SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Eva Kristina NIM : 078114026
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
(KAJIAN PENGOBATAN MAAG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Eva Kristina NIM : 078114026
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
Ecclesiastes 3:11
“
He has made everything beautiful in its time. He has also set eternity in the hearts of men; yet they cannot fathom what God has
done from beginning to end.”
Spesial thanks to…
For My Lovely Family, Boyfriend, Bestfriends, & My Almamater
Give thanks to You for all You’ve done in my life..
What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear.
What a privilege to carry Everything to God in prayer.
What peace we often forfeit, What needless pain we bear,
All because we do not carry Everything to God in prayer.
You are my strength, my joy, my world, my endless true friend, my Father, my life, my everything…
vii
yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi
Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan
(Kajian Pengobatan Maag)”.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu Farmasi (S. Farm.), program Studi
Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Gubernur Provinsi Jawa Tengah Bakesbanglinmas Semarang yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kecamatan Muntilan Jawa
Tengah.
2. Bapak dan ibu RT dusun Nglawisan Kecamatan Muntilan yang telah
memberi ijin dan memberikan bantuan yang besar selama proses
penelitian.
3. Para pengurus dan seluruh ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa
Tamanagung Kecamatan Muntilan yang telah membantu dalam penelitian
ini.
viii proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Phebe Hendra,M.Si.,Ph.D.,Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
7. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
8. Sekretariat yang membantu menyelesaikan administrasi, Mas Narto yang
telah membuat berbagai surat ijin sehingga membantu kelancaran proses
pengambilan data.
9. Papa (Hartanto) dan Mama (Sri Hartati), serta kakak (Andy Hartanto) atas
doa dan dukungannya selama ini.
10.Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma
Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.
11.Sahabat seperjuanganku dalam menempuh pendidikan semasa kuliah sejak
semester awal hingga saat ini, dan yang selalu setia menemani dan
membantuku dalam penelitian skripsi ini : Helen, Noviana Hertanto.
Terimakasih untuk kekompakan dan kerjasamanya hingga skripsi ini
selesai.
12.Teman-teman angkatan 2007 (khususnya kelas FKK-A), atas doa,
ix
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang
ada dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis mengaharapkan kritik dan
saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga
penelitian skripsi yang telah dilakukan penulis dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.
xi
HALAMAN PENGESAHAN……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. vi
PRAKATA……….. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. x
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL………... xv
DAFTAR GAMBAR……….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN………... xvii
INTISARI……… xix
ABSTRACT………... xx
BAB I PENGANTAR………. 1
A. Latar Belakang……….. 1
1. Permasalahan……… 5
2. Keaslian penelitian……… 5
3. Manfaat praktis………. 7
B. Tujuan Penelitian……….. 7
1. Tujuan umum……… 7
xii
B. Maag……… 9
C. Penatalaksanaan Sakit Maag……….. 10
1. Penatalaksanaan non-farmakologis………. 10
2. Penatalaksanaan farmakologis………. 10
D. Swamedikasi………... 11
E. Obat Bebas……….. 12
F. Antasida………... 13
G. Edukasi Kesehatan………. 17
H. Metode Leaflet……… 19
I. Metode Ceramah………. 19
J. Kuesioner……….. 20
K. Perilaku……… 21
L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas……… 26
1. Uji validitas……… 26
2. Uji reliabilitas…..………. 27
M. Landasan Teori………... 27
N. Hipotesis……….. 28
BAB III METODE PENELITIAN………. 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……….…….. 29
B. Variabel Penelitian………... 29
xiii
1. Populasi penelitian………..……….………. 32
2. Sampel dan teknik sampling………. 32
3. Besar sampel………. 33
G. Instrumen Penelitian………..………... 33
H. Tata Cara Penelitian………... 35
1. Perijinan………... 35
2. Penelusuran data populasi………..……….. 35
3. Pembuatan kuesioner……….………... 35
a. Penyusunan dan pembuatan kuesioner………..……. 35
b. Uji validitas……….………... 36
c. Uji reliabilitas………..……… 37
d. Pembuatan leaflet……..……….. 38
e. Penentuan kelompok perlakuan dan pemilihan sampel ibu- ibu PKK dari tiap RT yang dipilih………. 38
1) Penentuan kelompok perlakuan menggunakan cara randomisasi………. 38
2) Pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari setiap RT yang dipilih………. 39
f. Pelaksanaan intervensi……….…….. 39
xiv
I. Pengolahan Data………..………...…. 40
1. Manajemen data……….………..….. 40
2. Analisis data……….….. 41
J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian……….….... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….……... 45
A. Efektivitas Metode Leaflet terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan Maag)….………... 46
B. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan Maag)……..……….. 51
C. Metode yang Paling Efektif terhadap Perubahan Swamedikasi pada Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan (Kajian Pengobatan Maag)……….. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….… 61
A. Kesimpulan………... 61
B. Saran………..……….. 61
DAFTAR PUSTAKA………... 63
LAMPIRAN……….. 66
xv
Variabel dalam Kuesioner………... 36
Tabel II. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol dan Leaflet……… 47
Tabel III. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok
Kontrol dan Leaflet………. 50
Tabel IV. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol dan Ceramah………. 51
Tabel V. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok
Kontrol dan Ceramah……….. 55
Tabel VI. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang
Swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap Perubahan
xvi
Gambar 1. Anatomi Lambung……….... 8
Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung………..……… 10
Gambar 3. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Leaflet……….. 49
Gambar 4. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Ceramah………...………... 54
Gambar 5. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok
xvii
penelitian………... 66
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas
kuesioner……….. 70
Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan……….…… 72
Lampiran 4. Hasil uji chi-square untuk karakteristik umur
responden……… 75
Lampiran 5. Uji signifikansi efektifitas metode leaflet dan ceramah
terhadap perubahan perilaku tentang swamedikasi ibu-ibu
PKK (kajian pengobatan maag)………. 76
Lampiran 6. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok
kontrol dan leaflet………. 83
Lampiran 7. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok
kontrol dan ceramah……….………. 85
Lampiran 8. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan leaflet tentang
swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap
perubahan perilaku………. 88
Lampiran 9. Leaflet yang diberikan pada saat penelitian………. 90
Lampiran 10. Materi yang disampaikan saat ceramah……… 91
xviii
xix
produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung, dengan gejala mual, muntah, rasa nyeri serta panas pada ulu hati dan dada, sehingga dalam pengobatannya dapat dilakukan secara mandiri menggunakan obat antasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa metode ceramah dan leaflet pada perilaku swamedikasi di Dusun Nglawisan Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag), dan mengetahui metode edukasi mana yang paling efektif untuk meningkatkan aspek perilaku swamedikasi maag.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pretest posttest intervention with control group. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa ceramah dan leaflet
dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan cara masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest menggunakan kuesioner setelah satu bulan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap perubahan perilaku responden. Perbandingan pretest dan posttest dianalisis dengan uji Paired T-Test untuk data terdistribusi normal, jika tidak normal menggunakan uji
Wilcoxon. Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan perlakuan
dianalisis dengan uji Independent T-Test untuk data terdistribusi normal, jika tidak normal menggunakan uji Mann-Whitney.
