• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan pengaruh pemberian ceramah dan leaflet pada perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan : kajian pengobatan maag - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan pengaruh pemberian ceramah dan leaflet pada perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan : kajian pengobatan maag - USD Repository"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Eva Kristina NIM : 078114026

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

(KAJIAN PENGOBATAN MAAG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Eva Kristina NIM : 078114026

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

Ecclesiastes 3:11

He has made everything beautiful in its time. He has also set eternity in the hearts of men; yet they cannot fathom what God has

done from beginning to end.”

Spesial thanks to…

For My Lovely Family, Boyfriend, Bestfriends, & My Almamater

Give thanks to You for all You’ve done in my life..

What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear.

What a privilege to carry Everything to God in prayer.

What peace we often forfeit, What needless pain we bear,

All because we do not carry Everything to God in prayer.

You are my strength, my joy, my world, my endless true friend, my Father, my life, my everything…

(6)
(7)

vii

yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi

Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung Kecamatan Muntilan

(Kajian Pengobatan Maag)”.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu Farmasi (S. Farm.), program Studi

Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang

mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Gubernur Provinsi Jawa Tengah Bakesbanglinmas Semarang yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kecamatan Muntilan Jawa

Tengah.

2. Bapak dan ibu RT dusun Nglawisan Kecamatan Muntilan yang telah

memberi ijin dan memberikan bantuan yang besar selama proses

penelitian.

3. Para pengurus dan seluruh ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa

Tamanagung Kecamatan Muntilan yang telah membantu dalam penelitian

ini.

(8)

viii proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Phebe Hendra,M.Si.,Ph.D.,Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.

7. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.

8. Sekretariat yang membantu menyelesaikan administrasi, Mas Narto yang

telah membuat berbagai surat ijin sehingga membantu kelancaran proses

pengambilan data.

9. Papa (Hartanto) dan Mama (Sri Hartati), serta kakak (Andy Hartanto) atas

doa dan dukungannya selama ini.

10.Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma

Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.

11.Sahabat seperjuanganku dalam menempuh pendidikan semasa kuliah sejak

semester awal hingga saat ini, dan yang selalu setia menemani dan

membantuku dalam penelitian skripsi ini : Helen, Noviana Hertanto.

Terimakasih untuk kekompakan dan kerjasamanya hingga skripsi ini

selesai.

12.Teman-teman angkatan 2007 (khususnya kelas FKK-A), atas doa,

(9)

ix

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang

ada dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis mengaharapkan kritik dan

saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga

penelitian skripsi yang telah dilakukan penulis dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.

(10)
(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. vi

PRAKATA……….. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. x

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR GAMBAR……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

INTISARI……… xix

ABSTRACT………... xx

BAB I PENGANTAR………. 1

A. Latar Belakang……….. 1

1. Permasalahan……… 5

2. Keaslian penelitian……… 5

3. Manfaat praktis………. 7

B. Tujuan Penelitian……….. 7

1. Tujuan umum……… 7

(12)

xii

B. Maag……… 9

C. Penatalaksanaan Sakit Maag……….. 10

1. Penatalaksanaan non-farmakologis………. 10

2. Penatalaksanaan farmakologis………. 10

D. Swamedikasi………... 11

E. Obat Bebas……….. 12

F. Antasida………... 13

G. Edukasi Kesehatan………. 17

H. Metode Leaflet……… 19

I. Metode Ceramah………. 19

J. Kuesioner……….. 20

K. Perilaku……… 21

L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas……… 26

1. Uji validitas……… 26

2. Uji reliabilitas…..………. 27

M. Landasan Teori………... 27

N. Hipotesis……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN………. 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian……….…….. 29

B. Variabel Penelitian………... 29

(13)

xiii

1. Populasi penelitian………..……….………. 32

2. Sampel dan teknik sampling………. 32

3. Besar sampel………. 33

G. Instrumen Penelitian………..………... 33

H. Tata Cara Penelitian………... 35

1. Perijinan………... 35

2. Penelusuran data populasi………..……….. 35

3. Pembuatan kuesioner……….………... 35

a. Penyusunan dan pembuatan kuesioner………..……. 35

b. Uji validitas……….………... 36

c. Uji reliabilitas………..……… 37

d. Pembuatan leaflet……..……….. 38

e. Penentuan kelompok perlakuan dan pemilihan sampel ibu- ibu PKK dari tiap RT yang dipilih………. 38

1) Penentuan kelompok perlakuan menggunakan cara randomisasi………. 38

2) Pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari setiap RT yang dipilih………. 39

f. Pelaksanaan intervensi……….…….. 39

(14)

xiv

I. Pengolahan Data………..………...…. 40

1. Manajemen data……….………..….. 40

2. Analisis data……….….. 41

J. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian……….….... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….……... 45

A. Efektivitas Metode Leaflet terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan Maag)….………... 46

B. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK (Kajian Pengobatan Maag)……..……….. 51

C. Metode yang Paling Efektif terhadap Perubahan Swamedikasi pada Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan (Kajian Pengobatan Maag)……….. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….… 61

A. Kesimpulan………... 61

B. Saran………..……….. 61

DAFTAR PUSTAKA………... 63

LAMPIRAN……….. 66

(15)

xv

Variabel dalam Kuesioner………... 36

Tabel II. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan

Posttest Kelompok Kontrol dan Leaflet……… 47

Tabel III. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok

Kontrol dan Leaflet………. 50

Tabel IV. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan

Posttest Kelompok Kontrol dan Ceramah………. 51

Tabel V. Nilai Signifikansi Selisih Posttest-Pretest antara Kelompok

Kontrol dan Ceramah……….. 55

Tabel VI. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Leaflet tentang

Swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap Perubahan

(16)

xvi

Gambar 1. Anatomi Lambung……….... 8

Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung………..……… 10

Gambar 3. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan

Leaflet……….. 49

Gambar 4. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok Kontrol dan

Ceramah………...………... 54

Gambar 5. Selisih Rerata Pretest-Posttest pada Kelompok

(17)

xvii

penelitian………... 66

Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas

kuesioner……….. 70

Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan……….…… 72

Lampiran 4. Hasil uji chi-square untuk karakteristik umur

responden……… 75

Lampiran 5. Uji signifikansi efektifitas metode leaflet dan ceramah

terhadap perubahan perilaku tentang swamedikasi ibu-ibu

PKK (kajian pengobatan maag)………. 76

Lampiran 6. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok

kontrol dan leaflet………. 83

Lampiran 7. Nilai signifikansi selisih posttest-pretest antara kelompok

kontrol dan ceramah……….………. 85

Lampiran 8. Perbedaan pengaruh metode ceramah dan leaflet tentang

swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap

perubahan perilaku………. 88

Lampiran 9. Leaflet yang diberikan pada saat penelitian………. 90

Lampiran 10. Materi yang disampaikan saat ceramah……… 91

(18)

xviii

(19)

xix

produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung, dengan gejala mual, muntah, rasa nyeri serta panas pada ulu hati dan dada, sehingga dalam pengobatannya dapat dilakukan secara mandiri menggunakan obat antasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa metode ceramah dan leaflet pada perilaku swamedikasi di Dusun Nglawisan Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag), dan mengetahui metode edukasi mana yang paling efektif untuk meningkatkan aspek perilaku swamedikasi maag.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pretest posttest intervention with control group. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa ceramah dan leaflet

dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan cara masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest menggunakan kuesioner setelah satu bulan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap perubahan perilaku responden. Perbandingan pretest dan posttest dianalisis dengan uji Paired T-Test untuk data terdistribusi normal, jika tidak normal menggunakan uji

Wilcoxon. Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan perlakuan

dianalisis dengan uji Independent T-Test untuk data terdistribusi normal, jika tidak normal menggunakan uji Mann-Whitney.

Dari hasil analisis data menunjukkan intervensi leaflet efektif untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sedangkan intervensi ceramah efektif untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan dan tindakan, namun kurang efektif untuk mempengaruhi perubahan sikap. Hasil analisis data menunjukkan bahwa metode leaflet tidak lebih efektif dibandingkan metode ceramah untuk perubahan pengetahuan dan sikap, namun untuk perubahan tindakan metode leaflet lebih efektif dibandingkan metode ceramah.

(20)

xx

that occurs due to increased production of stomach acid. Symptoms include nausea, vomiting, pain in the pit of the stomach and chest so that treatment can be done with self-medication using antacids. Research in Nglawisan, Muntilan aims to investigate the effect of educational lecture method and leaflet on self-medication behavior. Moreover, this study also aims to determine which educational methods are most effective for improving aspects of behavioral assessment heartburn self-medication.

Type of research using in this problem was quasi-experimental, with pretest posttest design with control group intervention. This study consisted of two experimental groups. The first group was treated in the form of lecture and leaflet, while others are not given treatment. Data were collected by each group using pretest and posttest on the questionnaire after one month to determine the effects of the treatment of behavioral changes of respondents. Comparison of pretest and posttest were analyzed using Paired T-Test for normally distributed data or Wilcoxon test if the data was not distributed normally. Moreover, comparisons between the control and treatment groups were compared by using Independent T-Test for normally distributed data or the Mann-Whitney test if the data was not distributed normally.

From the analysis of data showed the intervention of leaflet was effective to influence changes in knowledge, attitudes, and actions while the intervention of the lecture was effective to influence changes in knowledge and action, but less effective to influence change in attitudes. The results of data analysis showed that the leaflet was less effective method than the lecture method to change knowledge and attitudes, but for the changing of action leaflet method was more effective than lecture method.

(21)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri

sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi

penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan

Hall, 1990).

Perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia

yang mengeluh sakit proporsi terbesar yakni dengan swamedikasi. Menurut

WHO, terjadi peningkatan masyarakat dalam menangani penyakit mereka dengan

swamedikasi tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker (WHO, 1998).

Kenyataan ini didukung laporan bahwa lebih kurang 82% masyarakat melakukan

praktek swamedikasi (Donatus, 1997). Sekarang ini semakin banyak masyarakat

memilih swamedikasi, hal ini disebabkan banyak produk obat tanpa resep yang

beredar, maraknya iklan obat di media cetak dan media elektronik, serta

kecenderungan masyarakat memilih pengobatan sendiri bagi mereka yang tinggal

di daerah terpencil yang jarang terdapat praktek dokter, motivasi masyarakat

untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri.

Akibat semakin meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk

melakukan swamedikasi, hal ini dapat menyebabkan swamedikasi yang dilakukan

masyarakat menjadi sangat boros karena konsumsi obat-obat yang sebenarnya

tidak dibutuhkan, atau justru dapat berbahaya karena adanya kesalahan

(22)

pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan aturan

pakainya. Obat bebas dan obat bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping,

sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, dosis, lama pemakaian

yang benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang resiko efek samping

dan kontraindikasinya (Lazarus, Tsechkovski, dan Tarakova, 2002).

Maag merupakan penyakit yang umum diderita masyarakat. Upaya

pengobatan sendiri umum dilakukan masyarakat ketika terserang sakit maag

dengan mengkonsumsi obat-obat tradisional maupun menggunakan obat tanpa

resep yang salah satunya yakni obat golongan antasida yang banyak dijual di

apotek, maupun toko obat. Masyarakat yang menderita maag umumnya

melakukan upaya pengobatan karena maag membuat mereka terganggu terutama

pada saat beraktivitas atau bekerja.

Ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan

menjadi pilihan dilakukannya penelitian ini dengan pertimbangan berdasarkan

data Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa tahun 2009 yang didapatkan

dari kantor kelurahan, Tamanagung merupakan salah satu desa dari 14 desa di

Kecamatan Muntilan yang luas wilayah dan jumlah penduduknya paling besar

dibanding desa-desa lainnya kemudian Nglawisan merupakan salah satu dusun

dari 12 dusun di desa Tamanagung yang memiliki jumlah penduduk paling

banyak dibanding dusun lainnya yakni 676 orang. Penelitian ini dilakukan pada

ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan

sampel dilakukan atas pertimbangan, seorang ibu adalah tokoh yang berperan

(23)

berguna dalam pengobatan maag secara benar di dalam keluarga, kemudian

ibu-ibu PKK merupakan salah satu media yang tepat dalam pemberian edukasi

dimana informasi yang telah diberikan pada ibu-ibu PKK dapat disampaikan

kembali kepada masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan rutin yang dilakukan

setiap bulannya. Sehingga adanya penelitian diharapkan ibu-ibu PKK desa

Nglawisan dapat dijadikan sebagai panutan untuk warga lain dalam berperilaku

swamedikasi maag dengan secara benar.

Menurut wawancara pribadi peneliti dengan apoteker yang ada di apotek

desa Tamanagung diketahui bahwa masyarakat di dusun Nglawisan desa

Tamanagung cenderung untuk mengobati sakit maag dengan cara swamedikasi

tanpa berkonsultasi dengan dokter, selain itu dengan melakukan swamedikasi

maka masyarakat dapat menghemat banyak waktu dan biaya. Oleh karena itu

diperlukan adanya peningkatan tanggung jawab masyarakat untuk memastikan

pengobatan yang mereka pilih sesuai dengan kebutuhan, keselamatan dan

keefektifannya. Peningkatan tanggung jawab tersebut dapat dilakukan dengan

pemberian informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan

untuk melakukan swamedikasi secara rasional, aman dan efektif. Pemberian

informasi tentang swamedikasi ini merupakan salah satu dari peran farmasis

(WHO, 1998) dalam promosi kesehatan yang salah satunya dapat dilakukan

dengan pemberian edukasi.

Terdapat berbagai macam metode pemberian edukasi kesehatan kepada

masyarakat antara lain metode ceramah dan seminar untuk kelompok besar, dan

(24)

kelompok kecil. Alat bantu edukasi kesehatan yang ada saat ini seperti booklet,

leaflet, selebaran, poster, foto, televisi, radio, internet, dan papan-papan yang

dipasang di tempat-tempat umum. Dengan adanya pemberian edukasi kesehatan

dapat meningkatkan aspek perilaku masyarakat yang mendapat edukasi tersebut.

Aspek perilaku yang dimaksud terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

Menurut Notoatmodjo (1993), proses edukasi dengan tulisan (leaflet, booklet,

selebaran) mempunyai efektifitas/intensitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi

bahan edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan

kata-kata seperti ceramah atau seminar. Hal ini juga didukung dari penelitian para

ahli bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak

adalah mata. Kurang lebih 75% - 87% dari pengetahuan manusia diperoleh dari

melalui mata. Sedangkan 13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat bantu edukasi visual lebih mempermudah

cara penyampaian dan penerimaan informasi/edukasi (Notoatmodjo, 1993).

Dari uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah

pemberian edukasi dengan metode ceramah atau leaflet dapat meningkatkan aspek

perilaku swamedikasi masyarakat di dusun Nglawisan kajian pengobatan maag.

Pada penelitian ini metode edukasi yang dipilih adalah ceramah karena metode

ceramah cocok untuk kelompok besar yakni dengan jumlah peserta lebih dari 15

orang, metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

rendah, dan merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan

fakta kesehatan. Sedangkan metode kedua yakni dengan pemberian leaflet karena

(25)

memberikan informasi kesehatan, metode ini mampu mencover banyak informasi

kesehatan dalam format yang menarik, bersifat fleksibel artinya masyarakat dapat

membawa menyimpan dan mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya

kapanpun dan di manapun. Sehingga dengan digunakannya dua metode edukasi

tersebut dapat untuk mengetahui metode edukasi mana yang paling efektif untuk

meningkatkan aspek perilaku swamedikasi kajian pengobatan maag yang meliputi

pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan harapan terbentuk perilaku swamedikasi

yang rasional.

1. Permasalahan

1. Bagaimanakah efektivitas perubahan perilaku swamedikasi pada

ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan dengan metode leaflet (kajian

pengobatan maag)?

2. Bagaimanakah efektivitas perubahan perilaku swamedikasi pada

ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan dengan metode ceramah (kajian

pengobatan maag)?

3. Manakah metode yang paling efektif terhadap perubahan perilaku

swamedikasi pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian

pengobatan maag)?

2. Keaslian penelitian

Penelitian tentang perbedaan pengaruh pemberian ceramah dan leaflet

pada swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan desa Tamanagung

Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag) dengan usia 20-55 tahun dan

(26)

yang terkait tentang pengaruh edukasi terhadap aspek perilaku swamedikasi

dengan metode edukasi penyuluhan, oleh peneliti lain dengan judul berikut ini :

a. Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada

Ibu-Ibu Non Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul oleh

Widiastuti (2009). Metode edukasi yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan metode penyuluhan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan

bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi common

cold pada ibu-ibu non kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk

pengetahuan 0,000; sikap 0,000; dan tindakan 0,002, berarti secara statistik

pemberian edukasi berpengaruh secara bermakna terhadap pengetahuan, sikap,

dan tindakan perilaku swamedikasi common cold.

b. Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada

Kader-Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul oleh Prabaningrum

(2009). Metode edukasi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode

penyuluhan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian

edukasi berpengaruh terhadap perilaku swamedikasi common cold pada ibu-ibu

kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan 0,000; sikap 0,000;

dan tindakan 0,011, berarti secara statistik pemberian edukasi berpengaruh secara

bermakna terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan perilaku swamedikasi

common cold.

Penelitian tersebut berbeda pada hal tujuan penelitian, subjek penelitian,

waktu penelitian, lokasi penelitian, dan kajian penelitian. Penelitian yang

(27)

pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun

Nglawisan tahun 2010.

3. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan

farmasis dan Departemen Kesehatan untuk menentukan metode yang sesuai dalam

promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

swamedikasi yang rasional (kajian pengobatan maag).

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa

metode ceramah dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan

tindakan swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan desa Tamanagung

Kecamatan Muntilan (kajian pengobatan maag).

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Efektivitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi

pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).

b. Efektivitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi

pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan maag).

c. Metode yang paling efektif terhadap perubahan perilaku swamedikasi

(28)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Lambung

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat

di daerah epigastrik, di bawah diafragma dan di depan pankreas. Kapasitas normal

lambung adalah 1-2 liter. Secara anatomi lambung terdiri dari fundus, batang

utama, dan antrum pilorik (gambar 1). Lambung berhubungan dengan osofagus

melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orisium pilorik (Price

dan Wilson, 1984).

Gambar 1. Anatomi Lambung (Wikidict, 2010)

Lambung memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai fungsi motorik,

yaitu menampung dan menyimpan makanan dari osofagus melalui orifisium

kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, memecahkan makanan menjadi

partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui

kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Sebagai fungsi pencernaan dan sekresi,

yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sekresi mukus yang membentuk

selubung dan melindungi lambung serta sebagai pelumas agar makanan lebih

mudah diangkut (Price dan Wilson, 1984).

(29)

B. Maag

Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi

iritasi lambung. Maag atau sakit lambung memiliki gejala khas berupa mual

kadang disertai muntah, perut kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas

pada ulu hati dan dada meskipun baru saja selesai makan (Depkes, 2006).

Pada penyakit maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas

pada dinding lambung; mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya produksi

asam lambung sesaat atau akibat makanan yang merangsang terlalu banyak.

Sedangkan pada maag kronis penderita bisa mengalami pembengkakan atau

radang pada dinding lambung, luka sampai perdarahan (Depkes, 2006).

Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena makanan atau

minuman yang merangsang lambung yaitu makanan yang pedas atau asam, kopi,

alkohol, serta kebiasaan merokok; faktor stres baik stres fisik (setelah

pembedahan, penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental; obat-obat tertentu

yang digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat rematik, anti inflamasi);

pola makan yang tidak teratur (Depkes, 2006).

Bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa barier dan terjadi difusi

balik ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam

lambung (gambar 2), timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh

kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut atau kronik dan tukak lambung.

Tukak lambung yang letaknya dekat pilorus atau dijumpai bersama dengan tukak

duodenum biasanya disertai hipersekresi asam, sedangkan bila lokasinya pada

(30)

Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung (Wikidict, 2010)

C. Penatalaksanaan Sakit Maag 1. Penatalaksanaan non-farmakologis

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

b.Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, rokok,

soft drink dan stres

c. Atur pola makan dengan porsi kecil tetapi frekuensi lebih sering

d. Makan makanan yang lunak/mudah dicerna (Irma, 2008).

2. Penatalaksanaan farmakologis

Yakni dengan menggunakan obat-obatan yang meliputi antasida (bekerja

dengan cara menetralkan asam lambung sehingga melindungi selaput

lendir lambung dari kerusakan),obat golongan antikolinergik (menghambat

pengeluaran asam lambung) dan golongan prokinetik (mencegah

(31)

D. Swamedikasi

Menurut Holt dan Hall (1990), swamedikasi atau pengobatan sendiri

diartikan sebagai tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat

tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat

dan bertanggung jawab.

Swamedikasi merupakan upaya yang paling sering dilakukan masyarakat

untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Untuk melakukan swamedikasi

secara benar, maka masyarakat harus mampu mengetahui : jenis obat yang

diperlukan untuk mengatasi penyakitnya; kegunaan tiap obat; cara pakai, aturan,

lama pemakaian, dan batas kapan mereka harus menghentikan swamedikasi dan

segera minta pertolongan petugas kesehatan; efek samping obat yang digunakan

sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian itu

suatu penyakit baru atau efek samping obat; siapa yang tidak boleh menggunakan

obat tersebut (Binfar Depkes, 2008).

Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut Holt dan Hall

(1990) aman bila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif untuk menghilangkan

keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting, biaya pembelian obat relatif lebih

murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu

mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan (Supardi dan Notosiswoyo 2005).

Kekurangan swamedikasi menurut Holt dan Hall (1990) yakni obat

membahayakan kesehatan bila tidak digunakan sesuai dengan aturan pakai,

kesalahan penggunaan obat karena informasi yang kurang lengkap dari iklan obat,

(32)

menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Supardi dan

Notosiswoyo, 2005).

Menurut Covington (2000), perawatan dan pengobatan mandiri

(swamedikasi) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Perilaku konsumen, antara lain motivasi dan tanggungjawab untuk

mempelajari penyakit yang diderita dan cara perawatannya, penghargaan

terhadap nilai kesehatan, keseriusan penerimaan penyakit yang berpengaruh pada

keputusan tipe perawatan kesehatan yang dipilih serta pengaruh dari orang lain

(teman, keluarga, dan tenaga kesehatan).

2. Karakter demografi, meliputi usia, jumlah keluarga, jenis kelamin dan status

sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah atau daerah

tertentu.

3. Keadaan ekonomi, meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan

kesehatan (produk dan pelayanan), ketersediaan dan kemudahan mendapatkan

produk perawatan kesehatan.

4. Pendidikan dan pengetahuan konsumen, meliputi tersedianya informasi yang

berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media informasi

dan label dalam kemasasn obat, serta adanya alternatif perawatan kesehatan

seperti terapi herbal.

E. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat

(33)

obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas

di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, dengan tanda khusus pada

kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna

hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan,

misalnya : parasetamol. Sedangkan obat bebas terbatas adalah obat yang

sebenarnya termasuk obat keras tetapi dalam jumlah tertentu masih dapat dijual

atau dibeli bebas di apotek tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda

peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah

lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, contoh : CTM ® yakni obat

untuk antihistamin dan antialergi (Depkes, 2006).

Berkaitan dengan pengobatan sendiri telah dikeluarkan berbagai peraturan

perundangan. Menurut SK Menkes No.2380/1983 pengobatan sendiri hanya boleh

menggunakan obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Semua obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib

mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat

berkhasiat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain yang diperlukan (SK

Menkes No.917/1993) (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).

F. Antasida

Antasida bekerja dengan cara menetralkan asam lambung yang berlebih

dan melindungi selaput lendir lambung. Antasida dapat meringankan gejala-gejala

yang muncul pada kelebihan asam lambung, penyakit dispepsia tukak maupun

(34)

duabelas jari dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, perasaan penuh pada

lambung, nyeri ulu hati (Badan POM RI, 2008).

Sediaan antasida dapat digolongkan menjadi :

1. Antasida dengan kandungan aluminium dan atau magnesium

Senyawa alumunium merupakan suatu zat koloid yang terdiri dari

alumunium hidroksida dan aluminium oksida yang terikat pada molekul air.

Aluminium hidroksida akan melapisi selaput lendir lambung sebagai pelapisan

pelindung. Sedangkan magnesium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium

trisilikat efektif dalam mengikat asam serta dapat melepaskan silisium oksida

yang akan melapisi selaput lendir lambung dengan lapisan pelindung (Badan

POM RI, 2008).

Antasida yang mengandung magnesium atau aluminium yang relatif tidak

larut dalam air seperti magnesium karbonat, hidroksida, dan trisiklat serta

aluminium glisinat dan hidroksida bekerja lama bila berada dalam lambung

sehingga sebagian besar tujuan pemberian antasida tercapai. Sediaan yang

mengandung magnesium dapat menyebabkan efek samping berupa diare,

sedangkan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan efek samping

konstipasi (Sukandar dkk, 2008).

a. Aluminium Hidroksida

Indikasi: hiperfosfatemia, pengobatan untuk hiperasiditas lambung

(35)

Dosis: suspensi : 10 ml 5-6 kali perhari diminum diantara makan dan

sebelum tidur atau bila diperlukan. Tablet : 1-2 tablet (300 mg) 5-6 kali

perhari diminum saat makan dan sebelum tidur bila diperlukan.

Contoh: Mylanta® suspensi, Corsamag® tablet, Amphojel® (Lacy,

Armstrong, Golman, dan Lance, 2003).

b. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida

Indikasi: antasida (menetralkan asam lambung yang berlebih),

hiperfosfatemia

Dosis: oral : 5-10 ml 4-6 kali perhari, diminum diantara makan dan

sebelum tidur atau bila diperlukan.

Contoh : Maalox® 10-20 ml 4 kali perhari, Mylanta® (Lacy dkk, 2003).

c. Kombinasi Mg(OH)2, CaCO3, Famotidin

Indikasi: untuk mengatasi gejala yang berhubungan dengan kelebihan

asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak duodeni

Peringatan: gangguan ginjal, gangguan hati, hamil, menyusui; tidak

dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas

petunjuk dokter

Efek samping: diare, konstipasi, mual, muntah, sakit kepala, gangguan

irama jantung dan ruam kulit

Dosis: dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: sehari 2 x 1 tablet kunyah,

diminum jika timbul gejala atau 1 jam sebelum makan. Maksimum 2

tablet/hari (2 tablet dalam 24 jam). Untuk anak <12 tahun: sesuai petunjuk

(36)

Contoh: Promag double action® tablet, Magard FA® tablet,

Neosanmag/Neosanmag Fast® tablet (Badan POM RI, 2008).

d. Kompleks Magnesium Hidrotalsit

Indikasi: untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan

kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak duodeni dengan gejala

seperti mual, kembung dan perasaan penuh pada lambung.

Peringatan: gangguan ginjal, diet rendah fosfat, pemakaian jangka panjang

Dosis: Dewasa : 3-4 kali sehari, 1-2 tablet. Anak-anak 6-12 tahun : sehari

3-4 kali, ½-1 tablet. Dianjurkan untuk minum obat ini segera pada saat

timbul gejala dan dilanjutkan 1-2 jam sebelum makan atau setelah makan

dan sebelum tidur malam. Dapat diminum dengan air atau dikunyah

langsung.

Contoh: Promag® tablet (Badan POM RI, 2008).

e. Magnesium Karbonat

Indikasi: dispepsia

Peringatan: gangguan ginjal

Efek samping: diare, bersendawa karena terlepasnya CO2

Dosis: 1-2 tablet dikunyah 4 kali sehari, dan sebelum tidur atau bila

diperlukan; suspensi: 10 ml 3 kali sehari

Contoh magnesium karbonat kombinasi: Saclon® tablet, Simeco® tablet

(Badan POM RI, 2008).

f. Aluminium Hidroksida dan Magnesium Trisilikat

(37)

Peringatan: gangguan ginjal.

Dosis: 2-4 tablet kunyah, diberikan hingga 4 kali sehari dan sebelum tidur

atau bila diperlukan.

Contoh: Gaviscon® (Lacy dkk, 2003).

2. Antasida dengan kandungan natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air dan bekerja

cepat. Namun, bikarbonat yang terabsorpsi menyebabkan alkalosis terutama bila

digunakan dalam dosis yang berlebih. Seperti antasida lainnya yang mengandung

karbonat, terlepasnya karbon dioksida menyebabkan sendawa. Pemberian natrium

bikarbonat dan sediaan antasida yang kandungan natriumnya tinggi, seperti

campuran magnesium trisiklat harus dihindari pada pasien yang sedang diet garam

(pada gagal jantung, gangguan hati dan ginjal) (Sukandar dkk, 2008).

3. Antasida dengan kandungan simetikon

Simetikon (bentuk aktif dimetikon), diberikan sendiri atau ditambahkan

pada antasida sebagai antibuih untuk meringankan kembung. Pada perawatan

paliatif dapat mengatasi cegukan. Contoh : Waisan® suspensi, Waisan forte®

serbuk, Lagesil® tablet, Lambucid® tablet, Corsamag® tablet (Badan POM RI,

2008).

G. Edukasi Kesehatan

Edukasi merupakan suatu proses penyampaian materi pendidikan oleh

pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai tujuan berupa perubahan

(38)

pada perubahan perilaku sehat. Pendidik kesehatan ialah semua petugas kesehatan

dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu atau masyarakat guna

meningkatkan kesehatan mereka. Individu, kelompok ataupun masyarakat

dianggap sebagai sasaran (objek) pendidikan dan dapat pula sebagai subjek

(pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila mereka diikutsertakan di dalam

usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (1993) pendidikan kesehatan atau penyuluhan

kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi,

bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai

upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidikan kesehatan pada

dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka

dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Sarwono,

1997). Macam-macam metode edukasi kesehatan yang umum digunakan yakni

ceramah dan seminar untuk peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang; metode

diskusi kelompok, kelompok-kelompok kecil, curah pendapat dan memainkan

peran untuk peserta yang berjumlah kurang dari 15 orang; metode leaflet, booklet,

selebaran, dan poster untuk metode edukasi visual (Notoatmodjo, 1993).

Metode edukasi visual yang menggunakan tulisan mempunyai

efektifitas/intensitas yang lebih tinggi untuk mempresepsi bahan

edukasi/pengajaran daripada penyampaian edukasi yang hanya dengan kata-kata

seperti ceramah atau seminar. Hal ini juga didukung dari penelitian para ahli

bahwa indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah

(39)

mata. Sedangkan 13% - 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. Dari sini

dapat disimpulkan bahwa alat bantu edukasi visual lebih mempermudah cara

penyampaian dan penerimaan informasi/edukasi (Notoatmodjo, 1993).

H. Metode Leaflet

Leaflet merupakan bentuk media visual yang paling umum digunakan

dalam upaya memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan pada masyarakat,

biasanya terdiri dari sejumlah kata; gambar atau foto dalam tata warna. Media ini

mampu mencover banyak informasi dan pengetahuan kesehatan dalam format

penyajiannya. Leaflet bersifat fleksibel, dalam artian masyarakat sasaran dapat

membawa menyimpan, dan mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya

kapanpun dan dimanapun tanpa harus memiliki ketrampilan atau penggunaan

perkakas khusus. Namun penggunaan leaflet masih memiliki keterbatasan dalam

pencapaian sasarannya, karena leaflet biasa diedarkan hanya terbatas pada satu

kelompok sasaran pada momen dan tempat tertentu (Pribadi, 2010).

I. Metode Ceramah

Metode pendidikan kesehatan yang digunakan harus disesuaikan dengan

jumlah sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang sesuai

untuk kelompok besar adalah seminar atau ceramah, metode ceramah yaitu

metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan

kepada masyarakat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini cocok

(40)

ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Suatu

ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi yang akan

diceramahkan dan menguasai sasaran ceramah (Notoatmodjo, 1993). Metode

ceramah merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta

kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan

secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan

serta. Metode ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab

antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua

arah (Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001).

J. Kuesioner

Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan

memberi seperangkat pernyataan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner

terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pertanyaan terbuka) memuat pertanyaan

mengenai demografi responden sedangkan bagian kedua (pertanyaan tertutup)

memuat pertanyaan tentang variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap ,dan

tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada kuesioner ini digunakan skala

Likert (Azwar, 2005).

Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup, tujuannya

untuk memudahkan responden dalam menjawab, karena sudah diberikan 5 pilihan

jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu

(41)

seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan pernyataan positif

(favorable). Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab,

sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005).

Kuesioner dibuat dengan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan

benar sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak terjadi kesalahan

penafsiran dari responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk

pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorable

akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan STS).

Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih rendah

daripada respon negatif (Azwar, 2005).

K. Perilaku

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas yang merupakan hasil

akhir hubungan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti

perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi (Notoatmodjo, 1993).

Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi :

1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

2. Perilaku peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin apabila

seseorang dalam keadaan sehat

3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman agar dapat memelihara dan

(42)

Menurut Notoatmodjo (1993) sebelum seseorang melakukan perilaku yang

baru maka dalam diri orang tersebut akan terjadi suatu proses yang berurutan,

yakni sebagai berikut :

a. Awareness (kesadaran) adalah dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) yakni dimana seseorang mulai tertarik terhadap

stimulus.

c. Evaluation yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya, dalam hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik

lagi.

d. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo

(1993) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahapan-tahapan tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti

ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung

lama.

Menurut Notoatmodjo (1993) membagi perilaku manusia ke dalam tiga

(43)

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan unsur–unsur yang mengisi akal dan alam jiwa

individu yang akan menimbulkan suatu gambaran, konsep, persepsi dan fantasi

terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indera

(Dharmmesta dan Handoko, 2000). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur

dari responden. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yakni :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

(44)

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam

konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo, 1993).

2) Sikap

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus dan kesiapan untuk bertindak tapi bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

(45)

suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subyek. (Sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 1993). Sikap terdiri dari

empat tingkatan yaitu :

a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(obyek).

b) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 1993)

3) Tindakan

Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan merupakan bagian dari perilaku

yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk aktif perilaku. Secara

teoritis, perilaku terbentuk dari stimulus yang mempengaruhi pengetahuan, sikap,

(46)

menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat langsung bertindak tanpa terlebih

dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya. Tindakan seseorang

tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Tindakan mempunyai beberapa

tingkatan sebagai berikut:

a) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan

dengan tindakan yang diambil.

b) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.

c) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,

maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

d) Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).

L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah

mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mengetahui kualitas tes. Uji validitas

pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur dengan

menggunakan analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada

tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir

(47)

bernilai positif dan atau ≥0,312 (Saryono, 2008). Uji validitas dalam penelitian ini

adalah validitas isi di mana validitas diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisa rasional.

2. Uji reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (1993), reliabilitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan,

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

berulang-ulang. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang

angkanya berada dalam rentang 0-1. Semakin tinggi nilai koefisian reliabilitas

atau mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,

semakin rendah nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin

rendah reliabilitasnya (Azwar, 2005). Instrumen dapat memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut

menunjukkan hasil yang tetap.

M. Landasan Teori

Sakit maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi

iritasi lambung, dengan gejala khas berupa mual kadang disertai muntah, perut

kembung, rasa nyeri atau pedih serta rasa panas pada ulu hati dan dada meskipun

baru saja selesai makan. Penanganan sakit maag dapat dilakukan dengan

swamedikasi menggunakan obat antasida. Antasida bekerja dengan cara

(48)

Swamedikasi merupakan suatu tindakan mengobati diri sendiri dengan

menggunakan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab. Perilaku

swamedikasi yang terdiri dari tiga domain yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan

dapat ditingkatkan dengan pemberian edukasi kesehatan atau penyuluhan

kesehatan. Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering dilakukan adalah

metode ceramah atau tanya jawab. Alat bantu visual yang sering digunakan untuk

meningkatkan efektivitas ceramah adalah booklet dan leaflet. Melalui metode

ceramah dan leaflet akan diberikan informasi kepada masyarakat mengenai

swamedikasi maag, dari kedua metode tersebut diharapkan dapat diketahui

metode mana yang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku swamedikasi maag

yang baik dan benar.

N. Hipotesis

1. Pemberian edukasi berupa metode leaflet berpengaruh terhadap perubahan

perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan

maag).

2. Pemberian edukasi berupa metode ceramah berpengaruh terhadap perubahan

perilaku swamedikasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan (kajian pengobatan

maag).

3. Metode leaflet lebih efektif daripada metode ceramah untuk perubahan perilaku

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi

experimental research) dengan rancangan penelitian pretest posttest intervention

with control group. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari

hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk

mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan

etik untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya, 2003).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian ceramah dan

leaflet mengenai swamedikasi (kajian pengobatan maag) terhadap perubahan

perilaku ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan. Kelompok eksperimen diberi

perlakuan atau intervensi yang berupa kelompok 1 diberi edukasi kesehatan

dengan ceramah dan kelompok 2 diberi edukasi dengan leaflet sedangkan

kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Masing-masing kelompok diberi pretest

dan posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) adalah edukasi dengan metode ceramah dan

leaflet tentang pengobatan maag.

(50)

2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini yaitu perilaku

swamedikasi dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi

dengan kajian pengobatan maag pada ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan.

C. Definisi Operasional

1. Swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati atau

menghilangkan gejala penyakit diri sendiri atau anggota keluarga dengan

menggunakan obat tanpa resep, obat herbal, dan produk tradisional oleh

responden di dusun Nglawisan.

2. Pengobatan maag adalah tindakan yang dilakukan untuk mengobati atau

menghilangkan gejala maag.

3. Obat antasida adalah obat yang bekerja dengan cara menetralkan asam

lambung yang berlebih dan melindungi selaput lendir lambung.

4. Responden adalah ibu-ibu PKK usia 20-55 tahun status sudah menikah di

dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yang mengisi dan

mengembalikan kuesioner, serta bersedia menghadiri acara ceramah yang

diadakan peneliti yang memenuhi kriteria inklusi.

5. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi swamedikasi

tentang pengobatan maag kepada responden secara dua arah yang disampaikan

oleh peneliti.

6. Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian

swamedikasi maag yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan gambar pada

(51)

7. Kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan pernyataan tertulis terkait dengan materi

swamedikasi maag.

8. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap yang

terwujud dalam tindakan untuk melakukan swamedikasi.

9. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang swamedikasi

maag.

10. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk

melakukan tindakan swamedikasi maag secara aman dan rasional yang

didasari oleh pengetahuan.

11. Tindakan adalah perilaku nyata dalam melakukan swamedikasi maag secara

aman dan rasional yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk

aktif.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan

desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yang mengisi dan mengembalikan

kuesioner, dan bersedia membaca leaflet yang telah diberikan serta bersedia

menghadiri edukasi dengan metode ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta

memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa Tamanagung

Kecamatan Muntilan dengan usia produktif (20-55 tahun) dan status sudah

menikah. Sedangkan kriteria eksklusinya yakni responden yang tidak selesai

(52)

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan

Muntilan. Perlakuan ceramah dilakukan di rumah ketua RT 04 karena tempatnya

strategis dan mudah dijangkau, pengisian pretest untuk kelompok ceramah yang

dilakukan sebelum pemberian intervensi dan pengisian posttest setelah satu bulan

diberi perlakuan ceramah juga dilakukan di rumah ketua RT 04. Lalu perlakuan

berupa pemberian leaflet, pengisian pretest dan posttest pada kelompok leaflet

dilakukan di rumah ketua RT 02 sedangkan pengisian pretest dan posttest

kelompok kontrol dilakukan di rumah ketua RT 01 dusun Nglawisan.

F. Bahan Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi penelitian yaitu ibu-ibu PKK dusun Nglawisan Kecamatan

Muntilan yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, bersedia menghadiri

edukasi yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.

2. Sampel dan teknik sampling

Subyek penelitian adalah ibu-ibu PKK dusun Nglawisan desa

Tamanagung Kecamatan Muntilan yang bersedia mengisi dan mengembalikan

kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi. Responden penelitian ditentukan

menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling dengan berdasarkan

pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang

memiliki karakteristik yang dikehendaki (Saryono, 2008), karena tidak semua

(53)

untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel dilakukan oleh peneliti dan dipilih

ibu-ibu dengan usia produktif dan sudah menikah.

Sedangkan untuk penentuan kelompok perlakuan dilakukan dengan

merandom empat RT yang ada di dusun Nglawisan dengan menggunakan sistem

undian. Setelah melakukan undian didapatkan 1 RT untuk kelompok yang diberi

perlakuan leaflet yakni RT 02 dusun Nglawisan, 1 RT untuk kelompok perlakuan

ceramah yakni RT 04 dusun Nglawisan, dan 1 RT untuk kelompok kontrol yakni

RT 01 dusun Nglawisan.

3. Besar sampel

Besar sampel pada penelitian yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel

masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20 (Sugiyono, 2007).

Mengacu dari buku tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 30

sampel pada masing-masing kelompok agar didapatkan distribusi sampel yang

normal. Sampel terdiri atas tiga kelompok dimana terdiri atas kelompok yang

diberi intervensi berupa ceramah 30 sampel, kelompok yang diberi intervensi

berupa leaflet 30 sampel dan satu kelompok tidak diberikan intervensi apapun

yang digunakan sebagai kelompok kontrol dengan 30 sampel jadi total dari

sampel yang digunakan dalam penelitian ini berkisar ±90 sampel.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa

(54)

digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan memberi seperangkat

pernyataan kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner tersebut terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pertanyaan

terbuka) memuat pertanyaan mengenai demografi responden sedangkan bagian

kedua (pertanyaan tertutup) memuat pertanyaan tentang variabel penelitian yaitu

pengetahuan, sikap ,dan tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada

kuesioner ini digunakan skala Likert.

Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup, dengan

diberikan 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan

jawaban selalu benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kalimat

pernyataan, harus selalu seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan

pernyataan positif (favorable) (Azwar, 2005).

Untuk pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item

favorable akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan

STS). Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih

rendah daripada respon negatif (Azwar, 2005).

Kuesioner diuji dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian.

Uji yang dilakukan antara lain uji validitas, uji reliabilitas dengan menghitung

nilai alpha cronbach.

Materi edukasi tentang swamedikasi maag yang digunakan pada intervensi

ceramah. Materi tersebut merupakan materi standar yang digunakan dalam setiap

(55)

H. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Perijinan dimulai dengan meminta surat ijin penelitian dari Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma lalu memasukkan proposal penelitian dan

surat ijin penelitian ke bagian perijinan Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selanjutnya dilakukan perijinan pada Gubernur Provinsi Jawa Tengah

Bakesbanglinmas Semarang, kemudian dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa,

Politik, dan Penanggulangan Bencana Mungkid Kabupaten Magelang untuk

diteruskan ke Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten

Magelang. Surat dari BPPT ini menjadi surat ijin untuk dibawa ke Kecamatan

Muntilan dan Kelurahan Tamanagung. Untuk perijinan tempat dalam mengadakan

ceramah dan surat undangan untuk warga, dilakukan perijinan ke Kelurahan

Tamanagung kemudian dilanjutkan ke tiap RT di dusun Nglawisan.

2. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi di dusun Nglawisan desa Tamanagung

Kecamatan Muntilan dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dan

penyebaran penduduk yang ada di dusun Nglawisan. Penelusuran data populasi

dilakukan mulai dari kantor kelurahan dan didapatkan data mengenai PKK di

dusun Nglawisan tersebut, jumlah keanggotaan serta persebaran usianya.

3. Pembuatan kuesioner

a. Penyusunan dan pembuatan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri

dari dua bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik demografi responden

(56)

pengetahuan, sikap, dan tindakan responden tentang swamedikasi maag. Pada

bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas

variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu perilaku

yang terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pernyataan

dalam kuesioner tersebut disusun dengan skala Likert dalam 5 pilihan SS=sangat

setuju, S=setuju, N=netral, TS=tidak setuju, dan STS=sangat tidak setuju. Pada

kuesioner teradapat tiga variabel yang terdiri atas variabel yang mengukur

pengetahuan, sikap dan tindakan. Sistem penilaian terdiri atas dua yang berbeda

untuk pernyataan favourable dan unfavourable. Untuk pernyataan yang termasuk

dalam favourable untuk jawaban SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1, sedangkan

untuk pernyataan yang termasuk dalam unfavourable untuk jawaban SS=1, S=2,

N=3, TS=4, STS=5.

Pada kuesioner terdapat tiga variabel yang terdiri atas variabel yang

mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan. Berikut ini dapat dilihat tabel yang

menunjukan ketiga variabel tersebut.

Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokannya Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner

Aspek Favourable Unfavourable

Pengetahuan 1, 2, 3 4, 5, 6

Sikap 8, 11 7, 9, 10, 12

Tindakan 14, 15, 16 13, 17, 18

b. Uji validitas. Uji validitas dilakukan kepada ibu-ibu dengan usia 20-55 tahun

status sudah menikah di daerah Paingan dan Babarsari Yogyakarta dimana daerah

ini berada di luar dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan karena

(57)

Tamanagung Kecamatan Muntilan sehingga uji validitas dilakukan di luar dusun

Nglawisan. Jumlah sampel yang digunakan pada uji validitas penelitian ini adalah

40 orang. Uji validitas pada pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

analisa statistik dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat

kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan.

Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif

dan atau ≥0,312 (Saryono, 2008). Pada uji validitas ini, beberapa butir pernyataan

pada kuesioner yang belum valid dibuang, dan beberapa butir pernyataan lain

yang tidak dapat dibuang, dilakukan perbaikan dan penyusunan ulang kalimatnya

agar menjadi lebih valid.

Dari uji validitas yang telah dilakukan diperoleh 20 butir pernyataan yang

valid dan terdapat tujuh pernyataan yang tidak valid, sehingga ketujuh pernyataan

yang tidak valid tersebut dibuang kemudian saat pretest dan posttest untuk

kelompok kontrol, ceramah dan leaflet pernyataan yang digunakan dalam

kuesioner yakni pernyataan-pernyataan yang valid saja dan yang diambil yakni

berjumlah 18 butir pernyataan.

c. Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam

kuesioner yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan

tindakan. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

analisa statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien alpha

cronbach. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha >0,70 (Riwidikdo,

(58)

0,722 hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha diatas 0,70 sehingga kuesioner yang

digunakan pada penelitian ini dikatakan reliabel.

Dari uji validitas dan reliabilitas diperoleh 18 butir pernyataan yang terdiri

dari 3 butir pernyataan favourable dan 3 butir pernyataan unfavourable yang

mengukur aspek pengetahuan. Pernyataan yang mengukur aspek sikap terdiri atas

2 pernyataan favourable dan 4 butir pernyataan unfavourable. Pernyataan yang

mengukur aspek tindakan terdiri atas 3 pernyataan favourable dan 3 butir

pernyataan unfavourable.

d. Pembuatan leaflet. Dalam penelitian ini menggunakan leaflet sebagai media

edukasi kesehatan tertulis yang dapat membantu dalam pemberian informasi

mengenai swamedikasi maag. Leaflet ini berisi informasi tentang definisi penyakit

maag, gejala penyakit, pilihan obat dan informasi tentang obat antasida. Informasi

yang tertulis pada leaflet didapatkan dari berbagai sumber antara lain buku dan

internet. Setelah penyusunan materi, tahap berikutnya membuat desain leaflet

semenarik mungkin kemudian mencetaknya. Pencetakan dilakukan sebanyak ±35

leaflet untuk dibagikan kepada sampel kelompok leaflet.

e. Penentuan kelompok perlakuan dan pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari tiap RT

yang dipilih.

1) Penentuan kelompok perlakuan menggunakan cara randomisasi

Penentuan RT yang akan digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan

cara rondomisasi. RT yang diberi intervensi ceramah, intervensi berupa leaflet

(59)

dengan menggunakan sistem undian. Sehingga didapat RT 01 untuk kelompok

kontrol, RT 02 untuk kelompok leaflet, dan RT 04 untuk kelompok ceramah

2) Pemilihan sampel ibu-ibu PKK dari setiap RT yang dipilih

Penelitian ini ditujukan pada ibu-ibu PKK sudah menikah dengan usia

produktif di dusun Nglawisan desa Tamanagung Kecamatan Muntilan. Responden

penelitian ditentukan menggunakan teknik sampling non-random yaitu purposive

sampling. Dari setiap RT pada kelompok perlakuan ditunjuk 30 orang dengan usia

produktif (20-55 tahun) dan berstatus sudah menikah yang bersedia mengikuti

edukasi ceramah atau mau membaca leaflet yang diberikan, serta mau mengisi

kuesioner. Sedangkan untuk kelompok kontrol diminta 30 orang dengan usia

produktif untuk mengisi kuesioner tersebut. Penentuan responden ditentukan oleh

peneliti.

f. Pelaksanaan intervensi.

1) Penyebaran undangan

Peneliti membagikan undangan kepada warga di tiga RT dusun Nglawisan

desa Tamanagung Kecamatan Muntilan yaitu RT 04, RT 02, dan RT 01 untuk

menghadiri acara ceramah, leaflet dan kelompok tanpa intervensi yang diadakan

oleh peneliti.

2) Pelaksanaan ceramah dan leaflet

Intervensi kepada kelompok ceramah dan leaflet dilakukan secara terpisah.

Intervensi untuk kelompok ceramah dilakukan di rumah ketua RT 04, yang

dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan intervensi yaitu pemberian

(60)

Maria Wisnu Donowati,M.Si., Apt. dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Pada

kelompok leaflet, pelaksanaan intervensi dilakukan di rumah Ketua RT 02 dusun

Nglawisan. Sebelum diberikan leaflet, dilakukan pretest terlebih dahulu. Setelah

satu bulan diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku

setelah diberikan leaflet. Untuk kelompok kontrol yang tidak diberi inte

Gambar

Gambar 1. Anatomi Lambung (Wikidict, 2010)
Gambar 2. Hipersekresi Asam Lambung (Wikidict, 2010)
Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokannya Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner Aspek
Tabel II. Uji Signifikansi dan Selisih Nilai Rerata antara Pretest dan Posttest
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan masalah tersebut, penulis tertarik untuk membuat Program Aplikasi untuk menentukan Formulasi Ransum Ayam dengan Menggunakan Metode Simpleks Dua Fase pada

Hubungan yang erat atau korelasi yang tinggi antara lebar pubis dengan produksi telur pada itik Tegal betina, bobot badan itik jantan dengan volume semen dan bobot

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

Hasil ini sama dengan pemberian minyak kedelai dalam pakan ikan kerapu bebek yang memberikan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan sumber lemak nabati lainnya

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh (sitokinin dan auksin 2,4 D) pada medium untuk propagasi tanaman nilam

Era saat ini sudah menerapkan teknologi informasi sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan manusia. Sebagai alat sudah barang tentu akan membantu setiap pekerjaan yang dilakukan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan status gizi pada remaja yang tinggal di wilayah perkotaan

Tujuan dari Renstra SKPD ini adalah menjadi pedoman dalam penyusunan Renja SKPD, yaitu dokumen perencanaan periode 1 (satu) tahun, menjadi panduan bagi seluruh unit yang