i
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT KELAS X AP SMK SANJAYA PAKEM TAHUN PELAJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
BENEDIKTUS RADITYA
NIM : 091414027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Setiap kamu mempunyai mimpi, keinginan, atau cita
-cita,
letakkanlah itu semua di depan keningmu, jangan menempel tapi
biarkan dia menggantung, mengambang 5 cm di depan kening kamu.
Jadi dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu dan kamu bawa
impian itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan kamu percaya
bahwa kamu bisa, bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh
apapun hambatannya. Katakan pada diri sendiri, kalau kamu percaya
dengan impian kamu dan kamu tidak akan pernah menyerah_(Zafran)”
Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan skripsi ini kepada :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
vii ABSTRAK
Benediktus Raditya. 2013. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segi Empat Kelas X AP SMK Sanjaya Pakem Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui : (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together; (2) hasil belajar matematika yang dicapai siswa dalam pembelajaran dengan topik keliling dan luas bangun datar segi empat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif, Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013. Topik dalam penelitian ini adalah keliling dan luas segi empat. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, Lembar Kerja Siswa, lembar pengamatan keaktifan siswa dan tes siswa, yang keduanya diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Tes siswa terdiri dari pre-test dan pos-tes. Alat ukur untuk keaktifan adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 10 kriteria keaktifan dalam diskusi khusus dan 8 kriteria keaktifan dalam diskusi umum, sedangkan hasil belajar siswa menggunakan pre-tes dan pos-tes dengan materi bangun datar, keliling dan luas segi empat.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) keaktifan siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together masuk dalam kategori cukup dengan prosentase rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah 6,25 % kriteria tinggi, 74,52 % kriteria cukup, dan 19,23 % kriteria rendah; (2) hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together tergolong baik, dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar pada pre-tes adalah 45.69 % dan pada pos-tes menjadi 71,63 %.
viii ABSTRACT
Benediktus Raditya. 2013. The Liveliness and Student’s Learning Outcomes by Applying Cooperative Learning NHT (Numbered Heads Together) Model towards Mathematics Subject on Circumference and Area of a Quadrangle upon Grade X AP SMK Sanjaya Pakem in Academic Year 2012/2013.Thesis. Programme Study of Mathematics Education, Faculty of Teaching and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purposes of the paper aim to examine: (1) students‟ liveliness in the pursuing study by applying Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Model, (2) mathematics learning outcomes attained by students in learning circumference and area of a flat quadrangle using Cooperative Learning NHT Model.
This study applied a qualitative and a quantitative research based. The subject of the research involved the students of grade X AP Sanjaya Vocational School PAKEM in academic year 2012/2013. The research notably focused on circumference and area of a quadrangle. The data collection included field records, documentation, students‟ worksheet, students‟ invigoration form and tests, which encompassed Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Model. The test comprehended pre-test and post-test. The gauge of liveliness based on students‟ liveliness observation form which embodied 10 criteria of students‟ invigoration in particular discussion and 8 liveliness‟ criteria in general discussion, whilst the learning outcomes of students seized the pre-test and post-test containing plane structure, circumference and area of a quadrangle.
Based on analysis, the study construed: (1) the students‟ liveliness by applying Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Model inhered in the category of „fair‟ with the average percentage of overall students‟ liveliness indicated 6.25% of high criteria, 74,52% of fair criteria and 19,23% of low criteria, (2) students‟ learning outcomes by applying Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) Model classified in good criteria denoted by 45.69% of pre-test value into the 71.63% of post-test value of the average value of learning outcomes.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT (Numbered Heads Together) Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok
Bahasan Keliling dan Luas Segi Empat Kelas X AP SMK Sanjaya Pakem Tahun
Pelajaran 2012/2013”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,
saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. A. Sardjana, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan
penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.
3. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang
membangun pada penyusunan skripsi ini.
4. Segenap Dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing
x
5. Bapak Sugeng, Bu Heni, dan Mas Arif yang memberikan bantuan
administrasi selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
6. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Matematika, dan siswa
kelas X AP yang membantu dalam proses penelitian dan yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian di
SMK Sanjaya Pakem Sleman.
7. Keluargaku tercinta dan terkasih, Papa Venantius Widijanto, Mama
Ratnawati Elina, Kakakku Marselina Kartika, dan semua keluargaku yang
ada di Bangka, Jakarta dan Yogyakarta, terima kasih untuk semua kasih
sayang, doa, perhatian, dan pengorbanan yang telah kalian berikan.
Semoga saya bisa menjadi lebih baik lagi untuk kalian semua.
8. Teman-teman Pendidikan Matematika 2009 kelas A, terima kasih atas
bantuan, saran dan semangat yang selalu diberikan sehingga penyusunan
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
9. Untuk Rio, Ardi, Daniel, dan Jefri yang sudah menyempatkan waktu untuk
menjadi observer dalam penelitian saya.
10.Teman-teman “Memory Kos” yang selalu mendukung, membantu, dan
memberikan semangat kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu saya dan memberikan saya begitu banyak doa dan dukungan
agar skripsi dapat terlaksana dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
xi
datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR GAMBAR ……….. xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
xiii
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Batasan Istilah ... 7
F. Tujuan Penelitian ... 8
G. Manfaat Penelitian ... 8
H. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Pengertian Belajar ... 11
B. Pembelajaran Matematika ... 12
C. Keaktifan dan Hasil Belajar ... 14
D. Pembelajaran Kooperatif ... 18
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 23
F. Bangun Datar ... 29
G. Kerangka Berpikir ... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Metode Pengolahan Data ... 40
F. Metode Pengumpulan Data ... 42
xiv
H. Analisis Uji Validitas dan Reliabelitas ... 48
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 50
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 52
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82
C. Tabel Pengamatan Keaktifan dan Hasil Belajar... 85
D. Kelemahan Penelitian... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelompok... 43
Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Umum ... 44
Tabel 3.3 Pencarian Rentang Skor ... 45
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Tingkat Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 46
Tabel 3.5 Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 46
Tabel 3.6 Keaktifan Seluruh Siswa Secara Keseluruhan ... 47
Tabel 3.7 Rata – Rata Hasil Belajar Setiap Tes ... 47
Tabel 3.8 Ketuntasan Belajar Setiap Tes ... 47
Tabel 4.1 Hasil Pre-Tes Siswa ... 54
Tabel 4.2 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 2 ... 61
Tabel 4.3 Kriteria Keaktifan Siswa Pertemuan 2 ... 62
Tabel 4.4 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 2 ... 62
Tabel 4.5 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 3 ... 69
Tabel 4.6 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 3 ... 71
xvi
Tabel 4.8 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 ... 78
Tabel 4.9 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 ... 79
Tabel 4.10 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 ... 80
Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Pada Pos-Tes ... 81
Tabel 4.12 Rata – Rata Keaktifan Siswa ... 82
Tabel 4.13 Rata – Rata Hasil Belajar ... 84
Tabel 4.14 Ketuntasan Belajar Dalam Tes ... 84
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 94
Lampiran A.2 Soal Pre-Tes ... 112
Lampiran A.3 Soal Pos-Tes ... 115
Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa 1 ... 117
Lampiran A.5 Lembar Kerja Siswa 2 ... 118
Lampiran A.6 Lembar Kerja Siswa 3 ... 119
Lampiran A.7 Kunci Jawaban Pre-Tes ... 120
Lampiran A.8 Kunci Jawaban Pos-Tes ... 123
Lampiran A.9 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ... 127
Lampiran A.10 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 ... 130
Lampiran A.11 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 ... 133
Lampiran B.1 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa ... 137
Lampiran B.2 Contoh Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa ... 138
Lampiran B.3 Contoh Hasil Pre-Tes, Pos-Tes, LKS 1, 2, dan 3 ... 142
xviii
Lampiran C.2 Hasil Uji Reliabelitas Soal Pre-Tes... 159
Lampiran D.1 Surat Kelengkapan Administrasi ... 162
xix DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, matematika tetap menjadi salah satu mata
pelajaran di sekolah yang sangat menakutkan bagi semua siswa. Sangat
susah sekali merubah cara pandang siswa yang telah terlanjur menganggap
kalau matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dan susah
untuk dimengerti. Pernyataan ini dapat terlihat dari hasil ujian atau
ulangan kebanyakan siswa untuk mata pelajaran matematika selalu jelek
dan cenderung mengalami penurunan.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya partisipasi aktif siswa
saat mengikuti pelajaran matematika karena sudah terlanjur takut dan
malas terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Siswa menjadi kurang
berpartisipasi aktif dan cenderung menerima saja apa yang dijelaskan oleh
guru, keadaan ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif saat proses
pembelajaran berlangsung. Sehingga pada kenyataan yang ada siswa yang
aktif di kelas hanya beberapa siswa saja sedangkan yang lain hanya diam
dan menerima saja. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan siswa di
kelas menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan
dan sulit sehingga saat proses pembelajaran mereka menjadi cenderung
takut dan tidak siap saat menerima pembelajaran yang menyebakan
menyebabkan kebanyakan siswa mendapatkan nilai yang jelek saat
menghadapi ulangan atau ujian.
Berdasarkan hasil percakapan saya dengan guru pamong saya di
SMK Sanjaya Pakem sewaktu saya PPL pada semester ganjil kemarin,
saya mendapatkan bahwa guru matematika di sekolah itu mengalami
kesulitan ketika menyampaikan materi kepada siswa. Kesulitan utamanya
adalah sangat kurangnya pemahaman terhadap materi-materi dasar
matematika yang seharusnya sudah harus mereka kuasai dengan baik. Hal
ini dapat dilihat saat pembelajaran berlangsung, ketika materi yang
disampaikan harusnya sudah mereka kuasai saat SMP ternyata mereka
belum menguasainya sehingga guru harus mengulang kembali materi
dasar tersebut. Dari pengamatan saya sewaktu PPL, guru mengajar masih
sering mengajar dengan cara konvensional, dimana guru menjadi pusatnya
dan guru menjadi sangat aktif dan terlihat sangat sabar dalam mengajar
agar siswanya benar-benar memahami materi yang sedang disampaikan,
namun ini kemudian menjadi masalah ketika siswa yang diajar tidak
memperhatikan dan cenderung sibuk sendiri sehingga menghambat proses
belajar mengajar di kelas. Ketika diberikan latihan, siswa mau
mengerjakan latihan, siswa juga mau bertanya ketika ada kesulitan.
Namun, sepertinya siswa melakukan hal itu hanya untuk formalitas saja
ketika ditanya guru, bahkan cenderung seperti mencari perhatian guru
bahwa mereka mengerjakan. Mereka tidak benar-benar paham ketika guru
yang bertanya dengan teman yang sudah bertanya kepada guru mereka,
siswa tersebut menjawab tidak tahu, tidak bisa, atau aku juga belum begitu
mengerti.
Agar siswa benar-benar memahami dan sanggup menerapkan
pengetahuan, mereka harus berupaya menyelesaikan masalah,
menemukan sesuatu bagi diri sendiri, dan bergumul dengan
gagasan-gagasan (Robert E. Slavin: 2009). Dalam menyampaikan materi
matematika, penguasaan konsep matematika sangatlah penting karena
penguasaan konsep matematika akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, dalam proses belajar-mengajar matematika guru
hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, atau
metode yang sesuai dengan situasi kelas sehingga siswa merasa senang
dan memiliki semangat untuk belajar.
Dari penjelasan tersebut maka seorang guru harus bisa
menciptakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi
dan minat belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooeperatif adalah
suatu metode strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dari metode
ini adalah agar setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam
Setiap siswa pasti memiliki pengetahuan dan kecepatan belajar
yang berbeda-beda, hal ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Cara terbaik untuk mengatasi perbedaan ini ialah
mengabaikannya: mengajar seluruh kelas dengan kecepatan yang sama,
atau dengan menawarkan bantuan tambahan kepada siswa yang
berpencapaian rendah dan memberikan kegiatan perluasan atau
pengayaan tambahan kepada siswa yang cenderung menyelesaikan
tugas dengan cepat (Meyer dan Rose: 2000; Pettig: 2000; Tomlinson,
Kaplan dan Renzulli: 2001). Penggunaan metode pembelajaran kerja
sama yang tepat, dimana siswa yang mempunyai tingkat kinerja yang
berbeda dapat membantu satu sama lain, dapat menjadi sarana yang
efektif untuk membantu semua anak belajar (Schniedewind dan
Davidson: 2000; Slavin: 1995).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan
metode NHT (Number Heads Together) dalam penelitian ini. Metode
pembelajaran ini dipilih karena pembelajaran NHT lebih mengedepankan
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan
kelas (Rahayu, 2006), selain itu model pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi mendengarkan
dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa
lebih produktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe NHT
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model
pembelajaran NHT ini berfungsi untuk meningkatkan pemahaman siswa
dalam merangkum suatu cerita secara runtut sehingga siswa dapat
menceritakan kembali apa yang telah dipelajarinya. NHT memiliki
kelebihan yaitu dapat mengoptimalkan partisipasi siswa. Model
pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
berpartisipasi aktif, dapat saling berbagi ide dan jawaban yang paling tepat,
selain itu NHT juga melatih siswa untuk dapat belajar bekerja sama
dengan teman mereka di kelas.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti
mengadakan penelitian yang menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa terhadap pelajaran matematika. Peneliti mengambil judul:
“KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGI
EMPAT KELAS X AP SMK SANJAYA PAKEM TAHUN PELAJARAN
2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan bahwa identifikasi
1. Kegiatan pembelajaran matematika di kelas, terkesan hanya satu
arah yaitu guru menjadi pusat dari kegiatan pembelajaran
matematika.
2. Siswa kurang aktif dan kebanyakan diam.
3. Guru kurang mengeksplorasi pengetahuan siswa.
4. Sebagian siswa cenderung kurang antusias untuk terlibat dalam
pembelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya, maka
penelitian ini hanya dibatasi pada pembelajaran matematika yang
dilakukan dengan pendekatan model pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT), khususnya di kelas X AP SMK
Sanjaya Pakem. Materi yang dipelajari adalah keliling dan luas segi empat.
Melalui pembelajaran yang dilaksanakan, peneliti ingin mengetahui
pengaruh penerapan model pembelajaran NHT terhadap keaktifan dan
hasil belajar siswa dan kesimpulan yang didapat tidak dapat diterapkan
pada kelas ataupun sekolah lain.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
b. Bagaimanakah hasil belajar matematika yang dicapai siswa dalam
pembelajaran dengan pokok bahasan keliling dan luas bangun datar
segi empat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT?
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian konsep yang
akan dipergunakan untuk penelitian, maka peneliti membatasi beberapa
konsep yaitu :
1. Belajar adalah suatu proses perubahan dari tidak bisa menjadi bisa
dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.
2. Keaktifan siswa adalah keaktifan siswa terhadap pelajaran yang
sedang berlangsung yang terdiri dari kegiatan diskusi, bertanya,
mendengarkan, berpendapat, dan mengerjakan soal.
3. Hasil belajar adalah keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai
melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dapat dinyatakan
dengan skor atau yang diukur dengan skor.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Model pembelajaran NHT ini berfungsi
cerita secara runtut sehingga siswa dapat menceritakan kembali apa
yang telah dipelajarinya.
Jadi yang dimaksud dari judul penelitian ini adalah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
melihat keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dicapai
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Mengetahui hasil belajar matematika yang dicapai siswa dalam
pembelajaran dengan pokok bahasan keliling dan luas bangun
datar segi empat dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan guru dapat mencoba
menerapkan metode pembelajaran model pembelajaran NHT
(Numbered Heads Together) dalam pembelajaran matematika di
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang lebih
baik.
2. Bagi Siswa
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model
pembelajaran NHT diharapkan dapat mendorong siswa untuk dapat
berpartisipasi atau terlibat lebih aktif lagi dalam pembelajaran
sehingga dapat lebih meningkatkan keaktifan dan memberikan
hasil belajar yang baik dalam memahami materi pelajaran.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, dengan penelitian ini peneliti dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan materi dalam melibatkan siswa pada
proses pembelajaran matematika sehingga dapat memberikan hasil
belajar yang baik dengan model pembelajaran NHT. Selain itu
penelitian ini dapat menjadi bekal berguna bagi peneliti untuk
menambah pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran
ini di kelas nantinya saat mengajar.
H. Sistematika Penulisan
Penulis membagi skripsi ini dalam 5 bagian, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, yang memuat : latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan teori. Dalam landasan teori ini peneliti mendeskripsikan
Dalam bab ini memuat : pengertian belajar, pembelajaran matematika,
keaktifan dan hasil belajar, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
kooperatif tipe NHT, materi bangun datar segi empat, dan kerangka
berpikir.
Bab III : Metode Penelitian. Bab ini akan menjelaskan tentang jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian,
variabel penelitian, metode pengolahan data, metode pengumpulan data,
metode analisis data, analisis uji validitas dan reliabelitas, dan prosedur
pelaksanaan penelitian.
Bab IV : Deskripsi dan Pembahasan Hasil Penelitian. Bab ini menjelaskan
tentang deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, tabel
pengamatan keaktifan dan hasil belajar, dan kelemahan penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran. Bab ini akan menguraikan tentang
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi belajar menurut beberapa ahli,
antara lain :
1. Herman Hudoyo (1998:1) mengemukakan bahwa seseorang
dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu terjadi
suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.
2. Winkel (1989:36), belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilakan sejumlah perubahan dalam pengetahuan –
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
3. Slameto (2010:2), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan berdasarkan atas
4. Sudjana (2010), belajar bukan menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, dan kemampuan, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain yang ada pada individu. Belajar
adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
melalui berbagai pengalaman.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan
keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan
dalam nteraksi dengan lingkungan.
B. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu
yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu sosial, dan linguistik.
Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni
anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu
berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahamn
konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata.
Proses innduktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep
matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil
rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif
sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal inidisebut dengan
belajar bernalar (Depdiknas, 2003:5-6).
Sedangkan pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh
guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 157)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud
adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi agar
siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan
terbimbing.
Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri adalah terbentuknya
kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan
dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika,
bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (PPPG, 2004: 1).
Jadi apabila seorang guru memahami dengan baik matematika
maka seorang guru matematika akan mampu menggunakan matematika
untuk membawa peserta didik atau siswanya agar dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Sebaliknya, apabila pemahaman guru terhadap
matematika kurang baik dapat dipastikan bahwa penggunaan matematika
juga tidak akan maksimal seperti yang diharapkan. Selain itu, matematika
cukup dikenal dengan mata pelajaran yang sulit, keabstrakan objek-objek
matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret
agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik atau siswa. Inilah yang
seharusnya menjadi perhatian guru matematika, dan diharapkan dapat
menjadi pendorong untuk lebih kreatif dalam merencanakan proses
pembelajaran.
C. Keaktifan dan Hasil Belajar 1. Keaktifan Siswa
Menurut Sardiman (2008: 95) aktivitas diperlukan dalam
belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat
untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan.
Belajar merupakan suatu proses aktif, siswa harus berpartisipasi
aktif dalam belajar.
Beberapa jenis aktivitas belajar menurut Dierich (Oemar
1. Kegiatan – kegiatan visual. Kegiatan ini meliputi membaca,
melihat, mengamati, mendemonstrasikan, dan pameran.
2. Kegiatan-kegiatan lisan. Kegiatan ini meliputi
mengemukakan pendapat, wawancara, bertanya, diskusi,
dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Kegiatan ini meliputi
mendengarkan pelajaran, mendengarkan diskusi-kelompok.
4. Kegiatan-kegiatan menulis. Kegiatan ini meliputi menulis
cerita, mengerjakan tes, dan menulis karangan.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar. Kegiatan ini meliputi
menggambar grafik, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik. Kegiatan ini meliputi melakukan
percobaan, memilih alat-alat, dan membuat model.
7. Kegiatan-kegiatan mental. Kegiatan ini meliputi mengingat,
merenungkan, dan memecahkan masalah.
8. Kegiatan-kegiatan emosional. Kegiatan ini meliputi minat,
membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur terpenting bagi
keberhasilan proses pembelajaran dengan model NHT yang
mengutamakan keaktifan belajar siswa di kelas, keaktifan siswa
dalam berinteraksi dengan guru dan siswa, dan kemandirian siswa
dalam belajar matematika. Keaktifan siswa dalam model
mengemukakan pendapat, menjelaskan, bertanya, merespon
pendapat, dan mengerjakan latihan.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:
22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya
Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, dan
sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22). Dari pendapat tersebut,
dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor yakni faktor dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa
(Sudjana, 1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud
adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang
dimilikinya seperti yang dikemukakan Clark (1981: 21)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Demikian juga faktor dari luar siswa yakni lingkungan yang paling
Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar
terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya
apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak
dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran
yang dimaksud adalah professional yang dimiliki oleh guru.
Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang perilaku
(psikomotorik).
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan dari dalam individu siswa itu sendiri. Sehingga dapat
disimpulkan, hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga Nampak pada diri individu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai aspek kehidupan sehingga Nampak pada diri
D. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok
kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai
wadah siswa bekerjasama dan memecahkan masalah melalui interaksi
sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan
dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri :
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam
kelompok secara kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari
beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda,
maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras,
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari
pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut
Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan
hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap
anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Menurut Roger dan David Johnson mengatakan bahwa untuk
mencapai hasil maksimal, ada lima unsure dalam model pembelajaran
kooperatif yang harus diterapkan, yaitu :
1. Positive interpendence (saling ketergantungan positif)
2. Personal responsibility (tanggung jawab perorangan)
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
5. Group processing (pemrosesan kelompok)
Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
sebagai berikut:
1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam
kelompoknya.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memiliki keuntungan (Sugiyanto: 2010)
antara lain :
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, dan perilaku sosial;
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai
sosial dan komitmen;
6. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
7. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan
situasi dari berbagai perspektif;
8. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
Beberapa variasi model pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011),
diantaranya sebagai berikut:
1. Student Team Achievment Divisions (STAD)
Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok
adalah 4-5 orang siswa yang heterogen, campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
2. Tim Ahli (Jigsaw)
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6
orang. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam teks
yang sudah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab lagi.
Siswa tersebut bekerja dalam kelompok asal dan kelompok
ahli, dengan catatan kelompok asal anggotanya heterogen.
Salah satu anggota dari kelompok asal diberi tugas untuk
ahli mempelajari topic tersebut, maka tim ahli kembali ke
kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang
telah mereka pelajari dalam kelompok ahli.
3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Pada tipe ini, guru membagi kelas menjadi beberapa
kelompok dengan anggota 5-6 orang yang heterogen.
Pembagian kelompok dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat
yang sama dalam topic tertentu. Topic dipilih oleh siswa
dan kemudia siswa tersebut melakukan penyelidikan
mendalam atas topic yang dipilih dalam kelompok.
Selanjutnya kelompok menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.
4. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman siswaterhadap isi pelajaran
tersebut.Diawali dengan penomoran, guru membagi
siswakedalam kelompok dengan beranggotakan 3-5 dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara
berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan itu. Guru memanggil suatu nomor
tertentu , kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
5. Team Games Tournament (TGT)
Tipe TGT hampir sama dengan tipe STAD, yang
membedakan hanyalah cara mengetahui kemampuan
pemahaman siswanya saja. Pada STAD diakhiri dengan
pemberian penghargaan kelompok berdasarkan skor
peningkatan kuis individu, sedangkan TGT diakhiri dengan
permainan atau turnamen yang pesertanya merupakan
perwakilan dari masing-masing kelompok yang tingkat
kemampuannya sama.
Keberhasilan pada pembelajaran kooperatif tergantung dari
keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana
keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang
positif dalam belajar kelompok.
E. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan banyak siswa
dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
Numbered Head Together adalah model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan
di depan kelas (Rahayu, 2006).
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa
saling belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan
oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada
struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi
akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan
keterampilan sosial (Ibrahim, 2000: 25). Model NHT adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif structural, yang menekankan pada
struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja
saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari
struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu
untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah
dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas,
karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Ibrahim (2000), mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai
1. Hasil belajar akademik struktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agara siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya,
mengharagai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea tau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Agus Suprijono (2009:92) pembelajaran dengan
menggunakan NHT diawali dengan numbering. Guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok, setelah kelompok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap
kelompok. Tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “heads together”
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan guru. Guru memanggil
peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok
untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dilakukan terus hingga
semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing
kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban
pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen (1998,
dalam Arends 2008) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah
pembelajaran metode Numbered Heads Together menurut Kagan (1998,
dalam Arends 2008) adalah sebagai berikut :
1. Langkah 1: Penomoran (numbering)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok heterogen
atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi
mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam satu tim tersebut
memiliki nomor yang berbeda.
2. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (questioning)
Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan
dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat
umum.
3. Langkah 3: Berpikir bersama (Head Together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
4. Langkah 4: Pemberian jawaban (answering)
Guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas (Ibrahim, 200: 28).
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah seperti yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain
adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku menganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Berikut ini adalah kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu :
1. Memberi Motivasi
Motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong
tertentu terhadap situasi di sekitarnya. Segala sesuatu yang
baru dan segala perubahan dapat menumbuhkan motivasi.
Begitu juga dengan metode NHT, dengan pemberian nomro
merupakan hal baru bagi siswa dalam belajar, sehingga
siswa dapat termotivasi dalam belajar.
2. Menambah rasa percaya diri
Metode ini dapat menambah rasa percaya diri siswa, karena
dalam metode ini ada pemanggilan nomor dalam menjawab
hasil diskusi. Sehingga dalam diri siswa timbul rasa
percaya diri.
3. Siswa menjadi lebih aktif
Metode NHT akan menambah keaktifan siswa dalam
belajar, karena siswa boleh memberikan pendapat dan
menukar pendapat, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
4. Setiap siswa menjadi siap semua.
5. Diskusi dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh.
6. Siswa yang pandai dapat mengajarkan siswa yang kurang
pandai.
7. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam suatu kelompok.
Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe
1. Waktu ruang
Belajar dengan menggunakan metode NHT memerlukan
waktu yang agak panjang, supaya siswa lebih memahami
materinya.
2. Membuat panik siswa
Di samping membuat percaya diri, metode ini juga dapat
membuat grogi atau panik siswa, karena dalam metode ini
bagi nomor yang dipanggil harus menjawab dan mereka
panic pada saat pemanggilan nomor.
3. Membuat repot guru
Metode NHT merupakan metode diskusi kelompok yang
menggunakan nomor, sehingga sebelum pembelajaran
dimulai guru harus mempersiapkan nomor, hal ini dapat
membuat guru menjadi agak repot.
F. Bangun Datar
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan bangun datar
seperti permukaan papan tulis kelas yang berbentuk persegi panjang atau
permukaan jam dinding yang berbentuk lingkaran. Bangun datar terdiri
atas segi empat, segitiga, dan lingkaran. Namun dalam penelitian ini
peneliti hanya akan membahas bangun datar segi empat saja. Di sini juga
1. Keliling dan Luas Segi Empat
Segi empat adalah bangun yang memiliki empat sisi. Keliling
daerah segiempat adalah jumlah total dari semua sisi yang dimiliki
bangun datar tersebut, sedangkan luas daerah segiempat adalah
banyaknya persegi dengan sisi satu satuan panjang yang menutupi
seluruh bangun datar tersebut.
2. Keluarga Segiempat
Gambar 2.1 Keluarga Segiempat
1 4
2 3
5 6
7 Keterangan gambar :
a. 1 = segiempat sembarang
b. 2 = trapesium
c. 3 = jajargenjang
d. 4 = layang-layang
f. 6 = belah ketupat
g. 7 = persegi
Segiempat terdiri dari 4 macam yaitu segiempat sembarang,
trapesium, jajargenjang, dan layang-layang. Segiempat yang
memiliki tepat 1 pasang sisi sejajar disebut trapesium, segiempat
yang memiliki 2 pasang sisi sejajar disebut jajargenjang,
sedangkan segiempat yang memiliki sepasang sisi yang berdekatan
kongruen dan sisi lainnya juga kongruen disebut dengan
layang-layang. Kemudian, jajargenjang yang memiliki 4 sudut siku-siku
dinamakan persegipanjang, jajargenjang dan layang-layang yang
memiliki 4 sisi sama panjang disebut dengan belah ketupat.
Persegipanjang dan belah ketupat yang memiliki 4 sisi sama
panjang dan mempunyai 4 sudut siku-siku dikenal dengan nama
persegi.
Contoh bangun segi empat antara lain persegi panjang, persegi,
jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.
a. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat yang memiliki dua
pasang sisi sejajar dan besar salah satu sudutnya adalah 900. D C
l
Gambar di atas menunjukkan persegi panjang ABCD
dengan sisi-sisi : AB, BC, CD, dan AD, panjang (p): AB dan
CD, lebar (l): AD dan BC, serta diagonal: AC dan BD.
Keliling dan luas persegi panjang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Keliling (K) = 2(p + l)
Luas (L) = p ∙ l
dengan panjang = p dan lebar = l
b. Persegi
Persegi merupakan segiempat yang keempat sisinya sama
panjang dan salah satu sudutnya siku-siku.
D C
s
A B
Gambar di atas menunjukkan persegi ABCD dengan sisi (s):
AB=BC=CD=DA dan diagonal AC=BD.
Jika diketahui panjang sisi persegi = s, maka :
K= 4 ∙ s
L = s ∙ s
c. Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segi empat dengan sisi – sisi yang
D C
s2
A E s1 B
Gambar di atas menunjukkan jajar genjang ABCD dengan
sisi (s): AB = CD, AD = BC, diagonal: AC = BD, dan tinggi
(t): DE.
Rumus keliling dan luas jajar genjang dirumuskan sebagai
berikut:
K = 2 (s1 + s2 )
L = a ∙ t
dengan,
s1 = sepasang sisi sejajar yang pertama, s2 = sepasang sisi sejajar yang kedua, a = alas, dan t = tinggi.
d. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah jajargenjang dengan sisi – sisi yang
berdekatan konkruen.
D
A C
Gambar di atas adalah belah ketupat ABCD dengan sisi (s)
AB = BC = CD = AD, dan diagonal AC = BD.
Rumus keliling dan luas belah ketupat adalah sebagai
berikut:
K = 4s dan L = ∙ diagonal ∙ diagonal
e. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang masing-masing
pasang sisinya sama panjang.
C
D B
A
Gambar di atas menunjukkan layang-layang ABCD dengan
sisi: AB, BC, CD, AD dan diagonal: AC dan BD.
Keliling dan luas layang-layang adalah sebagai berikut:
K = Jumlah panjang semua sisi
L = ∙ diagonal ∙ diagonal lainnya
f. Trapesium
Trapesium adalah segi empat yang mempunyai satu dan
hanya satu pasang sisi sejajar.
1) Trapesium sembarang
Trapesium sembarang adalah trapesium yang
keempat sisinya tidak sama panjang.
D C
A B
2) Trapesium sama kaki
Trapesium sama kaki adalah trapesium yang
memiliki sepasang sisi yang sama panjang dan juga
memiliki sepasang sisi yang sejajar.
D C
A B
3) Trapesium siku-siku
Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah
satu sudutnya merupakan sudut siku-siku 900. D C
A B
Sisi-sisi yang berpotongan tegak lurus tersebut
disebut tinggi trapesium, AD = tinggi = t.
Rumus luas dan keliling trapesium adalah:
K = Jumlah panjang semua sisi
Contoh soal :
Hitunglah keliling dan luas bangun-bangun segiempat berikut ini:
1. A B
10 cm
C 25 cm D
Jawaban :
ABCD adalah persegi panjang dengan p = 25 cm dan l = 10 cm.
Keliling
K = 2 ( p + l )
= 2 ( 25 + 10 )
= 2 ( 35 )
= 70
Luas
L = p ∙ l
= 25 ∙ 10
= 250
2. D C
12 cm dengan DE = 10 cm
A E 20 cm B
Jawaban :
ABCD adalah jajar genjang dengan AB = 20 cm, AD = 12 cm, dan
DE = t = 10 cm.
K = 2 ( AB + AD )
= 2 ( 20 + 12 )
= 2 ( 32 )
= 64
L = AB ∙ t
= 20 ∙ 10
= 200
Jadi, kelilingnya adalah 64 cm dan luasnya adalah 200 cm2. G. Kerangka Berpikir
Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi
oleh seberapa besar tingkat keterlibatan dan keaktifan siswa. Sehingga
perlu adanya perubahan dalam model pembelajaran untuk meningkatkan
tingkat keaktifan siswa dalam belajar matematika. Caranya adalah dengan
menjadikan semua siswa saling membantu dan mendukung dalam proses
satu kelas harus benar-benar siap dalam proses pembelajaran agar dapat
menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
Pembelajaran kooperatif model NHT mengajak siswa untuk berani
bertanya, berpendapat, dan saling membantu teman untuk memahami
materi, dan mengerjakan soal. Model NHT ini dapat membantu
mengoptimalkan tingkat partisipasi siswa. Model pembelajaran NHT
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berpartisipasi aktif,
dapat saling berbagi ide dan jawaban yang paling tepat, selain itu NHT
juga dapat melatih siswa untuk dapat belajar bekerja sama dengan teman
mereka di kelas.
Model pembelajaran NHT diharapkan dapat menumbuhkan minat
dan keaktifan belajar siswa dalam belajar matematika, proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan menyenangkan, dan
39 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian pra-eksperimental, yaitu penelitian yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengetahui keaktifan dan hasil
belajar matematika. Cara analisis penelitian ini adalah menggunakan
penelitian campuran dari kualitatif dan kuantitatif karena data yang
diperoleh adalah data dalam bentuk angka dan uraian. Peneliti akan
mendeskripsikan semua kejadian dan menginterpretasikan data bentuk
uraian kualitatif, sedangkan data yang menunjukkan angka-angka akan
dianalisi secara kuantitatif.
Dalam penelitian ini, data keaktifan akan dilihat dari catatan
lapangan, dokumentasi, dan instrument pengamatan dianalisis secara
kualitatif deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar akan
dianalisis secara kuantitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem,
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 semester genap
C. Subyek dan Objek Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian
awal, maka dapat ditentukan subjek dan objek penelitian ini. Subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran
2012/2013. Sedangkan objek penelitian ini adalah keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu faktor, sifat, atau kondisi yang memiliki
variasi nilai yang dapat diukur. Berikut adalah variabel-variabel yang
terkandung dalam penelitian ini :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran
kepada siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT ( Numbered Heads Together) di dalam kelas.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat keaktifan dan
hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan luas dan keliling
persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat,
layang-layang, dan trapesium.
E. Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, guru matematika SMK Sanjaya Pakem yang
pembelajaran tersebut. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan :
1. Pre-tes
Tes berupa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu. Pre-tes ini diberikan sebelum dilakukan
pembelajaran pada pokok bahasan keliling dan luas segi empat.
Hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
sebelum menggunakan pembelajaran dengan NHT. Hasil ini juga
akan digunakan untuk menentukan pembagian kelompok diskusi
siswa di dalam kelas.
2. Kelompok
Siswa akan dibentuk dalam beberpa kelompok dengan
jumlah anggota 4-5 orang. Pembagaian kelompok akan
dikonsultasikan dengan guru matematika di kelas itu terlebih
dahulu dengan memperhatikan keragaman siswa seperti jenis
kelamin, kemampuan intelektual, hasil belajar, dan perbedaan
komunikasi sosial.
3. Orientasi
Siswa diberi penjelasan mengenai model pembelajaran
4. Pelaksanaan
a. Di awal, guru akan mempresentasikan pokok bahasan
keliling dan luas segi empat sesuai dengan rancangan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
b. Siswa dalam kelompok masing-masing akan berdiskusi
tentang materi yang akan diberikan dan menyelesaikan
masalah yang ada pada Lembar kerja yang dibagikan.
c. Setelah selesai, peneliti atau guru akan memanggil salah
satu nomor kepala siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas. Guru dan siswa
diperbolehkan untuk memberikan pertanyaan dan
tanggapan.
d. Di akhir kegitaan, guru memberi penguatan dan menarik
suatu kesimpulan terakhir mengenai materi yang dibahas.
5. Pos-tes
Tes ini diberikan setelah dilakukan pembelajaran pada
pokok bahasan keliling dan luas segi empat. Tes ini untuk melihat
hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah untuk
Instrument kegiatan pembelajaran berisi tentang desain pembelajaran,
rancangan pembelajaran dan lembar kerja siswa. Sedangkan instrument
pengumpulan data berisi lembar pengamatan untuk mengamati siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian tes akan dilakukan
sebanyak 2 kali.
1. Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan lembar kerja untuk siswa. Lembar kerja tersebut berisi
soal atau permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok
nantinya, sehingga nantinya diharapkan siswa dapat menjadi aktif.
2. Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa
Lembar pengamatan keaktifan siswa terdiri dari dua macam dalam
penelitian ini, yaitu : lembar pengamatan keaktifan siswa dalam
diskusi kelompok dan lembar pengamatan siswa dalam diskusi
umum.
Tabel 3.1
Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelompok
4. Siswa mengemukakan pertanyaan tanpa diminta
dengan diminta
6. Siswa merespon pendapat temannya tanpa diminta
7. Siswa merespon pendapat temannya dengan diminta
8. Siswa mengerjakan semua tugas 9. Siswa mengerjakan tugas tepat
waktu
10. Siswa mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan
Tabel 3.2
Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Umum
Kelompok No. Aktivitas yang diamati Frekuensi 1. Siswa mengajukan pertanyaan
tanpa diminta
2. Siswa mengajukan pertanyaan dengan diminta
3. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tanpa diminta
4. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru dengan diminta
3. Tes (Pre-Tes dan Pos-Tes)
Tes adalah merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki
jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan
yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
yang dikenai tes. Pre-tes diberikan sebelum dilakukan
pembelajaran, sedangkan pos-tes diberikan setelah dilakukan
pembelajaran.
G. Metode Analisis Data
Seperti yang telah dijelaskan di atas, analisa data yang akan
digunakan adalah dengan menggunakan analisa kuantitatif dan analisa
kualitatif deskriptif. Untuk analisa kualitatif digunakan hasil pengamatan,
sedangkan analisa kuantitatif dengan statistika. Langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa akan diamati dengan menggunakan lembar
pengamatan. Keaktifan yang diamati adalah keaktifan siswa saat
diskusi kelompok dan diskusi umum dalam pembelajaran dengan
NHT.
Untuk mengetahui kriteria keaktifan siswa maka dicari
rentang skornya. Untuk diskusi kelompok dan diskusi umum,
terdapat 10 dan 8 aktivitas yang masing-masing bernilai 1,
sehingga total skor yang diinginkan adalah 18 dan banyak siswa
ada 16 orang.
Tabel 3.3
Pencarian Rentang Skor
40% x 18 = 7,2 (dibulatkan menjadi 7)
7-12 Cukup
Dibawah 40% = dibawah 6 0-6 Rendah
Dari hasil observasi yang didapatkan selama dilakukan
pengamatan dalam setiap pertemuan, maka analisisnya
menggunakan tabel berikut:
Tabel 3.4
Hasil Pengamatan Tingkat Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan
Kode Siswa Diskusi
Keaktifan siswa dianalisi dengan menfsirkan dan
menyimpulkan data-data yang terkumpul dalam lembar
pengamatan tingkat keaktifan siswa pada setiap pertemuan dan
dimasukkan ke dalam tabel seperti berikut:
Tabel 3.5
Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan
Kriteria Keaktifan Jumlah yang Aktif Setiap Pertemuan (%)
berikut adalah tabel kriteria keaktifan hasil belajar secara