• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Pintu Karya Fira Basuki : kajian psikoanalisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mekanisme pertahanan diri tokoh dalam novel Pintu Karya Fira Basuki : kajian psikoanalisis"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH DALAM NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI: KAJIAN PSIKOANALISIS. Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia. Oleh Paskaria Tri Astanti NIM: 114114016. PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2015. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri…. Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri…… -Pramoedya Ananta Toer-. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Karya ini ku persembahakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kedua orang tuaku, Bapak Siten dan Ibu Aini.. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kuasa-Nya, bimbingan-Nya, dan kasih karunia-Nya sehingga mampu memberikan petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak bantuan dan dukungan yang diterima dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam serta tidak mengurangi rasa hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, waktu, semangat dan sebagai teman diskusi yang baik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Endah Peni Adji S,S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing akademik dan Pembimbing II yang selalu memberikan waktunya untuk membimbing dan memberi dukungan pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku ketua prodi, Bapak Drs. Heri Antono, M.Hum., selaku wakil prodi, Bapak Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak Drs. F. Santosa., Ibu Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum., yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti studi di Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dr. F.X. Siswandi, M.A., sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. 5. Seluruh staff dan karyawan perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam menyediakan buku-buku referensi yang dibutuhkan oleh peneliti. 6. Kedua orang tuaku, Bapak Nicodemus Sitensius dan Ibu Regina Aini yang tiada henti memberi dukungan baik secara material, moril serta kasih dan cintanya. Berkat doa dan restu beliau penulis bersemangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Afrizal Fitranda, Rimeldha Sayuti, Dermala Ananda Tanjung, Yofin Nadya, Gina Istiqomah dan Mega Winarti. Terima kasih atas dorongan, semangat yang yang hampir setiap hari diberikan, kasih sayang dan kesetiaan yang tulus.. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK. Triastanti, Paskaria. 2011. Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis. Skripsi Strata Satu (S1). Yogyakarya: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengangkat topik terhadap tiga tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Tujuan penelitian (1) menganalisis struktur novel Pintu yang meliputi alur, latar/setting, serta tokoh dan penokohan, (2) menganalisis unsur psikologi dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud terhadap tiga tokoh. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan psikoanalisis dengan teori struktur kepribadian khususnya mekanisme pertahanan diri Sigmund Freud. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis struktur novel dan untuk melihat gambaran atau petunjuk tentang persoalan psikologi yang berhubungan dengan Bowo, Erna, dan Paris. Pendekatan psikonalisis digunakan untuk menganalisis kepribadian Bowo, Erna, dan Paris dengan kajian mekanisme pertahanan diri yang meliputi represi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi, serta fantasi dan stereotype. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode baca catat, analisis isi, dan penyajian deskriptif. Hasil analisis dalam novel ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu struktur novel dan psikoanalisis. Struktur novel berisi alur maju dan flashback, alur dominan adalah flashback. Latar/setting terbagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat (Jawa, Batavia, dan Chicago di Amerika), latar waktu yang dibagi menjadi dua bagian yaitu (tahun 1986-1987 dan tahun 1989-2000), latar sosial yang dibagi menjadi dua bagian (latar sosial Jawa, dan latar sosial Amerika). Penokohan menjadi tiga bagian. Bowo sebagai tokoh utama dan protagonis, Erna sebagai tokoh tambahan dan antagonis, tokoh Paris sebagai tokoh utama dan protagonis. Masing-masing tokoh memiliki persoalan psikologis. Hasil analisis psikologis dengan teori mekanisme pertahanan Sigmund Freud terhadap tiga tokoh yaitu, 1) Bowo menggunakan lima model mekanisme pertahanan diri atas konfliknya sejak kecil hingga dewasa yang meliputi sikap agresi, mencari rasionalisasi, represi, proyeksi, dan undoing. 2) Erna menggunakan dua model mekanisme pertahanan diri ketika tidak bisa menikah dengan Bowo yang meliputi regresi serta fantasi dan stereotype. 3) Paris menggunakan tiga model mekanisme pertahanan diri saat bermasalah dengan orangtuanya, menjadi korban KDRT, dan berselingkuh dengan Bowo, yang meliputi regresi, reaksi agresi, dan undoing.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Jelas terlihat dalam analisis psikoanalisis mekanisme pertahanan diri bahwa tokoh-tokoh dalam novel yaitu Bowo, Erna maupun Paris memiliki konflik dengan struktur kepribadiannya yaitu antara id, ego, dan superego mereka yang saling bertentangan sehingga pada beberapa kasus banyak menguras energi psikis tokoh. Terbukti bahwa setiap tokoh mempunyai masing-masing kesulitan yang sukar dihadapi dan mereka mencoba bertahan dengan cara kerja ego yaitu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan secara tidak sadar demi upaya meredakan ketiga kecemasan yang sering meraka alami yakni kecemasan realistik, kecemasan moral, dan kecemasan neurotik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tokoh telah menggunakan mekanisme pertahanan demi menjaga agar struktur kepribadian mereka tidak rusak atau hancur. Bowo dan Paris menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri yang cukup matang dan tetap terjaga keseimbangan kepribadiannya sehingga id nya masih bisa dikontrol. Namun, pada permasalahan Erna, ia telah menggunakan mekanisme pertahanan yang berbahaya sehingga menderita gangguan jiwa. Antara id dan egonya tidak seimbang sehingga ego nya bekerja keras dan mekanisme pertahanan diri yang digunakan juga berbahaya karena mentalnya tidak sehat dan pada akhirnya id keluar secara tidak terkontrol.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT. Triastanti, Paskaria. 2011. Self Defense Mechanism of figures in Pintu novel by Fira Basuki: Psychoanalysis studies. Thesis S-1 Degree. Yogyakarya: Indonesia Literature. Faculty of Letters. Sanata Dharma University. This research raised the topic of the three characters in the Pintu Fira Basuki works. Research result (1) analyze the structure of the novel Pintu covering the grooves, background/setting, and characterization. Analyze the elements of psychology with Sigmund Freud's psychoanalysis approach towards three figures. This study uses a structural approach and the approach of psychoanalysis with particular personality structure theory of Sigmund Freud's self-defense mechanism. Structural approach is used to analyze the structure of the novel and to see a picture or instructions about psychological issues related to Bowo, Erna, and Paris. Psikonalisis approach used to analyze personality Bowo, Erna, and Paris to study self-defense mechanism which includes repression, projection, transfer, rationalization, reaction formation, regression, aggression, and fantasies and stereotypes. The method used in this research is the method of reading notes, content analysis and descriptive presentation. Results of the analysis in this novel are classified into two, namely the structure of the novel and psychoanalysis. The structure of the novel contains forward flow and flashbacks, the dominant flow is flashback. Background/setting is divided into three sections: a background (Java, Batavia, and Chicago in the United States), setting time is divided into two parts, namely (1986-1987 and 1989-2000), the social background which is divided into two parts (Background Java social, and social background America). Characterizations into three parts. Bowo as the main character and protagonist, Erna as an additional character and antagonist, Paris figures as the main character and protagonist. Each character has a psychological problem. Results of psychological analysis with Sigmund Freud's theory of defense mechanisms on three character, namely, 1) Bowo using five models of self-defense mechanism on the conflict from childhood to adulthood that includes aggression, seeking rationalization, repression, projection, and undoing. 