Matematis Siswa Di Sekolah Dasar
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota
Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
oleh
Miftha Indasari
NIM 1200970
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA
MIFTHA INDASARI
PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN
PEMAHAMAN, PEMECAHAN MASALAH, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA DI SEKOLAH DASAR
(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Prof. Dr.H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP 195802011984031001
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed. NIP. 19621011 199101 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Strategi REACT
terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)” beserta seluruh isinya adalah benar -benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, November 2014
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
PERNYATAAN ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Permasalahan ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.4Manfaat Penelitian ... 8
1.5Definisi Operasional Variabel ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1 Kemampuan Pemahaman Matematis ... 10
2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 12
2.3 Disposisi Matematis ... 24
2.4 Strategi REACT ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Metode Penelitian ... 38
3.2 Subjek Penelitian ... 39
3.3 Analisis Data ... 40
3.4 Teknik Pengolahan Data ... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
B. Pembahasan ... 130
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 163
A. Kesimpulan ... 151
B. Implikasi ... 153
C. Saran ... 154
DAFTAR PUSTAKA ... 155
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Tahun Ajaran 2014-2015).
Miftha Indasari 1200970
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi ketika siswa kelas 4 SD yang diberikan soal-soal non rutin materi kelas 3 menunjukkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis yang masih kurang baik. Serta penanaman disposisi matematis pada siswa belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Salah satu strategi yang direkomendasikan peneliti sebelumnya ialah strategi REACT. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi
eksperimen dengan menggunakan desain “Nonequivalent Control Group Design”.
Sampel dalam penelitian ini ialah siswa kelas III terdiri dari dua kelas yang masing-masing dijadikan sebagai kelas eksperimen dengan diberikan perlakukan strategi REACT dan kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional (biasa). Siswa pada masing-masing kelas dibagi menjadi tiga kelompok KAM, yakni tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ialah soal tes kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah dalam bentuk uraian, skala sikap untuk disposisi matematis, lembar observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah melalui penggunaan strategi REACT sama dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari keseluruhan siswa dan KAM, kecuali kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari keseluruhan siswa. Sedangkan peningkatan disposisi matematis pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol ditinjau dari keseluruhan siswa maupun KAM. Kesimpulan lain yang didapat ialah bahwa terdapat interaksi antara strategi REACT dan dan KAM terhadap kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan disposisi matematis. Dan juga terdapat hubungan antara kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa.Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti menyarankan agar lebih didalami disposisi matematis siswa dengan menggunakan strategi REACT.
Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD Kota Bandung
Tahun Ajaran 2014-2015).
Miftha Indasari 1200970
ABSTRAK
This research has reasons to do that the facts reports the students at 4th level who were given the undaily test show the understanding and problem solving ability has not given satisfied result. And its also happen in mathematical disposition. One of the strategy which is recommended by the earlier researcher is REACT. This research use quasi
experimental with “Nonequivalent Control Group Design”. The subject of research is the student at 3rd level class which consist of two class and also divided by three abilities level of math, such as high, middle, and low. The instrument used test and non test (scale attitude, observation, and interviuw). The result showed that: a) REACT class had same result with convensional class in understanding, problem solving ability, and matematical disposition for all of class and 3 abilities level, except in problem solving ability for all of class the REACT class is better than convensional class; b) there were no interactions between learnng approach and abilities level in in understanding, problem solving ability, and matematical dispotition; c) there were a correlation among in understanding, problem solving ability, and matematical dispotition. Based on the result above, the researcher suggested that to make e deeper research for mathematical disposition with REACT strategy.
presents findings from a post-test quasi experimentasl
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai manusia.
Bagaimana tidak, setiap kehidupan manusia berhubungan langsung dengan
matematika. Di era komunikasi dan teknologi ini, peningkatan pemahaman
matematika berbanding lurus dengan kemajuan iptek. Keadaan demikian
menuntut siswa di sekolah harus bersiap diri menghadapi tantangan globalisasi
dengan mempersiapkan pengetahuan yang masimal. Minimnya kemampuan siswa
akan konsep matematika sebagai akibat dari pembelajaran matematika yang hanya
secara abstrak dan menghapal rumus-rumus tanpa mengetahui kegunaan dari
mempelajari matematika tersebut. Padahal jika kita menelisik ke belakang, sejak
zaman dahulu orang-orang telah menggunakan ilmu berhitung dalam matematika
untuk kehidupan sehari-sehari. Kegiatan manusia melibatkan pengetahuan
matematika baik yang sederhana yang bersifat rutin maupun kompleks. Misalnya
untuk orang Islam dalam perhitungan haul dan nishab zakat serta pembagian
warisan menggunakan konsep matematika. Bahkan untuk hal sederhana hingga
kompleks pun dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan konsep
matematika seperti dalam kegiatan belanja, perhitungan sensus penduduk,
perancangan bangunan/gedung, waktu, dan lain sebagainya. Maka, kegiatan
pembelajaran haruslah dikorelasikan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa
akan merasa bahwa belajar matematika sangat bermanfaat bagi kehidupan
mereka. Hans Freudhenthal (Wijaya, 2012, hlm. 20) mengatakan bahwa
“Mathematics is a human activity”. Hal ini berkenaan dengan bagaimana seseorang menyikapi matematika bukan hanya sebagai ilmu abstrak melainkan
ilmu yang dapat dituangkan ke dalam berbagai aktivitas manusia dan ini haruslah
Anak-anak di usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang
alam di sekitarnya. Mereka mempunyai karakteristik untuk belajar secara induktif
di mana mereka lebih menyukai situasi pembelajaran yang menghubungkannya
dengan kehidupannya sehari-hari. Anak-anak di usia sekolah dasar pembelajaran
secara hands on karena akan memberikan pengalaman belajar yang akan
tersimpan dalam long term memory mereka sehingga konsep materi pelajaran
yang diajarkan akan mudah dipahami siswa. Guru akan lebih baik dalam mengajar
jika mereka menikmati dalam mengajarkan matematika. Guru dapat
memanfaatkan benda-benda di sekitar lingkungan siswa untuk dijadikan
pembelajaran atau dikenal dengan istilah alam takambang menjadi media
pembelajaran. Lingkungan pembelajaran tersebut bisa berupa kelas, lapangan
sekolah, jalan setapak, danau, dan lain-lain. Melalui aktivitas seperti mengukur
berat dan pengukuran lainnya, memanipulasi media, melipat kertas, dan
melakukan beberapa observasi yang terkait dengan situasi matematika yang nyata
dengan lingkungan siswa menjadi pengarah untuk merasakan dan merumuskan
kesimpulan. Maka diharapkan beberapa kegiatan pengalaman tersebut akan
membangun sensitivitas siswa bahwa matematika adalah cara berpikir dan
berhadapan dengan aspek tertentu di kehidupan mereka. Proses belajar siswa akan
terjadi ketika pengetahuan yang sedang dipelajari bermakna bagi siswa
(Freudenthal dalam wijaya, 2012, hlm. 20).
