INTERJEKSI DALAM NOVEL BIRU
KARYA FIRA BASUKI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Yoshua Alfred Rowa NIM : 024114048
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
ANAK-ANAK HARUS BELAJAR BAHWA KEHIDUPAN ITU KOMPLEKS. BANYAK
SEGINYA(DIMENSINYA). TIDAK GAMPANG-SEDERHANA. TIDAK HITAM-PUTIH. BUKAN HARGA MATI. ANAK HARUS BELAJAR BAHWA MESKI KEHIDUPAN DAN PERSOALAN HIDUP ITU KOMPLEKS DAN TIDAK GAMPANG BAHKAN RUWET, TETAPI HARUS KITA SELESAIKAN SECARA SEDERHANA. ARTINYA, DENGAN HATI YANG MENYALA, TETAPI DENGAN KEPALA DINGIN. TEGAS DAN TEGUH BERPEGANG PADA PRINSIP YANG BENAR, TETAPI LUWES. IBARAT POHON KELAPA YANG LANGSING DENGAN DAUN-DAUN YANG SEMAMPAI. TETAP TEGAK DI TEMPAT MESKI TERKENA BADAI, TETAPI MELIUK-LIUK LUWES.
ABSTRAK
Rowa, Yoshua Alfred. 2012. ’’Interjeksi dalam Novel Biru Karya Fira Basuki”. Skripsi Strata Satu (S1). Yogyakarta : Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara Interjeksi digunakan pengarang dalam menyampaikan emosi yang tidak bisa hanya digambarkan melalui berbagai kata lainnya namun ternyata juga dapat disampaikan dalam satu kata yaitu interjeksi
Penelitian yang berjudul interjeksi dalam novel Biru Karya Fira Basuki bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk interjeksi yang digunakan dalam novel Biru karya Fira Basuki dan menganalisis tujuan penggunaan bentuk-bentuk interjeksi yang digunakan dalam novel Biru karya Fira Basuki..
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiolinguistik.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manusia (human instrument). Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu menggabungkan antara metode deskriptif dan kualitatif.
ABSTRACT
Rowa, Yoshua Alfred. 2012. Interjection in Biru novel by Fira Basuki. S1 thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters Study Program, Indonesian Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
Interjection is a word that expresses a sense of duty speaker's heart. Thus the author's efforts in enriching interjection convey emotions that can not be simply described through a variety of other words but in fact it is quite conveyed in one word the interjection
The study, entitled interjection in the novel Biru Fira Basuki's work aims to identify the forms of interjection used in the novel Biru Fira Basuki's work and analyze the intended use of the forms of interjection used in the novel BiruFira Basuki's work.
This type of research is descriptive research. The approach used in this study is a sociolinguistic approach.
Data collection methods used in this study is the method batat. Instruments used in this study were human (human instrument). This research includes the study of literature. Therefore, the techniques of data analysis used is qualitative research is descriptive, which combines descriptive and qualitative methods.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya tujukan kepada Yesus Kristus sebagai sumber iman , pengharapan serta kasih yang terus memberikan berkatnya sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul ’’Interjeksi dalam Novel Biru Karya Fira Basuki” digunakan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku pembimbing I sekaligus dosen yang telah
memberikan pengetahuan serta memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi kepada penulis.
2. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku pembimbing II, dosen yang telah membagi
pengetahuan, motivasi, kritik kepada penulis.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Dr.P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S.,
4. Ibu Yohana Paula Londa Siulele yang terus menyemangati, mengingatkan, mendoakan
kepada penulis selama studi beserta kakak Angilbert G.Y.R., dan adik Yoram Frederich.
5. UKM Menwa Ignatian yang menjadi tempat penulis dibina tentang organisatoris,
kepemimpinan. Semoga terus berkembang.
6. Staf sekretariat Fakultas Sastra dan staf Universitas Sanata Dharma yang membantu
penulis memperlancar urusan kuliah.
7. Penulis berterima kasih kepada kawan- kawan di Prodi Sastra Indonesia yang
membantu di dalam kuliah maupun di luar kuliah.
Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam penyusunan skripsi ini. Namun sebagai manusia biasa tetap saja ada yang kurang atau salah. Mohon maaf.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….……… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. vi
ABSTRAK……….. vii
ABSTRACT……… viii
KATA PENGANTAR………... ix
DAFTAR ISI………. xi
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah... 1
1. 2. Rumusan Masalah... 3
1. 3. Tujuan Penelitian... 3
1. 4. Manfaat Penelitian... 3
1. 5. Tinjauan Pustaka…………..………... 4
1. 6. Landasan Teori ………... 6
1.6.1. Pengertian Interjeksi ………... 6
1.6.2. Bentuk-Bentuk Interjeksi ………... 7
xii
1.7.1. Jenis Penelitian ………...11
1.7.2. Pendekatan………...11
1.7.3. Metode dan Teknik Penelitian ………...11
1.7.3.1. Tahap Pengumpulan Data ..………….…..…... 11
1.7.3.2. Tahap Analisis Data..……….…..…... 12
1.7.3.3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data..………….…... 12
1. 8.
Sistematika Penyajian ………..…... 13
BAB II PENGGUNAAN INTERJEKSI DALAM NOVEL
BIRU
KARYA FIRA BASUKI
2.1.Sinopsis Novel Biru Karya Fira Basuki ... 15
2.2.Riwayat Hidup Fira Basuki ... 17
2.3.Analisa Penggunaan Interjeksi Dalam Novel
Biru
Karya Fira Basuki
... 18
2.4.Pembahasan Penggunaan Interjeksi Dalam Novel
Biru
Karya Fira Basuki.
... ………. 22
BAB III KLASIFIKASI INTERJEKSI DALAM NOVEL
BIRU
KARYA FIRA BASUKI
3.1. Analisis Klasifikasi Interjeksi Dalam Novel Biru Karya Fira Basuki
... 24
xiii
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan... 90
4.2. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
……….. 92
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Melalui bahasa, karya sastra dapat diciptakan. Melalui bahasa,
seorang pengarang dapat menyampaikan perasaannya atau gagasannya ke
dalam tulisan. Melalui bahasa pula, seorang pembaca dapat memahami
maksud yang disampaikan pengarang melalui karyanya diri pembaca dapat
menilai baik buruknya suatu karya sastra yang telah diciptakan pengarang
dengan memperhatikan bahasa yang digunakannya, dengan kata lain, bahasa
merupakan sarana pengungkapan sastra.
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa
hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti kagum, sedih, heran dan
jijik, orang yang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung
makna pokok yang dimaksud (Alwi, 1998; 303). Dengan demikian, interjeksi
memperkaya upaya pengarang dalam menyampaikan emosi yang tidak bisa
hanya digambarkan melalui berbagai kata lainnya namun ternyata cukup
disampaikan dalam satu kata yaitu interjeksi.
Interjeksi sering didefinisikan sebagai ujaran yang mengungkapkan
(1998: 102) interjeksi digunakan untuk mengungkapkan perasaan dalam atau
penilaian afektif digunakan ujaran seruan. Lebih lanjut Moussay mengatakan,
ujaran tersebut memiliki dua bentuk, yaitu bentuk lengkap dan bentuk tidak
lengkap. Bentuk lengkap dibangun berdasarkan model yang sama dengan
ujran interogatif dan menggunakan partikel tak takrif yang sama sebagai
ekslamasi yang ditandai dengan tanda seru di akhir ujaran, sedangkan bentuk
tak lengkap ialah bentuk yang dipersingkat menjadi intejeksi saja. Bentuk itu
dapat dipahami dalam suatu konteks dan tanda seru diletakkan langsung
setelah interjeksi yang lazim diletakkan di awal ujaran. Interjeksi itu termasuk
onomatope, teriakan, kutukan, panggilan ataupun umpatan. Semua interjeksi
itu dianggap sebagai kata tugas. Dengan demikian, Moussay
mengklasifikasikan interjeksi sebagai bagian dari ujaran seruan.
Penggunaan interjeksi juga digunakan oleh pengarang Fira Basuki
dalam novel Biru. Dalam pembacaan pra penelitian diketahui bahwa terdapat
banyak sekali kata interjeksi yang digunakan. Melalui pembacaan pra
penelitian tersebut maka peneliti mengetahui bahwa terdapat perbedaan antara
novel ini dengan novel lainnya yaitu pengarang lebih memilih menggunakan
kata interjeksi sebagai upaya untuk mengungkapkan perasaannya. Hal ini
menjadi dasr pemilihan peneliti untuk mengkaji penggunaan kata interjeksi
dalam novel Biru karya Fira Basuki. Diharapkan hasil penelitian ini akan
memberikan gambaran mengenai kekayaan serta maksud penggunaan kata
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1.2.1. Apa saja jenis interjeksi yang digunakan dalam novel Birukarya Fira Basuki ?
