commit to user
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2007-2009
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi
Oleh :
Wahyu Fitri Istivana
F 3308121
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2007-2009
Wahyu Fitri Istivana F3308121
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali adalah pengelola Keuangan Kabupaten Boyolali dituntut menunjukkan akuntabilitasnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali tahun anggaran 2007-2009 serta untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam mengoptimalkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan publik.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah analisis hubungan, analisis perbandingan dan analisis kecenderungan. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan realisasi dengan anggaran, perbandingan realisasi tahun sekarang dengan tahun lalu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio leverage, rasio kemandirian.
Hasil dari penelitian ini adalah DPPKAD Kabupaten Boyolali telah melaksanakan kebijakan-kebijakan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dapat merealisasikan belanja tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan. Dengan rasio-rasio dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dapat membayar utang nya tepat waktu. Tetapi kemandirian Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali masih rendah tingkat kemandiriannya dilihat dari hasil perhitungan dengan rasio kemandirian.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu target kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dapat terealisasi dengan baik, meskipun ada beberapa target yang masih berada dibawah target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam APBD selama tahun anggaran 2007-2009.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran pada DPPKAD Kabupaten Boyolali selaku pengelola keuangan. DPPKAD Kabupaten Boyolali harus mampu menggali sumber pendapatan lain yang dapat meningkatkan pendapatan daerah, serta mampu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan semua aktivitasnya.
commit to user
commit to user
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih
baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian,
tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku
merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan
yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk
rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~
Khalifah Umar
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan
dilempari
orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
Abu Bakar Sibli
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
Evelyn Underhill
Penulis persembahkan kepada:
Ø ALLAH SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Ø Kedua Orang tua dan adikku tercinta, atas kasih sayang dan doanya tiada henti Ø Teman-teman kost Wisma Hidayah yang
selalu mendukung ku.
Ø Teman-teman DIII Akuntansi angkatan 2008.
Ø Seseorang yang selalu memberi semangat.
Ø Almamaterku.
commit to user
vi
rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2007-2009”.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT, yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Tri Santoso Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Program DIII
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Ibu Sri Murni, SE, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Keuangan.
5. Bapak Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, BKP, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberi bimbingan dan pengarahan dengan kesabaran sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh Staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memeberikan bekal dan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
7. Seluruh Staff DPPKAD Kabupaten Boyolali yang telah membantu dalam
commit to user henti.
9. Teman-teman Kost Wisma Hidayah atas semua bantuan dan dukungannya.
10. Teman-teman DIII Akuntansi Keuangan angkatan 2008 atas semngat dan
kebersamaannya.
11. Seseorang yang selalu menemani, membantu dan memberi motivasi.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Dalam menyusun Tugas Akhir ini tak lepas dari adanya kekurangan
karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki.
Oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
demi tercapainya kesempurnaan dari penyusunan Tugas Akhir ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus penyusun mengharap
Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak yang bersangkutan.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
commit to user
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. ... Gam baran Umum Kabupaten Boyolali ... 1
B. ... Gam baran Umum DPPKAD Kabupaten Boyolali ... 5
C. ... Latar Belakang Masalah ... 15
D. ... Rum usan Masalah ... 17
commit to user
aat Penelitian ... 18
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. ... TINJ AUAN PUSTAKA ... 19
B. ... ANA LISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 34
BAB III TEMUAN
A. ... KEL EBIHAN ... 47
B. ... KEL EMAHAN ... 48
BAB IV PENUTUP
A. ... SIMP ULAN ... 49
B. ... SAR AN ... 49
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
x
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II 1. Perhitungan Untuk Perbandingan
Realisasi Dengan Anggaran ... 37
II 2. Analisis Komparatif ... 39
II 3. Perhitungan Rasio Lancar ... 41
II 4. Perhitungan Rasio Kas ... 42
II 5. Perhitungan Rasio Solvabilitas ... 44
II 6. Perhitungan Rasio Leverage ... 45
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. ... Surat Keterangan Selesai Magang
2. ... Lemb ar Penilaian Magang
3. ... Baga n Struktur DPPKAD Kabupaten Boyolali
commit to user
ii
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2007-2009
Wahyu Fitri Istivana F3308121
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Boyolali District Financial District is the manager demanded Boyolali show accountability. The purpose of this study to determine the level of development of the performance of the District Government of Boyolali year 2007-2009 budget and to learn about the policies that made the District Government of Boyolali in optimizing its performance in delivering public services.
Techniques used in analyzing the financial performance of local
governments is the analysis of the relationship, comparative analysis and trend analysis. This study uses comparative analysis to the budget realization, the realization of the current year comparison with last year, liquidity ratio, solvency ratio, leverage ratio, the ratio of self-reliance.
The results of this study is DPPKAD Boyolali district has implemented policies in accordance with applicable regulations. Can realize the spending does not exceed a predetermined budget. With these ratios can be seen that the District Government of Boyolali can pay its debts on time. But the independence of the District Government of Boyolali still low level of independence seen from the results of calculations with self-sufficiency ratio.
The conclusion of this research is the performance target Pemerintah Boyolali Regency can be realized well, although there are some targets that are still below the targets set by the District Government of Boyolali in the budgets for fiscal year 2007-2009.
Based on the results of the study, researchers gave suggestions on DPPKAD Boyolali district as the financial manager. DPPKAD Boyolali district should be able to explore other revenue sources that can increase revenue, and be able to improve services to the community Boyolali district in implementing all activities.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali
1. Letak
Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101.510.0965
ha atau kurang 4,5 % dari luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali
terletak antara 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan 7o36’ LS – 7o71’LS
dengan ketinggian antara 100 meter sampai dengan 1.500 meter dari
permukaan laut.
Sebelah timur dan selatan merupakan daerah rendah, sedang sebelah
utara dan barat merupakan daerah pegunungan.