2) Erna using two models of self-defense mechanism when she is can not be married with Bowo which includes regression and fantasies and stereotypes. 3) Paris using three models of selfdefense mechanism when in trouble with her parents, becomes a victim of domestic violence, and had an affair with Bowo, which includes regression, aggression reaction, and undoing.. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. It is clear that in the analysis of psychoanalysis defense mechanisms that the characters in the novel are Bowo, Erna and Paris had a conflict with their personality structure that is between the id, ego, and superego their conflicting so that in some cases a lot of psychic energy drain figures. Proved that every character has individual difficulties faced difficult and they are trying to survive with the workings of the ego that is self-defense mechanism that they use unconsciously for the sake of the third attempt to defuse the anxiety that often they experience the realistic anxiety, moral anxiety and neurotic anxiety. It can be deduced that each character has to use defense mechanisms in order to keep their personality structure is not damaged or destroyed. Bowo and Paris using some defense mechanism that is quite mature and maintained the balance of their personality so the id can still be controlled. However, the problems of Erna, she has used a dangerous defense mechanisms that mentally ill. Between the id and the ego is not balanced so that her ego have to work hard and self-defense mechanism her used is also dangerous because mentally unhealthy and ultimately id out uncontrollably.. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ................... v HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii ABSTRAK .................................................................................................................... x ABSTRACT .................................................................................................................. xii DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6 1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 6 1.6 Landasan Teori ................................................................................................... 8 1.6.1 Kajian Struktural ........................................................................................... 8 1.6.2 Psikoanalisis................................................................................................ 14 1.6.3 Mekanisme Pertahanan Diri........................................................................ 17 1.7 Metode dan Teknik Penelitian .......................................................................... 24 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...................................................... 24 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data .............................................................. 25 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ....................................................... 25 1.8 Sistematika Penyajian........................................................................................ 26. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI ........... 27 2.1 Pengantar ........................................................................................................... 27 2.2. Analisis Alur..................................................................................................... 27 2.2.1 Tahap situattion atau tahap penyituasian .................................................... 30 2.2.2 Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik ............... 30 2.2.3 Tahap Rissing Action atau Tahap Peningkatan Konflik ........................... 31 2.2.4 Tahap Climax atau Tahap Klimaks ............................................................ 33 2.2.5 Tahap denoucement atau tahap penyelesaian ............................................ 33 2.3 Analisis Latar/ setting ........................................................................................ 34 2.3.1 Latar Tempat ............................................................................................... 34 2.3.2 Latar Waktu ............................................................................................... 38 2.3.3 Latar Sosial ................................................................................................ 40 2.4 Analisis Penokohan .......................................................................................... 43 2.4.1 Tokoh Utama dan Protagonis: Bowo .......................................................... 43 2.4.2 Tokoh Antagonis dan tokoh Tambahan: Erna .......................................... 46 2.4.3 Tokoh protagonis dan Tokoh Tambahan: Paris ........................................ 48 2.5 Rangkuman ....................................................................................................... 50 BAB III MEKANIMSE PERTAHANAN DIRI TOKOH DALAM NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI ............................................................................................ 52 3.1 Pengantar ........................................................................................................... 52 3.2 Mekanisme Pertahanan Tokoh Bowo ................................................................ 53 3.3 Mekanisme Pertahanan Tokoh Erna ................................................................. 70 3.4 Mekanisme Pertahanan Tokoh Paris ................................................................. 75 3.5 Rangkuman ........................................................................................................ 82 BAB 1V SIMPULAN ................................................................................................. 84 4.2. Implikasi ........................................................................................................... 86 4.3 Saran .................................................................................................................. 88 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 90. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian ini mengangkat judul Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Sebuah Kajian Psikoanalisis. Yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri menurut pengertian Hilgrard, et al., adalah proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas; mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal dengan mendistori realitas dengan berbagai cara (Minderop, 2010: 29). Kajian ini akan menjelaskan dan mendeskripsikan sebuah karya sastra dengan analisis kejiwaan sang tokoh, atau analisis secara psikologi. Secara khusus yang dikaji dalam tulisan ini adalah kondisi psikologis yang ada di dalam penokohan novel Pintu karya Fira Basuki yang sarat kejadian religius dan tidak logis serta kaya akan konflik. Tulisan ini khusus mengkaji bagaimana struktur cerita dalam novel dan mengkaji mekanisme pertahanan diri pada tokoh Bowo serta dua tokoh wanita di dalam novel. Tokoh sentral dalam novel Pintu karya Fira Basuki adalah tokoh pria yang bernama Bowo, kemudian juga kondisi psikologis dua tokoh wanita dalam novel yang terkait erat dengan tokoh Bowo yaitu Erna dan Paris sebagai perlambangan kedua sifat manusia yang berbeda.. 1.