i
HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUADAN
PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN
JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI
SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Widya Utami
NIM : 131334009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukurku, Kupersembahkan Hasil karya yang jauh daru sempurna ini Untuk:
Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan kekuatan, kemudaan, dan kelancaran kepadaku.
Kedua Orangtua, Bapak Sukahar dan Ibu Sulas serta Mamas Tedi Ruswandi yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat serta doa sehingga
aku dapat menyelesaikan tugas ini.
Sahabat-sahabatku Tika, Wulan, Yeni dan teman-teman di Program Studi Pendidikan Akuntansi, serta
v
MOTTO
Percayalah kepada pribadimu, kepada Tuntunanmu, sebab kalau tidak percaya kepada hidupmu, bagaimana akan percaya kepada Hyang Maha Kuasa?
Sebab Tuntunanmu adalah hidupmu yang dapat berhubungan dengan Hyang Maha Kuasa. (Sabda Panuntun-pada Penggalian di Yogyakarta,
tanggal 3 Februari 1964 jam 03.00)
Keberhasilan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA DAN
PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN
JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI
SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN
Widya Utami Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan, (2) hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan.
Penelitian ini adalah penelitian korelasi yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMK N 1 Kalasan, SMK N 1 Tempel, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Depok, SMK N 2 Godean, SMK N 1 Sayegan, SMK N 2 Depok dan SMK N 1 Cangkringan dengan jumlah 8555 siswa. Dengan purposive sampling diambil sampel 368 siswa kelas XI. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji Rank Spearman.
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION OF THE LEVEL OF PARENTS’ INCOME AND STUDENTS’ PARTICIPATION IN SCHOOLS’CO-OPERATIVE ORGANIZATION AND THE SPIRIT OF ENTERPRENEURSHIP OF THE
ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SMK NEGERI IN SLEMAN REGENCY
Widya Utami Sanata Dharma University
2017
This research aims to find out: (1) the correlation between the level of
parents’ income and the spirit of entrepreneurship, (2) correlation between
students’ participation in schools’ co-operative organization and the spirit of
entrepreneurship.
This research is a correlation research which was conducted from February
till March 2017. The data were obtained by using questionnaire. The research’s
population were 8555 studentss of SMK N 1 Kalasan, SMK N 1 Tempel, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Depok, SMK N 2 Godean, SMK N 1 Sayegan, SMK N 2 Depok and SMK N 1 Cangkringan. The samples were 368 students taken by purposive sampling technique. The hypothesis testing was conducted by using Rank Spearman Testing.
The results of the research show that: (1) there is no significant correlation
between the level of parents’ income and the spirit of entrepreneurship [Sig. (2
-tailed) 0,393 > = 0,05; and Spearman Correlation = 0,045]; (2) there is
positive and significant correlation between students’ participation in school’s
co-operative organization and the spirit of entrepreneurship [Sig. (2-tailed) 0,000
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
RahmatNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pendapatan Orang Tua dan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah dengan
Jiwa Kewirausahaan Pada Siswa-Siswi Kelas Xi Smk Negeri di Kabupaten
Sleman”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi program sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari
bantuan, dukungan dan dorongan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignasius Bondan Suratno S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Bapak Ignasius Bondan Suratno S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing
xi
memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penyelesaian skripsi
ini.
5. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Dr. Sebastianus
Widanarto P, S.Pd., M.Si., selaku Dosen penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan kritik, saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
6. Mba Aris yang dengan sabar membantu saya dalam urusan administrasi
kemahasiswaan.
7. Seluruh dosen Universitas Sanata Dharma khususnya Dosen Program
Studi Pendidikan Akuntansi, beserta staf Karyawan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak bimbingan,
pengarahan dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Kedua orang tuaku Bapak Sukahar dan Ibu Sulas yang selalu memberikan
dukungan, motivasi dan semangat, serta kerja kerasnya untuk membiayai
pendidikanku sampai saat ini.
9. Terimakasih untuk mamas Tedi yang selalu menemani dan mendengarkan
keluh-kesanku, terimakasih atas segala bantuan dan kesabaranya selama
ini.
10.Terimakasih sahabat-sahabatku terkasih, seperjuangan Tika, Wulan dan
Yeni.
11.Adik-adik kos Shela, Deva, Ratna, dan Ela yang selalu menemani dan
xii
12.Adik-adik angkatanku yang membantu melancarkan penulisan skripsi ini.
13.Teman-teman seperjuangan penelitian dan satu bimbingan
14.Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
angkatan 2013 terimakasih atas kebersamaanya selama ini bersama kalian
dan segala problematika yang kita hadapi selama kuliah.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiv
BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 7
A. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 7
1. Tingkat Pendapatan ... 7
2. Pengertian Orang Tua ... 7
B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 8
1. Partisipasi Siswa ... 8
2. Pengertian Koperasi ... 8
3. Koperasi Sekolah ... 10
C. Jiwa Kewirausahaan ... 20
1. Pengertian Kewirausahaan ... 20
2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 21
D. Kerangka Berfikir ... 29
E. Paradigma Penelitian ... 30
F. Hipotesis ... 31
BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN... 32
A. Jenis Penelitian ... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
1. Tempat Penelitian ... 33
2. Waktu Penelitian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
1. Subjek Penelitian ... 33
xv
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 34
1. Populasi Penelitian ... 34
2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 34
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 36
E. Variabel Penelitian dan Pengukuranya ... 37
1. Variabel Penelitian ... 37
2. Pengukuran Variabel ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Kuesioner ... 40
2. Penyusunan Kuesioner ... 41
G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 42
1. Uji Validitas Instrumen ... 42
2. Uji Realibilitas Instrumen ... 45
H. Teknik Analisis Data ... 48
1. Teknik Deskripsi Data ... 48
2. Uji Normalitas ... 41
3. Pengujian Hipotesis ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Deskripsi Data ... 54
1. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 54
2. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 55
xvi
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 57
C. Pengujian Hipotesis ... 58
D. Pembahasan ... 62
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 65
C. Keterbatasan ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Sekolah yang digunakan untuk Penelitian ... 33
Tabel 3.2 Data Sekolah dan Jumlah Siswa yang menjadi Populasi ... 34
Tabel 3.3 Data Sekolah SMK N yang diambil untu Data Penelitian adalah Kelas XI ... 35
Tabel 3.4 Pengukuran Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 39
Tabel 3.5 Pengukuran Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 39
Tabel 3.6 Pengukuran Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 40
Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 41
Tabel 3.8 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 41
Tabel 3.9 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 42
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 44
Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 45
Tabel 3.12 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 46
Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 47
Tabel 3.14 Hasil Uji Reliabilitas Jiwa Kewirausahaan ... 47
Tabel 3.15 Penelitian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 48
Tabel 3.16 Rentang Skor Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah .... 50
xviii
Tabel 3.18 Makna Nilai Korelasi Spearman ... 53
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 55
Tabel 4.2 Distribusi Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 56
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jiwa Kewirausahaan ... 57
Tabel 4.4 Pengujian Normalitas Masing-masing Variabel Penelitian ... 58
Tabel 4.5 Interprestasi Koefisien Korelasi Spearman ... 59
Tabel 4.6 Correlations ... 60
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 69
Lampiran 2. Data Penelitian ... 78
Lampiran 3. Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 98
Lampiran 4. Tabel r ... 105
Lampiran 5. Normalitas ... 110
Lampiran 6. Korelasi ... 112
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia pengangguran merupakan salah satu masalah yang
semakin memerlukan perhatian. SMK sampai tingkat pendidikan tinggi
meluluskan generasi siap kerja setiap tahunnya, tapi pada kenyataannya
lulusan tersebut banyak yang tidak bekerja karena minimnya lapangan
pekerjaan di Indonesia. Padahal sumber daya alam di Indonesia sangat
melimpah, namun kegiatan menciptakan lapangan pekerjan sendiri kurang.