Dalam KTSP 2006 dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika pada
tingkat Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Diknas, 2006, hlm. 148)
Empat kompetensi pertama di atas termasuk ke ranah kognitif, sedangkan
kompetensi kelima termasuk ranah afektif. Untuk mencapai kelima kompetensi
tersebut, siswa diharapkan dapat menguasai konsep dasar matematika dengan
benar sekaligus dapat menyikapi mata pelajaran matematika dengan baik sehingga
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari
matematika di jenjang selanjutnya. Sementara itu, masih banyak keluhan terhadap
kualitas pencapaian pendidikan khususnya untuk mata pelajaran Matematika.
Laporan Bappenas menyebutkan pada tahun 2007 hasil TIMSS (Trends in
Mathematics and ScienceStudy) tahun 2007 melaporkan bahwa: (1) capaian siswa
Indonesia masih jauh dibawah rata-rata skor internasional dan menempati urutan
terbawah diantara negara-negara Asia Tenggara peserta TIMSS. (2) Demikian
pula hasil studi yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student
Assessment) melaporkan hal yang serupa. Ditingkat nasional skor ujian nasional
mata ujian juga masih jauh dari memuaskan. Rendahnya kualitas hasil belajar
matematika tersebut tidak lepas dari masih rendahnya kualitas capaian pada
jenjang pendidikan dasar (Sukmana dkk, 2012, hlm. 21).
Menurut An, Kulm dan Wu (Mulyana, 2009, hlm. 5) menyatakan bahwa ada
dua pandangan dalam pembelajaran matematika, yakni learning as knowing dan
learning as understanding. Ketika siswa hanya menerima informasi yang
disampaikan oleh guru dan tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
konsep dasarnya, maka pembelajaran tersebut bersifat learning as knowing saja
dan hal ini tidak akan bermakna pada kegiatan pembelajaran siswa. Akibatnya,
siswa hanya akan menghafal rumus dan tidak bisa mengaitkan antar konsep yang
saling berkaitan. Sedangkan suatu pembelajaran dikatakan learning as
understanding jika suatu konsep matematika tersebut tidaklah cukup sebelum
konsep tersebut terinternalisasi dan terkait dengan pengetahuan yang telah
learning as understanding, yaitu: (1) membangun pengetahuan berdasarkan
gagasan matematika; (ii) memperhatikan dan meluruskan miskonsepsi siswa; (iii)
melibatkan siswa secara aktif mempelajari matematika; dan (iv) memperkaya cara
berpikir matematika siswa.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal non rutin yang diberikan
penulis menggambarkan siswa belum terlatih untuk berpikir secara mendalam
dalam menyelesaikan masalah. Siswa masih sering diberikan soal-soal rutin dan
disuguhi metode pembelajaran yang konvensional dan terpusat pada guru
sehingga siswa terkesan hanya menghafal konsep matematika secara prosedural
bukan secara pemahaman. Hal ini menurut pengakuan guru disebabkan karena
tuntutan untuk menuntaskan pencapaian indikator belajar yang sudah dirancang
guru. Begitu juga dengan sikap siswa terhadap matematika juga dipengaruhi
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sikap yang merupakan
kecenderungan siswa dalam menyikapi pembelajaran matematika menjadi tolak
ukur siswa apakah ia akan menyukai pembelajaran matematika ataukah tidak.
Setelah penulis melakukan wawancara ke beberapa siswa sekolah dasar dari
berbagai sekolah dan kelas yang berbeda, siswa cenderung untuk tidak
menempatkan matematika sebagai mata pelajaran yang siswa sukai pada urutan
pertama. Hal ini juga terlihat dari reaksi siswa tatkala penulis mewawancarai
siswa mengenai pembelajaran matematika yang cenderung menunjukkan ekspresi
tidak bersemangat dalam menjawab pertanyaan seputar pembelajaran matematika.
