• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PROFESIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL YAQIN KECAMATAN BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEMAMPUAN PROFESIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL YAQIN KECAMATAN BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN PROFESIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL YAQIN

KECAMATAN BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

APRIYADI 29 19 00581

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : KEMAMPUAN PROFESIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL YAQIN KECAMATAN BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Nama Penulis :APRIYADI Stambuk/NIM : 29 19 00581

Fak./Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

1 Rabiul Awal 1435 H Makassar, ---

13 Januari 2014 M

Pembimbing I

Drs. H. M. Ali Hakka NBM: 554 603

Pembimbing II

Dr. Hj. Maryam, M. Th.I NIP. 1960 1231 199303 2 007

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, peneliti yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya peneliti sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

1 Rabiul Awal 1435 H Makassar, ---

13 Januari 2014 M

Peneliti

Apriyadi

(4)

PRAKATA

ا ﻢـــــــــﺴﺑ ﻢﻴـــــــﺣﺮــﻟا ﻦــﲪﺮــﻟا ﷲ

َُﳏ ﺎَﻧِﺪْﻴَﺷ َْ ﲔِﻠَﺳْﺮُﻤْﻟاَو ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا ِفَﺮْﺷَا َﻰﻠَﻋ ُمَﻼﱠﺴﻟاَو ُةَﻼﱠﺼﻟاَو َْ ﲔِﻤَﻟﺎَﻌﻟْا ﱢبَر ِﷲ ِ ُﺪْﻤَْﳊَا ِﻪِﻟَا ﻰَﻠَﻋَو ٍﺪﱠﻤ

َْ ﲔِﻌَْﲨا َ ِﻪِﺑﺎَﺤْﺻَاَو .

ُﺪْﻌَـﺑﺎﱠﻣَا .

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah rabbul alamin atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam atas junjungan Nabiullah Muhammad Saw.

Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Kemampuan Profesional Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar” penulis tidak dapat menyelesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi dapat penulis selesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Mappa Iman dan Ibunda Sarika yang tercinta telah mengasuh dan mendidik peneliti dengan kasih sayang, dan tak kenal lelah serta pengorbanan apapun sehingga penulis sampai kejenjang pendidikan S1 (Strata satu), kepada keduanya penulis senantiasa memanjatkan do’a semoga Allah Swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosa keduanya dan menentramkan kehidupannya di dunia dan di akhirat.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina universitas ini dengan sebaik-baiknya.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dekan Fakultas Agama Islam

(5)

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Unismuh Makassar.

5. Bapak Drs. H. M. Ali Hakka dan Ibu Dr. Hj. Maryam, M. Th.I sebagai pembimbing I dan II dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mendidik dan memberikan Ilmu Pengetahuan selama ini kepada penulis.

7. Bapak Kepala Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh responden yang telah memberikan informasinya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Kepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun materil selama penulis masih dalam jenjang pendidikan.

Akhirnya kepada Allah Swt kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya, Amin.

4 Ramadhan 1434 H Makassar, ---

12 Juli 2013 M

Peneliti

(6)

ABSTRAK

Apriyadi , NIM: 29 19 00581 “Kemampuan Profesional Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar” (dibimbing oleh H. M. Ali Hakka dan Hj. Maryam)

Penelitian ini membahas tentangkemampuan profesional kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar. penerepan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar. Faktor kendala dan penunjang kepala sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu sumber dari wawancara, angket, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Ada dua variabel yakni profesional kepala sekolah sebagai variabel bebas dan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai variabel terikat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepala Sekolah mampu menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara profesional dimana 31 orang atau 32% memilih mampu, 49 responden atau 51% memilih sangat mampu, 17 responden atau 17% memilih kurang mampu. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kepulauan Selayar sudah berjalan dengan baik, namun belum maksimal sesuai tuntutan kurikulum. Penerapan kurikulum yang tuntas maka kualitas pendidikan akan meningkat. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Adapun faktor penghambat pengembangan dan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kepulauan Selayar adalah: a) Kurangnya tenaga pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, b) Alokasi waktu yang sempit atau minim, c) Tidak adanya alokasi waktu untuk pengembangan diri dibidang keagamaan, d) Minimnya buku pokok maupun buku pendukung dan media pembelajaran, e) masih kurangnya bimbingan dan pelatihan terhadap guru Pendidikan Agama Islam mengenai penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kepulauan Selayar. f) Latar belakang pendidikan orang tua siswa yang rendah dan kurang perhatian orang tua terhadap anaknya

