• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES LEGITIMISASI ‘HMT’ DI PENGADILAN TIPIKOR AMARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROSES LEGITIMISASI ‘HMT’ DI PENGADILAN TIPIKOR AMARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES LEGITIMISASI ‘ HMT’ DI PENGADILAN TIPIKOR AMARTA

©

Teddy Asmara Magist er Hukum UNSWAGATI E-mail: t e_asmara@yahoo. com

Abst r act

Thi s st udy descr i bes t he pr ocess of encul t ur at i on ant i -cor r upt ion wher e i t s dynami c has change t o a l egi t imat i on of shoul d puni sh t he def endant . Wi t h et hnogr aphi c case st udy appr oach, t he st udy f ocused on how j udges i nt er pr et t he cr i mi nal act s of cor r upt ion and how t o r espond t o l egi t i mat e t o puni sh t he def endant i n t he cont ext of deci si on-making. The r esul t s showed t hat t he j udges r eact i n t wo ways of r easoni ngs, f ir st , t hey i nt er pr et i t as an i nt er vent i on or int imi dat i on t hat t hr eat ens sel f -i dent it y. Second, open r ecor ds hi s exper i ence of cor r upt ion and pol i t i cal r el at ions, or not as t r anspar ent as ot her cases. Techni cal l y, t he concept ual r el at ionshi p bet ween t he t wo r easoni ng i s a psycho-cul t ur al cognit ion as a per f ect r ef l ect ion on t hei r wor k, st r uct ur ed f r om t he exami nat ion t o t he deci sion. In ot her wor d, t he def endant not gui l t y ver di ct symbol i zes mai nt ai ning sel f -i dent y and a r ej ect i on of legit i mat ion of t he def endant shoul d be penal i sed.

Key wor ds: l egi t imat i on of def endant shoul d be penal i sed, meani ng of cor r upt i on cases, psycho-cul t ur al cogni t ion.

Abst rak

St udi i ni menj el askan pr oses enkul t ur asi ant i -kor upsi yang dal am di nami kanya ber ubah menj adi l egi t imasi har us menghukum t er dakwa. Dengan pendekat an st udi kasus et nogr af i , penel i t i an di f okuskan kepada car a hakim memaknai t indak pi dana kor upsi dan car a mer espon legi t i masi har us menghukum t er dakwa dal am kont eks pengambi l an keput usan. Hasi l penel i t i an menunj ukkan bahwa haki m ber eaksi dal am dua car a penal ar an, per t ama, mer eka menaf sir kannya sebagai i nt er vensi at au i nt imi dasi yang mengancam i dent it as dir i . Kedua, membuka cat at an pengal amannya t ent ang r el asi kasus kor upsi dan pol i t i k, at au t i dak set r anspar an kasus l ai nnya. Secar a t ekni s, r el asi konsept ual ant ar a dua penal ar an t er sebut mer upakan kogni si psi ko-kul t ur al sebagai mana mer ef l eksi sempur na pada peker j aan mer eka, t er st r ukt ur dar i pemer i ksaan sampai keput usan. Dengan kat a l ai n, put usan t er dakwa t i dak ber sal ah mer upakan si mbol memper t ahankan i dent i t as di r i dan penol akan at as l egi t imasi t er dakwa har us di hukum

Kat a kunci : l egit imasi t er dakwa har us di hukum, makna kasus kor upsi , kogni si psi ko-kul t ur al .

Pendahuluan

St udi kasus ini t idak berprent ensi melaku-kan eksaminasi yuridis at au mencari j ust if ikasi, kecuali berf okus memaparkan pemersepsian hakim pengadilan t indak pidana korupsi (dising-kat t ipikor) t erhadap proses enkult urasi pembe-rant asan korupsi yang praksisnya pada set t i ng penyelesaian perkara Mumu berubah makna menj adi harus menghukum t erdakwa (disingkat

Art ikel i ni merupakan hasil art ikel hasil penel it ian dengan sumber dana dar i Fakul t as Hukum UNSWAGATI Cirebon.

©

Mengikut i konvensi et ika penel i t i an, nama orang dan t empat menggunakan nama samaran, kecual i yang t el ah di publ ikasikan ol eh media massa dan mendapat perset uj uan dar i pel aku/ inf or man

HMT). Dengan meminj am t eori konst ruksi reali-t as sosial dari Pereali-t er L. Berger, gej ala perubah-an makna oleh dperubah-an dalam akt ivit as para peng-giat ant ikorupsi it u akan dikonsepsikan sebagai legit i-misasi HMT.1 Selanj ut nya, mencermat i kaj ian t eoret ik t ent ang hubungan psikologik pengambilan put usan oleh hakim dengan opini

1 Legit i masi sebagai proses obj ekt ivikasi makna,

mengha-sil kan makna baru unt uk mengi nt egrasikan makna sebel umnya yang t esebel ah mesebel embaga, f ungsinya agar obyekt i -vikasi yang dil embagakan it u menj adi nyat a dan masuk akal , j adi , l egit i masi it u merupakan pembenar an t at a-nan sosial yang memberikan harkat nor mat if t erhadap keharusan pel aksanaannya. Pet er L. Berger dan Thomas

Luckman, 1981. The Soci al Const r uct i on of Real i t y.

(2)

publik, maka implikasinya menyudut ke ihwal cara hakim memersepsikan t indak pidana ko-rupsi dalam relasinya merespon legit imasi HMT sert a ref leksinya pada penanganan perkara.

Konsep budaya disini mengacu pada pen-dekat an ideasional yang bergerak pada ide, ga-gasan, penget ahuan dan keyakinan sebagai po-la-pola unt uk bert indak (pat t er ns f or behavior ) at au sebagai ment al sof t war e2 yang elaborasi-nya pada kont eks budaya hukum t ersirat dari t ingkah laku simbolik dalam rit ualisasi pelegi-t imasian HMT. Pengonsepan legipelegi-t imisasi HMT, persepsi hakim, dan relasinya sat u sama lain di-t adi-t a secara edi-t nograf ik dari f enomenon perkara Mumu.3 Alur hist orisnya merunut kepada perila-ku Pengadilan Tipikor Amart a yang sudah dua kali membebaskan t erdakwa,4 dan kendat i per-kara t ersebut bukan aj uan dari j aksa KPK, t e-t api e-t idak mengurungkan rencana Kee-t ua KPK Bibit Samant o unt uk mengawasi hakim yang menangani perkara Mumu.5 Maka, t ak ayal lagi, put usan bebas dalam perkara t ersebut seolah-olah menghapus pemit osan KPK yang ant i gagal menghukum korupt or,6 memicu hiruk-pikuk pa-ra pengamat , polit isi, pej abat negapa-ra, akt ivis ant ikorupsi, dan prof esi hukum di berbagai me-dia massa. Pernyat aan kecewa, curiga, sert a pelecehan t erhadap hakim bersahut an dengan

2

Konsep budaya hukum semacam ini bi sa dif ungsikan sebagai pendekat an dan digunakan sebagai al at anal isis, l ihat Roger Cot t errel l , “ Law in Cul t ure” , Rat i o Jur i s. Vol . 17. No. 1. Maret 2004. hl m. 3-4; t ersedi a di ht t p: / / onl inel i brar y. wil ey. com/ do1/ 101111/ ; dan Naomi

Me-zey, “ Law as Cul t ure, ” The Yal e Jounal of Law and

Humani t i es, Vol . 13, 2001, hl m. 35-6.

3 Kendat i perkara Mumu sebagai set t i ng sosial , t et api

perkara l ainnya t et ap diperhat ikan sepanj ang per sepsi dan aksi mereka menaut kannya dengan perkar a t ersebut at au secar a konsept ual merupakan bagian yang sig-nif ikan dar i ref l eksi pemikir an mereka.

4

Tanggal 22 Agust us 2011 membebaskan t erdakwa Bupa-t i Subang, dan Bupa-t anggal 8 SepBupa-t ember 2011 membebaskan

t erdakw a Wakil Wal ikot a Bogor. Lihat Maj al ah Tempo,

edi si 31/ 40, 3 Okt ober 2011.

5 Kompas Com, 10 Okt ober 2011. 6 Republ i ka,

12 Okt ober 2011: Ket ua Muda Bidang Tindak Pi dana Khusus Mahkamah Agung, Dj oko Sarwoko heran Pengadil an Ti pikor Bandung bi sa membebaskan perkar a

korupsi yang di t angani KPK; Kompas Com, 13 Okt ober

2011: Wakil Ket ua KPK, M Jasin, menyat akan bahwa sel ama ini musel ai KPK berdiri hingga sekarang besel um per -nah ada t er dakwa yang l ol os dar i j erat an hukum apabil a

di bawa ke pengadil an; dan Suar a Mer deka. Com, 19

Ok-t ober 2011: KeOk-t ua Komisioner Komisi Yusidial , Jaya Ah-mad Jayus, menyat akan bahw a berdasarkan cat at an yang dimil iki KY, sel ur uh perkara yang dit angani ol eh KPK t ak pernah kal ah.

wacana pembubaran at au pembekuan pengadil-an t ipikor di daerah.7 Lepas dari kepent ingan masing-masing pihak yang akt if melegit imasi HMT, f enomenon t ersebut menandakan beker-j anya pemungsian sist em simbolik dalam prak-sis pembent ukan koginisi dan af eksi sebagaima-na dij elaskan oleh Mauricio Garcia Villegas yang mengaplikasikan t eorisasi Pierre Bourdieu (j a-l i nan habi t us, f i ea-l d, dan pr act i ce) pada ranah kehidupan hukum.8

Mengapa perlu menyoal kognisi dan af eksi bukan sekedar mencabar at au mengimbangi pendekat an st rukt ural sent ris, melainkan pers-pekt if psikokult ural merupakan pilihan yang t e-pat unt uk mendeskripsikan predisposisi psikolo-gik hakim t erhadap pengharaman put usan be-bas. Oleh karena it u, t idak muhal apabila ko-munit as hakim mempunyai corak budaya hukum t ersendiri9 dalam memahami t indak pidana ko-rupsi sehingga bersikap def ensif t erhadap legi-t imisasi HMT.