1.2.2. Apa saja klasifikasi interjeksi yang digunakan dalam novel Birukarya Fira
Basuki ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas meka tujuan penelitian yang
ingin diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.3.1. Mendeskripsikan jenis interjeksi yang digunakan dalam novel Biru karya
Fira Basuki.
1.3.2. Mendeskripsikan klasifikasi interjeksi yang digunakan dalam novel Biru
karya Fira Basuki.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian tentang penggunaan interjeksi sebagai bagian dari
penggunaan kata tugas diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu sastra.
2. Manfaat Praktis
masukan yang berharga terhadap keperluan kritik sastra. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung antara Pengarang
dengan pembaca dalam memaknai novel Biru
1.5. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian oleh Syafyahya (2008) dalam Ujaran Seruan dalam Bahasa
Minangkabau di Kabupaten Agam. penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang bentuk,aturan/ kaidah
penggunaan, dan variasi leksikal ujaran seruan dalam bahasa
Minangkabau di Kabupaten Agam.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan tiga metodologi yang berpijak pada
konsepsi dasar triangulasi. Tahap pertama, metode penyediaan data
digunakan metode instrospeksi, metode simak dengan teknik simak bebas
libat cakap dan teknik simak libat cakap. Tahap kedua, tahap analisis data
dilakukan terlebih dahulu editing data dan koding data. Setelah itu, data
dianalisis dengan menggunakan metode padan pragmatis dan metode
agih/distribusional. Metode padan pragmatis diikuti dengan teknik pilah
unsur penentu dan teknik banding memperbedakan. Metode agih diikuti
dengan teknik bagi unsur langsung dan teknik ganti.
Hasil penelitian menunjukkan, Ujaran seruan dalam bahasa Minangkabau
memiliki bentuk lengkap dan bentuk tidak lengkap. Bentuk lengkap
dibangun berdasarkan model yang sama dengan ujaran interogatif dan
intonasinya yang berbeda, yang di sini ditandai dengan tanda seru di akhir
ujaran. Bentuk tak lengkap ialah bentuk yang dipersingkat menjadi kata
seru/interjeksi. Bentuk itu dapat dipahami dalam suatu konteks dan tanda
seru diletakkan langsung setelah interjeksi, yang lazimnya diletakkan di
awal ujaran. Interjeksi itu termasuk teriakan, kutukan, umpatan, dan
panggila.
Dari kedua bentuk itu, ada ujaran seruan yang bersifat mencari kawan
yang mengacu ke sikap positif dan ada ujaran seruan yang bersifat
mencari lawan yang mengacu ke sikap negatif. Di samping itu,
berdasarkan SPEAKING tampak dengan jelas kaidah dalam penggunaan
ujaran seruan yang dipandang dari segi setting, participant, ends, act
sequence, key, instrumentalities, norm, dan genre harus diperhatikan
supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan ujaran seruan tersebut.
Penggunaan ujaran seruan yang salah dapat mengganggu keserasian
dalam komunikasi bahkan akan menimbulkan pertengkaran di antara
peserta tindak ujaran. Variasi leksikal ujaran seruan dalam bahasa
Minangkabau tidaklah banyak, baik dari bentuk lengkap maupun dari
bentuk tak lengkap. Pada umumnya, variasi ujaran seruan lebih banyak
dari segi pelafalan atau bunyi. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadi
variasi leksikal penggunaan ujaran seruan dalam Bahasa Minangkabau
ialah: tergantung konteks dan faktor wilayah penggunaan.
merupakan suatu alat untuk menyampaikan gagasan, keinginan dan
perasaan di dalam peristiwa komunikasi. Penentuan makna interjeksi
didasarkan pada konteks dan situasinya. Konteks yang merupakan unsur
bahasa dinyatakan dengan ujaran yang melingkupi interjeksi. Sementara
situasi dinyatakan dengan gambar (tanda ikonis) yang merupakan tiruan
komunikasi. Di dalam penelitian ini akan banyak ditemukan interjeksi apa
saja yang terdapat di dalam sumber data berdasarkan tujuan
penggunaannya, dan apa maknanya berdasarkan konteks dan situasinya,
dan dengan demikan, bagaimana penggolongan maknanya
1.6. Landasan Teori
1.6.1. Pengertian Interjeksi
Menurut Kridalaksana (186;120), interjeksi adalah kategori yang
bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaksis tidak
berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi bersifat ekstra
kalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas atau
berdiri sendiri. Hal inilah yang membedakan dari partikel fatis yang dapat
muncul di bagian ujaran mana pun tergantung dari maksud pembicara.