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Keadaan populasi guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014... 34 Tabel 2: Keadaan Sampel Guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah

Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013 / 2014 ... 36 Tabel 3: Keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurul Yaqin

Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013/2014... 43 Tabel 4: Keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurul Yaqin

Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013/2014... 44 Tabel 5: Keadaan sarana dan fasilitas belajar Madrasah Tsanawiyah

Nurul Yaqin Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar.tahun ajaran 2013/2014... 45 Tabel 6: Pendapat responden tentang kemampuan kepala sekolah

dalam menerapkan KTSP secara profesional di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar ... 47 Tabel 7: Pendapat responden tentang sikap profesional kepala

sekolah dalam penerapan KTSP di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar ... 50 Tabel 8: Pendapat responden tentang kemampuan kepala sekolah

dalam menanamkan penggunaan KTSP kepada semua guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar ... 52 Tabel 9: Pendapat responden tentang pemahaman guru-guru di

Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng tentang KTSP ... 53 Tabel 10: Pendapat responden tentang penerapan KTSP oleh guru atas

bimbingan kepala sekolah... 54 Tabel 11: Pendapat responden tentang pengaplikasian Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar... 56

Tabel 15: Orang tua sering memberi nasehat kepada anaknya ... 65

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PRAKATA... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 10

1. Pengertian Kepemimpinan... 10

2. Pengertian Kepala Sekolah... 11

3. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 13

B. Peranan Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 17

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 21

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 21

2. Tujuan dan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 23

3. Prinsip-prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 31

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Defenisi Operasional Variabel ... 32

E. Populasi dan Sampel ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

(9)

A. Selayang Pandang Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin

Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar... 41

B. Kemampuan Profesional Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kepulauan Selayar .... 46

C. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kepulauan Selayar ... 56

D. Faktor yang Menjadi Kendala Dan Penunjang Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kepulauan Selayar... 61

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA... 74

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan reformasi kehidupan nasional yang tertera dalam garis-garis besar haluan negara adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan siswa menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.

Inovasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terhadap pendidikan selalu dilakukan pemerintah terutama mengenai materi pendidikan agar dapat menyentuh kebutuhan riil kehidupan yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat guna menunjang kemajuan peradaban manusia. Untuk itulah dikeluarkan kurikulum baru yakni; Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum

(11)

sebelumnya, sekalipun pelaksanaan secara riil baru dalam tahap persiapan atau permulaan.

E. Mulyasa ( 2006 : 8) : mengemukakan bahwa :

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro. Kerangka makro erat kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sedang ramai dibicarakan yaitu desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat provinsi sampai tingkat kabupaten, sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor dan lembaga pendidikan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya, yaitu sekolah.

Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, kurikulum tingkat satuan pendidikan tampil sebagai alternatif kurikulum yang ditawarkan. kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara

(12)

sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik.

Hal tersebut diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dituntut agar lebih memahami pendidikan, membantu, serta mengontrol pengelolaan pendidikan.

Keterlibatan kepala sekolah dan guru dalam pengambilan keputusan- keputusan sekolah juga mendorong rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolahnya yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal.

Departemen Pendidikan Nasional (2008 : 11) : mengemukakan bahwa:

Tujuan utama kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah memandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Pemberian wewenang (otonomi) kepada sekolah diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Di samping lulusan yang kompeten, peningkatan mutu dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan antara lain akan diperoleh melalui reformasi sekolah (school reform), yang ditandai dengan meningkatnya partisipasi orang tua, kerjasama dengan dunia industri, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan budaya mutu dalam suasana yang kondusif.

Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan perduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.