Sebelah utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Grobogan.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen,
Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan DIY.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan
Jarak bentang :
Barat – Timur = 48 km
Utara – Selatan = 54 km
Struktur tanah wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas:
1) Bagian Timur Laut (Kecamatan Karanggede dan Simo) pada
umumnya terdiri dari tanah lempung
2) Bagian Tenggara (Kecamatan Sawit dan Bayudono) struktur tanahnya
adalah tanah Galih
3) Bagian Barat Laut (Kecamatan Musukdan Cepogo) struktur tanahnya
berpasir
4) Bagian Utara sepanjang perbatasan Kabupaten Boyolali dengan
Kabupaten Grobogan struktur tanahnya berupa tanah kapur
Menurut ketinggian dari permukaan laut, wilayah Kabupaten Boyolali
dibagi dalam kelompok sebagai berikut:
1) 100 - 400 M: Kecamatan Teras, Bayudono, Sawit, Sambi, Ngemplak,
Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, Mojosongo, dan sebagian
Boyolali.
2) 400 - 700 M: Sebagai Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Musuk,
Ampel dan Karanggede.
3) 700 - 1000 M: Kecamatan Musuk, Ampel, dan Cepogo
4) 1000 - 1300 M : Sebagai Kecamatan Cepogo dan Ampel
Sungai utama di wilayah Kabupaten Boyolali yaitu: Sungai Serang,
Cemoro, Pepe, dan Sungai Gandul. Selain itu terdapat 3 buah Waduk
yaitu: Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak, Waduk Kedung Ombo
di Kemusu dan Waduk Bade di Kecamatan Klego. Sumber air dangkal
yang cukup besar di Tlatar Kecamatan Boyolali, Nepen di Kecamatan
Teras dan Pengging di Kecamatan Banyudono.
2. Luas Wilayah
Luas Wilayah Kabupaten Boyolali 101.510,0965 Ha terdiri dari:
1) Tanah Sawah : 23.287,4945 Ha (23,0 %)
2) Tanah Kering : 56.186,0830 Ha (55,3 %)
3) Tanah Lain : 22.036,5190 Ha (21,7 %)
--- +
Jumlah : 101.510,0965 Ha (100 %)
3. Kondisi Perekonomian
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali menetapkan potensi/produk
unggulan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan
pemfokuskan pembangunan. Adapun potensi unggulan Kabupaten
Boyolali meliputi: Sapi perah, Kerajinan Tembaga, Lele dan Minyak
Alasan penetapan potensi unggulan daerah tersebut didasarkan hal-hal
antara lain:
a) Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor
pertanian, industri dan jasa.
b) Mempunyai daya saing di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga
yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam
negeri maupun global.
c) Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak
(tenaga kerja setempat).
d) Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku lokal yang cukup
banyak, stabil dan berkelanjutan.
e) Difokuskan pada produk yang dimiliki nilai tambah yang tinggi, baik
dalam kemasan maupun pengolahannya.
f) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan
pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat.
Adapun latar belakang lain perlunya penetapan potensi unggulan
daerah yaitu dengan semakin terbukanya perekonomian global, maka
pemerintah Kabupaten Boyolali akan dihadapkan pada beberapa
permasalahan utama menyangkut kemampuan dalam menciptakan situasi
yang kondusif untuk peningkatan potensi dan keunggulan daerah,
mengelola penyertaan modal dan menarik investasi serta penyiapan
Terkait dengan hal tersebut diatas Pemerintah Kabupaten Boyolali
harus mampu mengidentifikasi dirinya sendiri baik potensi maupun
kelemahan guna menghadapi persaingan regional maupun global. Untuk
itu perlu ditetapkan produk unggulan Daerah Kabupaten Boyolali dengan
tujuan:
a) Memberikan arah yang jelas, prioritas pengembangan komoditas
potensial, andalan dan unggulan daerah sebagai upaya memperoleh
referensi untuk penyusunan perencanaan program.
b) Supaya pembinaan yang diberikan dapat terpenuhi target, tepat guna
dan tepat sasaran .
c) Sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan dunia usaha memasuki
era pasar global.
B. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor DPPKAD Boyolali
Berdasarkan peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Boyolali Nomor
3 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dinas daerah Kabupaten
Boyolali, pasal 11 menyebutkan bahwa dinas pendapatan, pengelolaan dan
aset daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas pembantuan
Berdasarkan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 44 tahun 2008 tentang
penjabaran tugas pokok, fungsi, dan uraian tugas jabatan stuktural pada
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Boyolali, pasal 3 menyebutkan bahwa DPPKAD dipimpin oleh seorang
kepala dinas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan
aset daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, DPPKAD
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan, dan aset daerah.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan, dan aset daerah.
4. Pengkoordinasian, fasilitasi, dan pembinaan kegiatan di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.
5. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset daerah.
6. Pengelolaan urusan ketatausahaan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi oleh
sekretariat, unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk inspektorat,
unsur pendukung tugas Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis
daerah dalam bentuk badan atau kantor atau rumah sakit, dan unsur
pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah.
Dengan diberlakukannya peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 2007
tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan
daerah provinsi dan pemerintahan daerah Kabupaten/kota dan peraturan
pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah,
maka sejak tahun 2009 terbentuklah organisasi dinas daerah yaitu Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah atau disingkat
menjadi DPPKAD.
2. Struktur Organisasi
a. Kepala dinas
b. Sekretariat, yang terdiri dari:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2) Sub Bagian Keuangan
c. Bidang Pendapatan, terdiri dari:
1) Seksi Pendapatan Asli Daerah
2) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah
3) Seksi Pengendalian Operasional Pendapatan
d. Bidang Anggaran, terdiri dari:
1) Seksi Penyusunan APBD
2) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana Bantuan Daerah
3) Seksi Evaluasi Administrasi APBD
e. Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan, terdiri dari:
1) Seksi Pembukuan dan Pelaporan
2) Seksi Perbendaharaan
3) Seksi Pengelolaan Kas Daerah
f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah, terdiri dari:
1) Seksi Pengelolaan Aset Daerah
2) Seksi Pendataan Aset Daerah
3) Seksi Utang Piutang dan Investasi
g. Unit Pelaksana Teknis
3. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Kabupaten Boyolali
a. Kepala Dinas
Mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan
aset daerah.
b. Sekretariat
Mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas surat-menyurat, rumah
tangga, hubungan masyarakat, keprotokolan, barang, urusan umum,
dan kepegawaian, keuangan, perencanaan, penelitian, dan pelaporan.
