PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI
BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI
GUGUS IV KABUPATEN BULELENG
Gst. Ngr. Bgs. Yogantara1, I Nym. Murda2, Ni Wyn. Rati31,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: yogaanteros@gmail.com1, nyomanmurda@yahoo.co.id2,
niwayan_rati@yahoo.com3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan post-test only control group design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 6 kelas. Sampel diambil dengan cara random sampling sebanyak 2 kelas, diperoleh siswa kelas IV di SD Negeri 1 Penglatan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV di SD Negeri 3 Penglatan sebagai kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA, bentuk tes prestasi belajar IPA yang digunakan adalah pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t yang berguna untuk menguji perbedaan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini ditunjukkan oleh (thitung = 28,41 > ttabel = 2,000) dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen yaitu 23,69 dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah yaitu 13,8. Berdasarkan temuan di atas, disimpulkan bahwa metode eksperimen berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng.
Kata kunci: metode eksperimen, prestasi belajar.
Abstract
This study aimed to determine differences in science learning achievement of students who learned with using experimental methods and students who learned with the lecture method. This research is a quasi experimental study to design a post - test only control group design. The population of this study are all fourth grade students in Cluster IV Buleleng academic year 2013/2014 as much as 6 classes. Samples were taken by means of random sampling as much as 2 grade, fourth grade students obtained in SD Negeri 1 Penglatan as an experimental class and fourth grade students in the Elementary School 3 Penglatan as the control class. The data collected in this study is the result of learning science, science achievement test form used is multiple choice. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics. To test the hypothesis t- test was used to test for differences useful student learning achievement. The results showed that there are differences in science learning achievement of students who learned with using experimental methods and the students that learned to use the lecture method. This is indicated by ( t count = 28.41 > t table = 2.000 ) and supported by the difference in
the average score obtained by the students who learned with the experimental method is 23.69 and the students that learned to use the lecture method is 13.8. Based on the above findings, it was concluded that the experimental method effect on science learning achievement in the fourth grade students in Cluster IV Buleleng.
Keywords: experimental methods, learning achievement
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting yang ada di dalam hidup ini. Perkembangan pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat sekitarnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin maju pula tingkat pengetahuan seseorang tersebut.
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir
dan kemampuan menguasai materi
pelajaran, dimana pengetahuan itu
sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi “dibentuk dan dikonstruksi” oleh individu itu sendiri, sehingga siswa itu mampu mengembangkan intelektualnya.
Dalam mata pelajaran IPA, siswa
membutuhkan instruksi yang tepat dan pengalaman yang cukup agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan. Metode yang digunakan harus mampu membuat siswa berperan aktif di dalam kelas dan dapat menggali kemampuannya.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006), mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan:
(1) Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya, (2)
Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat, (4)
Mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan, dan (7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Dengan pembelajaran IPA
diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam memasuki dunia
teknologi, termasuk teknologi informasi. Selain itu di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa melalui pendidikan IPA di arahkan pendidikan IPA menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti yang diketahui, IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga sebagai proses. Kenyataan sekarang ini prestasi belajar yang diperoleh siswa dari beberapa mata pelajaran masih rendah, tidak terkecuali pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran yang seharusnya dapat meningkatan prestasi belajar IPA siswa secara optimal belum ditangani secara
sistematis, berpola, dan terarah di sekolah
dasar. Guru kurang kreatif untuk
menciptakan atmosfer pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengalaman kehidupan sehari-hari sebagai konstruksi pengetahuan dalam pembelajaran di kelas. Fenomena kegagalan pencapaian tujuan esensial pembelajaran khususnya meningkatkan prestasi belajar IPA, disebabkan karena siswa tidak diperlakukan sebagai bagian dari realitas dunia mereka dalam proses belajar di dalam kelas.
Banyaknya materi yang harus
dipahami dan dikuasai oleh siswa tetapi keterbatasan waktu membuat guru dan siswa menemukan beberapa kendala. Kendala yang dihadapi oleh guru adalah dalam hal pemilihan metode mengajar yang
sesuai dengan karakteristik materi,
karakteristik siswa dan yang sesuai dengan waktu yang tersedia, sedangkan kendala yang dihadapi oleh sebagian besar siswa khususnya dalam pelajaran IPA adalah
kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa hanya cenderung menerima pelajaran yang disampaikan. Agar memperoleh produk yang baik tentunya disertai dengan proses belajar yang baik pula. Salah satu metode yang baik digunakan di sekolah dasar khususnya pada pengajaran IPA adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang mengajar mata pelajaran IPA di kelas IV di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng yang dilakukan pada tanggal 16 April 2013 ditemukan fakta bahwa nilai rata-rata Mata Pelajaran IPA di SD Negeri Gugus IV Kecamatan Buleleng masih dibawah KKM. Rendahnya prestasi belajar IPA tersebut dapat dilihat dari ulangan tengah semester siswa yang di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria Ketuntasan Minimal dan Rata-rata Nilai UTS IPA Semester I Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Gugus IV Kecamatan Buleleng.