Model penyajian materi dalam pembelajaran matematika juga sangatlah
menarik untuk dikaji, karena berdasarkan hasil pengamatan peneliti di berbagai
sekolah penyajian materi matematika masih bersifat informatif, pemberian
soal-soal rutin dengan cara penyelesaian yang konvensional sehingga kurang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Menurut Ruseffendi
(Suhena, 2009, hlm. 3) di kelas guru aktif sendiri sedangkan siswa pasif.
Pembelajaran matematika secara konvensional lebih menekankan pada kegiatan
menghafal langkah-langkah penyelesaian soal-soal rutin yang sudah baku,
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
membuat siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami tanpa penalaran,
serta menekankan pada hafalan dan latihan semata sehingga tidak ada
kebermaknaan ketika belajar matematika. Akibatnya siswa menjadi cenderung
kesulitan ketika diberikan soal-soal yang berntuk masalah non rutin. Hal ini
peneliti coba ujikan ke beberapa siswa kelas 4 dengan memberikan beberapa soal
kelas 3 yang telah mereka pelajari sebelumnya berbentuk pemecahan masalah non
rutin. Siswa mengalami kesulitan dalam menemukan cara dalam
menyelesaikannya diakibatkan karena sudah terbiasa mengerjakan soal secara
sistematis dan terstruktur dalam menjawabnya. Terlihat bahwa sistem belajar
secara konvensional tidaklah mengembangkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah soal-soal non rutin.
Dengan demikian, untuk menyelesaikan persoalan di atas diperlukan
pembaharuan dalam penyajian materi matematika di sekolah, yakni dengan
memberikan lebih banyak latihan-latihan soal non rutin secara kontinu, serta
perubahan cara penyajian materi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Penggunaan metode yang tepat, yakni terpusat pada siswa diyakini dapat lebih
meningkatkan kualitas hasil dan kemampuan belajar siswa. Penyajian yang
dilakukan secara kontekstual dan student centered akan mengubah sistem
pemberian informasi dari guru kepada siswa menjadi siswa yang mengonstruksi
sendiri pengetahuannya dengan bimbingan dan dorongan dari guru.
Berdasarkan hasil penelitian Marthen (2009, hlm. 118), Suhena (2009, hlm.
205), serta Crawford (dalam Suhena, 2009, hlm. 205) mengungkapkan bahwa
strategi REACT merupakan salah satu strategi yang relevan dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal non rutin
dengan pendekatan kontekstual. REACT merupakan singkatan dari Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Adapun pengertiannya
masing-masing ialah: Relating adalah guru memulai pembelajaran dengan
mengaitkan antara konsep prasyarat yang telah diketahui siswa sebelumnya
dengan konsep materi yang akan dipelajari. Experiencing, adalah kegiatan doing
math yang dilakukan siswa melalui eksplorasi, pencarian dan penemuan,
ialah pembelajaran yang menurut siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah
ia ketahui. Cooperating, ialah pembelajaran dengan mengondisikan siswa agar
belajar bersama, saling berbagi, saling merespon, dan berkomunikasi dengan
sesama temannya. Dan Transferring, ialah pembelajaran yang mendorong siswa
belajar menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam konteks atau
situasi baru yang belum dipelajari di kelas berdasarkan pemahaman yang ia
peroleh ketika belajar.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Suhena (2009, hlm. 205) telah
menyimpulkan bahwa strategi REACT telah menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan matematis siswa
dibandingkan dengan metode konvensional. Begitu juga Tapilouw Marthen (2009,
hlm. 118), Anna Fauziah (dalam Suhena, 2010, hlm. 205) dan Rachmat Hidayat
(2010:170) yang menemukan dampak positif dari strategi REACT. Keempat
peneliti tersebut meneliti pada jenjang SMP, sedangkan untuk jenjang SD,
Yuniawatika (2011, hlm. 118) telah menyimpulkan bahwa strategi REACT sangat
mempengaruhi peningkatan kemampuan matematis siswa. Mereka memandang
bahwa strategi REACT sangat cocok dipakai untuk siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang kontekstual sehingga membuat siswa aktif mencari konsep
dengan bimbingan guru. Menindaklanjuti dari rekomendasi peneliti-peneliti
sebelumnya tentang strategi REACT ini, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai penerapan strategi REACT untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa sekolah dasar.
1.2 PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a)
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan Konvensional)
dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa?
3. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a)
keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan Konvensional)
dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa?
5. Apakah peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a)
keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
6. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan Konvensional)
dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi
matematis siswa?
7. Apakah terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan pemahaman,
pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa pada strategi REACT di
sekolah dasar?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari hasil
penelitian ini adalah
1. Menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a)
keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
2. Menganalisis interaksi antara pendekatan (REACT dan Konvensional) dan
KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
3. Menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional
ditinjau dari: (a) keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d)
KAM Rendah
4. Menganalisis interaksi antara pendekatan (REACT dan Konvensional) dan
KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa
5. Menganalisis peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a)
keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
6. Menganalisis interaksi antara pendekatan (REACT dan Konvensional)dan
KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi
pemecahan masalah matematis siswa
7. Menganalisis apakah terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan
pemahaman, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa pada
strategi REACT di sekolah dasar
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan solusi bagi
pengembangan pendidikan matematika SD sehingga hasil penelitian ini dapat:
1) Menjadi alternatif pilihan bagi para guru SD dalam membelajarkan
rnatematika dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai
2) Menjadi acuan penyusunan perangkat pembelajaran bagi guru SD dalam
membelajarkan matematika melalui strategi REACT
3) Memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan pemahaman,
pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Agar tidak terjadi kerancuan dalam pemahaman istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka diperlukan pendefmisian secara terhadap operasional
variabel, yakni:
1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan mendefinisikan
konsep secara verbal dan tulisan, mengubah suatu bentuk representasi ke
bentuk representasi lainnya, dan mengenal berbagai makna dan interpretasi
konsep.
2. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksudkan dalam penelitian ini
ialah kemampuan siswa dalam menemukan cara penyelesaian dari suatu
masalah non rutin dan kompleks. Siswa dikatakan mempunyai
kemampuan pemecahan masalah yang tinggi apabila siswa bisa
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dengan indikator sebagai
berikut: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan
melaksanakan rencana.
3. Kemampuan disposisi matematis siswa yang dimaksudkan dalam
penelitian ini ialah kecenderungan siswa untuk berpikir dan berbuat
dengan cara yang positif dengan indikator sebagai berikut: menunjukkan
gairah dalam belajar matematika, menunjukkan perhatian yang serius
dalam belajar, menunjukkan kegigihan dalam menghadapi perrnasalahan,
menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah,
serta kemampuan untuk berbagi dengan orang lain.
4. Strategi REACT yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
Menghubungkan (Relating), yakni belajar dalam suatu konteks sebuah
pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu
diperoleh siswa; Mencoba (Experiencing), yakni guru harus dapat
memberikan kegiatan yang hands-on kepada siswa sehingga dari kegiatan
yang dilakukan siswa tersebut siswa dapat membangun pengetahuannya;
Mengaplikasi (Applying), guru dapat memotivasi suatu kebutuhan untuk
memahami konsep dengan memberikan latihan yang realistis dan relevan;
berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lainnya; Proses
transfer ilmu (Transferring), menggunakan pengetahuan dalam sebuah
konteks baru atau situasi baru suatu hal yang belum teratasi/diselesaikan
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan quasi experiment yaitu penelitian yang melibatkan
dua kelas berbeda, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
di kelas eksperimen yang diberikan Strategi REACT lebih baik daripada kelas
kontrol yang tidak diberikan strategi REACT. Sebelum pembelajaran dimulai,
masing-masing kelas diberi pre-test dan untuk mengetahui pengaruh dari
pembelajaran tersebut diakhiri dengan pemberian post-test. metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment, dan desain yang
digunakan adalah “Nonequivalent Control Group Design” (Sugiyono, 2009, hlm. 116). Satu kelompok dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok
dijadikan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan tes awal dan tes akhir.
Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan yang berbeda dengan kelompok
kontrol.
Diagram desain penelitiannya sebagai berikut: O1 X O2
--- O3 O4
(Sugiyono, 2009, hlm. 116)
Keterangan:
O1 = O3 = Pretest Kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan
disposisi matematis
O2 = Postest Kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan
disposisi matematis kelompok eksperimen
O4 = Postest Kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan
X = Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, untuk melihat pengaruh Strategi REACT pada kemampuan
pemecahan masalah maternatis siswa, maka dalam penelitian ini melibatkan
tingkat kemampaun rnatematika siswa (tinggi, sedang, rendah). Keterkaitan antar
variabel bebas, terikat, dan kontrol disajikan dalam tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Korelasi antara Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah Dan Disposisi Matematis, KAM, Dan Strategi REACT
KELOMPOK
Jenjang sekolah yang diambil peneliti ialah sekolah dasar. Hal ini didasarkan
kepada keilmuan peneliti. Dari beberapa Sekolah dasar di kota Bandung, peneliti
mengambil secara purposive SD Negeri maupun swasta dan dipilihlah siswa kelas
III SDPN Setiabudhi sebagai subjek penelitian. Sampel penelitian sebanyak 71
orang siswa yang terdiri dari 35 orang siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan strategi REACT dan 36 orang siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan strategi konvensional (tanpa perlakuan REACT).
Selanjutnya siswa untuk setiap kelas dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk dalam ketiga
kategori tersebut diperoleh dari nilai matematika pada raport terakhir di kelas II
wali kelas II dan III, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam menentukan
kelompok Kemampuan Awal Matematika (KAM) siswa.
Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematis Siswa
Kelompok
Kemampuan
Kriteria
Tinggi Nilai matematika siswa ≥ ̅ + s
Sedang Nilai matematika siswa di antara ̅– s dan ̅ + s
Rendah Nilai matematika siswa ≤ ̅ - s
Adapun tujuan dikelompokkannya siswa menjadi kategori tinggi, sedang, dan
rendah ialah peneliti ingin melihat sejauh mana strategi REACT ini berpengaruh
terhadap kemampuan siswa. Karena bagi siswa yang termasuk ke dalam kategori
tinggi belum tentu kemampuannya meningkat karena strategi REACT. Bisa saja
karena memang siswanya mudah menangkap hal-hal yang sudah abstrak.
Kemudian siswa yang berada di kelompok rendah belum tentu kemampuannya
bisa meningkat karena strategi REACT. Bisa jadi karena ada faktor lain yang
memicu peningkatan kemampuan matematisnya. Untuk itulah, dalam penelitian
ini siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori.
