus pada

kemampuan berbicara sopan santun.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti difokuskan pada

Pembelajaran Materi Unggah- Ungguh Basa Jawadalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Kelas IV

MIMA 35

Nurul Ulum.

5. Dewi

Masithoh, 2021

Penerapan Bahasa Jawa Krama Dalam Membentuk Sikap Sopan Snatun Santri

Penelitian yang dilakukan Dewi Masithoh mempunyai relevansi

Perbedaan dalam penelitian yaitu dalam penelitian Dewi Masithoh

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti difokuskan pada

Pembelajaran

(31)

1 2 3 4 5 6 Di Pondok

Pesantren Al- Hidayah Kroya Cilacap

dengan penelitian ini yaitu

berbasis bahasa Jawa.

berfokus pada sikap sopan santun

sendangkan penelitian ini lebih berfokus pada

kemampuan berbicara sopan santun.

Perbedaan lain adalah tempat

penelitian yang dilakukan Dewi Masithoh adalah di pondok

pesantren sedangkan dalam

penelitian ini tempat

penelitian adalah di Madrasah Ibtidaiyah.

Materi Unggah- Ungguh Basa Jawadalam Kemampuan Berbicara Sopan Santun Kelas IV

MIMA 35

Nurul Ulum.

B. Kajian Teori 1. Implementasi

a. Pengertian Implementasi

Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas tapi suatu kegiatan yang

(32)

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.1 Implementasi adalah suatau tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasannya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.

Menurut Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi dantara tujuan dan tindakan untuk mencapai serta memerlukan jaringan pelaksanaan birokrasi efektif.2

Menurut Browne dan Widavsky, implementasi merupakan perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian tersebut memiliki makna bahwa implementasi pada dasarnya berawal dari aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanismes suatu sistem.3

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Sugiyono dan Hariyanto adalah kegiatan guru dalam membimbing peserta didik untuk menuju proses

1 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2002), 70.

2 Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), 39.

3 Eka Syafriyanto, Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan Rekonstruksi Sosial, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 (November 2015), 68.

(33)

pendewasaan diri. Sedangkan menurut Sugihartono pembelajaran merupakan suatu usahayang dilakukan pendidik secara sengaja dengan tujuan menyapaikan ilmu pengetahuan, dengan berbagai macam metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara maksimal.4

Menurut Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pembelajaran adalah hubungan peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.5

Berdasarkan tiga pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah hubungan antara pendidik dan peserta didik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan pada lingkungan belajar dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat tiga tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut tiga tahapan dalam proses pembelajaran:

1) Perencanaan

Perencanaan adalah langkah penting yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran.6

Perencanaan juga diartikan sebagai cara pengambilan ketentuan atas beberapa pilihan mengenai sasaran dan cara yang

4 Prihantini, Strategi Pembelajaran SD, (Jakarta : Bumi Aksara, 2020), 16.

5 Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Standar Pendidikan Nasional.

6 Mukni’ah, Perencanaan Pembelajaran Sesuai Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K-13), (Jember : IAIN Jember Press, 2016), 11.

(34)

akan dilaksanakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.7

Sedangkan perencanaan pembelajaran adalah proses pembuatan ketentuan mengenai tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran seperti pemilihan materi pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran, dan rencana evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.8

Perencanaa pembelajaran memiliki prinsip. Menurut Indisusilo prinsip-prinsip dalam merancang pembelajaran, yaitu:

a) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, gaya belajar peserta didik

b) Mendorong partisipasi aktif peserta didik, Proses pembelajaran diracang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.

c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis, Proses pembelajaran diracang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.

d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut, RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik yang positif, penguatan, pengayaan dan remidi.

e) Keterkaitan dan keterpaduan, RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan kepaduan KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan pemeblajaran, indikator pencapaian, penilaian dan sumber belajar.

f) Menetapakan teknologi informasi dan komunikasi, RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi

7 Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2019), 2.

8 Mukni’ah, Perencanaan Pembelajaran Sesuai Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K-13), (Jember : IAIN Jember Press, 2016), 11.