(13)

Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil, dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisienkan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. Dalam pada itu, dituntut kemandirian dan kreativitas sekolah dalam mengelola pendidikan dan pembelajaran dibalik otonomi yang dimilikinya.

Sekolah juga harus mampu mencermati kebutuhan siswa yang bervariasi, keinginan staf yang berbeda, kondisi lingkungan yang beragam, harapan masyarakat yang menitipkan anaknya pada sekolah agar kelak bisa mandiri, serta tuntutan dunia kerja untuk memperoleh tenaga yang produktif, potensial, dan berkualitas.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan siswa untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Pelibatan masyarakat dalam pengembangan kurikulum mendorong sekolah untuk lebih terbuka, demokratis, dan bertanggung jawab. Pemberian kebebasan yang lebih luas memberi kemungkinan kepada sekolah untuk dapat menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik, guru, dan petugas lain yang ada di lingkungan sekolah.

(14)

Firman Allah dalam QS. Ar-Rum (30) : 33







































Terjemahnya :

Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya. (Kemenag RI 2012 : 406)

Dengan demikian, sekolah diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (output), dan dampak (outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan berbasis sekolah secara terus menerus dan berkelanjutan. Hal tersebut diperlukan terutama untuk menjamin mutu secara menyeluruh (total quality), dan menciptakan proses perbaikan yang berkesinambungan (continues improvement), karena perbaikan tak kenal kata berhenti.

Prijono dan Pranaka, 2009 : 94) : mengemukakan bahwa :

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut kerjasama yang optimal di antara para guru. Dengan kata lain kurikulum tingkat satuan pendidikan memerlukan pengajaran berbentuk team, dan menuntut kerjasama yang kompak di antara para anggota team.

Kerjasama antara para guru sangat penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini mengalami perubahan yang sangat pesat. Sehu- bungan dengan itu, ahli pendidikan, para pendidik, dan para pengamat pendidikan akhir-akhir ini sedang mempertimbangkan konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), untuk diterapkan secara luas (broad), tidak saja dalam pendidikan kejuruan tetapi mencakup seluruh jenjang dan jenis pendidikan.

(15)

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat diterapkan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan dan pada berbagai ranah pendidikan. Meskipun demikian, kurikulum ini tidak dapat digunakan untuk memecahkan seluruh permasalahan pendidikan, namun memberi makna yang lebih signifikan kepada perbaikan pendidikan. Salah satu dari upaya-upaya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang menonjol dan dominan adalah pembelajaran individual, seperti modul dan pengajaran berprogram.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memberi peluang bagi guru dan pengelola Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreatifitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Upaya melibatkan masyarakat dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendorong Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar untuk lebih terbuka, demokratis dan bertanggung jawab. Pemberian kebebasan yang lebih luas memberi kemungkinan kepada sekolah untuk dapat menemukan jati dirinya dalam membina siswa, guru dan petugas lainnya yang ada di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar .

Dengan demikian, Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai tujuan yang diharapkan, materi

(16)

yang diajarkan relevan dengan kebutuhan masyarakat, berorientasi pada hasil (output), dan dampak (outcome), serta melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus menerus dan berkelanjutan. Hal tersebut diperlukan terutama untuk menjamin kualitas secara menyeluruh (total quality), dan menciptakan proses perbaikan yang berkesinambungan (continues improvement); karena perbaikan tak kenal kata berhenti.

Berdasarkan pembahasan di atas bahwa peranan kepala sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum berjalan sesuai apa yang diharapkan sehingga penulis terdorong untuk membahas dengan judul: kemampuan profesional kepala sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kemampuan profesional kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar ? 2. Bagaimana penerepan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar?.

3. Faktor apa yang menjadi kendala dan penunjang kepala sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar ?

(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemampuan profesional kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar.

2. Untuk mengetahui penerepan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar.

3. Untuk mengetahui faktor kendala dan penunjang kepala sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Kegunaan penelitian ini bermanfaat secara teoritis karena memberikan sumbangan dalam membangun konsep-konsep pemahaman dan kesiapan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis hasil penelitian ini sebagai berikut.

a. Dapat dijadikan data atau bahan masukan bagi pihak-pihak terkait, terutama untuk Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar Stakeholder, Kementerian Pendidikan Nasional, dan warga masyarakat.