Dalam melakasanakan tugas pokok tersebut, sekretariat memiliki
fungsi:
1) Pengelolaan urusan umum dan kepegawaian
2) Pengelolaan keuangan
3) Pengelolaan perencanaan, penelitian dan pelaporan
Penjabaran tugas pokok bagian sekretariat:
1) Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan dan
pengolahan administrasi umum meliputi surat-menyurat,
pelayanan umum dan administrasi kepegawaian serta pengelolaan
barang.
2) Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas pokok melaksanakan administrasi
penatausahaan keuangan, pengelolaan keuangan, dan
pertanggungjawaban administrasi keuangan.
3) Sub Bagian Perencanaan, Penelitian, Dan Pelaporan
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengumpulan data
penyusunan dokumen satuan kerja dan rencana anggaran, meneliti
dan menilai serta menyusun laporan.
c. Bidang Pendapatan
Tugas pokoknya yaitu melaksanakan pendapatan, penetapan wajib
pajak, menyusun target dan menghitung realisasi, melaksanakan
kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Daerah serta
menyusun dan mempersiapkan naskah rancangan peraturan
perundangan yang berkaitan dengan pendapatan daerah.
Fungsi bagian pendapatan:
1) Perencanaan, pendapatan, penetapan, pemungutan, penerimaan
dan penagihan yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, serta
2) Perencanaan, pengawasan, penelitian, pengembangan guna
peningkatan kinerja yang berguna daya dan berhasil guna di
bidang pendapatan daerah dan pelayanan masyarakat.
3) Pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak dalam hal pendapatan dan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan.
4) Pelaksanaan konsultasi, koordinasi, komunikasi dan kerjasama
dengan pihak lain dalam upaya peningkatan Pendapatan Daerah.
5) Pemamtauan realisasi sumber pendapatan daerah dari bagi hasil
pajak bumi dan bukan pajak serta pendapatan daerah lainnya.
6) Pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi secara teknis mengenai
pajak daerah, retribusi, PBB dan pendapatan lainnya yang sesuai
dengan kewenangannya.
Penjabaran tugas pokok bagian Pendapatan:
1) Seksi Pendapatan Asli Daerah
Mempunyai tugas pokok merencanakan, mengawasi dan
mengendalikan di bidang pendapatan asli daerah.
2) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah
Tugas pokoknya ialah merencanakan, memantau dan mengawasi
3) Seksi Pengembalian Operasional Pendapatan
Mempunyai tugas pokok merencanakan, mengawasi dan
melaksanakan kegiatan pengendalian operasional pendapatan.
d. Bidang Anggaran
Mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengoordinasian
dan pengendalian program atau kegiatan di bidang anggaran.
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, bidang anggaran
mempunyai fungsi:
1) Perencanaan, pengorganisasian, penyiapan dan penyusunan
rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
2) Pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD.
3) Penyusunan APBD, pedoman keputusan APBD, pedoman
pelaksanaan APBD.
4) Pengolahan dana bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja
tak terduga.
Berikut penjabaran tugas pokok bidang anggaran:
1) Seksi Penyusunan APBD
Mempunyai tugas pokok merencanakan dan menyiapkan bahan
rancangan penyusunan APBD, perubahan APBD, menyiapkan
2) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana Bantuan Daerah
Mempunyai tugas pokok melaksanakan, mengelola dana belanja
tidak langsung SKPD, monitoring, pengendalian, pembinaan dan
analisa pelaksanaan dana bantuan daerah.
3) Seksi Evaluasi Administrasi APBD
Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan
penyusunan, pedoman realisasi APBD dan petunjuk teknis di
bidang evaluasi administrasi APBD.
e. Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan
Tugas pokoknya adalah melaksanakan perencanaan, pengoordinasian
dan pengendalian program/kegiatan di bidang akuntansi dan
perbendaharaan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, bidang akuntansi dan
perbendaharaan memiliki fungsi:
1) Pelaksanaan sistem akuntansi dan petunjuk teknis pengelolaan kas
daerah dan melakukan fungsi pengelolaan dan perbendaharaan
daerah serta menyiapkan bahan penyusunan pertanggungjawaban
APBD dan pemeriksaan terhadap realisasi anggaran belanja
2) Pelaksanaan fungsi bendaharawan daerah (BUD), menyiapkan
anggaran kas, SPD dan SP2D belanja langsung dan belanja tidak
langsung, serta menyiapkan seluruh bukti asli kepemilikan
kekayaan daerah.
Berikut penjabaran tugas pokok bidang akuntansi dan perbendaharaan:
1) Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pembukuan dan
pelaporan secara sistematis dan kronologis serta menyiapkan
bahan penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban APBD.
2) Seksi Perbendaharaan
Tugas pokoknya adalah melaksanakan pengujian kebenaran data
urusan kepegawaian dan meneliti data gaji pegawai, rutin non gaji,
membina ketatalaksanaan keuangan, penyelesaian perbendaharaan
khusus gaji pegawai dan belanja pegawai.
3) Seksi Pengelolaan Kas Daerah
Tugas pokoknya melaksanakan pengelolaan, penerimaan dan
pencatatan pendapatan secara tunai maupun surat berharga dan
penyimpanan uang daerah di bank yang ditunjuk pemerintah yang
f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan kepemilikan
kekayaan daerah dan transaksi utang piutang dan investasi.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, bidang pembiayaan dan
pengelolaab asset daerah memiliki fungsi:
1) Perencanaan, pengoordinasian dan pengendalian program/kegiatan
di bidang pengelolaan kepemilikan kekayaan daerah.
2) Perencanaan, pengordinasian dan pengendalian program/kegiatan
di bidang transaksi utang piutang dan investasi.
Berikut penjabaran tugas pokok bidang pembiayaan dan pengelolaan
asset daerah:
1) Seksi Pengelolaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan kebutuhan
dan penatausahaan barang-barang kekayaan yang menjadi aset
daerah.
2) Seksi Pendataan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok melaksanakan pengurusan, pengaturan,
3) Seksi Utang Piutang dan Investasi
Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan penatausahaan utang
piutang dan investasi daerah serta merealisasi pembayaran atas
perjanjian dan akibat yang lain kepada pihak ketiga.
C. Latar Belakang Masalah
Pemerintah daerah dituntut untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah yaitu mewujudkan
akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintah. Akuntabilitas
pemerintah merupakan salah satu indikasi tegaknya perekonomian suatu
Negara. Pemerintah yang akuntabel merupakan pemerintah yang dapat
dipercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya publik.