Sedangkan Negara lain yang memiliki sumber daya alam terbatas, namun
penduduknya berhasil menciptakan dan mengembangkan lapangan
pekerjaan sendiri. Lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh penduduk
karena penduduknya memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.
Di Indonesia angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh
kelompok terdidik. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka
menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Dasar ke bawah 2,74%,
Sekolah Menengah Pertama 6,22%, Sekolah Menengah Kejuruan 12,65%,
Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32%, Diploma 7,54%, dan Sarjana
6,40%. Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran kesempatan kerja
tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru
disegala level pendidikan, Saiman (2009: 22). Menurut data statistik, pada
bulan Februari 2016 yaitu sebanyak 7,02 juta orang dengan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 5,5% yang dapat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya mencapai 7,45 juta orang (5,81%) sehingga mengalami
penurunan (Badan Pusat Statistik RI, 2016).
Membuka usaha-usaha baru atau berwirausaha dapat mengatasi
masalah pengangguran. Rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia
untuk berwirausaha dewasa ini menjadi pemikiran serius bagi banyak pihak,
baik pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri, maupun masyarakat.
Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan
terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini hanya berminat
sebagai pencari kerja (job seeker) apabila kelak menyelesaikan sekolah atau
kuliah mereka. Hal ini memunculkan tantangan bagi pihak sekolah dan
perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan terdidik siap kerja.
Proses menciptakan lapangan kerja di Indonesia mencapai angka ideal
yakni 2% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data terkini dari Global
Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru
memunyai sekitar 1,65% pelaku wirausaha dari total jumlah penduduk 250
juta jiwa (kompas.com: Rabu, 30 Maret 2016 | 19:28 WIB).
Negara indonesia sebagai julukan negara dengan kekayaan alam yang
sangat melimpah, namun kegiatan mengolah sumber daya alamnya masih
kurang. Banyak sumber daya manusia terdidik menganggur karena tidak
memiliki skill dalam mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki.
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berpendidikan tinggi, namun
lapangan pekerjaan yang tersedia semakin terbatas. Keterbatasan ini
pekerjaan seperti berwirausaha. Pemikiran harus digali dan dibangun
melalui pendidikan sejak dini. Misalnya membangun koperasi sekolah
dengan melibatkan siswa-siswi didalamnya secara bersama-sama, sehingga
secara tidak langsung jiwa kewirausahaan tersebut dapat muncul dalam diri
siswa-siswi.
Kewirausahaan dipelajari melalui proses pendidikan formal atau
informal, karena kewirausahaan tidak termasuk bakat bawaan sejak lahir.
Kewirausahaan bisa ditempuh melalui lembaga pendidikan salah satunya
adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK mempunyai peluang
dalam mendidik siswanya menjadi pelaku wirausaha. Proses kewirausahaan
menuntut kemauan untuk mengambil resiko dengan penuh perhitungan
sehingga dapat mengatasi rintangan untuk mencapai kesuksesan yang
diharapkan. Pada umumnya, wirausahawan menggunakan kecerdikannya
untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terbatas. Dalam hal ini ada
beberapa faktor yang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan seperti
motivasi siswa belajar kewirausahaan, status sosial ekonomi (tingkat
pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pendidikan orang
tua, partisipasi siswa dikoperasi sekolah dll. Dari beberapa faktor tersebut
peneliti hanya memfokuskan pada status ekonomi orang tua (tingkat
pendapatan orang tua) dan partisipasi siswa dikoperasi sekolah.
Tingkat pendapatan orang tua siswa yang tinggi akan menumbuhkan
jiwa kewirausahaan dibandingkan orang tuanya yang berpendapatan rendah.
mengembangkan kecakapan berwirausaha karena ketersediaan sarana dan
prasarana. Sebaliknya siswa dimana orang tuanya yang berpendapatan
rendah siswa akan mengalami keterbatasan saranan dan prasarana.