(35)

informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.9

Prinsip diatas digunakan sebagai dasar yang dijadikan untuk pedoman dalam penyusunan perencanaan pembelajaran agar RPP yang disusun oleh guru bisa menjadi pedoman guru ketika proses pembelajaran.

Manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Sebagai pedoman dalam proses pembelajaran

b) Untuk memprediksi keberhasilan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

c) Sebagai alat untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.10

Perencanaan pembelajaran akan memudahkan guru ketika proses belajar mengajar berlangsung. Karena perencanaan pembelajaran memuat garis besar langkah yang akan dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu dengan adanya perencanaan pembelajaran maka proses pembelajaran akan berjalan secara runtut dan terarah.

9 Indisusilo, Panduan Lengkap Menyususn Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (Jakarta: Kata Pena, 2012), 28.

10 Mukni’ah, Perencanaan Pembelajaran Sesuai Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K-13), (Jember : IAIN Jember Press, 2016), 15-16.

(36)

2) Pelaksanaan

Pengertian pelaksanaan menurut Gilang adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci, pelaksanaannya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan dapat diartikan sebagai penerapan.11

Dalam penerapan pelaksanaan pembelajaran guru melakukan beberapa tahap, sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan pembuka adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang memungkinkan peserta didik siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini guru harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan peserta dididk serta menunjukkan adanya kepedulian yang besar terhadap keberadaan peserta didik.

Biasanya pada kegiatan awal diberikan ice breaking agar peserta didik lebih siap dan berkonsentrasi ketika diberikan materi oleh guru.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti adalah kegiatan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Ketika menyampaikan materi, guru harus menyampaikan secara berurutan untuk mengoptimalkan

11 R. Gilang K, Pelaksanaan Pembelajaran Daring Di Era Covid-19, (Banyumas: Lutfi Gilang, 2020), 71-72.

(37)

penerimaan peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

Selain itu harus milih metode dan media yang tepat dengan materi yang akan diajarkan. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mewujudkanrencana yang telah disusun dalam bentuk kagiatan nyata dan efektif guna mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Sudjana metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam merealisasikan interaksi dengan siswa ketika berlangsungnya pembelajaran.12 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara guna mewujudkan tujuan pembelajaran. Macam-macam metode dalam pembelajaran diantaranya: Ceramah, Demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya.

Sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pada proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkanketertarikan dan minat peserta didik dalam belajar.13 Macam- macam media pembelajaran diantaranya:

(1) Media audio, contohnya radio, tape recorde, telepon, laboratorium bahasa dan lainnya.

(2) Media visual, contohnya foto, ilustrasi, flashcard, potongan gambar, dan lain sebagainya

12 Dedy Yusuf Aditya, Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa, Jurnal SAP Vol.1 No. 2 (Desember 2016): 167, https://journal.Ippmunindra.ac.id.

13 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pres, 2017), 10.

(38)

(3) Media audio visual, contohnya TV, buku bersuara, film bersuara, gambar bersuara dan lainnya.

(4) Media serbaneka, contohnya papan tulis, media tiga dimensi, benda-benda nyata dan lain sebagainya.

(5) Gambar fotografi, seperti surat kabar, lukisan, kartun, ilustrasi dan lain sebagainya.

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan inti pada pembelajaran.

Dalam kegiatan ini guru mengevaluasi materi yang telah disampaikan. Tujuan kegiatan menutup pelajaran adalah:

(1) Mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

(2) Mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

(3) Membuat rantai kompetensi antara materi sekarang dengan materi yang akan datang.

3) Evaluasi

Evaluasi menurut pendapat Suchman yang menyatakan bahwa evalusi sebagai sebuah cara untuk menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk menopang ketercapainnya tujuan. Adapun pengertian evaluasi pendapat dari Worthen dan Sanders yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.14

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah cara yang digunakan untuk mencari informasi

14 Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), 1.

(39)

dalam menentukan hasil yang telah dicapai dari beberapa kegiatan untuk mencapai tujuan.

