BENTUK-BENTUK REPRESENTASI BAHAN AJAR YANG DIGUNAKAN OLEH GURU FISIKA PADA DUA SMA DI YOGYAKARTA SERTA
PENGETAHUAN GURU YANG DIDUGA MENDASARINYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidkan Fisika
Oleh:
Nama : Supraptiningsih NIM : 051424009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Thanks To : My Saviour, Jesus Christ…
Jangan tunda
sampai besok, apa
yang bisa dikerjakan hari ini
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Bapak & ibuku serta seluruh keluarga besarku
Ms. Theo
Bp. Sarkim
Almamaterku
Teman-teman P.Fis’05
Orang-orang yang paling berbahagia tidak
selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka
hanya berusaha menjadikan yang terbaik
dari setiap hal yang hadir dalam
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian oranglain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan di dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Maret 2010
Penulis
vii ABSTRAK
Supraptiningsih. 2010. Bentuk-bentuk Representasi Bahan Ajar yang Digunakan Oleh Guru Fisika pada Dua SMA Di Yogyakarta serta Pengetahuan Guru yang Diduga Mendasarinya. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui / mengidentifikasi bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru Fisika yang meliputi (1) media apa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan ajar; (2) metode apa yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan ajar; (3) bagaimana cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa; (4) bagaimana alur penyampaian materi dari guru, serta pengetahuan-pengetahuan apa yang mendasari tindakan guru.
Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Atas yaitu di salah satu sekolah negeri di Yogyakarta dan salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Penelitian di SMA negeri dilaksanakn pada tanggal 23 Juli 2009 – 19 November 2009, sedangkan penelitian di SMA swasta dilaksanakan pada 22 Juli 2009 – 14 September 2009. Subjek penelitian adalah Guru Fisika dan objek dalam penelitian ini adalah PCK guru tentang bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari field notes, video rekaman proses pembelajaran dan rekaman wawancara.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang meliputi media dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa, serta alur penyampaian materi dari tiap guru berbeda-beda. Hal itu karena PCK yang mendasari tindakan tiap-tiap guru berbeda-beda. Pengetahuan-pengetahuan guru yang diduga mendasari tindakannya dalam merepresentasikan bahan ajar di kelas yaitu pengetahuan guru tentang media dan metode pembelajaran, pengetahuan tentang materi, pengetahuan tentang kurikulum, pengetahuan guru tentang konteks pembelajaran (kondisi dan latar belakang siswa, fasilitas sekolah), pengetahuan tentang tujuan mengajar, serta latar belakang dan pengalaman guru.
viii ABSTRACT
Supraptiningsih. 2010. Representation Forms of Subject Matter which are Used by Physics Teacher on Two Senior High Schools in Yogyakarta and also The Teacher’s Knowledge which is Thought as The Basis. Physics Education Study Program, Math and Science Education Departement, Faculty of Math and Science, Sanata Dharma University.
The purpose of this research was to find / identify the representation forms of subject matter which where used by the physics teacher and consisted of (1.) what media which are used by the teacher to convey the subject matter; (2) what method which is used by teacher to convey the subject matter; (3) how does the teacher convey the material to the student; (4) how the way of conveying material and what knowledge which teacher is based on
The research was carried out in two senior high schools, one of them is Yogyakarta state senior high school and the other is private school. The research in state senior high school is done on July, 23rd 2009 – November, 19th 2009, while the research in private school is done on July, 22nd 2009 – September, 14th 2009. The subject of the research itself is physics teacher and the object is teacher’s PCK about representation forms of subject matter which are used by teacher. This research is a descriptive qualitative research which has data collecting instrument such as field notes, learning process video record and interview record.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Bapa di Surga atas segala limpahan kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Bentuk-bentuk Representasi Bahan Ajar yang Digunakan Oleh Guru Fisika pada Dua SMA Di Yogyakarta serta Pengetahuan Guru yang Diduga Mendasarinya” dengan baik.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Drs. Rubiyatno, MM., selaku kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA tersebut.
3. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag selaku kepala sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA tersebut.
4. Bapak Drs. Gigih Kuncara, selaku guru fisika di SMA Negeri 6 Yogyakarta atas segala bantuan dan dukungan selama peneliti melaksanakan penelitian. 5. Ibu Dra. Sutilah, selaku guru fisika di SMA Santa Maria Yogyakarta, atas
segala bantuan dan dukungan selama peneliti melaksanakan penelitian.
6. Drs. A. Atmadi, M.Si. dan Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi penyempurnaan skripsi ini. 7. Siswa-siswa kelas XII IA 4 SMA Negeri 6 Yogyakarta dan siswa – siswi kelas
XII IA SMA Santa Maria Yogyakarta, terima kasih atas kerjasamanya. Sukses buat kalian!
x
9. Para dosen Pendidikan Fisika USD (Pak Domi, Bu Maslichah, Pak Sarkim, Pak Kartika, Pak Atmadi, Rm. Paul, Pak Rohandi), atas segala ilmu yang telah diberikan.
10.Bapak dan Ibuku, serta keluarga atas dukungan materi dan spiritual, atas segala kasih dan doa yang tiada henti. Tuhan Memberkati ....
11.Mas Theo yang dengan penuh cinta dan kesabaran telah mendukung dan memberi semangat serta banyak memberi masukan.
12.D’Chen yang telah memberi dukungan dan membantu menerjemahkan abstrak. 13.Eni & Nuning atas kebersamaan dan segala bantuannya terutama dalam hal
transportasi, thank’s ya..
14.Teman-teman seperjuangan dalam tim proyek PCK (Eni, Nuning, Nita, Dhini, Wido, Agatha, Ambro, Yoyok, Indah, Made, Eva), terimakasih atas kerjasamanya.
15.Teman-teman kost Green House makasih buat dukungan & kebersamaannya. 16.Teman-teman P.Fis ’05: Nita K, Nita Sisil, Eni, Rita, Cici, Dhini, Nuning, Yosi,
Era, Wisnu, Wido, Ferry, Vega, Ika, Agus, Arun, Ira, Maya, Khoti, Asih, Meli, Iren, Nori, Dinar, Helen, makasih buat semuanya… SEMANGAT!!! Sukses buat semua...
17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.
Yogyakarta, 21 April 2010
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Dasar Teori ... 3
1. Pengetahuan isi/materi (Content Knowledge) ... 3
2. Pengetahuan Pedagogi (Pedagogical Knowledge)... 3
3. Pedagogical Content Knowledge (PCK) ... 4
4. Sumber-sumber dan Pengembangan PCK ... 8
5. Basis Pengetahuan untuk Mengajar ... 10
xii
C. Batasan Istilah ... 17
1. Bahan Ajar ... 17
2. Representasi ... 17
D. Rumusan Masalah ... 18
E. Tujuan Penelitian ... 18
F. Manfaat Penelitian ... 19
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 21
A. Jenis Penelitian ... 21
B. Subjek Penelitian ... 22
C. Objek Penelitian ... 22
D. Data Penelitian ... 22
E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
F. Instrumen ... 23
G. Metode Pengumpulan Data ... 24
H. Metode Analisis Data ... 26
BAB III DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 28
A. DATA ... 28
1. Deskripsi Penelitian ... 28
2. Hasil Penelitian ... 31
a. Data Penelitian ... 31
xiii
B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 36
1. Topik Data ... 37
2. Kategori Data ... 37
3. Analisis ... 38
a. Media Pembelajaran yang Digunakan Guru ... 39
b. Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru ... 46
c. Cara Guru Menyampaikan Materi Agar Mudah Dipahami Oleh siswa ... 55
d. Alur Penyampaian Materi dari Guru ... 82
4. Pembahasan ... 101
BAB V PENUTUP ... 108
A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
LAMPIRAN-LAMPIRAN: Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMA N ... 113
Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA N ... 116
Lampiran 3 : Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMA S ... 117
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA S ... 118
Lampiran 5 : Field Notes Observasi di SMA N ... 120
Lampiran 6 : Field Notes Observasi di SMA S... 124
Lampiran 7 : Transkrip Data Video Pembelajaran Guru P ... 126
xiv
Lampiran 9 : Topik Data ... 184
Lampiran10: Transkrip Data wawancara Guru P ... 206
Lampiran11: Transkrip Data wawancara Guru W ... 219
Lampiran12: Pertanyaan Wawancara dengan Guru P ... 226
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks karena melibatkan
berbagai variabel antara lain: gaya mengajar guru, gaya belajar siswa,
lingkungan fisik kelas, prioritas dan tekanan masyarakat serta pemerintah, dan
sumber–sumber belajar yang terlibat. Saat ini guru dituntut untuk menjadi
guru yang profesional yaitu memiliki kompetensi di bidang ilmu (bahan ajar)
serta pedagogi. Kedua kompetensi yang harus dimiliki guru di bidang ilmu
serta pedagogi di kenal sebagai Pedagogical Content Knowledge (PCK).