Permasalahan

Pencarian relasi konsept ual ant ara kogini-si yang diyakini hakim dan kogini-sikapnya t erhadap proses pelegit imasian HMT, sert a kemungkinan konsekuensinya pada pengambilan keput usan akan dit elusuri melalui masalah berikut ini.

7

Koment ar j aksa penunt ut umum: “ hakim yang

mem-vonis i t u sakit j iwa” , Tr i bun Jabar , 12 Okt ober 2011;

Pendapat J. E Sahet apy: “ Saya t i dak per caya pengadil -an. Sembil an pul uh l i ma per sen haki m it u bobrok. ” (TV

One, Jakar t a Lawyer s Cl ub. 20 November 2011, pkl . 21.

00. WIB); Sement ar a pendapat at au koment ar yang di -l ansir o-l eh banyak media cet ak, yait u: Denny Indraya-na, Sekret ari s Sat gas Ant imaf ia Hukum: “ sal ah seor ang haki m adal ah mant an t erdakwa korupsi. ” ; Adnan Bu-yung Nasut ion: “ kondisi negar a saat ini abnormal . Ko-rupsi meraj al el a. Jadi keput usan bebas i t u amat me-ngej ut kan… Haki m yang member ikan keput usan bebas kepada bupat i nonakt if ini harus dikaj i ul ang; Mahf ud MD, Ket ua Mahkamah Konst i t usi: mew acanakan pembu-bar an Pengadil an Ti pikor Daer ah, dan haki m Tipikor Daer ah it u kadang kadang orang pengangguran…Si st em sel eksi nya j uga abal -abal ” ; Busyro Muqoddas, Ket ua KPK: “ mengusul kan agar kasus-kasus sensit if di al ihkan ke Pengadil an Ti pikor Pusat ; dan Supar man Marzuki, Ko-bi d Pengawas Komi si Yudisial : “ Pengadil an Ti pikor Dae-rah unt uk sement ara di bekukan. ”

8 Maur icio Gar ci a Vil l egas, “ On Pieree Boudiue’ s Legal

Thought , ” Dr oi t et Soci et e. No. 1: 56, 2004. Bogot a.

Uni versidad Nacional de Bogot a. hl m. 58-60.

9

Indikasi gej al a budaya hukum khas yang dikembangkan ol eh komunit as pengadil an bi sa di l ihat pada Menachem

Maut ner, “ Thr ee Approach t o Law and Cul t ur e, ” Cor nel l

(3)

Per t ama, bagaimana hakim memahami perkara t indak pidana korupsi berkait dengan pemer-sepsiannya t erhadap proses legit imisasi HMT? dan kedua, mengapa hakim menolak legit imi-sasi HMT, dan bagaimana relasinya dengan pu-t usan membebaskan pu-t erdakwa?

Met ode penelitian

Met ode penelit ian yang digunakan t erma-suk pada paradigma int erpret asi-konst rukt if , yakni melakukan st udi kasus et nograf is dengan berf okus kepada cara hakim berpikir dan ber-t indak dalam set t ing int eraksi budaya, dan di-analisis se-cara semiot ik. Penekanan pada st udi kasus karena perkara Mumu mempunyai karak-t er inkarak-t rinsik memicu perhakarak-t ian publik dan seca-ra inst rument al membawa pot ensi t eoret ik un-t uk keperluan diskursus legiun-t imisasi HMT, serun-t a pada haki-kat nya merupakan f enomenon kon-t emporer dalam kehidupan hukum yang senya-t anya. Praksisnya, penelisenya-t ian ini pada senya-t asenya-t aran konsept ual t ermasuk pada kat egori pendekat -an realist ik-kont ekst ual,10 dan pada t at aran be-havi or al mendekat i model sosiologik.

Penelit ian dilakukan sej ak bulan Juni sampai Desember 2011 unt uk menggali dat a primer melalui t eknik pengamat an t erlibat dan wawancara mendalam dengan pelaku dan inf or-man. Sedangkan dat a sekunder yang digunakan ialah naskah put usan, dokumen pengadilan, dan pemberit aan media massa. Dengan demikian, t riangulasi di sini menekankan kepada t eknik pengumpulan, j enis, dan sumber dat a. Selama di lapangan dilakukan analisis t ent at if dengan mereduksi, menyaj ikan dan menyimpulkan dat a lapangan secara simult an dalam alur int erakt if , yang sekaligus menj adi bahan menaf sirkannya unt uk menemukan st rukt ur pemaknaan simbol-simbol yang relevan dengan proses legit imisasi HMT.

Pembahasan

Pengadilan Tipikor Amart a

10

Lihat Vict oria Nour se dan Gregory Shaf f er, “ Var iet es of

New Legal Real ism: Can a New Worl d Order, Cor nel l

Law Revi ew. Vol . 95. No. 1. November 2009. New York: Law School -Cornel Universit y. hl m. 79-85;

Pengadilan Tipikor Amart a yang diresmi-kan pada t anggal 17 Desember 2010 dan mulai beroperasi pada t anggal 1 Januari 2011, adalah sebagai t indak lanj ut pelaksanaan amanat Un-dang-undang Nomor 46 Tahun 2009. Berdasar-kan ket ent uan Pasal 9, ket ua dan wakil ket ua pengadilan negeri karena j abat annya menj adi ket ua dan wakil ket ua pengadilan t ipikor. Ke-mudian, t enaga f ungsional t erdiri 9 hakim ka-rier dan 6 hakim ad hoc, sert a 6 orang panit era penggant i, dan t enaga st rukt uralnya ialah se-orang panit era muda yang dibant u oleh dua orang st af administ rasi.

Perkara yang masuk ke pengadilan sampai bulan Februari 2011 masih nihil, t et api mema-suki bulan Maret mereka mulai bekerj a keras, dan hasilnya sampai bulan Okt ober 2011 yait u 46 put usan dari 94 perkara yang masuk.11 Me-reka bekerj a dengan melakukan int ensif ikasi j adwal sidang dan ekst ensi durasi persidangan, yakni set iap perkara diperiksa dua kali dalam sat u pekan dan kadang bersidang sampai pukul 9. 00 malam. Maklum, pemeriksaan perkara ko-rupsi pada t ingkat pert ama harus selesai dalam wakt u 120 hari.

Hakim t idak hanya harus berlomba de-ngan wakt u persidade-ngan, j uga harus beradapt a-si dengan f aa-silit as kelengkapan inf rast ukt ur yang belum memadai. Mereka dit empat kan di dua ruang kerj a yang dipilah oleh kayu lembar, masing-ma-sing seluas 2, 1 x 5, 6 met er unt uk empat orang hakim. Bekerj a di ruangan yang sempit memang kurang nyaman dan sulit ber-konsent rasi, t et api mereka melihat nya bukan sebagai pet anda perbedaan perlakuan at as kim, baik yang berasal dari karier maupun ha-kim ad hoc yang not a bene sebagai ‘ orang baru’ at au mungkin j uga sebagai ‘ orang luar’ . Angga-pan t ersebut dikuat kan pula dengan melihat se-sama kolega hakim pengadilan negeri yang mendapat ruang kerj a di ruang perpust akaan. Menyoal pembagian f asilit as ruang kerj a, kepa-nit eraan yang t erdiri at as seorang pakepa-nit era mu-da mu-dan dua orang st af administ rasi mungkin le-bih berunt ung, karena mereka menempat i rua-ngan permanen seluas 4 x 5, 6 met er.

11

(4)

Kelengkapan administ rasi yang t erkesan sement ara, j uga menampak pada perihal yang menyangkut anggaran kinerj a dan belanj a pe-gawai. Pemenuhan kebut uhan rut in perkant or-an, sepert i alat t ulis dan f ot o copy masih meng-gunakan alokasi dana dari kepanit eraan pidana umum, yang t ent u saj a t idak cukup karena si-f at nya hanya bant uan.12 Menghadapi sit uasi ke-kurangan dana t ersebut , panit era muda t erpak-sa bersiaerpak-sat dengan cara memint a bant uan kepada seorang hakim pengadilan t ipikor yang berasal dari hakim karier.13 Kadang, dengan se-lekt if dan hat i-hat i ia menerima bant uan dari advokat pada saat mendaf t arkan surat kuasa pembelaan. Selekt if karena t idak sembarang advokat kecuali yang sudah dikenalinya, hat i-hat i karena t anpa membawa pret ensi apapun.14

Terhadap kondisi yang serba kekurangan it u, panit era muda berkat a: ‘ kami ini sepert i manaj emen warung. Pekerj aan yang seharusnya dit angani oleh enam orang di kerj akan sendiri, sepert i bolak-balik dari t angan kiri ke t angan kanan’ .15 Kesibukan mereka acap t erganggu oleh kedat angan wart awan yang mencari in-f ormasi, advokat , pegawai kej aksaan, dan t amu lainnya berkunj ung dengan maksud memint a bant uan at au mencari akses kepada hakim. Gangguan sepert i it u j uga dat ang dari sesama pegawai, ut amanya seorang pej abat st rukt ural administ rasi yang oleh komunit as pengadilan di sebut ‘ pemain’ , oleh karena gerak-geriknya

12 Biaya yang sudah di anggarkan sebesar Rp 500 j ut a

be-l um bi sa di cairkan obe-l eh Kant or Pembendaraan dan Kas Negara (KPKN) ol eh karena pengadil an t ipikor t idak mempunyai gedung sendiri . Demikian dij el askan ol eh panit er a muda. Wawancar a, 18 Juni 2011.

