• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan tingkat pendapatan orang tua dan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan pada siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan tingkat pendapatan orang tua dan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan pada siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUADAN

PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN

JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI

SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Widya Utami

NIM : 131334009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukurku, Kupersembahkan Hasil karya yang jauh daru sempurna ini Untuk:

Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan kekuatan, kemudaan, dan kelancaran kepadaku.

Kedua Orangtua, Bapak Sukahar dan Ibu Sulas serta Mamas Tedi Ruswandi yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat serta doa sehingga

aku dapat menyelesaikan tugas ini.

Sahabat-sahabatku Tika, Wulan, Yeni dan teman-teman di Program Studi Pendidikan Akuntansi, serta

(5)

v

MOTTO

Percayalah kepada pribadimu, kepada Tuntunanmu, sebab kalau tidak percaya kepada hidupmu, bagaimana akan percaya kepada Hyang Maha Kuasa?

Sebab Tuntunanmu adalah hidupmu yang dapat berhubungan dengan Hyang Maha Kuasa. (Sabda Panuntun-pada Penggalian di Yogyakarta,

tanggal 3 Februari 1964 jam 03.00)

Keberhasilan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA DAN

PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN

JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA-SISWI KELAS XI

SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN

Widya Utami Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan, (2) hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan.

Penelitian ini adalah penelitian korelasi yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMK N 1 Kalasan, SMK N 1 Tempel, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Depok, SMK N 2 Godean, SMK N 1 Sayegan, SMK N 2 Depok dan SMK N 1 Cangkringan dengan jumlah 8555 siswa. Dengan purposive sampling diambil sampel 368 siswa kelas XI. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji Rank Spearman.

(9)

ix

ABSTRACT

THE CORRELATION OF THE LEVEL OF PARENTS’ INCOME AND STUDENTS’ PARTICIPATION IN SCHOOLS’CO-OPERATIVE ORGANIZATION AND THE SPIRIT OF ENTERPRENEURSHIP OF THE

ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SMK NEGERI IN SLEMAN REGENCY

Widya Utami Sanata Dharma University

2017

This research aims to find out: (1) the correlation between the level of

parents’ income and the spirit of entrepreneurship, (2) correlation between

students’ participation in schools’ co-operative organization and the spirit of

entrepreneurship.

This research is a correlation research which was conducted from February

till March 2017. The data were obtained by using questionnaire. The research’s

population were 8555 studentss of SMK N 1 Kalasan, SMK N 1 Tempel, SMK N 1 Godean, SMK N 1 Depok, SMK N 2 Godean, SMK N 1 Sayegan, SMK N 2 Depok and SMK N 1 Cangkringan. The samples were 368 students taken by purposive sampling technique. The hypothesis testing was conducted by using Rank Spearman Testing.

The results of the research show that: (1) there is no significant correlation

between the level of parents’ income and the spirit of entrepreneurship [Sig. (2

-tailed) 0,393 > = 0,05; and Spearman Correlation = 0,045]; (2) there is

positive and significant correlation between students’ participation in school’s

co-operative organization and the spirit of entrepreneurship [Sig. (2-tailed) 0,000

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

RahmatNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Tingkat Pendapatan Orang Tua dan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah dengan

Jiwa Kewirausahaan Pada Siswa-Siswi Kelas Xi Smk Negeri di Kabupaten

Sleman”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi program sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari

bantuan, dukungan dan dorongan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignasius Bondan Suratno S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Bapak Ignasius Bondan Suratno S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing

(11)

xi

memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penyelesaian skripsi

ini.

5. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Dr. Sebastianus

Widanarto P, S.Pd., M.Si., selaku Dosen penguji yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan kritik, saran untuk kesempurnaan

skripsi ini.

6. Mba Aris yang dengan sabar membantu saya dalam urusan administrasi

kemahasiswaan.

7. Seluruh dosen Universitas Sanata Dharma khususnya Dosen Program

Studi Pendidikan Akuntansi, beserta staf Karyawan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak bimbingan,

pengarahan dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Kedua orang tuaku Bapak Sukahar dan Ibu Sulas yang selalu memberikan

dukungan, motivasi dan semangat, serta kerja kerasnya untuk membiayai

pendidikanku sampai saat ini.

9. Terimakasih untuk mamas Tedi yang selalu menemani dan mendengarkan

keluh-kesanku, terimakasih atas segala bantuan dan kesabaranya selama

ini.

10.Terimakasih sahabat-sahabatku terkasih, seperjuangan Tika, Wulan dan

Yeni.

11.Adik-adik kos Shela, Deva, Ratna, dan Ela yang selalu menemani dan

(12)

xii

12.Adik-adik angkatanku yang membantu melancarkan penulisan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan penelitian dan satu bimbingan

14.Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi

angkatan 2013 terimakasih atas kebersamaanya selama ini bersama kalian

dan segala problematika yang kita hadapi selama kuliah.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih sangat jauh dari

sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(14)

xiv

BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 7

A. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 7

1. Tingkat Pendapatan ... 7

2. Pengertian Orang Tua ... 7

B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 8

1. Partisipasi Siswa ... 8

2. Pengertian Koperasi ... 8

3. Koperasi Sekolah ... 10

C. Jiwa Kewirausahaan ... 20

1. Pengertian Kewirausahaan ... 20

2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 21

D. Kerangka Berfikir ... 29

E. Paradigma Penelitian ... 30

F. Hipotesis ... 31

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian ... 33

2. Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

1. Subjek Penelitian ... 33

(15)

xv

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

1. Populasi Penelitian ... 34

2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 34

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

E. Variabel Penelitian dan Pengukuranya ... 37

1. Variabel Penelitian ... 37

2. Pengukuran Variabel ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Kuesioner ... 40

2. Penyusunan Kuesioner ... 41

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 42

1. Uji Validitas Instrumen ... 42

2. Uji Realibilitas Instrumen ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 48

1. Teknik Deskripsi Data ... 48

2. Uji Normalitas ... 41

3. Pengujian Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54

1. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 54

2. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 55

(16)

xvi

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 57

C. Pengujian Hipotesis ... 58

D. Pembahasan ... 62

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

C. Keterbatasan ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Sekolah yang digunakan untuk Penelitian ... 33

Tabel 3.2 Data Sekolah dan Jumlah Siswa yang menjadi Populasi ... 34

Tabel 3.3 Data Sekolah SMK N yang diambil untu Data Penelitian adalah Kelas XI ... 35