Demikian pula dalam pernyataan Alwi (2003; 303) yang
menyatakan bahwa interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang
mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti
kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Untuk
menyatakan betapa cantiknya seorang etman yang emmakai pakaian baru
misalnya, kita tidak hanya berkata”Cantik sekali kau malam ini”, tetapi
kita awali dengan kata seru aduh yang emngungkapkan perasaan kita.
Dengan demikian kalimat “Aduh, cantik sekali kau malam ini”, tidak
hanya mengungkapkan fakta tetapi juga rasa hati pembicara. Di samping
kata interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang
berasal dari bahasa asing. Kedua-duanya biasanya dipakai di awal kalimat
dan pada penulisannya diikuti oleh tanda koma.
1.6.2. Bentuk-Bentuk Interjeksi
Menurut Kridalaksana (1986;120), terdapat bermacam-macam
interjeksi yang dikenal hingga sekarang dalam kehidupan masyarakat
bahasa Indonesia adalah:
a. Interjeksi asli: yah, wah, ah, hai, o, oh, cih, nah, dan lain-lain.
b. Interjeksi yang berasal dari kata-kata biasa. Interjeksi yang dimaksud
dengan interjeksi ini adalah kata-kata benda atau kata-kata lain yang
digunakan atau biasa digunakan sebagai kata seru: celaka, masa,
kasihan, dan lain-lain.
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan-ungkapan, baik ungkapan
Menurut Ida Bagus ( 2007; 7) terdapat beberapa bentuk interjeksi yaitu
adalah:
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih (idiih)
Contoh:
a. Bah, segera kau keluar dari kamar ini juga!
b. Cih, tidak tahu malu ! Maunya ditraktir orang melulu!
c. Cis, gua muak lihat muka lu ! Dasar cowok enggak tau diri!
d. Ih, mulutmu bau amat, sih! Nggak pernah disikat, ‘kali!
e. Idih, WC-nya bau pesing banget ! Jijik, ah!
2. Interjeksi kekesalan atau kecewa: brengsek, sialan, buset (busyet), keparat,
celaka
Contoh:
a. Brengsek, disuruh ngebantuin malah ngomel!
b. Sialan, baru mau tidur sudah dibangunin!
c. Buset, aku dimarahi guru gara-gara kamu!
d. Keparat, dompet saya kecopetan di pasar!
e. Celaka, kopornya ketinggalan di lobi bandara!
3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduh (duh), aduhai, amboi, asyik, wah
Contoh:
a. Aduh, cantik sekali kamu malam ini!
b. Aduhai, indah sekali pemandangan di sini!
c. Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat!
e. Wah, goyang dangdut penyanyi itu benar-benar seksi!
4. Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulillah, untung
Contoh:
a. Syukur, kamu dapat diterima pada perusahaan itu!
b. Alhamdulillah, keluarga saya luput dari kecelakaan itu.
c. Untung, waktu terjadi kerusuhan itu toko kami tidak dijarah.
5. Interjeksi harapan : insya Allah, mudah-mudahan, semoga
Contoh:
a. Insya Allah, saya akan datang ke pesta pernikahanmu!
b. Mudah-mudahan Anda tiba dengan selamat di tanah air!
c. . Semoga cita-citamu lekas tercapai!
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah
Contoh:
a. Aduh, kamu kok suka gonta ganti pacar!
b. Aih, kurus amat kamu sekarang ini ! Lagi diet?
c. Ai, tasnya keren banget! Merek apa, sih?
d. Lo, masa nggak kenal lagi! Kamu ‘kan teman sekolahku di SMP.
e. Duilah, begitu saja kamu tidak bisa!
f. Eh, aku heran dia bisa lulus ujian. Pada hal jarang belajar!
g. Oh, saya baru tahu kalau kamu sudah menikah
h. Ah, saya tidak kira kalau kamu pandai bahasa Korea.
Contoh:
a. Astaga, mahal amat baju ini! Nggak sanggup beli, deh!
b. Astagafirullah, seluruh keluarganya dibantai perampok?
c. Masyallah, pamanmu punya bini muda lagi?
d. Masa, si Ria udah hamil? Kan dianya belon menikah.
e. Alamak, dandanan cewek-cewek bachiguro itu serem banget!
f. Gile, dia bisa abisin bir selusin sendirian tapi nggak mabuk!
8. Interjeksi ajakan : ayo, yuk, mari
Contoh :
a. Ayo,, siapa mau ikut minum-minum ke kedai minum?
b. Yuk, kita pergi barengan ke Shibuya!
c. Mari, dicoba kuenya. Jangan malu-malu!