3.3 ANALISIS DATA
3.3.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pemahaman Matematis
Untuk kemampuan Pemahaman Matematis mempunyai indikator:
kemampuan mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, mengubah suatu
bentuk representasi ke bentuk representasi lainnya, dan mengenal berbagai makna
dan interpretasi konsep. Sedangkan kemampuan matematis yang akan diukur ialah
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
pernbelajaran dengan menggunakan strategi REACT. Adapun indikator
kemampuan pemecahan masalah matematis ialah: kemampuan siswa dalam
menemukan cara penyelesaian dari suatu masalah non rutin dan kompleks. Siswa
dikatakan mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang tinggi apabila siswa
bisa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dengan indikator sebagai
berikut: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, dan melaksanakan
rencana
Pedoman penyekoran tes kemampuan pemahaman matematis disajikan pada
tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Indikator Kemampuan
Pemahaman
Kriteria Penilaian Nomor
Soal
Mendefiniskan konsep secara verbal
dan tulisan
4 = jawaban benar dan jawaban
yang diuraikan menunjukkan
mampu melakukan
perhitungan atau proses
algoritma dengan lengkap
3 = jawaban salah dan uraian
jawaban yang dituliskan
menunjukkan mampu
melakukan perhitungan atau
proses algoritma benar tetapi
mengandung sedikit
kesalahan dalam perhitungan
2 = jawaban salah dan uraian
jawaban yang dituliskan
menunjukkan mampu
melakukan perhitungan atau
Indikator Kemampuan
Pemahaman
Kriteria Penilaian Nomor
Soal
proses algoritma benar tetapi
hasil masih salah atau
perhitungan tidak lengkap
1 = jawaban salah dan uraian
jawaban yang dituliskan
menunjukkan mampu
melakukan perhitungan atau
proses algoritma salah
0 = tidak ada uraian jawaban
yang dituliskan (meski
jawaban tiba-tiba ada dan
benar)
Mengubah suatu bentuk representasi
ke bentuk representasi lainnya
4 = jawaban benar dan jawaban
yang diuraikan menunjukkan
pemahaman soal dengan baik
3 = jawaban salah dan uraian
jawaban sudah menunjukkan
pemahaman soal dengan
baik, hanya sedikit
1 = jawaban salah dan perhitungan
salah
0 = tidak ada uraian jawaban yang
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Indikator Kemampuan
Pemahaman
Kriteria Penilaian Nomor
Soal
dituliskan (meski jawaban
tiba-tiba ada dan benar)
Mengenal berbagai makna dan
interpretasi konsep
4 = jawaban benar dan jawaban
yang diuraikan menunjukkan
pemahaman soal dengan baik
3 = jawaban salah dan uraian
jawaban sudah menunjukkan
pemahaman soal dengan
baik, hanya sedikit
1 = jawaban salah dan perhitungan
salah
0 = tidak ada uraian jawaban yang
dituliskan (meski jawaban
tiba-tiba ada dan benar)
2 dan 3
Pedoman penyekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Pedoman Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Memahami
menginterpretasikan
pemecahan yang tidak
dapat diselesaikan
Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam
Membuat rencana yang
benar, tetapi belum
lengkap
3
Membuat rencana
sesuai dengan prosedur
dan mengarah pada
solusi yang benar
4
Tes daya matematis: pemahaman dan pemecahan masalah matematis terdiri
dari tujuh soal. Untuk melihat kualitas soal maka dilakukanlah uji validitas dan
reliabilitas butir soal. Bentuk soal tes kemampuan pemecahan rnasalah ini ialah
essay. Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tes akan diujicobakan
terlebih dahulu agar diketahui validitasnya. Validasi soal tes diukur dengan
menggunakan korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan skor
yang diperoleh siswa pada satu butir soal dengan skor total. Berikut criteria nilai
validitas tersaji dalam tabel 3.5
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Indeks Validitas Tingkat Validitas
0,90 - 1,00 Sangat tinggi
0,70 - 0,90 Tinggi
0,40 - 0,70 Cukup
0,20-0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Kecil
Hasil perhitungan validitas item soal kemampuan pemahaman matematis
disajikan pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Pemahaman Matematis
Dilihat dari hasil perhitungan validasi soal maka seluruh soal dikatakan valid.
Hal ini menunjukkan bahwa semua item soal bisa digunakan untuk mengukur
kemampuan pemahaman matematis siswa.
Kemudian diuji juga tingkat reliabilitas soal apakah layak ataukah tidak untuk
diujikan kepada siswa. Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program
SPSS 16.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Cronbach's Alpha N of Items
0,801 7
Hasil perhitungan validitas untuk butir soal soal kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 3.8 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
NOMOR SOAL
rxy Interpretasi
Validitas
Keputusan
K R C T ST
1 0,760 √ Valid
2 0,795 √ Valid
3 0,846 √ Valid
4 0,884 √ Valid
5 0,884 √ Valid
6 0,965 √ Valid
7 0,939 √ Valid
Dilihat dari hasil perhitungan validasi soal maka seluruh soal dikatakan valid.