Tabel 3.4 Pengukuran Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 39

Tabel 3.5 Pengukuran Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 39

Tabel 3.6 Pengukuran Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 40

Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 41

Tabel 3.8 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 41

Tabel 3.9 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 42

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 44

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 45

Tabel 3.12 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 46

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 47

Tabel 3.14 Hasil Uji Reliabilitas Jiwa Kewirausahaan ... 47

Tabel 3.15 Penelitian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 48

Tabel 3.16 Rentang Skor Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah .... 50

(18)

xviii

Tabel 3.18 Makna Nilai Korelasi Spearman ... 53

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 55

Tabel 4.2 Distribusi Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 56

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jiwa Kewirausahaan ... 57

Tabel 4.4 Pengujian Normalitas Masing-masing Variabel Penelitian ... 58

Tabel 4.5 Interprestasi Koefisien Korelasi Spearman ... 59

Tabel 4.6 Correlations ... 60

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 69

Lampiran 2. Data Penelitian ... 78

Lampiran 3. Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 98

Lampiran 4. Tabel r ... 105

Lampiran 5. Normalitas ... 110

Lampiran 6. Korelasi ... 112

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia pengangguran merupakan salah satu masalah yang

semakin memerlukan perhatian. SMK sampai tingkat pendidikan tinggi

meluluskan generasi siap kerja setiap tahunnya, tapi pada kenyataannya

lulusan tersebut banyak yang tidak bekerja karena minimnya lapangan

pekerjaan di Indonesia. Padahal sumber daya alam di Indonesia sangat

melimpah, namun kegiatan menciptakan lapangan pekerjan sendiri kurang.

Sedangkan Negara lain yang memiliki sumber daya alam terbatas, namun

penduduknya berhasil menciptakan dan mengembangkan lapangan

pekerjaan sendiri. Lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh penduduk

karena penduduknya memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.

Di Indonesia angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh

kelompok terdidik. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka

menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Dasar ke bawah 2,74%,

Sekolah Menengah Pertama 6,22%, Sekolah Menengah Kejuruan 12,65%,

Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32%, Diploma 7,54%, dan Sarjana

6,40%. Pengangguran terjadi karena jumlah penawaran kesempatan kerja

tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru

disegala level pendidikan, Saiman (2009: 22). Menurut data statistik, pada

bulan Februari 2016 yaitu sebanyak 7,02 juta orang dengan tingkat

pengangguran terbuka sebesar 5,5% yang dapat dibandingkan dengan tahun

(21)

sebelumnya mencapai 7,45 juta orang (5,81%) sehingga mengalami

penurunan (Badan Pusat Statistik RI, 2016).

Membuka usaha-usaha baru atau berwirausaha dapat mengatasi

masalah pengangguran. Rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia

untuk berwirausaha dewasa ini menjadi pemikiran serius bagi banyak pihak,

baik pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri, maupun masyarakat.

Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan

terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini hanya berminat

sebagai pencari kerja (job seeker) apabila kelak menyelesaikan sekolah atau

kuliah mereka. Hal ini memunculkan tantangan bagi pihak sekolah dan

perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan terdidik siap kerja.

Proses menciptakan lapangan kerja di Indonesia mencapai angka ideal

yakni 2% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data terkini dari Global

Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru

memunyai sekitar 1,65% pelaku wirausaha dari total jumlah penduduk 250

juta jiwa (kompas.com: Rabu, 30 Maret 2016 | 19:28 WIB).

Negara indonesia sebagai julukan negara dengan kekayaan alam yang

sangat melimpah, namun kegiatan mengolah sumber daya alamnya masih

kurang. Banyak sumber daya manusia terdidik menganggur karena tidak

memiliki skill dalam mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki.

Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berpendidikan tinggi, namun

lapangan pekerjaan yang tersedia semakin terbatas. Keterbatasan ini

(22)

pekerjaan seperti berwirausaha. Pemikiran harus digali dan dibangun

melalui pendidikan sejak dini. Misalnya membangun koperasi sekolah

dengan melibatkan siswa-siswi didalamnya secara bersama-sama, sehingga

secara tidak langsung jiwa kewirausahaan tersebut dapat muncul dalam diri

siswa-siswi.

Kewirausahaan dipelajari melalui proses pendidikan formal atau

informal, karena kewirausahaan tidak termasuk bakat bawaan sejak lahir.

Kewirausahaan bisa ditempuh melalui lembaga pendidikan salah satunya

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK mempunyai peluang

dalam mendidik siswanya menjadi pelaku wirausaha. Proses kewirausahaan

menuntut kemauan untuk mengambil resiko dengan penuh perhitungan

sehingga dapat mengatasi rintangan untuk mencapai kesuksesan yang

diharapkan. Pada umumnya, wirausahawan menggunakan kecerdikannya

untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terbatas. Dalam hal ini ada

beberapa faktor yang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan seperti

motivasi siswa belajar kewirausahaan, status sosial ekonomi (tingkat

pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, jenis pendidikan orang

tua, partisipasi siswa dikoperasi sekolah dll. Dari beberapa faktor tersebut

peneliti hanya memfokuskan pada status ekonomi orang tua (tingkat

pendapatan orang tua) dan partisipasi siswa dikoperasi sekolah.

Tingkat pendapatan orang tua siswa yang tinggi akan menumbuhkan

jiwa kewirausahaan dibandingkan orang tuanya yang berpendapatan rendah.

(23)

mengembangkan kecakapan berwirausaha karena ketersediaan sarana dan

prasarana. Sebaliknya siswa dimana orang tuanya yang berpendapatan

rendah siswa akan mengalami keterbatasan saranan dan prasarana.

Jiwa kewirausahaan juga dapat ditanamkan dalam pribadi siswa salah

satu tempat bagi seorang siswa untuk belajar menjadi seorang wirausahawan

dapat juga ditempuh dengan cara ikut ambil bagian dalam kepengurusan

koperasi di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa sekolah merupakan

salah satu penyelenggaraan pendidikan yang memiliki tanggungjawab

terhadap perkembangan karakter seorang anak. Peran serta atau partisipasi

siswa di koperasi sekolah sangatlah penting, dengan adanya koperasi

sekolah diharapkan siswa berperan aktif dan ikut berpartisipasi dalam

bidang usaha, bidang organisasi, dan permodalan koperasi sekolah. Siswa

memegang peranan penting dalam perkembangan koperasi sekolah, maka

dari itu perlu ditanamkan kesadaran siswa untuk berpastisipasi aktif dalam

koperasi sekolah. Melalui koperasi sekolah siswa-siswi belajar bagaimana

membangun sikap tanggung jawab, kejujuran, dan integritas yang membuat

mereka dipercaya oleh banyak orang, sikap-sikap tersebut merupakan

cerminan dari jiwa kewirausahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT

PENDAPATAN ORANG TUA DAN PARTISIPASI SISWA DI

KOPERASI SEKOLAH DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA

(24)

B. Batasan Masalah

Peneliti ini memfokuskan perhatian pada faktor yang mempengaruhi

jiwa berwirausaha pada siswa. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya jiwa kewirausahaan pada siswa, namun dalam penelitian

ini hanya akan meneliti tentang tingkat pendapatan orang tua dan partisipasi

siswa dikoperasi sekolah.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa

kewirausahaan siswa?