Untuk mengembangkan kemampuan di bidang ilmu, guru harus terus menekuni/mempelajari bahan ajar sehingga guru sungguh menguasai bahan
ajar agar tidak terjadi salah konsep saat menyampaikan materi kepada siswa.
Sementara itu, untuk mengembangkan kemampuan di bidang pedagogi, guru
harus terus melatih diri dan mengembangkan praktek mengajar sesuai dengan
perkembangan jaman dan konteks pembelajaran sehingga dapat
merepresentasikan bahan ajar dengan baik.
PCK penting bagi guru karena untuk menjadi seorang guru yang
profesional, tidak cukup hanya dengan menguasai materi/bahan ajar saja tetapi
harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara merepresentasikan
pengetahuannya kepada siswa agar pengetahuan tersebut benar-benar dapat
dimengerti oleh siswa. PCK dapat dibangun melalui pengalaman mengajar,
satu sumber belajar bagi calon guru untuk membangun dan meningkatkan
PCK. Calon guru dapat memperoleh sumber belajar tersebut melalui observasi
langsung pada saat pembelajaran atau melalui video rekaman proses
pembelajaran.
Shulman mengelompokkan PCK ke dalam dua kategori yaitu
pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan bagaimana bahan ajar
disampaikan, serta pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui PCK
yang dimiliki oleh guru partisipan. PCK merupakan sesuatu yang ada di dalam
pikiran seseorang yang tidak dapat dilihat secara langsung. Sehingga dalam
penelitian ini, untuk mengidentifikasi PCK guru dilakukan melalui salah satu
kategori PCK yang dibuat oleh Shulman yaitu dengan mengamati bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan guru di kelas dan mendalami
pengetahuan yang mendasarinya melalui wawancara dengan guru yang
bersangkutan. Hal itu dilakukan peneliti karena terkadang apa yang ada dalam
pikiran seseorang dapat tercermin dari tindakannya.
Dengan melihat aktivitas guru melalui video yang diperoleh dari
penelitian ini, diharapkan peneliti (sebagai calon guru) dan calon guru yang
lain dapat belajar mengenai bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang dapat
digunakan untuk menyampaikan materi kepada siswa. Hal-hal diatas menjadi
B. Dasar Teori
1. Pengetahuan Materi (Content Knowledge)
Content Knowledge adalah pengetahuan tentang materi pelajaran
(subject matter) yang dipelajari atau diajarkan. Guru harus mengetahui
materi yang mereka ajarkan termasuk pengetahuan dari fakta, konsep,
teori, dan pengetahuan pada kerangka berpikir yaitu mengatur dan
menghubungkan ide-ide, dan pengetahuan dari fakta-fakta dan bukti-bukti
(Shulman, 1986). Guru yang tidak memiliki pengetahuan-pengetahuan
tersebut dapat salah/kurang tepat dalam merepresentasikan materi ke
siswa mereka (McDiarmid & Ball, 1990 dalam
http://www.tpck.org/tpck/index.php?title=Content_(CK)).
2. Pengetahuan Pedagogi (Pedagogical Knowledge)
Mengajar tidak hanya melibatkan pengetahuan materi tetapi juga
pengetahuan tentang proses untuk mengajarkan materi dan
menterjemahkan materi ke dalam sebuah bentuk yang mudah untuk
dipahami. Pedagogi adalah ilmu atau seni mendidik. Istilah tersebut
merujuk pada strategi pembelajaran. Sehubungan dengan strategi
pembelajaran, filosofi mengajar dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan dan pengalaman guru, situasi pribadi, lingkungan, serta
tujuan pembelajaran (http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Preferensi).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagogi adalah ilmu
dan merupakan salah satu syarat yang penting bagi guru. Sedangkan
menurut National Board for Professional Teaching Standards (1998),
pedagogi merupakan pengetahuan tentang proses dan praktek atau metode
mengajar yang meliputi tujuan, nilai, dan maksud pendidikan secara
keseluruhan. Pengetahuan pedagogi sangat mempengaruhi keberhasilan
guru dalam pengajaran di kelas karena strategi dan prinsip tersebut
merupakan langkah serta ketentuan yang harus ditempuh dalam
menyampaikan materi. Seorang guru yang memiliki pengetahuan
pedagogi yang mendalam, mengetahui bagaimana caranya agar siswa
dapat mengkonstruksi pengetahuan dan memperoleh
keterampilan-keterampilan. Jadi pengetahuan pedagogi adalah pengetahuan tentang
metode atau strategi yang dapat digunakan guru dalam praktek mengajar untuk menyampaikan materi kepada siswa.
3. Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan integrasi
antara pengetahuan isi (Content Knowledge) dengan pengetahuan
pedagogi (Pedagogical Knowledge). Pedagogical Content Knowlege
(PCK) untuk pertama kali dikemukakan oleh Lee Shulman pada tahun
1986 dalam artikel yang berjudul: Those Who Understand: Growth of
Knowledge in Teaching. PCK adalah akumulasi dari : • Pengetahuan dan keyakinan tentang mata pelajaran
• Pengetahuan dan keyakinan tentang para siswa
• Pengetahuan dan keyakinan tentang kurikulum
• Pengetahuan dan keyakinan tentang penilaian pembelajaran
PCK menjadi sebuah pengetahuan yang sangat penting bagi guru.
Tugas guru bukan memindahkan isi buku ke siswa tetapi guru harus menguasai bahan ajar, mengetahui latar belakang, kemampuan atau
tingkat berpikir siswanya agar memiliki cara yang tepat untuk
menyampaikan materi/pengetahuannya kepada siswa. Dengan demikian
diharapkan materi yang disampaikan dapat dipahami dan diserap oleh para
siswa. Setiap guru memiliki dasar pada setiap tindakannya dan PCK
merupakan dasar bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Menurut van Driel, Nico Verloop, & Wobbe, 1998 h.674, tindakan
guru akan ditentukan dari PCK mereka. Menurut Beijaard & Verloop
(dalam van Driel, Verloop, dan Wobbe, 1998 h.674), pengetahuan tentang
kemampuan guru meliputi pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan
yang ditempuh sebelumnya dan juga dari kegiatan pengajaran di sekolah.
Selain itu, mereka menduga bahwa pengetahuan tentang kemampuan guru
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan latar belakang
pribadi guru dan oleh konteks di mana guru mengajar. Menurut Sockett
(Sarkim, 2005 h.46), ada dua komponen yang mempengaruhi PCK guru
yaitu:
- Pemahaman guru tentang pengetahuan yang dibentuk yang
- Pemahaman guru tentang konteks di mana pembelajaran berlangsung.
Salah satu yang mendasari PCK adalah gagasan dari John Dewey
yang dikemukakan tahun 1902-1976 (Sarkim, 2005 h.43). Dewey
menyatakan bahwa setiap ilmu pengetahuan memiliki dua aspek yaitu satu
untuk ilmuwan dan satu untuk guru. Kedua aspek tersebut berbeda tetapi
tidak bertentangan. Bagi ilmuwan, ilmu pengetahuan lebih dipandang
sebagai sebuah kebenaran dalam kerangka memahami fakta-fakta,
merumuskan masalah baru, memandu penelitian, dan mendapatkan
pengetahuan baru. Sedangkan bagi guru, ilmu pengetahuan adalah sesuatu
yang harus dipahami dan direpresentasikan kepada siswa agar
pengetahuan yang dipahami tersebut dapat dipelajari dan dimengerti oleh
para siswa sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. PCK mempunyai kaitan dengan cara para guru membuat pertimbangan secara pedagogis.