13

Hakim Johan mengemukakan al asannya: “ saya kasi h bant uan khususnya biaya pemberkasan dan f ot o copy perkara saya. Kal au t idak begit u, bisa macet . Kerj aan kami dibat asi w akt unya. Waw ancara, 26 Jul i 2011.

14 Ia ber dal ih: “ apa bol eh buat , saya t er paksa mel

akukannya demi j al anakukannya persidangan. Nah l ihat it u, papan si -t uasi perkar a dan agenda sidang. Fo-t o copy pu-t usan

unt uk banding dan kasasi , t int a print er, dan CD

(com-pact di sk). Dar imana l agi, kal au t i dak dar i ‘ sumbangan’ . Ket erangan t ersebut dikuat kan ol eh sal ah seorang pega-wai administ r asi yang j uga membuka rekening t abungan di bank unt uk menampung dana yang masuk. Kemudian di a menunj ukkan al iran dana yang masuk dan peng-gunannya: “ ini Pak. Li hat sal do nya. ” Di sit u t ert er a Rp 131, 185, - pada posi si pembukuan t anggal 19Agust us 2011. Observasi, 18-19 Agust us, 2011.

15

Wawancar a, 22 Sept ember 2011.

mempresent asikan diri siap melayani dan me-mudahkan urusan peradilan. 16

Sekalipun sampai bulan keempat hakim belum menerima uang kehormat an dan uang in-sent if , j uga panit era penggant i belum menda-pat t unj angan f ungsional,17 namun mereka kon-sist en melaksanakan t ugas dengan menyidang-kan t iga perkara set iap hari dan kalau perlu sampai larut malam. Sedang nilai uang peru-mahan sebesar Rp 25 j ut a unt uk hakim ad hoc, relat if cukup unt uk menyewa kamar pondokan di lokasi yang t idak j auh dari kant or, sement ara rumah sewa dengan harga t ersebut biasanya t erlet ak di lokasi yang memerlukan wakt u t em-puh 45–60 menit dari kant or.18 Tet api, hakim karir t idaklah seberunt ung hakim ad hoc, kare-na mereka t idak mendapat uang penggant i pe-rumahan, sedangkan rumah dinas yang disedia-kan t idak bisa menampung j umlah hakim ka-rier.

Realit as eskalasi kerj a hakim dalam kon-disi kekurangan dukungan manaj emen dan ma-salah kesej aht eraan t ernyat a bisa dimanipulasi sebagai ‘ dat a’ unt uk pewacanaan yang meren-dahkan int egrit as dan kredibilit as dari hakim ad hoc.19 Mungkin, karena mot if at au t uj uan t

16

Observasi Juni – Okt ober 2011. Sal ah sat u t ingkahnya menampak pada dial og di bawah ini, yakni ket ika Odang masuk ke ruang kerj a Panmud.

Odang: Zak, ada per mint aan penangguhan. Dananya 50. Panmud: Tidak, ah. Aku enggak berani

Odang: Ayo l ah. Uang sudah ada. Sampaikan dul u ke Toni (haki m)!

Panmud: Jangan dong. Masa hari gi ni masi h git uan. Ini t ipikor.

Odang: Pakai t i pikor-t i pikor segal a. Pokoknya aku t ung-gu sampai besok!

Usai Odang pergi , Panmud berkat a kepada saya: “ Be-git u Kang. Di a enggak mau berubah. Sudah sal ah, t erus maksa l agi. Lihat saj a. past i dat ang l agi. ’

17

Pasal 3 Perat uran Presi den Nomor 86/ 2010 t ent ang Pe-rubahan at as Per at ur an Presiden Nomor 49/ 2005 t en-t ang Uang Kehor maen-t an Hakim Pengadil an Ti pikor, anen-t ara l ai n menet apkan bahwa uang kehor mat an haki m t i -pikor t ingkat per t ama sebesar Rp 13 j ut a, t ingkat ban-ding Rp 16 j ut a, dan t ingkat kasasi Rp 22 j ut a. Juml ah t ersebut bel um dikenakan paj ak penghasil an. Sedang-kan t unj angan pani t era penggant i sebesar Rp 5, j ut a.

18 Seorang haki m ad hoc mengat akan: “ semua t idak

sein-dah yang kami dengar pada w akt u perekrut an dan pel a-t ihan. ” Waw ancara, 11 Agusa-t us 2011.

19 Republ i ka, 4 November 2011: Ket ua Mahkamah Konst i

-t usi , Mahf ud MD menil ai para haki m -t ipikor di daerah

it u kadang-kadang or ang pengangguran; Kompas, 11

November 2011: Haki m Konst i t usi Har yono mengaggap mereka hanya sekedar mencar i peker j aan dan bukan

(5)

t ent u yang membuat seseorang spont an mere-duksi wat ak hakim dengan maksims homo eco-nomi cus seraya mengabaikan ent it as lainnya yang j uga sebagai homo r el i gious.20

Pemahaman Perkara Tindak Pidana Korupsi Kurang alasan kalau menilai hakim penga-dilan t ipikor t idak mampu menangani perkara t indak pidana korupsi yang not a bene bukanlah suat u pekerj aan yang baru. Pengalaman hakim karier dengan t ugas rut innya, dan hakim adhoc dengan prakt ik advokasinya merupakan bekal ket erampilan yang cukup unt uk mengadili per-kara t indak pidana korupsi. Bahkan, seorang hakim karier mengisahkan pengalamannya, bahwa salah sat u put usannya yang diperkuat oleh hakim kasasi t ernyat a t erpilih sebagai ma-t eri pengaj aran oleh Hakim Agung, Komariah pada pelat ihan hakim pengadilan t ipikor.21

Berkat pengalaman pula mereka mengap-resiasi kekhasan yang membedakan t indak pida-na korupsi dengan t indak pidapida-na lainnya. Apida-na- Ana-t omi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 j o Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 t ent ang Pem-berant asan Korupsi, dipandang mengadung pasal ‘ keranj ang sampah’ , f ormulasi delik yang imaj inat if , dan t ak pelak lagi apabila kemudian pada t ahap aplikat if menj adi ‘ t indak pidana korban polit ik’ (pleset an dari t ipikor).22 Makna

t anggapan para hakim ad hoc t ent ang penghasil an,

an-t ara l ai n: Tabungan saya masih cukup. Ti dak merasa ku-rang. Yang kur ang it u per hat ian dari pemerint ah; Memang sel ama ini dapat pinj aman. Tapi kan nant i bi sa di -bayar dengan uang rapel . wawancara, Agust us-Sept em-ber 2011

20

Seorang haki m ad hoc menyat akan: “ kal au penghasil an

masih besar w akt u j adi pengacar a. Saya bukan mencar i uang, semua it u sudah l ew at . Seusi a saya, menurut sa-ya, har us konsent r asi mencar i amal . Buat bekal nant i” . Wawancar a, 16 Sept ember 2011.

21

Sama hal nya dengan pengal aman hakim ad hoc ket ika

masih menj al ankan prof esinya sebagai advokat di Jambi dan Padang, ia mel akukan pembel aan yang bisa menghasil kan put usan bebas. Put usan t ersebut di bahas j uga pada saat mengikut i pel at ihan haki m pengadil an t ipikor. (Wawancar a, 8 Agust us 2011).

22 Dal am pandangan mereka ada kesan bahw a praksi s

pember ant asan korupsi miri p dengan pemberant asan subversi pada j aman pemerint ahan Or de Baru - Undang-undang Nomor 11 Pnps 1965 mer umuskan t indak pidana subversi dengan t eknik yang el ast i s, makna yang samar samar dan serba cakup sehingga dewasa ini menj adi -kan banyak car a unt uk mel egit imasi perbuat an korupsi

dan menst igmasi seseor ang menj adi korupt or.