(18)

b. Dapat dijadikan data masukan pihak-pihak pengelola pendidikan tentang pola pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan.

c. Dapat membantu warga Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar di dalam mendorong peningkatan kualitas pendidikan dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian kepemimpinan

Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi.

Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.

Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan pemimpin dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan efektif.

Wahjosumidjo (2005: 142) bahwa:

Kepemimpinan adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan.

Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang selain berhubungan dengan tugasnya.

Kepemimpinan merupakan bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang

(20)

dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi- fungsi lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya.

Disinilah peranan kepemimpinan berpengaruh besar dalam pembentukan perilaku bawahan. menurut Sumadi Suryobroto (2004: 18) kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran.

2. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pimpinan dari sebuah sekolah yang mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan membina hubungan kerja sama dengan masyarakat disekitarnya.

Menurut Wahjosumidjo (2005: 83) pengertian kepala sekolah adalah:

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak terkait untuk

(21)

bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan.

Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah dalam menggerakkan segala sumber daya yang ada dilingkungan sekolah untuk didayagunakan secara maksimal demi tercapainya tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas.

Wahjosumidjo (2005: 59) mengemukakan bahwa:

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.

Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil risiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.

Dari uraian diatas maka pengertian kepemimpinan Kepala Sekolah adalah suatu kemampuan atau teknik Kepala Sekolah untuk mempengaruhi orang-orang agar mau melakukan kerjasama dengan berbagai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimilikinya.

(22)

3. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Salah satu komponen yang seringkali menjadi faktor penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum. Banyak kritikan terhadap kurikulum, seperti : kurikulum terlalu padat, tidak sesuai dengan kebutuhan anak, terlalu memberatkan anak, merepotkan guru, dan sebagainya. Olehnya itu, dilakukan inovasi melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu kurikulum sebagai rujukan pengalaman belajar yang diarahkan bagi tercapainya penguasaan kompetensi. Dengan pertimbangan inilah maka disusun kurikulum nasional pendidikan Islam yang berbasis pada kompetensi dasar yang mencerminkan kebutuhan keberagaman siswa secara nasional.

Kurikulum inilah yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan sebuah alternatif kurikulum yang diharapkan mampu memperbaiki berbagai permasalahan pendidikan yang dihadapi khususnya dalam pembelajaran di sekolah/madrasah, termasuk dalam pendidikan agama Islam. Dikatakan demikian, karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditanamkan kepada siswa selama berada dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus berangkat dari kompetensi-kompetensi dasar sebagai hasil analisis dari berbagai kebutuhan di masyarakat baik kebutuhan untuk hidup maupun untuk mengembangkan diri sesuai dengan pendidikan seumur hidup. Sedikitnya ada

(23)

empat mazhab kurikulum yang kini tumbuh dengan cepat yaitu esensialis, ensiklopedia, model pendidikan awal berbasis indra dan gerakan pragmatis yang berorientasi pada anak. Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum. Siskandar (2007 : 50) mengemukakan bahwa:

a. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.

b. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten.

c. Kompetensi merupakan hasil belajar (learning outcome) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa melalui proses pembelajaran.

d. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.

Abdul Majid (2006 : 19) mengatakan bahwa :

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperoleh seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baiktermasuk menyangkut prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.

Lebih lanjut Stephen P. Becker & Jack Gordon (2001 : 109) mengemukakan beberapa unsur atau elemen yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge); kesadaran di bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui bagaimana melaksanakan kegiatan identifikasi, penyuluhan dan proses pembelajaran terhadap warga belajar.

b. Pengertian (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki oleh siswa. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan kegiatan harus memiliki pemahaman yang baik tentang keadaan dan kondisi warga belajar di lapangan sehingga dapat melaksanakan program kegiatan secara baik dan efektif.

c. Keterampilan, adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

(24)

d. Nilai merupakan suatu norma atau standar yang telah diyakini atau secar psikologis telah menyatu dalam diri individu.

e. Minat, merupakan keadaan yang mendasari motivasi individu, keinginan yang berkelanjutan, orientasi psikologis.

