• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada mata pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas segi empat kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun pelajaran 2012/2013 - USD Re

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada mata pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas segi empat kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun pelajaran 2012/2013 - USD Re"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT KELAS X AP SMK SANJAYA PAKEM TAHUN PELAJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

BENEDIKTUS RADITYA

NIM : 091414027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Setiap kamu mempunyai mimpi, keinginan, atau cita

-cita,

letakkanlah itu semua di depan keningmu, jangan menempel tapi

biarkan dia menggantung, mengambang 5 cm di depan kening kamu.

Jadi dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu dan kamu bawa

impian itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan kamu percaya

bahwa kamu bisa, bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh

apapun hambatannya. Katakan pada diri sendiri, kalau kamu percaya

dengan impian kamu dan kamu tidak akan pernah menyerah_(Zafran)”

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan skripsi ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Benediktus Raditya. 2013. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segi Empat Kelas X AP SMK Sanjaya Pakem Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui : (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together; (2) hasil belajar matematika yang dicapai siswa dalam pembelajaran dengan topik keliling dan luas bangun datar segi empat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif, Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013. Topik dalam penelitian ini adalah keliling dan luas segi empat. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan catatan lapangan, dokumentasi, Lembar Kerja Siswa, lembar pengamatan keaktifan siswa dan tes siswa, yang keduanya diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Tes siswa terdiri dari pre-test dan pos-tes. Alat ukur untuk keaktifan adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 10 kriteria keaktifan dalam diskusi khusus dan 8 kriteria keaktifan dalam diskusi umum, sedangkan hasil belajar siswa menggunakan pre-tes dan pos-tes dengan materi bangun datar, keliling dan luas segi empat.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) keaktifan siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together masuk dalam kategori cukup dengan prosentase rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah 6,25 % kriteria tinggi, 74,52 % kriteria cukup, dan 19,23 % kriteria rendah; (2) hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together tergolong baik, dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar pada pre-tes adalah 45.69 % dan pada pos-tes menjadi 71,63 %.

(8)

viii ABSTRACT

Benediktus Raditya. 2013. The Liveliness and Student’s Learning Outcomes by Applying Cooperative Learning NHT (Numbered Heads Together) Model towards Mathematics Subject on Circumference and Area of a Quadrangle upon Grade X AP SMK Sanjaya Pakem in Academic Year 2012/2013.Thesis. Programme Study of Mathematics Education, Faculty of Teaching and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purposes of the paper aim to examine: (1) students‟ liveliness in the pursuing study by applying Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Model, (2) mathematics learning outcomes attained by students in learning circumference and area of a flat quadrangle using Cooperative Learning NHT Model.

This study applied a qualitative and a quantitative research based. The subject of the research involved the students of grade X AP Sanjaya Vocational School PAKEM in academic year 2012/2013. The research notably focused on circumference and area of a quadrangle. The data collection included field records, documentation, students‟ worksheet, students‟ invigoration form and tests, which encompassed Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Model. The test comprehended pre-test and post-test. The gauge of liveliness based on students‟ liveliness observation form which embodied 10 criteria of students‟ invigoration in particular discussion and 8 liveliness‟ criteria in general discussion, whilst the learning outcomes of students seized the pre-test and post-test containing plane structure, circumference and area of a quadrangle.

Based on analysis, the study construed: (1) the students‟ liveliness by applying Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT) Model inhered in the category of „fair‟ with the average percentage of overall students‟ liveliness indicated 6.25% of high criteria, 74,52% of fair criteria and 19,23% of low criteria, (2) students‟ learning outcomes by applying Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) Model classified in good criteria denoted by 45.69% of pre-test value into the 71.63% of post-test value of the average value of learning outcomes.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keaktifan dan

Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT (Numbered Heads Together) Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok

Bahasan Keliling dan Luas Segi Empat Kelas X AP SMK Sanjaya Pakem Tahun

Pelajaran 2012/2013”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,

saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. A. Sardjana, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan

penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.

3. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang

membangun pada penyusunan skripsi ini.

4. Segenap Dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing

(10)

x

5. Bapak Sugeng, Bu Heni, dan Mas Arif yang memberikan bantuan

administrasi selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Matematika, dan siswa

kelas X AP yang membantu dalam proses penelitian dan yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian di

SMK Sanjaya Pakem Sleman.

7. Keluargaku tercinta dan terkasih, Papa Venantius Widijanto, Mama

Ratnawati Elina, Kakakku Marselina Kartika, dan semua keluargaku yang

ada di Bangka, Jakarta dan Yogyakarta, terima kasih untuk semua kasih

sayang, doa, perhatian, dan pengorbanan yang telah kalian berikan.

Semoga saya bisa menjadi lebih baik lagi untuk kalian semua.

8. Teman-teman Pendidikan Matematika 2009 kelas A, terima kasih atas

bantuan, saran dan semangat yang selalu diberikan sehingga penyusunan

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Untuk Rio, Ardi, Daniel, dan Jefri yang sudah menyempatkan waktu untuk

menjadi observer dalam penelitian saya.