PCK melibatkan suatu pergeseran dramatis dalam pemahaman guru dari
mampu memahami materi pokok untuk diri mereka sendiri, menuju
kondisi mampu untuk menerangkan materi pokok dalam cara yang baru,
menyusun kembali dan mengungkapkan dalam aktivitas dan emosi, dalam
kiasan-kiasan dan latihan-latihan, serta di dalam contoh-contoh dan
demonstrasi-demonstrasi, sehingga dapat diserap oleh para siswa.
Shulman (dalam Sarkim, 2005 h.45), mendefinisikan PCK sebagai
gabungan dari content knowledge dan pedagogical knowledge. Menurut
definisi tersebut, PCK adalah sebuah perpaduan dari dua kategori
pengetahuan yaitu content knowledge dan pedagogical knowledge yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran, tingkat perkembangan murid, dan
situasi tempat pembelajaran berlangsung. Penggabungan tersebut
menghasilkan sebuah pemahaman tentang materi pelajaran (subject
matter) untuk mengajar.
Menurut Shulman (1986), PCK dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :
1) Pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan bagaimana bahan
ajar disampaikan dalam pembelajaran sehingga konsep yang terkait
dalam pembelajaran dapat dipahami dan diserap oleh sebagian besar
siswa.
2) Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar,
termasuk pengetahuan tentang tingkat kesulitan suatu topik,
pra-konsepsi dan pra-konsepsi yang dibawa oleh siswa dari berbagai tingkat usia dan latar belakang terkait dengan materi ajar.
Menurut Lee Shulman (dalam Kartika Budi, 2005 h.102), hakikat
PCK adalah suatu integrasi antara keahlian yang berkaitan dengan materi
(content knowledge) dan keahlian yang berkaitan dengan pedagogi
(pedagogical knowledge). Menurut Kartika Budi (2005 h.104), PCK
merupakan kemampuan atau keterampilan guru mengintegrasikan materi
pembelajaran dan ilmu keguruan untuk kepentingan pembelajaran bagi
siswa tertentu pada kondisi sekolah tertentu, yang akan direalisasikan
dalam struktur materi yang sesuai dengan kemampuan dan kerangka
berpikir siswa dan strategi pembelajaran yang sesuai yang akan dipilihnya.
Grossman (dalam van Driel, Verloop, & Wobbe 1998 h.675), berpendapat
untuk mengajar topik tertentu dan pengetahuan akan pemahaman siswa,
konsepsi, dan miskonsepsi dari suatu topik. Selain itu, PCK terdiri dari
pengetahuan dan keyakinan tentang tujuan untuk mengajar topik tertentu
dan pengetahuan tentang bahan kurikulum yang tersedia untuk mengajar.
Jadi PCK adalah suatu pengetahuan yang merupakan integrasi dari
pengetahuan materi dan pengetahuan pedagogi yang perlu dimiliki oleh
para guru dalam tugas mengajarnya agar dapat memilih bentuk-bentuk
representasi bahan ajar yang sesuai dengan kondisi siswa dan sekolah
sehingga materi yang disampaikan dapat dipelajari dan dimengerti oleh
para siswa.
4. Sumber-sumber dan Pengembangan PCK
Ada banyak sumber yang bisa digunakan guru untuk
mengembangkan PCK mereka, di antaranya yaitu sumber disiplin ilmu,
studi bidang pendidikan, dan pengalaman (Sarkim, 2006 h. 2). Studi
disiplin ilmu adalah studi pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang dipelajari di sekolah. Studi disiplin ilmu menyediakan suatu dasar
pengetahuan tentang materi. Jadi pemahaman terhadap materi dapat
diperoleh dari studi disiplin ilmu. Menurut Grossman (dalam Sarkim,
2006 h. 2), pemahaman disiplin ilmu mempengaruhi keputusan-keputusan
guru tentang pemilihan kepentingan relatif dari materi tertentu dan
pemilihan urutan materi. Berdasarkan penelitian dari Adams dan
Crockover, 1997 (Sarkim, 2006 h.2), ditemukan bahwa para guru
mereka yang mencakup rangkaian pelajaran di perguruan tinggi dan
sekolah menengah atas, serta buku teks perguruan tinggi dan sekolah
menengah atas.
Sumber kedua adalah studi bidang pendidikan yang meliputi poses
mengajar, belajar, dan pengembangan siswa. Studi pendidikan
menyediakan suatu dasar bagi pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan para guru dalam strategi pengajaran, pengelolaan kelas, dan
model-model penilaian (Sarkim, 2006 h.3).
Sumber ketiga adalah pengalaman guru. Para guru perlu
terus-menerus merekonstruksi dan mengembangkan pemahaman mereka
tentang pengajaran yang berdasar pada pengalaman mengajar mereka
melalui proses reflektif. Dari riset yang dilakukan oleh Adam dan Krockover (Sarkim, 2005 h.56) menunjukkan bahwa guru yang
berpengalaman memiliki pemahaman tentang PCK yang lebih dari guru
pemula. Mereka juga menemukan bahwa strategi instruksional yang
digunakan oleh para guru, berdasar pada pengalaman-pengalaman dan
pelajaran materi bukan hanya sebagai pengetahuan tentang materi saja,
tetapi juga mendasari bagaimana materi-materi tersebut disampaikan
kepada siswa.
Pengalaman mengajar dari guru dapat dijadikan sumber belajar
bagi calon guru dalam membangun PCK mereka. Para calon guru dapat
memperoleh sumber belajar tersebut melalui pengamatan/observasi
langsung di kelas maupun tidak langsung yaitu melalui video rekaman
5. Basis Pengetahuan untuk Mengajar
Para guru terus-menerus menghadapi beragam pilihan di dalam
kegiatan pembelajaran dan dituntut untuk membuat keputusan-keputusan
dalam situasi-situasi yang berbeda serta menentukan aktivitas apa saja
yang harus dikerjakan. Selain itu, guru juga harus mempersiapkan
perencanaan pembelajaran sebelum mengajar dan merefleksikan apa saja
yang telah tercapai. Dengan demikian, pembelajaran melibatkan
perencanaan, pengambilan keputusan, dan refleksi (Barnes, dalam Sarkim,
2005 h.39). Menurut Bollough (dalam Sarkim, 2005 h.39) basis
pengetahuan untuk mengajar adalah suatu kesatuan dari pengetahuan,
keterampilan, pemahaman, teknologi, dan juga dari etika serta tanggung
jawab, sejalan dengan bagaimana merepresentasikan dan mengkomunikasikan materi kepada siswa.
Dalam artikel yang terbaru, Shulman memasukkan PCK ke dalam
“ basis pengetahuan untuk mengajar (van Driel, Verloop, dan Wabbe,
1998 h.675).” Basis pengetahuan tersebut terdiri dari tujuh kategori yaitu :
1. Pengetahuan Materi ( Content Knowledge ),
2. Pengetahuan Pedagogi ( Pedagogical Knowledge ),
3. Pengetahuan Kurikulum ( Curriculum Knowledge),
4. Pedagogical Content Knowledge (PCK),
5. Pengetahuan Tentang Para Siswa,
6. Pengetahuan dari Konteks Pendidikan,
Menurut Shulman (dalam Sarkim, 2005 h. 40), guru menggunakan
pengetahuan tersebut untuk memahami pengajaran, materi, dan konteks
dimana pembelajaran akan dilaksanakan, untuk membuat dan
mengembangkan persiapan mengajar, untuk bertindak dan merespon
siswa dengan tepat, serta untuk memberikan refleksi dan umpan balik
(feedback) kepada siswa. Jadi hal itu menunjukkan bahwa PCK menjadi
dasar bagi guru dalam merepresentasikan bahan ajar.