Fungsi dari adanya evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

b) Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah mampu melibatkan diri dimasyarakat.

c) Untuk membantu guru dalam mengelompokkan peserta didik dalam kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya masing-masing

d) Untuk membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajarannya.

e) Untuk mengetahui posisi peserta didik dalam kelompok

f) Untuk mengetahui tingkat kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannyaa

g) Membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.

h) Untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik.15 3. Unggah-ungguh Basa Jawa

a. Pengertian unggah-ungguh

Unggah-ungguh pada masyarakat Jawa umumya disebut dengan tatakrama, yaitu budaya yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa. Dalam masyarakat Jawa tatakrama atau norma- norma digunakan untuk menilai adab tingkah laku sehingga diharapkan tercapainya kerukunan dan saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Jawa.16Tata krama sering

15 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung,:PT Remaja Rosdakatya, 2017), 16- 17.

16 Nur Indah Ariyani Strategi Orang Minang Terhadap Bahasa, Makanan, dan Norma Masyarakat Jawa, (Jurnal Komunitas), 26-37.

(40)

disebut sebagai budaya sopan santun yang dijalankan sesuai dengan aturan yang telah berkembang pada suatu etnis masyarakat.

Tata krama adalah perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu yang bertujuan untuk menciptakan ketdamaian dan ketertiban masyarakat. Dengan demikian tatakrama adalah gambaran kerukunana, keseimbangan, dan ketentraman.17 Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa unggah- ungguh pada orang Jawa mengambarkan prinsip hormat yang diakui orang, yakni sikap dalam cara melakukan hubungan dalam bermasyarakat dan menunjukkan kepribadian, selalu menunjukkan sikap hormat kepada orang lain.18

Kosmologi budaya Jawa secara keseluruhan dapat tercapai dengan memprioritaskan penghormatan, penghormatan dalam masyarakat dapat ditunjukkan dengan sikap tubuh, gerakan tangan, tinggi rendahnya nada suara, istilah yang digunakan dalam kelompok besar yaitu krama untuk penghormatan, dan ngoko untuk keakraban.

Selanjutnya lebih khususnya tata bahasa Jawa di kelompokkan dengan menambah dua tata bahasa lagi, yaitu krama inggil digunakan untuk berbicara dengan sangat hormat, dan ngoko madya digunakan untuk berbicara secara hormat namun akrab.19

Penggunann unggah-ungguh bahasa Jawa merupakan hal yang penting, ciri-ciri orang Jawa dapat diamati dari ketrampilan menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa. Unggah-ungguh bahasa Jawa memberikan pembeda dalam hubungan dengan orang yang sebaya atau sederajat, dengan orang yang lebih tua atau lebih tinggi

17 Soehardi, Pengembangan Tata Krama Dalam Rangka Pembinaan Nilai Budaya, (Yogykarta: Universitas Gadjah Mada, 1997), 24.

18 Yusup Any Purwadi, Ora Ilok, (Yogyakarta: Institut Seni Budaya, 2016).

19 G.R Lono Lastoro Simatupang dan Heru Nugroho, Representasi Budaya Dalam Komik Strip Panji Koming, (Jurnal Ilmiah Bahasa dan Pembelajarannya, 2013), 76.

(41)

status sosialnya. Pepatah Jawa mengatakan “Ajining dhiri saka lathi, ajining raga saka busana, lan ajining awak saka tumindhak”, artinya

“Harga diri seseorang dapat dinilai dari caranya bertutur kata, berpakaian, dan berperilaku”. Prinsip tersebut sampai kini masih dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam kehidupan sehari-hari.

Kesesuaian dalam bertutur kata, berpakaian dan berperilaku merupakan pedoman bagi orang Jawa untuk menunjukkan harga dirinya.

b. Unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa

Dalam unggah-ungguh atau sopan santun berbahasa, orang Jawa menggunakan bahasa yang dipilih secara tepat. Pemilihan kata- kata yang tepat dan sesuai, dipergunakan untuk berbicara dengan orang lain.20

Sistem tindah laku bahasa dalam budaya Jawa disebut unggah- ungguh basa, undha usuk basa, atau tataprunggu. Undha usuk basa artinya tingkatan tutur kata yang ada dalam bahasa Jawa. Tingkat tutur dalam bahasa Jawa mempunyai maksud untuk mengajarkan cara bersikap dan berperilaku kepada orang lain. Penggunaan bahasa Jawa dengan pemilihan tingkatan tutur kata yang benar akan mempengaruhi penggunanya bersikap rendah hati atau andhap asor, santun, saling menghormati antar sesama, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan menjaga perasaan orang lain.21