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Novel ini menceritakan petualangan seorang lelaki, Djati Suryo Wibowo yang selalu dikatakan „anak istimewa‟. Djati Suryo Wibowo yang akrab disapa Bowo, Bo atau B, terlahir sebagai bayi kuning pada saat weton Sabtu Pahing, dan memiliki neptu Jawa tertinggi ini konon tandanya Bowo bukanlah orang biasa. Bagaimana tidak, ketika berumur setahun kepandaiannya sudah menyamai anak berumur tiga tahun. Hal-hal yang tak kasat mata pun sudah dialaminya sampai-sampai ia mempunyai teman yang berbeda dunia bernama Jeliteng pada usia tiga tahun. Erna adalah seorang wanita yang sangat mencintai Bowo hingga melakukan hal-hal tak lazim dan menyebabkan ia gila. Sementara Paris adalah seorang wanita bersuami yang menjadi kekasih Bowo dan ia mengalami kekerasan dalam rumah tangganya sendiri sampai akhirnya terbunuh. Dalam mekanisme pertahanan diri Bowo, contohnya pada saat ia masih kecil. Ia Tidak menyukai adiknya yang sebentar lagi akan lahir, yaitu June, ia merasa akan kesepian dan tidak dihiraukkan lagi sebagai anak satu-satunya. Kemudian ia menggunakan. mekanisme. pertahanan. agresi. sebagai. bentuk. pengalihan. ketidakperhatian orang-orang kepadanya. Bowo melakukan tindakan berteriak-teriak dan mengejar angsa sebagai bentuk pengalihan karena unsur id nya yang tidak menginginkan Jane lahir, terdapat suatu kecemasan dalam diri Bo sehingga ia melakukan mekanisme pertahanan diri. Pada kasus mekanisme pertahanan diri yang dialami oleh Erna, ia memasuki tahap mekanisme fantasi dan stereotype, di mana ia telah mengalami guncangan jiwa. 2.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. yang hebat setelah kejadian yang menimpanya. Ia merasa dicampakkan oleh Bowo, merasa ditinggalkan dan ia sudah tidur dengan Bowo untuk pertama kalinya. Ia melakukan berbagai cara agar Bowo putus dengan kekasihnya dan mau menikahinya. Namun, usahanya sia-sia dan berujung pada kesehatan mentalnya dan akhirnya menderita gangguan jiwa. Erna masuk dalam dunia khayalnya sebagai solusi atas frustasi dan masalah yang ada padanya. Yaitu solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Jika di dalam realitas ia tak bisa memiliki Bowo, maka keinginannya untuk mendapatkan Bowo ia hadirkan dalam dunia khayal atau dunia yang ia karang sendiri, dan akibat dari stereotype adalah perilaku pelaku terjadi terus menerus dan berulang-ulang. Begitu juga dengan Paris yang di dalam cerita adalah kekasih Bowo, ia adalah seorang gadis Paris yang cantik yang melakukan kawin lari dengan suaminya yang sekarang sering menyiksanya secara fisik dan batin. Oleh karena itu ia menggunakan mekansime pertahanan regresi yang mengarah pada perilaku seperti anak kecil. Ia bersikap manja kepada Bowo, sering menangis dan meminta Bowo untuk tidak meninggalkannya dan selalu menemaninya. Novel ini adalah trilogi dari novel Jendela-jendela, Pintu dan Atap. Judul novel Pintu dirasa sangat menarik pembaca, pembaca akan merasa penasaran dan berkeinginan besar untuk membacanya. Mulai dari pembagian cerita dari pintu gerbang, pintu batin sampai pintu hati menggambarkan secara jelas mengenai cerita pada masing-masing makna pintunya. Menurut Sapardi Djoko Damono (Basuki Fira,. 3.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2002) bagi banyak pembaca, novel yang ditulis dengan bahasa yang lancar ini pasti memikat antara lain karena ada berbagai faktor kebetulan yang sengaja dipergunakan untuk merangkai peristiwa-peristiwa itu. Penulis memilih novel Pintu karena merasa sependapat dengan pernyataan di atas, novel Pintu memiliki keunikan tersendiri dibanding dua novel triloginya yaitu Jendela-Jendela dan Atap. Penulis merasa di dalam novel Pintu mekanisme pertahanan diri pada setiap tokoh lebih banyak sesuai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Kajian psikologi sastra yang dimaksudkan dalam studi ini adalah salah satu kajian dalam menganalisis sebuah karya sastra, khusus pada tokoh, atau kondisi kejiwaan maupun tingkah laku sadar dan tak sadar manusia. Psikoanalisis merupakan sesuatu yang sistematis dan tegas dalam menjelaskan struktur jiwa manusia. Psikoanalisis adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara, 2008:16), kajian ilmu ini didasari oleh penelitian psikologi Sigmund Freud bagaimana mekanisme pertahanan konflik yang dikhususkan pada mekanisme ego tiap tokoh. Topik ini dipilih karena tiga alasan yang mencakup alasan literer dan alasan ilmu pengetahuan. Pertama, alasan literer, selama ini referen kajian sastra belum banyak yang begitu mendalami dan meneliti psokologi sastra, padahal menurut Endraswara dalam Minderop (2008:15) sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan, karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup ini. Keduanya. 4.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Kedua, alasan pengetahuan tentang kondisi psikis pada manusia. Sastra juga adalah cerminan batin dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, hanya dibentuk dalam tulisan sastrawan yang pasti mempunyai maksud dan ungkapan kondisi kejiwaan penulis itu sendiri. Dengan psikoanalis, beberapa tokoh dalam novel Pintu akan diungkap dan diamati. Dengan kajian psikoanalis kita membaca simptonsimpton dari alam tak sadar yang terwujud dalam teks di dalam tokoh. Ketiga,. pengarang. memakai. tokoh. lelaki. sebagai. tokoh. utama,. dan. menceritakannya dalam sebuah petualangan spiritual dan batin yang sebenarnya sarat nilai kebudayaan. Sehingga penokohan dalam novel ini sangat menarik untuk dikaji mengingat karakter manusia yang komplit. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas masalah-masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana analisis struktur cerita dalam novel Pintu karya Fira Basuki? 2. Apa dan bagaimana mekanisme pertahanan diri pada tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 5.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Mendeskripsikan struktur cerita dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Dalam skripsi ini akan dibahas dalam Bab II. 2. Mengkaji apa dan bagaimana mekanisme pertahanan diri pada tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Penelitian ini difokuskan pada tokoh Bowo, Erna dan Paris. Dalam skripsi ini akan dibahas secara mendalam pada Bab III. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah serangkaian mekanisme pertahanan diri beberapa tokoh dalam novel, yaitu tokoh Bowo dan dua tokoh wanita yaitu, Paris dan Erna dalam mekanisme kejiwaan dan psikologisnya dari sudut pandang Sigmud Freud. Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan khazanah ilmu sastra, khususnya kajian psikoanalisis. Sementara itu, secara praktis, hasil penelitian. ini dapat dimanfaatkan. pembaca untuk mengetahui sastra dalam psikoanalisis. 1.5 Tinjauan Pustaka Novel ini penuh nilai dan banyak diperbincangkan. Novel ini memang kaya akan imajinasi dan kejadian-kejadian tidak kasat mata dan spiritual. Namun belum ada yang meneliti tokoh Bowo, Paris, dan Erna ke dalam pengkajian psikoanalisis penokohan.. 6.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Adapun penelitian yang pernah dilakukan, Retno Tanjung Sari (2006) dalam kajian yang ditulis dalam skripsinya mengangkat judul Novel Trilogi JendelaJendela, Pintu, dan Atap. Dalam kajiannya ia membahas aktualisasi unsur struktural trilogi novel Jendela-jendela, Pintu dan Atap karya Fira Basuki dalam membentuk totalitas utuh. Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana aktualisasi unsur struktural yang meliputi tokoh, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat trilogi novel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengaktualisasikan unsur struktural novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap dalam membentuk totalitas yang utuh. Nofrianti, (PGRI Sumatera Barat 2013) dalam skripsinya mengangkat judul “Reaitas Sosial dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki” Dalam penelitiannya menemukan hubungan realitas sosial dalam novel Pintukarya Fira Basuki dengan realitas sosial di tengah masyarakat. Hubungan realitas sosial tersebut mencakup kepercayaan masyarakat Jawa dan Eropa, keyakinan spiritual tradisi,dan pandangan hidup. Novel Pintu karya Fira Basuki merupakan salah satu novel Indonesia modern yang menjadi saksi zaman era modern. Realitas yang ada di masyarakat saat ini terrefleksi melalui cerita dan karaktertokoh yang terdapat dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Perselingkuhan, seks bebas, dan kebudayaan menjadi konflik dalam ceritanya. Kisah dalam novel Pintu menggambarkan masalah kehidupan yang terjadi di masyarakat. Kemudian skripsi oleh Kartika Ari Darmayani mahasiswa Universitas Dipenogoro (2013) dengan judul penelitian “Mekanisme Pertahanan Ego Tokoh 7.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Utama dalam Novel Gadis pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: sebuah tinjauan psikologi”.Mengenai mekanisme pertahanan ego pada tokoh utama, penulis menitik beratkan pada mekanisme pertahanan, yang meliputi identifikasi, sublimasi, represi, fiksasi dan regresi, pembentukan reaksi, pembalikan, projeksi, reaksi agresi, rasionalisasi, penolakan, pengingkaran dan penahanan diri yang terjadi pada tokoh utama. Dari beberapa tinjauan pustaka yang diperoleh, maka dapat disimpulkan belum ada yang secara spesifik mengkaji tokoh Bowo dan wanita-wanita yang berhubungan dengan hidupnya secara psikoanalisis dengan mengkaji mekanisme pertahanan diri tokoh. Maka penulis akan meneliti sesuatu yang masih belum terjawab oleh peneliti-peneliti sebelumnya.. 