6. Bentuk-bentuk Representasi
PCK berkaitan dengan cara guru membuat pertimbangan secara
pedagogis yaitu yang tampak dalam bentuk representasi bahan ajar yang
digunakan oleh guru. Representasi bahan ajar adalah penyajian atau penyampaian bahan ajar dari guru dalam proses pembelajaran agar materi
dapat dipahami dan diserap oleh siswa. Menurut Oxford English
Dictionary (dalam Marie Baldonado, 1996), representasi diartikan sebagai
“kehadiran” atau “penampilan.” Representasi juga dapat diartikan sebagai
tindakan menempatkan atau menyatakan fakta dalam rangka
mempengaruhi orang lain atau mempengaruhi tindakan orang lain
(Marie Baldonado, 1996). Salah satu kategori PCK yang di buat oleh
Shulman adalah pengetahuan tentang bentuk-bentuk representasi dan
bagaimana bahan ajar disampaikan dalam pembelajaran sehingga konsep
yang terkait dalam pembelajaran dapat dipahami dan diserap oleh
sebagian besar siswa. Representasi meliputi pengetahuan tentang strategi
suatu konsep (Hallim & Meerah, 2002 h. 206). Menurut Shulman, 1986
dalam Baker & Chick, 2006 h. 60, representasi meliputi pengetahuan
untuk mentransformasi pengetahuan materi ke dalam suatu bentuk
pembelajaran di mana siswa akan memahaminya.
Menurut Van der Valk dan Broekman, 1999 (dalam Baker &
Chick, 2006), representasi meliputi penyajian materi yang relevan atau
sesuai, strategi-strategi pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan siswa.
Menurut Backer & Chick (2006), bentuk-bentuk representasi meliputi
strategi/cara guru untuk membantu para siswa mengorganisir kembali
pemahaman mereka serta bagaimana metode-metode pembelajaran yang
digunakan guru agar siswa memahami materi yang diajarkan. Termasuk di
dalamnya adalah bentuk-bentuk representasi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi menggunakan media seperti media gambar, power
point, alat peraga, papan tulis. Sedangkan menurut Geddis, 1993;
Magnusson, Borko, dan Krajcik, 1998 dalam Halim (2002) representasi
meliputi ilustrasi, contoh, analogi dan model pembelajaran. Menurut
Halim (2002) kemampuan untuk merumuskan atau memilih
bentuk-bentuk representasi yang meliputi analogi, penjelasan, demonstrasi dan
contoh dalam memberikan suatu topik pembelajaran sangat diperlukan
oleh guru. Hal itu karena bentuk-bentuk representasi yang tepat sangat
bermanfaat dalam membantu para siswa untuk memahami konsep secara
spesifik dan untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Agar isi materi dapat dipahami oleh siswa, maka guru harus bisa
kegiatan pembelajaran. Dalam Sarkim (2005), proses transformasi dari
pengetahuan isi materi menjadi bentuk pembelajaran meliputi:
- Memilih/menentukan konsep-konsep yang dipandang penting sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan tersebut dapat di dasarkan
pada kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, kaitannya dengan
konsep-konsep lain, atau karena sering ditanyakan dalam soal-soal tes.
- Menyusun alur penyampaian bahan ajar. Mungkin guru akan
menyampaikan bahan ajar mulai dari yang konkrit kemudian ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, mengikuti alur pada
buku pelajaran, atau alur penyampaian bahan ajar disusun oleh guru
sendiri dengan alasan-alasan tertentu.
- Memilih jenis penjelasan untuk menjelaskan konsep-konsep yang disampaikan kepada siswa. Penjelasan dapat disampaikan secara
logis-struktural, secara induktif berdasarkan fakta-fakta hasil pengamatan,
menggunakan analogi-analogi, atau guru mempunyai cara lain yang
memudahkan siswa dalam memahami bahan ajar.
- Memilih metode pembelajaran, misalnya metode ceramah,
demonstrasi, eksperimen, atau metode-metode lain yang dipilih oleh
guru dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Menurut Trowbridge & Bybee, 1996 h.2-5 dalam Paul Suparno
(2007), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru
fisika secara terus-menerus agar menjadi guru profesional sehingga dapat
a. Menguasai bahan ajar fisika
Guru fisika harus terus mengembangkan diri dengan mempelajari
bahan fisika sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi pada siswa.
Untuk mengembangkan pengetahuannya terhadap bahan ajar, maka
guru harus terus belajar dan tidak boleh lekas puas.
b. Mengerti tujuan pengajaran
Guru fisika yang baik harus mengerti tujuan dari pembelajaran fisika
sehingga dapat mengarahkan siswa pada tujuan yang ingin di capai
secara lebih efektif dan efisien. Misalnya guru perlu mengetahui
tujuan umum pembelajaran fisika seperti:
- Mengerti dan menggunakan metode ilmiah
- Mengetahui pengetahuan fisika (materi / konsep) - Menggunakan sikap ilmiah
- Kebutuhan akan karier masa depan
c. Guru dapat mengorganisasi pengajaran fisika
Guru fisika harus dapat mempersiapkan pembelajaran sesuai dengan
tujuan. Ia juga harus mengerti cara menyampaikan bahan ajar, dapat
memilih alat atau sarana pembelajaran, dapat memilih evaluasi dan
latihan yang akan diberikan kepada siswa. Selain itu, guru juga harus
memiliki perencanaan mengenai berapa waktu yang digunakan dan
tugas apa yang harus dilakukan siswa.
d. Mengerti situasi siswa
Guru harus memperhatikan dan mengerti situasi/keadaan siswa agar
perlu diperhatikan misalnya kosep awal siswa, pemikiran siswa,
tingkah laku, perkembangan kognitif, dan situasi psikologis siswa.
e. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa
Guru perlu melatih diri untuk dapat berkomunikasi dengan siswa
sehingga bisa akrab dengan siswa. Guru juga perlu melatih
kemampuan memotivasi siswa, mengaktifkan siswa, menegur tanpa
membuat siswa down atau malu, mengerti kesulitan belajar siswa,
serta mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa.
f. Guru menguasai berbagai metode
Situasi siswa yang bermacam-macam membuat guru perlu menguasai
berbagai metode dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dapat membuat konsep / bahan ajar yang disampaikan diterima dan diserap oleh siswa dengan baik dan dapat
membuat siswa menyukai belajar fisika atau materi yang diajarkan.
Beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu
proses belajar pada siswa antara lain:
- Ceramah siswa aktif, yaitu model pembelajaran di mana guru
menjelaskan materi dengan kata-kata kemudian diantara
penjelasannya, guru memberi pertanyaan dan siswa diberi waktu
untuk berpikir dan menjawab pertanyaan. Dalam metode ini,
kadang guru juga mengajak siswa untuk berdiskusi atau meminta
siswa mengerjakan soal sehingga siswa tidak hanya mendengarkan
saja tetapi juga ikut aktif melalui diskusi, menjawab pertanyaan,
- Demonstrasi, yaitu model pembelajaran dengan pendekatan visual
agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa dalam
pembelajaran.
- Diskusi, yaitu model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok
yang bersifat edukatif, reflektif, dan terstruktur. Dalam hal ini
antara siswa yang satu dengan yang lain dapat saling tukar pikiran
atau pendapat.
- Eksperimen, yaitu metode pembelajaran yang mengajak siswa
untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan pada
suatu teori.
- Simulasi Komputer, yaitu model pembelajaran menggunakan
program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika atau peristiwa yang terjadi melalui monitor komputer.
Jadi, hal-hal yang dapat mempengaruhi PCK guru dalam
merepresentasikan bahan ajar antara lain pengetahuan guru tentang bahan
ajar, metode dan media pembelajaran, konteks pembelajaran (situasi
siswa, situasi lingkungan termasuk fasilitas sekolah), kurikulum, serta
tujuan pembelajaran. Bentuk-bentuk representasi bahan ajar dapat di
identifikasi dari hal-hal yang tampak dalam proses pembelajaran seperti
media dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, cara guru
menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa, serta alur
C. Batasan Istilah 1. Bahan Ajar
MenurutTim Peneliti Studi Pengembangan Buku Pegangan SMK,
bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud bahan ajar yaitu seperangkat materi
fisika yaitu materi tentang Getaran dan Gelombang yang akan diajarkan
oleh guru kepada siswa, yang disusun secara sistematis.
2. Representasi
Dalam penelitian ini, representasi diartikan sebagai penyajian. Jadi dalam penelitian ini representasi bahan ajar diartikan sebagai penyajian
bahan ajar (materi fisika) dari guru dalam proses pembelajaran di kelas
agar materi dapat dipahami oleh siswa. Bentuk-bentuk representasi dalam
penelitian ini merupakan bentuk-bentuk representasi yang digunakan guru
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk representasi
yang digunakan oleh guru fisika partisipan penelitian untuk menyampaikan
materi getaran dan gelombang serta pengetahuan apa yang mendasari tindakan
guru dalam merepresentasikan materi tersebut?
Permasalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Media apa yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran
dan gelombang?
2. Metode apa yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran
dan gelombang?
3. Bagaimana cara guru menyampaikan materi getaran dan gelombang agar mudah dipahami oleh siswa?
4. Bagaimana alur penyampaian materi getaran dan gelombang dari guru?
5. Pengetahuan-pengetahuan apa yang mendasari tindakan guru dalam
merepresentasikan materi getaran dan gelombang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang
digunakan oleh guru fisika SMA yang menjadi partisipan penelitian dan
mengetahui pengetahuan yang mendasari tindakan guru dalam
Secara lebih rinci, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. media yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran dan
gelombang,
2. metode yang digunakan guru dalam merepresentasikan materi getaran dan
gelombang,
3. cara guru menyampaikan materi getaran dan gelombang agar mudah
dipahami oleh siswa
4. alur penyampaian materi getaran dan gelombang dari guru,
5. pengetahuan-pengetahuan yang mendasari tindakan guru dalam
merepresentasikan materi getaran dan gelombang.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu peneliti dapat mengetahui
bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh dua guru
fisika yang menjadi partisipan dalam penelitian serta pengetahuan guru
yang mendasarinya. Peneliti dapat mengetahui media dan metode
pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk merepresentasikan materi
fisika dan cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh
siswa, serta alur penyampaian materi. Bentuk-bentuk representasi bahan
ajar yang digunakan oleh guru tersebut dapat dijadikan sebagai inspirasi
dan salah satu sumber belajar bagi peneliti untuk menyiapkan diri menjadi
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk melakukan
penelitian tentang PCK guru yang lebih kompleks.
3. Bagi guru yang diteliti
Bagi guru yang diteliti, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
refleksi sehingga guru dapat meningkatkan PCK yang dimiliki dan
21 BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,
yaitu menekankan pada kenyataan yang sebenarnya dan berusaha
mengungkap fenomena-fenomena yang seadanya. Penelitian kualitatif tidak
mencari data/bukti untuk membuktikan hipotesis yang dimiliki sebelumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan fenomena-fenomena,
peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar
yang digunakan oleh dua guru fisika SMA di Yogyakarta. Data dikumpulkan
dalam bentuk kata-kata dan gambar yang meliputi field notes, transkrip video proses pembelajaran, transkrip wawancara, serta foto peristiwa.
Bentuk dari penelitian kualitatif ini adalah Nonparticipant Observation
yaitu peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti. Peneliti tidak
melibatkan diri secara aktif dalam situasi yang diteliti tetapi hanya menjadi
pengamat yang mengumpulkan data (Paul Suparno, 2007 h.154). Sedangkan
tipe dari bentuk penelitian ini adalah naturalistic observation, yaitu peneliti
meneliti subjek dalam seting yang natural, tidak membuat manipulasi apapun
tetapi hanya mengamati, mencatat, dan merekam apa yang terjadi. Perspektif
partisipan (guru yang diteliti) dalam penelitian ini dikaji dengan multi strategi
B. Subjek penelitian
Subjek penelitian yaitu kepada siapa penelitian dilakukan. Subjek dari
penelitian ini adalah guru fisika pada salah satu SMA negeri di Yogyakarta
dan guru fisika pada salah satu SMA swasta di Yogyakarta.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian mengacu pada apa yang diteliti. Sehingga, objek dari
penelitian ini adalah bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan
oleh guru fisika di SMA yang menjadi partisipan penelitian serta pengetahuan
guru yang diduga mendasarinya.
D. Data Penelitian
Data penelitian berupa field notes, transkrip rekaman video proses
pembelajaran, dan transkrip wawancara. Field notes diperoleh dari observasi
langsung, transkrip rekaman video proses pembelajaran diperoleh dari
observasi tidak langsung yaitu dengan menggunakan handycam, dan transkrip
wawancara diperoleh dari rekaman wawancara bersama guru yang
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di dua sekolah yaitu SMA negeri dan SMA swasta
di Yogyakarta Kelas XII IA.
Kegiatan Keterangan SMA negeri SMA swasta
Observasi
awal
Tanpa
handycam
16 Juli 2009 14 & 15 Juli 2009
Menggunakan
handycam
23 Juli 2009 22 Juli 2009
Pengambilan
data
Observasi &
perekaman
video
- 23 Juli 2009
- 13 Agustus 2009
- 20 Agustus 2009
- 27 Agustus 2009
- 22 Juli 2009
- 24 Juli 2009
- 27 Juli 2009
Wawancara - 10 September 2009
- 19 November 2009
14 September 2009
F. Instrumen
Menurut Paul Suparno (2007), instrumen adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif
sehingga peneliti merupakan instrumen utama. Bentuk instrumen yang
digunakan berupa field notes, rekaman video proses pembelajaran dan
wawancara. Field notes merupakan catatan tertulis tentang segala sesuatu
yang didengar, dilihat, diamati, atau di pikirkan oleh peneliti yang diperoleh
menggunakan handycam. Sedangkan wawancara merupakan suatu dialog
yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu
peneliti membuat beberapa daftar pertanyaan, kemudian saat wawancara
pertanyaan tersebut dikembangkan oleh peneliti. Pertanyaan wawancara
dibuat berdasarkan peristiwa-peristiwa yang tampak pada rekaman video
proses pembelajaran dan field notes, kemudian pertanyaan tersebut
dikembangkan hingga peneliti memperoleh informasi yang lengkap. Daftar
pertanyaan wawancara dapat di lihat pada lampiran 12 dan lampiran 13.
G. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) dan tidak langsung yaitu dengan bantuan alat perekam (handycam)
serta wawancara dengan guru yang bersangkutan. Observasi dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati peristiwa-peristiwa atau tindakan guru di kelas
dalam merepresentasikan bahan ajar. Kemudian tindakan
guru/peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang
digunakan guru tersebut dicatat (field notes) dan menjadi data penelitian.
Kemudian, pada waktu yang sama dilakukan perekaman proses pembelajaran
menggunakan handycam yang dilakukan oleh partner peneliti. Perekaman
proses pembelajaran menghasilkan video proses pembelajaran yang dapat
Setelah diperoleh rekaman video proses pembelajaran, peneliti melihat
rekaman video proses pembelajaran secara berulang-ulang untuk menemukan
peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar
yang digunakan oleh guru. Setelah itu, peristiwa-peristiwa yang menunjukkan
bentuk-bentuk representasi bahan ajar ditranskrip dan menjadi data penelitian.
Proses pembuatan transkrip dan pengumpulkan data dilakukan dengan
memutar video hasil rekaman secara berulang-ulang sehingga diharapkan
peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar
dari guru yang akan disajikan dalam transkrip tidak ada yang terlewatkan.
Kemudian, untuk meningkatkan validitas, peneliti juga melakukan
pengecekan ulang dalam pembuatan transkrip. Berdasarkan data tentang
bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang ditemukan dari field notes dan rekaman video, dilakukan wawancara dengan guru fisika yang bersangkutan
untuk mendapatkan informasi tentang alasan/pengetahuan guru yang
mendasari tindakannya.
Penelitian ini dilakukan melalui observasi dan perekaman proses
pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan validitas data. Observasi
dan perekaman video pembelajaran dilakukan pada waktu yang sama, kelas
yang sama, dan guru yang sama sehingga penelitian ini dilakukan secara
kolaborasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung dan
perekaman (pengambilan video) dilakukan oleh orang lain. Jika di tinjau dari
cara pelaksanaannya, observasi yang digunakan merupakan observasi
tidak ikut terlibat dalam yang diamati (Kasbolah h. 53). Sedangkan jika
ditinjau dari sasarannya, jenis observasi yang digunakan adalah observasi
terfokus. Peneliti memilih jenis observasi terfokus karena maksud dan sasaran
observasi telah ditentukan sebelumnya yaitu pengamatan terfokus pada
tindakan/kegiatan yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar
yang digunakan oleh guru.