2. Apakah ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah

dengan jiwa kewirausahaan siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pendapatan orang tua

dengan jiwa kewirausahaan

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara partisipasi siswa di

(25)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap lembaga

pendidikan Sekolah Menengah Kejurusan agar dapat semaksimal

mungkin membekali siswa dengan ketrampilan dan kesiapan lulusannya

untuk mampu bekerja dan menciptakan lapangan pekerjaan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan keperpustakaan

yang berguna bagi mahasiswa atau pihakn yang membutuhkan.

3. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan

yang berkaitan dengan hubungan tingkat pendapatan orang tua dan

(26)

BAB II

TINJAUAN TEORETIK

A. Tingkat Pendapatan Orang Tua

1. Pengertian Tingkat Pendapatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2005), Tingkat

adalah tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan

keberadaban, dan sebagainya); pangkat; derajat; taraf; kelas. Sedangkan

Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil

kerja (usaha dsb); pencarian.

Menurut (Gilarso, 1991: 63), Pendapatan adalah segala bentuk

balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan

seseorang terhadap proses produksi.

Pendapatan dapat berupa:

a. Usaha sendiri atau wirausaha.

b. Bekerja pada orang lain.

c. Hasil dari milik.

Berdasarkan pengertian di atas, tingkat pendapatan disimpulkan

sebagai adalah tinggi rendahnya penghasilan yang dihasilkan dari suatu

usaha atau pekerjaan.

2. Pengertian Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2005), orang tua

adalah ayah, ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik, pandai ahli,

dan sebagainya); orang yang dihormati (disegani) di kampung; tetua. Jadi

(27)

orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam penghidupan

anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, biasanya disebut dengan

istilah ayah dan ibu.

Dalam penelitian ini penulis membedakan tingkat pendapatan orang tua

menjadi empat golongan, yakni:

a. Tinggi (> Rp 2.500.000)

b. Sedang (Rp 2.500.000 – Rp 1.500.000)

c. Rendah (<Rp 1.500.000)

d. Tidak berpendapatan

B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

1. Pengertian Partisipasi Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2005), Partisipasi

adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan,

peran serta, sedangkan pengertian siswa menurut (KBBI: 2005) adalah

murid (terutama pada tingkat sekolah dasar, menengah); pelajar.

2. Pengertian Koperasi

Berikut ini beberapa pengertian tentang koperasi:

a. Menurut Hatta “Bapak Koperasi Indonesia”, koperasi adalah usaha

bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan

gotong royong.

b. Menurut ILO (1966 dikutip oleh Edilius dan Sudarsono,1993),

(28)

kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk oraganisasi

perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing

memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan,

dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai

dengan usaha yang mereka lakukan.

c. Menurut Chaniago (1984), koperasi sebagai salah suatu perkumpulan

yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang

memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar,

dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk

mempertinggi kesejahteraan jasmani para anggota.

d. Menurut Dooren, tidak ada satupun definisi koperasi yang diterima

secara umum (Nasution, M. Dan M. Taufiq, 1992). Kendati demikian,

Dooren masih tetap memberikan definisi koperasi sebagai berikut.

... a cooperative union is an association of member, either personal or

corpate, which have valuntarily come togther in pursuit od a common

economic objective”. Di sini Dooren sudah memperluas pengertian

koperasi, koperasi tidak hanya kumpulan orang-orang, akan tetapi

dapat juga merupakan kumpulan dari badan-badan hukum

(corporate).

e. Menurut Munkner, definisi koperasi adalah organisasi

tolong-menolong yang menjalankan “urusniaga” secara kumpulan, yang

(29)

f. Menurut UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah

badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

kopersi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan

atas azas dan kekeluargaan.

Jadi dari pengertian di atas partisipasi siswa di koperasi sekolah

disimpulkan sebagai keikutsertaan pelajar dalam suatu kegiatan yang ada

di koperasi sekolah.

3. Koperasi Sekolah

a. Pengertian dan Tujuan Koperasi Sekolah

Koperasi Sekolah adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari

siswa-siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah

Menengah Tingkat Atas, Pondok Pesantren, dan Lembaga pendidikan

lainnya yang setaraf. Koperai sekolah merupakan bentuk koperasi

khusus, yaitu koperasi yang tidak berbadan hukum tetapi dapat

melakukan kegiatan ekonomi.

Tujuan dari koperasi sekolah antara lain untuk menunjang

pendidikan yang dilakukan di dalam kelas dengan berbagai tindakan

praktek yang berhubungan dengan kegiatan koperasi. Hasil para siswa

dalam praktek Koperasi Sekolah ini diharapkan dapat memenuuhi

kebutuhan peralatan sekolah masing-masing siswa. Siswa ditugaskan

melakukan praktek di koperasi sekolah yang bertujuan memberikan

(30)

keuntungan. Apabila praktek di koperasi tersebut dijalankan dengan

baik, maka tentu siswa akan memperoleh keuntungan atau Sisa Hasil

Usaha (SHU). Sisa Hasil Usaha atau keuntungan koperasi harus

dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai dengan sendi dasar

koperasi

Selain hal tersebut, koperasi juga bertujuan untuk menanamkan

rasa harga diri, kesamaan derajat, menumbuhkan demokrasi, dan

membangkitkan sikap berani mengemukakan pendapat. Jadi koperasi

sekolah dapat dijadikan ajang pembentukan mental yang cukup baik

bagi siswa.

b. Sendi-sendi Dasar Koperasi Sekolah

Menurut Undang-Undang No.12 Tahun 1967 tentang

Pokok-Pokok Perkoperasian Indonesia, sendi-sendi dasar koperasi sekolah

meliputi :

1) Keanggotaan koperasi termasuk koperasi sekolah sifatnya adalah

sukarela dan terbuka bagi setiap warga negara Indonesia.

2) Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi

karena mencerminkan demokrasi yang menjadikan asas dalam

koperasi. Dalam organisasi koperasi Rapat Anggota dilakukan

untuk menentukan kegiatan koperasi, maka setiap anggota berhak

mengeluarkan pendapat.

3) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) atau pembagian keuntungan

(31)

tidak mencari keuntungan tidak dikenal sebab operasinya tidak

mencari keuntungan tetapi menolong anggota.

4) Adanya pembatasan bunga atas modal. Untuk menjalankan

usahanya, koperasi memerlukan modal. Modal yang bersumber

dari anggota koperasi itu sendiri, yang berupa simpanan pokok,

simpanan wajib dan simpanan sukarela. Disamping itu, modal

koperasi bisa berasal dari SHU yang tidak dibagikan, hibah

pemerintah, pinjaman bank, dan lain-lain.

5) Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan mayarakat

pada umumnya.

6) Usaha ketatalaksanaannya terbuka. Sendi dasar ini memberikan

gambaran bahwa koperasi sebagai organisasi masyarakat milik

anggota, yang pada hakikatnya dikelola oleh anggota dan untuk

anggota.

7) Swadaya, Swakerta, Swasembada sebagai pencerminan dari prinsip

dasar percaya diri sendiri. Sendi dasar koperasi ini digali dari

keadaan masyarakat Indonesia sendiri, yang merupakan faktor

pendorong bagi setiap cipta, karya, dan karsa koperasi.

c. Keanggotaan Koperasi Sekolah

Anggota koperasi sekolah adalah murid-murid dari sekolah.

Keanggotaan koperasi sekolah ditentukan setelah ia mendaftarkan diri

(32)

pengurus koperasi. Simpanan pokok pada koperasi merupakan

persyaratan seseorang untuk menjadi anggota koperasi.

Keanggotaan seseorang pada sebuah koperasi tidak dapat

dipindahtangankan sebab keanggotaan itu melekat pada diri anggota

tersebut. Untuk memajukan usaha Koperasi Sekolah setiap anggota

harus berpartisipasi aktif. Hak-hak anggota koperasi sekolah meliputi :

1) Hak untuk menghadiri dan menyatakan pendapat atau memberikan

suara dalam Rapat Anggota.

2) Hak untuk memilih dan hak untuk dipilih menjadi anggota

Pengurus atau Badan Pemeriksaan Koperasi.

3) Hak untuk meminta diadakannya Rapat Anggota menurut

ketentuan yang diatur di dalam anggaran dasar koperasi yang

bersangkutan.

4) Mengemukakan saran-saran atau penapat kepada pengurus di luar

rapat baik diminta maupun tidak diminta. Hal ini penting demi

kemajuan koperasi yang bersangkutan.

5) Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama antara sesama

anggota.

6) Hak untuk melakukan pengawasan atas jalannya usaha Koperasi

Sekolah yang bersangkutan sesuai dengan anggaran dasar koperasi

(33)

7) Hak untuk memperoleh dan menikmati Sisa Hasil Usaha (SHU)

koperasi sesuai dengan yang telah diputuskan dalam Rapat

Anggota maupun dalam anggaran dasar.

Di samping memiliki hak, anggota koperasi juga memiliki

kewajiban dan tanggungjawab yang hendak dilakukan, sebagai

berikut:

1) Anggota koperasi wajib mengamalkan landasan, asas, dan sendi

dasar koperasi; undang-undang, peraturan, Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Koperasi; Keputusan Rapat Anggota

Koperasi.

2) Anggota koperasi wajib menghadiri dan ikut secara aktif dalam

rapat anggota dan bertanggung jawab atas apa yang diputuskan

rapat.

Dalam hal ini tanggung jawab anggota berarti bahwa apa yang

diputuskan oleh rapat harus disetujui kecuali yang bersangkutan

tidak menghadirinya.

Keanggotaan koperasi akan berakhir apabila terjadi hal-hal

sebagai berikut :

1) Murid yang bersangkutan meninggal dunia

2) Murid yang bersangkutan pindah ke sekolah sehingga ia tidak lagi

menjadi murid sekolah yang ada di Koperasi sekolahnya

3) Murid yang bersangkutan berhenti atau telah tamat sekolahnya

(34)

5) Ketentuan lain yang diatur di dalam Anggaran Dasar Koperasi

Sekolah yang bersangkutan

d. Ketatalaksanaan Koperasi Sekolah

Tata laksana adalah seluk beluk usaha yang dilakukan oleh

perusahaan koperasi agar mencapai tujuannya. Tatalaksana koperasi

mencangkup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi,

evaluasi dari pengurus koperasi yang bersangkutan. Di dalam sendi

dasar koperasi dinyatakan bahwa ketatalaksanaan koperasi bersifat

terbuka. Hal ini berarti bahwa dalam menjalankan kegiatan usaha

anggota koperasi tidak boleh tertutup dengan anggota yang ingin

mengetahui seluk-beluk usaha. Pengelolaan semacam ini merupakan

pencerminan dari koperasi sebagai organisasi yang dikelola oleh

anggota secara bersama.

Alat perlengkapan koperasi yang berfungsi menjalankan

ketatalaksanaan pada koperasi, meliputi :

1) Rapat Anggota

Rapat anggota mempunyai kekuasaan tertinggi, rapat anggota

memutuskan kebijaksanaan untuk menjalankan kegiatan usaha

koperasi. Usaha Koperasi Sekolah pada dasarnya ada dua

kelompok, yaitu bidang organisasi yang berkaitan dengan

peningkatan anggota dan bidang ekonomi yang memperjualbelikan

buku dan peralatan sekolah lainnya yang dibutuhkan siswa.

(35)

Pengurus Koperasi Sekolah berasal dari anggota dan dipilih oleh

anggotanya sendiri. Tetapi ada koperasi sekolah yang mengatur

secara khusus pengurusnya dengan tidak memilih siswa yang

duduk di kelas 3, karen memberikan kesempatan kepada mereka

mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir. Pada dasarnya

pengurus koperasi sekolah yang dipilih berasal dari kalangan

anggota sendiri, ada kemungkinan tidak dapat dilaksanakan.

Misalnya, tidak ada seorang pun siswa yang bersedia menjadi

pengurus. Maka yang menjadi pengurus yaitu guru-guru dari

sekolah.

3) Pengawas

Pengawas koperasi sekolah berfungsi untuk membantu kelancaran

tugas pengurus. Anggota pengawas diambil dari guru yang

bertugas mengawasi jalannya usaha koperasi. Pengawas koperasi

sekolah bertanggung jawab atas hidup matinya koperasi sekolah

yang bersangkutan. Pengawas berperan sebagai rantai penghubung

antara teori dan praktek koperasi sehari-hari.