9. Interjeksi panggilan : hai, he, hei, eh, halo (alo)
Contoh :
a. Hai, kapan kamu datang dari Tokyo?
b. He, di mana si Alya tinggal sekarang?
c. Hei, tolong beliin gua rokok sebungkus!
d. Eh, mau ikut nggak ngedugem malam ini!
e. Halo, apa kabar, sayang!
10. Interjeksi marah atau makian: goblok, tolol, anjing, sontoloyo
Contoh:
a. Goblok, sudah diajarin juga nggak ngerti-ngerti.
c. Anjing, berani-beranian colek pantat gua!
d. Sontoloyo, kerjaan segampang ini nggak becus!
Perlu diperhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu dipakai dalam bahasa
lisan atau bahasa tulis berbentuk percakapan. Pada bahasa tulis yang tidak
merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi jarang
dipakai.
1.7.Metode Penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
memerikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada (Sudaryanto,
1993:62). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mendeskripsikan fakta yang
disusul dengan analisis
1.7.2. Pendekatan
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Sosioliguistik.
Sosiolinguistik (Nababan, 1984:2) ialah studi atau pembahasan dari bahasa
sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Boleh
juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek
kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan (variasi) yang terdapat dalam
bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).
1.7.3. Metode dan Teknik Penelitian
adalah metode catat. Metode catat yaitu membaca dan mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan interjeksi yang digunakan Fira Basuki dalam novel Biru.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data sebagai
berikut.
1. Peneliti membaca seluruh novelBirukarya Fira Basuki.
2. Mengamati dan mencatat ke dalam kartu data kata interjeksi yang
digunakan dalam novelBirukarya Fira Basuki.
1.7.3.2. Tahap Analisis Data
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu, teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu
menggabungkan antara metode deskriptif dan kualitatif. Metode ini digunakan
untuk mendeskripsikan segala sesuatu yang berhubungan kata interjeksi
dengan novel Biru karya Fira Basuki dengan tidak mengutamakan
angka-angka tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi
antarkonsep yang dikaji secara subjektif.
Hasil pengumpulan data yang berupa kutipan-kutipan dalam kartu
data, kemudian dianalisis untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang
jelas. Adapun langkah-langkah peneliti untuk menganalisis data sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk interjeksi yang digunakan dalam novel
Birukarya Fira Basuki
2. Memberi gambaran dan kesimpulan atas penelitian.
Hasil analisis data berupa penggunaan interjeksi dalam novel Biru
karya Fira Basuki. Hasil analisis tersebut disajikan dengen metode penyajian
informal dan formal. Penyajian informal dan formal adalah perumusan kaidah
tersebut dengan kata-kata, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya.
Metode penyajian formal adalah perumusan kaidah dengan tanda dan lambang
(Sudaryanto, 1993:145).
1.8. Sistematika Penyajian
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I berupa
pendahuluan berisikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Hasil Penelitian , Tinjauan Pustaka dan Metode
Penelitian. Bab II berisikan analisis mengenai bentuk-bentuk Interjeksi yang
digunakan pada novel Biru karya Fira Basuki. Bab III berisikan analisis
mengenai tujuan penggunaan bentuk-bentuk interjeksi pada novel Biru karya
BAB II
PENGGUNAAN INTERJEKSI
DALAM NOVEL BIRUKARYA FIRA BASUKI
Dalam bab ini penulis akan menyajikan hasil penelitian dan
pembahasan terhadap analisis tentang penggunaan interjeksi dalam novel
Biru karya Fira Basuki. Hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan
perumusan masalah dan penjelasan tentang hasil penelitian akan dipaparkan
pada pembahasan
2.1.Sinopsis Novel BiruKarya Fira Basuki
Novel ini bercerita mengenai sebuah reuni teman-teman SMA setelah
sekian lama tercerai berai oleh aktivitas kuliah, kerja, dan rumah tangga.
Namun tidak dengan "Biru", sebuah novel besutan Fira Basuki. Reuni SMA
Surya yang bertajuk "Biru" akhirnya menjadi kepingan yang tak
terpecahkan... menyisakan kepingan yang masih tersebar tanpa membentuk
sebuah pola. Beragam tokoh harus melewati masa tiga bulan (terhitung dari
undangan reuni) dengan berbagai rangkaian hidup yang penuh gejolak,
tantangan dan persoalan hidup yang tak terpecahkan. Novel yang relatif
tebal ini menggambarkan beragam sudut pandang dari para tokoh. Sudut
pandang tersebut menjadikan novel ini kaya akan detail dan pengembangan
karakter. Masing-masing tokoh menggunakan bahasa orang pertama, dan
mempunyai hak yang sama sebagai tokoh utama. Pengunaan sudut pandang
saling berbelit dan rumit. Tak ada tokoh yang harus terjebak pada
peran-peran antagonis atau protagonis. Konflik yang muncul dapat dibangun
secara utuh tanpa terjebak persoalan hitam-putih.