Unggah-Ungguh basa bagi orang Jawa dianggap sebagai hal terpenting dalam sendi kehidupan bermasyarakat, sehingga orang yang menerapkannya akan dikatakan sebagai orang yang tidak tahu adat dan sopan santun, meninggikan tata krama. Bahasa Jawa juga dikenal sebagai bahasa yang bermuatan rasa. Maksudnya didalamnya terkandung unggakapan perasaan yang oleh orang sebut ewuh pakewuh

20 Maryono Dwiraharjo, Bahasa Jawa Krama, (Surakarta: Yayasan Pustaka Cakra, 2001), 67.

21 Umi Kuntari, Unggah-Ungguh Basa Jawa Tata Cara dan Etika Penggunaan Bahasa Jawa, (Jogyakarta: Pustaka Widyatama, 2017), 2-3.

(42)

atau rasa tidak enak hati. Orang Jawa akan merasa tidak enak hati jika berbicara tidak sopan kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, lebih tua atau dengan orang yang baru dikenal.22

Orang Jawa ketika berbicara sangat memperhatikan pilihan kata sesuai dengan lawan bicaranya. Berbicara dengan orang tua, orang yang memiliki pangkat tinggi akan berbeda ketika berbicara dengan sesama atau orang yang lebih muda. Hal tersebut dimanakan unggah- ungguh basa.23 Dalam bahasa Jawa secara garis besar terdapat tingkatan pokok yang menjadi landasan untuk menerapkan ketepatan dalam bertutur kata, tingkatan terseebut adalah 1) Basa Ngoko, 2) Basa Madya, 3) Basa Krama.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa unggah-ungguh dalam bahasa Jawa sangat penting saat berkomunikasi dengan seseorang. Dengan pemilihan kata yang sesuai dengan unggah-ungguh akan menggambarkan kualitas tutur kata pembicaranya, karena seseorang akan dihargai dari tutur kata yang digunakan.

c. Tingkatan pokok bahasa Jawa 1) Bahasa Ngoko

Bahasa ngoko merupakan salah satu tingkatan basa di dalam bahasa Jawa yang paling banyak digunakan oleh orang Jawa. Menurut Tridarmanto bahasa ngoko merupakan bahasa yang

22 Umi Kuntari, Unggah-Ungguh Basa Jawa Tata Cara dan Etika Penggunaan Bahasa Jawa, (Jogyakarta: Pustaka Widyatama, 2017), 3.

23Umi Kuntari, Unggah-Ungguh Basa Jawa Tata Cara dan Etika Penggunaan Bahasa Jawa, (Jogyakarta: Pustaka Widyatama, 2017), 3-4.

(43)

digunakan oleh orang yang sudah kenal secara akrab seperti teman sekolah, teman sepermainan dan sebagainya.24

Sedangkan menurut Soepomo basa ngoko menerminkan rasa tak berjarak antar penutur lawan bicaranya. Bagi orang yang ingin menyatakan keakraban terhadap orang lain tingkat basa ngoko inilah yang seharusnya digunakan. Dengan kata lain hubungan antar keduanaya tidak dibatasi oleh rasa segan atau pakewuh.25

Pendapat lain mengatakan bahwa Tingkat tutur ngoko mencerminkan perasaan tidak berjarak antara orang yang berbicara terhadap lawan bicara, yaitu bahwa orang yang berbicara tidak memiliki rasa segan terhadap lawanbicaranya. 26

Jadi, dapat disimpulkan bahwa basa ngoko digunakan oleh penutur kepada lawan bicara yang dianggap sudah memiliki keakraban satu sama lain. Selain digunakan oleh orang yang sudah akrab, bahasa ngoko juga digunakan oleh orang yang memiliki umur yang sama atau digunakan oleh orang tua kepada anaknya.Bahasa ngoko penggunaannya lebih menunjukkan rasa akrab.