1.6 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan sebagai kerangka analisis novel ini mencakup (1) kajian struktural, (2) kajian psikoanalisis, dan (3) mekanisme pertahanan diri.. 1.6.1 Kajian Struktural Nurgiyantoro (2007:36) menjelaskan bahwa sebuah karya sastra, fiksi ataupun puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangunnya)-nya. Menurut Teuuw (1983:61). 8.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahulu yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadaap suatu karya sastra. Masih menurut Teeuw, karya sastra sebagai dunia dan kata mempunyai kebulatan makna intrinstik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Analisis struktural juga dilakukan agar diperoleh kesistematisan dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap karya sastra, sehingga analisis dan selanjutnya yang hendak dilakukan menjadi lebih mudah. Penekanan strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Aanalisis struktural yang dipilih dalam penelitian ini meliputi tiga unsur yaitu: alur, latar/setting serta tokoh dan penokohan. Unsur-unsur struktural yang dipilih tersebut dinilai membantu menganalisis novel yang akan dikaji untuk mendapatkan hasil-hasil yang relevan dalam melanjutkan analisis mekanisme pertahanan diri. 1.6.1.1 Alur Semi, (1988:43) alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi. Stanton dalam Nurgiyantoro (2007: 113) menyatakan plot adalah cerita berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Nurgiyantoro (2007:113) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab. 9.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Nurgiyantoro (2000: 135) membedakan alur menjadi dua, yaitu (1) alur lurus, maju, atau dapat dinamakan alur progresif. Alur sebuah novel dapat dikatakan progresif jika peristiwaperistiwa yang dikisahkan bersifat kronologi, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti peristiwa berikutnya. Alur sorot balik, mundur, flashback, atau dapat disebut regresif, yaitu urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dilaksanakan. Karya yang berplot jenis ini dengan demikian langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan konflik yang meruncing. Nurgiyantoro (2007: 149-150) membagi alur cerita menjadi lima tahapan. 1.6.1.1.1. Tahap situation, pelukisan latar dan cerita atau pengenalan;. 1.6.1.1.2. Tahap generating circumstance, pemunculan konflik yang menegangkan cerita;. 1.6.1.1.3. Tahap rising action, konflik yang terjadi semakin meningkat;. 1.6.1.1.4. Tahap climax, peristiwa-peristiwa mulai memuncak;. 1.6.1.1.5. Tahap denouement, penyelesaian dari semua peristiwa.. Berdasarkan rangkaian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau alur adalah urutan atau rangkaian kejadian atau peristiwa dalam suatu karya fiksi yang memiliki tahapan-tahapan tertentu secara kronologis.. 10.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1.6.1.3 Latar Semi (1988: 46) latar atau landas tumpu cerita adalah tempat peristiwa terjadi. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Pengangkatan unsur sejarah ke dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang diceritakan menjadi bersifat khas, tipikal, dan dapat menjadi sangat fungsional sehingga tak dapat diganti dengan waktu lain tanpa mempengaruhi perkembangan cerita. Latar waktu menjadi amat koheren dengan unsur cerita yang lain. Menurut Nurgiyantoro (2007: 227) Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan namanama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Nurgiyantoro (2007:216) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang akan diceritakan. Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat 11.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. mencakup berbagai masalah yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. Berdasarkan rangkaian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah keseluruhan lingkungan dalam cerita dan peristiwa dalam suatu karya sastra baik di lingkungan tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan sebuah karya sastra. Latar waktu mengacu pada kapan terjadinya peristiwa dan latar sosial mengacu pada lingkungan sosial pada peristiwa yang bersangkutan. 1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan Nurgiyantoro (2007:165) mengungkapkan bahwa tokoh cerita adalah individu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Pengertian tokoh dan penokohan adalah tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Isitilah tokoh merujuk pada orang yang menjadi pelaku cerita, watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas seorang tokoh seperti yang dikatakan Jones dalam Nurgiyantoro (2007: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang digambarkan dalam cerita.. 12.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Stanton dalam Nurgiyantoro (2007:165) mengemukakan bahwa penggunaan istilah karakter sendiri dalam berbagai literature bahasa Inggris menyarankan pada dua penegertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut. Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (20017:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Nurgiyantoro (2007: 176) tokoh-tokoh fiksi dalam cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. 1.6.1.2.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central carachter, main character), sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling penting banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain serta menentukan perkembangan plot secara keseluruhan pembedaan tokoh utama dan tambahan tak. 13.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. dapat dilakukan secara eksak. Pembedaan itu bersifat gradasi, kadar keutamaan tokoh itu bertingkat. 1.6.1.2.2 Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Jika membaca sebuah novel membuat rasa simpati, empati dan melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh, tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis. Atenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro, (1994:178) menyebutkan tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tak langsung. Penyebab konflik yang tak dilakukan oleh seorang tokoh disebut disebut sebagai kekuatan antagonistis. Dalam studi ini, kedua pembagian penokohan tersebut dijawab secara bersamaan maupun bergantian, yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan bisa saja termasuk dalam tokoh protagonis maupun antagonis. Misalnya, tokoh utama adalah tokoh protagonis juga, dan tokoh tambahan adalah tokoh antagonisnya. 1.6.2 Psikoanalisis Psikologi sastra adalah sebuah interdisipliner antara psikolog dan sastra (Endraswara, 2008:16). Pendekatan psikologis terhadap karya sastra muncul setelah. 14.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Sigmund Freud memperkenalkan teori psikoanalisa, bagi Freud cipta rasa merupakan ambisi alam tak sadar yang tidak terwujud dalam realita. Kemudian secara fiktif diaktualisasikan dalam sastra. Pendekatan secara pskologis inilah yang disebut psikologi sastra. Endraswara dalam Minderop (2010: 2) mengungkapkan penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpanbalik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis. Freud dalam Minderop (2010: 19) membagi tiga psikisme manusia yaitu id, ego dan superego. Id adalah energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar. Cara kerja Id berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan, selalu mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknyamanan. Freud menjelaskan bahwa ketika manusia lahir, sistem syarafnya hanya sedikit lebih baik dari binatang lain, itulah yang dinamakan id. Sistem syaraf, sebagai id, bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional yang disebut insting atau nafsu (Boeree, 2007: 38).. 15.