Dari hasil analisis data menunjukkan intervensi leaflet efektif untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sedangkan intervensi ceramah efektif untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan dan tindakan, namun kurang efektif untuk mempengaruhi perubahan sikap. Hasil analisis data menunjukkan bahwa metode leaflet tidak lebih efektif dibandingkan metode ceramah untuk perubahan pengetahuan dan sikap, namun untuk perubahan tindakan metode leaflet lebih efektif dibandingkan metode ceramah.
xx
that occurs due to increased production of stomach acid. Symptoms include nausea, vomiting, pain in the pit of the stomach and chest so that treatment can be done with self-medication using antacids. Research in Nglawisan, Muntilan aims to investigate the effect of educational lecture method and leaflet on self-medication behavior. Moreover, this study also aims to determine which educational methods are most effective for improving aspects of behavioral assessment heartburn self-medication.
Type of research using in this problem was quasi-experimental, with pretest posttest design with control group intervention. This study consisted of two experimental groups. The first group was treated in the form of lecture and leaflet, while others are not given treatment. Data were collected by each group using pretest and posttest on the questionnaire after one month to determine the effects of the treatment of behavioral changes of respondents. Comparison of pretest and posttest were analyzed using Paired T-Test for normally distributed data or Wilcoxon test if the data was not distributed normally. Moreover, comparisons between the control and treatment groups were compared by using Independent T-Test for normally distributed data or the Mann-Whitney test if the data was not distributed normally.
From the analysis of data showed the intervention of leaflet was effective to influence changes in knowledge, attitudes, and actions while the intervention of the lecture was effective to influence changes in knowledge and action, but less effective to influence change in attitudes. The results of data analysis showed that the leaflet was less effective method than the lecture method to change knowledge and attitudes, but for the changing of action leaflet method was more effective than lecture method.
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri
sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi
penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan
Hall, 1990).
Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia
yang mengeluh sakit proporsi terbesar yakni dengan swamedikasi. Menurut
WHO, terjadi peningkatan masyarakat dalam menangani penyakit mereka dengan
swamedikasi tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker (WHO, 1998).
Kenyataan ini didukung laporan bahwa lebih kurang 82% masyarakat melakukan
praktek swamedikasi (Donatus, 1997). Sekarang ini semakin banyak masyarakat
memilih swamedikasi, hal ini disebabkan banyak produk obat tanpa resep yang
beredar, maraknya iklan obat di media cetak dan media elektronik, serta
kecenderungan masyarakat memilih pengobatan sendiri bagi mereka yang tinggal
di daerah terpencil yang jarang terdapat praktek dokter, motivasi masyarakat
untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri.
Akibat semakin meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk
melakukan swamedikasi, hal ini dapat menyebabkan swamedikasi yang dilakukan
masyarakat menjadi sangat boros karena konsumsi obat-obat yang sebenarnya
tidak dibutuhkan, atau justru dapat berbahaya karena adanya kesalahan
pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan aturan
pakainya. Obat bebas dan obat bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping,
sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, dosis, lama pemakaian
yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang resiko efek samping
dan kontraindikasinya (Lazarus, Tsechkovski, dan Tarakova, 2002).
Maag merupakan penyakit yang umum diderita masyarakat. Upaya
pengobatan sendiri umum dilakukan masyarakat ketika terserang sakit maag
dengan mengkonsumsi obat-obat tradisional maupun menggunakan obat tanpa
resep yang salah satunya yakni obat golongan antasida yang banyak dijual di
apotek, maupun toko obat. Masyarakat yang menderita maag umumnya
melakukan upaya pengobatan karena maag membuat mereka terganggu terutama
pada saat beraktivitas atau bekerja.
Ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan
menjadi pilihan dilakukannya penelitian ini dengan pertimbangan berdasarkan
data Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa tahun 2009 yang didapatkan
dari kantor kelurahan, Tamanagung merupakan salah satu desa dari 14 desa di
Kecamatan Muntilan yang luas wilayah dan jumlah penduduknya paling besar
dibanding desa-desa lainnya kemudian Nglawisan merupakan salah satu dusun
dari 12 dusun di desa Tamanagung yang memiliki jumlah penduduk paling
banyak dibanding dusun lainnya yakni 676 orang. Penelitian ini dilakukan pada
ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan
sampel dilakukan atas pertimbangan, seorang ibu adalah tokoh yang berperan
berguna dalam pengobatan maag secara benar di dalam keluarga, kemudian
ibu-ibu PKK merupakan salah satu media yang tepat dalam pemberian edukasi
dimana informasi yang telah diberikan pada ibu-ibu PKK dapat disampaikan
kembali kepada masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan rutin yang dilakukan
setiap bulannya. Sehingga adanya penelitian diharapkan ibu-ibu PKK desa
Nglawisan dapat dijadikan sebagai panutan untuk warga lain dalam berperilaku
swamedikasi maag dengan secara benar.