Wawancar a, 19, 23, Sept ember, dan 5, 7 Okt ober 2011.

at as pasal ‘ keranj ang sampah’ t ersusun mulai dari perbuat an yang dapat merugikan keuangan negara at au perekonomian negara, delik suap akt if dan pasif , perusakan at au pemalsuan buku administ rasi at au akt a unt uk suat u pembukt ian, grat if ikasi, sampai pemberian hadiah at au j anj i kepada pegawai negeri yang t idak memerlukan adanya unsur maksud at au t uj uan yang dike-hendaki si pemberi dan t idak perlu adanya aksi dari si pegawai negeri yang menerimanya. Se-dang konot asi imaj inat if t ersirat dari rumusan delik mat eril yang dit andai dengan penggunaan kat a ‘ dapat ’ merugikan berimplikasi t idak perlu ada bukt i f akt ual t elah t erj adi kerugiaan ke-uangan negara at au perekonomian negara.23

Tindak pidana korupsi yang menyangkut pemberian hadiah dan grat if ikasi t idaklah sert a mert a sesuai dengan perspekt if budaya gif t yang selama ini masih eksis dalam masyarakat kit a, t et api hanya dengan t eknik kriminalisasi demikianlah badan keuangan dunia merasa t er-j amin at as pengembalian ut ang pokok dan ke-unt ungannya dari pemerint ah kit a. Padahal, ha-sil t ransplant asi hukum sering t idak disadari berkonsekuensi pada penerapan cara berpikir asing yang belum t ent u sesuai bahkan kont ra dengan cara berpikir yang absah menurut ma-syarakat .24 Oleh karena it u, t idak j arang kalau

23 Ist il ah kat a ‘ dapat ’ yang kemudian dit af sirkan bahw a

unt uk adanya kerugian negara bisa at as hasil dugaan se-mat a-se-mat a. Mi sal nya, Jaksa Penunt ut Umum Gozal i berpendapat bahwa besar an kerugian negar a adal ah se-besar Rp 68 j ut a, meski pun dari hasil pemer iksaan ins-pekt orat kesimpul annya ial ah ada t emuan Rp 500 r ibu yang bel um dapat diper t anggungj awabkan. Menurut nya, “ t i dakl ah pent ing besaran kerugi an it u harus di bukt i -kan, kar ena sif at nya dapat merugikan. ” Demiki an pul a, ket ika ia menaf sirkan adanya pengal i han penggunaan dana yang meskipun sudah sesuai dengan prosedur ad-minist rasi keuangan dan pemer int ahan desa, bahw a “ dana memang digunakan unt uk pembangunan j al an, t et api negar a t el ah dirugikan kar ena bant aran kal i t idak di perbaiki. ” Kemudi an, ket ika penul i s bert anya: “ nega-ra kan diunt ungkan, asal nya j al an rusak sekanega-rang men-j adi baik dan l ayak pakai . Juga, bant ar an kal i akhirnya di perbaiki dengan uang pri badi. ” Ia menj awab: “ It u si h urusan dia. proposal nya unt uk bant ar an kal i bukan un-t uk j al an. Kal au j al an menj adi bagus, i un-t u ur usan un-t erdak-wa, t i dak ada yang mew aj i bkan memperbaiki j al an. Ka-l au t er dakwa pakai duit pr ibadi, it u saKa-l ah sendiri , kena-pa mau-maunya begi t u” . Waw ancara, 18 Okt ober 2011.

24 Sepert i yang yang diyaki ni ol eh penganut neokul t ur al ,

(6)

secara empirik para penaf sir bisa bebas berpin-dah posisi unt uk memaknai pemberian hadiah dengan konot asi kult ural at au dengan konot asi kriminal.

Ciri pembeda memuncak pada t ahap apli-kasi dengan kesan bahwa apa yang menj adi perkara t indak pidana korupsi kerap bersgungan dengan masalah polit ik demi kepent ing-an kelompok at au peroring-anging-an. Proses menj adi suat u perkara t indak pidana korupsi bisa sampai ke t ingkat pengadilan bukan karena hasil olah yuridis yang dimot ivasi menegakkan hukum se-mat a-se-mat a, j uga bukan demi idealisasi kebe-naran dan keadilan yang t ransparan, melainkan bert aut an dengan mot if -mot if yang nonyuridis bahkan t idak et is. Apa yang menj adi ref erensi kognit if it u secara asumt if meruj uk kepada ko-relasi peningkat an perkara t indak pidana korup-si dan aj ang suksekorup-si kepala daerah, yakni gej ala saling lapor ant ara kont est an sebagai siasat menut up kesempat an lawan. Dalam kasus lain, bisa j uga karena konf lik pribadi ant ar pej abat dalam sat u inst ansi.

Mat eri pengalaman yang berharga dari se-t iap pemeriksaan perkara, bahwa inf ormasi awal dan dat a akurat t idak j arang dat ang dari ‘ orang dalam’ yang t ernyat a t ersisihkan dari kedudukan at au t erabaikan dalam ‘ pembagian’ . Indikasi penyeleksian nominasi, eliminasi, dan manipulasi pemosisian t erdakwa t erbaca dari konst ruksi berit a acara pemeriksaan (BAP) pe-nyidik dan surat dakwaan. Di sinilah muncul ap-resasi, sepert i menanggapi premis cr i me does-n’ t pay t idak bisa diaplikasikan begit u saj a at au dimaknai seut uhnya pada praksis pemeriksaan perkara t indak pidana korupsi, karena bagi se-bagian orang bisa dif ungsikan unt uk mencapai hasrat yang t idak berkait an dengan ihwal ke-adilan dan kebenaran.

sendiri . Ol eh karena it u, Ami J. Cohen ber cer min pada hasil st udi et nogr af iknya di Nepal , menyar akankan car a berpikir dengan kebudayaan merupakan perangkat konsept ual unt uk mer ancang pengembangan kebi j akan pembangunan dan hukum menurut duni a pemikiran dan bat as-bat as kemampuan masyarakat nya sendir i. Ll ihat Ami J. Cohen, “ Thinki ng wit h Cul t ure in Law and

Deve-l opment . ” Buf f al o Law Revi ew. Vol . 57. Isu 2. Maret

2009. New York: Uni versit y at Buf f al o Law School . hl m. 512, 515, dan 584.

Hakim yang memiliki sekurangnya sembi-lan belas t ahun pengalaman kerj a,25biasanya sudah maf hum mengenai kemungkinan pembe-rant asan korupsi bisa berj alan dan menj adi per-kara di pengadilan karena at as inisiasi, mani-pulasi, at au kolaborasi dari pikiran-pikiran yang korup. Akan t et api, t idak j arang hakim enggan menggali relevansi inf ormasi t ersebut dan cu-kup puas dengan mekanisme logika yuridis (r u-l e-bound), melihat f ormalit as sampel f akt a-f ak-t a dalam suraak-t dakwaan unak-t uk dianalisis secara dedukt if .26 Sebaliknya, ada kalanya hakim me-lakukan lompat an menyebrang ke ranah met a-yuridis dalam rangka mencari ref erensi indukt if dan hasil kreasi modif ikasinya beragam, apakah berkat egori ij t ihad at au mendekat i murt ad.

Hakim dengan posisinya yang indepen-den, imparsial, dan mempunyai kebebasan yu-disial, dit unt ut unt uk berpikir obyekt if dan ber-t indak eksber-t ra haber-t i-haber-t i dalam menguj i esensi kebenaran produk pikiran–pikiran spekulat if , baik sebagai wuj ud dari wat ak j abat an maupun prof esional. Wat ak yang pert ama ialah j aksa yang giat mencari kesalahan t erdakwa (pr esum-pt i on of gui lt ), sedang yang kedua adalah pem-bela yang set ia menyembunyikan kesalahan t er-dakwa. Dari dua gej ala t ersebut yang kerap menampak di ruang sidang dan dalam bent uk opini di masyarakat adalah paralel dengan pan-dangan j aksa, t et api hakim Johan berpenda-pat : “ persoalannya t idak sesederhana it u. Se-mua bergant ung pada f akt a-f akt a di persidang-an, dan yang t ak kalah pent ing, mencermat i versi bukt i dan saksi yang menguat kan at au

25

Hakim yang bert ugas pada pengadil an kel as IA pada umumnya sudah berpangkat gol ongan IVb.

26

Dal am kerangka pikir f ormal i st ik, peradil an dij al ankan dengan mesin sil ogi sme r aksasa dan hakim sebagai me-kaniknya yang cekat an, sehingga haki m sebenar nya ‘ dungu’ dan seri ng ‘ ber dust a’ , karena ia hanya dif ungsi -kan sebagai budak at au corong undang-undang. Lihat Brian Z. Tamanaha, “ The Real ism of t he ‘ For mal ist ’

Age, ” Legal St udi es Resear ch Paper Ser i es. No.

06-0073. Agust us, 2007. New York: School of Law –St John’ s Uni versit y. hl m. 2, 5, 7-9. Hessel ink menyebut nya de-ngan perspekt i f int ernal , yang mede-nganggap si st em hu-kum member i kebenaran t unggal unt uk set i ap per soal an hukum, dan hukum sekal igus sebagai subyek dan obyek st udi, menganal i si s dal il -dal ail hukum unt uk menemu-kan j awaban at as persoal an hukum. Mart ij n Hessel i nk, “ A European Legal Met hod? On European Privat e Law

and Scient if ic Met hod” . Eur opean Law Jour nal, Vol . 15.

(7)

melemahkan dakwaan. ”27 Demikian kilahnya, yang sekaligus dit uj ukan kepada pengunj uk rasa yang menuduh pengadilan t idak mendukung pemberant asan korupsi.

Keyakinan penst udi j udi ci al behavior at as pepat ah yang menyat akan pengalaman sebagai pelaj aran yang berharga,28 t ransf erbilit as empi-riknya menampak pada cara berpikir hakim se-pert i yang t elah disinggung di at as. Dari perj a-lanan menyidangkan kasus t indak pidana korup-si, mereka sampai pada suat u pemahaman se-pert i t ersirat pada ucapannya: “ saya t idak mau percaya begit u saj a kepada BAP. ”29 Senada de-ngan rekannya dari hakim ad hoc, karena ia pernah merasakan sendiri bagaimana pemben-t ukan opini publik dan pemben-t ekanan dari akpemben-t ivis LSM bisa mendudukkan dia sebagai t erdakwa korup-si.30 Demikian pula kepada pembela, ket ika me-nilai kualit as pendapat dari seorang ahli, mere-ka berpendapat , “ walaupun pamere-kar, t api semua ket erangannya mut lak unt uk kepent ingan t er-dakwa. ” 31

Layaknya suat u penilaian selalu mengan-dung hasrat at au t uj uan sebagaimana akan di-paparkan nant i ket ika mereka menilai ket era-ngan ahli dan saksi, sement ara dan unt uk seka-rang menyoal kont ras hasrat ant ara j aksa

27

Wawancar a, 7 Sept ember 2011.