Dari uraian di atas, maka kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola prilaku. Artinya bahwa seseorang dikatakan memiliki kompetensi tertentu, apabila ia bukan hanya sekedar tahu tentang sesuatu, akan tetapi bagaimana implikasi dan implementasi pengetahuan itu dalam pola prilaku atau tindakan yang ia lakukan. Dengan demikian maka kompetensi pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Dari pengertian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bukan hanya sekedar agar siswa memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja, akan tetapi bagaimana pengetahuan yang dipahaminya itu dapat mewarnai prilaku yang ditampilkan dalam kehidupannya. Olehnya itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus memiliki 4 kompetensi dasar sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu sendiri yaitu :

a. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independent.

b. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja.

(25)

c. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik.

d. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman. (Wina Sanjaya, 2009 : 8)

Berbicara masalah kompetensi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pendidikan agama Islam bila ditinjau dari pandangan al- Qur’an dan hadis sangat relevan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Zumar ( 39 ) : 9



















































Terjemahnya :

Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Kemengag RI 2012 : 459)

QS. al-Shaff (61) : 2-3,







































Terjemahnya :

2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

(Kemenag RI 2012 : 551)

(26)

QS. al-Taubah ( 9) : 22



















Terjemahnya :

Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah- lah pahala yang besar. (Kemenag RI 2012 : 190)

Pada dasarnya ketidak sadaran dalam pendidikan agama Islam sebenarnya telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) walaupun belum sepenuhnya dilakukan. Rasulullah sebagai suri tauladan, telah banyak memberikan pelajaran sebagai bekal manusia agar kemampuan (berkompetensi) dalam melaksanakan tugasnya di muka bumi ini baik kompetensi secara personal, sosial dan profesional.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

B. Peranan Kepala Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui

(27)

berbagai pelatihan dan peningkatan profesionalisme kepala sekolah, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Oleh karena itu, disinilah peranan guru dalam mensukseskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Di samping kepala sekolah, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.

Siskandar (2007 : 61) mengemukakan bahwa :

Beberapa hal yang harus dipahami guru, antara lain: kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah. Agar implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berhasil memperhatikan perbedaan individual, maka guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) mengurangi metoda ceramah, (2) memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3) mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata-pelajaran, (4) bahan harus dimodifikasi dan diperkaya, (5) jangan ragu untuk berhubungan dengan specialist, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan, (7) ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama, (8) usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9) usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan.

(28)

Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami mereka melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di kelas maupun di luar kelas, (2) menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didiknya, sebelum, selama dan setelah sekolah, (3) mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang konstruktif, (4) mempelajari catatan peserta didik, (5) membuat tugas dan latihan untuk kelompok, (6) memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda.

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

siswa akan bekerja keras kalau ia punya minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi siswa, menggunakan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

Hafni Lajdid, 2009 : 91) mengemukakan bahwa :

Agar guru dapat mengembangan KTSP secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik, guru perlu memiliki hal-hal berikut (1) menguasai dan memahami bahan dan hubungannya dengan bahan lain dengan baik, (2) menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi, (3) memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya, (4) menggunakan metoda yang bervariasi dalam mengajar, (5) mampu mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti, (6) selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, (7) proses pembelajaran selalu dipersiapkan, (8) mendorong peserta didiknya untuk memperoleh hasil

(29)

yang lebih baik, dan (9) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan bahan yang akan diajarkan.

Dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, dari segi proses dan dari segi hasil.

Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kemampuan mengajar. Adapun sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil); (2) antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh pengajarannya; (3) berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap siswa); (4) memperhatikan perbedaan individual siswa; (5) memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal; (6) menghindari sarkasme dan ejekan terhadap siswanya; (7) tidak menonjolkan diri dan (8) menjadi teladan bagi siswanya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tugas guru yang paling utama adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar

(30)

yang menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat untuk belajar.