No Nama Sekolah Rata-rata Nilai
UTS KKM 1 SD No. 1 Penglatan 62,5 65 2 SD No. 2 Penglatan 60,5 63 3 SD No. 3 Penglatan 60,5 65 4 SD No. 1 Alasangker 61,5 67 5 SD No. 2 Alasangker 60,5 66 6 SD No. 3 Alasangker 61,5 68
(Sumber: SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng) Berdasarkan permasalahan di atas
dapat dikatakan bahwa rendahnya
pencapaian nilai pada mata pelajaran IPA dikarenakan guru terbiasa memakai metode ceramah tanpa memperhatikan kondisi siswa sehingga dalam proses pembelajaran tersebut siswa merasa jenuh dan kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
perlu diadakan pembaharuan dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa memerlukan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengkontruksi pengetahuannya
sendiri melalui
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai alternatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi guru di lapangan, dicobalah penggunaan
model-model, maupun metode-metode
pembelajaran yang cocok diterapkan dalam
IPA untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar IPA. Metode yang dicoba untuk diteliti adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang cocok digunakan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengamati proses dan untuk mencari tahu tentang kebenaran suatu teori atau konsep. Melalui metode
eksperimen siswa dapat melakukan percobaan langsung melalui instruksi yang disampaikan secara berurut untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan apa
yang telah diperolehnya. Metode
eksperimen merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Tidak hanya bertindak sebagai jembatan antara
teori dan praktek, tetapi juga
merealisasikan konsep teoritis yang
disajikan di dalam kelas. Sehingga pada saatnya nanti siswa akan terbiasa pada masalah nyata yang harus dihadapi di dalam dunia pekerjaan.
Sagala, Sumantri dan Permana (dalam Abimanyu, 2009:7-17) menyatakan
bahwa metode eksperimen dalam
pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Pendapat lain menyatakan “metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati proses serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil
pengamatannya tersebut disampaikan ke depan kelas dan dievaluasi oleh guru”
(Roestiyah, 2001:80). Dari paparan di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
eksperimen adalah metode belajar
mengajar yang sesuai untuk pembelajaran sains dimana siswa diberi kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Hal itu terjadi karena siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi oleh guru. Kesempatan untuk melakukan percobaan membuat siswa memiliki kemampuan menyusun
konsep dalam struktur kognitifnya,
selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana efektivitas penggunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul “Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV Semester Ganjil di SD Negeri Gugus IV Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/ 2014
METODE
Dilihat dari fokus masalah dan kaitan antar variabel yang dilibatkan dalam penelitian, maka penelitian ini termasuk
kategori penelitian eksperimen semu (quasi
experiment). Tempat penelitian ini
dilakukan di semua SD di Gugus IV
Kabupaten Buleleng dan waktu
pelaksanaannya pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
Menurut Agung (2011:45),
menyatakan “populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Desa Penglatan yang berjumlah 173 siswa yang tersebar pada 6 sekolah. Untuk menghitung kesetaraan kelompok sampel digunakan uji ANAVA A. Berdasarkan hasil uji kesetaraan tersebut diperoleh hasil yang setara dan bisa dijadikan sampel penelitian. Kelas yang sudah setara dipilih dengan
teknik ” Random Sampling” bentuk undian.
Hal ini dikarenakan, tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada.
Rancangan eksperimen yang
digunakan adalah “Post-test Only Control
Group Desain” (Sugiyono, 2010: 85).
Desain penelitian ini dipilih karena dalam
penelitian eksperimen semu tidak
memungkinkan untuk merandom subjek yang ada pada setiap kelas secara utuh. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-Test
E X O1
K - O2
(Sugiyono, 2010:85)
Keterangan: E = kelompok eksperimen, K = kelompok kontrol, X = Perlakuan, yaitu penerapan model pembelajaran kuantum berbasis masalah kontekstual, – = Penerapan model
pembelajaran konvensional, O1 = post–test untuk kelompok eksperimen, O2 = post–test untuk
kelompok kontrol
Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa metode eksperimen, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan metode ceramah. Pada akhir
kegiatan penelitan, kedua kelompok
diberikan post-test.