10.Teman-teman “Memory Kos” yang selalu mendukung, membantu, dan

memberikan semangat kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu saya dan memberikan saya begitu banyak doa dan dukungan

agar skripsi dapat terlaksana dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

(11)

xi

datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ……….. xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

(13)

xiii

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Pengertian Belajar ... 11

B. Pembelajaran Matematika ... 12

C. Keaktifan dan Hasil Belajar ... 14

D. Pembelajaran Kooperatif ... 18

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 23

F. Bangun Datar ... 29

G. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Metode Pengolahan Data ... 40

F. Metode Pengumpulan Data ... 42

(14)

xiv

H. Analisis Uji Validitas dan Reliabelitas ... 48

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 50

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 52

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

C. Tabel Pengamatan Keaktifan dan Hasil Belajar... 85

D. Kelemahan Penelitian... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelompok... 43

Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Umum ... 44

Tabel 3.3 Pencarian Rentang Skor ... 45

Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Tingkat Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 46

Tabel 3.5 Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 46

Tabel 3.6 Keaktifan Seluruh Siswa Secara Keseluruhan ... 47

Tabel 3.7 Rata – Rata Hasil Belajar Setiap Tes ... 47

Tabel 3.8 Ketuntasan Belajar Setiap Tes ... 47

Tabel 4.1 Hasil Pre-Tes Siswa ... 54

Tabel 4.2 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 2 ... 61

Tabel 4.3 Kriteria Keaktifan Siswa Pertemuan 2 ... 62

Tabel 4.4 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 2 ... 62

Tabel 4.5 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 3 ... 69

Tabel 4.6 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 3 ... 71

(16)

xvi

Tabel 4.8 Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 ... 78

Tabel 4.9 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 ... 79

Tabel 4.10 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 ... 80

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Pada Pos-Tes ... 81

Tabel 4.12 Rata – Rata Keaktifan Siswa ... 82

Tabel 4.13 Rata – Rata Hasil Belajar ... 84

Tabel 4.14 Ketuntasan Belajar Dalam Tes ... 84

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 94

Lampiran A.2 Soal Pre-Tes ... 112

Lampiran A.3 Soal Pos-Tes ... 115

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa 1 ... 117

Lampiran A.5 Lembar Kerja Siswa 2 ... 118

Lampiran A.6 Lembar Kerja Siswa 3 ... 119

Lampiran A.7 Kunci Jawaban Pre-Tes ... 120

Lampiran A.8 Kunci Jawaban Pos-Tes ... 123

Lampiran A.9 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ... 127

Lampiran A.10 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 ... 130

Lampiran A.11 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 ... 133

Lampiran B.1 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa ... 137

Lampiran B.2 Contoh Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa ... 138

Lampiran B.3 Contoh Hasil Pre-Tes, Pos-Tes, LKS 1, 2, dan 3 ... 142

(18)

xviii

Lampiran C.2 Hasil Uji Reliabelitas Soal Pre-Tes... 159

Lampiran D.1 Surat Kelengkapan Administrasi ... 162

(19)

xix DAFTAR GAMBAR

Halaman

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini, matematika tetap menjadi salah satu mata

pelajaran di sekolah yang sangat menakutkan bagi semua siswa. Sangat

susah sekali merubah cara pandang siswa yang telah terlanjur menganggap

kalau matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dan susah

untuk dimengerti. Pernyataan ini dapat terlihat dari hasil ujian atau

ulangan kebanyakan siswa untuk mata pelajaran matematika selalu jelek

dan cenderung mengalami penurunan.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya partisipasi aktif siswa

saat mengikuti pelajaran matematika karena sudah terlanjur takut dan

malas terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Siswa menjadi kurang

berpartisipasi aktif dan cenderung menerima saja apa yang dijelaskan oleh

guru, keadaan ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif saat proses

pembelajaran berlangsung. Sehingga pada kenyataan yang ada siswa yang

aktif di kelas hanya beberapa siswa saja sedangkan yang lain hanya diam

dan menerima saja. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan siswa di

kelas menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan

dan sulit sehingga saat proses pembelajaran mereka menjadi cenderung

takut dan tidak siap saat menerima pembelajaran yang menyebakan

(21)

menyebabkan kebanyakan siswa mendapatkan nilai yang jelek saat

menghadapi ulangan atau ujian.

Berdasarkan hasil percakapan saya dengan guru pamong saya di

SMK Sanjaya Pakem sewaktu saya PPL pada semester ganjil kemarin,

saya mendapatkan bahwa guru matematika di sekolah itu mengalami

kesulitan ketika menyampaikan materi kepada siswa. Kesulitan utamanya

adalah sangat kurangnya pemahaman terhadap materi-materi dasar

matematika yang seharusnya sudah harus mereka kuasai dengan baik. Hal

ini dapat dilihat saat pembelajaran berlangsung, ketika materi yang

disampaikan harusnya sudah mereka kuasai saat SMP ternyata mereka

belum menguasainya sehingga guru harus mengulang kembali materi

dasar tersebut. Dari pengamatan saya sewaktu PPL, guru mengajar masih

sering mengajar dengan cara konvensional, dimana guru menjadi pusatnya

dan guru menjadi sangat aktif dan terlihat sangat sabar dalam mengajar

agar siswanya benar-benar memahami materi yang sedang disampaikan,

namun ini kemudian menjadi masalah ketika siswa yang diajar tidak

memperhatikan dan cenderung sibuk sendiri sehingga menghambat proses

belajar mengajar di kelas. Ketika diberikan latihan, siswa mau

mengerjakan latihan, siswa juga mau bertanya ketika ada kesulitan.

Namun, sepertinya siswa melakukan hal itu hanya untuk formalitas saja

ketika ditanya guru, bahkan cenderung seperti mencari perhatian guru

bahwa mereka mengerjakan. Mereka tidak benar-benar paham ketika guru

(22)

yang bertanya dengan teman yang sudah bertanya kepada guru mereka,

siswa tersebut menjawab tidak tahu, tidak bisa, atau aku juga belum begitu

mengerti.

Agar siswa benar-benar memahami dan sanggup menerapkan

pengetahuan, mereka harus berupaya menyelesaikan masalah,

menemukan sesuatu bagi diri sendiri, dan bergumul dengan

gagasan-gagasan (Robert E. Slavin: 2009). Dalam menyampaikan materi

matematika, penguasaan konsep matematika sangatlah penting karena

penguasaan konsep matematika akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Oleh karena itu, dalam proses belajar-mengajar matematika guru

hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, atau

metode yang sesuai dengan situasi kelas sehingga siswa merasa senang

dan memiliki semangat untuk belajar.

Dari penjelasan tersebut maka seorang guru harus bisa

menciptakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi

dan minat belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooeperatif adalah

suatu metode strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama

antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dari metode

ini adalah agar setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara

aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam

(23)

Setiap siswa pasti memiliki pengetahuan dan kecepatan belajar

yang berbeda-beda, hal ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Cara terbaik untuk mengatasi perbedaan ini ialah

mengabaikannya: mengajar seluruh kelas dengan kecepatan yang sama,

atau dengan menawarkan bantuan tambahan kepada siswa yang

berpencapaian rendah dan memberikan kegiatan perluasan atau

pengayaan tambahan kepada siswa yang cenderung menyelesaikan

tugas dengan cepat (Meyer dan Rose: 2000; Pettig: 2000; Tomlinson,

Kaplan dan Renzulli: 2001). Penggunaan metode pembelajaran kerja

sama yang tepat, dimana siswa yang mempunyai tingkat kinerja yang

berbeda dapat membantu satu sama lain, dapat menjadi sarana yang

efektif untuk membantu semua anak belajar (Schniedewind dan

Davidson: 2000; Slavin: 1995).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan

metode NHT (Number Heads Together) dalam penelitian ini. Metode

pembelajaran ini dipilih karena pembelajaran NHT lebih mengedepankan

kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan

informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan

kelas (Rahayu, 2006), selain itu model pembelajaran NHT ini secara tidak

langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi mendengarkan

dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa

lebih produktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe NHT

(24)

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model

pembelajaran NHT ini berfungsi untuk meningkatkan pemahaman siswa

dalam merangkum suatu cerita secara runtut sehingga siswa dapat

menceritakan kembali apa yang telah dipelajarinya. NHT memiliki

kelebihan yaitu dapat mengoptimalkan partisipasi siswa. Model

pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

berpartisipasi aktif, dapat saling berbagi ide dan jawaban yang paling tepat,

selain itu NHT juga melatih siswa untuk dapat belajar bekerja sama

dengan teman mereka di kelas.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti

mengadakan penelitian yang menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa terhadap pelajaran matematika. Peneliti mengambil judul:

“KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS SEGI

EMPAT KELAS X AP SMK SANJAYA PAKEM TAHUN PELAJARAN

2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan bahwa identifikasi

(25)

1. Kegiatan pembelajaran matematika di kelas, terkesan hanya satu

arah yaitu guru menjadi pusat dari kegiatan pembelajaran

matematika.

2. Siswa kurang aktif dan kebanyakan diam.

3. Guru kurang mengeksplorasi pengetahuan siswa.

4. Sebagian siswa cenderung kurang antusias untuk terlibat dalam

pembelajaran matematika.

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada pembelajaran matematika yang

dilakukan dengan pendekatan model pembelajaran Kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT), khususnya di kelas X AP SMK

Sanjaya Pakem. Materi yang dipelajari adalah keliling dan luas segi empat.

Melalui pembelajaran yang dilaksanakan, peneliti ingin mengetahui

pengaruh penerapan model pembelajaran NHT terhadap keaktifan dan

hasil belajar siswa dan kesimpulan yang didapat tidak dapat diterapkan

pada kelas ataupun sekolah lain.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

(26)

b. Bagaimanakah hasil belajar matematika yang dicapai siswa dalam

pembelajaran dengan pokok bahasan keliling dan luas bangun datar

segi empat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT?

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian konsep yang

akan dipergunakan untuk penelitian, maka peneliti membatasi beberapa

konsep yaitu :

1. Belajar adalah suatu proses perubahan dari tidak bisa menjadi bisa

dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.

2. Keaktifan siswa adalah keaktifan siswa terhadap pelajaran yang

sedang berlangsung yang terdiri dari kegiatan diskusi, bertanya,

mendengarkan, berpendapat, dan mengerjakan soal.

3. Hasil belajar adalah keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai

melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dapat dinyatakan

dengan skor atau yang diukur dengan skor.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together

adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan

pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Model pembelajaran NHT ini berfungsi

(27)

cerita secara runtut sehingga siswa dapat menceritakan kembali apa

yang telah dipelajarinya.

Jadi yang dimaksud dari judul penelitian ini adalah

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk

melihat keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dicapai

oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Mengetahui hasil belajar matematika yang dicapai siswa dalam

pembelajaran dengan pokok bahasan keliling dan luas bangun

datar segi empat dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan guru dapat mencoba

menerapkan metode pembelajaran model pembelajaran NHT

(Numbered Heads Together) dalam pembelajaran matematika di

(28)

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang lebih

baik.

2. Bagi Siswa

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model

pembelajaran NHT diharapkan dapat mendorong siswa untuk dapat

berpartisipasi atau terlibat lebih aktif lagi dalam pembelajaran

sehingga dapat lebih meningkatkan keaktifan dan memberikan

hasil belajar yang baik dalam memahami materi pelajaran.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, dengan penelitian ini peneliti dapat meningkatkan

pemahaman dan penguasaan materi dalam melibatkan siswa pada

proses pembelajaran matematika sehingga dapat memberikan hasil

belajar yang baik dengan model pembelajaran NHT. Selain itu

penelitian ini dapat menjadi bekal berguna bagi peneliti untuk

menambah pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran

ini di kelas nantinya saat mengajar.

H. Sistematika Penulisan

Penulis membagi skripsi ini dalam 5 bagian, yaitu :

Bab I : Pendahuluan, yang memuat : latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori. Dalam landasan teori ini peneliti mendeskripsikan

(29)

Dalam bab ini memuat : pengertian belajar, pembelajaran matematika,

keaktifan dan hasil belajar, pembelajaran kooperatif, pembelajaran

kooperatif tipe NHT, materi bangun datar segi empat, dan kerangka

berpikir.

Bab III : Metode Penelitian. Bab ini akan menjelaskan tentang jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian,

variabel penelitian, metode pengolahan data, metode pengumpulan data,

metode analisis data, analisis uji validitas dan reliabelitas, dan prosedur

pelaksanaan penelitian.

Bab IV : Deskripsi dan Pembahasan Hasil Penelitian. Bab ini menjelaskan

tentang deskripsi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, tabel

pengamatan keaktifan dan hasil belajar, dan kelemahan penelitian.

Bab V : Kesimpulan dan Saran. Bab ini akan menguraikan tentang

(30)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian

manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan

kemampuan-kemampuan yang lain.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi belajar menurut beberapa ahli,

antara lain :

1. Herman Hudoyo (1998:1) mengemukakan bahwa seseorang

dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu terjadi

suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.

2. Winkel (1989:36), belajar merupakan suatu aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilakan sejumlah perubahan dalam pengetahuan –

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

3. Slameto (2010:2), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu dimana

perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan berdasarkan atas

(31)

4. Sudjana (2010), belajar bukan menghafal dan bukan pula

mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, dan kemampuan, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain-lain yang ada pada individu. Belajar

adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat

melalui berbagai pengalaman.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan

nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan

keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan

dalam nteraksi dengan lingkungan.

B. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu

yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu sosial, dan linguistik.

Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni

anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu

berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan

(32)

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran

suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari

kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahamn

konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata.

Proses innduktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep

matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil

rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif

sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal inidisebut dengan

belajar bernalar (Depdiknas, 2003:5-6).

Sedangkan pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh

guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar

memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap

(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 157)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud

adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi agar

siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan

terbimbing.

Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri adalah terbentuknya

kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan

(33)

dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika,

bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (PPPG, 2004: 1).

Jadi apabila seorang guru memahami dengan baik matematika

maka seorang guru matematika akan mampu menggunakan matematika

untuk membawa peserta didik atau siswanya agar dapat mencapai tujuan

yang diinginkan. Sebaliknya, apabila pemahaman guru terhadap

matematika kurang baik dapat dipastikan bahwa penggunaan matematika

juga tidak akan maksimal seperti yang diharapkan. Selain itu, matematika

cukup dikenal dengan mata pelajaran yang sulit, keabstrakan objek-objek

matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret

agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik atau siswa. Inilah yang

seharusnya menjadi perhatian guru matematika, dan diharapkan dapat

menjadi pendorong untuk lebih kreatif dalam merencanakan proses

pembelajaran.

C. Keaktifan dan Hasil Belajar 1. Keaktifan Siswa

Menurut Sardiman (2008: 95) aktivitas diperlukan dalam

belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat

untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan.

Belajar merupakan suatu proses aktif, siswa harus berpartisipasi

aktif dalam belajar.

Beberapa jenis aktivitas belajar menurut Dierich (Oemar

(34)

1. Kegiatan – kegiatan visual. Kegiatan ini meliputi membaca,

melihat, mengamati, mendemonstrasikan, dan pameran.

2. Kegiatan-kegiatan lisan. Kegiatan ini meliputi

mengemukakan pendapat, wawancara, bertanya, diskusi,

dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Kegiatan ini meliputi

mendengarkan pelajaran, mendengarkan diskusi-kelompok.

4. Kegiatan-kegiatan menulis. Kegiatan ini meliputi menulis

cerita, mengerjakan tes, dan menulis karangan.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar. Kegiatan ini meliputi

menggambar grafik, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik. Kegiatan ini meliputi melakukan

percobaan, memilih alat-alat, dan membuat model.

7. Kegiatan-kegiatan mental. Kegiatan ini meliputi mengingat,

merenungkan, dan memecahkan masalah.

8. Kegiatan-kegiatan emosional. Kegiatan ini meliputi minat,

membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur terpenting bagi

keberhasilan proses pembelajaran dengan model NHT yang

mengutamakan keaktifan belajar siswa di kelas, keaktifan siswa

dalam berinteraksi dengan guru dan siswa, dan kemandirian siswa

dalam belajar matematika. Keaktifan siswa dalam model

(35)

mengemukakan pendapat, menjelaskan, bertanya, merespon

pendapat, dan mengerjakan latihan.

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:

22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya

Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu

keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, dan

sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22). Dari pendapat tersebut,

dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah

ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua

faktor yakni faktor dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa

(Sudjana, 1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud

adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang

dimilikinya seperti yang dikemukakan Clark (1981: 21)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Demikian juga faktor dari luar siswa yakni lingkungan yang paling

(36)

Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi

dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar

terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya

berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan

berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya

apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak

dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran

yang dimaksud adalah professional yang dimiliki oleh guru.

Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif

(intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang perilaku

(psikomotorik).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni

lingkungan dari dalam individu siswa itu sendiri. Sehingga dapat

disimpulkan, hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau

diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal

tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan

sehingga Nampak pada diri individu penggunaan penilaian

terhadap sikap, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat

dalam berbagai aspek kehidupan sehingga Nampak pada diri

(37)

D. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk

memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok

kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai

wadah siswa bekerjasama dan memecahkan masalah melalui interaksi

sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan

dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri :

1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam

kelompok secara kooperatif.

2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari

beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda,

maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras,

(38)

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari

pada perorangan.

Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling

tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut

Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan

hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap

anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.

Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk

bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Menurut Roger dan David Johnson mengatakan bahwa untuk

mencapai hasil maksimal, ada lima unsure dalam model pembelajaran

kooperatif yang harus diterapkan, yaitu :

1. Positive interpendence (saling ketergantungan positif)

2. Personal responsibility (tanggung jawab perorangan)

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

5. Group processing (pemrosesan kelompok)

Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif

sebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa

(39)

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam

kelompoknya.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama di antara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan

yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Pembelajaran kooperatif memiliki keuntungan (Sugiyanto: 2010)

antara lain :

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

keterampilan, informasi, dan perilaku sosial;

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai

sosial dan komitmen;

(40)

6. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

7. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan

situasi dari berbagai perspektif;

8. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik.

Beberapa variasi model pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011),

diantaranya sebagai berikut:

1. Student Team Achievment Divisions (STAD)

Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok

adalah 4-5 orang siswa yang heterogen, campuran menurut

tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

2. Tim Ahli (Jigsaw)

Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5-6

orang. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam teks

yang sudah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab lagi.

Siswa tersebut bekerja dalam kelompok asal dan kelompok

ahli, dengan catatan kelompok asal anggotanya heterogen.

Salah satu anggota dari kelompok asal diberi tugas untuk

(41)

ahli mempelajari topic tersebut, maka tim ahli kembali ke

kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang

telah mereka pelajari dalam kelompok ahli.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Pada tipe ini, guru membagi kelas menjadi beberapa

kelompok dengan anggota 5-6 orang yang heterogen.

Pembagian kelompok dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat

yang sama dalam topic tertentu. Topic dipilih oleh siswa

dan kemudia siswa tersebut melakukan penyelidikan

mendalam atas topic yang dipilih dalam kelompok.

Selanjutnya kelompok menyiapkan dan mempresentasikan

laporannya kepada seluruh kelas.

4. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir

bersama merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman siswaterhadap isi pelajaran

tersebut.Diawali dengan penomoran, guru membagi

siswakedalam kelompok dengan beranggotakan 3-5 dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara

(42)

berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan itu. Guru memanggil suatu nomor

tertentu , kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

5. Team Games Tournament (TGT)

Tipe TGT hampir sama dengan tipe STAD, yang

membedakan hanyalah cara mengetahui kemampuan

pemahaman siswanya saja. Pada STAD diakhiri dengan

pemberian penghargaan kelompok berdasarkan skor

peningkatan kuis individu, sedangkan TGT diakhiri dengan

permainan atau turnamen yang pesertanya merupakan

perwakilan dari masing-masing kelompok yang tingkat

kemampuannya sama.

Keberhasilan pada pembelajaran kooperatif tergantung dari

keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana

keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang

positif dalam belajar kelompok.

E. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan

yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan banyak siswa

dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

(43)

Numbered Head Together adalah model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan

di depan kelas (Rahayu, 2006).

Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa

saling belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan

oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada

struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi

akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan

keterampilan sosial (Ibrahim, 2000: 25). Model NHT adalah bagian dari

model pembelajaran kooperatif structural, yang menekankan pada

struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja

saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari

struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu

untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah

dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas,

karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk

menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Ibrahim (2000), mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai

(44)

1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agara siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya,

mengharagai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea tau

pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Menurut Agus Suprijono (2009:92) pembelajaran dengan

menggunakan NHT diawali dengan numbering. Guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok, setelah kelompok terbentuk guru

mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap

kelompok. Tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “heads together”

berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan guru. Guru memanggil

peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok

untuk menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dilakukan terus hingga

semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing

kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.

(45)

lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban

pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen (1998,

dalam Arends 2008) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah

pembelajaran metode Numbered Heads Together menurut Kagan (1998,

dalam Arends 2008) adalah sebagai berikut :

1. Langkah 1: Penomoran (numbering)

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok heterogen

atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi

mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam satu tim tersebut

memiliki nomor yang berbeda.

2. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (questioning)

Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan

dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat

umum.

3. Langkah 3: Berpikir bersama (Head Together)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

(46)

4. Langkah 4: Pemberian jawaban (answering)

Guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk seluruh kelas (Ibrahim, 200: 28).

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe

NHT terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah seperti yang

dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain

adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4. Perilaku menganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang

6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi

8. Hasil belajar lebih tinggi

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing. Berikut ini adalah kelebihan dari model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu :

1. Memberi Motivasi

Motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong

(47)

tertentu terhadap situasi di sekitarnya. Segala sesuatu yang

baru dan segala perubahan dapat menumbuhkan motivasi.

Begitu juga dengan metode NHT, dengan pemberian nomro

merupakan hal baru bagi siswa dalam belajar, sehingga

siswa dapat termotivasi dalam belajar.

2. Menambah rasa percaya diri

Metode ini dapat menambah rasa percaya diri siswa, karena

dalam metode ini ada pemanggilan nomor dalam menjawab

hasil diskusi. Sehingga dalam diri siswa timbul rasa

percaya diri.

3. Siswa menjadi lebih aktif

Metode NHT akan menambah keaktifan siswa dalam

belajar, karena siswa boleh memberikan pendapat dan

menukar pendapat, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.

4. Setiap siswa menjadi siap semua.

5. Diskusi dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh.

6. Siswa yang pandai dapat mengajarkan siswa yang kurang

pandai.

7. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam suatu kelompok.

Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe

(48)

1. Waktu ruang

Belajar dengan menggunakan metode NHT memerlukan

waktu yang agak panjang, supaya siswa lebih memahami

materinya.

2. Membuat panik siswa

Di samping membuat percaya diri, metode ini juga dapat

membuat grogi atau panik siswa, karena dalam metode ini

bagi nomor yang dipanggil harus menjawab dan mereka

panic pada saat pemanggilan nomor.

3. Membuat repot guru

Metode NHT merupakan metode diskusi kelompok yang

menggunakan nomor, sehingga sebelum pembelajaran

dimulai guru harus mempersiapkan nomor, hal ini dapat

membuat guru menjadi agak repot.

F. Bangun Datar

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan bangun datar

seperti permukaan papan tulis kelas yang berbentuk persegi panjang atau

permukaan jam dinding yang berbentuk lingkaran. Bangun datar terdiri

atas segi empat, segitiga, dan lingkaran. Namun dalam penelitian ini

peneliti hanya akan membahas bangun datar segi empat saja. Di sini juga

(49)

1. Keliling dan Luas Segi Empat

Segi empat adalah bangun yang memiliki empat sisi. Keliling

daerah segiempat adalah jumlah total dari semua sisi yang dimiliki

bangun datar tersebut, sedangkan luas daerah segiempat adalah

banyaknya persegi dengan sisi satu satuan panjang yang menutupi

seluruh bangun datar tersebut.

2. Keluarga Segiempat

Gambar 2.1 Keluarga Segiempat

1 4

2 3

5 6

7 Keterangan gambar :

a. 1 = segiempat sembarang

b. 2 = trapesium

c. 3 = jajargenjang

d. 4 = layang-layang

(50)

f. 6 = belah ketupat

g. 7 = persegi

Segiempat terdiri dari 4 macam yaitu segiempat sembarang,

trapesium, jajargenjang, dan layang-layang. Segiempat yang

memiliki tepat 1 pasang sisi sejajar disebut trapesium, segiempat

yang memiliki 2 pasang sisi sejajar disebut jajargenjang,

sedangkan segiempat yang memiliki sepasang sisi yang berdekatan

kongruen dan sisi lainnya juga kongruen disebut dengan

layang-layang. Kemudian, jajargenjang yang memiliki 4 sudut siku-siku

dinamakan persegipanjang, jajargenjang dan layang-layang yang

memiliki 4 sisi sama panjang disebut dengan belah ketupat.

Persegipanjang dan belah ketupat yang memiliki 4 sisi sama

panjang dan mempunyai 4 sudut siku-siku dikenal dengan nama

persegi.

Contoh bangun segi empat antara lain persegi panjang, persegi,

jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

a. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah segi empat yang memiliki dua

pasang sisi sejajar dan besar salah satu sudutnya adalah 900. D C

l

(51)

Gambar di atas menunjukkan persegi panjang ABCD

dengan sisi-sisi : AB, BC, CD, dan AD, panjang (p): AB dan

CD, lebar (l): AD dan BC, serta diagonal: AC dan BD.

Keliling dan luas persegi panjang dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Keliling (K) = 2(p + l)

Luas (L) = p ∙ l

dengan panjang = p dan lebar = l

b. Persegi

Persegi merupakan segiempat yang keempat sisinya sama

panjang dan salah satu sudutnya siku-siku.

D C

s

A B

Gambar di atas menunjukkan persegi ABCD dengan sisi (s):

AB=BC=CD=DA dan diagonal AC=BD.

Jika diketahui panjang sisi persegi = s, maka :

K= 4 ∙ s

L = s ∙ s

c. Jajar Genjang

Jajar genjang adalah segi empat dengan sisi – sisi yang

(52)

D C

s2

A E s1 B

Gambar di atas menunjukkan jajar genjang ABCD dengan

sisi (s): AB = CD, AD = BC, diagonal: AC = BD, dan tinggi

(t): DE.

Rumus keliling dan luas jajar genjang dirumuskan sebagai

berikut:

K = 2 (s1 + s2 )

L = a ∙ t

dengan,

s1 = sepasang sisi sejajar yang pertama, s2 = sepasang sisi sejajar yang kedua, a = alas, dan t = tinggi.

d. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah jajargenjang dengan sisi – sisi yang

berdekatan konkruen.

D

A C

(53)

Gambar di atas adalah belah ketupat ABCD dengan sisi (s)

AB = BC = CD = AD, dan diagonal AC = BD.

Rumus keliling dan luas belah ketupat adalah sebagai

berikut:

K = 4s dan L = ∙ diagonal ∙ diagonal

e. Layang-Layang

Layang-layang adalah segiempat yang masing-masing

pasang sisinya sama panjang.

C

D B

A

Gambar di atas menunjukkan layang-layang ABCD dengan

sisi: AB, BC, CD, AD dan diagonal: AC dan BD.

Keliling dan luas layang-layang adalah sebagai berikut:

K = Jumlah panjang semua sisi

L = ∙ diagonal ∙ diagonal lainnya

f. Trapesium

Trapesium adalah segi empat yang mempunyai satu dan

hanya satu pasang sisi sejajar.

(54)

1) Trapesium sembarang

Trapesium sembarang adalah trapesium yang

keempat sisinya tidak sama panjang.

D C

A B

2) Trapesium sama kaki

Trapesium sama kaki adalah trapesium yang

memiliki sepasang sisi yang sama panjang dan juga

memiliki sepasang sisi yang sejajar.

D C

A B

3) Trapesium siku-siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah

satu sudutnya merupakan sudut siku-siku 900. D C

A B

Sisi-sisi yang berpotongan tegak lurus tersebut

disebut tinggi trapesium, AD = tinggi = t.

Rumus luas dan keliling trapesium adalah:

(55)

K = Jumlah panjang semua sisi

Contoh soal :

Hitunglah keliling dan luas bangun-bangun segiempat berikut ini:

1. A B

10 cm

C 25 cm D

Jawaban :

ABCD adalah persegi panjang dengan p = 25 cm dan l = 10 cm.

 Keliling

K = 2 ( p + l )

= 2 ( 25 + 10 )

= 2 ( 35 )

= 70

 Luas

L = p ∙ l

= 25 ∙ 10

= 250

(56)

2. D C

12 cm dengan DE = 10 cm

A E 20 cm B

Jawaban :

ABCD adalah jajar genjang dengan AB = 20 cm, AD = 12 cm, dan

DE = t = 10 cm.

K = 2 ( AB + AD )

= 2 ( 20 + 12 )

= 2 ( 32 )

= 64

L = AB ∙ t

= 20 ∙ 10

= 200

Jadi, kelilingnya adalah 64 cm dan luasnya adalah 200 cm2. G. Kerangka Berpikir

Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi

oleh seberapa besar tingkat keterlibatan dan keaktifan siswa. Sehingga

perlu adanya perubahan dalam model pembelajaran untuk meningkatkan

tingkat keaktifan siswa dalam belajar matematika. Caranya adalah dengan

menjadikan semua siswa saling membantu dan mendukung dalam proses

(57)

satu kelas harus benar-benar siap dalam proses pembelajaran agar dapat

menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif model NHT mengajak siswa untuk berani

bertanya, berpendapat, dan saling membantu teman untuk memahami

materi, dan mengerjakan soal. Model NHT ini dapat membantu

mengoptimalkan tingkat partisipasi siswa. Model pembelajaran NHT

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berpartisipasi aktif,

dapat saling berbagi ide dan jawaban yang paling tepat, selain itu NHT

juga dapat melatih siswa untuk dapat belajar bekerja sama dengan teman

mereka di kelas.

Model pembelajaran NHT diharapkan dapat menumbuhkan minat

dan keaktifan belajar siswa dalam belajar matematika, proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan menyenangkan, dan

(58)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penelitian pra-eksperimental, yaitu penelitian yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengetahui keaktifan dan hasil

belajar matematika. Cara analisis penelitian ini adalah menggunakan

penelitian campuran dari kualitatif dan kuantitatif karena data yang

diperoleh adalah data dalam bentuk angka dan uraian. Peneliti akan

mendeskripsikan semua kejadian dan menginterpretasikan data bentuk

uraian kualitatif, sedangkan data yang menunjukkan angka-angka akan

dianalisi secara kuantitatif.

Dalam penelitian ini, data keaktifan akan dilihat dari catatan

lapangan, dokumentasi, dan instrument pengamatan dianalisis secara

kualitatif deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar akan

dianalisis secara kuantitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem,

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 semester genap

(59)

C. Subyek dan Objek Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian

awal, maka dapat ditentukan subjek dan objek penelitian ini. Subjek pada

penelitian ini adalah siswa kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran

2012/2013. Sedangkan objek penelitian ini adalah keaktifan dan hasil

belajar siswa kelas X AP SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu faktor, sifat, atau kondisi yang memiliki

variasi nilai yang dapat diukur. Berikut adalah variabel-variabel yang

terkandung dalam penelitian ini :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran

kepada siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT ( Numbered Heads Together) di dalam kelas.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat keaktifan dan

hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan luas dan keliling

persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat,

layang-layang, dan trapesium.

E. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, guru matematika SMK Sanjaya Pakem yang

(60)

pembelajaran tersebut. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran yang

akan dilaksanakan :

1. Pre-tes

Tes berupa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur

pengetahuan, keterampilan, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu. Pre-tes ini diberikan sebelum dilakukan

pembelajaran pada pokok bahasan keliling dan luas segi empat.

Hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

sebelum menggunakan pembelajaran dengan NHT. Hasil ini juga

akan digunakan untuk menentukan pembagian kelompok diskusi

siswa di dalam kelas.

2. Kelompok

Siswa akan dibentuk dalam beberpa kelompok dengan

jumlah anggota 4-5 orang. Pembagaian kelompok akan

dikonsultasikan dengan guru matematika di kelas itu terlebih

dahulu dengan memperhatikan keragaman siswa seperti jenis

kelamin, kemampuan intelektual, hasil belajar, dan perbedaan

komunikasi sosial.

3. Orientasi

Siswa diberi penjelasan mengenai model pembelajaran

(61)

4. Pelaksanaan

a. Di awal, guru akan mempresentasikan pokok bahasan

keliling dan luas segi empat sesuai dengan rancangan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

b. Siswa dalam kelompok masing-masing akan berdiskusi

tentang materi yang akan diberikan dan menyelesaikan

masalah yang ada pada Lembar kerja yang dibagikan.

c. Setelah selesai, peneliti atau guru akan memanggil salah

satu nomor kepala siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di depan kelas. Guru dan siswa

diperbolehkan untuk memberikan pertanyaan dan

tanggapan.

d. Di akhir kegitaan, guru memberi penguatan dan menarik

suatu kesimpulan terakhir mengenai materi yang dibahas.

5. Pos-tes

Tes ini diberikan setelah dilakukan pembelajaran pada

pokok bahasan keliling dan luas segi empat. Tes ini untuk melihat

hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah untuk

(62)

Instrument kegiatan pembelajaran berisi tentang desain pembelajaran,

rancangan pembelajaran dan lembar kerja siswa. Sedangkan instrument

pengumpulan data berisi lembar pengamatan untuk mengamati siswa

selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian tes akan dilakukan

sebanyak 2 kali.

1. Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dan lembar kerja untuk siswa. Lembar kerja tersebut berisi

soal atau permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok

nantinya, sehingga nantinya diharapkan siswa dapat menjadi aktif.

2. Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa

Lembar pengamatan keaktifan siswa terdiri dari dua macam dalam

penelitian ini, yaitu : lembar pengamatan keaktifan siswa dalam

diskusi kelompok dan lembar pengamatan siswa dalam diskusi

umum.

Tabel 3.1

Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Kelompok

4. Siswa mengemukakan pertanyaan tanpa diminta

(63)

dengan diminta

6. Siswa merespon pendapat temannya tanpa diminta

7. Siswa merespon pendapat temannya dengan diminta

8. Siswa mengerjakan semua tugas 9. Siswa mengerjakan tugas tepat

waktu

10. Siswa mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan

Tabel 3.2

Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Dalam Diskusi Umum

Kelompok No. Aktivitas yang diamati Frekuensi 1. Siswa mengajukan pertanyaan

tanpa diminta

2. Siswa mengajukan pertanyaan dengan diminta

3. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tanpa diminta

4. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru dengan diminta

3. Tes (Pre-Tes dan Pos-Tes)

Tes adalah merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki

jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah

pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan

yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat

(64)

yang dikenai tes. Pre-tes diberikan sebelum dilakukan

pembelajaran, sedangkan pos-tes diberikan setelah dilakukan

pembelajaran.

G. Metode Analisis Data

Seperti yang telah dijelaskan di atas, analisa data yang akan

digunakan adalah dengan menggunakan analisa kuantitatif dan analisa

kualitatif deskriptif. Untuk analisa kualitatif digunakan hasil pengamatan,

sedangkan analisa kuantitatif dengan statistika. Langkah-langkahnya

sebagai berikut :

1. Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa akan diamati dengan menggunakan lembar

pengamatan. Keaktifan yang diamati adalah keaktifan siswa saat

diskusi kelompok dan diskusi umum dalam pembelajaran dengan

NHT.

Untuk mengetahui kriteria keaktifan siswa maka dicari

rentang skornya. Untuk diskusi kelompok dan diskusi umum,

terdapat 10 dan 8 aktivitas yang masing-masing bernilai 1,

sehingga total skor yang diinginkan adalah 18 dan banyak siswa

ada 16 orang.

Tabel 3.3

Pencarian Rentang Skor

(65)

40% x 18 = 7,2 (dibulatkan menjadi 7)

7-12 Cukup

Dibawah 40% = dibawah 6 0-6 Rendah

Dari hasil observasi yang didapatkan selama dilakukan

pengamatan dalam setiap pertemuan, maka analisisnya

menggunakan tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Pengamatan Tingkat Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan

Kode Siswa Diskusi

Keaktifan siswa dianalisi dengan menfsirkan dan

menyimpulkan data-data yang terkumpul dalam lembar

pengamatan tingkat keaktifan siswa pada setiap pertemuan dan

dimasukkan ke dalam tabel seperti berikut:

Tabel 3.5

Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan

Kriteria Keaktifan Jumlah yang Aktif Setiap Pertemuan (%)

berikut adalah tabel kriteria keaktifan hasil belajar secara

Gambar

Tabel 4.10 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan 4 .................................
Gambar 2.1 Keluarga Segiempat ....................................................................
Gambar 2.1 Keluarga Segiempat
Gambar di atas menunjukkan persegi ABCD dengan sisi (s):
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang disampaikan oleh guru Akidah Akhlak berikut ini. Buku Kurikulum 2013 memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut. Yang pertama ini berisi cerita secara

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Lampiran 16 Instrumen Lembar Observasi Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus 1 Pertemuan kedua...165. Lampiran 17 Instrumen Lembar Observasi

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

[r]