24Yusak Tridarmanto, Serbi-Serbi Di Sekitar Kehidupan Orang Jawa, (Yogyakarta:

Taman Pustaka Kristen, 2012), 35.

25 Hengki Sudarmawan, Tingkat Tutur Bahasa Jawa Krama Pada Generasi Muda Sinoman di Kecamatam Grogol Kabupaten Sukoharjo, (Surakarta: Skripsi Universitas Sebelas Maret, 2005), 30.

26 Bayu Indrayanto dan Kinasih Yuliastuti, Fenomena Tingkat Tutur Dalam Bahasa Jawa Akibat Tingkat Sosial Masyarakat,(Jurnal Magistra, Volume XXVII, Nomor 91, 2015), 37.

(44)

Ragam ngoko memiliki 2 bentuk varian yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Ngoko lugu Yaitu ragam bahasa yang yang seluruh bentuknya dari kosakata ngoko. Ngoko lugu digunakan oleh orang tua kepada anaknya, kakak kepada adiknya dan diguakan dalam percakapan antara teman sebaya. Sedangkan ngoko alus ialah kata- kata yang digunakan yaitu kosakata ngoko dan krama inggil.

Contoh bahasa ngoko sebagai berikut:

a) Niko ngrungokake siyaran wayang kulit b) Sari lunga neng Tawangmangu numpak bis c) Aku lagi mangan sego goreng

2) Bahasa Krama

Bahasa krama merupakan salah satu tingkatan basadi dalam bahasa Jawa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Jawa. Bahasa krama digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati. Menurut Wibowo dan Gunawan bahasa krama dikhususkan untuk kaum muda kepada yang lebih tua.27

Sedangkan menurut Tridarmanto bahasa krama tidak hanya digunakan oleh kaum muda kepada yang lebih tua, namun juga digunakan oleh orang yang belum akrab atau baru kenal, sehingga masih perlu saling menghromati.28

27 Agus Wibowo dan Gunawan, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 59.

28 Yusak Tridarmanto, Serbi-Serbi di Sekitar Kehidupan Orang Jawa, (Yogyakarta:

Taman Pustaka Kristen, 2012), 35.

(45)

Pendapat lain mengatakan bahwa Tingkat tuturkrama mengandung unsur kesopanan yang tinggi, yang menggunakan perasaan ewuh kepada lawan biacaranya. Tutur krama ini digunakan oleh anak kepada orang tuanya, adik kepada kakaknya.29

Dapat disimpulkan bahwa basa krama adalah basa yang mempunyai rasa hormat. Basa krama biasanya digunakan orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua seperti anak ekpada orang tua atau adik kepada kakaknya. Tidak hanya itu basa krana juga digunakan pada orang yang belum akrab dan baru kenal yang memperlukan sikap saling menghormati.

Ragam krama memilki 2 varian yaitu krama lugu dan krama alus. Krama lugu yaitu ragam bahasa yang semuanya berasal dari kosakata krama. Sedangkan krama alus yaitu ragam bahasa yang semuanya dibentuk dari kosa kata krama inggil.

Contoh bahasa krama sebagai berikut:

a) Ibu Sri mboten mucal, amargi gerah

b) Panjenengan punapa dados tindhak dhateng Solo?

3) Bahasa Madya

Kata madya artinya tengah, karena tingkatan basa ini digunakan oleh orang yang belum akrab satu sama lain.30

29 Bayu Indrayanto dan Kinasih Yuliastuti, Fenomena Tingkat Tutur Dalam Bahasa Jawa Akibat Tingkat Sosial Masyarakat,(Jurnal Magistra, Volume XXVII, Nomor 91, 2015), 37.

30 Yusak Tridarmanto, Serbi-Serbi Di Sekitar Kehidupan Orang Jawa, (Yogyakarta:

Taman Pustaka Kristen, 2012), 35.