4) Badan Pemeriksa

Badan pemeriksa memegang fungsi kontrol terhadap jalannya

usaha koperasi. Badan pemeriksa koperasi harus dapat

membawakan aspirasi para anggota, dan mengetahui seluk-beluk

usaha koperasi. Di samping itu, pemeriksa perlu memahami

(36)

5) Penasihat

Keanggotaan penasihat berasal dari guru dan orang tua murid yang

erat hubungannya dengan kemajuan siswa dan sekolah yang

bersangkutan. Tugas dari penasihat adalah memberikan bimbingan,

dorongan, dan memberikan penyuluhan kepada pengurus koperasi

sekolah.

6) Pelaksana

Pelaksana di koperasi sekolah sebaiknya dipegang oleh siswa

sendiri. Siswa yang bertugas sebagai pelaksana usaha dapat

memperaktikan administrasi koperasi, misalnya sebagai kasir,

pengetikan pencatat, dan melaksanakan tugas pembukuan, yaitu

sebagai juru buku serta tugas lainnya.

7) Susunan Organisasi

Susunan organisasi koperasi sekolah yang standar diberikan

dengan tujuan untuk lebih memahami uraian tentang organisasi

koperasi seperti yang telah diuraikan di atas.

e. Kegiatan Usaha Koperasi Sekolah

Kegiatan usaha koperasi sekolah mempunyai dua tujuan yaitu

untuk memperoleh keterampilan dalam praktik berusaha dan

memenuhi kebutuhan peralatan sekolah murid. Kegiatan usahanya

meliputi :

1) Kebutuhan utama murid sekolah adalah tersediannya buku-buku

(37)

2) Kebutuhan akan peralatan sekolah murid (alat-alat tulis)

3) Menyediakan seragam murid

4) Khusus koperasi Sekolah Teknik Menengah (STM) dapat

menyediakan alat-alat praktik murid

5) Menyelenggarakan kafetaria

6) Usaha simpan pinjam untuk menghadapi masa depan

7) Menjual kebutuhan sehari-hari para siswa

Hal-hal yang diuraikan di atas pada dasarnya adalah kegiatan

koperasi sekolah yang hanya menjalankan satu fungsi ekonomi yaitu

melakukan pembelian secara bersama dan berhubungan perkreditan

simpan pinjam.

f. Permodalan Koperasi Sekolah

Modal koperasi sekolah berasal dari anggota, dan berasal dari

luar anggota. Modal koperasi diperlukan untuk memulai usaha

ekonominya. Pada koperasi sekolah modal dapat bersumber dari

berbagai sumber, seperti :

1) Simpanan pokok. Simpanan pokok merupakan sumber utama

modal koperasi sekolah. Simpanan pokok adalah sejumlah

simpanan anggota yang diserahkan kepada koperasi pada waktu

anggota pertama kali masuk menjadi anggota. Pembayaran

simpanan pokok dapat dicicil dan tidak dapat ditarik kembali,

(38)

2) Simpanan wajib. Simpanan wajib yaitu sumber yang dilandasi oleh

kesadaran anggota untuk ikut serta memupuk modal koperasi.

Simpanan wajib adalah sejumlah uang simpanan yang dikaitkan

langsung dengan kegiatan usaha koperasi. Simpanan wajib koperasi

dapat diminta kembali oleh anggota.

3) Simpanan sukarela. Simpanan sukarela yaitu sumber modal yang

dipergunakan khusus pada waktu koperasi akan membuka proyek.

Simpanan sukarela pada koperasi dapat dilakukan oleh anggota dan

oleh non anggota. Ada yang menamakan simpanan sukarela

sebagai simpanan manasuka.

4) Pinjaman dari bank, sumber modal ini dapat digali atau diusahakan

oleh koperasi sekolah khususnya yang berbadan hukum.

5) Hibah yang diperoleh dari sekolah sendiri atau dari pemerintah.

Hibah digunakan untuk modal kerja dan pembelian barang

investasi.

6) Pinjaman dari pihak ketiga. Tidak jarang para guru dan POM

(Persatuan Orang Tua Murid) yang menaruh simpati pada koperasi

sekolah, sehingga ada di antara mereka yang memberikan pinjaman

kepada koperasi sekolah untuk dipergunakan sebagai modal

(39)

C. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian kewirausahaan

Istilah kewirausahaan berasal dari kata entrepreneurship. Kata entrepreneurship berasal dari bahasa prancis yaitu „entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan

pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin populer

setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk

menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber

daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih

tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Rambat Lupiyoadi, 2004;1).

Menurut Coulter (dalam Sundaya, 2010: 12), kewirausahaan adalah

proses pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang

berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan

pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif. Menurut

Suryana (2003; 1), kewirausahaan adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

peluang.

Menurut Hisrich-Peters (1998; 10), kewirausahaan diartikan

(40)

independence”. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang

lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko

serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan seseorang disebut kuat bila memiliki: percaya

diri, inisiatif, disiplin dan kreatifitas yang kuat pula. Percaya diri menjadi

tetap kuat bahkan berkembang apabila aktifitas seseorang jarang

mengalaman kegagala, jika aktifitas seseorang pernah mengalami

kegagalanal maka kegagalan itu dipandang sebagai guru yang terbaik.

Inisiatif diperkuat dengan mengingat pepatah yang ada di masyarakat

yang bersifat mendorong bersikap kreatif, meniru teladan dan berdisiplin

untuk berinisiatif. Kedisiplinan dapat terbentuk tanpa merasa terpaksa.

Menurut Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6), terdapat enam

karakteristik kewirausahaan, yaitu:

a. Percaya diri dan optimis

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

c. Berani mengambil resiko

d. Kepemimpinan

e. Keorisinalitasan

f. Berani mengambil resiko

Menurut M.Scarborough dan Thomas W.Zimmberer (1993:6-7),

terdapat delapan karakteristik kewirausahaan meliputi hal-hal sebagai

(41)

a. Rasa tanggung jawab (desire for responsibility), yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukanya. Seseorang yang

memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen dan wawas

diri.

b. Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko,

baik yang terlalu rendah maupun tinggi.

c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confindence in their ability to sucess), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.

d. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera, ingin

cepat berhasil.

e. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa

depan yang lebih baik.

f. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.

g. Memiliki ketrampilan berorganisasi (skill at organizing), yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasi sumber daya untuk

menciptkan nilai tambah.

(42)

Karakteristik jiwa kepemimpinan wirausaha, meliputi:

a. Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan suatu panduan sikap dan keyakinan

seseorang dalam menghadapi tugas pekerjaan (Soersarsono Wijandi,

1998:33). Dalam praktik, sikap, dan kepercayaan ini merupakan sikap

dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas

atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, orang yang memiliki

kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan

untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996:7).