Menurut wawancara pribadi peneliti dengan apoteker yang ada di apotek
desa Tamanagung diketahui bahwa masyarakat di dusun Nglawisan desa
Tamanagung cenderung untuk mengobati sakit maag dengan cara swamedikasi
tanpa berkonsultasi dengan dokter, selain itu dengan melakukan swamedikasi
maka masyarakat dapat menghemat banyak waktu dan biaya. Oleh karena itu
diperlukan adanya peningkatan tanggung jawab masyarakat untuk memastikan
pengobatan yang mereka pilih sesuai dengan kebutuhan, keselamatan dan
keefektifannya. Peningkatan tanggung jawab tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan
untuk melakukan swamedikasi secara rasional, aman dan efektif. Pemberian
informasi tentang swamedikasi ini merupakan salah satu dari peran farmasis
(WHO, 1998) dalam promosi kesehatan yang salah satunya dapat dilakukan
dengan pemberian edukasi.
Terdapat berbagai macam metode pemberian edukasi kesehatan kepada
masyarakat antara lain metode ceramah dan seminar untuk kelompok besar, dan
kelompok kecil. Alat bantu edukasi kesehatan yang ada saat ini seperti booklet,
leaflet, selebaran, poster, foto, televisi, radio, internet, dan papan-papan yang
dipasang di tempat-tempat umum. Dengan adanya pemberian edukasi kesehatan
dapat meningkatkan aspek perilaku masyarakat yang mendapat edukasi tersebut.
Aspek perilaku yang dimaksud terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Menurut Notoatmodjo (1993), proses edukasi dengan tulisan (leaflet, booklet,
selebaran) mempunyai efektifitas/intensitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi
bahan edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan
kata-kata seperti ceramah atau seminar. Hal ini juga didukung dari penelitian para
ahli bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
adalah mata. Kurang lebih 75% - 87% dari pengetahuan manusia diperoleh dari
melalui mata. Sedangkan 13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat bantu edukasi visual lebih mempermudah
cara penyampaian dan penerimaan informasi/edukasi (Notoatmodjo, 1993).
Dari uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
pemberian edukasi dengan metode ceramah atau leaflet dapat meningkatkan aspek
perilaku swamedikasi masyarakat di dusun Nglawisan kajian pengobatan maag.
Pada penelitian ini metode edukasi yang dipilih adalah ceramah karena metode
ceramah cocok untuk kelompok besar yakni dengan jumlah peserta lebih dari 15
orang, metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah, dan merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan
fakta kesehatan. Sedangkan metode kedua yakni dengan pemberian leaflet karena
memberikan informasi kesehatan, metode ini mampu mencover banyak informasi
kesehatan dalam format yang menarik, bersifat fleksibel artinya masyarakat dapat
membawa menyimpan dan mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya
kapanpun dan di manapun. Sehingga dengan digunakannya dua metode edukasi
tersebut dapat untuk mengetahui metode edukasi mana yang paling efektif untuk
meningkatkan aspek perilaku swamedikasi kajian pengobatan maag yang meliputi
pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan harapan terbentuk perilaku swamedikasi
yang rasional.
1. Permasalahan
1. Bagaimanakah efektivitas perubahan perilaku swamedikasi pada
ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan dengan metode leaflet (kajian
pengobatan maag)?
2. Bagaimanakah efektivitas perubahan perilaku swamedikasi pada
ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan dengan metode ceramah (kajian
pengobatan maag)?
3. Manakah metode yang paling efektif terhadap perubahan perilaku
swamedikasi pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian
pengobatan maag)?
2. Keaslian penelitian
Penelitian tentang perbedaan pengaruh pemberian ceramah dan leaflet
pada swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag) dengan usia 20-55 tahun dan
yang terkait tentang pengaruh edukasi terhadap aspek perilaku swamedikasi
dengan metode edukasi penyuluhan, oleh peneliti lain dengan judul berikut ini :
a. Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada
Ibu-Ibu Non Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul oleh
Widiastuti (2009). Metode edukasi yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan metode penyuluhan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi common
cold pada ibu-ibu non kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk
pengetahuan 0,000; sikap 0,000; dan tindakan 0,002, berarti secara statistik
pemberian edukasi berpengaruh secara bermakna terhadap pengetahuan, sikap,
dan tindakan perilaku swamedikasi common cold.
b. Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada
Kader-Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul oleh Prabaningrum
(2009). Metode edukasi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
penyuluhan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
edukasi berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi common cold pada ibu-ibu
kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan 0,000; sikap 0,000;
dan tindakan 0,011, berarti secara statistik pemberian edukasi berpengaruh secara
bermakna terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku swamedikasi
common cold.
Penelitian tersebut berbeda pada hal tujuan penelitian, subjek penelitian,
waktu penelitian, lokasi penelitian, dan kajian penelitian. Penelitian yang
pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun
Nglawisan tahun 2010.
3. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan
farmasis dan Departemen Kesehatan untuk menentukan metode yang sesuai dalam
promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
swamedikasi yang rasional (kajian pengobatan maag).
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa
metode ceramah dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag).
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Efektivitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi
pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).
b. Efektivitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi
pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).
c. Metode yang paling efektif terhadap perubahan perilaku swamedikasi
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Lambung
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat
di daerah epigastrik, di bawah diafragma dan di depan pankreas. Kapasitas normal
lambung adalah 1-2 liter. Secara anatomi lambung terdiri dari fundus, batang
utama, dan antrum pilorik (gambar 1). Lambung berhubungan dengan osofagus
melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orisium pilorik (Price
dan Wilson, 1984).
Gambar 1. Anatomi Lambung (Wikidict, 2010)
Lambung memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai fungsi motorik,
yaitu menampung dan menyimpan makanan dari osofagus melalui orifisium
kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, memecahkan makanan menjadi
partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Sebagai fungsi pencernaan dan sekresi,
yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sekresi mukus yang membentuk
selubung dan melindungi lambung serta sebagai pelumas agar makanan lebih
mudah diangkut (Price dan Wilson, 1984).