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Ego merupakan sesuatu yang terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas (Minderop: 2010: 20). Menurut Booree (2007: 39), ketika ego berusaha membuat id (atau organisme) tetap senang, di sisi lain dia juga mengalami hambatan yang ada di dunia nyata. Sering dia menemukan objek-objek yang menghalanginya mencapai tujuan. Ego akan tetap mencatat apa-apa yang menghalangi dan sekaligus mengingat apa-apa yang memuluskan jalannya mencapai tujuan. Sesuai dengan teori di atas, Arif (2006: 18) menjelaskan ego adalah struktur kepribadian yang bersentuhan langsung dengan realitas. Ia mesti menjembatani sedemikian rupa agar interaksi antara realitas internal dan realitas eksternal berlangsung mulus. Untuk menjalankan tugasnya, ego memiliki tiga fungsi utama, yaitu reality testing, identity, dan defense mechanism (mekanisme pertahanan) Sedangkan, superego adalah mengacu pada moralitas. Hati nurani yang bisa mempertimbangkan baik dan buruk. Superego tidak mempertimbangkan realitas (Minderop, 2010: 19-22). Superego mengawasi ego dengan ketat serta menilai tindakan dan niat dari ego. Rasa bersalah muncul pada saat ego bertindak atau berniat untuk bertentangan dengan standar moral superego (Feist: 2010: 34). 16.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1.6.3 Mekanisme Pertahanan Diri Hilgard, et al., dalam Minderop (2010: 29) menyatakan Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas; mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal dengan mendistori realitas dengan berbagai cara. Masih menurut Hilgard, et al., pertahanan yang paling primitif dari ancaman-ancaman dari luar ialah denial of reality (penolakan realitas), ketika individu mencoba menolak realitas yang mengganggu dengan penolakan mengakuinya. Mekanisme pertahanan ego timbul karena adanya kecemasan-kecemasan yang dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan terkait dengan kecemasan individu. Kecemasan adalah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yang menguasai ego kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang dari luar. Mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan. Kecemasan objektif merupakan respons realistis ketika seseorang merasakan bahaya dalam suatu lingkungan (Minderop, 2010:28). Freud mengatakan bahwa ia percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar merupakan akibat konflik dari konflik antara pulsi Id (umumnya seksual dan agresif) dan pertahanan dari ego dan superego (Minderop, 2010; 28). Masih menurut Freud, kebayakan pulsi. 17.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. tersebut mengancam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Menurut Alwisol, (2005: 27) mekanisme pertahanan ego membantu dapat dilaksanakannya fungsi penolakan, sekaligus melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan. Pendapat Freud dalam Alwisol, (2005: 27) mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi implus id serta menentang tekanan superego. Menurutnya lagi,. ego mereaksi bahaya. munculnya implus id memakai dua cara. Pertama, membentengi implus sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah laku sadar. Kedua, membelokkan implus itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah. Semua mekanisme pertahahanan diri menurut Alwisol (2005: 28) mempunyai tiga persamaan ciri yakni, 1) mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar 2) mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsukan, atau memutarbalikkan kenyataan dan 3) mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam. Terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam mekanisme pertahanan diri (Minderop, 2010: 29) yaitu: Pertama, mekanisme pertahanan merupakan konstruk psikologis berdasarkan observasi terhadap perilaku individu. Kedua, perilaku seseorang membutuhkan informasi deskriptif yang bukan penjelasan tentang perilaku. Ketiga, semua mekanisme dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 18.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. orang normal. Bila mekanisme menjadi keutamaan dalam penyelesaian masalah maka ada indikasi siindividu tidak mampu menyesuaikan diri. Jika ego bekerja terlalu keras bisa saja menjadi sikap yang menyimpang. Menurut Freud dalam Feist (2010: 40) inilah mengapa ego membangun mekanisme pertahanan diri agar kita tak perlu menghadapi ledakan-ledakan seksual dan agresif secara langsung. Senada dengan pendapat di atas, Feist (2006: 34) mengungkapkan meskipun mekanisme pertahanan ini normal dan digunakan secara universal, apabila digunakan secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akan akan mengarah pada perilaku yang komplusif, repetitive, dan neurotis. Menurut Arif (2006: 19) fungsi utama defense mechanism adalah untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Sudah dikemukakan oleh Freud bahwa manusia memiliki tiga struktur kepribadian yaitu id, ego, dan superego. Id adalah dorongan atau hasrat yang ada dalam keinginan manusia. Sedangkan ego adalah prinsip realitas dengan maksud memenuhi id namun tetap tidak mengesampingkan realitas. Ego bekerja dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mekanisme pertahanan yang dilakukan manuisa. Seperti yang dikemukakan oleh Arif (2006: 18). bahwa fungsi utama ego adalah mengatur. dialog/interaksi/transaksi antara dunia internal individu dengan realitas eksternal. Ia mesti menjembatani sedemikian rupa agar interaksi tersebut berjalan mulus. Jadi, di sinilah cara kerja mekanisme pertahanan, yaitu pada struktur kepribadian ego.. 19.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Yang memicu adanya cara kerja ego adalah kecemasan atau anxitas. Freud dalam Feist (2010: 38-39) mengklasifikasikan kecemasan menjadi tiga kategori. Pertama, kecemasan neurosis, adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Kedua, kecemasan moral, adalah kecemasan yang berakar dari konflik antara ego dan superego. Ketiga, kecemasan realistik yang terkait dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Freud pun membagi mekanisme pertahanan menjadi beberapa model. Kesepuluh model mekanisme pertahanan diri menurut Freud adalah sebagai berikut: 1. Represi: Tugas represi adalah mendorong keuar implus-implus id yang tidak diterima dari alam bawah sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar. Feist (2010: 40). Represi adalah proses ego memakai kekuatan anxitas untuk menekan segala sesuaru (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Represi bisa sangat kuat, menekan menuju ketaksadaran menjadi kompleks tertekan (Alwisol, 2005: 30. 20.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. Sublimasi: Sublimasi (Minderop, 2010: 20) adalah bentuk pengalihan. Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial menggantikan perasaan tidak nyaman. Arif (2006: 32) menambahkan bahwa sublimasi mengubah atau mentransformasikan dorongan primitif baik itu dorongan seksual atau agresi menjadi dorongan yang lebih sesuai dengan budaya dan norma-norma yang berlaku di realitas eksternal. 3. Proyeksi: Poyeksi terjadi apabila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang dihadapi atau kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain. Seseorang yang melakukan proyeksi, tidak mengenali tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya (Arif, 2006: 34). 4. Pengalihan: Pengalihan adalah perasaan tidak senang terhadap suatu objek lainnya yang lebih memungkinkan (Miderop, 2010: 20). Menurut Freud lagi dalam Feist (2006: 36) pada pengalihan, orang bisa mengalihkan dorongandorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung dan tersembunyi. 5. Rasionalisasi: Rasionalisasi memiliki dua tujuan yaitu; mengurangi kekecewaan dan memberikan motif yang dapat diterima pelaku. Rasionalisasi adalah upaya mendististorsi persepsi akan realitas (Miderop, 2010:21). Dalam rasionalisasi, ia sendiri tidak sadar bahwa persepsinya tentang suatu realitas. 21.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. telah terdistorsi cukup jauh, dan alasan-alasan yang dikemukakannya adalah palsu, ia merasa alasan tersebut memang benar (Arif, 2006: 36). 6. Reaksi Formasi: Minderop, (2010: 21) Reaksi formasi mampu mencegah seorang individu berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali dapat mencegahnya bersikap antisosial. Menurut Arif (2006: 35) reaksi formasi adalah upaya untuk melawan suatu dorongan libidinal yang dipersepsikan dapat menimbulkan konflik, dengan cara melakukan kebalikannya. 7. Regresi: Menurut Freud ada dua interpretasi mengenai regresi. Pertama, retrogresivve behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip seperti anak kecil. Kedua, primitivation ketika seseorang dewasa bersikap seperti orang yang tidak berbudaya (Minderop, 2010: 22). Regresi, pada saat libido melewati perkembangan tertentu, di masa penuh stres dan kecemasan, libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya (Feist. 