Kepercayaan diri baik langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi sikap mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif,

kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, semangat

berkarya, dan sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat

kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan pengetahuan

ketrampilan dan kewasapadaannya (Soesarsono Wijandi, 1988: 37).

Kepercayaan diri merupakan landasan untuk meningkatkan karsa dan

karya seseorang. Sebaliknya, setiap karya yang dihasilkan akan

menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri. Kreativitas,

inidiatif, kegairahan kerja, dan ketekunan akan banyak mendorong

seseorang untuk mencapai karya yang memberikan kepuasan batin,

yang kemudian akan mempertebal kepercayaan diri.

Orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki

(43)

mengawasi, dan meraih kesuksesan (Soeparman Soemahamidjaja,

1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami

diri sendiri. Oleh sebab itu, wirausahaan yang sukses adalah

kewirausahaan yang mandiri dan percaya diri (Yuyun Wirasasmita,

1994: 2). Kepercayaan diri tersebut tentu saja berpengaruh pada

gagasan, karsa, inisiatif, kreativita, keberanian, ketekunan, semangat

kerja keras, dan kegairahan berkarya.

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah

orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi,

berorientasi pada keberhasilan, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja

keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.

Berinisiatis artinya selalu ingin mencari dan memulai. Orang yang

memiliki kepercayaan diri tidak mudah menyerah tehadap kegagalan

dan tidak pernah puas akan keberhasilan yang diraihnya saat ini.

Untuk memulai diperlakukan adanya niat dan tekad yang kuat serta

karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses

berikutnya akan menyusul sehingga usahanya semakin maju dan

berkembang.

Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila

terhadap inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui

pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun, dan

(44)

tanggap, dan semangat berprestasi. Berinisiatif adalah keinginan untuk

selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat.

c. Keberanian menghadapi risiko

Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan

perhitungan matang dan optimisme yang dimiliki harus disesuaikan

dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian

menghadapi risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi

oleh kepercayaan diri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang

tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan

masalahnya sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. kepercayaan

diri muncul apabila kita memiliki kemauan dan kemampuan.

Kemauan dan kemampuan untuk menghadapi risiko merupakan

salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausahawan yang

tidak mau menghadapi risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.

Menurut Bajaro (1994), seseorang wirausahawan yang berani

menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan

menenangkan dengan cara yang baik (Wirasasmita, 1994: 2).

Wirausaha akan lebih menyukai resiko yang seimbang (moderat).

Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai

kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan

perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila

berhasil dalam melaksanakan tugas – tugasnya secara realistik. Situasi

(45)

didapat dari masing – masing situasi. Hal ini berarti, wirausaha

menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G

Meredith, 1996: 37). Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan

oleh:

1) Keyakinan pada diri sendiri

2) Kesediaana untuk menggunakan kemampuan dalam mencari

peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan

3) Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis

d. Berorientasi ke masa depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang

memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki

pandangan yang jauh ke masa depan, ia selalu berusaha, berkarsa, dan

berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda dengan yang ada saat ini. Meskipun terhadap

risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan

tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang sudah

jauh ke depan membuat wirausahawan tidak cepat puas dengan karsa

dan karya yang sudah ada. Oleh sebab itu, wirausaha selalu mencari

peluang. Berorientasi ke masa depan adalah prespektif, selalu mencari

peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan dan pandangan pada

(46)

e. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang ke arah tercapainya

suatu tujuan organisasi yang telah disepakati bersama sebelumnya.

Menurut P. Robbins (2001), seseorang pemimpin harus menguasai

teori karakter kepemimpinan, yaitu teori-teori yang berkaitan dengan

(1) mencari karakter kepribadian, (2) sosial, (3) fisik atau intelektual

yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.

Faktor-faktor yang harus dimiliki seseorang pemimpin antara lain

sebagai berikut:

1) Kepemimpinan melibatkan orang lain/bawahan

Seseorang pemimpin harus dapat merangkul dan menghargai

seluruh bawahannya.

2) Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan

Pendelegasian kekuasaan atau distribusi kekuasaan dari pimpinan

kepada anak buah sesuai dengan tingkatannya sangat mutlak

diperlukan jika seseorang pemimpin ingin menjalankan fungsinya

dengan efektif dan efisien.

3) Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka

mengarahkan bawahanya

Penanaman pengaruh dari pemimpin kepada anak buah akan

tercapai apabila seorang pemimpin mampu memberikan

(47)

Wirausahawan yang memiliki kemampuan kepemimpinan akan

memiliki sifat-sifat:

1) Kepeloporan

2) Keteladanan

3) Tampil beda

4) Mampu berfikir divergen dan konvergen

f. Kreativitas dan inovasi

Menurut Hubeis (2005: 13) menyatakan bahwa kreativitas

adalah suatu pertimbangan subjektif dan berkonteks khusus mengenai

segala sesuatu yang baru serta merupakan hasil dari perilaku secara

individu maupun kolektif. Kreativitas adalah kemampuan untuk

berfikir yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi adalah kemampuan

untuk bertindak baru dan berbeda. Nilai inovatif, kreatif, dan

fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinalitas seseorang.

Wirausahan yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan

cara-cara yang lebih baik (Wirasasmita, 1994: 7), dengan ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,

meskipun cara tersebut cukup baik.

2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaanya.

(48)

D. Kerangka Berfikir

1. Hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh

sebagai imbalan atau balas jasa sumbangan seseorang terhadap proses

produksi (Gilarso, 1991: 63).

Setiap orang tua siswa memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda

ada yang memiliki pendapatan yang tergolong tidak berpendapatan,

rendah, sedang dan tergolong tinggi. Dalam hal ini semakin tinggi

pendapatan orang tua akan mendorong siswa dalam memperoleh

kesempatan untuk membuka usaha pribadi. Orang tua yang memiliki

pendapatan rendah cenderung kurang mampu untuk memberikan modal

kepada anaknya jika akan membuka usaha baru atau berwirausaha,

demikian pula sebaliknya. Penelitian memfokuskan pada hubungan

tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

2. Hubungan partisipasi siswa dikoperasi sekolah dengan jiwa

kewirausahaan.

Partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

keikutsertaan, peran serta. Partisipasi siswa di koperasi sekolah dapat

terlihat dalam keterlibatannya sebagai anggota pengurus di koperasi

sekolah, keterlibatannya dalam mengadiri rapat anggota, keterlibatannya

dalam pengambilan keputusan, keterlibatannya dalam mengawasi

jalannya organisasi dan usaha koperasi, kontribusinya dalam menjual

(49)

menghitung keuntungan yang diperoleh selama penjualan, dan lain

sebagainya. Pastisipasi siswa dalam koperasi sekolah akan membentuk

kebiasaan diri yang positif dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan,

karena dalam koperasi siswa sudah mulai dilatih dalam mengembangkan

dirinya dalam mengelola suatu usaha yang berguna dan bermanfaat bagi

dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Penelitian ini memfokuskan pada

hubungan partisipasi siswa dikoperasisekolah dengan jiwa

kewirausahaan.

E. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1. Paradigma Penelitian

Jiwa Kewirausahaan

(Y)

Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

(X2)

Tingkat Pendapatan Orang Tua

(50)

F. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan

masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini

merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap pernyataan

yang diajukan dalam rumusan masalah. Oleh karena itu, hipotesis ini harus

di uji atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir di atas

melalui pengumpulan data dan analisa data. Berdasarkan permasalahan dan

kerangka teoritik yang disajikan dalam penelitian, maka perumusan

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis I

Tidak ada hubunganantara tingkat pendapatan orang tua dengan

jiwa kewirausahaan.

Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan jiwa

kewirausahaan.

2. Hipotesis 2

Tidak ada hubungan antara partisipasi siswa dikoperasi sekolah

dengan jiwa kewirausahaan.

Ada hubungan antara partisipasi siswa dikoperasi sekolah dengan

(51)

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

korelasional. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan

tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dari

tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan antara

dua variabel atau lebih dan tingkat variabel ini dikatakan penting, karena

dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat

mengembangkan penelitian sesuai dengan tujuan peneliti. Menurut Gay

(1982) penelitian korelasi merupakan salah satu bagaian penelitian ex-post facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan

variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Penelitian korelasi

mempunyai tiga karakteristik, yaitu:

1. Penelitian korelasi tepat, jika variabel komplek dan peneliti tidak

mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam

penelitian eksperimen.

2. Memungkinkan variabel diukur secara insentif dalam setting(lingkungan) nyata.

3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

(52)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean

dan SMK N 2 Godean. Seperti yang tersaji pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Data Sekolah yang digunakan untuk penelitian

Sekolah Alamat

SMK N 1 Depok Jl. Ring Road Utara, Maguwoharjo, Kec Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55282

SMK N 1 Godean Desa Kowanan, Kel. Sidoagung, Kec. Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55564

SMK N 2 Godean Jl. Jae Sumantoro, Sidoagung, Godean , Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55264

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 - Maret 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 1 Depok, SMK

N 1 Godean dan SMK N 2 Godean.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah tingkat

pendapatan orang tua dan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan

(53)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian, atau

disebut juga universe (Ali, 1985:54). Menurut Nawawi (2000: 4), populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang

terjadi sebagai sumber. Populasi juga merupakan keseluruhan subyek

penelitian (Arikunto, 2003: 108). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah seluruh siswa-siswi SMK Negeri se-Sleman. Tabel 3.2

membuat data populasi siswa-siswi SMK Negeri Se-Sleman.

Tabel 3.2

Data Sekolah dan Jumlah Siswa yang menjadi Populasi

Nama Sekolah Jumlah Siswa SMK N 1 Kalasan 1073 SMK N 1 Tempel 851 SMK N 1 Godean 947 SMK N 1 Depok 848 SMK N 2 Godean 624 SMK N 1 Sayegan 1216 SMK N 2 Depok 2073 SMK N 1 Cangkringan 923

Jumlah 8555

2. Sampel

Sampel dapat diartikan sebagaian atau wakil populasi yang diteliti.

Arikunto (1996: 117). Menurut Ali (1985:54), sampel penelitian adalah

yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap

mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan

(54)

kecil yang diamati (Furchan,2005:193). Sampel dalam penelitian ini

ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Issa &

Michael, 2012:40) sebagai berikut:

Keterangan:

S = jumlah sampel N = jumlah populasi

D = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d umumnya di ambil 0,05.

= Nilai tabel chisquare untuk satu derajat kebebasan relatif level konviden yang diinginkan 3,841 tingkat kepercayaan 0,95.

(55)

Tabel 3.3 memuat data sampel siswa-siswi di SMK N 1 Depok, SMK N

1 Godean dan SMK N 2 Godean:

Tabel 3.3

Data Sekolah SMK N yang diambil untuk Data Penelitian adalah kelas XI

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 387 siswa akan tetapi peneliti

hanya mengambil 368 siswa sesuai dengan hasil perhitungan sampel

menggunakan formula empiris yang dikemukakan oleh Issac dan

Michael (2012: 40).

3. Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan teknik

sampling bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling adalah sampling yang digunakan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya, (Arikunto, 2013: 97). Peneliti

menggunakan sampel di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK

N 2 Godean karena di sekolah tersebut memiliki koperasi sekolah.

Responden peneliti adalah siswa kelas XI alasan mereka sudah

(56)

pengalaman yang lebih dalam berpartisipasi di koperasi sekolah serta

mereka lebih dipersiapkan untuk berwirausaha.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Varibel Penelitian

Menurut Suwarno (2005: 21-2), variabel adalah karateristik yang

dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan

bermacam-macam nilai atau beberapa kategori. Menurut Muhadi (2011: 21),

variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah

mengemukakan beberapa proporsi berdasarkan konsep dan teori tertentu,

peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya

merumuskan hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel. Di samping

berfungsi sebagai pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel

pokok yaitu Variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent variable).

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Tingkat Pendapatan Orang Tua (X1), dan

(57)

b. Varibel terikat (Dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari

penelitian ini adalah jiwa kewirausahaan Y1.

2. Pengukuran Variabel

Dalam pengukuran variabel, peneliti menggunakan Skala Likert.

Menurut Sugiyono (2014:168), Skala Likert adalah skala yangdigunakan

untuk mengukur sikap, pendapatan dan presepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.

a. Variabel Tingkat Pendapatan orang tua

Tingkat pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang

tua dari hasil kerja ataupun usaha sendiri. Untuk mengukur tingkat

pendapatan orang tua dilakukan berdasarkan upah minimum di

yogyakarta tahun 2017 (www.gajiumr.com/daftar gaji-umr-yogyakarta

2017). Dalam penelitian ini, pendapatan diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Tidak berpendapatan Rp 0

2) Pendapatan rendah, yaitu pendapatan < Rp 1.500.000,00

3) Pendapatan sedang, yaitu pendapatan Rp 1.500.000,00-Rp

2.500.000,00

(58)

Tabel 3.4 penentuan penskoran variabel Tingkat Pendapatan Orang

Tua.