Hal ini menunjukkan bahwa semua item soal bisa digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kemudian diuji juga tingkat reliabilitas soal apakah layak ataukah tidak untuk
diujikan kepada siswa. Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program
SPSS 16.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Reliabilitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Cronbach's Alpha N of Items
0,932 7
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa soal yang akan
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dan daya pembeda soal. Perhitungan indeks kesukaran soal pemecahan masalah
dan pemahaman matematis dilakukan dengan bantuan program excel. Perhitungan
indeks kesukaran soal pemahaman masalah selengkapnya disajikan pada
lampiran. Sedangkan Perhitungan indeks kesukaran soal pemahaman matematis
selengkapnya disajikan pada lampiran. Tingkat kesukaran adalah suatu parameter
untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran dapat dihitung dengan rumus :
P =
dimana : P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta test
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik
sehingga perlu direvisi, kriterianya adalah seperti pada tabel 3.10 sebagai berikut :
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran dan Kriteria
No. Rentang Nilai Tingkat
Kesukaran
Klasifikasi
1. 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah
2. 0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang
3. 0,00 ≤ TK < 0,30 Sukar
Hasil perhitungan indeks kesukaran soal pemahaman matematis disajikan
pada tabel 3.11
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Pemahaman Matematis
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
2 0,18 Sukar
3 0,54 Sedang
4 0,21 Sukar
5 0,14 Sukar
6 0,34 Sedang
7 0,38 Sedang
Dengan memperhatikan tabel 3.11 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji
coba pemahaman matematis terdapat 3 soal atau 42,85 % soal sukar, 3 soal atau
42,85 % soal yang sedang, dan 1 soal atau 14.28 % soal yang mudah. Dan soal
yang mudah ini dihilangkan sehingga hanya akan dipakai soal no 2, 3, 4, 5, 6, dan
7 saja.
Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Pemecahan Masalah Matematis
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,9 Mudah
2 0,14 Sukar
3 0,54 Sedang
4 0,27 Sukar
5 0,15 Sukar
6 0,37 Sedang
7 0,37 Sedang
Dengan memperhatikan tabel 3.12 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji
coba pemecahan masalah terdapat 3 soal atau 42,85 % soal sukar, 3 soal atau
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
yang mudah ini dihilangkan sehingga hanya akan dipakai soal no 2, 3, 4, 5, 6, dan
7 saja.
Selanjutnya akan dihitung daya pembeda dari setiap soal dimana hal tersebut
dilakukan agar soal yang diberikan benar-benar dapat membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki
daya pembeda yang baik apabila siswa berkemampuan tinggi dapat menjawab
soal dengan baik, dan siswa dengan kemampuan rendah tidak dapat menjawab
soal dengan baik.
Perhitungan daya pembeda soal pemahaman dan pemecahan masalah
matematis dilakukan dengan bantuan program excel. Perhitungan daya pemecahan
masalah dan pemahaman matematis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir
soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan
siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
D = - = PA - PB
dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
JA= banyaknya peserta kelompok atas
JB= banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sebagai acuan untuk mengklasifikasikan data hasil penelitian dapat
Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Pembeda No. Rentang Nilai Tingkat
Kesukaran
Klasifikasi
1. D < 0,20 Jelek
2. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup
3. 0,40 ≤ D < 0,70 Baik
4. 0,70 ≤ D < 1,00 Baik Sekali
Hasil perhitungan daya pembeda butir soal pemecahan masalah disajikan
pada tabel 3.14
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Matematis
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,51 Baik
2 0,45 Baik
3 0,48 Baik
4 0,45 Baik
5 0,38 Cukup
6 0,47 Baik
7 0,44 Baik
Dengan memperhatikan tabel 3.14 di atas dapat dilihat bahwa soal
pemahaman matematis yang diujikan memiliki daya pembeda yang cukup dan
baik sehingga soal pemahaman matematis tersebut dapat digunakan dalam
penelitian ini. Sedangkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal pemecahan
masalah disajikan pada tabel 3.15
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,31 Cukup
2 0,29 Cukup
3 0,38 Cukup
4 0,45 Baik
5 0,30 Cukup
6 0,38 Cukup
7 0,35 Cukup
Dengan memperhatikan tabel 3.15 di atas dapat dilihat bahwa soal
pemecahan masalah yang diujikan memiliki daya pembeda yang cukup baik dan
baik sehingga soal pemecahan masalah tersebut dapat digunakan dalam penelitian
ini.
3.3.2 Tes Disposisi Matematis Siswa
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan disposisi matematis siswa, maka
digunakan instrumen angket dalam bentuk skala sikap. Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan tertulis dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket
sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa
kuesioner bentuk pilihan ganda (multiple choice item) dan dapat pula berbentuk
skala sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan
untuk mengungkapkan sikap peserta didik adalah skala likert.
Penelitian ini menggunakan instrument skala likert untuk mengetahui
disposisi matematis siswa. Dilihat dari cara menjawabnya, skala sikap termasuk
ke dalam kategori angket tertutup, karena angket telah disediakan jawabannya
sehingga responden (siswa) tinggal memilih jawaban yang tersedia dengan
pilihan: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Dengan menggunakan skala likert
negatif. Karena itu skala likert diberi 4 pilihan jawaban agar siswa dapat memilih
jawaban sesuai dengan pendapatnya.
Indikator-indikator dari disposisi matematis adalah menunjukkan gairah
dalam belajar matematika, menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar,
menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan rasa
percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah, serta kemampuan untuk
berbagi dengan orang lain.
Pedoman penyekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16 Kisi-Kisi Disposisi Matematis
Indikator + - Nomor
Pernyataan Menunjukkan gairah dalam belajar matematika √
√ Menunjukkan perhatian yang serius dalam
belajar
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Indikator + - Nomor
Menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah
Kemampuan untuk berbagi dengan orang lain
Indikator + - Nomor Pernyataan
√ 2
Pengujian disposisi matematis terdiri dari 28 pernyataan. Untuk melihat
kualitas pernyataan maka dilakukanlah uji validitas dan reliabilitas butir soal.