Jiwa kewirausahaan juga dapat ditanamkan dalam pribadi siswa salah
satu tempat bagi seorang siswa untuk belajar menjadi seorang wirausahawan
dapat juga ditempuh dengan cara ikut ambil bagian dalam kepengurusan
koperasi di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa sekolah merupakan
salah satu penyelenggaraan pendidikan yang memiliki tanggungjawab
terhadap perkembangan karakter seorang anak. Peran serta atau partisipasi
siswa di koperasi sekolah sangatlah penting, dengan adanya koperasi
sekolah diharapkan siswa berperan aktif dan ikut berpartisipasi dalam
bidang usaha, bidang organisasi, dan permodalan koperasi sekolah. Siswa
memegang peranan penting dalam perkembangan koperasi sekolah, maka
dari itu perlu ditanamkan kesadaran siswa untuk berpastisipasi aktif dalam
koperasi sekolah. Melalui koperasi sekolah siswa-siswi belajar bagaimana
membangun sikap tanggung jawab, kejujuran, dan integritas yang membuat
mereka dipercaya oleh banyak orang, sikap-sikap tersebut merupakan
cerminan dari jiwa kewirausahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT
PENDAPATAN ORANG TUA DAN PARTISIPASI SISWA DI
KOPERASI SEKOLAH DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA
B. Batasan Masalah
Peneliti ini memfokuskan perhatian pada faktor yang mempengaruhi
jiwa berwirausaha pada siswa. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya jiwa kewirausahaan pada siswa, namun dalam penelitian
ini hanya akan meneliti tentang tingkat pendapatan orang tua dan partisipasi
siswa dikoperasi sekolah.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa
kewirausahaan siswa?
2. Apakah ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah
dengan jiwa kewirausahaan siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pendapatan orang tua
dengan jiwa kewirausahaan
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara partisipasi siswa di
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap lembaga
pendidikan Sekolah Menengah Kejurusan agar dapat semaksimal
mungkin membekali siswa dengan ketrampilan dan kesiapan lulusannya
untuk mampu bekerja dan menciptakan lapangan pekerjaan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan keperpustakaan
yang berguna bagi mahasiswa atau pihakn yang membutuhkan.
3. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan
yang berkaitan dengan hubungan tingkat pendapatan orang tua dan
BAB II
TINJAUAN TEORETIK
A. Tingkat Pendapatan Orang Tua
1. Pengertian Tingkat Pendapatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2005), Tingkat
adalah tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan
keberadaban, dan sebagainya); pangkat; derajat; taraf; kelas. Sedangkan
Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil
kerja (usaha dsb); pencarian.
Menurut (Gilarso, 1991: 63), Pendapatan adalah segala bentuk
balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan
seseorang terhadap proses produksi.
Pendapatan dapat berupa:
a. Usaha sendiri atau wirausaha.
b. Bekerja pada orang lain.
c. Hasil dari milik.
Berdasarkan pengertian di atas, tingkat pendapatan disimpulkan
sebagai adalah tinggi rendahnya penghasilan yang dihasilkan dari suatu
usaha atau pekerjaan.
2. Pengertian Orang Tua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2005), orang tua
adalah ayah, ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik, pandai ahli,
dan sebagainya); orang yang dihormati (disegani) di kampung; tetua. Jadi
orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam penghidupan
anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, biasanya disebut dengan
istilah ayah dan ibu.
Dalam penelitian ini penulis membedakan tingkat pendapatan orang tua
menjadi empat golongan, yakni:
a. Tinggi (> Rp 2.500.000)
b. Sedang (Rp 2.500.000 – Rp 1.500.000)
c. Rendah (<Rp 1.500.000)
d. Tidak berpendapatan
B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah
1. Pengertian Partisipasi Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2005), Partisipasi
adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan,
peran serta, sedangkan pengertian siswa menurut (KBBI: 2005) adalah
murid (terutama pada tingkat sekolah dasar, menengah); pelajar.
2. Pengertian Koperasi
Berikut ini beberapa pengertian tentang koperasi:
a. Menurut Hatta “Bapak Koperasi Indonesia”, koperasi adalah usaha
bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
gotong royong.
b. Menurut ILO (1966 dikutip oleh Edilius dan Sudarsono,1993),
kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk oraganisasi
perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing
memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan,
dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai
dengan usaha yang mereka lakukan.
c. Menurut Chaniago (1984), koperasi sebagai salah suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang
memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar,
dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmani para anggota.
d. Menurut Dooren, tidak ada satupun definisi koperasi yang diterima
secara umum (Nasution, M. Dan M. Taufiq, 1992). Kendati demikian,
Dooren masih tetap memberikan definisi koperasi sebagai berikut.
... a cooperative union is an association of member, either personal or
corpate, which have valuntarily come togther in pursuit od a common
economic objective”. Di sini Dooren sudah memperluas pengertian
koperasi, koperasi tidak hanya kumpulan orang-orang, akan tetapi
dapat juga merupakan kumpulan dari badan-badan hukum
(corporate).
e. Menurut Munkner, definisi koperasi adalah organisasi
tolong-menolong yang menjalankan “urusniaga” secara kumpulan, yang
f. Menurut UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
kopersi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan
atas azas dan kekeluargaan.
Jadi dari pengertian di atas partisipasi siswa di koperasi sekolah
disimpulkan sebagai keikutsertaan pelajar dalam suatu kegiatan yang ada
di koperasi sekolah.
3. Koperasi Sekolah
a. Pengertian dan Tujuan Koperasi Sekolah
Koperasi Sekolah adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari
siswa-siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Tingkat Atas, Pondok Pesantren, dan Lembaga pendidikan
lainnya yang setaraf. Koperai sekolah merupakan bentuk koperasi
khusus, yaitu koperasi yang tidak berbadan hukum tetapi dapat
melakukan kegiatan ekonomi.
Tujuan dari koperasi sekolah antara lain untuk menunjang
pendidikan yang dilakukan di dalam kelas dengan berbagai tindakan
praktek yang berhubungan dengan kegiatan koperasi. Hasil para siswa
dalam praktek Koperasi Sekolah ini diharapkan dapat memenuuhi
kebutuhan peralatan sekolah masing-masing siswa. Siswa ditugaskan
melakukan praktek di koperasi sekolah yang bertujuan memberikan
keuntungan. Apabila praktek di koperasi tersebut dijalankan dengan
baik, maka tentu siswa akan memperoleh keuntungan atau Sisa Hasil
Usaha (SHU). Sisa Hasil Usaha atau keuntungan koperasi harus
dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai dengan sendi dasar
koperasi
Selain hal tersebut, koperasi juga bertujuan untuk menanamkan
rasa harga diri, kesamaan derajat, menumbuhkan demokrasi, dan
membangkitkan sikap berani mengemukakan pendapat. Jadi koperasi
sekolah dapat dijadikan ajang pembentukan mental yang cukup baik
bagi siswa.
b. Sendi-sendi Dasar Koperasi Sekolah
Menurut Undang-Undang No.12 Tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Perkoperasian Indonesia, sendi-sendi dasar koperasi sekolah
meliputi :
1) Keanggotaan koperasi termasuk koperasi sekolah sifatnya adalah
sukarela dan terbuka bagi setiap warga negara Indonesia.
2) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi
karena mencerminkan demokrasi yang menjadikan asas dalam
koperasi. Dalam organisasi koperasi Rapat Anggota dilakukan
untuk menentukan kegiatan koperasi, maka setiap anggota berhak
mengeluarkan pendapat.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) atau pembagian keuntungan
tidak mencari keuntungan tidak dikenal sebab operasinya tidak
mencari keuntungan tetapi menolong anggota.
4) Adanya pembatasan bunga atas modal. Untuk menjalankan
usahanya, koperasi memerlukan modal. Modal yang bersumber
dari anggota koperasi itu sendiri, yang berupa simpanan pokok,
simpanan wajib dan simpanan sukarela. Disamping itu, modal
koperasi bisa berasal dari SHU yang tidak dibagikan, hibah
pemerintah, pinjaman bank, dan lain-lain.
5) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan mayarakat
pada umumnya.
6) Usaha ketatalaksanaannya terbuka. Sendi dasar ini memberikan
gambaran bahwa koperasi sebagai organisasi masyarakat milik
anggota, yang pada hakikatnya dikelola oleh anggota dan untuk
anggota.
7) Swadaya, Swakerta, Swasembada sebagai pencerminan dari prinsip
dasar percaya diri sendiri. Sendi dasar koperasi ini digali dari
keadaan masyarakat Indonesia sendiri, yang merupakan faktor
pendorong bagi setiap cipta, karya, dan karsa koperasi.
c. Keanggotaan Koperasi Sekolah
Anggota koperasi sekolah adalah murid-murid dari sekolah.
Keanggotaan koperasi sekolah ditentukan setelah ia mendaftarkan diri
pengurus koperasi. Simpanan pokok pada koperasi merupakan
persyaratan seseorang untuk menjadi anggota koperasi.
Keanggotaan seseorang pada sebuah koperasi tidak dapat
dipindahtangankan sebab keanggotaan itu melekat pada diri anggota
tersebut. Untuk memajukan usaha Koperasi Sekolah setiap anggota
harus berpartisipasi aktif. Hak-hak anggota koperasi sekolah meliputi :
1) Hak untuk menghadiri dan menyatakan pendapat atau memberikan
suara dalam Rapat Anggota.
2) Hak untuk memilih dan hak untuk dipilih menjadi anggota
Pengurus atau Badan Pemeriksaan Koperasi.
3) Hak untuk meminta diadakannya Rapat Anggota menurut
ketentuan yang diatur di dalam anggaran dasar koperasi yang
bersangkutan.
4) Mengemukakan saran-saran atau penapat kepada pengurus di luar
rapat baik diminta maupun tidak diminta. Hal ini penting demi
kemajuan koperasi yang bersangkutan.
5) Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama antara sesama
anggota.
6) Hak untuk melakukan pengawasan atas jalannya usaha Koperasi
Sekolah yang bersangkutan sesuai dengan anggaran dasar koperasi
7) Hak untuk memperoleh dan menikmati Sisa Hasil Usaha (SHU)
koperasi sesuai dengan yang telah diputuskan dalam Rapat
Anggota maupun dalam anggaran dasar.
Di samping memiliki hak, anggota koperasi juga memiliki
kewajiban dan tanggungjawab yang hendak dilakukan, sebagai
berikut:
1) Anggota koperasi wajib mengamalkan landasan, asas, dan sendi
dasar koperasi; undang-undang, peraturan, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi; Keputusan Rapat Anggota
Koperasi.
2) Anggota koperasi wajib menghadiri dan ikut secara aktif dalam
rapat anggota dan bertanggung jawab atas apa yang diputuskan
rapat.
Dalam hal ini tanggung jawab anggota berarti bahwa apa yang
diputuskan oleh rapat harus disetujui kecuali yang bersangkutan
tidak menghadirinya.
Keanggotaan koperasi akan berakhir apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut :
1) Murid yang bersangkutan meninggal dunia
2) Murid yang bersangkutan pindah ke sekolah sehingga ia tidak lagi
menjadi murid sekolah yang ada di Koperasi sekolahnya
3) Murid yang bersangkutan berhenti atau telah tamat sekolahnya
5) Ketentuan lain yang diatur di dalam Anggaran Dasar Koperasi
Sekolah yang bersangkutan
d. Ketatalaksanaan Koperasi Sekolah
Tata laksana adalah seluk beluk usaha yang dilakukan oleh
perusahaan koperasi agar mencapai tujuannya. Tatalaksana koperasi
mencangkup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi,
evaluasi dari pengurus koperasi yang bersangkutan. Di dalam sendi
dasar koperasi dinyatakan bahwa ketatalaksanaan koperasi bersifat
terbuka. Hal ini berarti bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha
anggota koperasi tidak boleh tertutup dengan anggota yang ingin
mengetahui seluk-beluk usaha. Pengelolaan semacam ini merupakan
pencerminan dari koperasi sebagai organisasi yang dikelola oleh
anggota secara bersama.
Alat perlengkapan koperasi yang berfungsi menjalankan
ketatalaksanaan pada koperasi, meliputi :
1) Rapat Anggota
Rapat anggota mempunyai kekuasaan tertinggi, rapat anggota
memutuskan kebijaksanaan untuk menjalankan kegiatan usaha
koperasi. Usaha Koperasi Sekolah pada dasarnya ada dua
kelompok, yaitu bidang organisasi yang berkaitan dengan
peningkatan anggota dan bidang ekonomi yang memperjualbelikan
buku dan peralatan sekolah lainnya yang dibutuhkan siswa.
Pengurus Koperasi Sekolah berasal dari anggota dan dipilih oleh
anggotanya sendiri. Tetapi ada koperasi sekolah yang mengatur
secara khusus pengurusnya dengan tidak memilih siswa yang
duduk di kelas 3, karen memberikan kesempatan kepada mereka
mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir. Pada dasarnya
pengurus koperasi sekolah yang dipilih berasal dari kalangan
anggota sendiri, ada kemungkinan tidak dapat dilaksanakan.
Misalnya, tidak ada seorang pun siswa yang bersedia menjadi
pengurus. Maka yang menjadi pengurus yaitu guru-guru dari
sekolah.