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Muhaimin (2010 : 1) mengemukakan bahwa :

Kata "kurikulum" berasal dari bahasa Yunani yang digunakan dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yang kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab istilah "kurikulum" diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.

Seperti dikutip oleh Abdul Majid (2006 : 9) bahwa Al-manhaj adalah seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan rencana pendidikan.

Dari beberapa sumber dapat ditemukan, kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar.

Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran sering dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah;

sedangkan ijazah itu sendiri menggambarkan kemampuan.

(31)

Kurikulum sebagai rencana atau program belajar, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifuddin Sabda (2006 : 18) :

Kurikulum biasanya terdiri dari pernyataan-pernyataan tentang tujuan umum, tujuan khusus, yang mengindikasikan kelompok bahan-bahan ajar terpilih, yang juga menyatakan tentang model-model pelaksanaan proses pembelajaran, dan juga mencakup program evaluasi hasil belajar.

Sementara menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2007 : 41):

Kurikulum adalah konsekwensi isi dan bahan pelajaran yang dideskripsikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unitnya itu dapat diselesaikan sebagai sebuah satuan utuh, dan masing-masing unit tersebut juga mendeskripsikan kapabilitas (kompetensi) siswa yang harus dikuasai mereka.

Kurikulum pendidikan merupakan jalan terbaik untuk mendidik dan meningkatkan kapabilitas generasi muda sehingga mampu mengembangkan bakat dan keterampilan yang mereka miliki untuk menjalankan hak dan kewajibannya, memikul tanggung jawab terhadap diri keluarga, dan turut serta secara aktif untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.

Sedangkan pengertian kompetensi sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya (2009 : 115) :

Kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai prilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagaimana yang dikutip oleh E. Mulyasa (2006 : 38) yaitu

1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.

(32)

3. Kemampuan (Skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4. Nilai (value); adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

5. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang tidak senang, suka tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, dirumuskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan.

Siskandar (2007 : 5) mengemukakan bahwa :

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola berpikir serta bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang telah dipelajari peserta didik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai suatu konsep kurikulum yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja akan tetapi menekankan pada aspek afektif dan psikomotorik yang harus dicapai oleh siswa.

2. Dasar dan Tujuan dan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1) Dasar dan Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Wina Sanjaya (2008 : 133-134) mengemukakan bahwa:

(33)

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan didasarkan pada dua landasan pokok, yakni landasan empiris dan landasan formal.

Landasan empiris diantaranya adalah pertama, adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari sudut proses maupun hasil belajar, maksud dari sudut proses misalnya pendidikan kurang mampu mengembangkan peserta didik secara utuh; kedua, Indonesia adalah Negara yang sangat luas yang memiliki keragaman social budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda; ketiga, selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif.

Masnur Muslich (2007 : 1) mengemukakan bahwa :

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.

Masnur Muslich (2007 : 27) merumuskan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum pendidikan berikut:

a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan pengetahuan, keterampilan, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Dengan memperhatikan tiga tujuan pendidikan yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan maka dapat diketahui bahwa secara umum tujuan diterapkannya Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)

(34)

kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Masnur Muslih (2007: 26) mengemukakan bahwa :

Tujuan umum dengan diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Memahami dari tujuan diatas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut:

1) Lembaga pendidikan harus lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan bagi dirinya agar lembaga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaga.

2) Sekolah juga lebih mengetahui kebutuhan sekolahnya, pada khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.

Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

(35)

2. Pelaksanaan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Masnur Muslih (2007 : 34) mengemukakan bahwa: Pelaksanaan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

1) Menganalisis potensi dan kekuatan atau kelemahan yang ada disekolah peserta didik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana biaya, program-program yang ada disekolah.

2) Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam, dan sosial budaya.

3) Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

b. Mekanisme Penyusunan Kurikulum

Masnur Muslih (2007 : 36) Mekanisme penyusunan kurikulum perlu di perhatikan adalah pembentukan tim penyusun dan perencanaan kegiatan.