28 Theodore Schroeder menyimpul kan bahwa suat u yang

mel ekat pada set iap put usan pengadil an i al ah j ast i f ikasi dorongan pri badi haki m t erhadap sit uasi yang dihadapi -nya, dan karakt er dorongan hat i ini dit ent ukan ol eh rangkai an panj ang ber bagai pengal amannya di masa l al u, yang menyat u dengan kesesuaian emosinya. Brian

Z. Tamanaha, “ Underst anding Legal Real ism” , Texas

Law Revi ew. Vol . 87. No. 4. Maret . 2009. Aust in, Te-xas. School of Law-Texas Univer sit y. hl m. 741.

29 Keyakinannya it u diut arakan j uga ket ika ber di skusi

de-ngan seorang advokat dan j aksa penunt ut umum, yait u: Pak JPU, kal au ada saksi hendak mencabut ket er angan-nya pada BAP, bagi saya semua i t u t er buka. Juga kal au t erbukt i adanya rekayasa, saya t i dak segan menol ak dakwaan (Obser vasi, 14 November 2011). Tet api dal am perkara l ain mal ah sebal iknya, BAP dij adikan pedoman, semua pert anyaan t er hadap par a saksi mengacu kepada BAP. Praksisnya, menguj i dal am rangka menguat kan kembal i ket er angan dal am BAP, sehingga set i ap ada gel agat saksi ber sikap r agu, hendak menyangkal , at au hendak mencabut ket er angannya dal am BAP, haki m member i perhat ian khusus dan memberi sugest i supaya semua it u t idak t erj adi (obser vasi Jul i–November 2011).

30 Wawancar a, 2 November 2011.

31

Pendapat Hakim Hert a t ent ang kesaksian ahl i, ant ar a l ain i al ah “ t el it i saj a saj a t anya-j aw abnya, sudah diset -t i ng. Jadi, aku suka bert anya dul u, i ni ahl i yang di aj u-kan ol eh siapa?. Wawancar a, 4 November 2011.

nunt ut umum dan pembela, karena perilaku mereka membawa andil yang besar dalam men-desain pengadilan sebagai aj ang pert arungan kepent ingan diri (ego-i nvol vement ). Acapkali mereka melakukan manipulasi – lurus kalau bi-sa, bengkok kalau perlu - dengan menyaj ikan f akt a secara parsial dan argumen art if isial. Di sinilah hakim seyogianya lebih konsent rasi kepada ent it as subst ant i al j ust i ce yang lekat dengan pikiran-pikiran t ransedent al sehingga konkrit asinya merupakan olahan kecerdasan lahir-bat in yang ekst raknya menggumpal pada hat i nurani 32 at au dalam bahasa t eknis dikenal dengan ist ilah keyakinan hakim.

Berhukum kreat if -int ut it if sebagaimana doct r i ne of r easonabl eness,33 selayaknya men-dapat t empat di pengadilan unt uk menyikapi praksis pemberant asan korupsi yang cenderung pragmat is - mencegah kemungkaran dengan ke-zaliman - ent ah sebagi st rat egi mengamput asi pesaing, ent ah sebagai wahana melepas

den-dam. Memahami kemungkinan-kemungkinan

manipulat if t ersebut , maka pemeriksaan perka-ra t indak pidana korupsi t idak lagi sekedar me-menuhi rit ual l egal j ust i ce dan t idak t ergesa-gesa menerima kalimat perundang-undangan secara mut lak. Dalam kont eks inilah perlu me-merhat ikan saran Benyamin N. Cardozo, bahwa hakim harus berpikir dialogis ant ara nalar kog-nit if dan emot if (i nt er pl ay of r eason and pas-si on i n j udgi ng).34 Aspek psiko-yudisial berf

32 Dal am sebuah Hadi st disebut kan: Ket ika seseorang ber

-t anya -t en-t ang kebaikan, Rasul l ul l ah menj awab: “ -t anya-l ah hat i nur ani mu. Kebaikan it u adaanya-l ah sesuat u dimana j iwa dan kal bu mer asa t enang padanya. Sedangkan dosa adal ah sesuat u yang t ert ancap dan t idak t et ap dal am j iwa, wal aupun manusia menj el askan hukumnya” . HR Ahmad dan Al -damiri .

33

Tamanaha, 2009, op ci t . hl m. 779 : ” hukum harus sel al u

dil i hat dari pandangan masyar akat dan bukan sebal ik-nya, hukum di buat unt uk masyarakat , dan bukan seba-l iknya. Kepent ingan masyarakat diut amakan dari pada kepent ingan hukum. Masyarakat l ah yang dil ayani ol eh hukum” .

34 Lihat Terry A. Maroney, “ Emot ional Regul at ion and

Ju-di ci al Behavior” , dal am Cal i f or ni a Law Revi ew, Vol . 99.

No. 6. Desember, 2011. Berkel ey. UC. Berkel ey School of Law. hl m. 1489; dan “ The Persist ent Cul t ural Scr ipt

of Judicial Di spassion, ” dal am Cal i f or ni a Law Revi ew,

Vol . 99. No. 2. Apr il , 2011. Berkel ey. UC. Berkel ey School of Law. hl m. 653, 56, dan 58. Juga l ihat Pf ist er ,

(8)

si menyalurkan nalar emot if , yang dalam kon-t eks ini menyangkukon-t bekerj anya peran kognisi yang diperoleh dari pengalaman (i nt ui t i ve j ud-gement ) dan relasinya dengan penaf siran at as kondisi yang dihadapinya. Kemudian, bagaima-na aplikasinya di persidangan dan menyusunnya ke dalam bent uk put usan yang not a bene t eri-kat oleh prosedur f ormal, semua dij elaskan pa-da paparan di bawah ini.

Proses Legitimisasi HMT

Set idaknya ada dua kondisi sebagai alasan pemerint ah mengambil kebij akan mendirikan peradilan pidana t ipikor, yait u; meluasnya peri-laku korup; dan kinerj a peradilan pidana t idak berkerj a secara ef ekt if , ef isien, dan prof esio-nal. Dua variabel yang diposisikan ke dalam hu-bungan resiprokal ini, merupakan landasan em-pirik unt uk membangun konsepsi t indak pidana korupsi sebagai kej ahat an yang luar biasa, oleh karena it u memerlukan pranat a hukum yang khas unt uk memperoleh obj ekt ivikasi at as t in-dakan-t indakan yang luar biasa. Selanj ut nya se-cara bersamaan keduanya diwacanakan sese-cara int ensif unt uk mendapat legit imasi sebagai sua-t u kebenaran, dan hasilnya berupa arsua-t ef ak da-lam wuj ud perundang-udangan berikut kelem-bagaannya sepert i KPK dan pengadilan t ipikor. Berbeda dengan peradilan pidana umum-nya, rit ual peradilan t ipikor yang ant ara lain melarang KPK melakukan penghent ian penyidik-an at au penunt ut penyidik-an dengpenyidik-an konsekuensi t eknis bahwa perkara yang dit anganinya harus dilan-j ut kan sampai ke t ingkat pengadilan. Realit as obj ekt if yang demikian t ent u harus simet ris de-ngan realit as subyekt if para hakim, yakni kiner-j a pengadilan t ipikor yang unt uk pert ama kali didirikan di Jakart a sepert i mesin peradilan yang diprogram khusus unt uk menghukum t er-dakwa. Penj elasan logis at as hasil kerj anya, alih-alih berkat asupan dari proses seleksi yu-ridis yang ket at , yakni akurasi penyidikan dan penunt ut an yang mengarah pada sat u-sat unya simpulan yang valid dan handal, bahwa t

sosi al , mi sal nya mengendal ikan hasr at pemuasan dir i yang membabi-but a.

wa t erbukt i bersalah.35 Jadi, wuj ud met amorf o-sisnya ke dalam cara berpikir, bahwa put usan bebas t idak mempunyai korelasi dengan ket i-dakmampuan penunt ut , kecuali karena hakim yang kurang cerdas, t idak bermoral, at au sakit j iwa.36 Pernyat aan konot ot at if t ersebut , secara t eoret ik t ermasuk t eknik persuasi komunikasi unt uk membent uk penget ahuan dan kebenaran dalam j ej aring pemaknaan ant ikorupsi.

Akt ivit as pelembagaan nalar t iada maaf bagi t erdakwa korupsi oleh Pengadilan Tipikor Jakart a ialah konsist ensinya memproduksi put u-san khas dan homogen at au t ipikasi dalam ist i-lah Berger37 dan pada gilirannya menj adi acuan bagi komunit as hukum unt uk memahami dis-t ingsi pengadilan dis-t ipikor.38 Kekhasan t ersebut merupakan bagian dari pembent ukan habit us melalui proses dialekt ik ant ara kesadaran dan prakt ik yang berlangsung pada domain pengadi-lan t ipikor yakni di sat u sisi sebagai kognisi

35 Bagai mana versi advokat at as sikap hakim t erhadap

keakurasian penyi dikan dan keandal aan dakwaan, t er si -rat dar i pengal aman beberapa advokat dal am mel aku-kan pembel aan di Pengadil an Tipikor Jakar t a yang pada umumnya t i dak senyaman di pengadil an umum. Makna kenyamanan t er sebut meruj uk kepada: sikap haki m yang t erkesan l ebih sepaham dengan pandangan j aksa penunt ut umum, misal nya, pert anyaan mereka t erha-dap saksi cenderung di anul ir ol eh haki m dengan al asan hanya pengul angan, t idak rel evan, at au t i dak f okus, dan per mohonan unt uk mengaj ukan pengal ihan t ahanan at as t er dakwa nyar is t i dak dit anggapi. Demikian pul a, manakal a mereka mengaj ukan keber at an at as pert anya-an j aksa penunt ut umum at au ket eranya-anganya-an saksi, hanya-anya cukup dicat at dal am ber it a acar a per si dangan at au dikemukakan pada sesi mengaj ukan not a pembel aan. Sedang keber at an dari j aksa penunt ut umum cenderung direst uinya. Wawancar a 26, 27 Sept ember, dan 7 Okt ober 2011.