3) Pengawas
Pengawas koperasi sekolah berfungsi untuk membantu kelancaran
tugas pengurus. Anggota pengawas diambil dari guru yang
bertugas mengawasi jalannya usaha koperasi. Pengawas koperasi
sekolah bertanggung jawab atas hidup matinya koperasi sekolah
yang bersangkutan. Pengawas berperan sebagai rantai penghubung
antara teori dan praktek koperasi sehari-hari.
4) Badan Pemeriksa
Badan pemeriksa memegang fungsi kontrol terhadap jalannya
usaha koperasi. Badan pemeriksa koperasi harus dapat
membawakan aspirasi para anggota, dan mengetahui seluk-beluk
usaha koperasi. Di samping itu, pemeriksa perlu memahami
5) Penasihat
Keanggotaan penasihat berasal dari guru dan orang tua murid yang
erat hubungannya dengan kemajuan siswa dan sekolah yang
bersangkutan. Tugas dari penasihat adalah memberikan bimbingan,
dorongan, dan memberikan penyuluhan kepada pengurus koperasi
sekolah.
6) Pelaksana
Pelaksana di koperasi sekolah sebaiknya dipegang oleh siswa
sendiri. Siswa yang bertugas sebagai pelaksana usaha dapat
memperaktikan administrasi koperasi, misalnya sebagai kasir,
pengetikan pencatat, dan melaksanakan tugas pembukuan, yaitu
sebagai juru buku serta tugas lainnya.
7) Susunan Organisasi
Susunan organisasi koperasi sekolah yang standar diberikan
dengan tujuan untuk lebih memahami uraian tentang organisasi
koperasi seperti yang telah diuraikan di atas.
e. Kegiatan Usaha Koperasi Sekolah
Kegiatan usaha koperasi sekolah mempunyai dua tujuan yaitu
untuk memperoleh keterampilan dalam praktik berusaha dan
memenuhi kebutuhan peralatan sekolah murid. Kegiatan usahanya
meliputi :
1) Kebutuhan utama murid sekolah adalah tersediannya buku-buku
2) Kebutuhan akan peralatan sekolah murid (alat-alat tulis)
3) Menyediakan seragam murid
4) Khusus koperasi Sekolah Teknik Menengah (STM) dapat
menyediakan alat-alat praktik murid
5) Menyelenggarakan kafetaria
6) Usaha simpan pinjam untuk menghadapi masa depan
7) Menjual kebutuhan sehari-hari para siswa
Hal-hal yang diuraikan di atas pada dasarnya adalah kegiatan
koperasi sekolah yang hanya menjalankan satu fungsi ekonomi yaitu
melakukan pembelian secara bersama dan berhubungan perkreditan
simpan pinjam.
f. Permodalan Koperasi Sekolah
Modal koperasi sekolah berasal dari anggota, dan berasal dari
luar anggota. Modal koperasi diperlukan untuk memulai usaha
ekonominya. Pada koperasi sekolah modal dapat bersumber dari
berbagai sumber, seperti :
1) Simpanan pokok. Simpanan pokok merupakan sumber utama
modal koperasi sekolah. Simpanan pokok adalah sejumlah
simpanan anggota yang diserahkan kepada koperasi pada waktu
anggota pertama kali masuk menjadi anggota. Pembayaran
simpanan pokok dapat dicicil dan tidak dapat ditarik kembali,
2) Simpanan wajib. Simpanan wajib yaitu sumber yang dilandasi oleh
kesadaran anggota untuk ikut serta memupuk modal koperasi.
Simpanan wajib adalah sejumlah uang simpanan yang dikaitkan
langsung dengan kegiatan usaha koperasi. Simpanan wajib koperasi
dapat diminta kembali oleh anggota.
3) Simpanan sukarela. Simpanan sukarela yaitu sumber modal yang
dipergunakan khusus pada waktu koperasi akan membuka proyek.
Simpanan sukarela pada koperasi dapat dilakukan oleh anggota dan
oleh non anggota. Ada yang menamakan simpanan sukarela
sebagai simpanan manasuka.
4) Pinjaman dari bank, sumber modal ini dapat digali atau diusahakan
oleh koperasi sekolah khususnya yang berbadan hukum.
5) Hibah yang diperoleh dari sekolah sendiri atau dari pemerintah.
Hibah digunakan untuk modal kerja dan pembelian barang
investasi.
6) Pinjaman dari pihak ketiga. Tidak jarang para guru dan POM
(Persatuan Orang Tua Murid) yang menaruh simpati pada koperasi
sekolah, sehingga ada di antara mereka yang memberikan pinjaman
kepada koperasi sekolah untuk dipergunakan sebagai modal
C. Jiwa Kewirausahaan
1. Pengertian kewirausahaan
Istilah kewirausahaan berasal dari kata entrepreneurship. Kata entrepreneurship berasal dari bahasa prancis yaitu „entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan
pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin populer
setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk
menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber
daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih
tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Rambat Lupiyoadi, 2004;1).
Menurut Coulter (dalam Sundaya, 2010: 12), kewirausahaan adalah
proses pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang
berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan
pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif. Menurut
Suryana (2003; 1), kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang.
Menurut Hisrich-Peters (1998; 10), kewirausahaan diartikan
independence”. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang
lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko
serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.
2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan seseorang disebut kuat bila memiliki: percaya
diri, inisiatif, disiplin dan kreatifitas yang kuat pula. Percaya diri menjadi
tetap kuat bahkan berkembang apabila aktifitas seseorang jarang
mengalaman kegagala, jika aktifitas seseorang pernah mengalami
kegagalanal maka kegagalan itu dipandang sebagai guru yang terbaik.
Inisiatif diperkuat dengan mengingat pepatah yang ada di masyarakat
yang bersifat mendorong bersikap kreatif, meniru teladan dan berdisiplin
untuk berinisiatif. Kedisiplinan dapat terbentuk tanpa merasa terpaksa.