1) Kurikulum pada jenjang pendidikan menengah, kurikulum dikembangkan sesuai dengan relevansi oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau departemen agama.

2) Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kegiatan perencanaan sekolah atau madrasah. Tahap kegiatan ini dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan secara garis besar meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi.

3) Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui komite madrasah dan oleh departemen yang mengenai urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

Dari pendapat di atas bahwa Pelaksanaan Pengembangan dan Mekanisme Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu

(36)

menganalisis potensi dan kekuatan atau kelemahan, menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar dan mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga siswa dapat menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup tiga aspek yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.

3. Prinsip-prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Muhammad Joko Susilo (2007 : 102) mengemukakan bahwa:

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standart isi serta panduan menyusun kurikulum yang dibuat oleh BSNP

Prinsip-prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut :

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensi agar menjadi manusia yang beriman dan

(37)

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, meniru dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2) Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4) Relevan dengan kebutuhan

Perkembangan kurikulum dilakukan dengan melihat pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kinerja.

5) Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

(38)

6) Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Kurikulum mencerminkan antara unsur-unsur pendidikan formal, informal dan non formal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7) Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan global, nasional dan lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi dan memberdayakan sejalan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan Muhaimin (2008 : 29) mengemukakan bahwa ada beberapa prinsip pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

a. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan.

b. Menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: 1). Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2). Belajar untuk memahami dan menghayati, 3). Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, 4). Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan 5). Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

(39)

c. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividualan, kesosialan, dan moral.

d. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.

e. Dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidik dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

f. Mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan keseimbangan yang cocok dan menandai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Dari pendapat di atas bahwa prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungan, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan proposal ini adalah analisis kualitatif deskriptif, yaitu sumber dari hasil angket, interview, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penulisan ini yaitu Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar. Sedangkan objek penelitian yaitu guru Pendidikan Agama Islam serta siswa sebagai informan dalam penulisan skripsi ini.

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi (2008: 224), variabel adalah yang menjadi sasaran penyelidikan dan dapat juga disebut gejala. Gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya disebut variabel.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi variabel dalam penelitian adalah : profesionalisme kepala sekolah sebagai variabel bebas dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai variabel terikat.

(41)

C. Defenisi Operasional Variabel

1. Profesionalisme kepala Sekolah adalah Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin yang dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi yang tercermin dalam sifatnya yang jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil risiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum yang dilaksanakan dan dioperasionalkan oleh masing-masing satuan pendidikan, atau dengan kata lain kurikulum KTSP Suatu bentuk realisasi kebijakan desentralisasi dalam bidang pendidikan agar kurikulum tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Tujuan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Mardalis (2009:53) populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel, sedangkan Menurut Azwar (2008 : 77),

(42)

Populasi adalah keseluruhan obyek yang di teliti baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Definisi lain di kemukakan oleh Sugiyono (2009 : 80) bahwa populasi adalah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

Populasi merupakan keseluruhan yang menjadi sumber data dan informasi. Mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian tentang daya yang diperlukan.

Suharsimi Arikunto (2009: 11) mengemukakan bahwa:

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya juga disebut populasi studi sensus.

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2008: 220) batasan populasi adalah sebagai berikut:

Populasi adalah sekumpulan penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti atau diselidiki disebut populasi atau univerum. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk yang paling sedikit mempunyai suatu sifat yang sama.

Menurut Kamaruddin (2009: 203) menyatakan bahwa "populasi adalah semua individu yang dijadikan sumber pengambilan sampel".

Dari berbagai pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan individu yang akan menjadi objek penelitian.