Candy, seorang model di Singapura, harus berjuang melawan keriput
mata, badan kegemukan, dan usia yang menua. Beragam manipulasi
kosmetik dan pengobatan artifisial tanpa mampu menahan lajunya usia yang
bertambah. Mario, tokoh lainnya harus kembali ke Filipina, tanah kelahiran
ayahnya, untuk menuntas persoalan kelaminnya, yang tak lain berhubungan
dengan hukum karma yang diwariskan padanya. Sedangkan Anna, sosok ibu
rumah tangga yang sempurna harus menghadapi putrinya yang telah ternoda
olah teman SMA dahulu. Aris, seorang aktivis LSM, harus berhadapan
dengan perkara pidana karena didakwa menyelewengkan dana yang telah ia
dapatkan. Adapula Pura, sopir taksi yang mulai merintis mimpinya menjadi
musisi, hingga Lindih dan seseorang yang tidak memiliki nama, dua wanita
yang terlibat cinta segitiga.
Beragam konflik tersebut disajikan baik saat penantian reuni maupun
pada saat flash back di masa-masa SMA silam. Sebuah babak flash back
yang disajikan dalam novel ini turut menyumbang keragaman alur serta
memperkuat benang merah cerita. Masa SMA yang penuh melodramatik
dibangun secara kuat tanpa terjebak pada cerita remeh-temeh seputar usia
belasan. Konflik masing-masing tokoh ini dibangun melalui serangkaian
tokoh melibatkan teman SMA dahulu atau sekadar pertemuan sambil lewat
yang tanpa diduga-duga.
2.2.Riwayat Hidup Fira Basuki
Fira Basuki (lahir di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, 7 Juni 1972;
umur 39 tahun) merupakan seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia.
Saat ini dia menjabat sebagai pemimpin redaksi di majalah Cosmopolitan.
Ibu dari seorang putri yang bernama Syaza Calibria Galang ini pernah
bekerja di majalah Dewi dan menjadi kontributor di beberapa media asing,
seperti Sunflower, Collegio, dan Morning Sun. Selain itu, alumnus dari
Communication Public Relation di Pittsburg State University dan Wichita
State University ini juga pernah menjadi pembawa acara pada CAP-3 TV,
Pittsburg, Kansas, dan produser paruh waktu di Radio Singapore
International. Pada saat ini Fira Basuki menjadi executive contributor di
Harper's Bazaar Indonesia (MRA Media).
Peran sertanya dalam dunia sastra sudah terasah pada saat ia
menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pada saat di sekolah menengah
umum ia sudah menjuarai lomba menulis yang diselenggarakan oleh
majalah-majalah, seperti Tempo dan Gadis. Sejak tahun 2001 Fira Basuki
mulai aktif menulis novel. Novel pertamanya berjudul Jendela-jendela
mengisahkan kehidupan pasangan suami istri dan
permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam rumah-tangganya. Dengan suksesnya
Jendela-Jendela dengan meluncurkan novel Pintu yang diterbitkan pada
tahun 2002 dan Novel Atap yang diterbitkan pada tahun 2003. Selain itu,
novel Biru dan Rojak muncul dan menambah koleksi karya sastra yang
dihasilkannya. Hampir semua novel-novel yang dihasilkannya mengambil
latar tempat di Amerika, Singapura, dan Indonesia karena ia sudah pernah
menetap di Negara-negara tersebut sehingga ia dapat mendalami dan
mendeskripsikan budaya setempat dengan begitu jelas.
2.3. Analisis Jenis Penggunaan Interjeksi Dalam Novel Biru Karya Fira
Basuki
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti terhadap
penggunaan interjeksi pada novel Birukarya Fira Basuki, diketahui terdapat
beberapa bentuk interjeksi, yaitu 15 bentuk dalam 34 jenis kata.
Keseluruhan jumlah penggunaan interjeksi sebanyak 294. Untuk selanjutnya
peneliti akan menguraikan dalam tabel berikut ini
11 kok 28
21 kesenangan ha…ha /he…he 35
22 sih 15
Jenis interjeksi dalam novel Birukarya Fira Basuki diketahui terdapat
15 bentuk yaitu ajakan, keluhan kekagetan, keheranan, kekaguman,
kekesalan, kejijikan, perpisahan/pertemuan, kesenangan, umpatan,
kesedihan, memastikan, diam, kelegaaan, dan penolakan. Untuk jenis
interjeksi yang dpergunakan dalam novel Biru karya Fira Basuki diketahui
terdapat 34 jenis kata yang terdiri atas ayolah, aduh, auwww, astaga, Ya
huh, duh, hii, halo, hai, ha…ha /he…he, sih, sialan, buset, sewot, hiks, toh,
deh, hush, ssstt, Fiuh, ops, tidak dannggak.
Masing-masing bentuk memiliki ungkapan atau jenis interjeksi yang
berbeda. Hal ini juga berlaku pada masing-masing perbandingan
penggunaan antara bentuk dan jenis interjeksi yang digunakan dalam novel
Birukarya Fira Basuki, yaitu (1) bentuk ajakan dengan jenis interjeksi yaitu
ayolah berjumlah digunakan 1 kata (2) aduh digunakan sebanyak 20 kata;
(3) bentuk kekagetan berupa jenis interjeksi kata auwww digunakan
sebanyak 3 kata; kata astaga digunakan sebanyak 3 kata; kata Ya Allah
digunakan sebanyak 1 kata; kata Astagfirullah digunakan sebanyak 2
kata innalilahi digunakan sebanyak 2 kata. Dengan demikian total
penggunaan kata dalam bentuk interjeksi kekagetan berjumlah 30 kata (4)
bentuk keheranan dalam jenis katahmmmm digunakan sebanyak 19, kata eh
digunakan sebanyak 22 kata, kata ahdigunakan sebanyak 38 kata, kata kok
digunakan sebanyak 28 kata, kata oh digunakan sebanyak 16 kata, kata
apa digunakan sebanyak 1 kata, kata lho digunakan sebanyak 3 kata.
Dengan demikian total interjeksi bentuk kata keheranan berjumlah 127.
(5) bentuk kekaguman berupa kata wah digunakan sebanyak 2 kata.
Dengan demikian total interjeksi bentuk kekaguman digunakan sebanyak 2
kata. (6) bentuk kekesalan berupa kata huh digunakan sebanyak 4 kata dan
kata duh sebanyak 15 kata. Dengan demikian total interjeksi (7) bentuk
perpisahan/pertemuan berupa kata halodigunakan sebanyak 1 kata dan kata
hai digunakan sebanyak 1 kata. Dengan demikian total interjeksi bentuk
perpisahan/pertemuan digunakan sebanyak 2 kata. (9) bentuk kesenangan
berupa kata ha…ha /he…he digunakan sebanyak 35 dan kata sihdigunakan
sebanyak 15 kata. Dengan demikian total interjeksi bentuk kesenangan
digunakan sebanyak 40 kata. (10) bentuk umpatan berupa kata sialan
digunakan sebanyak 4 kata, kata buset digunakan sebanyak 1 kata, kata
sewotdigunakan sebanyak 1 kata. Dengan demikian total interjeksi bentuk
umpatan digunakan sebanyak 6 kata.
(11) bentuk kesedihan berupa hiks digunakan sebanyak 4 kata.
Dengan demikian total interjeksi bentuk kesedihan digunakan sebanyak 4
kata. (12) bentuk memastikan berupa katatoh digunakan sebanyak 3 kata
kata deh digunakan sebanyak 5 kata. Dengan demikian total interjeksi
bentuk memastikan digunakan sebanyak 8 kata. (13) bentuk diam berupa
kata hushdigunakan sebanyak 23 kata dan katassstt digunakan sebanyak 10
kata. Dengan demikian total interjeksi bentuk diam digunakan sebanyak 33
kata. (14) bentuk kelegaaan berupa kata Fiuh digunakan sebanyak 1
kata dan kata ops digunakan sebanyak 4 kata. Dengan demikian total
interjeksi bentuk kelegaan digunakan sebanyak 5 kata. (15) bentuk
penolakan berupa kata tidakdigunakan sebanyak 1 kata dan nggak
2.4. Pembahasan Penggunaan Interjeksi Dalam Novel Biru Karya Fira
Basuki.