Menurut Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6), terdapat enam
karakteristik kewirausahaan, yaitu:
a. Percaya diri dan optimis
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
c. Berani mengambil resiko
d. Kepemimpinan
e. Keorisinalitasan
f. Berani mengambil resiko
Menurut M.Scarborough dan Thomas W.Zimmberer (1993:6-7),
terdapat delapan karakteristik kewirausahaan meliputi hal-hal sebagai
a. Rasa tanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukanya. Seseorang yang
memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen dan wawas
diri.
b. Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko,
baik yang terlalu rendah maupun tinggi.
c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confindence in their ability to sucess), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.
d. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera, ingin
cepat berhasil.
e. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa
depan yang lebih baik.
f. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
g. Memiliki ketrampilan berorganisasi (skill at organizing), yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasi sumber daya untuk
menciptkan nilai tambah.
Karakteristik jiwa kepemimpinan wirausaha, meliputi:
a. Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan suatu panduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas pekerjaan (Soersarsono Wijandi,
1998:33). Dalam praktik, sikap, dan kepercayaan ini merupakan sikap
dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, orang yang memiliki
kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan
untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996:7).
Kepercayaan diri baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi sikap mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif,
kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, semangat
berkarya, dan sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat
kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan pengetahuan
ketrampilan dan kewasapadaannya (Soesarsono Wijandi, 1988: 37).
Kepercayaan diri merupakan landasan untuk meningkatkan karsa dan
karya seseorang. Sebaliknya, setiap karya yang dihasilkan akan
menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Kreativitas,
inidiatif, kegairahan kerja, dan ketekunan akan banyak mendorong
seseorang untuk mencapai karya yang memberikan kepuasan batin,
yang kemudian akan mempertebal kepercayaan diri.
Orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki
mengawasi, dan meraih kesuksesan (Soeparman Soemahamidjaja,
1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami
diri sendiri. Oleh sebab itu, wirausahaan yang sukses adalah
kewirausahaan yang mandiri dan percaya diri (Yuyun Wirasasmita,
1994: 2). Kepercayaan diri tersebut tentu saja berpengaruh pada
gagasan, karsa, inisiatif, kreativita, keberanian, ketekunan, semangat
kerja keras, dan kegairahan berkarya.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah
orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi,
berorientasi pada keberhasilan, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatis artinya selalu ingin mencari dan memulai. Orang yang
memiliki kepercayaan diri tidak mudah menyerah tehadap kegagalan
dan tidak pernah puas akan keberhasilan yang diraihnya saat ini.
Untuk memulai diperlakukan adanya niat dan tekad yang kuat serta
karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses
berikutnya akan menyusul sehingga usahanya semakin maju dan
berkembang.
Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila
terhadap inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui
pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun, dan
tanggap, dan semangat berprestasi. Berinisiatif adalah keinginan untuk
selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat.
c. Keberanian menghadapi risiko
Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan
perhitungan matang dan optimisme yang dimiliki harus disesuaikan
dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian
menghadapi risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi
oleh kepercayaan diri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. kepercayaan
diri muncul apabila kita memiliki kemauan dan kemampuan.
Kemauan dan kemampuan untuk menghadapi risiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausahawan yang
tidak mau menghadapi risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.
Menurut Bajaro (1994), seseorang wirausahawan yang berani
menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan
menenangkan dengan cara yang baik (Wirasasmita, 1994: 2).
Wirausaha akan lebih menyukai resiko yang seimbang (moderat).
Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai
kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan
perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila
berhasil dalam melaksanakan tugas – tugasnya secara realistik. Situasi
didapat dari masing – masing situasi. Hal ini berarti, wirausaha
menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G
Meredith, 1996: 37). Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan
oleh:
1) Keyakinan pada diri sendiri
2) Kesediaana untuk menggunakan kemampuan dalam mencari
peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
3) Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis
d. Berorientasi ke masa depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang
memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki
pandangan yang jauh ke masa depan, ia selalu berusaha, berkarsa, dan
berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda dengan yang ada saat ini. Meskipun terhadap
risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan
tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang sudah
jauh ke depan membuat wirausahawan tidak cepat puas dengan karsa
dan karya yang sudah ada. Oleh sebab itu, wirausaha selalu mencari
peluang. Berorientasi ke masa depan adalah prespektif, selalu mencari
peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan dan pandangan pada
e. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang ke arah tercapainya
suatu tujuan organisasi yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Menurut P. Robbins (2001), seseorang pemimpin harus menguasai
teori karakter kepemimpinan, yaitu teori-teori yang berkaitan dengan
(1) mencari karakter kepribadian, (2) sosial, (3) fisik atau intelektual
yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.
Faktor-faktor yang harus dimiliki seseorang pemimpin antara lain
sebagai berikut:
1) Kepemimpinan melibatkan orang lain/bawahan
Seseorang pemimpin harus dapat merangkul dan menghargai
seluruh bawahannya.
2) Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan
Pendelegasian kekuasaan atau distribusi kekuasaan dari pimpinan
kepada anak buah sesuai dengan tingkatannya sangat mutlak
diperlukan jika seseorang pemimpin ingin menjalankan fungsinya
dengan efektif dan efisien.
3) Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka
mengarahkan bawahanya
Penanaman pengaruh dari pemimpin kepada anak buah akan
tercapai apabila seorang pemimpin mampu memberikan
Wirausahawan yang memiliki kemampuan kepemimpinan akan
memiliki sifat-sifat:
1) Kepeloporan
2) Keteladanan
3) Tampil beda
4) Mampu berfikir divergen dan konvergen
f. Kreativitas dan inovasi
Menurut Hubeis (2005: 13) menyatakan bahwa kreativitas
adalah suatu pertimbangan subjektif dan berkonteks khusus mengenai
segala sesuatu yang baru serta merupakan hasil dari perilaku secara
individu maupun kolektif. Kreativitas adalah kemampuan untuk
berfikir yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi adalah kemampuan
untuk bertindak baru dan berbeda. Nilai inovatif, kreatif, dan
fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinalitas seseorang.
Wirausahan yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan
cara-cara yang lebih baik (Wirasasmita, 1994: 7), dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,
meskipun cara tersebut cukup baik.
2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaanya.
D. Kerangka Berfikir
1. Hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.
Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh
sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan seseorang terhadap proses
produksi (Gilarso, 1991: 63).