Sumber daya publik yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan
keberlangsungan roda pemerintah dalam setiap rupiah sumber daya publik
harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pertanggungjawaban
tersebut tidak cukup dengan laporan lisan saja, namun perlu didukung dengan
laporan pertanggungjawaban tertulis berupa penyajian laporan keuangan atas
kinerja yang telah dicapai.
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam mengelola keuangan
daerah membentuk organisasi perangkat daerah yang disebut Dinas
Boyolali berdasarkan peraturan yang terakhir Peraturan Pemerintah Nomor
41 tahun 2007 dan Peraturan Bupati Nomor 44 tahun 2008 pasal 1 serta
Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 tahun 2008.
Pembentukan DPPKAD Kabupaten Boyolali ini guna membantu
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam menjalankan otonomi daerah.
DPPKAD Kabupaten Boyolali selaku organisasi dinas daerah atau instansi
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali yang mempunyai tugas pokok
melaksankan urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan, dan aset daerah. Tugas DPPKAD Kabupaten Boyolali tersebut
tidaklah mudah, karena penyusunan APBD dan pelaksanaan APBD
sepenuhnya menjadi tanggung jawab DPPKAD Kabupaten Boyolali.
Disamping itu, segala kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali harus dilaksanakan DPPKAD Kabupaten Boyolali. Oleh
karena itu, kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam suatu
periode sangat dipengaruhi oleh kemampuan DPPKAD Kabupaten Boyolali
dalam melaksanakan tugasnya. Jadi, kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali tergantung pada program-program dan kebijakan-kebijakan yang
disusun dan dilaksanakan oleh DPPKAD Kabupaten Boyolali selaku
pengelola keuangan daerah Kabupaten Boyolali.
Dalam menjalankan tugas tersebut, DPPKAD Kabupaten Boyolali pasti
program-Dimungkinkan ada kebijakan yang belum terealisasi dengan baik, yang dapat
mempengaruhi kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. Oleh karena
itu, layak untuk dijadikan obyek penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas,
maka dalam penulisan tugas akhir ini penulis mengambil judul “ANALISIS
KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2007-2009”.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali pada
tahun anggaran 2007-2009 baik?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan DPPKAD Kabupaten Boyolali untuk
mengoptimalkan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai:
1. Mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali tahun 2007-2009.
2. Mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah Daerah
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian:
1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan
mengoptimalkan kinerjanya.
2. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu
akuntansi yang telah diperoleh di perkuliahan serta mampu
mengaplikasikannya dengan dunia nyata khususnya dalam menganalisis
kinerja keuangan.
3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan arti pentingnya kinerja
terhadap perekonomian daerah.
4. Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
commit to user
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi (Mahsun, 2007:157).
Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan
jasa (baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan
maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan
(Robertson dalam Mahsun, 2007:157).
Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian
target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi
Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas
(Whittaker dalam Mahsun, dalam 2007:158).
Pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan
untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan
tujuan,sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi
serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas
(Mahsun, 2007:158).
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga
maksud (Mardiasmo, 2004:121). Pertama, pengukuran kinerja sektor
publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.
Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus
pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
memberikan pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik
digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
2. Elemen pokok pengukuran kinerja
Menurut Mahsun (2007:158) elemen pokok pengukuran kinerja antara
lain:
a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.
b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.
c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
d. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).
3. Aspek-aspek pokok pengukuran kinerja
Menurut Lohman dalam Mahsun (2007:162) terdapat aspek-aspek
pokok yang harus diperhatikan dalam pengukuran kinerja organisasi
komersial, antara lain:
a. Sumber daya:
1) Biaya (misalnya biaya produksi, biaya pemasaran, biaya
pelayanan, biaya yang berhubungan dengan persediaan, biaya
distribusi dan sebagainya).
b. Output:
1) Keuangan (penjualan, keuntungan, return on investment).
2) Waktu (waktu respons pelanggan, ketepatan waktu
pengiriman).
3) Kualitas (keluhan pelanggan, kerusakan pengiriman).
c. Fleksibilits:
1) Fleksibilitas volume (kemampuan merespons perubahan
permintaan).
2) Fleksibilitas pengiriman (tingkat kecepatan atas pengiriman).
3) Fleksibilitas campuran (kemampuan melayani berbagai jenis
permintaan).
Menurut Mahsun (2007:163) pengukuran kinerja organisasi sektor
publik meliputi aspek-aspek antara lain:
a. Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan
agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
keluaran.
b. Kelompok proses (process) adalah tingkat ukuran kegiatan, baik dari
segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan
c. Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud (tangible)
maupun tidak berwujud (intangible).
d. Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang
mempunyai efek langsung.
e. Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
f. Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif.
Menurut BPKP dalam Mahsun (2007:163) cakupan pengukuran
kinerja sektor publik harus mencakup item-item sebagai berikut:
a. Kebijakan (policy): untuk membantu maupun pengimplementasian
kebijakan.
b. Perencanaan dan penganggaran (planning and budgeting): untuk
membantu perencanaan dan penganggaran ats jasa yang diberikan dan
untuk memonitor perubahan terhadap rencana.
c. Kualitas (quality): untuk memajukan standarisasi atas jasa yang
diberikan maupun keefektifan organisasi.
d. Kehematan (economy): untuk me-review pendistribusian dan
e. Keadilan (equity): untuk meyakini adanya distribusi yang adil dan
dilayani semua masyarakat.
f. Pertanggungjawaban (accountability): untuk meningkatkan
pengendalian dan mempengaruhi pembuatan keputusan.
4. Manfaat pengukuran kinerja
Manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal
organisasi sektor publik (BPKP dalam Mahsun, 2007:164):
a. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian kinerja.
b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja.
d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi
pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja
yang telah disepakati.
e. Menjadi alat komunikasi antarbawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
f. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
5. Pengertian Laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi
informasi keuangan. Informasi keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik
pihak internal maupun eksternal. Seperti yang terjadi pada sektor swasta,
tuntutan akuntabilitas pada organisasi sektor publik, mewajibkan tiap
organisasi untuk menyusun laporan keuangan (Mahsun, 2007:155).
6. Tujuan pembuatan laporan keuangan
Tujuan pembuatan laporan keuangan sektor publik (Mahsun,
2007:135):
a. Kepatuhan dan pengelolaan
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada para
pengguna laporan keuangan dan penguasa bahwa pengelolaan sumber
daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan
b. Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada public dan sebagai alat untuk memonitor dan menilai efisiensi
kinerja manajer public, dan memungkinkan pihak eksternal untuk
menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
c. Perencanaan dan informasi otorisasi
Laporan keuangan bertujuan sebagai untuk memberikan dasar
perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang serta
memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan
dana.
d. Kelangsungan organisasi
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu para pembaca
menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja tersebut dapat
melangsungkan usahanya untuk menyediakan barang dan jasa
(pelayanan ) di masa yang akan datang.
e. Hubungan masyarakat
Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dan media untuk
menyatakan prestasi yang telah dicapai organisasi kepada pihak-pihak
f. Sumber fakta dan gambaran
Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi berbagai
kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih
dalam.
7. Pengertian Laporan Kinerja Keuangan
Laporan kinerja keuangan menurut Mahsun (2007, 154) adalah
laporan realisasi pendapatan dan belanja yang disusun berdasarkan basis
akrual. Dalam laporan tersebut disajikan informasi mengenai pendapatan
operasional, belanja berdaasarkan klasifikasi dan ekonomi, dan surplus
atau defisit.
8. Pengertian Analisis Laporan keuangan
Analisis laporan keuangan berarti melakukan penelaahan atau
mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan keuangan dan hasil operasi
serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Falikhatun dan
Nugrahaningsih, 2007:6).
Menurut (Nugrahaningsih, 2007: 9) metode dan teknik analisis
digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos
dari tiap pos-pos tersebut apabila diperbandingkan dengan laporan dari
beberapa periode untuk satu perusahaan, atau diperbandingkan dengan
laporan perusahaan lainnya yang sejenis. Metode dan teknik analisis
digunakan untuk menyederhanakan data sehingga data lebih mudah
dimengerti. Ada dua metode yang digunakan, yaitu:
a. Analisis Vertikal
Analisis vertikal apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara masing-masing pos dalam laporan
keuangan tersebut.
b. Analisis Horizontal
Analisis horizontal adalah analisis dengan melakukan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan diketahui
perkembangannya. Sedangkan teknik analisis laporan keuangan yang
sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
1) Common Size Analysis
Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap
rekening dalam laporan laba-rugi dengan neraca menjadi proporsi
dari total penjualan untuk laporan laba rugi dan dari total aktiva
2) Comparative Analysis
Analisis komparatif merupakan metode analisis laporan
keuangan,baik laporan perusahaan itu sendiri maupun laporan
perusahaan lain yang sejenis.
3) Ratio Analysis
Analisis rasio merupakan metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertenntu dalam neraca atau laba-rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar
Auditor Sektor Publik (2007:71), analisis laporan keuangan merupakan
upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan
keuangan pemerintah daerah, dengan menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan
antar pos untuk mengetahui kondisi keuangan, sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
Karakteristik dari analisis laporan keuangan (Tim Penyusun Modul
Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007:71) yaitu:
a. Fokus pada laporan keuangan utama
b. Mmuat analisis hubungan
d. Hasilnya tergantung pada kemampuan analisisnya
Menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar
Auditor Sektor Publik (2007:71) secara umum tujuan analisis laporan
keuangan untuk menilai kondisi dari kinerja keuangan, sedangkan tujuan
analisis laporan keuangan daerah adalah:
a. Untuk mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah serta
perubahan-perubahannya,
b. Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku,
c. mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi
kewajibannya,
d. Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana
untuk kegiatannya,
e. Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan
program-programnya,
f. Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber
daya.
Keterbatasan analisis laporan keuangan pemerintah menurut Tim
Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
a. Sifat laporan keuangan adalah historis
b. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum
c. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan
d. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif
e. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan
Menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar
Auditor Sektor Publik (2007, 75-76) teknik analisis laporan keuangan
pemerintah adalah:
a. Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan
b. Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan
c. Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan.
Perbandingan pos-pos laporan keuangan sering disebut dengan istilah
rasio keuangan. Oleh karena itu, jika lembaga/instansi melakukan
perhitungan dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan suatu
entitas, dengan maksud untuk mengetahui capaian atau kinerja keuangan
entitas dimaksud, dikatakan mereka telah melakukan analisis rasio
keuangan (Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor
Sektor Publik, 2007:95).
Dibandingkan dengan teknik analisis keuangan lainnya, analisis rasio
Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik,
2007:95):
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
b. Rasio merupakan pengganti (yang lebih sederhana) dari informasi
yang disajikan di dalam laporan keuangan (yang rinci dan rumit).
c. Standarisasi unit-unit pengukuran komponen keuangan pemerintah
daerah.
d. Lebih mudah memperbandingkan kondisi keuangan pemerintah daerah
dengan pemerintah daerah lain atau melihat perkembangan pemerintah
daerah secara periodik.
e. Lebih mudah melihat perkembangan pemerintah daerah serta
melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Di sisi lain, khususnya di sektor pemerintahan, analisis perbandingan
pos-pos laporan keuangan ini memliliki beberapa kelemahan sebagai
berikut (Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor
Sektor Publik, 2007:96):
a. Belum ada keseragaman dalam hal istilah-istilah rasio maupun dalam
b. Belum ada standar atau patokan yang dapat digunakan untuk menilai
baik atau buruknya suatu angka rasio. Misalnya, bila rasio realisai
pendapatan pajak mencapai 110%, apakah angka tersebut sangat baik,
baik, sedang atau kurang; berapa angka rasio kemandirian yang harus
dicapai oleh pemerintah daerah untuk dapat dikatakan mandiri dalam
hal pendanaan.
c. Angka rasio yang dihasilkan dari perhitungan perbandingan pos-pos
laporan keuangan suatu pemerintah daerah belum tentu dapat
dibandingkan dengan angka rasio pemerintah daerah lainnya, karena
mungkin saja teknik perhitungannya berbeda atau pemilihan metode
dan prinsip akutansi yang berbeda.
d. Validitas angka rasio dipengaruhi secara otomatis oleh validitas
angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan
dipengaruhi oleh kelemahan inheren laporan keuangan, seperti nilai
perolehan historis, nilai estimasian, kebebasan memilih metode
akutansi.
Menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar
Auditor Sektor Publik (2007, 97) dalam sektor publik (pemerintahan),
beberapa perbandingan pos-pos laporan keuangan, APBD dan Neraca
a. Perbandingan realisasi dengan anggaran
b. Perbandingan tahun sekarang dengan tahun lalu
c. Efektifitas PAD
d. Efisiensi PAD
e. Keserasian belanja
f. Likuiditas
g. Solvabilitas
h. Leverage
i. Kemandirian
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data
a. Perbandingan realisasi dengan anggaran
Perbandingan ini untuk mengukur realisasi pos-pos APBD yang meliputi:
1) Realisasi pendapatan
Pada pos pendapatan harus dicermati bahwa target pendapatan harus
lebih besar atau minim sama dengan realisasi tahun sebelumnya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, seyogyanya realisasi
2) Realisasi belanja
Realisasi belanja tidak diperkenankan melebiihi plafonnya (100%).
Harus dicermati bahwa persentase tingkat penyerapan dana idealnya
selaras dengan tingkat penyelesaian kegiatannya.
3) Surplus (defisit)
Pemerintah daerah yang mengalami defisit belum tentu kinerjanya
lebih dari pemerintah daerah yang surplus. Surplus (defisit) hakikatnya
bukan merupakan anggaran, tetapi perhitungan yang menunjukkan
selisih dari anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Dengan
demikian, tidak ada larangan atau bukan hal yang salah apabila
realisasi defisit melebihi 100% dari yang direncanakan, selama jumlah
pembiayaan netonya dapat menutup realisasi defisit.
4) Realisasi pembiayaan
Anggaran pengeluaran pembiayaan sifatnya seperti belanja di mana
jumlah yang dianggarkan merupakan pagu yang tidak boleh dilewati.
Sedangkan anggaran penerimaan pembiayaan sifatnya seperti
pendapatan di mana jumlah yang dianggarkan adalah target yang boleh
dilampaui, sepanjang tidak ada peraturan khusus yang melanggarnya.
Perbandingan tersebut pada dasarnya untuk mengetahui keberhasilan
pencapaian target pendapatan dan mengevaluasi ketaatan dalam
b. Perbandingan tahun sekarang dengan tahun lalu
Perndingan ini dimaksudkan untuk mengukur pertumbuhan
(kenaikan/penurunan) pos-pos laporan keuangan dalam 2 tahun anggaran
yang berurutan. Perbandingan Tahun Anggaran 2008 terhadap Tahun
Anggaran 2007 (komparatif vertikal). Dapat juga perbandingan pos-pos
dilakukan antara satu pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lain
untuk tahun anggaran yang sama (komparatif horizontal).
c. Likuiditas
Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
pemerintah daerah dalam membayar utang (kewajiban) jangka
pendeknya. Rasio ini diukur dengan rasio lancar dan rasio kas.
d. Solvabilitas
Perhitungan solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh
tempo. Rasio ini diukur dengan rasio utang terhadap aktiva atau rasio
utang terhadap ekuitas dana.
e. Leverage
Perhitungan leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara
ekuitas dana (kekayaan bersih pemerintah daerah) dengan total utang.
f. Kemandirian
dengan membandingkan jmlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah
jumlah pinjaman (selain utang PFK dan utang pajak PPn/PPh). Di
samping itu, tingkat kemandirian dapat dibaca sebagai indikator tingkat
partisipasi masyarakat lokal terhadap pembangunan daerah, indikator
perkembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakatnya.
Apabila perbandingan sumber pembiayaan dari PAD terhadap DAU
semakin besar, maka tingkat kemandirian yang semakin meningkat pula.
2. Pembahasan
a. Perbandingan realisasi dengan anggaran
Sumber: Laporan pertanggungjawaban APBD
Dari perbandingan anggaran dengan realisasi diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Realisasi pendapatan
Tahun anggaran 2007 semua pos pendapatan melampaui targetnya.
Kecuali, DAU meskipun selisihnya sangat kecil. Untuk tahun Tabel II.1
Perhitungan untuk perbandingan realisasi dengan anggaran Tahun 2007, 2008 dan 2009
2007 2008 2009
Anggaran Realisasi Rasio Anggaran Realisasi Rasio Anggaran Realisasi Rasio
Pendapatan 691,712,478,000 707,982,739,188 102.35 768,845,762,000 782,528,354,413 101.78 834,603,309,000 836,169,374,817 100.19
Belanja 811,538,230,000 738,357,249,995 90.98 845,747,630,000 793,262,107,869 93.79 892,987,309,000 808,017,387,034 90.48
Surplus (Defisit)
(119,825,752,000) (30,374,510,807) 25.35 (76,901,868,000) (10,733,753,456) 13.96 (58,384,000,000) 28,151,987,783 (48.22)
Pembiayaan 119,900,752,000 124,830,348,350 104.11 76,901,868,000 76,866,641,454 99.95 58,384,000,000 54,255,074,845 92.93
anggaran 2008 hampir semua pos pendapatan pelampauannya sangat
tipis. Sedangkan tahun 2009 pendapatan retribusi dan dana bagi hasil
bukan pajak, keduanya tidak melampaui target.
Hal ini menunjukkan keberhasilan pencapaian target pendapatan dari
tahun anggaran 2007 ke tahun anggaran 2008 sudah baik, sedangkan
tahun anggaran 2008 ke tahun anggaran 2009 menurun.
2) Realisasi belanja
Analisis rasio diatas dari tahun anggaran 2007 sampai tahun anggaran
tidak terdapat pos-pos yang melebihi 100%. Hal ini menunjukkan
ketaatan pada peraturan dan tingkat penyerapan dana yang optimal.
3) Surplus (defisit)
Besarnya rasio surplus (defisit) tahun anggaran 2007, 25,35%. Untuk
tahun anggaran 2008 besarnya 13,96%, dan 48,22% untuk tahun
anggaran 2009. Dari hasil perhitungan tersebut, kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali pada tahun anggaran 2007 dan 2008
belum tentu lebih buruk dari tahun anggaran 2009. Selama jumlah
pembiayaan netto dapat menutup realisasi defisit tersebut. Surplus
(defisit) hakikatnya bukan anggaran, tetapi perhitungan yang
menunjukkan selisih dari anggaran pendapatan dan anggaran belanja.
4) Realisasi pembiayaan
piutang daerah pada tahun anggaran 2007 dan tahun anggaran 2009
tidak dianggarkan tetapi dalam realisasinya muncul sebesar
Rp3,000,000.00 pada tahun anggaran 2007 dan pada tahun anggaran
2008 sebesar Rp 9,141,000.00.
Untuk pembiayaan pengeluaran dari tahun anggaran 2007 sampai
tahun anggaran cukup baik, masing-masing pos tidak melebihi 100%.
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten boyolali sudah optimal.
b. Perbandingan tahun sekarang dengan tahun lalu
Tabel II.2
Analisis Komparatif
Tahun 2007,2008 dan 2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
2008
110,417,756,255.41 82,521,245,336.62 96,986,227,925.23 0.75 0.88 1.18
37,239,835,801.50 47,086,208,801.50 55,026,428,801.50 1.26 1.48 1.17 853,853,797,280.00 1,600,217,460,891.00 1,095,566,139,366.06 1.87 1.28 0.68
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
13,888,760,323.27 22,419,088,080.95 22,245,124,238.54 1.61 1.60 0.99
5,213,107,690.00 147,728,483.36 85,606,246.05 0.03 0.02 0.58
328,107,541.00 432,088,351.62 240,612,195.52 1.32 0.73 0.56 105,204,648,565.41 82,373,516,853.26 96,900,621,679.18 0.78 0.92 1.18 904,654,285,863.86 1,669,438,397,905.19 1,172,597,080,210.58 1.85 1.30 0.70
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pos-pos neraca Kabupaten
Boyolali tahun anggaran 2008 mengalami penurunan pada pos aset lancar
dari tahun anggaran 2007 kemudian naik kembali pada tahun anggaran
2009. Rasio pada tahun anggaran 2008 dan tahun anggaran 2009 sebesar
0,75% dan 0,88% dengan pembanding tahun anggaran 2007, serta sebesar
1.18% pada tahun anggaran 2009 dengan pembanding tahun anggaran
2008. Investasi jangka panjang mengalami kenaikan jumlah dari tahun
anggaran 2007-2009. Rasio sebesar 1,26 % dan 1,48% pada tahun
anggaran 2008 dan tahun anggaran 2009 dengan pembanding tahun
anggaran 2007 serta sebesar 1,17% pada tahun anggaran 2009 dengan
pembanding tahun anggaran 2008. Aset tetap naik sangat tajam dari tahun
anggaran 2007 ke tahun anggaran 2008 kemudian mengalami penurunan
pada tahun anggaran 2009. Rasio sebesar 1,87% dan 1,28% pada tahun
2008 dan tahun anggaran 2009 dengan pembanding 2007 serta 0,68%
pada tahun anggaran 2009 dengan pembanding tahun anggaran 2008.
Di samping itu, pos kewajiban secara keseluruhan mengalami penurunan.
Rasio kewajiban jangka pendek sebesar 0,03% dan 0,02 % pada tahun
anggaran 2008 dan tahun anggaran 2009 dengan pembanding tahun
anggaran 2007 serta sebesar 0,58% pada tahun anggaran 2009 dengan
pembanding tahun anggaran 2008. Untuk investasi dana mengalami
0,78% dan 0,92% pada tahun anggaran 2008 dan anggaran 2009 dengan
pembanding tahun anggaran 2007 serta sebesar 1,18% pada tahun
anggaran 2009 dengan pembanding tahun anggaran 2008.
c. Likuiditas
1) Rasio Lancar
Rasio Lancar merupakan ukuran kemampuan pemerintah dealam
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan
persediaan. Karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang
paling lama untuk berubah menjadi kas, maka dalam perhitungan rasio
lancar persediaan dikeluarkan dari angka yang dibagi (numerator).
Rumus perhitungan rasio lancar sebagai berikut:
Rasio lancar = (Aktiva lancar-Persediaan) : Utang jangka pendek
Tabel II.3
Perhitungan Rasio Lancar
Tahun 2007, 2008 dan 2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Aktiva lancar 110,417,756,255.41 82,521,245,336.62 96,986,227,925.23
Persediaan 8,221,173,145.00 8,199,214,472.00 7,820,733,790.00 Utang jk
Pendek 5,213,107,690.00 147,728,483.36 85,606,246.05
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang
lancar dijamin dengan Rp 19,60 aktiva lancar setelah dikurangi
persediaan pada tahun 2007. Untuk tahun 2008 setiap Rp 1,00 hutang
lancar dijamin dengan Rp 503,10 aktiva lancar setelah dikurangi
persediaan. Dan untuk tahun 2009 setiap Rp 1,00 hutang lancar
dijamin dengan Rp 1041,58 aktiva lancar setelah dikurangi persediaan.
Kondisi keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam
kondisi sangat likuid karena setiap aktiva lancarnya dapat menjamin
hutang lancar..
2) Rasio Kas
Rasio kas menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio
lancar. Rumus untuk menghitung rasio kas sebagai berikut:
Tabel II.4
Perhitungan Rasio Kas
Tahun 2007, 2008 dan 2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Kas dan Setara
Kas 99,581,934,034.00 66,324,990,264.21 82,438,445,059.00 Utang jk
Pendek 5,213,107,690.00 147,728,483.36 85,606,246.05
Rasio 19.10 448.97 963.00
Dari perhitungan rasio kas di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun
anggaran 2007 setiap Rp 1 utang Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali mempunyai Rp 19,10 kas dan setara kas. Pada tahun
anggaran 2008 setiap Rp 1 utang Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali mempunyai Rp 448,97 kas dan setara kas. Dan pada tahun
amggaran 2009 Rp 1 utang Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali
mempunyai Rp 963,00 kas dan setara kas.
Ini menunjukkan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dapat
melunasi utang jangka pendek pada tahun-tahun tersebut tanpa harus
menunggu ditagihnya piutang pajak.
d. Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah membayar utang-utangnya
yang akan jatuh tempo. Rumus dari rasio solvabilitas adalah sebagai
berikut:
Tabel II.5
Perhitungan Rasio Solvabilitas
Tahun 2007,2008 dan 2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Total Aset 1,015,400,149,660.27 1,752,244,003,110.07 1,269,823,920,331.33
Total Hutang 5,541,215,231.00 432,088,351.62 326,218,441.57
Rasio 183.25 4055.29 3892.56
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa kondisi Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali masih solvable karena perbandingan total aset dan
total hutang mengalami kenaikan. Dapat diartikan bahwa pada tahun
anggaran 2007, setiap Rp 1 utang Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali
dijamin dengan Rp 183,25 asetnya, kemudian naik menjadi Rp 4055,29
pada tahun anggaran 2008, dan Rp 3892,56 pada tahun anggaran 2009. Ini
menunjukkan kondisi keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali
sangat solvable.
e. Leverage
Rasio laverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara ekuitas
dana (kekayaan bersih Pemerintah Daerah) dengan total utang. Dengan
rasio ini, dapat diketahui seberapa besar kemampuan Kabupaten Boyolali
dalam membayar hutang jika ditinjau dari ekuitas dana yang dimilikinya.
Rasio leverage = Total Ekuitas Dana : Total Utang
Tabel II. 6
Perhitungan Rasio Leverage
Tahun 2007,2008 dan 2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Total Ekuitas
Dana 1,009,858,934,429.27 1,751,811,914,758.45 1,269,497,701,889.76
Total Hutang 5,541,215,231.00 432,088,351.62 326,218,441.57
Rasio 182.25 4054.29 3891.56
Dari perhitungan diatas menujukkan perbandingan ekuitas dana dengan
utang dari tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun anggaran 2009.
Besarnya pada tahung anggaran 2007, 182,25:1 dan pada tahun anggaran
2008 4054,29:1, kemudian 3891,56:1 pada tahun anggaran 2009. Ini
menunjukkan bahwa kondisi Pemerintah Daerah Kaabupaten Boyolali
sangat solid.
f. Kemandirian
Rasio ini untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah dalam hal
pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan
jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK dan utang pajak PPn/PPh).
Tabel II.7
Perhitungan Rasio Kemandirian
Tahun 2007,2008 dan 2009
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Raealisasi PAD 67,461,523,228.00 63,733,408,461.00 70,004,658,137.00
DAU 528,505,000,000.00 582,512,205,800.00 586,021,039,000.00
Utang 5,541,215,231.00 432,088,351.62 326,218,441.57
Utang PFK 5,044,488,126.00 66,184,947.00 9,274,456.00
Utang pajak pusat 0.00 0.00 0.00
Rasio 0.13 0.11 0.12
Dari perhitungan rasio di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sangat kecil. Tahun anggaran
2007 besarnya rasio 0,13 kemudian turun sebesar 0,02 pada tahun 2008.
commit to user
BAB III
TEMUAN
A. KELEBIHAN
Dari analisis data dan pembahasan pada bab II dapat diketahui kelebihan dan
kelemahan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. Adapun
kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dari perbandingan realisasi dengan anggaran dapat dilihat bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali kinerjanya cukup baik. Mentaati peraturan dalam
pembelanjaan, DPPKAD berhasil dalam penyuluhannya kepada SKPD.
Terbukti dapat merealisasikan belanja sesuai peraturannya tidak melebihi
anggaran.
2. Rasio Likuiditas dengan rasio lancar tahun anggaran 2007, 2008 dan 2009
sebesar 19,60% ,503,10%, dan 1041,58%. Adapun besar rasio kas dari tahun
anggaran 2007-2009 adalah 19,10%, 448,97 %, 963,00%. Menunjukkan
bahwa dari tahun ke tahun meningkat. Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali dapat melunasi utang jangka pendeknya tanpa menunggu ditagihnya
piutang pajak. Sehingga, proses kerja keuangan dapat berjalan lancar.
3. Rasio solvabilitas tahun anggaran 2007, 2008, 2009 sebesar 183,25%,
2009 adalah 182,25%, 4045,29%, 3891,56%. Ini menunjukkan Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali dapat menjamin utangnya. Kondisi keuangan
pemerintah Kabupaten Boyolali sangat solvable. Kinerja pegawai bagian aset
DPPKAD sudah optimal.
B. KELEMAHAN
1. Dengan perbandingan anggaran dengan realisasi dapat dilihat kelemahan dari
kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam
meningkatkan pendapatan masih kurang. Terlihat pos-pos pendapatan selisih
tipis antara anggaran dengan realisasinya. Sama halnya dengan pembiayaan
penerimaan.
2. Dengan rasio kemandirian terlihat jelas Pemerintah Daerah Kabupaten
Boyolali masih rendah tingkat kemandiriannya. Karena perbandingan sumber
pembiayaan dari PAD terhadap DAU semakin kecil, maka tingkat
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari beberapa analisis yang penulias lakukan, dapat disimpulkan bahwa
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali pada tahun anggaran
2007-2009 cukup baik. Hal ini terbukti bahwa DPPKAD Kabupaten Boyolali
selaku dinas yang mengelola Keuangan Daerah Kabupaten Boyolali mampu
menjalankan tugasnya dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali. Karena target kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali dapat terealisiai dengan baik, meskipun ada beberapa
target yang masih berada dibawah target yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dalam APBD Setelah Perubahan
selama tahun 2007-2009. Selama tahun anggaran 2007-2009 pendapatan terus
naik, meskipun sangat tipis selisihnya antara anggaran dengan realisasi. Selain
itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali melaksanakan tugasnya mentaati
peraturan yang berlaku.
B. SARAN
1. DPPKAD Kabupaten Boyolali harus mampu menggali sumber
mengelola sumber pendapatan yang ada, supaya target pendapatan dapat
terealisasi dengan baik.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten seharusnya menekan hutang dengan
mengeluarkan utang PFK dan utang pajak pusat sebab kedua jenis utang
tersebut tidak dimaksudkan untuk menambah sumber pendanaan
pemerintah daerah.
3. DPPKAD Kabupaten Boyolali harus mampu meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat Kabupaten Boyolali dalam menjalankan semua