Data yang diperlukan adalah data
prestasi belajar IPA siswa. Untuk
mengumpulkan data prestasi belajar
tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode tes. Tes dilakukan pada akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar IPA dalam penelitian ini berupa tes objektif (pilihan ganda) dengan satu jawaban benar yang berjumlah 30 butir soal. Setiap soal disertai dengan empat alternative jawaban (a, b, c, dan d) yang akan dipilih siswa. Setiap butir item diberikan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel prestasi belajar IPA. Rentang skor ideal yang diperoleh siswa 0-30. Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 30 merupakan skor maksimal ideal tes prestasi belajar IPA.
Instrumen yang disusun terlebih dahulu perlu melalui uji validitas isi oleh dua orang dosen ahli. Setelah instrumen dianggap memenuhi syarat validitas isi, instrumen tersebut diuji cobakan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda tes.
Berdasarkan hasil validitas butir soal yang dilakukan di 3 SD yaitu SD Negeri 1 Penglatan, SD Negeri 2 Penglatan, dan SD
Negeri 3 Penglatan dengan jumlah
responden 80 orang diperoleh jumlah butir soal yang valid adalah 30 soal dari 40 soal yang diuji cobakan. Butir tes yang valid
digunakan sebagai post-test. Berdasarkan
hasil uji reliabilitas tes, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,86. Hal ini berarti, tes yang diuji termasuk ke dalam kriteria reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan uji tingkat kesukaran tes diperoleh Pp = 0,70, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria sedang. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan harus memiliki kriteria daya beda mulai dari cukup baik sampai sangat baik. Berdasarkan hasil uji daya beda tes diperoleh Dp = 0,29, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria baik.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji
hipotesis, ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi dan perlu dibuktikan.
Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan
melakukan uji normalitas dan uji
prasyarat digunakan uji-t (polled varians) dengan taraf signifikansi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian ini adalah skor prestasi belajar IPA antara siswa yang mengikuti
metode eksperimen dan siswa yang
mengikuti metode ceramah. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Data prestasi belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 23,69 13,8 Median 24 12,64 Modus 25,5 11,7 Varians 17,53 23,40 Standar Deviasi 4,19 4,84
Berdasarkan tabel di atas, diketahui kelompok eksperimen memilik mean =23,69, median = 24, dan modus = 25,5 yang berarti Mo > Me > M (23,69 > 24 > 25,5) dan termasuk ke dalam juling negatif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Polygon Skor Prestasi belajar IPA Kelompok Eksperimen.
Tabel 4. Kriteria penentuan tinggi rendahnya prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen
Rentangan Skor Klarifikasi/Prediksi
25,75 ≤ x ≥ 30 Sangat Tinggi
22,92 ≤ x ≥ 25,75 Tinggi
20,08 ≤ x ≥ 22,92 Sedang
17,25 ≤ x ≥ 20,08 Rendah
13 ≤ x ≥ 17,25 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan mean (M) =23,6 tergolong kriteria tinggi.
Sedangkan kelompok kontrol memiliki mean = 13,8, median = 12,64, dan modus = 11,7 yang berarti Mo < Me < M (11,7 < 12,64 < 13,8) dan termasuk ke dalam juling positif yang menunjukkan bahwa sebagian
besar skor cenderung rendah. Dapat dilihat pada Gambar 2. 0 5 10 15 9 12 15 18 21 24
Kelas Kontrol
Gambar 2. Grafik Polygon Skor Prestasi belajar IPA Kelompok Kontrol
Untuk mengetahui tinggi rendahnya
prestasi belajar IPA siswa pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan metode ceramah lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Penentuan Tinggi Rendah Prestasi belajar IPA yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Konvensional
Rentangan Skor Klarifikasi/Prediksi
20,75 ≤ x ≥ 30 Sangat Tinggi
17,92 ≤ x ≥ 20,75 Tinggi
15,08 ≤ x ≥ 17,92 Sedang
12,25 ≤ x ≥ 15,08 Rendah
8 ≤ x ≥ 12,25 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar IPA siswa kelompok kontrol dengan mean (M) = 13,8 tergolong kriteria rendah.
Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data tes
keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran IPA siswa. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Chi-Square data hasil post-test
kelompok eksperimen ( hitung ) adalah
2,245 pada taraf signifikan 5% dan db 6 – 1 = 5 diketahui tabel = 11,070, ini berarti
bahwa hitung < tabel maka data hasil
post-test kelompok eksperimen berdistribusi
normal. Sedangkan Chi-Square data hasil
post-test kelompok kontrol ( hitung) adalah
sebesar 9,821 pada taraf signifikan 5% dan db = 5 – 1 = 4 diketahui tabel = 11,070, ini
berarti bahwa hitung< tabel maka data
hasil post-test kelompok kontrol
berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke
dua yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas varians data prestasi belajar IPA dianalisis
dengan uji Fdengan kriteri kedua kelompok
memiliki varians homogen jika F hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas varians data hasil
post-test kelompok eksperimen dan kontrol dengan db = 35/20 dan taraf signifikansi 5% (α 0,05) diketahui F tabel = 2,05 dan F hitung=
1,33. Hal ini berarti F hitung < F tabel dan
varians 1 = varians 2 sehingga post-test
prestasi belajar siswa homogen.
Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng.
Uji hipotesis ini menggunakan uji–t independent “sampel tak berkorelasi”. Data prestasi belajar dalam pembelajaran IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah normal dan varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Selain itu jumlah siswa pada setiap kelas berbeda, baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka pada uji-t sampel tak berkorelasi ini
Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil uji Hipotesis
Keterampilan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran IPA
N X Db thitung ttabel Kesimpulan
Kelompok Eksperimen 35 23,69
53 28,41 2,000 H0ditolak
Kelompok Kontrol 20 13,8
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 28,41. Sedangkan
ttabel dengan db = 53 dan taraf signifikansi
5% adalah 2,000. Hal ini berarti thitung lebih
besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0
ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian,
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
metode eksperimen dan siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng.
Ketuntasan belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa . prestasi belajar sering ditampilkan dalam bentuk perubahan pengetahuan (kogniif),
sikap (afektif) dan keterampilan
(psikomotor). Pada penelitian ini,
kemampuan berpikir kritis siswa hanya
berfokus pada ranah pengetahuan
(kognitif). Rendahnya prestasi belajar siswa diduga karena tingkat rasa percaya diri siswa masih rendah, selain itu dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah.
Besarnya pengaruh antara metode eksperimen dan metode ceramah dapat dilihat dari analisis deskriptif. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor prestasi belajar IPA kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng tahun pelajaran 2013/2014 dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode ceramah.
Temuan penelitian menunjukkan
bahwa metode eksperimen berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPA siswa, ini disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah–langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Pembelajaran dengan metode eksperimen menekankan
aktivitas siswa melalui kegiatan
eksperimen. Dengan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa
diberi kondisi belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Hal itu terjadi karena siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Kesempatan untuk melakukan
percobaan membuat siswa memiliki
kemampuan menyusun konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai siswa. Jika guru menerapkan metode pembelajaran yang tepat, hasil yang diperoleh siswa akan baik. Sebaliknya, jika metode pembelajaran yang digunakan tidak tepat, hasil yang diperoleh siswa akan kurang memuaskan. Salah satu metode yang tepat digunakan adalah
metode eksperimen. Sesuai dengan
pendapat Schonher (dalam Palendeng, 2003), metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains,
karena metode eksperimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi
kesempatan untuk menyusun sendiri
konsep dalam struktur kognitifnya,
selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Berdasarkan pendapat itu,
maka metode eksperimen dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui menggali pengetahuan yang dimiliki lalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan lebih mudah mengingat pelajaran yang dialaminya sendiri.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Era Puspita (2010) yang menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA. Begitu pula Wijiathi (2009) dan Ni Ketut Purniasih (2010), yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, ditemukan sebagai berikut. Hasil uji-t diperoleh thit = 28,41
sedangkan ttab= 2,000 dan M1 = 23,69 dan
M2 = 13,8. Berarti dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPA yang signifikan antara
siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan metode eksperimen dan
siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan metode ceramah pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Lebih lanjut dapat dilihat dari rata-ratanya bahwa
prestasi belajar IPA siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan metode eksperimen terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.
Berkenaan dengan hasil penelitian yang diperoleh maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik daripada prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Untuk itu disarankan
kepada guru agar menggunakan
eksperimen dalam pembelajaran IPA. 2) Kepada siswa disarankan untuk mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan
metode eksperimen dengan
sungguh-sungguh dan berkelanjutan di dalam kelas maupun di rumah untuk membantu belajar secara mandiri. 3) Penelitian lanjutan yang berkaitan dengan metode eksperimen perlu dilakukan dengan materi-materi IPA yang lain dengan melibatkan sampel yang lebih luas.
DAFTAR RUJUKAN
Abimanyu, soli. Dkk. 2009. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi
Penelitian Pendidikan: Suatu pengantar. Singaraja: Undiksha, Singaraja.
Era Puspita, Wayan. 2010. Penerapan
Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Gaya Untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV SDN. 6 Batur Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, FIP
UNDIKSHA.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Sekolah Dasar 2006.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Palendeng, 2003. Strategi Pembelajaran
Aktif. Jakarta: Rineka Cipta
Purniasih, Ketut. 2010. Penerapan Metode
Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Tentang Gaya Magnet Pada Siswa Kelas V SD Negeri 12 Dauh Puri. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar
Wijiathi, Made. 2010. “Penerapan Metode Eksperimen Dengan Teknik Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Kelas IV SDN. 3 Sedang Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, FIP