H. Metode Analisis Data
Data dari penelitian dianalisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Penentuan Topik Data
Data-data yang telah di transkrip dibaca kembali dengan teliti untuk
menemukan peristiwa atau tindakan guru yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru. Kemudian,
peristiwa atau tindakan guru yang menunjukkan bentuk-bentuk
representasi bahan ajar tersebut dibuat topik data. Topik data merupakan
deskripsi singkat mengenai bagian data yang mengandung makna tertentu
sesuai dengan yang diteliti.
2. Pemberian Tanda (coding) dan Pengkategorian Data
Tiap topik data diberi tanda (coding) sesuai dengan makna yang
terkandung di dalamnya. Coding diwujudkan dalam suatu kata atau frase
yang menunjukkan isi dari topik data tertentu. Topik data dikelompokkan
sesuai dengan kodenya dan diberi suatu gagasan yang dapat mewakili
data. Pembuatan kategori data disesuaikan dengan teori dan data yang
diperoleh.
3. Pembahasan (penjelasan) dari Peristiwa dalam Topik Data
Setelah diperoleh pengkategorian data, pada bagian ini dipaparkan
alasan atau yang menjadi dasar dari setiap tindakan yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran. Alasan atau pengetahuan yang mendasari
setiap tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran diperoleh
28
BAB III
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. DATA
1. Deskripsi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu satu sekolah
negeri (sebut saja sekolah N) dan satu sekolah swasta (sebut saja sekolah S).
Sekolah N merupakan sekolah heterogen dengan jumlah siswa dalam kelas
yang diteliti 34 siswa dan sekolah S merupakan sekolah homogen putri
dengan jumlah siswa dalam kelas yang diteliti 14 siswa. Sekolah N diajar oleh
seorang Guru Pria (sebut saja P) dan sekolah S diajar oleh seorang guru
wanita (sebut saja W). Baik sekolah N maupun sekolah S, penelitian
dilakukan di kelas XII dengan materi yang sama yaitu Getaran dan
Gelombang.
Pertimbangan peneliti memilih kelas XII adalah karena guru yang
terlibat dalam penelitian ini mengajar kelas X dan kelas XII, dan pada waktu
yang sudah dijadwalkan untuk pengambilan data, kelas X masih dalam
kegiatan Masa Orientasi sehingga proses pembelajaran belum bisa
berlangsung. Selain itu, subjek dari penelitian ini adalah guru dan objeknya
adalah bentuk-bentuk representasi bahan ajar dan alasan guru yang diduga
mendasarinya, sehingga hasil penelitian tidak ditentukan oleh faktor siswa.
Pemilihan kelas XII ini juga atas masukkan dari guru-guru yang bersangkutan
karena menurut guru, penelitian ini tidak mengganggu proses pembelajaran
penelitian ini dilakukan di dua sekolah dengan dua guru dan dua kelas yang
berbeda tetapi peneliti tidak bermaksud untuk membandingkan melainkan
untuk memperbanyak pengetahuan peneliti tentang bentuk–bentuk
representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru. Sehingga hal tersebut
diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti sebagai calon guru dalam
melaksanakan tugas mengajar nantinya. Selain itu, yang menjadi
pertimbangan peneliti untuk meneliti dua guru adalah faktor efisien waktu dan
biaya. Apabila hanya meneliti satu guru, peneliti merasa data yang diperoleh
belum cukup dan kurang bervariasi, sedangkan jika terlalu banyak maka akan
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
Sebelum melakukan penelitian, pada tanggal 16 Juli 2009 peneliti
melakukan observasi di sekolah N dan tanggal 14 dan 15 Juli 2009 observasi
di sekolah S tanpa handycam dengan tujuan untuk melihat situasi kelas dan
proses pembelajaran yang berlangsung serta untuk membiasakan siswa
dengan keberadaan peneliti di kelas. Kemudian pada tanggal 23 Juli 2009 di
sekolah N, jam pelajaran fisika di kelas yang akan teliti ada 2 JP lalu 1 JP
digunakan untuk observasi dengan handycam untuk membiasakan siswa
dengan adanya handycam di dalam kelas tersebut selama proses pembelajaran
berlangsung. Setelah dilakukan observasi dengan handycam selama 1 JP
ternyata situasi di kelas tersebut sudah memungkinkan untuk proses
pengambilan data (situasi kelas tidak terpengaruh oleh adanya handycam),
Sedangkan untuk sekolah S, observasi menggunakan handycam dilakukan
pada tanggal 22 Juli 2009. Pada saat observasi dengan handycam pada tanggal
22 Juli 2009, ternyata pada pertemuan tersebut mulai masuk pokok bahasan
baru dan situasi kelas tidak terpengaruh oleh adanya handycam sehingga hasil
rekaman proses pembelajaran pada waktu itu dapat dijadikan data.
Di sekolah N, penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Juli, 13 Agustus,
20 Agutus, dan 27 Agustus tahun 2009 dengan jumlah jam pelajaran 7 JP.
Penelitian tersebut dilakukan di kelas yang sama dengan guru sebagai subjek
penelitian dan PCK guru yaitu bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang
digunakan guru dan alasan guru yang diduga mendasarinya sebagai objek
penelitian. Sedangkan di sekolah S, penelitian dilaksanakan pada tanggal 22
Juli, 24 Juli, dan 27 Juli tahun 2009 dengan jumlah jam pelajaran 4 JP.
Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan peneliti sebagai pengamat
dan satu orang teman bertugas merekam proses pembelajaran. Pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk berjaga-jaga jika ada suatu
peristiwa dalam proses pembelajaran tidak teramati oleh kamera.
Setelah pengambilan data di kelas, peneliti kemudian memutar kembali
video rekaman secara berulang-ulang untuk menemukan bentuk–bentuk
representasi yang digunakan guru serta mentranskrip video tersebut.
Bentuk-bentuk representasi bahan ajar diidentifikasi melalui tindakan guru,
tutur kata guru, metode pembelajaran yang digunakan, dan media yang
digunakan guru. Setelah peneliti menemukan bentuk-bentuk representasi
guru untuk memperoleh informasi tentang alasan dari tindakan guru. Proses
wawancara juga direkam dengan handycam sehingga peneliti dapat mencatat
hasil wawancara dengan lengkap. Wawancara dengan Guru P dilakukan dua
kali yaitu pada tanggal 10 September 2009 dan tanggal 19 November 2009,
sedangkan wawancara dengan guru W dilaksanakan pada tanggal 14
September 2009.
2. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan selama pengambilan data dan dari video
rekaman proses pembelajaran yang dilakukan di kelas Guru P dan guru W,
tampak bahwa bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh
Guru P dan guru W berbeda. Dari video rekaman proses pembelajaran,
peneliti dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang menunjukkan
bentuk–bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh guru yang
meliputi metode dan media yang digunakan guru, cara guru menyampaikan
materi agar mudah dipahami oleh siswa, serta alur penyampaian materi dari
guru. Hasil penelitian akan disampaikan pada bagian berikut:
a. Data Penelitian
Data penelitian berupa catatan observasi (field notes), transkrip
rekaman video kegiatan pembelajaran dan transkrip wawancara dengan
guru yang bersangkutan. Data tersebut diperoleh dari penelitian yang
dilakukan di SMA N dan SMA S dengan guru Fisika sebagai subjek dan
penelitian. Pengambilan data di lakukan dengan observasi (peneliti
mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung) dan perekaman
kegiatan pembelajaran dengan handycam. Dari data yang diperoleh,
ternyata sebagian besar dari apa yang teramati dan dicatat oleh peneliti
dalam field notes, telah terekam juga oleh handycam. Data yang diperoleh
dari observasi (field notes) dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.
Data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru
P diperoleh dari empat kali pertemuan dan pertemuan I hanya 1 JP
sedangkan pertemuan II, III, dan IV terdiri dari 2 JP, yaitu :
1. Pertemuan I (23 Juli 2009), membahas tentang Persamaan Kecepatan
dan Percepatan Getaran Gelombang, dan Persamaan Gelombang
Stasioner.