Tabel 3.4

Pengukuran Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua

Tingkat pendapatan orang tua Skor

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

b. Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah yang terdiri dari

partisipasi dalam keanggotaan koperasi dan partisipasi dalam

keterlibatan aktif siswa di koperasi sekolah. Penentuan skor opsi

jawaban variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah tampak pada

Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Pengukuran Variabel Partisipasi siswa di Koperasi Sekolah

Pilihan Ganda Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

c. Variabel jiwa kewirausahaan yang terdiri dari percaya diri,

berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko,

kepemimpinan, kerja keras, dan kreativitas dan inovasi. Penentuan

skor opsi jawaban variabel jiwa kewirausahaan tampak pada Tabel

(59)

Tabel 3.6

Pengukuran Variabel Jiwa Kewirausahaan

Pilihan Ganda Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2014: 142), kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Menurut Arikunto (2013: 102), Angket atau kuesioner adalah

sekumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada

seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab

juga dilakukan dengan cara tertulis. Menurut cara memberikan respons,

angket/kuesioner dibedakan menjadi dua yaitu angket/ kuesioner terbuka

dan tertutup.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan

angket/kuesioner tertutup dan bersifat langsung karena responden tinggal

memilih jawaban yang dianggap sesuai dengan pendapatnya. Di samping

itu, angket juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat

pendapatan orang tua, partisipasi siswa di koperasi, dan jiwa

kewirausaan. Angket yang diberikan kepada responden berupa daftar

(60)

jawaban pada lembar yang disediakan dengan memberi tanda silang (x)

lembar jawab.

2. Penyusunan Kuesioner

Agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat

memberikan gambaran mengenai jiwa kewirausahaan di sekolah

menengah atas se-Sleman, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi

penyusunan kuesioner. Penyusunan kisi-kisi dilakukan agar kuesioner

memiliki validitas konstruk dan validitas isi yang baik. Kisi-kisi

kuesioner tampak pada Tabel 3.7, 3.8, dan 3.9.

(61)

Tabel 3.9

Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan

Indikator Kisi-kisi Item

Percaya diri dikembangkan dengan unsur –unsur percaya diri

 Keberanian

 Perasaan

 Tegung pendirian

1, 2, 14

Berorientasi pada tugas dan hasil Tanggung jawab 3, 4, 7

Pengambilan resiko Keputusan 5, 15

Kepemimpinan Kreativitas dan inovasi  Informasi

 Diterima

Menurut Arikunto (1998: 160), validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkar kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Arikunto (1995: 219) juga mengemukakan, bahwa secara mendasar,

validitas adalah keadaan mengambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen

yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang

kurang valid memiliki validitas rendah. Rumus yang digunakan untuk

menguji validitas kuesioner adalah Pearson/Product Moment, yaitu:

(62)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

= skor butir soal

= jumlah skor total tiap soal

N = jumlah responden

Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan

program komputer SPSS versi 17.0 for Windows. Instrumen dinyatakan valid apabila nilai korelasi (person corellation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [ sig. (2-tailed)]  taraf signifikan () sebesar 0,05.

Pelaksanaan analisis uji validitas ini dilakukan kepada siswa-siswi kelas

XI di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean, dan SMK N 2 Godean dengan

jumlah responden 368 dengan dk = n2. Dengan derajat kebebasan

sebesar 366 (dk = 3682) dan taraf signifikan 5%, menunjukan nilai r

tabel sebesar 0,1031.

Jika koefisien rtabel > rhitung maka butir kuesioner dikatakan valid, begitu juga sebaliknya. Hasil pengujian validitas untuk instrumen

penelitian adalah sebagai berikut.

a. Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi

Sekolah

Ada sebelas (11) butir soal yang diujikan pada pengujian ini. Tabel

3.10 menunjukan rangkuman uji validitas partisipasi siswa di

(63)

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

No. Butir rhitung rtabel Keterangan 1 1 0,596 0,1031 Valid 2 2 0,699 0,1031 Valid 3 3 0,501 0,1031 Valid 4 4 0,539 0,1031 Valid 5 5 0,603 0,1031 Valid 6 6 0,474 0,1031 Valid 7 7 0,531 0,1031 Valid 8 8 0,260 0,1031 Valid 9 9 0,435 0,1031 Valid 10 10 0,529 0,1031 Valid 11 11 0,325 0,1031 Valid

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, semua item-item dalam variabel

partisipasi siswa di koperasi sekolah dinyatakan valid.

b. Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan

Ada lima belas (15) butir soal yang diujikan pada pengujian ini. Tabel

3.11 menunjukan rangkuman uji validitas variabel jiwa

(64)

Tabel 3.11

Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan

No. Butir rhitung rtabel Keterangan 1 1 0,357 0,1031 Valid 2 2 0,258 0,1031 Valid 3 3 0,514 0,1031 Valid 4 4 0,451 0,1031 Valid 5 5 0,378 0,1031 Valid 6 6 0,454 0,1031 Valid 7 7 0,469 0,1031 Valid 8 8 0,363 0,1031 Valid 9 9 0,320 0,1031 Valid 10 10 0,516 0,1031 Valid 11 11 0,337 0,1031 Valid 12 12 0,390 0,1031 Valid 13 13 0,372 0,1031 Valid 14 14 0,437 0,1031 Valid 15 15 0,304 0,1031 Valid

Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, semua item-item dalam variabel jiwa

kewirausahaan dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen adalah suatu alat yang memberikan hasil

yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama

(relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama

meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan

tempat yang berbeda. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat

ukur yang reliabel.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan

Gambar

Tabel 4.5 Interprestasi  Koefisien Korelasi Spearman ....................................
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Data Sekolah yang digunakan untuk penelitian
Tabel 3.2 Data Sekolah dan Jumlah Siswa yang menjadi Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(1) Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian merupakan daftar yang berisi jenis arsip kegiatan pokok dan kegiatan pendukung Non Keuangan

Alloy Mas Oilfield Services dilakukan untuk setiap jenis koneksi yang dihasilkan.Sehingga biaya-biaya yang diperhitungkan merupakan biaya-biaya yang terjadi pada

Dengan demikian skala adalah perbandingan antara jarak pada peta (gambar ) dengan jarak yang sebenarnya.. Foto dan

tdarg}uya na\ih bedaulal d dialui oleh pmenn1dh Indonesia. kesuhanan r)eli Serdeg di SlmteE Uiam.. 23).. Ml\yaoldl MiMgkabau meniliki sisten ie^endni ddm

Maka dapat penulis simpulkan bahwa, Sekaten adalah sebuah upacara keagamaan tradisi keraton Yogyakarta yang dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut dari tanggal 6 hingga

RSUD Penyediaan Pengadaan Almari JB: Modal 2 paket Rp..

[r]