(46)

Sedangkan menurut Wibowo dan Gunawan bahasa madya yaitu bahasa yang tingkatannya di tengah antara bahasa krama dan ngoko.31

Pendapat lain menyebutkan bahwa tingkat tutur madya adalah bahasa pertengahan antara ngoko dan krama. Tingkat tutur madya menunjukkan kesopanan menengah atau sedang.32

Menurut Eko Gunawan tingkat tutur madya merupakan tingkat tutur krama yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, apabila dibandingkan dengan basa ngoko, basa madya tetap menunjukkan kadar kehalusan.33

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat tutur madya adalah tingkat tutur yang berada ditangah-tengah anatar ngoko dan krama. Bahasa madya merupakan bahasa campuran antara ngoko dan krama, bahasa madya mempunyai tingkat kesopanan yang sedang atau tengah. Dengan krama mempunyai tingkat kesopanan yang lebih rendah, namun dengan ngoko tinggkat kesponannya lebih tinggi.

Contoh bahasa madya sebagai berikut:

a) Pakdhe, wanci ngeten kok empun ajeng tindak kantor, napa khatah pendamelan?

31 Agus Wibowo dan Gunawan, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 59.

32 Hengki Sudarmawan, Tingkat Tutur Bahasa Jawa Krama Pada Generasi Muda Sinoman di Kecamatam Grogol Kabupaten Sukoharjo, (Surakarta: Skripsi Universitas Sebelas Maret, 2005), 31.

33 Eko Gunawan, Kamus Saku Jawa-Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), 2.

(47)

b) Dika napa arep mangan iwak sapi?

Komponen yang tergabung dalam pengucapan seseorang menurut tata krama bahasa yaitu : 1) praktik secara langsung bicara dengan menggunakan aturan bahasa Jawa secara benar sesuai dengan tata bahasanya. 2) tanda baca dan intonasi harus disesuaikan dengan isi kalimat yang akan dibicarakan dan ditulis.

3) kemampuan berbahasa yakni menulis kalimat dengan bahasa yang benar menurut aturan kesopanan dalam bahasa Jawa.34

4. Kemampuan Berbicara a. Pengertian kemampuan

Kemampuan menurut Purwadarminta berasal dari kata

“mampu” yang memiliki arti kuasa atau sanggup melakukan sesuatu.

Kemampuan berarti kesanggupan atau ketrampilan melakukan sesuatu.

Jadi, kemampuan berbicara merupakan kesanggupan atau kemahiran untuk melakukan hal yang diujarkan.35

Sedangkan menurut Partini kemampuan adalah kecakapan, kesanggupan, dan kekuatan. Dalam hal tersebut kemampuan memiliki 3 arti penting yaitu kesanggupan yang mempunyai arti siap untuk melaksanakan tugasnya, kecakapan yaitu memiliki kemampuan untuk

34 Sunarni, Pelestarian Lingkungan Sosial Budaya Melalui Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Jawa Dalam Materi Unggah-Ungguh, (Jurnal GeoEco, 2016), 89.

35 Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), 725.

Referensi

Dokumen terkait

Diberitahukan kepada seluruh peserta lelang yang mengikuti lelang Pekerjaan Lighting Pintu Gerbang Batas Kota, agar mempelajari addendum dokumen lelang yang

Tetapi dengan akalnya dapat diciptakan alat untuk mempertahankan diri yang lebih canggih dari binatang. Memiliki

Peserta dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis untuk Penetapan Pemenang kepada Pokja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten

Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan dan mendeskripsikanl angkah-langkah pembelajaran, metode pembelajaran dan hasil kemampuan siswa setelah mengikuti Pembelajaran

Sedangkan dalam kamus Webster’s istilah tersebut memiliki tiga makna, yaitu: pertama, sistem sosial dengan produksi barang; kedua, sebuah teori perubahan sosial atau

dalam hal orang dimaksud harus dirujuk ke rumah sakit rujukan, maka Pengelola Pondok Pesantren segera membersihkan tempat tidur dan peralatan milik yang

Tujuan e-Procurement diantaranya adalah meningkatkan transparansi dan keterbukaan dalam proses engadaan barang dan jasa pemerintah; meningkatkan persaingan yang sehat

Pendekatan pemerhatian memboleh pemantauan aktiviti pengaturcaraan yang dijalankan oleh pelajar dengan mengambil kira keupayaan pembelajaran dalam persekitaran pembangunan