Jadi populasi yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah keseluruhan guru dan siswa yang terdapat pada Madrasah Tsanawiyah Nurul

(43)

Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar dimana guru berjumlah 19 orang dan siswa berjumlah 97 orang. Untuk lebih jelasnya keadaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Keadaan populasi guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

No Guru dan siswa Laki-lakiJenis KelaminPerempuan Jumlah

1 Guru 2 17 19

2 VII 21 19 40

3 VIII 9 11 20

4 IX 19 18 37

Jumlah 51 65 116

Sumber data: Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah populasi guru dan siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014adalah 116 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi sampel adalah perwakilan atau wakil yang lebih kecil dan keseluruhan. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Menggenaralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

Dari beberapa pengertian tersebut, maka jelaslah bahwa sampel adalah wakil dari populasi, maka sampel yang diambil haruslah representatif atau mencerminkan populasi. Jadi dalam meneliti sebagian

(44)

individu obyek, situasi atau peristiwa tidak diteliti secara keseluruhan melainkan hanya sebagian dari populasi saja. Teknik random sampling representatif yang pada dasarnya menyangkut sampai di mana ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu benar-benar dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Adapun pengambilan sampel tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto 2009: 117)

"Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian:

seluruh populasi. jika subjeknya besar atau banyak dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25 atau lebih.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Namun apabila subyeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua hingga penelitian merupakan penelitian secara keseluruhan.

Dari uraian di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(45)

Tabel 2

Keadaan Sampel Guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013 /

2014

No siswa Laki-lakiJenis KelaminPerempuan Jumlah

1 VII 21 19 40

2 VIII 9 11 20

3 IX 19 18 37

Jumlah 49 48 97

Sumber data: Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Benteng Kelurahan Benteng Selatan Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013 / 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Yaqin Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah 97 orang.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 127) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa alat sebagai berikut:

Dalam menentukan instrumen di dalam penelitian proposal ini erat sekali pemahaman bahwa penelitian ini tergolong bersifat kualitatif. Karena itu dalam menentukan instrumen atau alat penelitiannya, penulis sesuaikan dengan keadaan pembahasannya. Adapun alat instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Angket

Nana Sudjana (2008: 7) mengemukakan tentang pengertian angket

(46)

bahwa :

Angket yakni cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan tepat.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode angket adalah suatu metode tentang cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada orang lain yang ingin diperoleh datanya.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara biasanya disebut dengan interview. Alat instrumen ini dipergunakan untuk memperoleh data-data dengan jalan menemui secara langsung kepada informan penelitian. Alat ini dipandang layak dikarenakan terjadi saling keterbukaan antara peneliti dengan informan dalam hubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Pedoman Observasi

Instrumen atau alat ini biasanya disebut dengan pengamatan, yaitu alat penelitian yang digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap objek penelitian. Cara ini ditempuh agar data yang diperoleh betul-betul akurat sesuai dengan fakta atau keadaan objek penelitian.

4. Dokumentasi

Instrumen ini merupakan salah satu alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data-data melalui catatan-catatan dokumen yang terdapat dalam lokasi penelitian, dokumen tersebut berupa tulisan atau catatan–catatan

Referensi

Dokumen terkait

Pada pertemuan pertama ini guru sudah melaksanakan pembelajaran berdasarkan kegiatan awal, kegiatan inti (keterlaksanaan sintaks) yang terlewat, berdasarkan

Jenis data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder yaitu IHSG, kurs tengah USD, suku bunga JIBOR rupiah jangka waktu 1 bulan, Indeks Obligasi Negara, dan

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada

Andaikan ada pertentangan antara ayat wasiat ini dengan ayat-ayat harta waris, maka dapat dikompromikan yaitu ayat-ayat wasiat ini sifatnya umum, artinya wajib

Seperti diketahui, salah satu syarat untuk dapat langsung mengikuti Sertifikasi Nasional PPPU ini adalah pengalaman kerja yang terbagi atas: - minimal 3 tahun di

• Teknik menyusun parafrasa: menentukan kata kunci; menemukan ide pokok; menjelaskan sinonim kata kunci; menjelaskan makna kata metaforis/ungkapan lain dengan kata lain yang

USP atau unique selling proposition digunakan untuk menganalisis keunikan jasa dan produk yang dapat diangkat menjadi nilai lebih dari kompetitornya (Saputra,

Bahan yang diperlukan adalah bibit anggrek phalaenopsis amabilis dalam botol siap pindah tanam (planlet), fungisida dithane, pupuk daun lengkap dengan N tinggi dekastar,