Untuk memperoleh soal non tes yang baik maka soal tes akan diujicobakan agar
diketahui validitas dan reliabilitasnya. Validasi soal nontes diukur dengan
menggunakan korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan skor
yang diperoleh siswa pada satu butir soal dengan skor total.
Hasil perhitungan validitas untuk butir soal soal disposisi pemecahan masalah
matematis dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 3.17 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Disposisi Matematis
No rxy rhitung Keputusan No rxy rhitung Keputusan
Dilihat dari hasil perhitungan validasi soal maka seluruh soal dikatakan valid.
Hal ini menunjukkan bahwa hanya item soal 4, 5, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 18, 20, 21,
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Kemudian diuji juga tingkat reliabilitas soal apakah layak ataukah tidak untuk
diujikan kepada siswa. Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program
SPSS 16.0 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.18 Hasil Perhitungan Reliabilitas Disposisi Matematis
Cronbach's Alpha N of Items
0,803 15
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa soal yang akan
diujikan kepada siswa semuanya reliabel dengan tingkat reliabilitas berkategori
tinggi.
3.4 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan maka langkah selanjtnya
ialah mengolah data dengan teknik tertentu sesuai dengan permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini. Adapun uji statistika yang digunakan untuk menguji
hipotesis yang berkaitan dengan masalah penelitian disajikan pada tabel 3.19
Tabel 3.19 Keterkaitan Antara Masalah, Hipotesis, dan Jenis Statistik Yang Digunakan Pada Analisis Data
MASALAH HIPOTESIS
PENELITIAN
JENIS UJI STATISTIK Apakah peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a) keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
1 (a) s.d 1 (d) Uji Dua Perbedaan,
MASALAH HIPOTESIS PENELITIAN
JENIS UJI STATISTIK Apakah terdapat interaksi antara pendekatan
(REACT dan konvensional) dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa?
2 ANAVA Dua
Jalur, Uji Scheffe
Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari: (a) keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
3 (a) s.d 3 (d) Uji Dua Perbedaan,
Uji Gain
Apakah terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan konvensional) dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?
4 ANAVA Dua
Jalur, Uji Scheffe
Apakah peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran secara
konvensional ditinjau dari: (a) keseluruhan siswa; (b) KAM Tinggi; (c) KAM Sedang; (d) KAM Rendah
5 (a) s.d 5 (d) Uji Dua Perbedaan,
Uji Gain
Apakah terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan konvensional) dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi matematis siswa?
6 ANAVA Dua
Jalur, Uji Scheffe
Apakah terdapat korelasi antara peningkatan kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa pada strategi REACT di sekolah dasar?
7 Korelasi
Parsial
Data yang diperoleh dari hasil tes selanjutnya diolah melalui 5 tahap sebagai
berikut.
a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang digunakan.
b. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
c. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:
G =
Keterangan:
SPost = Skor Postes
SPre = Skor pretes
SMaks = Skor maksimum
Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan
normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows.
d. Memeriksa adakah interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap
kemampuan matematis
e. Mencari adakah korelasi antara peningkatan kemampuan pemecahan masalah,
pemahaman, dan disposisi matematis siswa pada strategi REACT di sekolah
dasar
3.4.1 Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah dan Pemahaman
Matematis Siswa
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake yang dapat dilihat pada tabel 3.20 berikut.
Tabel 3.20 Klasifikasi Gain (g)
Besar N-Gain Interpretasi
g > 0.7 Tinggi
g ≤ 0.3 Rendah
Pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang
diperlukan untuk menentukan perhitungan statistika apa yang akan digunakan
dalam menguji hipotesis. Persyaratan tersebut berupa uji normalitas dan
homogenitas. Kemudian akan ditentukan jenis pengujian statistik apakah
parametrik ataukan non parametrik yang sesuai dengan permasalahan. Pengujian
uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis menggunakana bantuan perangkat
lunak SPSS 16.0 for windows. Interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap
kemampuan matematis menggunakan uji statistika ANAVA Dua Jalur.
3.4.2 Analisis Data Skala Disposisi
Pengukuran kemampuan disposisi dalam penelitian ini menggunakan angket
berbentuk skala sikap: skala likert, dengan 4 pilihan jawaban, maka dimensi yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut sebagai
titik tolak untuk menyusum item-item instrumen yang dapat berupa pemyataan
atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Namun, skor untuk
pemyenaan positif dan negatif adalah kebalikannya seperti tampak dalam tabel
3.21 berikut (Sudjana, 2009, hlm. 80).
Tabel 3.21 Penskoran Pernyataan Skala Sikap
PERNYATAAN SIKAP
Selalu Sering Jarang Tidak pernah
Pernyataan Positif 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Observasi merupakan suatu metode penelitian secara langsung digunakan
dalam melihat tingkah laku sampling di dalam situasi sosial (Purwanto, 2010,
hlm. 149). Kegiatan observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
dengan strategi REACT dilakukan menggunakan blanko dengan deskriptor
pencapaian yang tertera dalam tabel 3.22 dan 3.23 berikut.