2010: 42). 8. Agresi dan apatis: Perasaan marah terkait dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan (Minderop, 2010: 37). Menurut Freud dalam Alwisol (2005: 33) reaksi agresi itu memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek asli, obyek pengganti maupun kepada diri sendiri.. 22.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. Fantasi dan Stereotype: Stereotype adalah konsekuensi dari frustasi yaitu perilau stereotype memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus yang tampak aneh (Miderop, 2010: 39) 10.Undoing:. kecemasan. dan. dosa. akibat. kegiatan. negatif,. ditutupi/dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkahlaku ritual” (Alwisol, 2005: 34). Menurut Arif, (2006: 35) undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu implus yang telah terwujud menjadi tingkah laku, biasanya dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu. Teori-teori psikoanalisis Sigmund Freud akan diterapkan dalam menganalisis tiga tokoh mengenai mekanisme pertahanan diri yang digunakan masing-masing tokoh dalam masalah atau kecemasan-kecemasan yang dihadapinya karena sesuai dengan pandangan Freud bahwa dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan karakteristik yang cenderung kuat dalam diri setiap orang. Senada dengan pendapat di atas peneliti yakin bahwa kecemasan-kecemasan dalam ketiga tokoh menimbulkan mekanisme-mekanisme pertahanan yang kuat pada masing-masing konflik yang terjadi. Id, ego, dan superego adalah struktur kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, di dalam id, ego, superego terdapat pengertian dan beberapa fungsinya dalam struktur kepribadian manusia. Jika menurut Freud id adalah segala sesuatu yang bekerja dengan prinsip kesenangan, maka ego adalah yang memenuhi kesenangan dengan mencatat apa yang menghalangi dan yang mendukung.. 23.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Sedangkan superego menyangkut pada hati nurani yang menilai yang sudah bersentuhan dengan realitas. ketika manusia berada dalam keadaan yang tidak nyaman atau merasa terancam, maka id memberi sinyal bahaya yaitu kecemasan, dan ego menerima sinyal bahaya dan menggunakan salah satu cara kerjanya yaitu mekanisme pertahanan diri guna meredakan kecemasan maupun memutarbalikkan kenyataan agar keadaan terasa tidak terlalu berbahaya. Jika id tidak terkontrol maka ego pun bekerja keras dengan menggunakan banyak cara mekanisme pertahahan diri yang meliputi sepuluh model mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri adalah cara kerja ego yang menjaga agar struktur kepribadian kepribadian (id,ego, superego) manusia tetap seimbang.. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan dijelaskan masing-masing tahap dalam penelitian ini. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah pada tokoh Bowo, Paris, serta Erna dalam novel Pintu karya Fira Basuki yang dikaji dengan psikoanalisis. Data diperoleh dari sumbersumber tertulis dari novel Pintu Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah:. 24.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Judul buku. : Pintu. Pengarang. : Fira Basuki. Tahun terbit. : 2002. Terbitan. : Gramedia Widiasarana Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca. Metode baca adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung dari data sumber tertulis yang sesuai dengan objek peneltian. Teknik lanjutan dari metode baca yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat kembali hal-hal yang perlu dan penting dalam penelitian dari sumber tertulis 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah analisis data. Metode yang digunakan pada tahap ini antara lain adalah teknik analisis isi, karena teknik ini sangat mendukung dalam memperoleh gambaran yang jelas guna memaparkan dan mendeskripsikan keadaan psikologis yang terkandung dalam novel Pintu karya Fira Basuki. 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Penulis menggunakan metode deskriptif untuk menyajikan hasil analisis data. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang. 25.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ditemukan. Metode deskriptif analisis dirasa tepat oleh penulis dalam menguraikan hasil penelitian tokoh-tokoh dalam novel Pintu. 1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini disajikan dalam 4 bab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II analisis struktural novel Pintu karya Fira Basuki yang meliputi analisis alur, setting/latar, dan penokohan. Bab III analisis mekanisme pertahanan diri pada tiga tokoh yaitu Bowo, Erna dan Paris dalam novel Pintu kajian psikoanalisis. Bab IV adalah bagian penutup yang memuat kesimpulan, implikasi beserta saran.. 26.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI. 2.1 Pengantar Bab ini akan menjelaskan struktur cerita pada novel Pintu karya Fira Basuki. Untuk mengkaji mekanisme pertahanan diri pada masing-masing tokoh, maka struktur novel perlu diteliti lebih dahulu guna memperdalam pemahaman diri tokoh. Menurut Teuuw (1983:61), pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahulu yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu karya sastra. Pada bab ini akan dibahas mengenai tiga unsur di dalam novel yang meliputi alur, latar/setting serta penokohan. Unsur-unsur inilah yang secara tidak langsung turut serta membangun cerita. Dengan mengkaji tiga unsur novel tersebut maka akan dikaji teks-teks yang berkesinambungan dan mendukung dengan fokus studi yaitu analisis mekanisme pertahanan diri tokoh. 2.2. Analisis Alur Alur atau yang biasa disebut plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat, peristiwa, yang satu disebabkan oleh peristiwa yang lain (Nurgiyantoro 2007: 113). Terdapat tahapan alur yang akan dibahas menurut Nurgiyantoro (2007: 149-150) yaitu, 1)Tahap situattion atau tahap penyituasian, 2) Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik. 3). 27.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tahap Rissing Action atau tahap peningkatan konflik, 4) Tahap climax atau tahapp klimaks, dan 5) Tahap climax atau tahap klimaks. Pada bagian pertama novel menunjukkan waktu awal dari semua peristiwa, yaitu peristiwa ketika tokoh utama yaitu Bowo yang bernama lengkap Djati Suryo Wibowo Subagio sedang melaksanakan ritual adat pernikahan. Ketika itu Eyang putri sedang memberikan pesan kepada Bowo. Diungkapkan dalam kutipan berikut. “Turuta atut aruntut, karongan saari ratri, yayah mimi lan mintuna, nadyan teka ing don adi, aywa doh dunungaina, awibawa ing swargadi”. Itulah pesan Eyang Putri atau Yangti yang dibisikkan ke telingaku saat aku bersujud di hadapannya. Yangti memang pandai menembang dan hapal banyak kinanthi. Suaranya yang merdu terdengar pelan dan gemetar didaun telingaku membuatku merinding. Air mata Yangti hangat menyentuh keningku. Saat beliau mencium pipiku, rasa haruku pun muncul. Rasanya aku bisa menangis, tapi coba kutahan.....ini hari bahagiaku, dan tidakah pantas jika seorang pria terisak-isak saat istri sesengukan” (Basuki, 2002:1). Kutipan di atas adalah paragraf awal yang memberi penjelasan mengenai peristwa yang terjadi di awal cerita. Bowo sang tokoh utama sedang melaksanakan ritual adat Jawa bersama istrinya yang bernama Aida. Dengan demikian dapat diketahui pembaca bahwa cerita diawali langsung oleh tokoh utama dalam novel. Yangti adalah salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam kehidupan Bowo. Karena neneknya itulah Bowo menyadari ada yang berbeda dari dirinya. Pada subbab yang diberi judul “Pintu Gerbang” cerita diawali dengan flashback kelahiran Bowo sebagai bayi kuning dan disebut keluarganya sebagai bayi istimewa. Dibuktikan dengan dialog-dialog berikut.. 28.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. “Bayinya nggak kelihatan.” “Nggak kelihatan bagaimana sih, Dok ? “Terbungkus selaput tipis..., jangan kuatir, saya akan berusaha merobeknya pelan-pelan..” “Hati-hati Dok..” “Lho kok ?” “Dokter kenapa anak saya ? “Anak anda kuning... “Ha, kuning bagaimana dok? Kuning gimana ? hidup nggak, Dok ? Dok..Dok..”(Basuki, 2002: 1- 9). Bowo terlahir dengan keadaan yang tidak. normal seperti bayi pada. umumnya. Ia lahir dengan tubuh berwarna kuning, dan dalam cerita ketika ia lahir tubuhnya bersinar dan ada perawat yang hampir pingsan. Dari situlah Yangi mengatakan bahwa Bowo adalah bayi titisan atau orang pilihan. Namun menurut istilah kedokteran, bayi yang terlahir kuning disebut bayi jaudice dan harus dijemur di bawah sinar matahari. Bayi kuning biasa terjadi karena fungsi hati bayi yang masih belum sempurna sehingga meyebabkan jaringan kulit juga terkena dan berwarna kuning. Salah satu cara agar sembuh adalah dengan disinari infra merah di tempat tidur. Tetapi, Eyang Putri melakukan penyembuhan dengan keperrcayaan Jawa yaitu banyu gege, mandi dengan air hangat dan dijemur matahari. “Namun, lagi-lagi, aku si bayi kuning. Kuning bukan hanya seminggu, tapi hingga sebulan. Tidak disinari dan tidak diapa-apakan. Berlainan dengan sudut pandang kodekteran, bayi kuning menurut orang Jawa justru adalah istimewa, suatu pertanda bahwa si jabang bayi adalah orang pilihan atau titisan. Untuk menghilangkan warna kuning badan, diadakan prosesi banyu gege untuknya, yaitu mandi dengan air hangat yang dijemur matahari” (Basuki, 2002: 10). 29.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Dengan demikian, alur dalam novel ini tidak lurus. Terdapat beberapa flashback yaitu ketika cerita Bowo dilahirkan dengan penyakit kuningnya sampai perjalanan hidupnya nanti sebagai pria yang mempunyai kemampuan lebih. Tahapan tersebut dijabarkan dalam paparan berikut ini: 2.2.1 Tahap situattion atau tahap penyituasian Pada tahap ini diperkenalkan tentang tokoh utama dan tokoh tambahan. Bowo, Yangti, Aida, Jane, bahkan cerita-cerita masa lalu Bowo, yaitu Putri mantan kekasih Bowo yang sudah berpacaran selama tiga tahun, dan Paris yang mempunyai cerita mendalam di hatinya. Bahkan pada tahap ini, disebut-sebut juga Jeliteng, ia adalah jin baik, sahabat semasa kecil Bowo. Pada bab pertama ini sesungguhnya keseluruhan cerita seakan dirangkum menuju sebuah jawaban pada tahap-tahap berikutnya. 2.2.2 Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik Konflik mulai terjadi di sini yaitu pada subbab “Pintu Batin” ketika kelahiran Bowo yang mengundang banyak perhatian. Ia lahir dengan tubuh kuning, dan menurut kepercayaan keluarganya, ia adalah orang pilihan, istimewa, dan titisan. Terlebih lagi Yangti yang mengikuti aliran Kejawen menyebut bahwa keluarga mereka keturunan Sunan Kalijaga, dan Bowo adalah titsannya. Bowo menemui konflik dengan dirinya sendiri, antara percaya atau tidak, ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah benar yang dikatakan Yangti. Namun, semua bukti yang. 30.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. dialaminya mengarah pada kebenaran cerita Yangti. Bowo yang menganut agama Islam sebetulnya tidak begitu percaya, namun tak dapat dihindarinya ketika ia menemui dan mengalami hal-hal aneh seperti meihat jin, yang sekarang menjadi sahabatnya yaitu Jeliteng. Mulai dari sinilah peristiwa-peristiwa lain terjadi. Ia mulai menyadari ia memliki indra keenam, kemudian ia mengikuti bela diri yang dilatih oleh Haji Brewok dan Haji Brewok menyebut hal serupa seperti Yangti. Bowo bukanlah pria biasa. 2.2.3 Tahap Rissing Action atau Tahap Peningkatan Konflik Bowo pun menjalankan hidupnya seperti biasa saja namun tak dapat ditolaknya bahwa banyak kejadian buruk dan aneh yang menimpanya. Ia pernah mengalami peristiwa yang menggejolakkan batinnya. Bowo pernah bermimpi tentang seorang kakek berjenggot panjang yang menyuruhnya pergi ke arah timur. Ia bahkan tak tahu tempat maksud kakek tersebut. Bowo secara tidak sadar pergi dan anehnya ia hanya mengikuti bisikan-bisikan yang mengantarnya hingga daerah Batu dan Pujon. Di sana ia mengalami kejadian spiritual dan tidak masuk akal. Ia berada di sebuah istana selama dua minggu namun ia hanya merasa tinggal selama dua hari. Mulai dari sinilah Bowo pulang ke rumah dengan kemampuan melihat warna atau yang disebut aura pada setiap orang, Bowo mempunyai mata ketiga seperti yang disebut Yangti.. 31.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Ketika Bowo masuk ke salah satu PTN terkenal di Bogor, konflik lagi-lagi terjadi. Ia terlibat masalah dengan seniornya, Bowo melaporkan ke pihak kampus tentang kekejaman yang dibuat Nico dan senior-senior lainya terhadapnya. Bowo kesal atas perbuatan Nico hanya karena Nico sempat menudingnya sebagai orang China yang memang pada saat itu orang-orang China belum sepenuhnya mendapat tempat di Indonesia. Terjadilah pertikaian setelah itu, Nico mati tertusuk celurit Udel, teman Bowo. Bowo dicari-cari polisi sebagai buronan. Namun, pada akhirnya ia tak terbukti bersalah. Bowo dipindahkan oleh orang tuanya ke luar negeri, tepatnya di Chicago, Amerika. Saat itu, ia masih menjalin hubungan asmara dengan Putri. Setelah kepindahannya, konflik makin meningkat, ia mengalami pengalaman mistis dan tak masuk akalnya dengan dunia gaib yaitu bermula dengan bermimpi bertemu Anna sampai benar-benar. bertemu dengan Anna, hantu yang. bergentayangan di asramanya. Bowo merasa kasihan dan ingin membuat Anna lebih tenang. Padahal, semua mahasiswa yang tinggal di asrama sangat menakuti isu-isu hantu Anna yang beredar luas itu. Setelah kejadian itu, ia kembali banyak menemui masalah. Peristiwa bermula ketika ia mendapat tumpangan tempat tinggal di apartemen Erna. Bowo tergoda, ia berselingkuh dan tidur dengan Erna. Pada akhirnya kejadian itu menimbulkan masalah besar dan berbuntut panjang. Erna memaksanya menikahinya dan kembali ke Indonesia, menyerang Putri dan meneror Bowo sampai berakhirlah hubungan cinta Putri dan Bowo. Akibatnya pun, kehidupan sosial Bowo berantakan.. 32.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Selain itu, Bowo bekerja pada teman kampusnya menjadi seorang hacker yang membongkar dokumen rahasia perusahaan karena ekonomi keluarganya yang tidak mendukung. Ia ketahuan dan kemudian masuk penjara selama dua bulan karena pekerjaannya. 2.2.4 Tahap Climax atau Tahap Klimaks Peristiwa demi peristwa terus terjadi, konflik. mulai terjadi ketika ia. berkenalan dengaan Paris, perempuan cantik yang menyukai puisi. Mereka pun tidur bersama. Usut punya usut Paris sudah bersuami dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Suaminya sering memukulinya. Paris dan Bowo berpacaran dan terus menjalin hubungan asmara tanpa sepengetahuan suami Paris. Hingga pada akhirnya Paris meninggal dibunuh suaminya. Bowo menyesal setengah mati karena ia tak melindungi Paris. Sebelum meninggal Bowo memang merasa agak heran mengapa Paris sering berbicara aneh dan beberapa kali mengalami mimpi dengan Paris. Uniknya, setelah terbangun waktu selalu menunjukkan jam tiga pagi. Ternyata Paris juga mengalami mimpi yang sama. Setelah itu kejadian selama 40 hari Bowo terus didatangi oleh Paris di dalam mimpi. 2.2.5 Tahap denoucement atau tahap penyelesaian Pada akhir subbab ditulis dengan judul “Pintu Hati”.Bowo menikah dengan Aida, teman waktu ia bersekolah. Namun pada tahap ini, Jeiteng hadir dan menggatakan bahwa Aida bukanlah jodohnya. Pada saat pernikahan Yangti jatuh dan. 33.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. meninggal setelah berbincang dengan Putri. Putri mengatakan bahwa ia setia pada Bowo sampai mati kepada Yangti, Yangti kemudian jatuh (meninggal) setelah berbicara “cinta dibawa mati”. Berdasarkan tahap-tahap alur yang diuraikan di atas, disimpulkan bahwa penulis menggunakan alur campuran, lebih dominan pada alur mundur atau flashback. Teknik penggunaan alur yang regresif dan tidak kronologis ini membuat penceritaan dalam novel ini menjadi lebih menarik. Persoalan psikologi tokoh pun dapat dipahami dari rangkaian hubungan sebab-akibatnya. 2.3 Analisis Latar/ setting Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Latar dalam karya fiksi tidak terbatas hanya pada penempatan lokasi atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang bersifat spiritual seperti adat budaya, kepercayaan dan memengaruhi kehidupan masyarakat dalam cerita. Pada umumnya latar terdiri dari tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. 2.3.1 Latar Tempat Novel Pintu karya Fira Basuki mempunyai setting yang bervariasi, artinya tidak hanya satu atau dua tempat saja. Secara keseluruhan, latar dalam cerita ada banyak tempat yaitu: Jogjakarta, Surabaya, Batu dan Pujon, Malang, Jakarata, Bogor, Bandung, Singapura, Chicago-Amerika Serikat. Tokoh utama yaitu Bowo selalu berperan di dalam hampir setiap setting tersebut. Namun, setelah dikaji dapat. 34.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. disimpulkan bahwa terdapat tiga latar tempat yang penting dan dominan yaitu: Jawa, Batavia, dan Amerika. Latar tempat pun tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga terjadi di dunia tak kasat mata seperti di Batu – Pujon, Malang. 2.3.1.1 Jawa Beberapa latar tempat terjadi di daerah Jawa dengan peristiwa-peristiwa yang penting. Berikut pemaparan latar tempat di daerah Jawa: 2.3.1.1.1 Batu Pujon Sebenarnya, latar tempat ini tidak di dalam realitas dunia sebenarnya. Ini adalah peristiwa penting ketika Bowo telah mengikuti arahan dalam mimpinya bertemu seorang kakek. Dari tempat ini kemudian ia bisa melihat aura atau warna pada setiap orang yang ditemuinya. “Percaya atau tidak, saat aku bangun hari sudah pagi, sekelilingku berwarna jingga terang. Aku berdiri dan menengok, ooooo mana kuburan tadi?! Ada apa ini? Mimpikah aku. Mana kebun sayur? kemana pohon-pohon? Kenapa sekelilingku kosong? Kenapa tanah dan langit berwarna jingga” (Basuki, 2002: 29) Kutipan tersebut menunjukkan keheranan Bowo terhadap tempat yang semula ia singgahi kemudian hilang begitu saja. Ia bingung mengapa semua yang dilihatnya semalam telah sangat berubah. 2.3.1.1.2 Desa Kawasan Candi, Magelang Daerah Selatan Setelah banyak kejadian dan peristiwa yang dialaminya, Bowo merasa ingin bertobat. Ia selalu ingat akan Yangtinya yang memerintahkannya untuk hidup seperti Kejawen dan memasrahkan diri hanya pada Tuhan Yang Maha Esa. Di tempat ini, ia. 35.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. melakukan ritual wewayangan putih dalam ilmu kebatinan Jawa. Artinya, Bowo sedang melakukan pembersihan diri, meminta ampunan atas segala dosa-dosanya. Ia mulai sadar bahwa ia bukanlah orang biasa, ia memilki keistimewaan dan tak seharusnya ia kotor seperti sekarang. Seperti kutipan berikut ini: “Aku menanan napas selama tiga menit ketika awan putih muncul. Hatiku serasa bersorak, bertanda permohonan maaf dan ampunanku diterima Gusti Allah” (Basuki, 2002: 143). 2.3.1.1.3 Bogor Bandung ITB adalah Universitas pilihan yang pilih Bowo untuk melanjutkan studinya. Namun, setting tempat di sini hanyalah sebentar karena masalah yang menimpa Bowo membuatnya harus keluar dari universitas yang terletak di kota Bogor tersebut. Bowo mempunyai teman yaitu pedagang sate dari Madura yang bernama Udel. Udel telah membunuh Nico setelah Bowo dan Udel berkelahi dengan Nico dan temantemanya pada malam sebelum kejadian. Bowo menjadi buronan sampai pada akhirnya ia dikirim orangtuanya melanjutkan kuliah di luar negeri. Di bawah ini adalah kutipan ketika masa-masa pertamanya kuliah di ITB. “Senior yang kemudian kudapatkan bernama Nico itu memastikan harihari awalku di ITB tidak terlupakan, dalam arti sengsara. Sejak pertama melihatku, ia seperti sudah memiliki dendam kesumat”(Basuki, 2002: 46). 2.3.1.2 Batavia Jakarta adalah tempat Bowo hidup dari masa kecil sampai Sekolah Menengah Atas. Di sinilah ia mengalami masa kecil yang aneh yaitu berteman dengan Jin baik,. 36.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. tidak menyukai adiknya, dan ia sangat iri kepada adiknya yang selalu mendapat perhatian. Ia bersekolah di Jakarta dan memiliki sedikit teman, namun ia sangat suka membuat perhatian orang disekelilinginya. Ia belajar ilmu bela diri dari Haji Brewok yang juga seorang guru ilmu kebatinan Jawa. Begitulah, Bowo hidup dikalangan orang-orang yang masih memercayai kepercayaan tradisional. Yangti menganut kepercayaan Kejawen,. papanya secara sembunyi-sembunyi sering meditasi dan. puasa senin-kamis, dan akhirnya suami June yang juga percaya pada kepercayaan tradisional di Tibet. Di bawah ini adalah kutipan salah satu peristiwa yang terjadi di Jakarta. “Aku sekolah di SMP Pangudi Luhur Jakarta, sebuah sekolah Katolik yang ketat. Banyak anak di sekolah itu yang menjulukiku gila” (Basuki, 2002: 12). 2.3.1.3 Amerika Latar tempat di Amerika dipaparkan begitu jelas, khususnya tempat ia menuntut ilmu yaitu di Chicago. Amerika adalah tempat Bowo menghabiskan masamasa menyelesaikan kuliahnya dimulai dari tempat tinggal pertamanya di Asrama kampus, menumpang di apartemen Erna sampai menyewa apartemen sendiri. Namun, di sini ia masih menjumpai beberapa kasus yang berhubungan dengan hal spiritual. Seperti, bertemu hantu cantik asrama yang bernama Anna, teman-temannya yang mengatakan bahwa ia sudah diguna-guna oleh Erna, menjadi hacker, serta. 37.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. akhirnya bertemu kekasih yang sangat dicintainya yaitu Paris. Berikut penggalan surat Bowo kepada Putri mengenai kehidupannya di Amerika “Intinya, kota ini sangat indah! Bayangkan the Chicago River System yang panjangnya sekitar 165 mil mengalir ditengah-tengah kota! Sering ada festival dan perayaan di sekitar sungai, mulai dari festival seni hingga sungai yang diwarnai hijau saat St. Patricks Day atau harinya orang yang berasal dari Irlandia” (Basuki, 2002: 55). 2.3.2 Latar Waktu Pada cerita Pintu, latar waktu paling dominan dan luas yang terdapat dalam cerita berkisar dari tahun 1968 ketika ia lahir sampai pada tahun 2000-an sampai ia akan menikah dengan Aida. Di antara tahun 1968-2000 lah kejadian dan peristiwa terjadi dalam hidup tokoh. Dapat dipaparkan pula bahwa setiap tahun yang ada dalam cerita mempunyai latar waktu sejarah juga dan perbandingan kebudayaan dari waktu tersebut. Berikut penjelasan latar waktu dalam novel.. 2.3.2.1 Tahun 1968-1987 Tahun-tahun awal cerita yaitu 1968, di mana si bayi kuning yaitu Bowo lahir. Ia disangka sebagai bayi istimewa oleh keluarganya. Neneknya yang biasa ia sebut Yangti juga berpendapat bahwa ia keturunan Sunan Kalijaga. Ia hidup sebagai anak kecil yang nakal dan selalu ingin tahu. Bowo pun hidup di Jakarta di masa-masa modern sebenarnya. Namun, keluarnya masih memegang adat memercayai adat-adat tradisional. Begitu pula ketika ia memeneruskan pendidikannya di ITB, ia mendapat masalah karena seniornya menyangka ia adalah keturunan Tionghoa, karena matanya. 38.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. yang sipit. Pada tahun 1987 memang orang China susah mendapat tempat di Indonesia. Orang-orang cina dibatasi dalam masuk sekolah maupun perguruan tinggi. Pengarang dengan jelas menuliskan beberapa rentetan waktu dengan jelas, salah satunya adalah berikut ini: “Dimulai dari saat aku diterima Sipenmaru (seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di ITB Jurusan Teknik Geodesi di tahun 1987. Aku bangga bukan kepalang” (Basuki, 2002: 46). 2.3.2.2 Tahun 1989-2000 Tahun 1989-2000 adalah tahun di mana Bowo menjalani hidupnya di Amerika dan pada tahun 2000 ia menikah dengan perempuan setelah Paris, yaitu Aida. Pada tahun-tahun inilah Bowo melewati kehidupanya sebentar dengan Erna dan selama tiga tahun dengan Paris sebagai kekasih. Di tahun-tahun ini juga diceritakan bahwa terdapat perang antara Dayak dan Madura dan Udel teman Bowo menjadi korban saat itu dengan kepalanya yang sudah dipegang oleh seorang Dayak. Perang ini di dalam cerita terjadi sekitar tahun 1999, dan memang kejadian sebenarnya dalam realitas adalah peristiwa berawal pada tahun 1997 kemudian berlangsung sampai tahun 1999 di Kalimantan Barat. Pada tahun 2000 barulah Bowo menghapus semua kenangannya tentang Paris kemudian menyucikan diri dan menikah dengan Aida. Pada tahun ini, Bowo semakin matang dengan perkataan Yangti, walaupun tidak disebutkan bahwa ia akan mengikuti aliran kejawen, ia buktinya mau melakukan ritual ilmu kebatinan seperti. 39.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Burke percaya, rasa bersalah adalah motif utama bagi pembicara, dan dramatisme menyatakan bahwa seorang pembicara akan menjadi lebih sukses ketika mereka

Penyesuaian perioda-lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi perioda masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat diakui

Indikator Kriteria & Bentuk Penilaian Metode Pembelajaran (Estimasi Waktu) Materi Pembelajaran (Pustaka) Bobot Penilaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 9-14

Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, melalui observasi lapangan, kuesioner di lapangan, yang berhubungan langsung dengan dampak Tempat

Soal nomor 50 tentang tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan secara berurutan, seperti pada pilihan a. Tanda kurung tunggal dapat

Dengan melihat pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam perikop ini Paulus menyatakan kebenaran Allah dari dua sisi, yaitu (1) secara forensik sebagai status benar

Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan demikian kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi

Kelalaian para ahli arkeologi untuk menyampaikan hasil-hasil penelitiannya kepada masyarakat secara luas maupun kepada masyarakat setempat di Trowulan membuat masyarakat setempat