Setiap orang tua siswa memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda
ada yang memiliki pendapatan yang tergolong tidak berpendapatan,
rendah, sedang dan tergolong tinggi. Dalam hal ini semakin tinggi
pendapatan orang tua akan mendorong siswa dalam memperoleh
kesempatan untuk membuka usaha pribadi. Orang tua yang memiliki
pendapatan rendah cenderung kurang mampu untuk memberikan modal
kepada anaknya jika akan membuka usaha baru atau berwirausaha,
demikian pula sebaliknya. Penelitian memfokuskan pada hubungan
tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.
2. Hubungan partisipasi siswa dikoperasi sekolah dengan jiwa
kewirausahaan.
Partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan,
keikutsertaan, peran serta. Partisipasi siswa di koperasi sekolah dapat
terlihat dalam keterlibatannya sebagai anggota pengurus di koperasi
sekolah, keterlibatannya dalam mengadiri rapat anggota, keterlibatannya
dalam pengambilan keputusan, keterlibatannya dalam mengawasi
jalannya organisasi dan usaha koperasi, kontribusinya dalam menjual
menghitung keuntungan yang diperoleh selama penjualan, dan lain
sebagainya. Pastisipasi siswa dalam koperasi sekolah akan membentuk
kebiasaan diri yang positif dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan,
karena dalam koperasi siswa sudah mulai dilatih dalam mengembangkan
dirinya dalam mengelola suatu usaha yang berguna dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Penelitian ini memfokuskan pada
hubungan partisipasi siswa dikoperasisekolah dengan jiwa
kewirausahaan.
E. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
Jiwa Kewirausahaan
(Y)
Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah
(X2)
Tingkat Pendapatan Orang Tua
F. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini
merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap pernyataan
yang diajukan dalam rumusan masalah. Oleh karena itu, hipotesis ini harus
di uji atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir di atas
melalui pengumpulan data dan analisa data. Berdasarkan permasalahan dan
kerangka teoritik yang disajikan dalam penelitian, maka perumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis I
Tidak ada hubunganantara tingkat pendapatan orang tua dengan
jiwa kewirausahaan.
Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa
kewirausahaan.
2. Hipotesis 2
Tidak ada hubungan antara partisipasi siswa dikoperasi sekolah
dengan jiwa kewirausahaan.
Ada hubungan antara partisipasi siswa dikoperasi sekolah dengan
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
korelasional. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan
tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dari
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan antara
dua variabel atau lebih dan tingkat variabel ini dikatakan penting, karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkan penelitian sesuai dengan tujuan peneliti. Menurut Gay
(1982) penelitian korelasi merupakan salah satu bagaian penelitian ex-post facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan
variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Penelitian korelasi
mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
1. Penelitian korelasi tepat, jika variabel komplek dan peneliti tidak
mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam
penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara insentif dalam setting(lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksankan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean
dan SMK N 2 Godean. Seperti yang tersaji pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Data Sekolah yang digunakan untuk penelitian
Sekolah Alamat
SMK N 1 Depok Jl. Ring Road Utara, Maguwoharjo, Kec Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55282
SMK N 1 Godean Desa Kowanan, Kel. Sidoagung, Kec. Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55564
SMK N 2 Godean Jl. Jae Sumantoro, Sidoagung, Godean , Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55264
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 - Maret 2017.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 1 Depok, SMK
N 1 Godean dan SMK N 2 Godean.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah tingkat
pendapatan orang tua dan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian, atau
disebut juga universe (Ali, 1985:54). Menurut Nawawi (2000: 4), populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi sebagai sumber. Populasi juga merupakan keseluruhan subyek
penelitian (Arikunto, 2003: 108). Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh siswa-siswi SMK Negeri se-Sleman. Tabel 3.2
membuat data populasi siswa-siswi SMK Negeri Se-Sleman.
Tabel 3.2
Data Sekolah dan Jumlah Siswa yang menjadi Populasi
Nama Sekolah Jumlah Siswa SMK N 1 Kalasan 1073 SMK N 1 Tempel 851 SMK N 1 Godean 947 SMK N 1 Depok 848 SMK N 2 Godean 624 SMK N 1 Sayegan 1216 SMK N 2 Depok 2073 SMK N 1 Cangkringan 923
Jumlah 8555
2. Sampel
Sampel dapat diartikan sebagaian atau wakil populasi yang diteliti.
Arikunto (1996: 117). Menurut Ali (1985:54), sampel penelitian adalah
yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap
mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan
kecil yang diamati (Furchan,2005:193). Sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Issa &
Michael, 2012:40) sebagai berikut:
Keterangan:
S = jumlah sampel N = jumlah populasi
D = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d umumnya di ambil 0,05.
= Nilai tabel chisquare untuk satu derajat kebebasan relatif level konviden yang diinginkan 3,841 tingkat kepercayaan 0,95.
Tabel 3.3 memuat data sampel siswa-siswi di SMK N 1 Depok, SMK N
1 Godean dan SMK N 2 Godean:
Tabel 3.3
Data Sekolah SMK N yang diambil untuk Data Penelitian adalah kelas XI
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 387 siswa akan tetapi peneliti
hanya mengambil 368 siswa sesuai dengan hasil perhitungan sampel
menggunakan formula empiris yang dikemukakan oleh Issac dan
Michael (2012: 40).
3. Teknik Penarikan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan teknik
sampling bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling adalah sampling yang digunakan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya, (Arikunto, 2013: 97). Peneliti
menggunakan sampel di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK
N 2 Godean karena di sekolah tersebut memiliki koperasi sekolah.
Responden peneliti adalah siswa kelas XI alasan mereka sudah
pengalaman yang lebih dalam berpartisipasi di koperasi sekolah serta
mereka lebih dipersiapkan untuk berwirausaha.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Varibel Penelitian
Menurut Suwarno (2005: 21-2), variabel adalah karateristik yang
dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan
bermacam-macam nilai atau beberapa kategori. Menurut Muhadi (2011: 21),
variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah
mengemukakan beberapa proporsi berdasarkan konsep dan teori tertentu,
peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya
merumuskan hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel. Di samping
berfungsi sebagai pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel
pokok yaitu Variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent variable).
a. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Tingkat Pendapatan Orang Tua (X1), dan
b. Varibel terikat (Dependent variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari
penelitian ini adalah jiwa kewirausahaan Y1.
2. Pengukuran Variabel
Dalam pengukuran variabel, peneliti menggunakan Skala Likert.