Interjeksi merupakan kata yang dapat digunakan pengarang dalam
menggambarkan perasaan yang ingin disampaikan. Kelebihan dari
penggunaan kata ini adalah cukup dengan satu kata saja sudah memiliki
kekayaan arti dalam perasaaan yang ingin disampaikan. Hal ini pulalah yang
dilakukan oleh pengarang Fira Basuki dalam novel Biru. Pengarang terlihat
lebih memilih menggunakan interjeksi sebagai bagian untuk menyampaikan
perasaan yang ingin dituturkannya dalam novel Biru. Hal ini terlihat dari
banyaknya jumlah interjeksi yang digunakan yaitu sebanyak 294 kata.
Novel Biru Karya Fira Basuki juga memiliki kekayaan dalam
penggunaan bentuk-bentuk interjeksi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
bentuk interjeksi sebanyak 14 jenis yaitu bentuk ajakan, kekagetan,
keheranan, kekaguman, kekesalan, kejijikan, perpisahan/pertemuan,
kesenangan, umpatan, kesedihan, memastikan, diam, kelegaaan, dan
penolakan. Jumlah bentuk interjeksi yang digunakan oleh Fira BAsuki
dalam Novel Birumenujukkan banyaknya kekayaan bentuk interjeksi yang
digunakan. Hampir di setiap halaman ditemukan adanya penggunaan
interjeksi. Dalam pembacaaan yang dilakukan oelh peneliti terlihat bahwa
Fira Basuki memilih menggunakan interjeksi sebagai bagian untuk
mengungkap atau menuturkan perasaan tokoh-tokoh yang adalam novel
Interjeksi yang paling banyak digunakan adalah bentuk keheranan
yaitu total sebanyak 127 kata dengan 7 jenis hmmmm, eh, ah, kok, oh, apa
dan lho. Bentuk keheranan juga menjadi bentuk yang paling banyak
memiliki variasi jenis kata. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang banyak
memilih interjeksi bentuk keheranan sebagai bagian untuk menyampaikan
sesuatu yang mengejutkan si tokoh. Interjeksi yang paling sedikit digunakan
adalah bentuk ajakan yaitu kata ayolah yaitu sebanyak 1 kata. Dengan
demikian bentuk ajakan merupakan pilihan yang paling sedikit digunakan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui beberpa hal sebagai
jawaban dari pertanyaan dalam penelitian. Berikut merupakan jawaban dari
pertanyaan atau rumusan masalah penelitian ini, yaitu:
1. Jenis interjeksi yang digunakan dalam novel Biru karya Fira Basuki
adalah 14 jenis yaitu jenis ajakan, kekagetan, keheranan, kekaguman,
kekesalan, kejijikan, perpisahan/pertemuan, kesenangan, umpatan,
kesedihan, memastikan, diam, kelegaaan, dan penolakan.
2. Tujuan penggunaan kata interjeksi novel Biru karya Fira Basuki adalah
terdapat dua hal yaitu Pertama, secara khusus adalah memberikan
kekayaan penyampaian maksud dan ekpresi yang disampaikan atau
dituturkan oleh tokoh dalam novel. Kedua, Secara umum adalah untuk
menghilangkan rasa kejenuhan dan menimbulkan kesegaran serta untuk
membangkitkan rasa keingintahuan untuk terus mengikuti alur ceritanya.
4.2.Saran
1. Diperlukan suatu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap kekayaan
gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel Biru karya Fira
2. Berdasarkan penelusuran peneliti, diketahui minimnya penelitian
mengenai penggunaan kata interjeksi sehingga diperlukan suatu
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Basuki, Fira. 2005. Biru. Jakarta: Grasindo.
Cahyadi,Dedi. 2010. Interjeksi di dalam Beberapa Komik Berbahasa Inggris: Kajian Linguistik dan Semiotik.
http://www.garuda.dikti.go.id. diunduh juni 2011.
Ida Bagus, Putrayasa. 2007. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: Refika Aditama.
Ida Bagus, Putrayasa. 2007. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Kridalaksana, Harimurti. 1987. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis.Jakarta: Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moussay, Gerard. 1998. Tata Bahasa Minangkabau(terjemahan Rahayu S. Hidayat), Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis.Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Syafyahya, Leni. 2008. Ujaran Seruan Dalam Bahasa Minangkabau Di Kabupaten Agam.http://lp.unand.ac.id. diunduh juni 2011.
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Yoshua Alfred Rowa,
Lahir : Ujung Pandang, 17 Februari 1984
Riwayat Sekolah: TK Teratai I Makassar.
SD Frater Teratai I Makassar.
SMP Frater Thamrin Makassar.
SMA Frater Kumala Makassar.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.