36 Kompas Com; Republ i ka; dan Tr i bun Jabar, 12 Okt ober

2011.

37

Pel embagaan pada dasarnya merupakan t i pikasi at as habit uasi yakni suat u t i ndakan yang rut in diul ang. Jadi , pel embagaan it u t erj adi karena ada t i pikasi resi pokral dar i t indakan yang t er bi asa it u. Berger dan Luckman,

op. ci t. hl m. 47 dan 72.

38 Dua or ang haki m pengadil an negeri yang per nah

me-rangkap t ugas sebagai haki m Pengadil an Ti pikor Jakart a menampil kan sikap yang ber beda ket ika memi mpin si

-dang di pengadil an negeri yang menj adi home base-nya.

Mereka menganggap ada suasana yang berbeda, semisal di pengadil an negeri suat u yang l umrah apabil a haki m berdiksusi dengan advokat at au j aksa penunt ut umum, sedangkan di Jakar t a (pengadil an Ti pikor) sebi sa mung-kin t idak mel akukannya. Suasana yang rel at if mengura-ngi int imasi komunikasi ini t er masuk dengan kal angan

haki m ad hoc, bagai manapun peri st iwa wal k out haki m

(9)

yang dist rukt urkan oleh praksis berhukum dan di sisi lain menst rukt urkan t indakan berhukum. Dengan kat a lain, penst rukt uran simbol-simbol yang dipresent asikan secara gest ur e (verbal dan visual) pada rit ual pengadilan merupakan pemaknaan Pengadilan Tipikor Jakart a sebagai t ipikal pengadilan ideal unt uk pemberant asan korupsi.

Sesuai dengan pendapat Berger mengenai kendala yang t ak bisa dielakkan dalam proses legit imisasi, manakala obyekt ivikasi nalar (ant i put usan bebas) dit ransmisikan kepada pengadil-an t ipikor daerah sebagai generasi penerus.39 Oleh karena it u, muat an kognisi imperat if da-lam wacana HMT kent ara pada akt ivit as simbo-lis Ket ua Komisi Yudisial ket ika menanggapi pu-t usan bebas apu-t as pu-t erdakwa Mumu, bahwa “ ha-kim t idak mempunyai sense of cr i si s t erhadap permasalahan korupsi, masyarakat dan KY t er-heran-heran dengan keput usan it u. ”40 Gayung bersambut , media massa serempak menampil-kan drama pemberant asan t indak pidana korup-si dengan episode kemungkaran hakim peng-adilan t ipikor,41 t ermasuk memuat pesan dari Oce Madril, Penelit i Pusat Kaj ian Ant ikorupsi Universit as Gaj ah Mada, yait u “ j angan biarkan put usan bebas t erhadap t erdakwa korupt or me-nular ke t ipikor daerah-daerah lain” .42

Int ensit as pembent ukan opini menyudut -kan hakim dan pengadilan t idak lepas dari pe-mosisian hakim yang t aklid pada et hos kerj a, yait u hanya bicara kosa kat a hukum dan di-ucapkan di ruang sidang. Sement ara, lahan wa-cana di luar penga-dilan makin melebar sej alan dengan f ormat demokrat ik yang mengagungkan ke-bebasan berpendapat dan memuliakan pola-risasi kelompok di segala bidang. Ekspresi opini dan polarisasi liberal yang oleh hakim dianggap

39 Legit i masi mengandung unsur kogni t if dan nor mat if . Ia

merupakan proses menj el askan (expl ai ni ng) dan

mem-benarkan (j ust i f yi ng), yakni t ent ang penganggapan val i

-dit as kognit if at as makna yang diobj ekt ivikasi dan pem-beri an wi bawa nor mat i f at as keharusan pr akt iknya,

Berger dan Luckman, op. ci t. hl m. 111.

40 Pi ki r an Rakyat, 12 Okt ober 2011.

41 Kompas, 12 Okt ober 2011: “ KPK kal ah dar i t er dakw a

korupsi ” ; Hukum Onl i ne, 12 Okt ober 2011: “ KPK Keok

ol eh Pengadil an Ti pikor; dan TV One, Jakar t a Lawyer

Cl ub, t ayangan pukul 19. 30, 1 November 201: “ KPK dikal ahkan ol eh Pengadil an Ti pikor ” .

42 Kompas. com

. 3 November 2011.

t idak logis, yakni sepert i yang dit ampakkan di media massa dan diperj elas oleh t indakan dari part isipan yang memint a akses berkomunikasi dengan hakim. Sej ak maj elis hakim menolak eksepsi, mereka beberapa kali menerima inf or-masi supaya menghukum t erdakwa, dan f re-kuensinya meningkat set elah mengabulkan per-mohonan penangguhan penahanan.43 Anggapan-nya at as sit uasi yang mengint ervensi dan aksiaksi yang mengint imidasi memot ivasi penguat -an indent it as diri sekaligus menst imuli memba-ca kembali pelaj aran t ent ang proses menj adi perkara korupsi.44

Jaksa penunt ut umum mendakwa Mumu melakukan perbuat an suap t erhadap pet ugas penilai adipura, pet ugas audit or BPK; anggot a DPRD, dan menyalahgunakan anggaran makan-minum, sert a permuf akat an j ahat . Di persida-ngan, hakim menilai ket erangan para saksi le-bih banyak sebagai pendapat at au simpulan pri-badi, art inya t idak memenuhi st andar ket ent u-an Pasal 1 u-angka 27 KUHAP. Misalnya, ket ika saksi menyat akan bahwa t erdakwa memerin-t ahkan saksi unmemerin-t uk menyerahkan uang kepada pet ugas audit or BPK dan pet ugas penilai Adi-pura t idak lebih dari simpulan at as pernyat aan t erdakwa yang pada saat rapat mengat akan: “ kit a harus menang. Dan semua it u t idak ada yang grat is. ”45 Para saksi t ernyat a menaf sirkan ucapan t erdakwa seolah-olah sebagai perint ah,

43 Tanggal 21 Juni 2011, maj el is haki m mengabul kan per

mohonan penangguhan penahanan. Sel ama proses per si dangan t er dakwa sempat dir awat dirumah sakit , per -nah pingsan di ruang sidang, dan pada per si dangan se-l anj ut nya sese-l ase-l u di dampingi ose-l eh dokt er sambise-l membawa al at bant u pernapasan, sert a ket er angan kesehat -an dari rumah sakit adal ah mer upak-an al as-an kem-anu- kemanusi aan yang meyakinkan maj el is haki m mengabul kan per mohonan t er dakwa. Tiga har i kemudian, Ket ua KPK, Bi -bit Samant o menyoal penangguhan penahanan t ersebut , karena t erdakwa mengaku sakit ker as t et api dal am vi do

di You Tube i a berj oget dengan pegaw ai pemda. Pi ki r an

Rakyat, dan Tr i bun Jabar, 24 Juni 2011.

44

Mereka t erus ingi n mempengaruhi maj el i s. Kami i ni in-dependen. Si apa pun j angan har ap bisa membel ok-be-l okan maj eok-be-l i s (waw ancara, 28 Juni 2011). Menurut Hans-Rudiger Pf ist er, anggapan seseorang at as sesuat u yang rel evan adal ah meruj uk kepada nal ar emosinya, bergan-t ung pada pengal aman dan mobergan-t ivasinya (Hans-Rudiger Pf i st er, “ The Mul t i ci pl y of Emot ions: a Fr amework of

Emot ional Funct ion in Decision Maki ng, ” dal am Jour nal

of Judgment and Deci si on Maki ng. Vol . 3. No. 1. Janua-ri 2008. Pennsyl vania. Univer sit y of Pennsyl vani a. hl m. 12.

45

(10)

dan seba-gai pelaksanaannya mereka berinisiat if sendiri mengumpulkan dana dari pej ababerinisiat -pej abat sat uan kerj a perangkat daerah (SKPD). Tet api, mereka t idak pernah melaporkan kepa-da t erkepa-dakwa t ent ang t inkepa-dakan at as cara kepa-dan hasil pengumpulan dana sert a penggunaan-nya.46

Evaluasi mengenai subst ansi ket erangan para saksi yang diragukan kualit as kebenaran-nya, dan ket erangan dari dua orang ahli yang membenarkan t indakan t erdakwa,47 berkelin-dan dengan pemahaman t ent ang proses menj a-di perkara t indak pidana korupsi dan kona-disi yang dipersepsinya sebagai int ervensi dan int i-midasi. Esensinya hakim dibayangi oleh pert a-nyaanapakah kasus Mumu merupakan rekayasa polit ik? Pot ensi unt uk mengiyakan semakin kuat karena ada t awaran imbalan sebesar Rp 500 j ut a unt uk j asa menghukum t erdakwa. Bebera-pa alasan yang membuat mereka t idak menang-gapinya, yait u: “ prof esi it u amanah. Int egrit as j auh lebih pent ing. Dengan menghukum t erdak-wa makin j elas, kami menj adi budak opini. Kalau t erima duit , art inya bisa diint ervesi” .48 Lima hari menj elang pembacaan put usan beredar post er yang dit empel di gedung peng-adilan dan spanduk yang dipaj ang di halaman pengadilan. Post er dan spanduk bert uliskan hu-j at an t erhadap t erdakwa dan pesan kepada hakim unt uk menghukum t erdakwa seberat berat

46 Put usan pengadil an yang l al u kepada pemberi dan

pe-neri ma suap t idak menyert akan t erdakwa, l al u kenapa sekarang j adi ada gel agat menyer et t erdakwa? Pembia-yaan dari anggaran makan-minum semua kegi at annya dil aksanakan, semua saksi yang t erl i bat mengakuinya. Kal au ada kesal ahan pembukuan, ya bagi an admi ni st ra-si. Masa wal ikot a yang harus membuat nya? Waw ancara, 17 Okt ober 2011.

47

Dal am persidangan kedua orang saksi ahl i pada int i nya menyat akan, bahw a apabil a APBD bel um dit et apkan se-ment ara ada kegiat an yang sudah dij adwal kan, maka pembi ayaannya bisa menggunakan dari sumber l ain se-bagai pinj aman at au t al angan yang kel ak harus digant i . Sement ara, mengenai l apor an f ikt i f di bedakan ant ar a f ikt i f kegiat annya sehingga merupakan t i ndak pidana, dan f ikt if dokumennya t et api kegi at annya dil aksanakan adal ah merupakan kesal ahan administ r asi (Observasi , 11 dan 15 Agust us 2011).

48 Wawancar a, 8 dan 12 Sept ember 2011. Dua har i

sebe-l umnya, seorang pej abat pemer int ah daer ah t ahu bah-wa penul is sedang menel it i perkar a Mumu, ia bert anya: “ Pak Teddy sebenarnya di pihak mana? Set el ah saya j awab saya hanya mel akukan penel it ian dan t i dak kenal dengan t erdakwa, ia menawarkan aj akan: Bagaimana kal au ke wakil ? Saya hubungkan j uga sekar ang. Segal a sesuat unya dibicarakan saj a. ”

nya.49 Selanj ut nya, media cet ak melansir bah-wa KPK sedang mengabah-wasi Pengadilan Tipikor Amart a dengan alasan karena t elah beberapa kali membebaskan t erdakwa,50 dan menampil-kan berit a dengan t eknik ulasan yang mengan-dung pesan kepada pengadilan dan masyara-kat . Pengadilan diwant i-want i agar j angan membebaskan t erdakwa karena masyarakat pun mengawasinya, dan masyarakat diaj ak unt uk mengawasi pengadilan.51 Akumulasi inf ormasi yang dit erima oleh hakim, cukup sebagai alasan bagi mereka unt uk menyimpulkan sebagai int i-midasi yang bisa merusak ident it as diri sepert i t ersirat dari t anggapannya di bawah ini.

Kami ini hakim, t ugasnya mengadili

bu-kan menghukum. Masalahnya bukan

menghukum at au membebaskan, t api ha-rus logis r easoni ng-nya. Kalau menghu-kum t erdakwa adalah merupakan kebena-ran dan keadilan, ya, it u yang harus dila-kukan. Kami t idak t akut pada t ekanan publik, t eror t elepon dan SMS. Kalau ada pemeriksaan, silahkan saj a. Berit a acara sidang, j uga rekaman videonya ada, pu-t ar saj a, gampang kok. Lagi pula kenapa mest i t akut ? Kalau mau cari aman, t erima saj a t awaran lima rat us j ut a, selesai, maunya publik t erpenuhi. Apa mest i be-git u? Hat i enggak bisa dibohongin Kang! Koment ar it u waj ar, t api ya lihat j uga si-dangnya. Pelaj ari dulu f akt a-f akt anya. Kami t ermasuk zalim kalau memut us sembarangan, asal ada pihak yang dise-nangkan, nurut in opini publik.52

Dugaan maj elis hakim t idak meleset , ka-rena pada siang hari membacakan put usan bbas, pada sore harinya menyusul t ayangan t e-levisi dan olahan web sit e dengan berit a dan ulasan yang meragukan int egrit as hakim. Ke-esokan hari dan selanj ut nya, mesin j urnalist ik bekerj a mengolah koment ar pakar, kecaman pej abat , dan provokasi akt ivis, mulai dari eksaminasi put usan, pemeriksaan dan penghuj at -an hakim, sampai pembubar-an pengadil-an t ipi-kor daerah. Wakil Ment eri Hukum dan Hak Asasi Manusia, langsung menohok seorang hakim ad

49

Observasi 6-7 Okt ober 2011.

50

Kompas, dan Suar a Kar ya, 10 Okt ober 2011.

51

Pi ki r an Rakyat dan Tr i bun Jabar, 10 Okt ober 2011.

52

(11)

hoc yang pernah menj adi t erdakwa korupsi,53 dan t idak kepala t anggung, pembesar di Mahka-mah Agung (MA) sepert i t idak ragu menut up buku kode et ik dan kode perilaku hakim seraya berkat a: “ saya sudah menduga akan ada put u-san bebas, begit u ada penangguhan penahan-an” .54 Fenomena inilah sebagai bukt i kekuat an f ormasi wacana yang sej at inya sebagai wuj ud kolaborasi kekuasaan dan penget ahuan, dengan t eknik menyebarkan kebenaran (gagasan HMT) sambil menyingkirkan dan memberangus kebe-naran-kebenaran lainnya, sepert i prinsip kese-t araan di hadapan hukum dan peradilan yang t idak memihak.55 Kolaborasi t ersebut t ent u saj a dij alin oleh hubungan simbiosis mut ualist is da-lam art i, bahwa kebenaran sebagai sarana kru-sial unt uk mengekspresikan kepent ingan.

Jika orang bert anya, kebenaran apa yang disembunyikan di balik cemoohan t erhadap ha-kim, pendegradasian kompet ensi MA dalam rek-rut men sumberdaya hakim, dan gagasan pem-bekuan pengadilan t ipikor daerah, j awabannya beragam. Bisa spont an mengat akan it u rahasia perusahaan, j uga bisa bergaya spekulan dengan menebak polit ik seragam merah yang dikenakan t erdakwa, at au berlagak elegan dengan mena-rik napas sej enak unt uk ancang-ancang berkon-t emplasi berkon-t enberkon-t ang hasraberkon-t Komisi Yudisial

53 Sebel um di angkat menj adi haki m ad hoc, pada t anggal

29 Juni t ahun 2005, Tohar i pernah dij at uhi pi dana 2 t ahun penj ara dan denda Rp 100 j ut a ol eh Pengadil an Negeri Pekanbaru karena t er bukt i mel akukan korupsi di PT Bumi Siak Pusako. Tanggal 19 Okt ober Pengadil an Tinggi Ri au memut us bebas, yakni w al aupun per buat an-nya t erbukt i t et api bukan merupakan t i ndak pidana. Kemudi an pada t anggal 29 Agust us 2006, Mahkamah Agung menguat akan put usan t i ngkat banding dan menl ak kasasi Kej aksaan Neger i Ri au (Waw ancara, 27 Okt o-ber 2011). Supar man Marzuki, Wakil ket ua Bidang Pe-ngawasan Komi si Yudisial menyat akan bahwa “ meskipun sudah dinyat akan bebas, seor ang hakim harus punya ci -t ra yang ber si h. Kal au haki m caca-t moral kan menurun-kan kepercayaan masyar akat t erhadap inst it usi haki m” (Har i an Pi ki r an r akyat , 13 Okt ober 2011). Demikian j u-ga Jaya Ahmad Jayus, anggot a Komisi Yudi si al merekomendasikan agar Tohar i secara moral harus mengundur

-kan diri kar ena pernah t erl ibat perkar a (Indonesi a

To-day, 18 Okt ober 2011).

54 Kompas, 12 Okt ober, 2011; Suar a Pembar uan, 12

Ok-t ober 2011; dan Rakyat Mer deka, 13 Okt ober 2011.

55 Fenomenon i ni dapat dikat egorikan sebagai kekerasan

si mbol ik sepert i yang dimaksud dal am konsep Bordieu, yang praksi snya sebagai perebut an domi nasi unt uk

men-det er minasikan suat u kebenar an (l ihat Vil l egas, op. ci t,

hl m. 60).

nguat kan kekuasaan dan menambah wewenang. Apa pun j awaban dan kepent ingan masing-ma-sing, semuanya sedang menebar benih pemaha-man, bahwa peradilan sesat ialah pengadilan yang membebaskan t erdakwa korupsi.

Kej aksaan sebagai ikon pemberant asan korupsi,56 secara psiko-sosial menempat i posisi yang mengunt ungkan dalam art i beban krit ik-nya relat if lebih ringan dari pengadilan yang di-provokasi dan dit ekan unt uk memproduksi pu-t usan meng-hukum pu-t erdakwa.57 Hakim Hert a menj elaskan beban at as pengawasan publik da-ri pembeda-rit aan media massa dan unj uk rasa, sebagai berikut :

Mereka sih enak. JPU past i mengat akan melawan hukum, karena dalam ot aknya ingin membukt ikan t erdakwa bersalah. Sama saj a dengan pembela, akan berpen-dapat t idak ada perbuat an melawan hu-kum, ia kan selalu berj uang membebas-kan t erdakwa. Nah kalau saya, hakim ha-rus obyekt if berdiri di t engah. Obyekt ivi-t as dan keyakinan menyaivi-t u. Akang masih ingat t eorinya? Kalau hakim ragu adanya sif at melawan hukum, maka t idak boleh menj at uhkan pidana. Pendapat saksi ahli Prof Yusril dan Prof Zudan j elas dan t e-gas, t idak ada perbuat an melawan hu-kum. Fakt a-f akt anya sendiri, sumir. Tidak memenuhi kebenaran mat eril. Masa saksi

56

Jaksa penut ut umum bukan repr esent asi l embaga ke-j aksaan, karena pada saat masyarakat menaruh harapan pada j aksa penunt ut umum, di saat it u pul a di t empat l ain j aksa-j aksa yang bert ugas sebagai int el ej en si buk menghi mpun i nf ormasi, memint a ket erangan dan doku-men-dokumen dar i inst ansi pemerint ah yang mel aksa-nakan pembel anj aan/ penggunaan anggar an. Memasuki pert engahan bul an Sept ember, banyak pej abat dar i berbagai inst ansi mener i ma panggil an, misal nya unt uk mengkorf ir masi l aporan-l apor an dar i LSM at au pem-berit aan di medi a cet ak. Dal am aj ang ‘ pemer iksaan’ it u, mereka yang di panggil merasa l el ah harus bol ak-bal ik ke kej aksaan dan kadang berdiskusi hingga l arut mal am. Sat usat unya sol usi pr agmat i s unt uk menghent i -kan rasa j engkel dan khawat ir, i al ah negosiasi di t em-pat yang t el ah di sepakat i. Sal ah seorang st af pegawai pemerint ah daer ah yang diut us unt uk mel akukan pert e-muan, menyer ahkan uang sej uml ah Rp 85 j ut a yang di-akuinya hasil dar i urunan, i a pun menj el askan: ” t adi nya mint a dua r at us. Set el ah dit awar, l agi pul a kan enggak ada masal ah. Tapi, l ama-l ama kami j adi st ress. Di pang-gil t erus, pening. Kur ang ini , mint a dat a it u. Ya, sudah-l ah, pi mpinan akhirnya inst ruksikan penuhi saj a mau-nya” (Observasi , 12, 15, dan 19 Sept ember 2011).

57 ICW misal nya, mengusul kan agar MA mel akukan eksami

-nasi t erhadap put usan hakim, dengan al asan “ proses persidangan berj al an sepert i sandiwar a, f akt a-f akt a

yang diaj ukan kej aksaan dikesampi ngkan” (Suar a Mer

(12)

mengat akan t as it u berisi uang. Lalu ba-gaimana ia bisa t ahu, t idak bisa menj e-laskan. Semua hanya perkiraan saj a bah-wa it u uang unt uk anggot a debah-wan. Di per-sidangan j elas, para saksi hanya berpen-dapat at au mendengar dari orang lain.58

Sit uasi publik yang mengecam hakim dan pengadilan, ket ua pengadilan melapor ke MA unt uk menj elaskan put usan pembebasan t er-dakwa.59 Keesokan harinya maj elis hakim me-menuhi panggilan M. Hat t a Ali, Ket ua Muda MA bidang Pengawasan, dan pada hari it u pula be-liau menj elaskan kepada pers sebagai berikut :

Masyarakat harus menghilangkan kesan bahwa set iap t erdakwa dari KPK past i bersalah. Pemikiran-pemikiran sepert i it u harus dihilangkan. Jangan t imbul kesan set iap dari KPK harus dihukum. Ini baha-ya, bagaimana negara hukum j adinbaha-ya, Ki-t a lihaKi-t dulu dong hasil puKi-t usannya. Bisa saj a bukan hakimnya yang salah, Seorang hakim, harus bert indak sebagai prof esio-nal. Apabila t erdakwa bersalah, maka ha-rus dihukum dan j ika t idak t erbukt i haha-rus dibebaskan. Put usan hakim harus diakui, kalau t idak, buat apa ada hakim. Pakai hukum rimba saj a. Hakim t idak boleh mengikut i zaman, ket ika t ren put usan be-rat , ikut put usan bebe-rat .60

Ket erangan MA sesuai dengan apa yang di kat akan para hakim set elah menj alani ‘ peme-riksaan’ , yakni di samping ada persepsi yang salah dari masyarakat , bahwa set iap t erdakwa harus dinyat akan bersalah, j uga prakt isi sela-ma ini salah kaprah dalam penerapan hukum permuf akat an j ahat . Mereka menj elaskan: “ ka-mi sengaj a dalam put usan mengut ip surat Al’ Ashr, saling menasihat i unt uk kebenaran. Dan dalam pert imbangan kami mengoreksi ke-keliruan penerapan permuf akat an j ahat ” .61

58 Wawancar a, 21 Okt ober 2011.

59

Observasi , 13 Okt ober, 2011. Ket ua pengadil an bi sa t a-hu mengenai pert imbangan put usan ol eh karena pada pengadil an t ingkat pert ama di berl akukan at uran int er -nal , bahwa apabil a maj el i s haki m akan membebaskan t erdakw a korupsi, maka sebel umnya harus mel apor ke-pada ket ua pengadil an.

60 Kompas, Republ i ka, Suar a Mer deka, dan Tempo, 15

Ok-t ober 2011;

61

Wawancar a, 25 Okt ober 2011. Sal ah kaprah penerapan hukum yang di maksud ol eh haki m, yakni penerapan konst ruksi permuf akat an j ahat dal am Pasal 15 UU No-mor 20 t ahun 2011 j o UU No. 31 t ahun 1999. Jaksa

pe-Hasil invest igasi Komisi Yudisial yang mengklaim bahwa beberapa hari sebelumnya t elah menget ahui hakim akan menj at uhkan pu-t usan bebas,62 t idak lebih lebih dari simpulan premat ur. Bisa j adi, st af yang dit ugaskannya bukan penelit i yang handal at au t idak punya inst ing int elej en, sehingga cukup puas dengan inf ormasi yang bisa diperoleh t anpa memerlu-kan met odologi. Ada dua set t i ng int eraksi t em-pat di mana t idak sulit mencari inf ormasi. Per -t ama, manakala para wart awan yang memang sudah t erbiasa berbincang t ent ang kasus yang diliput nya, dalam obrolan it ulah kadang muncul pernyat aan yang meskipun spekulat if namun karena t alent a dan pengalamannya mereka se-ring bicara hukum dalam kemasan j urnalist ik-nya. Kedua, sikap impresif seorang pegawai pe-ngadilan yang dij uluki ‘ pemain’ ,63 kerap bicara mengenai kemungkinan t erdakwa memperoleh put usan bebas, baik ket ika berbincang di ruang kerj anya, di ruang panit era muda, maupun di koridor t empat di mana advokat , wart awan, dan part isipan lain berbicang di sela-sela kesi-bukannya masing-masing. Belakangan hari, ia disergap oleh pet ugas KPK pada saat keluar dari rumah kediaman t erdakwa. Ia urung dit angkap, karena di samping t idak membawa uang yang diduga pemberian dari t erdakwa j uga berdalih bahwa maksud kunj ungannya hanya sekedar mengobrol sesama penggemar ikan hias.64

Hakim berkomunikasi dengan koleganya yang menj at uhkan put usan bebas di Pengadilan Tipikor Surabaya, Samarinda, Lampung, dan Se-marang, mendiskusikan kondisi di luar penga-dilan yang sedang menyudut kan mereka, dan sat u sama lain saling memberi dukungan prof e-sional dan t et ap pada keyakinan sepanj ang t i-dak melanggar kode et ik dan kode perilaku

nunt ut umum secara serampangan mengacu kepada def ini si per muf akat an j ahat dal am Pasal 88 KUHP yang berada pada Bab IX. Padahal Pasal 103 KUHP secar a t egas menyat akan bahwa hanya ket ent uan dal am Bab I sampai dengan Bab VIII yang dapat di berl akukan pada ket ent uan hukum pi dana di l uar KUHP.

62 Tr i bun Jabar, 12 Okt ober 2011, dan Maj al ah Tempo

edi si 14/ 33, 17 Okt ober 2011.

63

Lihat cat at an kaki 21 di at as.

64

Referensi

Dokumen terkait

Adapun contoh grafik column yang akan kita pelajari adalah seperti yang tertera dibawah ini. Sebelum membuat suatu grafik, terlebih dahulu harus membuat sebuah tabel. Atau klik

Persons engaged in the business of importing articles on the United States Munitions Import List are required to register pursuant to Section 38 of the Arms Export Control Act

Berdasarkan telaah teoritis dan empiris yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh strategi bauran pemasaran yang terdiri atas faktor

Pebedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan NHT Pada Siswa Kelas VII MTsN Tulungagung.. Tulungagung: Skripsi

Partisipan yang dalam hal ini selaku mentor menyatakan dalam melaksanakan mentorship, didukung dengan adanya komunikasi yang baik antara mentor-mentee, jika tidak

Barisan aritmetika bertingkat adalah barisan bilangan yang tidak memiliki beda tetap, tetapi apabila beda itu dijadikan barisan bilangan, demikian seterusnya maka pada suatu saat

PENGEMBANGAN DUAL CONDITIONED LEARNING MODEL-UTILIZING MULTIMODE TEACHING (DCLM-UMT) UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DASAR CALON GURU. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tujuan peninjauan itu antara lain untuk (1) Upaya sosialisasi HFA dan kebijakan turunannya baik dalam sistem maupun dalam Renas PB dan RAN PRB; (2) Untuk