Menurut Sugiyono (2014:168), Skala Likert adalah skala yangdigunakan
untuk mengukur sikap, pendapatan dan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
a. Variabel Tingkat Pendapatan orang tua
Tingkat pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang
tua dari hasil kerja ataupun usaha sendiri. Untuk mengukur tingkat
pendapatan orang tua dilakukan berdasarkan upah minimum di
yogyakarta tahun 2017 (www.gajiumr.com/daftar gaji-umr-yogyakarta
2017). Dalam penelitian ini, pendapatan diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Tidak berpendapatan Rp 0
2) Pendapatan rendah, yaitu pendapatan < Rp 1.500.000,00
3) Pendapatan sedang, yaitu pendapatan Rp 1.500.000,00-Rp
2.500.000,00
Tabel 3.4 penentuan penskoran variabel Tingkat Pendapatan Orang
Tua.
Tabel 3.4
Pengukuran Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan orang tua Skor
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
b. Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah yang terdiri dari
partisipasi dalam keanggotaan koperasi dan partisipasi dalam
keterlibatan aktif siswa di koperasi sekolah. Penentuan skor opsi
jawaban variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah tampak pada
Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Pengukuran Variabel Partisipasi siswa di Koperasi Sekolah
Pilihan Ganda Skor
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
c. Variabel jiwa kewirausahaan yang terdiri dari percaya diri,
berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko,
kepemimpinan, kerja keras, dan kreativitas dan inovasi. Penentuan
skor opsi jawaban variabel jiwa kewirausahaan tampak pada Tabel
Tabel 3.6
Pengukuran Variabel Jiwa Kewirausahaan
Pilihan Ganda Skor
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2014: 142), kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Menurut Arikunto (2013: 102), Angket atau kuesioner adalah
sekumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada
seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab
juga dilakukan dengan cara tertulis. Menurut cara memberikan respons,
angket/kuesioner dibedakan menjadi dua yaitu angket/ kuesioner terbuka
dan tertutup.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan
angket/kuesioner tertutup dan bersifat langsung karena responden tinggal
memilih jawaban yang dianggap sesuai dengan pendapatnya. Di samping
itu, angket juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat
pendapatan orang tua, partisipasi siswa di koperasi, dan jiwa
kewirausaan. Angket yang diberikan kepada responden berupa daftar
jawaban pada lembar yang disediakan dengan memberi tanda silang (x)
lembar jawab.
2. Penyusunan Kuesioner
Agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat
memberikan gambaran mengenai jiwa kewirausahaan di sekolah
menengah atas se-Sleman, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi
penyusunan kuesioner. Penyusunan kisi-kisi dilakukan agar kuesioner
memiliki validitas konstruk dan validitas isi yang baik. Kisi-kisi
kuesioner tampak pada Tabel 3.7, 3.8, dan 3.9.
Tabel 3.9
Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan
Indikator Kisi-kisi Item
Percaya diri dikembangkan dengan unsur –unsur percaya diri
Keberanian
Perasaan
Tegung pendirian
1, 2, 14
Berorientasi pada tugas dan hasil Tanggung jawab 3, 4, 7
Pengambilan resiko Keputusan 5, 15
Kepemimpinan Kreativitas dan inovasi Informasi
Diterima
Menurut Arikunto (1998: 160), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkar kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Arikunto (1995: 219) juga mengemukakan, bahwa secara mendasar,
validitas adalah keadaan mengambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen
yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid memiliki validitas rendah. Rumus yang digunakan untuk
menguji validitas kuesioner adalah Pearson/Product Moment, yaitu:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
= skor butir soal
= jumlah skor total tiap soal
N = jumlah responden
Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan
program komputer SPSS versi 17.0 for Windows. Instrumen dinyatakan valid apabila nilai korelasi (person corellation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [ sig. (2-tailed)] taraf signifikan () sebesar 0,05.
Pelaksanaan analisis uji validitas ini dilakukan kepada siswa-siswi kelas
XI di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, dan SMK N 2 Godean dengan
jumlah responden 368 dengan dk = n2. Dengan derajat kebebasan
sebesar 366 (dk = 3682) dan taraf signifikan 5%, menunjukan nilai r
tabel sebesar 0,1031.
Jika koefisien rtabel > rhitung maka butir kuesioner dikatakan valid, begitu juga sebaliknya. Hasil pengujian validitas untuk instrumen
penelitian adalah sebagai berikut.
a. Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi
Sekolah
Ada sebelas (11) butir soal yang diujikan pada pengujian ini. Tabel
3.10 menunjukan rangkuman uji validitas partisipasi siswa di
Tabel 3.10
Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah
No. Butir rhitung rtabel Keterangan 1 1 0,596 0,1031 Valid 2 2 0,699 0,1031 Valid 3 3 0,501 0,1031 Valid 4 4 0,539 0,1031 Valid 5 5 0,603 0,1031 Valid 6 6 0,474 0,1031 Valid 7 7 0,531 0,1031 Valid 8 8 0,260 0,1031 Valid 9 9 0,435 0,1031 Valid 10 10 0,529 0,1031 Valid 11 11 0,325 0,1031 Valid
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, semua item-item dalam variabel
partisipasi siswa di koperasi sekolah dinyatakan valid.
b. Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan
Ada lima belas (15) butir soal yang diujikan pada pengujian ini. Tabel
3.11 menunjukan rangkuman uji validitas variabel jiwa
Tabel 3.11
Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan
No. Butir rhitung rtabel Keterangan 1 1 0,357 0,1031 Valid 2 2 0,258 0,1031 Valid 3 3 0,514 0,1031 Valid 4 4 0,451 0,1031 Valid 5 5 0,378 0,1031 Valid 6 6 0,454 0,1031 Valid 7 7 0,469 0,1031 Valid 8 8 0,363 0,1031 Valid 9 9 0,320 0,1031 Valid 10 10 0,516 0,1031 Valid 11 11 0,337 0,1031 Valid 12 12 0,390 0,1031 Valid 13 13 0,372 0,1031 Valid 14 14 0,437 0,1031 Valid 15 15 0,304 0,1031 Valid
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, semua item-item dalam variabel jiwa
kewirausahaan dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen adalah suatu alat yang memberikan hasil
yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama
(relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama
meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan
tempat yang berbeda. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat
ukur yang reliabel.
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan