• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru fisika pada dua SMA di Yogyakarta serta pengetahuan guru yang diduga mendasarinya - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru fisika pada dua SMA di Yogyakarta serta pengetahuan guru yang diduga mendasarinya - USD Repository"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK-BENTUK REPRESENTASI BAHAN AJAR YANG DIGUNAKAN OLEH GURU FISIKA PADA DUA SMA DI YOGYAKARTA SERTA

PENGETAHUAN GURU YANG DIDUGA MENDASARINYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidkan Fisika

Oleh:

Nama : Supraptiningsih NIM : 051424009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Thanks To : My Saviour, Jesus Christ…

Jangan tunda

sampai besok, apa

yang bisa dikerjakan hari ini

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Bapak & ibuku serta seluruh keluarga besarku

Ms. Theo

Bp. Sarkim

Almamaterku

Teman-teman P.Fis’05

Orang-orang yang paling berbahagia tidak

selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka

hanya berusaha menjadikan yang terbaik

dari setiap hal yang hadir dalam

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian oranglain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan di dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Maret 2010

Penulis

(6)
(7)

vii ABSTRAK

Supraptiningsih. 2010. Bentuk-bentuk Representasi Bahan Ajar yang Digunakan Oleh Guru Fisika pada Dua SMA Di Yogyakarta serta Pengetahuan Guru yang Diduga Mendasarinya. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui / mengidentifikasi bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru Fisika yang meliputi (1) media apa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan ajar; (2) metode apa yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan ajar; (3) bagaimana cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa; (4) bagaimana alur penyampaian materi dari guru, serta pengetahuan-pengetahuan apa yang mendasari tindakan guru.

Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Atas yaitu di salah satu sekolah negeri di Yogyakarta dan salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Penelitian di SMA negeri dilaksanakn pada tanggal 23 Juli 2009 – 19 November 2009, sedangkan penelitian di SMA swasta dilaksanakan pada 22 Juli 2009 – 14 September 2009. Subjek penelitian adalah Guru Fisika dan objek dalam penelitian ini adalah PCK guru tentang bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari field notes, video rekaman proses pembelajaran dan rekaman wawancara.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang meliputi media dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa, serta alur penyampaian materi dari tiap guru berbeda-beda. Hal itu karena PCK yang mendasari tindakan tiap-tiap guru berbeda-beda. Pengetahuan-pengetahuan guru yang diduga mendasari tindakannya dalam merepresentasikan bahan ajar di kelas yaitu pengetahuan guru tentang media dan metode pembelajaran, pengetahuan tentang materi, pengetahuan tentang kurikulum, pengetahuan guru tentang konteks pembelajaran (kondisi dan latar belakang siswa, fasilitas sekolah), pengetahuan tentang tujuan mengajar, serta latar belakang dan pengalaman guru.

(8)

viii ABSTRACT

Supraptiningsih. 2010. Representation Forms of Subject Matter which are Used by Physics Teacher on Two Senior High Schools in Yogyakarta and also The Teacher’s Knowledge which is Thought as The Basis. Physics Education Study Program, Math and Science Education Departement, Faculty of Math and Science, Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to find / identify the representation forms of subject matter which where used by the physics teacher and consisted of (1.) what media which are used by the teacher to convey the subject matter; (2) what method which is used by teacher to convey the subject matter; (3) how does the teacher convey the material to the student; (4) how the way of conveying material and what knowledge which teacher is based on

The research was carried out in two senior high schools, one of them is Yogyakarta state senior high school and the other is private school. The research in state senior high school is done on July, 23rd 2009 – November, 19th 2009, while the research in private school is done on July, 22nd 2009 – September, 14th 2009. The subject of the research itself is physics teacher and the object is teacher’s PCK about representation forms of subject matter which are used by teacher. This research is a descriptive qualitative research which has data collecting instrument such as field notes, learning process video record and interview record.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa di Surga atas segala limpahan kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Bentuk-bentuk Representasi Bahan Ajar yang Digunakan Oleh Guru Fisika pada Dua SMA Di Yogyakarta serta Pengetahuan Guru yang Diduga Mendasarinya” dengan baik.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Drs. Rubiyatno, MM., selaku kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA tersebut.

3. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag selaku kepala sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA tersebut.

4. Bapak Drs. Gigih Kuncara, selaku guru fisika di SMA Negeri 6 Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungan selama peneliti melaksanakan penelitian. 5. Ibu Dra. Sutilah, selaku guru fisika di SMA Santa Maria Yogyakarta, atas

segala bantuan dan dukungan selama peneliti melaksanakan penelitian.

6. Drs. A. Atmadi, M.Si. dan Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi penyempurnaan skripsi ini. 7. Siswa-siswa kelas XII IA 4 SMA Negeri 6 Yogyakarta dan siswa – siswi kelas

XII IA SMA Santa Maria Yogyakarta, terima kasih atas kerjasamanya. Sukses buat kalian!

(10)

x

9. Para dosen Pendidikan Fisika USD (Pak Domi, Bu Maslichah, Pak Sarkim, Pak Kartika, Pak Atmadi, Rm. Paul, Pak Rohandi), atas segala ilmu yang telah diberikan.

10.Bapak dan Ibuku, serta keluarga atas dukungan materi dan spiritual, atas segala kasih dan doa yang tiada henti. Tuhan Memberkati ....

11.Mas Theo yang dengan penuh cinta dan kesabaran telah mendukung dan memberi semangat serta banyak memberi masukan.

12.D’Chen yang telah memberi dukungan dan membantu menerjemahkan abstrak. 13.Eni & Nuning atas kebersamaan dan segala bantuannya terutama dalam hal

transportasi, thank’s ya..

14.Teman-teman seperjuangan dalam tim proyek PCK (Eni, Nuning, Nita, Dhini, Wido, Agatha, Ambro, Yoyok, Indah, Made, Eva), terimakasih atas kerjasamanya.

15.Teman-teman kost Green House makasih buat dukungan & kebersamaannya. 16.Teman-teman P.Fis ’05: Nita K, Nita Sisil, Eni, Rita, Cici, Dhini, Nuning, Yosi,

Era, Wisnu, Wido, Ferry, Vega, Ika, Agus, Arun, Ira, Maya, Khoti, Asih, Meli, Iren, Nori, Dinar, Helen, makasih buat semuanya… SEMANGAT!!! Sukses buat semua...

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 21 April 2010

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Dasar Teori ... 3

1. Pengetahuan isi/materi (Content Knowledge) ... 3

2. Pengetahuan Pedagogi (Pedagogical Knowledge)... 3

3. Pedagogical Content Knowledge (PCK) ... 4

4. Sumber-sumber dan Pengembangan PCK ... 8

5. Basis Pengetahuan untuk Mengajar ... 10

(12)

xii

C. Batasan Istilah ... 17

1. Bahan Ajar ... 17

2. Representasi ... 17

D. Rumusan Masalah ... 18

E. Tujuan Penelitian ... 18

F. Manfaat Penelitian ... 19

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Subjek Penelitian ... 22

C. Objek Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 22

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

F. Instrumen ... 23

G. Metode Pengumpulan Data ... 24

H. Metode Analisis Data ... 26

BAB III DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 28

A. DATA ... 28

1. Deskripsi Penelitian ... 28

2. Hasil Penelitian ... 31

a. Data Penelitian ... 31

(13)

xiii

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 36

1. Topik Data ... 37

2. Kategori Data ... 37

3. Analisis ... 38

a. Media Pembelajaran yang Digunakan Guru ... 39

b. Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru ... 46

c. Cara Guru Menyampaikan Materi Agar Mudah Dipahami Oleh siswa ... 55

d. Alur Penyampaian Materi dari Guru ... 82

4. Pembahasan ... 101

BAB V PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN-LAMPIRAN: Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMA N ... 113

Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA N ... 116

Lampiran 3 : Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMA S ... 117

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA S ... 118

Lampiran 5 : Field Notes Observasi di SMA N ... 120

Lampiran 6 : Field Notes Observasi di SMA S... 124

Lampiran 7 : Transkrip Data Video Pembelajaran Guru P ... 126

(14)

xiv

Lampiran 9 : Topik Data ... 184

Lampiran10: Transkrip Data wawancara Guru P ... 206

Lampiran11: Transkrip Data wawancara Guru W ... 219

Lampiran12: Pertanyaan Wawancara dengan Guru P ... 226

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks karena melibatkan

berbagai variabel antara lain: gaya mengajar guru, gaya belajar siswa,

lingkungan fisik kelas, prioritas dan tekanan masyarakat serta pemerintah, dan

sumber–sumber belajar yang terlibat. Saat ini guru dituntut untuk menjadi

guru yang profesional yaitu memiliki kompetensi di bidang ilmu (bahan ajar)

serta pedagogi. Kedua kompetensi yang harus dimiliki guru di bidang ilmu

serta pedagogi di kenal sebagai Pedagogical Content Knowledge (PCK).

Untuk mengembangkan kemampuan di bidang ilmu, guru harus terus menekuni/mempelajari bahan ajar sehingga guru sungguh menguasai bahan

ajar agar tidak terjadi salah konsep saat menyampaikan materi kepada siswa.

Sementara itu, untuk mengembangkan kemampuan di bidang pedagogi, guru

harus terus melatih diri dan mengembangkan praktek mengajar sesuai dengan

perkembangan jaman dan konteks pembelajaran sehingga dapat

merepresentasikan bahan ajar dengan baik.

PCK penting bagi guru karena untuk menjadi seorang guru yang

profesional, tidak cukup hanya dengan menguasai materi/bahan ajar saja tetapi

harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara merepresentasikan

pengetahuannya kepada siswa agar pengetahuan tersebut benar-benar dapat

dimengerti oleh siswa. PCK dapat dibangun melalui pengalaman mengajar,

(16)

satu sumber belajar bagi calon guru untuk membangun dan meningkatkan

PCK. Calon guru dapat memperoleh sumber belajar tersebut melalui observasi

langsung pada saat pembelajaran atau melalui video rekaman proses

pembelajaran.

Shulman mengelompokkan PCK ke dalam dua kategori yaitu

pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan bagaimana bahan ajar

disampaikan, serta pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui PCK

yang dimiliki oleh guru partisipan. PCK merupakan sesuatu yang ada di dalam

pikiran seseorang yang tidak dapat dilihat secara langsung. Sehingga dalam

penelitian ini, untuk mengidentifikasi PCK guru dilakukan melalui salah satu

kategori PCK yang dibuat oleh Shulman yaitu dengan mengamati bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan guru di kelas dan mendalami

pengetahuan yang mendasarinya melalui wawancara dengan guru yang

bersangkutan. Hal itu dilakukan peneliti karena terkadang apa yang ada dalam

pikiran seseorang dapat tercermin dari tindakannya.

Dengan melihat aktivitas guru melalui video yang diperoleh dari

penelitian ini, diharapkan peneliti (sebagai calon guru) dan calon guru yang

lain dapat belajar mengenai bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang dapat

digunakan untuk menyampaikan materi kepada siswa. Hal-hal diatas menjadi

(17)

B. Dasar Teori

1. Pengetahuan Materi (Content Knowledge)

Content Knowledge adalah pengetahuan tentang materi pelajaran

(subject matter) yang dipelajari atau diajarkan. Guru harus mengetahui

materi yang mereka ajarkan termasuk pengetahuan dari fakta, konsep,

teori, dan pengetahuan pada kerangka berpikir yaitu mengatur dan

menghubungkan ide-ide, dan pengetahuan dari fakta-fakta dan bukti-bukti

(Shulman, 1986). Guru yang tidak memiliki pengetahuan-pengetahuan

tersebut dapat salah/kurang tepat dalam merepresentasikan materi ke

siswa mereka (McDiarmid & Ball, 1990 dalam

http://www.tpck.org/tpck/index.php?title=Content_(CK)).

2. Pengetahuan Pedagogi (Pedagogical Knowledge)

Mengajar tidak hanya melibatkan pengetahuan materi tetapi juga

pengetahuan tentang proses untuk mengajarkan materi dan

menterjemahkan materi ke dalam sebuah bentuk yang mudah untuk

dipahami. Pedagogi adalah ilmu atau seni mendidik. Istilah tersebut

merujuk pada strategi pembelajaran. Sehubungan dengan strategi

pembelajaran, filosofi mengajar dipengaruhi oleh latar belakang

pengetahuan dan pengalaman guru, situasi pribadi, lingkungan, serta

tujuan pembelajaran (http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Preferensi).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagogi adalah ilmu

(18)

dan merupakan salah satu syarat yang penting bagi guru. Sedangkan

menurut National Board for Professional Teaching Standards (1998),

pedagogi merupakan pengetahuan tentang proses dan praktek atau metode

mengajar yang meliputi tujuan, nilai, dan maksud pendidikan secara

keseluruhan. Pengetahuan pedagogi sangat mempengaruhi keberhasilan

guru dalam pengajaran di kelas karena strategi dan prinsip tersebut

merupakan langkah serta ketentuan yang harus ditempuh dalam

menyampaikan materi. Seorang guru yang memiliki pengetahuan

pedagogi yang mendalam, mengetahui bagaimana caranya agar siswa

dapat mengkonstruksi pengetahuan dan memperoleh

keterampilan-keterampilan. Jadi pengetahuan pedagogi adalah pengetahuan tentang

metode atau strategi yang dapat digunakan guru dalam praktek mengajar untuk menyampaikan materi kepada siswa.

3. Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan integrasi

antara pengetahuan isi (Content Knowledge) dengan pengetahuan

pedagogi (Pedagogical Knowledge). Pedagogical Content Knowlege

(PCK) untuk pertama kali dikemukakan oleh Lee Shulman pada tahun

1986 dalam artikel yang berjudul: Those Who Understand: Growth of

Knowledge in Teaching. PCK adalah akumulasi dari : • Pengetahuan dan keyakinan tentang mata pelajaran

(19)

• Pengetahuan dan keyakinan tentang para siswa

• Pengetahuan dan keyakinan tentang kurikulum

• Pengetahuan dan keyakinan tentang penilaian pembelajaran

PCK menjadi sebuah pengetahuan yang sangat penting bagi guru.

Tugas guru bukan memindahkan isi buku ke siswa tetapi guru harus menguasai bahan ajar, mengetahui latar belakang, kemampuan atau

tingkat berpikir siswanya agar memiliki cara yang tepat untuk

menyampaikan materi/pengetahuannya kepada siswa. Dengan demikian

diharapkan materi yang disampaikan dapat dipahami dan diserap oleh para

siswa. Setiap guru memiliki dasar pada setiap tindakannya dan PCK

merupakan dasar bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.

Menurut van Driel, Nico Verloop, & Wobbe, 1998 h.674, tindakan

guru akan ditentukan dari PCK mereka. Menurut Beijaard & Verloop

(dalam van Driel, Verloop, dan Wobbe, 1998 h.674), pengetahuan tentang

kemampuan guru meliputi pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan

yang ditempuh sebelumnya dan juga dari kegiatan pengajaran di sekolah.

Selain itu, mereka menduga bahwa pengetahuan tentang kemampuan guru

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan latar belakang

pribadi guru dan oleh konteks di mana guru mengajar. Menurut Sockett

(Sarkim, 2005 h.46), ada dua komponen yang mempengaruhi PCK guru

yaitu:

- Pemahaman guru tentang pengetahuan yang dibentuk yang

(20)

- Pemahaman guru tentang konteks di mana pembelajaran berlangsung.

Salah satu yang mendasari PCK adalah gagasan dari John Dewey

yang dikemukakan tahun 1902-1976 (Sarkim, 2005 h.43). Dewey

menyatakan bahwa setiap ilmu pengetahuan memiliki dua aspek yaitu satu

untuk ilmuwan dan satu untuk guru. Kedua aspek tersebut berbeda tetapi

tidak bertentangan. Bagi ilmuwan, ilmu pengetahuan lebih dipandang

sebagai sebuah kebenaran dalam kerangka memahami fakta-fakta,

merumuskan masalah baru, memandu penelitian, dan mendapatkan

pengetahuan baru. Sedangkan bagi guru, ilmu pengetahuan adalah sesuatu

yang harus dipahami dan direpresentasikan kepada siswa agar

pengetahuan yang dipahami tersebut dapat dipelajari dan dimengerti oleh

para siswa sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. PCK mempunyai kaitan dengan cara para guru membuat pertimbangan secara pedagogis.

PCK melibatkan suatu pergeseran dramatis dalam pemahaman guru dari

mampu memahami materi pokok untuk diri mereka sendiri, menuju

kondisi mampu untuk menerangkan materi pokok dalam cara yang baru,

menyusun kembali dan mengungkapkan dalam aktivitas dan emosi, dalam

kiasan-kiasan dan latihan-latihan, serta di dalam contoh-contoh dan

demonstrasi-demonstrasi, sehingga dapat diserap oleh para siswa.

Shulman (dalam Sarkim, 2005 h.45), mendefinisikan PCK sebagai

gabungan dari content knowledge dan pedagogical knowledge. Menurut

definisi tersebut, PCK adalah sebuah perpaduan dari dua kategori

pengetahuan yaitu content knowledge dan pedagogical knowledge yang

(21)

sesuai dengan tujuan pembelajaran, tingkat perkembangan murid, dan

situasi tempat pembelajaran berlangsung. Penggabungan tersebut

menghasilkan sebuah pemahaman tentang materi pelajaran (subject

matter) untuk mengajar.

Menurut Shulman (1986), PCK dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :

1) Pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan bagaimana bahan

ajar disampaikan dalam pembelajaran sehingga konsep yang terkait

dalam pembelajaran dapat dipahami dan diserap oleh sebagian besar

siswa.

2) Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar,

termasuk pengetahuan tentang tingkat kesulitan suatu topik,

pra-konsepsi dan pra-konsepsi yang dibawa oleh siswa dari berbagai tingkat usia dan latar belakang terkait dengan materi ajar.

Menurut Lee Shulman (dalam Kartika Budi, 2005 h.102), hakikat

PCK adalah suatu integrasi antara keahlian yang berkaitan dengan materi

(content knowledge) dan keahlian yang berkaitan dengan pedagogi

(pedagogical knowledge). Menurut Kartika Budi (2005 h.104), PCK

merupakan kemampuan atau keterampilan guru mengintegrasikan materi

pembelajaran dan ilmu keguruan untuk kepentingan pembelajaran bagi

siswa tertentu pada kondisi sekolah tertentu, yang akan direalisasikan

dalam struktur materi yang sesuai dengan kemampuan dan kerangka

berpikir siswa dan strategi pembelajaran yang sesuai yang akan dipilihnya.

Grossman (dalam van Driel, Verloop, & Wobbe 1998 h.675), berpendapat

(22)

untuk mengajar topik tertentu dan pengetahuan akan pemahaman siswa,

konsepsi, dan miskonsepsi dari suatu topik. Selain itu, PCK terdiri dari

pengetahuan dan keyakinan tentang tujuan untuk mengajar topik tertentu

dan pengetahuan tentang bahan kurikulum yang tersedia untuk mengajar.

Jadi PCK adalah suatu pengetahuan yang merupakan integrasi dari

pengetahuan materi dan pengetahuan pedagogi yang perlu dimiliki oleh

para guru dalam tugas mengajarnya agar dapat memilih bentuk-bentuk

representasi bahan ajar yang sesuai dengan kondisi siswa dan sekolah

sehingga materi yang disampaikan dapat dipelajari dan dimengerti oleh

para siswa.

4. Sumber-sumber dan Pengembangan PCK

Ada banyak sumber yang bisa digunakan guru untuk

mengembangkan PCK mereka, di antaranya yaitu sumber disiplin ilmu,

studi bidang pendidikan, dan pengalaman (Sarkim, 2006 h. 2). Studi

disiplin ilmu adalah studi pengetahuan dan keterampilan-keterampilan

yang dipelajari di sekolah. Studi disiplin ilmu menyediakan suatu dasar

pengetahuan tentang materi. Jadi pemahaman terhadap materi dapat

diperoleh dari studi disiplin ilmu. Menurut Grossman (dalam Sarkim,

2006 h. 2), pemahaman disiplin ilmu mempengaruhi keputusan-keputusan

guru tentang pemilihan kepentingan relatif dari materi tertentu dan

pemilihan urutan materi. Berdasarkan penelitian dari Adams dan

Crockover, 1997 (Sarkim, 2006 h.2), ditemukan bahwa para guru

(23)

mereka yang mencakup rangkaian pelajaran di perguruan tinggi dan

sekolah menengah atas, serta buku teks perguruan tinggi dan sekolah

menengah atas.

Sumber kedua adalah studi bidang pendidikan yang meliputi poses

mengajar, belajar, dan pengembangan siswa. Studi pendidikan

menyediakan suatu dasar bagi pengetahuan dan

keterampilan-keterampilan para guru dalam strategi pengajaran, pengelolaan kelas, dan

model-model penilaian (Sarkim, 2006 h.3).

Sumber ketiga adalah pengalaman guru. Para guru perlu

terus-menerus merekonstruksi dan mengembangkan pemahaman mereka

tentang pengajaran yang berdasar pada pengalaman mengajar mereka

melalui proses reflektif. Dari riset yang dilakukan oleh Adam dan Krockover (Sarkim, 2005 h.56) menunjukkan bahwa guru yang

berpengalaman memiliki pemahaman tentang PCK yang lebih dari guru

pemula. Mereka juga menemukan bahwa strategi instruksional yang

digunakan oleh para guru, berdasar pada pengalaman-pengalaman dan

pelajaran materi bukan hanya sebagai pengetahuan tentang materi saja,

tetapi juga mendasari bagaimana materi-materi tersebut disampaikan

kepada siswa.

Pengalaman mengajar dari guru dapat dijadikan sumber belajar

bagi calon guru dalam membangun PCK mereka. Para calon guru dapat

memperoleh sumber belajar tersebut melalui pengamatan/observasi

langsung di kelas maupun tidak langsung yaitu melalui video rekaman

(24)

5. Basis Pengetahuan untuk Mengajar

Para guru terus-menerus menghadapi beragam pilihan di dalam

kegiatan pembelajaran dan dituntut untuk membuat keputusan-keputusan

dalam situasi-situasi yang berbeda serta menentukan aktivitas apa saja

yang harus dikerjakan. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan

perencanaan pembelajaran sebelum mengajar dan merefleksikan apa saja

yang telah tercapai. Dengan demikian, pembelajaran melibatkan

perencanaan, pengambilan keputusan, dan refleksi (Barnes, dalam Sarkim,

2005 h.39). Menurut Bollough (dalam Sarkim, 2005 h.39) basis

pengetahuan untuk mengajar adalah suatu kesatuan dari pengetahuan,

keterampilan, pemahaman, teknologi, dan juga dari etika serta tanggung

jawab, sejalan dengan bagaimana merepresentasikan dan mengkomunikasikan materi kepada siswa.

Dalam artikel yang terbaru, Shulman memasukkan PCK ke dalam

“ basis pengetahuan untuk mengajar (van Driel, Verloop, dan Wabbe,

1998 h.675).” Basis pengetahuan tersebut terdiri dari tujuh kategori yaitu :

1. Pengetahuan Materi ( Content Knowledge ),

2. Pengetahuan Pedagogi ( Pedagogical Knowledge ),

3. Pengetahuan Kurikulum ( Curriculum Knowledge),

4. Pedagogical Content Knowledge (PCK),

5. Pengetahuan Tentang Para Siswa,

6. Pengetahuan dari Konteks Pendidikan,

(25)

Menurut Shulman (dalam Sarkim, 2005 h. 40), guru menggunakan

pengetahuan tersebut untuk memahami pengajaran, materi, dan konteks

dimana pembelajaran akan dilaksanakan, untuk membuat dan

mengembangkan persiapan mengajar, untuk bertindak dan merespon

siswa dengan tepat, serta untuk memberikan refleksi dan umpan balik

(feedback) kepada siswa. Jadi hal itu menunjukkan bahwa PCK menjadi

dasar bagi guru dalam merepresentasikan bahan ajar.

6. Bentuk-bentuk Representasi

PCK berkaitan dengan cara guru membuat pertimbangan secara

pedagogis yaitu yang tampak dalam bentuk representasi bahan ajar yang

digunakan oleh guru. Representasi bahan ajar adalah penyajian atau penyampaian bahan ajar dari guru dalam proses pembelajaran agar materi

dapat dipahami dan diserap oleh siswa. Menurut Oxford English

Dictionary (dalam Marie Baldonado, 1996), representasi diartikan sebagai

“kehadiran” atau “penampilan.” Representasi juga dapat diartikan sebagai

tindakan menempatkan atau menyatakan fakta dalam rangka

mempengaruhi orang lain atau mempengaruhi tindakan orang lain

(Marie Baldonado, 1996). Salah satu kategori PCK yang di buat oleh

Shulman adalah pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan

bagaimana bahan ajar disampaikan dalam pembelajaran sehingga konsep

yang terkait dalam pembelajaran dapat dipahami dan diserap oleh

sebagian besar siswa. Representasi meliputi pengetahuan tentang strategi

(26)

suatu konsep (Hallim & Meerah, 2002 h. 206). Menurut Shulman, 1986

dalam Baker & Chick, 2006 h. 60, representasi meliputi pengetahuan

untuk mentransformasi pengetahuan materi ke dalam suatu bentuk

pembelajaran di mana siswa akan memahaminya.

Menurut Van der Valk dan Broekman, 1999 (dalam Baker &

Chick, 2006), representasi meliputi penyajian materi yang relevan atau

sesuai, strategi-strategi pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan siswa.

Menurut Backer & Chick (2006), bentuk-bentuk representasi meliputi

strategi/cara guru untuk membantu para siswa mengorganisir kembali

pemahaman mereka serta bagaimana metode-metode pembelajaran yang

digunakan guru agar siswa memahami materi yang diajarkan. Termasuk di

dalamnya adalah bentuk-bentuk representasi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi menggunakan media seperti media gambar, power

point, alat peraga, papan tulis. Sedangkan menurut Geddis, 1993;

Magnusson, Borko, dan Krajcik, 1998 dalam Halim (2002) representasi

meliputi ilustrasi, contoh, analogi dan model pembelajaran. Menurut

Halim (2002) kemampuan untuk merumuskan atau memilih

bentuk-bentuk representasi yang meliputi analogi, penjelasan, demonstrasi dan

contoh dalam memberikan suatu topik pembelajaran sangat diperlukan

oleh guru. Hal itu karena bentuk-bentuk representasi yang tepat sangat

bermanfaat dalam membantu para siswa untuk memahami konsep secara

spesifik dan untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Agar isi materi dapat dipahami oleh siswa, maka guru harus bisa

(27)

kegiatan pembelajaran. Dalam Sarkim (2005), proses transformasi dari

pengetahuan isi materi menjadi bentuk pembelajaran meliputi:

- Memilih/menentukan konsep-konsep yang dipandang penting sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan tersebut dapat di dasarkan

pada kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, kaitannya dengan

konsep-konsep lain, atau karena sering ditanyakan dalam soal-soal tes.

- Menyusun alur penyampaian bahan ajar. Mungkin guru akan

menyampaikan bahan ajar mulai dari yang konkrit kemudian ke yang

abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, mengikuti alur pada

buku pelajaran, atau alur penyampaian bahan ajar disusun oleh guru

sendiri dengan alasan-alasan tertentu.

- Memilih jenis penjelasan untuk menjelaskan konsep-konsep yang disampaikan kepada siswa. Penjelasan dapat disampaikan secara

logis-struktural, secara induktif berdasarkan fakta-fakta hasil pengamatan,

menggunakan analogi-analogi, atau guru mempunyai cara lain yang

memudahkan siswa dalam memahami bahan ajar.

- Memilih metode pembelajaran, misalnya metode ceramah,

demonstrasi, eksperimen, atau metode-metode lain yang dipilih oleh

guru dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Menurut Trowbridge & Bybee, 1996 h.2-5 dalam Paul Suparno

(2007), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru

fisika secara terus-menerus agar menjadi guru profesional sehingga dapat

(28)

a. Menguasai bahan ajar fisika

Guru fisika harus terus mengembangkan diri dengan mempelajari

bahan fisika sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi pada siswa.

Untuk mengembangkan pengetahuannya terhadap bahan ajar, maka

guru harus terus belajar dan tidak boleh lekas puas.

b. Mengerti tujuan pengajaran

Guru fisika yang baik harus mengerti tujuan dari pembelajaran fisika

sehingga dapat mengarahkan siswa pada tujuan yang ingin di capai

secara lebih efektif dan efisien. Misalnya guru perlu mengetahui

tujuan umum pembelajaran fisika seperti:

- Mengerti dan menggunakan metode ilmiah

- Mengetahui pengetahuan fisika (materi / konsep) - Menggunakan sikap ilmiah

- Kebutuhan akan karier masa depan

c. Guru dapat mengorganisasi pengajaran fisika

Guru fisika harus dapat mempersiapkan pembelajaran sesuai dengan

tujuan. Ia juga harus mengerti cara menyampaikan bahan ajar, dapat

memilih alat atau sarana pembelajaran, dapat memilih evaluasi dan

latihan yang akan diberikan kepada siswa. Selain itu, guru juga harus

memiliki perencanaan mengenai berapa waktu yang digunakan dan

tugas apa yang harus dilakukan siswa.

d. Mengerti situasi siswa

Guru harus memperhatikan dan mengerti situasi/keadaan siswa agar

(29)

perlu diperhatikan misalnya kosep awal siswa, pemikiran siswa,

tingkah laku, perkembangan kognitif, dan situasi psikologis siswa.

e. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa

Guru perlu melatih diri untuk dapat berkomunikasi dengan siswa

sehingga bisa akrab dengan siswa. Guru juga perlu melatih

kemampuan memotivasi siswa, mengaktifkan siswa, menegur tanpa

membuat siswa down atau malu, mengerti kesulitan belajar siswa,

serta mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa.

f. Guru menguasai berbagai metode

Situasi siswa yang bermacam-macam membuat guru perlu menguasai

berbagai metode dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode

pembelajaran yang tepat dapat membuat konsep / bahan ajar yang disampaikan diterima dan diserap oleh siswa dengan baik dan dapat

membuat siswa menyukai belajar fisika atau materi yang diajarkan.

Beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu

proses belajar pada siswa antara lain:

- Ceramah siswa aktif, yaitu model pembelajaran di mana guru

menjelaskan materi dengan kata-kata kemudian diantara

penjelasannya, guru memberi pertanyaan dan siswa diberi waktu

untuk berpikir dan menjawab pertanyaan. Dalam metode ini,

kadang guru juga mengajak siswa untuk berdiskusi atau meminta

siswa mengerjakan soal sehingga siswa tidak hanya mendengarkan

saja tetapi juga ikut aktif melalui diskusi, menjawab pertanyaan,

(30)

- Demonstrasi, yaitu model pembelajaran dengan pendekatan visual

agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa dalam

pembelajaran.

- Diskusi, yaitu model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok

yang bersifat edukatif, reflektif, dan terstruktur. Dalam hal ini

antara siswa yang satu dengan yang lain dapat saling tukar pikiran

atau pendapat.

- Eksperimen, yaitu metode pembelajaran yang mengajak siswa

untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan pada

suatu teori.

- Simulasi Komputer, yaitu model pembelajaran menggunakan

program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika atau peristiwa yang terjadi melalui monitor komputer.

Jadi, hal-hal yang dapat mempengaruhi PCK guru dalam

merepresentasikan bahan ajar antara lain pengetahuan guru tentang bahan

ajar, metode dan media pembelajaran, konteks pembelajaran (situasi

siswa, situasi lingkungan termasuk fasilitas sekolah), kurikulum, serta

tujuan pembelajaran. Bentuk-bentuk representasi bahan ajar dapat di

identifikasi dari hal-hal yang tampak dalam proses pembelajaran seperti

media dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, cara guru

menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa, serta alur

(31)

C. Batasan Istilah 1. Bahan Ajar

MenurutTim Peneliti Studi Pengembangan Buku Pegangan SMK,

bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching

material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud bahan ajar yaitu seperangkat materi

fisika yaitu materi tentang Getaran dan Gelombang yang akan diajarkan

oleh guru kepada siswa, yang disusun secara sistematis.

2. Representasi

Dalam penelitian ini, representasi diartikan sebagai penyajian. Jadi dalam penelitian ini representasi bahan ajar diartikan sebagai penyajian

bahan ajar (materi fisika) dari guru dalam proses pembelajaran di kelas

agar materi dapat dipahami oleh siswa. Bentuk-bentuk representasi dalam

penelitian ini merupakan bentuk-bentuk representasi yang digunakan guru

(32)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk representasi

yang digunakan oleh guru fisika partisipan penelitian untuk menyampaikan

materi getaran dan gelombang serta pengetahuan apa yang mendasari tindakan

guru dalam merepresentasikan materi tersebut?

Permasalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Media apa yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran

dan gelombang?

2. Metode apa yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran

dan gelombang?

3. Bagaimana cara guru menyampaikan materi getaran dan gelombang agar mudah dipahami oleh siswa?

4. Bagaimana alur penyampaian materi getaran dan gelombang dari guru?

5. Pengetahuan-pengetahuan apa yang mendasari tindakan guru dalam

merepresentasikan materi getaran dan gelombang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang

digunakan oleh guru fisika SMA yang menjadi partisipan penelitian dan

mengetahui pengetahuan yang mendasari tindakan guru dalam

(33)

Secara lebih rinci, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. media yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran dan

gelombang,

2. metode yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran dan

gelombang,

3. cara guru menyampaikan materi getaran dan gelombang agar mudah

dipahami oleh siswa

4. alur penyampaian materi getaran dan gelombang dari guru,

5. pengetahuan-pengetahuan yang mendasari tindakan guru dalam

merepresentasikan materi getaran dan gelombang.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu peneliti dapat mengetahui

bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh dua guru

fisika yang menjadi partisipan dalam penelitian serta pengetahuan guru

yang mendasarinya. Peneliti dapat mengetahui media dan metode

pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk merepresentasikan materi

fisika dan cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh

siswa, serta alur penyampaian materi. Bentuk-bentuk representasi bahan

ajar yang digunakan oleh guru tersebut dapat dijadikan sebagai inspirasi

dan salah satu sumber belajar bagi peneliti untuk menyiapkan diri menjadi

(34)

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk melakukan

penelitian tentang PCK guru yang lebih kompleks.

3. Bagi guru yang diteliti

Bagi guru yang diteliti, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

refleksi sehingga guru dapat meningkatkan PCK yang dimiliki dan

(35)

21 BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,

yaitu menekankan pada kenyataan yang sebenarnya dan berusaha

mengungkap fenomena-fenomena yang seadanya. Penelitian kualitatif tidak

mencari data/bukti untuk membuktikan hipotesis yang dimiliki sebelumnya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan fenomena-fenomena,

peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar

yang digunakan oleh dua guru fisika SMA di Yogyakarta. Data dikumpulkan

dalam bentuk kata-kata dan gambar yang meliputi field notes, transkrip video proses pembelajaran, transkrip wawancara, serta foto peristiwa.

Bentuk dari penelitian kualitatif ini adalah Nonparticipant Observation

yaitu peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Peneliti tidak

melibatkan diri secara aktif dalam situasi yang diteliti tetapi hanya menjadi

pengamat yang mengumpulkan data (Paul Suparno, 2007 h.154). Sedangkan

tipe dari bentuk penelitian ini adalah naturalistic observation, yaitu peneliti

meneliti subjek dalam seting yang natural, tidak membuat manipulasi apapun

tetapi hanya mengamati, mencatat, dan merekam apa yang terjadi. Perspektif

partisipan (guru yang diteliti) dalam penelitian ini dikaji dengan multi strategi

(36)

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian yaitu kepada siapa penelitian dilakukan. Subjek dari

penelitian ini adalah guru fisika pada salah satu SMA negeri di Yogyakarta

dan guru fisika pada salah satu SMA swasta di Yogyakarta.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian mengacu pada apa yang diteliti. Sehingga, objek dari

penelitian ini adalah bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan

oleh guru fisika di SMA yang menjadi partisipan penelitian serta pengetahuan

guru yang diduga mendasarinya.

D. Data Penelitian

Data penelitian berupa field notes, transkrip rekaman video proses

pembelajaran, dan transkrip wawancara. Field notes diperoleh dari observasi

langsung, transkrip rekaman video proses pembelajaran diperoleh dari

observasi tidak langsung yaitu dengan menggunakan handycam, dan transkrip

wawancara diperoleh dari rekaman wawancara bersama guru yang

(37)

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di dua sekolah yaitu SMA negeri dan SMA swasta

di Yogyakarta Kelas XII IA.

Kegiatan Keterangan SMA negeri SMA swasta

Observasi

awal

Tanpa

handycam

16 Juli 2009 14 & 15 Juli 2009

Menggunakan

handycam

23 Juli 2009 22 Juli 2009

Pengambilan

data

Observasi &

perekaman

video

- 23 Juli 2009

- 13 Agustus 2009

- 20 Agustus 2009

- 27 Agustus 2009

- 22 Juli 2009

- 24 Juli 2009

- 27 Juli 2009

Wawancara - 10 September 2009

- 19 November 2009

14 September 2009

F. Instrumen

Menurut Paul Suparno (2007), instrumen adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif

sehingga peneliti merupakan instrumen utama. Bentuk instrumen yang

digunakan berupa field notes, rekaman video proses pembelajaran dan

wawancara. Field notes merupakan catatan tertulis tentang segala sesuatu

yang didengar, dilihat, diamati, atau di pikirkan oleh peneliti yang diperoleh

(38)

menggunakan handycam. Sedangkan wawancara merupakan suatu dialog

yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu

peneliti membuat beberapa daftar pertanyaan, kemudian saat wawancara

pertanyaan tersebut dikembangkan oleh peneliti. Pertanyaan wawancara

dibuat berdasarkan peristiwa-peristiwa yang tampak pada rekaman video

proses pembelajaran dan field notes, kemudian pertanyaan tersebut

dikembangkan hingga peneliti memperoleh informasi yang lengkap. Daftar

pertanyaan wawancara dapat di lihat pada lampiran 12 dan lampiran 13.

G. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) dan tidak langsung yaitu dengan bantuan alat perekam (handycam)

serta wawancara dengan guru yang bersangkutan. Observasi dilakukan oleh

peneliti dengan mengamati peristiwa-peristiwa atau tindakan guru di kelas

dalam merepresentasikan bahan ajar. Kemudian tindakan

guru/peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang

digunakan guru tersebut dicatat (field notes) dan menjadi data penelitian.

Kemudian, pada waktu yang sama dilakukan perekaman proses pembelajaran

menggunakan handycam yang dilakukan oleh partner peneliti. Perekaman

proses pembelajaran menghasilkan video proses pembelajaran yang dapat

(39)

Setelah diperoleh rekaman video proses pembelajaran, peneliti melihat

rekaman video proses pembelajaran secara berulang-ulang untuk menemukan

peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar

yang digunakan oleh guru. Setelah itu, peristiwa-peristiwa yang menunjukkan

bentuk-bentuk representasi bahan ajar ditranskrip dan menjadi data penelitian.

Proses pembuatan transkrip dan pengumpulkan data dilakukan dengan

memutar video hasil rekaman secara berulang-ulang sehingga diharapkan

peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar

dari guru yang akan disajikan dalam transkrip tidak ada yang terlewatkan.

Kemudian, untuk meningkatkan validitas, peneliti juga melakukan

pengecekan ulang dalam pembuatan transkrip. Berdasarkan data tentang

bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang ditemukan dari field notes dan rekaman video, dilakukan wawancara dengan guru fisika yang bersangkutan

untuk mendapatkan informasi tentang alasan/pengetahuan guru yang

mendasari tindakannya.

Penelitian ini dilakukan melalui observasi dan perekaman proses

pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan validitas data. Observasi

dan perekaman video pembelajaran dilakukan pada waktu yang sama, kelas

yang sama, dan guru yang sama sehingga penelitian ini dilakukan secara

kolaborasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung dan

perekaman (pengambilan video) dilakukan oleh orang lain. Jika di tinjau dari

cara pelaksanaannya, observasi yang digunakan merupakan observasi

(40)

tidak ikut terlibat dalam yang diamati (Kasbolah h. 53). Sedangkan jika

ditinjau dari sasarannya, jenis observasi yang digunakan adalah observasi

terfokus. Peneliti memilih jenis observasi terfokus karena maksud dan sasaran

observasi telah ditentukan sebelumnya yaitu pengamatan terfokus pada

tindakan/kegiatan yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar

yang digunakan oleh guru.

H. Metode Analisis Data

Data dari penelitian dianalisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Penentuan Topik Data

Data-data yang telah di transkrip dibaca kembali dengan teliti untuk

menemukan peristiwa atau tindakan guru yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru. Kemudian,

peristiwa atau tindakan guru yang menunjukkan bentuk-bentuk

representasi bahan ajar tersebut dibuat topik data. Topik data merupakan

deskripsi singkat mengenai bagian data yang mengandung makna tertentu

sesuai dengan yang diteliti.

2. Pemberian Tanda (coding) dan Pengkategorian Data

Tiap topik data diberi tanda (coding) sesuai dengan makna yang

terkandung di dalamnya. Coding diwujudkan dalam suatu kata atau frase

yang menunjukkan isi dari topik data tertentu. Topik data dikelompokkan

sesuai dengan kodenya dan diberi suatu gagasan yang dapat mewakili

(41)

data. Pembuatan kategori data disesuaikan dengan teori dan data yang

diperoleh.

3. Pembahasan (penjelasan) dari Peristiwa dalam Topik Data

Setelah diperoleh pengkategorian data, pada bagian ini dipaparkan

alasan atau yang menjadi dasar dari setiap tindakan yang dilakukan guru

dalam proses pembelajaran. Alasan atau pengetahuan yang mendasari

setiap tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran diperoleh

(42)

28

BAB III

DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. DATA

1. Deskripsi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu satu sekolah

negeri (sebut saja sekolah N) dan satu sekolah swasta (sebut saja sekolah S).

Sekolah N merupakan sekolah heterogen dengan jumlah siswa dalam kelas

yang diteliti 34 siswa dan sekolah S merupakan sekolah homogen putri

dengan jumlah siswa dalam kelas yang diteliti 14 siswa. Sekolah N diajar oleh

seorang Guru Pria (sebut saja P) dan sekolah S diajar oleh seorang guru

wanita (sebut saja W). Baik sekolah N maupun sekolah S, penelitian

dilakukan di kelas XII dengan materi yang sama yaitu Getaran dan

Gelombang.

Pertimbangan peneliti memilih kelas XII adalah karena guru yang

terlibat dalam penelitian ini mengajar kelas X dan kelas XII, dan pada waktu

yang sudah dijadwalkan untuk pengambilan data, kelas X masih dalam

kegiatan Masa Orientasi sehingga proses pembelajaran belum bisa

berlangsung. Selain itu, subjek dari penelitian ini adalah guru dan objeknya

adalah bentuk-bentuk representasi bahan ajar dan alasan guru yang diduga

mendasarinya, sehingga hasil penelitian tidak ditentukan oleh faktor siswa.

Pemilihan kelas XII ini juga atas masukkan dari guru-guru yang bersangkutan

karena menurut guru, penelitian ini tidak mengganggu proses pembelajaran

(43)

penelitian ini dilakukan di dua sekolah dengan dua guru dan dua kelas yang

berbeda tetapi peneliti tidak bermaksud untuk membandingkan melainkan

untuk memperbanyak pengetahuan peneliti tentang bentuk–bentuk

representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru. Sehingga hal tersebut

diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti sebagai calon guru dalam

melaksanakan tugas mengajar nantinya. Selain itu, yang menjadi

pertimbangan peneliti untuk meneliti dua guru adalah faktor efisien waktu dan

biaya. Apabila hanya meneliti satu guru, peneliti merasa data yang diperoleh

belum cukup dan kurang bervariasi, sedangkan jika terlalu banyak maka akan

membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.

Sebelum melakukan penelitian, pada tanggal 16 Juli 2009 peneliti

melakukan observasi di sekolah N dan tanggal 14 dan 15 Juli 2009 observasi

di sekolah S tanpa handycam dengan tujuan untuk melihat situasi kelas dan

proses pembelajaran yang berlangsung serta untuk membiasakan siswa

dengan keberadaan peneliti di kelas. Kemudian pada tanggal 23 Juli 2009 di

sekolah N, jam pelajaran fisika di kelas yang akan teliti ada 2 JP lalu 1 JP

digunakan untuk observasi dengan handycam untuk membiasakan siswa

dengan adanya handycam di dalam kelas tersebut selama proses pembelajaran

berlangsung. Setelah dilakukan observasi dengan handycam selama 1 JP

ternyata situasi di kelas tersebut sudah memungkinkan untuk proses

pengambilan data (situasi kelas tidak terpengaruh oleh adanya handycam),

(44)

Sedangkan untuk sekolah S, observasi menggunakan handycam dilakukan

pada tanggal 22 Juli 2009. Pada saat observasi dengan handycam pada tanggal

22 Juli 2009, ternyata pada pertemuan tersebut mulai masuk pokok bahasan

baru dan situasi kelas tidak terpengaruh oleh adanya handycam sehingga hasil

rekaman proses pembelajaran pada waktu itu dapat dijadikan data.

Di sekolah N, penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Juli, 13 Agustus,

20 Agutus, dan 27 Agustus tahun 2009 dengan jumlah jam pelajaran 7 JP.

Penelitian tersebut dilakukan di kelas yang sama dengan guru sebagai subjek

penelitian dan PCK guru yaitu bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang

digunakan guru dan alasan guru yang diduga mendasarinya sebagai objek

penelitian. Sedangkan di sekolah S, penelitian dilaksanakan pada tanggal 22

Juli, 24 Juli, dan 27 Juli tahun 2009 dengan jumlah jam pelajaran 4 JP.

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan peneliti sebagai pengamat

dan satu orang teman bertugas merekam proses pembelajaran. Pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk berjaga-jaga jika ada suatu

peristiwa dalam proses pembelajaran tidak teramati oleh kamera.

Setelah pengambilan data di kelas, peneliti kemudian memutar kembali

video rekaman secara berulang-ulang untuk menemukan bentuk–bentuk

representasi yang digunakan guru serta mentranskrip video tersebut.

Bentuk-bentuk representasi bahan ajar diidentifikasi melalui tindakan guru,

tutur kata guru, metode pembelajaran yang digunakan, dan media yang

digunakan guru. Setelah peneliti menemukan bentuk-bentuk representasi

(45)

guru untuk memperoleh informasi tentang alasan dari tindakan guru. Proses

wawancara juga direkam dengan handycam sehingga peneliti dapat mencatat

hasil wawancara dengan lengkap. Wawancara dengan Guru P dilakukan dua

kali yaitu pada tanggal 10 September 2009 dan tanggal 19 November 2009,

sedangkan wawancara dengan guru W dilaksanakan pada tanggal 14

September 2009.

2. Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan selama pengambilan data dan dari video

rekaman proses pembelajaran yang dilakukan di kelas Guru P dan guru W,

tampak bahwa bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh

Guru P dan guru W berbeda. Dari video rekaman proses pembelajaran,

peneliti dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang menunjukkan

bentuk–bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru yang

meliputi metode dan media yang digunakan guru, cara guru menyampaikan

materi agar mudah dipahami oleh siswa, serta alur penyampaian materi dari

guru. Hasil penelitian akan disampaikan pada bagian berikut:

a. Data Penelitian

Data penelitian berupa catatan observasi (field notes), transkrip

rekaman video kegiatan pembelajaran dan transkrip wawancara dengan

guru yang bersangkutan. Data tersebut diperoleh dari penelitian yang

dilakukan di SMA N dan SMA S dengan guru Fisika sebagai subjek dan

(46)

penelitian. Pengambilan data di lakukan dengan observasi (peneliti

mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung) dan perekaman

kegiatan pembelajaran dengan handycam. Dari data yang diperoleh,

ternyata sebagian besar dari apa yang teramati dan dicatat oleh peneliti

dalam field notes, telah terekam juga oleh handycam. Data yang diperoleh

dari observasi (field notes) dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.

Data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru

P diperoleh dari empat kali pertemuan dan pertemuan I hanya 1 JP

sedangkan pertemuan II, III, dan IV terdiri dari 2 JP, yaitu :

1. Pertemuan I (23 Juli 2009), membahas tentang Persamaan Kecepatan

dan Percepatan Getaran Gelombang, dan Persamaan Gelombang

Stasioner.

2. Pertemuan II (13 Agustus 2009), membahas tentang Persamaan

Gelombang Stasioner (menentukan persamaan gelombang datang dan

gelombang pantul, mengidentifikasi letak perut dan simpul pada ujung

pantul terikat dan ujung bebas)

3. Pertemuan III (20 Agustus 2009), membahas tentang Gelombang

Stasioner pada Ujung Pantul Terikat dan Gelombang Stasioner pada

Ujung Bebas dan guru memberi latihan soal Gelombang Stasioner

4. Pertemuan IV (27 Agustus), membahas tentang Cepat Rambat

(47)

Sedangkan data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru W diperoleh dari tiga kali pertemuan yaitu :

1. Pertemuan I (22 Juli 2009), membahas tentang persamaan simpangan

gelombang datang, gelombang pantul, pada gelombang stasioner

2. Pertemuan II (24 Juli 2009), membahas latihan soal tentang kecepatan

gelombang, dan membahas tentang gelombang stasioner ujung bebas

3. Pertemuan III (27 Juli 2009), membahas latihan soal dan

mengidentifikasi letak simpul dan perut pada gelombang stasioner,

kecepatan gelombang pada dawai, serta energi dan intensitas

gelombang.

Guru-guru yang terlibat dalam penelitian ini termasuk guru yang

sudah berpengalaman karena sudah mengajar dalam waktu yang cukup

lama. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 September,

diperoleh informasi bahwa Guru P sudah mengajar selama 20 tahun yaitu

sejak tahun 1989. Pada awal mengajar beliau diperbantukan di sekolah

swasta kemudian pindah ke sekolah negeri hingga sekarang. Menurut guru

P, kita sebagai guru harus siap dengan materi (memahami materi). Saat

mengajar di sekolah swasta, beliau merasa bahwa pemahaman tentang

materi menjadi tidak berkembang (jawa: mandeg) karena di sekolah

tersebut siswanya sedikit dan kurang aktif. Kemudian setelah mengajar di

sekolah negeri, baru beliau merasakan bahwa apa yang dikerjakan ada

harganya karena di sekolah tersebut siswanya lebih aktif dan begitu ada

(48)

aktif maka kita (guru) akan semakin terpacu untuk berkembang. Meskipun

sudah mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama, namun ketika

akan mengajar beliau tetap membutuhkan persiapan. Menurut beliau,

beliau selalu perlu mencari setrategi/cara baru untuk mengajar karena

untuk siswa yang berbeda membutuhkan cara mengajar yang berbeda

juga. Cara mengajar yang digunakan oleh Guru P saat ini merupakan hasil

kreasi dari Guru P sendiri yang diperoleh dari pengalaman mengajar.

Menurut guru (dari wawancara 19 November 2009), untuk mengajar

itu membutuhkan kejujuran, jadi apa yang perlu kita sampaikan, kita

sampaikan tidak perlu ada yang ditutup-tutupi, tidak perlu gengsi, dsb. Hal

itu menunjukkan bahwa guru telah menerapkan sikap ilmiah yaitu jujur

seperti yang telah disampaikan oleh Trowbridge & Bybee dalam Paul

Suparno, 2007 mengenai tujuan umum pengajaran yaitu menggunakan

sikap ilmiah. Makanya Guru P selalu menerima dan berterima kasih

apabila ada siswa yang memberi koreksi pada apa yang disampaikan guru.

Jadi menurut guru, koreksi dari siswa itu bukan hal yang memalukan bagi

guru. Pada awal mengajar, kalau mengajar di kelas yang baru, guru selalu

menyampaikan bahwa kalau siswa mau mengkritik silahkan. Apabila guru

sedang menulis kemudian ada siswa yang bertanya atau memberi koreksi

dan koreksian dari siswa tersebut ternyata salah, maka guru tidak langsung

menyalahkan siswa tetapi siswa tersebut diajak diskusi. Karena apabila

siswa memberi koreksian dan ternyat koreksiannya salah, berarti siswa

mempunyai pemahaman yang berbeda, menurut guru hal tersebut perlu

(49)

Dari hasil wawancara dengan guru W, diperoleh informasi bahwa

guru W sudah mengajar selama 23 tahun. Tahun 1986/1987 mengajar di

SPG, 1987–1989 mengajar di SMP, kemudian tahun 1989 sampai

sekarang mengajar di SMA S. Menurut guru, mengajar di SPG, SMP, dan

SMA memiliki perbedaan. Ketika mengajar di SPG orientasinya untuk

menjadi guru SD karena siswa-siswanya disiapkan untuk menjadi guru

SD, kalau mengajar SMP siswanya masih anak–anak masih banyak

aktivitas visinya. Sedangkan ketika di SMA homogen seperti sekarang

berbeda lagi, dari segi kenakalan beda dan kalau siswa putri cenderung

kurang tertarik untuk belajar eksak. Sebelum mengajar, guru W juga

melakukan persiapan dengan membuka buku acuan dan buku agenda

untuk melihat pelajaran yang sudah disampaikan sampai mana. Setelah

melihat buku agenda maka guru tahu bagian mana yang perlu diulang,

bagaimana memberi motivasi, serta apakah ada materi prasyarat yang

perlu disampaikan. Selain itu, pada awal pelajaran guru berkeliling meja

siswa untuk melihat catatan siswa guna mengingat kembali materi yang

telah disampaikan. Untuk metode pembelajaran yang digunakan

disesuaikan dengan materi dan siswanya.

b. Transkripsi

Pembuatan transkripsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan

mengamati rekaman video pembelajaran dan rekaman wawancara dengan

(50)

dan media yang digunakan guru, aktivitas guru, tutur kata), yang memuat

bentuk–bentuk representasi bahan ajar di salin dalam bentuk tulisan.

Proses tersebut dilakukan dengan melihat video secara berulang-ulang

sampai peneliti yakin bahwa data-data yang diperlukan telah di transkrip

semua. Tidak semua kejadian yang tampak dalam video di transkrip

melainkan hanya kegiatan/peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan

bentuk-bentuk representasi bahan ajar. Transkripsi data video proses

pembelajaran Guru P dapat di lihat pada lampiran 7, transkripsi data

video proses pembelajaran guru W pada lampiran 8, transkrip data

wawancara Guru P dapat di lihat pada lampiran 10, transkrip data

wawancara guru W pada lampiran 11.

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Data dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Peristiwa atau tindakan guru yang yang menunjukkan bentuk-bentuk

representasi bahan ajar, yang tampak dalam video rekaman proses

pembelajaran akan di deskripsikan secara apa adanya. Peristiwa-peristiwa

yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar di buat topik data,

kemudian topik-topik data yang memiliki makna sama dikelompokkan ke

dalam satu kategori, setelah itu dilakukan pembahasan pada tiap kategori data

dari peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan

ajar. Pembahasan di dasarkan pada hasil wawancara dengan guru yang

(51)

bersangkutan dan teori yang ada, serta pengalaman dan pengetahuan yang

dimiliki oleh peneliti. Hasil wawancara juga digunakan untuk mengungkap

pengetahuan-pengetahuan guru yang mendasari tindakannya dalam

merepresentasikan bahan ajar.

1. Topik Data

Dari transkripsi data kemudian di buat topik data yaitu deskripsi

ringkas mengenai bagian data yang mengandung PCK guru yang meliputi

bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan guru. Tiap topik

data diberi kode (koding) yang berupa suatu kata yang menunjukkan isi

dari topik tertentu. Topik data dari video proses pembelajaran Guru P dan

guru W dapat dilihat pada lampiran 9.

2. Kategori Data

Topik data yang memiliki makna sama dikelompokkan ke dalam

satu kategori data. Kategori data merupakan gagasan abstrak yang

mewakili makna yang sama dalam sekelompok topik data. Kategori data

dibuat sendiri oleh peneliti dengan membandingkan topik-topik data satu

dengan yang lain. Pembuatan kategori data disesuaikan dengan teori dan

data yang diperoleh.

Menurut Backer & Chick (2006), bentuk-bentuk representasi

meliputi strategi, cara-cara atau metode-metode pembelajaran (ceramah

atau bercerita, demonstrasi, diskusi, simulasi komputer, eksperimen) serta

media pembelajaran yang digunakan guru agar siswa memahami materi

(52)

harus bisa mentransformasi pengetahuannya tentang isi materi ke dalam

bentuk kegiatan pembelajaran. Menurut Geddis, dkk (1993) dalam

Sarkim, 2005, proses transformasi dari pengetahuan isi materi menjadi

bentuk pembelajaran meliputi kegiatan memilih konsep-konsep yang

dipandang penting sesuai dengan tujuan pembelajaran, menyusun alur

penyampaian materi, memilih jenis penjelasan, dan memilih metode

pembelajaran. Berdasar teori tersebut, maka topik data yang diperoleh dari

rekaman proses pembelajaran yang dilakukan Guru P dan guru W di buat

kategori data sebagai berikut:

a. Media pembelajaran yang digunakan guru

b. Metode pembelajaran yang digunakan guru

c. Cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa

d. Alur penyampaian materi dari guru

3. Analisis

Bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh

tiap-tiap guru berbeda-beda, hal itu karena tiap-tiap-tiap-tiap guru memiliki

pengetahuan tersendiri yang mendasari setiap tindakannya. Seperti yang

tampak dalam video rekaman proses pembelajaran dalam penelitian ini,

peneliti melihat adanya perbedaan bentuk-bentuk representasi yang

digunakan oleh Guru P dan guru W. Apa yang mendasari tindakan guru

dalam penelitian ini ditelusuri melalui wawancara dengan guru yang

bersangkutan. Dalam memberikan pertanyaan wawancara, peneliti

(53)

diinginkan oleh peneliti, sehingga alasan yang diberikan Guru Pada setiap

tindakannya murni dari pengetahuan guru. Karena keterbatasan peneliti

dalam wawancara (peneliti kurang bisa mengembangkan pertanyaan dan

kurang bisa menggali jawaban dari guru), sehingga tidak semua tindakan

yang dilakukan guru berhasil di cari tahu alasannya. Pertanyaan

wawancara dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13.

Bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan guru dapat dilihat

dari peristiwa-peristiwa berikut:

a. Media pembelajaran yang digunakan guru

1). Media pembelajaran yang digunakan oleh Guru P

Peristiwa-peristiwa dalam rekaman video proses pembelajaran

yang menunjukkan media pembelajaran yang digunakan guru P

yaitu :

- 23 Juli 2009 menit ke 16’16”

Guru menyampaikan persamaan getaran gelombang dengan

powerpoint kemudian menjelaskan proses perolehan

persamaan tersebut dengan menulis di papan tulis.

(54)

- 13 Agustus 2009 (A) menit ke 20’50” – 21’54”

Guru menampilkan simulasi Gelombang Stasioner dengan

power point

- 13 Agustus 2009(A) menit ke 23’29” – 26’13”

Guru menjelaskan terjadinya titik maksimum dan titik

minimum pada gelombang stasioner yang dihasilkan oleh

superposisi dengan menggunakan simulasi yang ditampilkan

dengan powerpoint.

- 13 Agustus 2009 (B) menit ke 00’00” – 00’10”

Guru mendemonstrasikan arah rambatan gelombang

(55)

- 13 Agustus 2009 (B) menit ke 21’31” – 22’33”

Guru melakukan demonstrasi dengan slinki untuk menjelaskan

perbedaan gelombang datang dan gelombang pantul pada

gelombang stasioner ujung bebas dan ujung terikat

- 13 Agustus 2009 (B) menit ke 23’21” – 23’58”

Guru menunjukkan perbedaan gelombang pantul pada

gelombang stasioner ujung bebas dan ujung terikat dengan

menunjukkan simulasi gelombang stasioner ujung bebas dan

ujung terikat dengan powerpoint.

G.S ujung terikat G.S ujung bebas

- 20 Agustus 2009 (A) menit ke 3’18” - 04’07”

Guru menampilkan simulasi gelombang stasioner ujung bebas

(56)

- 20 Agustus 2009 (A) menit ke 08’03” – 09’16”

Guru menulis di papan tulis lx = l – x = letak titik (simpul /

perut) dari sumber (asal) gelombang stasioner.

- 27 Agustus 2009 (A) menit ke 04’03” – 05’34”

Guru menampilkan gambar gelombang dan persamaan cepat

rambat gelombang dengan powerpoint.

Dari video rekaman proses pembelajaran yang dilakukan Guru P

pada tanggal 23 Juli, 13 Agustus, 20 Agustus, dan 27 Agustus

tahun 2009, tampak bahwa dalam merepresentasikan bahan ajar

khususnya tentang getaran dan gelombang, guru menggunakan

berbagai media yaitu komputer (simulasi, powerpoint), alat peraga

(slinki), dan papan tulis (white board).

Dari wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 September

(57)

informasi mengenai alasan guru menggunakan beberapa media

dalam menyampaikan materi gelombang.

Peneliti: “Dalam mengajar, bapak menggunakan powerpoint, alat peraga (slinki), dan menulis di papan tulis juga, itu sudah berapa lama pak?”

Guru : “Untuk yang pakai powerpoint itu dua tahun ini, karena fasilitas LCD baru ada itu.”

Peneliti: “Untuk hasilnya bagaimana pak?”

Guru : “Untuk hasilnya, ya menurut saya ada peningkatan cukup bagus, dan juga di samping itu penekanan bahwa memahami fisika itu kita harus melihat secara fisiknya saja jadi misalnya kalau bicara gaya itu,kita gambar gayanya, sebanyak gaya yang ada, arahnya kemana?, gaya kan arahnya bolak-balik ada selisihnya, kalau searah di jumlah. Kan begitu? Kalau gelombang, dia dengan gambar saja kan selesai, begitu? Ada, pada dua tahun yang lalu kalau ulanagn gelombang anak itu pake gambar set , set, set, diberi keterangan gini, lalu jawabannya bener saya nilai, dia dapat seratus malahan. Kan tidak usah matematis.”

Peneliti: “Pemakaian power point hanya untuk bab itu atau bab lain juga?”

Guru :“Saya berusaha yang bisa saya ... yang sifatnya ada animasinya begitu saya bikin power point. Artinya untuk memperkuat, memudahkan pemahaman konsep siswa. Seperti kelas sebelas, dulu saya belum pake itu, sekarang saya sudah pake yang untuk kinematika itu saya pake jadi ada gambar, ini kalau secara matematis itu koordinatnya begini ada bahasan fisikanya. Ini bahasan matematika, ini fisika jadi anak biar kalau dia paham di matematika jangan sampai matematika di tinggalkan terpisah begitu, itu kita hanya bicara koordinat dan persamaan vektor satuan, kinematika kan begitu.”

Peneliti : ”Jadi kita harus punya trik agar siswa mudah memahami?”

(58)

slinkinya kan mungkin hanya o iya seperti itu, tapi gelombang pastinya seperti apa? Artinya mereka tahu tp untuk maksudnya seperti apa nggak ngerti kan? makanya dengan animasi. Tapi kalau hanya dengan animasi saja, mereka sebetulnya tanya ’itu apa?’ kan begitu juga. Karena siswa itu kan macam-macam, ada yang dia bisa pahami kalau dia melihat gerakan, ada yang dengan melihat sesuatu mungkin gambar, dia baru memahami, tapi ada juga yang di jelaskan aja bisa. Jadi saya berusaha ..., makanya kalau alatnya ada saya bawa, animasinya ada saya bawa, saya gabungkan semua kan gitu. Karena tidak semua anak dengan tayangan di LCD itu pasti bisa paham, ada yang bingung juga kan? Karena kadang-kadang mereka tidak bisa fokus, tapi mungkin dengan tambahan alat justru mungkin anak akan fokusnya disitu. Makanya kalau alatnya ada kemudian saya punya media, medianya saya tampilkan di situ, kalau cukup saya bawa semua.”

Jadi yang menjadi pertimbangan guru untuk menggunakan

beberapa media dalam menyampaikan bahan ajar yaitu

kemampuan siswa yang bermacam-macam, fasilitas sekolah, serta

sifat dari materi itu sendiri (apakah materi tersebut dapat dibuat

simulasi/animasi atau tidak).

2). Media pembelajaran yang digunakan oleh guru W:

Dari video rekaman proses pembelajaran, tampak bahwa

untuk mengajar materi gelombang, guru manggunakan media

konvensional (white board) dan alat peraga (melde). Topik data

(59)

- Pertemuan 22 Juli 2009 menit ke 05’28” – 08’21”

Guru menunjukkan bentuk gelombang stasioner yang

dihasilkan oleh interferensi gelombang dengan melakukan

demonstrasi percobaan melde.

Guru : “ maka gelombang stasioner seperti apa akan saya tunjukkan di belakang. Sekarang kalian balik badan saja. Akan saya tun

Gambar

gambar gayanya, sebanyak gaya yang ada, arahnya
gambar dengan warna berbeda-beda.
grafik.
gambar ujung ini di sini bagian fibrator kita beri nama sebuah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Kelloway, Turner, Barling dan Loughlin (2012) yang membuat penyelidikan tentang hubungan antara persepsi pekerja terhadap gaya

Makna disfemisme dan eufemisme yang ditemukan dapat diketahui dengan cara mengamati penggunaan sinonim dari masing-masing makna kata berdasarkan Tesaurus Alfabetis

Pengetahuan kaidah bahasa sangat diperluka dalam pembuatan kamus, karena akan sangat berbeda jika aplikasi kamus digital tersebut dibuat oleh orang yang mempunyai

Dalam proses pengembangan kompetensi bagi guru SMP Abulyatama Aceh Besar, kepala sekolah tentu banyak memiliki kendala atau permasalahn terumata dalam memposisikan dirinya

Pemrosesan data transaksi yang salah Data transaksi ditolak Payment gateway memberika n error response code [X] OK [ ] Not OK Pemrosesan duplikat transaksi Data

Nilai ekonomi jasa lingkungan Gua Gudawang yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi Gua Gudawang sebagai sumber air, sebagai habitat kelelawar (sebagai pengendali

Selanjutnya RKPD Minahasa Tenggara tahun 2017 disusun dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Oleh karena itu, peneliti berkeyakinan bahwa bila Pilegda untuk lima tahun nanti harus melakukan perbaikan Dapil ini, atau dengan kata lain berpedoman konsep