B. Maag
Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi
iritasi lambung. Maag atau sakit lambung memiliki gejala khas berupa mual
kadang disertai muntah, perut kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas
pada ulu hati dan dada meskipun baru saja selesai makan (Depkes, 2006).
Pada penyakit maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas
pada dinding lambung; mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya produksi
asam lambung sesaat atau akibat makanan yang merangsang terlalu banyak.
Sedangkan pada maag kronis penderita bisa mengalami pembengkakan atau
radang pada dinding lambung, luka sampai perdarahan (Depkes, 2006).
Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena makanan atau
minuman yang merangsang lambung yaitu makanan yang pedas atau asam, kopi,
alkohol, serta kebiasaan merokok; faktor stres baik stres fisik (setelah
pembedahan, penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental; obat-obat tertentu
yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat rematik, anti inflamasi);
pola makan yang tidak teratur (Depkes, 2006).
Bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa barier dan terjadi difusi
balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam
lambung (gambar 2), timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh
kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut atau kronik dan tukak lambung.
Tukak lambung yang letaknya dekat pilorus atau dijumpai bersama dengan tukak
duodenum biasanya disertai hipersekresi asam, sedangkan bila lokasinya pada
Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung (Wikidict, 2010)
C. Penatalaksanaan Sakit Maag 1. Penatalaksanaan non-farmakologis
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b.Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, rokok,
soft drink dan stres
c. Atur pola makan dengan porsi kecil tetapi frekuensi lebih sering
d. Makan makanan yang lunak/mudah dicerna (Irma, 2008).
2. Penatalaksanaan farmakologis
Yakni dengan menggunakan obat-obatan yang meliputi antasida (bekerja
dengan cara menetralkan asam lambung sehingga melindungi selaput
lendir lambung dari kerusakan),obat golongan antikolinergik (menghambat
pengeluaran asam lambung) dan golongan prokinetik (mencegah
D. Swamedikasi
Menurut Holt dan Hall (1990), swamedikasi atau pengobatan sendiri
diartikan sebagai tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat
tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat
dan bertanggung jawab.
Swamedikasi merupakan upaya yang paling sering dilakukan masyarakat
untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Untuk melakukan swamedikasi
secara benar, maka masyarakat harus mampu mengetahui : jenis obat yang
diperlukan untuk mengatasi penyakitnya; kegunaan tiap obat; cara pakai, aturan,
lama pemakaian, dan batas kapan mereka harus menghentikan swamedikasi dan
segera minta pertolongan petugas kesehatan; efek samping obat yang digunakan
sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian itu
suatu penyakit baru atau efek samping obat; siapa yang tidak boleh menggunakan
obat tersebut (Binfar Depkes, 2008).
Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut Holt dan Hall
(1990) aman bila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif untuk menghilangkan
keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, biaya pembelian obat relatif lebih
murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu
mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan (Supardi dan Notosiswoyo 2005).
Kekurangan swamedikasi menurut Holt dan Hall (1990) yakni obat
membahayakan kesehatan bila tidak digunakan sesuai dengan aturan pakai,
kesalahan penggunaan obat karena informasi yang kurang lengkap dari iklan obat,
menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dan
Notosiswoyo, 2005).
Menurut Covington (2000), perawatan dan pengobatan mandiri
(swamedikasi) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Perilaku konsumen, antara lain motivasi dan tanggungjawab untuk
mempelajari penyakit yang diderita dan cara perawatannya, penghargaan
terhadap nilai kesehatan, keseriusan penerimaan penyakit yang berpengaruh pada
keputusan tipe perawatan kesehatan yang dipilih serta pengaruh dari orang lain
(teman, keluarga, dan tenaga kesehatan).
2. Karakter demografi, meliputi usia, jumlah keluarga, jenis kelamin dan status
sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah atau daerah
tertentu.
3. Keadaan ekonomi, meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan
kesehatan (produk dan pelayanan), ketersediaan dan kemudahan mendapatkan
produk perawatan kesehatan.
4. Pendidikan dan pengetahuan konsumen, meliputi tersedianya informasi yang
berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media informasi
dan label dalam kemasasn obat, serta adanya alternatif perawatan kesehatan
seperti terapi herbal.
E. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat
obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas
di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, dengan tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan,
misalnya : parasetamol. Sedangkan obat bebas terbatas adalah obat yang
sebenarnya termasuk obat keras tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat dijual
atau dibeli bebas di apotek tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, contoh : CTM ® yakni obat
untuk antihistamin dan antialergi (Depkes, 2006).
Berkaitan dengan pengobatan sendiri telah dikeluarkan berbagai peraturan
perundangan. Menurut SK Menkes No.2380/1983 pengobatan sendiri hanya boleh
menggunakan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.
Semua obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib
mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat
berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan (SK
Menkes No.917/1993) (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).
F. Antasida
Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam lambung yang berlebih
dan melindungi selaput lendir lambung. Antasida dapat meringankan gejala-gejala
yang muncul pada kelebihan asam lambung, penyakit dispepsia tukak maupun
duabelas jari dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, perasaan penuh pada
lambung, nyeri ulu hati (Badan POM RI, 2008).
Sediaan antasida dapat digolongkan menjadi :
1. Antasida dengan kandungan aluminium dan atau magnesium
Senyawa alumunium merupakan suatu zat koloid yang terdiri dari
alumunium hidroksida dan aluminium oksida yang terikat pada molekul air.
Aluminium hidroksida akan melapisi selaput lendir lambung sebagai pelapisan
pelindung. Sedangkan magnesium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium
trisilikat efektif dalam mengikat asam serta dapat melepaskan silisium oksida
yang akan melapisi selaput lendir lambung dengan lapisan pelindung (Badan
POM RI, 2008).
Antasida yang mengandung magnesium atau aluminium yang relatif tidak
larut dalam air seperti magnesium karbonat, hidroksida, dan trisiklat serta
aluminium glisinat dan hidroksida bekerja lama bila berada dalam lambung
sehingga sebagian besar tujuan pemberian antasida tercapai. Sediaan yang
mengandung magnesium dapat menyebabkan efek samping berupa diare,
sedangkan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan efek samping
konstipasi (Sukandar dkk, 2008).
a. Aluminium Hidroksida
Indikasi: hiperfosfatemia, pengobatan untuk hiperasiditas lambung
Dosis: suspensi : 10 ml 5-6 kali perhari diminum diantara makan dan
sebelum tidur atau bila diperlukan. Tablet : 1-2 tablet (300 mg) 5-6 kali
perhari diminum saat makan dan sebelum tidur bila diperlukan.
Contoh: Mylanta® suspensi, Corsamag® tablet, Amphojel® (Lacy,
Armstrong, Golman, dan Lance, 2003).
b. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida
Indikasi: antasida (menetralkan asam lambung yang berlebih),
hiperfosfatemia
Dosis: oral : 5-10 ml 4-6 kali perhari, diminum diantara makan dan
sebelum tidur atau bila diperlukan.
Contoh : Maalox® 10-20 ml 4 kali perhari, Mylanta® (Lacy dkk, 2003).
c. Kombinasi Mg(OH)2, CaCO3, Famotidin
Indikasi: untuk mengatasi gejala yang berhubungan dengan kelebihan
asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak duodeni
Peringatan: gangguan ginjal, gangguan hati, hamil, menyusui; tidak
dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas
petunjuk dokter
Efek samping: diare, konstipasi, mual, muntah, sakit kepala, gangguan
irama jantung dan ruam kulit
Dosis: dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: sehari 2 x 1 tablet kunyah,
diminum jika timbul gejala atau 1 jam sebelum makan. Maksimum 2
tablet/hari (2 tablet dalam 24 jam). Untuk anak <12 tahun: sesuai petunjuk
Contoh: Promag double action® tablet, Magard FA® tablet,
Neosanmag/Neosanmag Fast® tablet (Badan POM RI, 2008).
d. Kompleks Magnesium Hidrotalsit
Indikasi: untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak duodeni dengan gejala
seperti mual, kembung dan perasaan penuh pada lambung.
Peringatan: gangguan ginjal, diet rendah fosfat, pemakaian jangka panjang
Dosis: Dewasa : 3-4 kali sehari, 1-2 tablet. Anak-anak 6-12 tahun : sehari
3-4 kali, ½-1 tablet. Dianjurkan untuk minum obat ini segera pada saat
timbul gejala dan dilanjutkan 1-2 jam sebelum makan atau setelah makan
dan sebelum tidur malam. Dapat diminum dengan air atau dikunyah
langsung.
Contoh: Promag® tablet (Badan POM RI, 2008).
e. Magnesium Karbonat
Indikasi: dispepsia
Peringatan: gangguan ginjal
Efek samping: diare, bersendawa karena terlepasnya CO2
Dosis: 1-2 tablet dikunyah 4 kali sehari, dan sebelum tidur atau bila
diperlukan; suspensi: 10 ml 3 kali sehari
Contoh magnesium karbonat kombinasi: Saclon® tablet, Simeco® tablet
(Badan POM RI, 2008).
f. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Trisilikat
Peringatan: gangguan ginjal.
Dosis: 2-4 tablet kunyah, diberikan hingga 4 kali sehari dan sebelum tidur
atau bila diperlukan.
Contoh: Gaviscon® (Lacy dkk, 2003).
2. Antasida dengan kandungan natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air dan bekerja
cepat. Namun, bikarbonat yang terabsorpsi menyebabkan alkalosis terutama bila
digunakan dalam dosis yang berlebih. Seperti antasida lainnya yang mengandung
karbonat, terlepasnya karbon dioksida menyebabkan sendawa. Pemberian natrium
bikarbonat dan sediaan antasida yang kandungan natriumnya tinggi, seperti
campuran magnesium trisiklat harus dihindari pada pasien yang sedang diet garam
(pada gagal jantung, gangguan hati dan ginjal) (Sukandar dkk, 2008).
3. Antasida dengan kandungan simetikon
Simetikon (bentuk aktif dimetikon), diberikan sendiri atau ditambahkan
pada antasida sebagai antibuih untuk meringankan kembung. Pada perawatan
paliatif dapat mengatasi cegukan. Contoh : Waisan® suspensi, Waisan forte®
serbuk, Lagesil® tablet, Lambucid® tablet, Corsamag® tablet (Badan POM RI,
2008).
G. Edukasi Kesehatan
Edukasi merupakan suatu proses penyampaian materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai tujuan berupa perubahan
pada perubahan perilaku sehat. Pendidik kesehatan ialah semua petugas kesehatan
dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna
meningkatkan kesehatan mereka. Individu, kelompok ataupun masyarakat
dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek
(pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam
usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Notoatmodjo (1993) pendidikan kesehatan atau penyuluhan
kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi,
bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai
upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidikan kesehatan pada
dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka
dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Sarwono,
1997). Macam-macam metode edukasi kesehatan yang umum digunakan yakni
ceramah dan seminar untuk peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang; metode
diskusi kelompok, kelompok-kelompok kecil, curah pendapat dan memainkan
peran untuk peserta yang berjumlah kurang dari 15 orang; metode leaflet, booklet,
selebaran, dan poster untuk metode edukasi visual (Notoatmodjo, 1993).
Metode edukasi visual yang menggunakan tulisan mempunyai
efektifitas/intensitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi bahan
edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan kata-kata
seperti ceramah atau seminar. Hal ini juga didukung dari penelitian para ahli
bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah
mata. Sedangkan 13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa alat bantu edukasi visual lebih mempermudah cara
penyampaian dan penerimaan informasi/edukasi (Notoatmodjo, 1993).
H. Metode Leaflet
Leaflet merupakan bentuk media visual yang paling umum digunakan
dalam upaya memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan pada masyarakat,
biasanya terdiri dari sejumlah kata; gambar atau foto dalam tata warna. Media ini
mampu mencover banyak informasi dan pengetahuan kesehatan dalam format
penyajiannya. Leaflet bersifat fleksibel, dalam artian masyarakat sasaran dapat
membawa menyimpan, dan mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya
kapanpun dan dimanapun tanpa harus memiliki ketrampilan atau penggunaan
perkakas khusus. Namun penggunaan leaflet masih memiliki keterbatasan dalam
pencapaian sasarannya, karena leaflet biasa diedarkan hanya terbatas pada satu
kelompok sasaran pada momen dan tempat tertentu (Pribadi, 2010).
I. Metode Ceramah
Metode pendidikan kesehatan yang digunakan harus disesuaikan dengan
jumlah sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang sesuai
untuk kelompok besar adalah seminar atau ceramah, metode ceramah yaitu
metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada masyarakat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini cocok
ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Suatu
ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan
diceramahkan dan menguasai sasaran ceramah (Notoatmodjo, 1993). Metode
ceramah merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta
kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan
secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan
serta. Metode ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab
antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua
arah (Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001).
J. Kuesioner
Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan
memberi seperangkat pernyataan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pertanyaan terbuka) memuat pertanyaan
mengenai demografi responden sedangkan bagian kedua (pertanyaan tertutup)
memuat pertanyaan tentang variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap ,dan
tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada kuesioner ini digunakan skala
Likert (Azwar, 2005).
Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup, tujuannya
untuk memudahkan responden dalam menjawab, karena sudah diberikan 5 pilihan
jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu
seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan pernyataan positif
(favorable). Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab,
sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005).
Kuesioner dibuat dengan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak terjadi kesalahan
penafsiran dari responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk
pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorable
akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan STS).
Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih rendah
daripada respon negatif (Azwar, 2005).
K. Perilaku
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas yang merupakan hasil
akhir hubungan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti
perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi (Notoatmodjo, 1993).
Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi :
1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
2. Perilaku peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin apabila
seseorang dalam keadaan sehat
3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman agar dapat memelihara dan
Menurut Notoatmodjo (1993) sebelum seseorang melakukan perilaku yang
baru maka dalam diri orang tersebut akan terjadi suatu proses yang berurutan,
yakni sebagai berikut :
a. Awareness (kesadaran) adalah dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) yakni dimana seseorang mulai tertarik terhadap
stimulus.
c. Evaluation yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya, dalam hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik
lagi.
d. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo
(1993) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
tahapan-tahapan tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti
ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung
lama.
Menurut Notoatmodjo (1993) membagi perilaku manusia ke dalam tiga
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur–unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
individu yang akan menimbulkan suatu gambaran, konsep, persepsi dan fantasi
terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indera
(Dharmmesta dan Handoko, 2000). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur
dari responden. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yakni :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam
konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 1993).
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus dan kesiapan untuk bertindak tapi bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subyek. (Sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 1993). Sikap terdiri dari
empat tingkatan yaitu :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 1993)
3) Tindakan
Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan merupakan bagian dari perilaku
yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk aktif perilaku. Secara
teoritis, perilaku terbentuk dari stimulus yang mempengaruhi pengetahuan, sikap,
menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat langsung bertindak tanpa terlebih
dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya. Tindakan seseorang
tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Tindakan mempunyai beberapa
tingkatan sebagai berikut:
a) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
b) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.
c) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,
maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).
L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mengetahui kualitas tes. Uji validitas
pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada
tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir
bernilai positif dan atau ≥0,312 (Saryono, 2008). Uji validitas dalam penelitian ini
adalah validitas isi di mana validitas diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisa rasional.
2. Uji reliabilitas
Menurut Notoatmodjo (1993), reliabilitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan,
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
berulang-ulang. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang
angkanya berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi nilai koefisian reliabilitas
atau mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,
semakin rendah nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin
rendah reliabilitasnya (Azwar, 2005). Instrumen dapat memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut
menunjukkan hasil yang tetap.
M. Landasan Teori
Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi
iritasi lambung, dengan gejala khas berupa mual kadang disertai muntah, perut
kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas pada ulu hati dan dada meskipun
baru saja selesai makan. Penanganan sakit maag dapat dilakukan dengan
swamedikasi menggunakan obat antasida. Antasida bekerja dengan cara
Swamedikasi merupakan suatu tindakan mengobati diri sendiri dengan
menggunakan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab. Perilaku
swamedikasi yang terdiri dari tiga domain yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan
dapat ditingkatkan dengan pemberian edukasi kesehatan atau penyuluhan
kesehatan. Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering dilakukan adalah
metode ceramah atau tanya jawab. Alat bantu visual yang sering digunakan untuk
meningkatkan efektivitas ceramah adalah booklet dan leaflet. Melalui metode
ceramah dan leaflet akan diberikan informasi kepada masyarakat mengenai
swamedikasi maag, dari kedua metode tersebut diharapkan dapat diketahui
metode mana yang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku swamedikasi maag
yang baik dan benar.
N. Hipotesis
1. Pemberian edukasi berupa metode leaflet berpengaruh terhadap perubahan
perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan
maag).
2. Pemberian edukasi berupa metode ceramah berpengaruh terhadap perubahan
perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan
maag).
3. Metode leaflet lebih efektif daripada metode ceramah untuk perubahan perilaku
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research) dengan rancangan penelitian pretest posttest intervention
with control group. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari
hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk
mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan
etik untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya, 2003).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian ceramah dan
leaflet mengenai swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap perubahan
perilaku ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan. Kelompok eksperimen diberi
perlakuan atau intervensi yang berupa kelompok 1 diberi edukasi kesehatan
dengan ceramah dan kelompok 2 diberi edukasi dengan leaflet sedangkan
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Masing-masing kelompok diberi pretest
dan posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) adalah edukasi dengan metode ceramah dan
leaflet tentang pengobatan maag.
2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini yaitu perilaku
swamedikasi dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi
dengan kajian pengobatan maag pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan.
C. Definisi Operasional
1. Swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati atau
menghilangkan gejala penyakit diri sendiri atau anggota keluarga dengan
menggunakan obat tanpa resep, obat herbal, dan produk tradisional oleh
responden di dusun Nglawisan.
2. Pengobatan maag adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati atau
menghilangkan gejala maag.
3. Obat antasida adalah obat yang bekerja dengan cara menetralkan asam
lambung yang berlebih dan melindungi selaput lendir lambung.
4. Responden adalah ibu-ibu PKK usia 20-55 tahun status sudah menikah di
dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yang mengisi dan
mengembalikan kuesioner, serta bersedia menghadiri acara ceramah yang
diadakan peneliti yang memenuhi kriteria inklusi.
5. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi swamedikasi
tentang pengobatan maag kepada responden secara dua arah yang disampaikan
oleh peneliti.
6. Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian
swamedikasi maag yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar pada
7. Kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan pernyataan tertulis terkait dengan materi
swamedikasi maag.
8. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap yang
terwujud dalam tindakan untuk melakukan swamedikasi.
9. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang swamedikasi
maag.
10. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk
melakukan tindakan swamedikasi maag secara aman dan rasional yang
didasari oleh pengetahuan.
11. Tindakan adalah perilaku nyata dalam melakukan swamedikasi maag secara
aman dan rasional yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk
aktif.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan
desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yang mengisi dan mengembalikan
kuesioner, dan bersedia membaca leaflet yang telah diberikan serta bersedia
menghadiri edukasi dengan metode ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta
memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan dengan usia produktif (20-55 tahun) dan status sudah
menikah. Sedangkan kriteria eksklusinya yakni responden yang tidak selesai
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan
Muntilan. Perlakuan ceramah dilakukan di rumah ketua RT 04 karena tempatnya
strategis dan mudah dijangkau, pengisian pretest untuk kelompok ceramah yang
dilakukan sebelum pemberian intervensi dan pengisian posttest setelah satu bulan
diberi perlakuan ceramah juga dilakukan di rumah ketua RT 04. Lalu perlakuan
berupa pemberian leaflet, pengisian pretest dan posttest pada kelompok leaflet
dilakukan di rumah ketua RT 02 sedangkan pengisian pretest dan posttest
kelompok kontrol dilakukan di rumah ketua RT 01 dusun Nglawisan.
F. Bahan Penelitian 1. Populasi penelitian
Populasi penelitian yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan Kecamatan
Muntilan yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, bersedia menghadiri
edukasi yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.
2. Sampel dan teknik sampling
Subyek penelitian adalah ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa
Tamanagung Kecamatan Muntilan yang bersedia mengisi dan mengembalikan
kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi. Responden penelitian ditentukan
menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling dengan berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang
memiliki karakteristik yang dikehendaki (Saryono, 2008), karena tidak semua
untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel dilakukan oleh peneliti dan dipilih
ibu-ibu dengan usia produktif dan sudah menikah.
Sedangkan untuk penentuan kelompok perlakuan dilakukan dengan
merandom empat RT yang ada di dusun Nglawisan dengan menggunakan sistem
undian. Setelah melakukan undian didapatkan 1 RT untuk kelompok yang diberi
perlakuan leaflet yakni RT 02 dusun Nglawisan, 1 RT untuk kelompok perlakuan
ceramah yakni RT 04 dusun Nglawisan, dan 1 RT untuk kelompok kontrol yakni
RT 01 dusun Nglawisan.
3. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel
masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20 (Sugiyono, 2007).
Mengacu dari buku tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 30
sampel pada masing-masing kelompok agar didapatkan distribusi sampel yang
normal. Sampel terdiri atas tiga kelompok dimana terdiri atas kelompok yang
diberi intervensi berupa ceramah 30 sampel, kelompok yang diberi intervensi
berupa leaflet 30 sampel dan satu kelompok tidak diberikan intervensi apapun
yang digunakan sebagai kelompok kontrol dengan 30 sampel jadi total dari
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berkisar ±90 sampel.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa
digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan memberi seperangkat
pernyataan kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pertanyaan
terbuka) memuat pertanyaan mengenai demografi responden sedangkan bagian
kedua (pertanyaan tertutup) memuat pertanyaan tentang variabel penelitian yaitu
pengetahuan, sikap ,dan tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada
kuesioner ini digunakan skala Likert.
Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup, dengan
diberikan 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan
jawaban selalu benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kalimat
pernyataan, harus selalu seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan
pernyataan positif (favorable) (Azwar, 2005).
Untuk pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item
favorable akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan
STS). Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih
rendah daripada respon negatif (Azwar, 2005).
Kuesioner diuji dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian.
Uji yang dilakukan antara lain uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung
nilai alpha cronbach.
Materi edukasi tentang swamedikasi maag yang digunakan pada intervensi
ceramah. Materi tersebut merupakan materi standar yang digunakan dalam setiap
H. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan
Perijinan dimulai dengan meminta surat ijin penelitian dari Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma lalu memasukkan proposal penelitian dan
surat ijin penelitian ke bagian perijinan Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya dilakukan perijinan pada Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bakesbanglinmas Semarang, kemudian dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa,
Politik, dan Penanggulangan Bencana Mungkid Kabupaten Magelang untuk
diteruskan ke Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten
Magelang. Surat dari BPPT ini menjadi surat ijin untuk dibawa ke Kecamatan
Muntilan dan Kelurahan Tamanagung. Untuk perijinan tempat dalam mengadakan
ceramah dan surat undangan untuk warga, dilakukan perijinan ke Kelurahan
Tamanagung kemudian dilanjutkan ke tiap RT di dusun Nglawisan.
2. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi di dusun Nglawisan desa Tamanagung
Kecamatan Muntilan dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dan
penyebaran penduduk yang ada di dusun Nglawisan. Penelusuran data populasi
dilakukan mulai dari kantor kelurahan dan didapatkan data mengenai PKK di
dusun Nglawisan tersebut, jumlah keanggotaan serta persebaran usianya.
3. Pembuatan kuesioner
a. Penyusunan dan pembuatan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri
dari dua bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik demografi responden
pengetahuan, sikap, dan tindakan responden tentang swamedikasi maag. Pada
bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas
variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu perilaku
yang terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pernyataan
dalam kuesioner tersebut disusun dengan skala Likert dalam 5 pilihan SS=sangat
setuju, S=setuju, N=netral, TS=tidak setuju, dan STS=sangat tidak setuju. Pada
kuesioner teradapat tiga variabel yang terdiri atas variabel yang mengukur
pengetahuan, sikap dan tindakan. Sistem penilaian terdiri atas dua yang berbeda
untuk pernyataan favourable dan unfavourable. Untuk pernyataan yang termasuk
dalam favourable untuk jawaban SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1, sedangkan
untuk pernyataan yang termasuk dalam unfavourable untuk jawaban SS=1, S=2,
N=3, TS=4, STS=5.
Pada kuesioner terdapat tiga variabel yang terdiri atas variabel yang
mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan. Berikut ini dapat dilihat tabel yang
menunjukan ketiga variabel tersebut.
Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokannya Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner
Aspek Favourable Unfavourable
Pengetahuan 1, 2, 3 4, 5, 6
Sikap 8, 11 7, 9, 10, 12
Tindakan 14, 15, 16 13, 17, 18
b. Uji validitas. Uji validitas dilakukan kepada ibu-ibu dengan usia 20-55 tahun
status sudah menikah di daerah Paingan dan Babarsari Yogyakarta dimana daerah
ini berada di luar dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan karena
Tamanagung Kecamatan Muntilan sehingga uji validitas dilakukan di luar dusun
Nglawisan. Jumlah sampel yang digunakan pada uji validitas penelitian ini adalah
40 orang. Uji validitas pada pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat
kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan.
Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif
dan atau ≥0,312 (Saryono, 2008). Pada uji validitas ini, beberapa butir pernyataan
pada kuesioner yang belum valid dibuang, dan beberapa butir pernyataan lain
yang tidak dapat dibuang, dilakukan perbaikan dan penyusunan ulang kalimatnya
agar menjadi lebih valid.
Dari uji validitas yang telah dilakukan diperoleh 20 butir pernyataan yang
valid dan terdapat tujuh pernyataan yang tidak valid, sehingga ketujuh pernyataan
yang tidak valid tersebut dibuang kemudian saat pretest dan posttest untuk
kelompok kontrol, ceramah dan leaflet pernyataan yang digunakan dalam
kuesioner yakni pernyataan-pernyataan yang valid saja dan yang diambil yakni
berjumlah 18 butir pernyataan.
c. Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam
kuesioner yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
analisa statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien alpha
cronbach. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha >0,70 (Riwidikdo,
0,722 hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha diatas 0,70 sehingga kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini dikatakan reliabel.
Dari uji validitas dan reliabilitas diperoleh 18 butir pernyataan yang terdiri
dari 3 butir pernyataan favourable dan 3 butir pernyataan unfavourable yang
mengukur aspek pengetahuan. Pernyataan yang mengukur aspek sikap terdiri atas
2 pernyataan favourable dan 4 butir pernyataan unfavourable. Pernyataan yang
mengukur aspek tindakan terdiri atas 3 pernyataan favourable dan 3 butir
pernyataan unfavourable.
d. Pembuatan leaflet. Dalam penelitian ini menggunakan leaflet sebagai media
edukasi kesehatan tertulis yang dapat membantu dalam pemberian informasi
mengenai swamedikasi maag. Leaflet ini berisi informasi tentang definisi penyakit
maag, gejala penyakit, pilihan obat dan informasi tentang obat antasida. Informasi
yang tertulis pada leaflet didapatkan dari berbagai sumber antara lain buku dan
internet. Setelah penyusunan materi, tahap berikutnya membuat desain leaflet
semenarik mungkin kemudian mencetaknya. Pencetakan dilakukan sebanyak ±35
leaflet untuk dibagikan kepada sampel kelompok leaflet.
e. Penentuan kelompok perlakuan dan pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari tiap RT
yang dipilih.
1) Penentuan kelompok perlakuan menggunakan cara randomisasi
Penentuan RT yang akan digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan
cara rondomisasi. RT yang diberi intervensi ceramah, intervensi berupa leaflet
dengan menggunakan sistem undian. Sehingga didapat RT 01 untuk kelompok
kontrol, RT 02 untuk kelompok leaflet, dan RT 04 untuk kelompok ceramah
2) Pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari setiap RT yang dipilih
Penelitian ini ditujukan pada ibu-ibu PKK sudah menikah dengan usia
produktif di dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan. Responden
penelitian ditentukan menggunakan teknik sampling non-random yaitu purposive
sampling. Dari setiap RT pada kelompok perlakuan ditunjuk 30 orang dengan usia
produktif (20-55 tahun) dan berstatus sudah menikah yang bersedia mengikuti
edukasi ceramah atau mau membaca leaflet yang diberikan, serta mau mengisi
kuesioner. Sedangkan untuk kelompok kontrol diminta 30 orang dengan usia
produktif untuk mengisi kuesioner tersebut. Penentuan responden ditentukan oleh
peneliti.
f. Pelaksanaan intervensi.
1) Penyebaran undangan
Peneliti membagikan undangan kepada warga di tiga RT dusun Nglawisan
desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yaitu RT 04, RT 02, dan RT 01 untuk
menghadiri acara ceramah, leaflet dan kelompok tanpa intervensi yang diadakan
oleh peneliti.
2) Pelaksanaan ceramah dan leaflet
Intervensi kepada kelompok ceramah dan leaflet dilakukan secara terpisah.
Intervensi untuk kelompok ceramah dilakukan di rumah ketua RT 04, yang
dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan intervensi yaitu pemberian
Maria Wisnu Donowati,M.Si., Apt. dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Pada
kelompok leaflet, pelaksanaan intervensi dilakukan di rumah Ketua RT 02 dusun
Nglawisan. Sebelum diberikan leaflet, dilakukan pretest terlebih dahulu. Setelah
satu bulan diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku
setelah diberikan leaflet. Untuk kelompok kontrol yang tidak diberi inte