2. Pertemuan II (13 Agustus 2009), membahas tentang Persamaan
Gelombang Stasioner (menentukan persamaan gelombang datang dan
gelombang pantul, mengidentifikasi letak perut dan simpul pada ujung
pantul terikat dan ujung bebas)
3. Pertemuan III (20 Agustus 2009), membahas tentang Gelombang
Stasioner pada Ujung Pantul Terikat dan Gelombang Stasioner pada
Ujung Bebas dan guru memberi latihan soal Gelombang Stasioner
4. Pertemuan IV (27 Agustus), membahas tentang Cepat Rambat
Sedangkan data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru W diperoleh dari tiga kali pertemuan yaitu :
1. Pertemuan I (22 Juli 2009), membahas tentang persamaan simpangan
gelombang datang, gelombang pantul, pada gelombang stasioner
2. Pertemuan II (24 Juli 2009), membahas latihan soal tentang kecepatan
gelombang, dan membahas tentang gelombang stasioner ujung bebas
3. Pertemuan III (27 Juli 2009), membahas latihan soal dan
mengidentifikasi letak simpul dan perut pada gelombang stasioner,
kecepatan gelombang pada dawai, serta energi dan intensitas
gelombang.
Guru-guru yang terlibat dalam penelitian ini termasuk guru yang
sudah berpengalaman karena sudah mengajar dalam waktu yang cukup
lama. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 September,
diperoleh informasi bahwa Guru P sudah mengajar selama 20 tahun yaitu
sejak tahun 1989. Pada awal mengajar beliau diperbantukan di sekolah
swasta kemudian pindah ke sekolah negeri hingga sekarang. Menurut guru
P, kita sebagai guru harus siap dengan materi (memahami materi). Saat
mengajar di sekolah swasta, beliau merasa bahwa pemahaman tentang
materi menjadi tidak berkembang (jawa: mandeg) karena di sekolah
tersebut siswanya sedikit dan kurang aktif. Kemudian setelah mengajar di
sekolah negeri, baru beliau merasakan bahwa apa yang dikerjakan ada
harganya karena di sekolah tersebut siswanya lebih aktif dan begitu ada
aktif maka kita (guru) akan semakin terpacu untuk berkembang. Meskipun
sudah mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama, namun ketika
akan mengajar beliau tetap membutuhkan persiapan. Menurut beliau,
beliau selalu perlu mencari setrategi/cara baru untuk mengajar karena
untuk siswa yang berbeda membutuhkan cara mengajar yang berbeda
juga. Cara mengajar yang digunakan oleh Guru P saat ini merupakan hasil
kreasi dari Guru P sendiri yang diperoleh dari pengalaman mengajar.
Menurut guru (dari wawancara 19 November 2009), untuk mengajar
itu membutuhkan kejujuran, jadi apa yang perlu kita sampaikan, kita
sampaikan tidak perlu ada yang ditutup-tutupi, tidak perlu gengsi, dsb. Hal
itu menunjukkan bahwa guru telah menerapkan sikap ilmiah yaitu jujur
seperti yang telah disampaikan oleh Trowbridge & Bybee dalam Paul
Suparno, 2007 mengenai tujuan umum pengajaran yaitu menggunakan
sikap ilmiah. Makanya Guru P selalu menerima dan berterima kasih
apabila ada siswa yang memberi koreksi pada apa yang disampaikan guru.
Jadi menurut guru, koreksi dari siswa itu bukan hal yang memalukan bagi
guru. Pada awal mengajar, kalau mengajar di kelas yang baru, guru selalu
menyampaikan bahwa kalau siswa mau mengkritik silahkan. Apabila guru
sedang menulis kemudian ada siswa yang bertanya atau memberi koreksi
dan koreksian dari siswa tersebut ternyata salah, maka guru tidak langsung
menyalahkan siswa tetapi siswa tersebut diajak diskusi. Karena apabila
siswa memberi koreksian dan ternyat koreksiannya salah, berarti siswa
mempunyai pemahaman yang berbeda, menurut guru hal tersebut perlu
Dari hasil wawancara dengan guru W, diperoleh informasi bahwa
guru W sudah mengajar selama 23 tahun. Tahun 1986/1987 mengajar di
SPG, 1987–1989 mengajar di SMP, kemudian tahun 1989 sampai
sekarang mengajar di SMA S. Menurut guru, mengajar di SPG, SMP, dan
SMA memiliki perbedaan. Ketika mengajar di SPG orientasinya untuk
menjadi guru SD karena siswa-siswanya disiapkan untuk menjadi guru
SD, kalau mengajar SMP siswanya masih anak–anak masih banyak
aktivitas visinya. Sedangkan ketika di SMA homogen seperti sekarang
berbeda lagi, dari segi kenakalan beda dan kalau siswa putri cenderung
kurang tertarik untuk belajar eksak. Sebelum mengajar, guru W juga
melakukan persiapan dengan membuka buku acuan dan buku agenda
untuk melihat pelajaran yang sudah disampaikan sampai mana. Setelah
melihat buku agenda maka guru tahu bagian mana yang perlu diulang,
bagaimana memberi motivasi, serta apakah ada materi prasyarat yang
perlu disampaikan. Selain itu, pada awal pelajaran guru berkeliling meja
siswa untuk melihat catatan siswa guna mengingat kembali materi yang
telah disampaikan. Untuk metode pembelajaran yang digunakan
disesuaikan dengan materi dan siswanya.
b. Transkripsi
Pembuatan transkripsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan
mengamati rekaman video pembelajaran dan rekaman wawancara dengan
dan media yang digunakan guru, aktivitas guru, tutur kata), yang memuat
bentuk–bentuk representasi bahan ajar di salin dalam bentuk tulisan.
Proses tersebut dilakukan dengan melihat video secara berulang-ulang
sampai peneliti yakin bahwa data-data yang diperlukan telah di transkrip
semua. Tidak semua kejadian yang tampak dalam video di transkrip
melainkan hanya kegiatan/peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan
bentuk-bentuk representasi bahan ajar. Transkripsi data video proses
pembelajaran Guru P dapat di lihat pada lampiran 7, transkripsi data
video proses pembelajaran guru W pada lampiran 8, transkrip data
wawancara Guru P dapat di lihat pada lampiran 10, transkrip data
wawancara guru W pada lampiran 11.
B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Data dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Peristiwa atau tindakan guru yang yang menunjukkan bentuk-bentuk
representasi bahan ajar, yang tampak dalam video rekaman proses
pembelajaran akan di deskripsikan secara apa adanya. Peristiwa-peristiwa
yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan ajar di buat topik data,
kemudian topik-topik data yang memiliki makna sama dikelompokkan ke
dalam satu kategori, setelah itu dilakukan pembahasan pada tiap kategori data
dari peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk representasi bahan
ajar. Pembahasan di dasarkan pada hasil wawancara dengan guru yang
bersangkutan dan teori yang ada, serta pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki oleh peneliti. Hasil wawancara juga digunakan untuk mengungkap
pengetahuan-pengetahuan guru yang mendasari tindakannya dalam
merepresentasikan bahan ajar.
1. Topik Data
Dari transkripsi data kemudian di buat topik data yaitu deskripsi
ringkas mengenai bagian data yang mengandung PCK guru yang meliputi
bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan guru. Tiap topik
data diberi kode (koding) yang berupa suatu kata yang menunjukkan isi
dari topik tertentu. Topik data dari video proses pembelajaran Guru P dan
guru W dapat dilihat pada lampiran 9.
2. Kategori Data
Topik data yang memiliki makna sama dikelompokkan ke dalam
satu kategori data. Kategori data merupakan gagasan abstrak yang
mewakili makna yang sama dalam sekelompok topik data. Kategori data
dibuat sendiri oleh peneliti dengan membandingkan topik-topik data satu
dengan yang lain. Pembuatan kategori data disesuaikan dengan teori dan
data yang diperoleh.
Menurut Backer & Chick (2006), bentuk-bentuk representasi
meliputi strategi, cara-cara atau metode-metode pembelajaran (ceramah
atau bercerita, demonstrasi, diskusi, simulasi komputer, eksperimen) serta
media pembelajaran yang digunakan guru agar siswa memahami materi
harus bisa mentransformasi pengetahuannya tentang isi materi ke dalam
bentuk kegiatan pembelajaran. Menurut Geddis, dkk (1993) dalam
Sarkim, 2005, proses transformasi dari pengetahuan isi materi menjadi
bentuk pembelajaran meliputi kegiatan memilih konsep-konsep yang
dipandang penting sesuai dengan tujuan pembelajaran, menyusun alur
penyampaian materi, memilih jenis penjelasan, dan memilih metode
pembelajaran. Berdasar teori tersebut, maka topik data yang diperoleh dari
rekaman proses pembelajaran yang dilakukan Guru P dan guru W di buat
kategori data sebagai berikut:
a. Media pembelajaran yang digunakan guru
b. Metode pembelajaran yang digunakan guru
c. Cara guru menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh siswa
d. Alur penyampaian materi dari guru
3. Analisis
Bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan oleh
tiap-tiap guru berbeda-beda, hal itu karena tiap-tiap-tiap-tiap guru memiliki
pengetahuan tersendiri yang mendasari setiap tindakannya. Seperti yang
tampak dalam video rekaman proses pembelajaran dalam penelitian ini,
peneliti melihat adanya perbedaan bentuk-bentuk representasi yang
digunakan oleh Guru P dan guru W. Apa yang mendasari tindakan guru
dalam penelitian ini ditelusuri melalui wawancara dengan guru yang
bersangkutan. Dalam memberikan pertanyaan wawancara, peneliti
diinginkan oleh peneliti, sehingga alasan yang diberikan Guru Pada setiap
tindakannya murni dari pengetahuan guru. Karena keterbatasan peneliti
dalam wawancara (peneliti kurang bisa mengembangkan pertanyaan dan
kurang bisa menggali jawaban dari guru), sehingga tidak semua tindakan
yang dilakukan guru berhasil di cari tahu alasannya. Pertanyaan
wawancara dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13.
Bentuk-bentuk representasi bahan ajar yang digunakan guru dapat dilihat
dari peristiwa-peristiwa berikut:
a. Media pembelajaran yang digunakan guru
1). Media pembelajaran yang digunakan oleh Guru P
Peristiwa-peristiwa dalam rekaman video proses pembelajaran
yang menunjukkan media pembelajaran yang digunakan guru P
yaitu :
- 23 Juli 2009 menit ke 16’16”
Guru menyampaikan persamaan getaran gelombang dengan
powerpoint kemudian menjelaskan proses perolehan
persamaan tersebut dengan menulis di papan tulis.
- 13 Agustus 2009 (A) menit ke 20’50” – 21’54”
Guru menampilkan simulasi Gelombang Stasioner dengan
power point
- 13 Agustus 2009(A) menit ke 23’29” – 26’13”
Guru menjelaskan terjadinya titik maksimum dan titik
minimum pada gelombang stasioner yang dihasilkan oleh
superposisi dengan menggunakan simulasi yang ditampilkan
dengan powerpoint.
- 13 Agustus 2009 (B) menit ke 00’00” – 00’10”
Guru mendemonstrasikan arah rambatan gelombang
- 13 Agustus 2009 (B) menit ke 21’31” – 22’33”
Guru melakukan demonstrasi dengan slinki untuk menjelaskan
perbedaan gelombang datang dan gelombang pantul pada
gelombang stasioner ujung bebas dan ujung terikat
- 13 Agustus 2009 (B) menit ke 23’21” – 23’58”
Guru menunjukkan perbedaan gelombang pantul pada
gelombang stasioner ujung bebas dan ujung terikat dengan
menunjukkan simulasi gelombang stasioner ujung bebas dan
ujung terikat dengan powerpoint.
G.S ujung terikat G.S ujung bebas
- 20 Agustus 2009 (A) menit ke 3’18” - 04’07”
Guru menampilkan simulasi gelombang stasioner ujung bebas
- 20 Agustus 2009 (A) menit ke 08’03” – 09’16”
Guru menulis di papan tulis lx = l – x = letak titik (simpul /
perut) dari sumber (asal) gelombang stasioner.
- 27 Agustus 2009 (A) menit ke 04’03” – 05’34”
Guru menampilkan gambar gelombang dan persamaan cepat
rambat gelombang dengan powerpoint.
Dari video rekaman proses pembelajaran yang dilakukan Guru P
pada tanggal 23 Juli, 13 Agustus, 20 Agustus, dan 27 Agustus
tahun 2009, tampak bahwa dalam merepresentasikan bahan ajar
khususnya tentang getaran dan gelombang, guru menggunakan
berbagai media yaitu komputer (simulasi, powerpoint), alat peraga
(slinki), dan papan tulis (white board).
Dari wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 September
informasi mengenai alasan guru menggunakan beberapa media
dalam menyampaikan materi gelombang.
Peneliti: “Dalam mengajar, bapak menggunakan powerpoint, alat peraga (slinki), dan menulis di papan tulis juga, itu sudah berapa lama pak?”
Guru : “Untuk yang pakai powerpoint itu dua tahun ini, karena fasilitas LCD baru ada itu.”
Peneliti: “Untuk hasilnya bagaimana pak?”
Guru : “Untuk hasilnya, ya menurut saya ada peningkatan cukup bagus, dan juga di samping itu penekanan bahwa memahami fisika itu kita harus melihat secara fisiknya saja jadi misalnya kalau bicara gaya itu,kita gambar gayanya, sebanyak gaya yang ada, arahnya kemana?, gaya kan arahnya bolak-balik ada selisihnya, kalau searah di jumlah. Kan begitu? Kalau gelombang, dia dengan gambar saja kan selesai, begitu? Ada, pada dua tahun yang lalu kalau ulanagn gelombang anak itu pake gambar set , set, set, diberi keterangan gini, lalu jawabannya bener saya nilai, dia dapat seratus malahan. Kan tidak usah matematis.”
Peneliti: “Pemakaian power point hanya untuk bab itu atau bab lain juga?”
Guru :“Saya berusaha yang bisa saya ... yang sifatnya ada animasinya begitu saya bikin power point. Artinya untuk memperkuat, memudahkan pemahaman konsep siswa. Seperti kelas sebelas, dulu saya belum pake itu, sekarang saya sudah pake yang untuk kinematika itu saya pake jadi ada gambar, ini kalau secara matematis itu koordinatnya begini ada bahasan fisikanya. Ini bahasan matematika, ini fisika jadi anak biar kalau dia paham di matematika jangan sampai matematika di tinggalkan terpisah begitu, itu kita hanya bicara koordinat dan persamaan vektor satuan, kinematika kan begitu.”
Peneliti : ”Jadi kita harus punya trik agar siswa mudah memahami?”
slinkinya kan mungkin hanya o iya seperti itu, tapi gelombang pastinya seperti apa? Artinya mereka tahu tp untuk maksudnya seperti apa nggak ngerti kan? makanya dengan animasi. Tapi kalau hanya dengan animasi saja, mereka sebetulnya tanya ’itu apa?’ kan begitu juga. Karena siswa itu kan macam-macam, ada yang dia bisa pahami kalau dia melihat gerakan, ada yang dengan melihat sesuatu mungkin gambar, dia baru memahami, tapi ada juga yang di jelaskan aja bisa. Jadi saya berusaha ..., makanya kalau alatnya ada saya bawa, animasinya ada saya bawa, saya gabungkan semua kan gitu. Karena tidak semua anak dengan tayangan di LCD itu pasti bisa paham, ada yang bingung juga kan? Karena kadang-kadang mereka tidak bisa fokus, tapi mungkin dengan tambahan alat justru mungkin anak akan fokusnya disitu. Makanya kalau alatnya ada kemudian saya punya media, medianya saya tampilkan di situ, kalau cukup saya bawa semua.”
Jadi yang menjadi pertimbangan guru untuk menggunakan
beberapa media dalam menyampaikan bahan ajar yaitu
kemampuan siswa yang bermacam-macam, fasilitas sekolah, serta
sifat dari materi itu sendiri (apakah materi tersebut dapat dibuat
simulasi/animasi atau tidak).
2). Media pembelajaran yang digunakan oleh guru W:
Dari video rekaman proses pembelajaran, tampak bahwa
untuk mengajar materi gelombang, guru manggunakan media
konvensional (white board) dan alat peraga (melde). Topik data
- Pertemuan 22 Juli 2009 menit ke 05’28” – 08’21”
Guru menunjukkan bentuk gelombang stasioner yang
dihasilkan oleh interferensi gelombang dengan melakukan
demonstrasi percobaan melde.
Guru : “ maka gelombang stasioner seperti apa akan saya tunjukkan di belakang. Sekarang kalian balik badan saja. Akan saya tun