Tabel 3.22 Observasi Aktivitas Guru
Komponen REACT
Aktivitas Guru
Relating 1. Memotivasi siswa dengan bercerita, menyanyi, atau memberikan
pertanyaan
2. Mengaitkan apa yang terdapat dalam poin (1) terhadap materi
yang akan dipelajari siswa
3. Memulai pembelajaran dengan menyajikan masalah kontekstual
4. Menyediakan alat peraga, media, serta alat dan bahan penunjang
pembelajaran
Experiencing 1. Menjadi fasilitator siswa dalam menemukan konsep
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
berdiskusi apabila belum memahami permasalahan
3. Memotivasi siswa untuk belajar bekerja sama dalam kelompok
4. Memberikan arahan kepada siswa yang berkemampuan tinggi
untuk membagi pengetahuannya kepada siswa lain dalam
kelompoknya
Applying 1. Memberikan soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan
2. Memberikan bimbingan kepada siswa yang masih bingung dalam
pengerjaan soal
3. Menanamkan kesadaran diri siswa dalam menyelesaikan masalah
Komponen REACT
Aktivitas Guru
Cooperative 1. Mengadakan pembentukan kelompok belajar
2. Mengatur posisi tempat duduk siswa sesuai kelompok
3. Menginformasikan tugas yang harus dikerjakan siswa dalam LKS
4. Memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok
5. Menjadi fasilitator bagi siswa dalam mengerjakan LKS
6. Meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya
7. Mempersilakan kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja dari kelompok yang sedang presentasi
Transferring 1. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari
pembelajaran
2. Memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri oleh siswa
pada topik yang sama
3. Aktif memantau siswa sambil memberikan dorongan semangat
kepada siswa untuk bisa mengerjakan soal
Tabel 3.23 Observasi Aktivitas Siswa
Komponen
REACT
Deskriptor
Relating 1.Siswa dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan sesuatu yang
tidak asing bagi siswa
2.Siswa dapat menghubungkan apa yang telah diketahui dengan
informasi yang baru
Experiencing 3.Siswa melakukan aktivitas untuk mengeksplorasi konsep materi
penjumlahan
4.Siswa dapat mengeksplorasi konsep-konsep dari materi penjumlahan
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Komponen
REACT
Deskriptor
penjumlahan
6.Siswa belajar membuat model penjumlahan
Applying 7.Siswa mampu menerapkan aktivitas pemecahan masalah
8.Siswa mampu mengerjakan latihan soal dengan antusias
9.Siswa memahami informasi yang telah ia dapatkan dengan
menerapkannya ke dalam soal
Cooperative 10. Siswa secara berkelompok mempelajari bahan ajar yang diberikan
11. Adanya interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain dalam
mempelajari bahan ajar yang diberikan
12. Setiap siswa memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam kelompoknya
13. Setiap siswa dalam satu kelompok berusaha menyampaikan ide dan
gagasan dalam kelompoknya
Transferring 14. Siswa dapat menransfer konsep-konsep yang sudah dipahami ke
dalam konteks baru
Observer diminta membubuhkan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai.
Selanjutnya observer memberikan skor pada masing-masing komponen yang
sudah diberik tanda cek (v). Adapun persentase rata-rata skor dihitung sebagai
berikut:
Persentase rata-rata skor (RS) = ∑
∑ x 100%
Adapun ∑ menyatakan jumlah skor dan ∑ adalah jumlah skor total.
Hasil observasi (dalam %) dapat dikonversikan ke dalam data kualitatif untuk
menentukan keaktifan siswa selama proses pembelajaran seperti yang terlihat
Tabel 3.24 Kategori Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran
Skor (%) Kategori
81 – 100
61 – 80
41 – 60
21 – 40
0 - 20
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Tidak aktif
3.4.4 Pedoman Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
penyelesaian soal yang dilakukan mereka tentang kemampuan pemecahan
masalah, pemahaman, dan disposisi matematis siswa kelas III. Tujuan
diadakannya wawancara adalah untuk menggali lebih lanjut tentang kesalahan,
kekeliruan, maupun kegagalan siswa dalam proses penyelesaian soal-soal
pemecahan masalah dan pemahaman matematis, serta sikap siswa setelah mengisi
lembaran angket disposisi matematis. Kegiatan ini tidak dikenakan kepada semua
siswa dikarenakan keterbatasan waktu peneliti. dari keseluruhan siswa diambil
beberapa siswa yang mewakili kelompok KAM tinggi, sedang, dan rendah.
Kegiatan ini berkaitan dengan menanyakan tentang:
1. Setelah membaca soal ini, apakah kamu berpikir bisa menyelesaikan soal
ini?
2. Apa yang kamu lakukan untuk menjawab soal ini?
3. Mengapa menggunakan konsep itu?
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Pertanyaan lanjutan bisa disesuaikan berdasarkan temuan kesalahan jawaban
siswa pada jawaban akhir tes akhir kemampuan pemahaman, pemecahan masalah,
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang
telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari
keseluruhan siswa
2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM
tinggi
3. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM
sedang
4. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM
rendah
5. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan konvensional)
dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa
6. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT lebih baik siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari
Miftha Indasari, 2014
Pengaruh Strategi React Terhadap Kemampuan Pemahaman, Pemecahan masalah, Dan Disposisi Matematis Siswa Di Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas Iii Sd Di Kota Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
7. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM
tinggi
8. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional
ditinjau dari KAM sedang
9. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT sama dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM
rendah
10. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan konvensional)
dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa
11. Peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan strategi REACT sama dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran secara konvensional ditinjau dari keseluruhan siswa
12. Peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan strategi REACT sama dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM tinggi
13. Peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan strategi REACT sama dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM sedang
14. Peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan strategi REACT sama dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran secara konvensional ditinjau dari KAM rendah
15. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan (REACT dan konvensional)
dan KAM (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi