i
DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT
DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK
KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan, S. Pd.
Oleh
FEBRIANI INDAH PRATIWI
11113077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT
DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK
KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan, S. Pd.
Oleh
FEBRIANI INDAH PRATIWI
11113077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
vii
MOTTO
“
Mulailah dengan tulus, hasilnya akan
mengakar. Mulailah dengan fokus,
Maka hasilnya akan menyebar
”
.
( Mario Teguh )
”Barangsiapa
yang bersungguh-sungguh pasti
akan berhasil”.
viii Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tersayang Bapak Joko Supriyanto & Ibu Siti Muntiah
yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta
menjadi motivasi motivasi dalam setiap langkah hidupku.
2. Kepada adikku Muhammad Iqbal Abimanyu yang sangat kusayangi,
terimakasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga kita bisa
membahagiakan Bapak dan Ibu.
3. Kepada keluarga besar yayasan An-nida dan takmir Masjid An-nida
terimakasih atas semangat dan motivasinya dalam membantu saya
menyelesaikan skripsi.
4. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren An-nida Kota Salatiga.
Terimakasih motivasi dan semangatnya.
5. Kepada Ketua RW 02 Dusun Ngaglik Kelurahan Ledok Bapak Joko
Mulyono beserta Istri. Terimakasih atas bantuan dan semangatnya.
6. Kepada teman-temanku mbk Mita, mbk Hima, mbk Fanni, mbk Wahju,
Intan, Dian, dek Heni, dek Lilis, dek Santi terimakasih telah memberikan
motivasi serta semangatnya, sukses buat kita semua.
7. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2013 terimakasih untuk
ix Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Alhamdulillairabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir. Aamiin
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK
RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA” Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut
Agama Islam Negeri (IAIN).
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
xi
Febriani Indah, Pratiwi 2017. PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci : Peran Takmir Masjid dan Pembinaan Akhlak Masyarakat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga? (2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan dengan pola pikir induktif.
xii
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian... 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
xiii 7. Pengecekan Keabsahan Data
8. Tahap-tahap Penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Pengertian Takmir dan Masjid ... 13
B. Peran dan Fungsi Masjid ... 16
C. Pembinaan Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan ... 19
1. Pengertian Akhlak Masyarakat ... 19
2. Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan ... 24
D. Tujuan Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat... 28
E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 31
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 34
A. Paparan Data ... 34
1. Gambaran Umum Masjid An-nida ... 34
2. Sejarah Berdirinya Masjid An-nida ... 35
3. Letak Geografis ... 39
4. Struktur Organisasi Yayasan An-nida ... 39
5. Sarana dan Prasarana Masjid An-nida... 41
6. Kegiatan-kegiatan Masjid An-nida... 44
B. Temuan Penelitian ... 47
xiv
3. Faktor Penghambat Berjalannya Kegiatan di Masjid
An-nida... 52
4. Cara Pemecahan Masalah dalam Menangani Berjalannya Kegiatan Yang Diadakan di Masjid An-nida... 55
5. Tujuan dan Manfaat Diadakannya Kegiatan di Masjid An-nida... 57
BAB IV : PEMBAHASAN ... 60
A. Peran Takmir Masjid An-nida Dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat RW 02 ... 60
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat RW 02 ... 72
BAB V : PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran-saran ... 79
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbinanya iman seorang muslim merupakan modal dasar bagi
terbentuknya masyarakat muslim. Karena itu, pembinaaan pribadi
muslim harus ditindaklanjuti kearah pembinaan suatu masyarakat Islam.
Masjid dapat digunakan sebagai sarana pembinaan masyarakat Islam(Yani,
2009: 25). Membangun Masjid termasuk perintah agama, Rasulallah bersabda
“Barangsiapa membangun masjid di dunia, maka Allah akan membangunkan
sebuah istana di surga”(Gatut Susanta, Adi Sulistyo, dan Suyud Basuni,
2008:8).
Kata “masjid” berasal dari bahasa arab, masjid yang berarti tempat untuk bersujud. Dalam sejarah awal agama Islam, masjid mempunyai peran
ganda, peran pertama sebagai tempat berhubungan dengan Allah, yaitu masjid
bermakna vertikal, menyangkut hubungan manusia dengan sang khalik. Maka
akan begitu dibangun dalam konteks ini, masjid bukan lagi milik manusia,
akan tetapi menjadi milik Allah. Sehingga ungkapan “Rumah Allah” bukan
saja benar adanya secara kias namun juga benar secara hukum, sedangkan
peran kedua mencakup peran sosial kemsyarakatan, yaitu masjid bermakna
horisontal(H. Abu Bakar, 2007: 14).Masjid terlihat hanya digunakan untuk
melakukan ibadah shalat semata. Padahal bila masjid difungsikan dengan
baik dan benar seperti yang di contohkan oleh Nabi pada masa itu, sungguh
ataupun di pinggiran jalan raya/kota, melainkan akan membawa keberkahan
bagi siapapun, sendiri/individu ataumasyarakat dan merupakan tempat
ibadah yang tidak ada bandingannya di agama-agama lain, dalam hal
kesederhanaanya, keberhasilannya, ketenagaannya dan dalam
menggembala syi‟ar tauhid. Dengan demikian, masjid menjadi pusat
kehidupan bagi umat Islam.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah masjid, dari segi
bangunan yang sederhana dan berarsitektur khas corak Islamnya hingga
kegiatan-kegiatan yang berada disekitar masjid.Masjid An-nida ini salah
satu masjid yang berlokasi di lingkungan Pondok Pesantren, RA
(Rhodlothul Athfal) dan SD PTQ An-nida yaitu bertempat di wilayah ABC
dusun Ngaglik Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga, memiliki
bangunan yang cukup sederhana dan banyak memberikan manfaat
kepada masyarakat sekitar masjid.Siapapun orangnya bila berada di dalam
masjid tidak terlihat mana yang kaya, mana yang miskin, pendidikan
rendah maupun tinggi ataupun orang pengusaha maupun buruh. Semua
yang berada di dalam masjid tampak sama sehingga tidak saling pamer
ataupun minder bila saling bertemu satu dengan yang lain. Disini mereka
saling menghargai, menghormati dan saling mendahulukan kepentingan
saudara daripada kepentingan pribadinya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 18 yang berbunyi :
ٍََيآ ٍَْي ِ ّاللّ َذِجبَضَي ُشًُْؼَٚ بًَََِّإ
َحبَكَّزنا َٗرآَٔ َحَلاَّصنا َوبَلَأَٔ ِشِخٜا ِوَْْٕٛنأَ ِ ّللّبِث
Artinya:”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. At-Taubah : 18).
Telah jelas Allah memberikan petunjuknya kepada manusia di
muka bumi ini, bahwa hanya orang-orang yang bertaqwa yang bisa
memakmurkan masjid. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, bukan sembarangan
orang yang dapat memakmurkan masjid, hanya orang-orang yang
beriman yang dapat memakmurkan masjid, orang-orang yang bertaqwa
dan beriman senantiasa mematuhi peraturan Allah dan dapat menjaga
keinginannya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Masjid An-Nida didirikan pada tanggal 1 Januari 1976 oleh Bapak
KH. Ali As‟ad, sampai sekarang usianya 41 tahun. Sebelum menjadi masjid dulunya adalah sebuah bangunan mushola sempit yang didirikan untuk
beribadah dan kegiatan-kegiatan pengajian untuk masyarakat sekitar, karena
makin bertambahnya jama‟ah yang hadir sehingga penuh, maka mushola direnofasi dan dibesarkan sehingga menjadi Masjid An-nida yang berlantai
tiga. Maka seyognyalah mendapat perhatian khusus dari para ulama,
lebih-lebih di kotaSalatiga yang menurut kata banyak orang adalah basis Kristen,
maka masjid An-Nida dapat dijadikan sebagai tempat beribadah umat
Islam.Kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid sangat banyak dan
berguna bagi jama‟ah dan masyarakat sekitar, banyak cara yang dilakukan
masjid An-nida melalui kegiatan rutin seperti pengajian, kegiatan ketika hari
Salah satu pendukung utama dalam pembinaan akhlak
masyarakat yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir masjid sebagai
mediator yang baik melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosialyang
tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid
adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian islami dengan
sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama
dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh dan
bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71)
Berkaitan dengan keterangan di atas, penulis mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul “PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN
NGAGLIK RW02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN
ARGOMULYO SALATIGA”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan Akhlak
masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Salatiga ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak
bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan Akhlak
masyarakat di DusunNgaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Salatiga.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
akhlak bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok
Kecamatan Argomulyo Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis,
antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi dunia pendidikan, khususnya bagi pendidikan luar sekolah.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan peran masjid
dan akhlak masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Takmir Masjid: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan khususnya dalam upaya- upaya untuk membina
b. Bagi Masyarakat: Memberi informasi pada masyarakat tentang peran
masjid An-nida dalam upaya meningkatkan nilai-nilai akhlak bagi para
masyarakat sesuai ajaran Islam.
c. Bagi Pemerintah: Memberi informasi pada pihak terkait baik
pemerintah atau lembaga terkait guna memberikan dukungan dan
sebagai fasilitator dalam perkembangannya.
d. Bagi Peneliti: Menambah wawasan serta sebagai bekal agar lebih
berpengalaman dan berpengetahuan serta dapat mempraktekannya di
masyarakat.
E. Penegasan Istilah
1. Peran Takmir Masjid An-nida
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh
kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun,
merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan
remaja Muslim di sekitar masjid. Masjid An-nida yang terletak di
lingkungan pondok pesantren dan masyarakat sekitar yang mayoritas
muslim. Banyak masyarakat yang berjama‟ah serta melakukan kegiatan
pengajian di masjid An-nida. Dalam hubungan sosial bermasyarakat
lembaga takmir masjid selalu mengadakan agenda rutinan yang bertujuan
untuk membina akhlak masyarakat sekitar. Bukan hanya masyarakat tetapi
pondok pesantren juga mendapatkan perhatian dan dukungan serta ikut
berpartisipasi dalam agenda kegiatan yang di adakan di masjid. Peran
masyarakat sekitar agar menjadi manusia yang berakhlak terutama
keberagamaan dan taat sesuai syari‟at Islam.
2. Pembinaan Akhlak Masyarakat
Pembinaan akhlak “Usaha secara sadar dan terarah guna
menanamkan budi pekerti yang luhur dan nilai-nilai yang susila kepada
anak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islami dan tuntunan serta peri
kehidupan Rosullullah SAW sebagai uswatun hasanah” (Barnawi Umary :1996). Dalam pembinaan akhlak padamasyarakat yang paling
berpengaruh yaitulingkungan sekitar dan pergaulan karena sebagai
motivasai dan penyemangat dalam pembinaan akhlak, karena sangat
ditentukan oleh adanya pembinaan mental yang dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang dapat membina iman dan akhlak seseorang.
Lingkungan adalah daerah atau kawasan yang terdapat
didalamnya(KBBI,2007:675). Sedangkan masjid adalah suatu bangunan
yang digunakan sebagai tempat beribadah orang Islam(Gatut Susanta, Adi
Sulistyo, dan Suyud Basuni, 2008:8). Jadi peran pembinaan akhlakpada
masyarakat dilingkungan masjid yang penulis maksud dalam
penelitian ini adalah upaya yang dilakukan masjid An-nida dalam
mengalami masalah akhlakmasyarakat terutama keberagamaan
masyarakat yang tinggal di kawasan masjid dalam mengkaji ilmu
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati(Moleong, 1989: 3).
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha menemukan makna dari sebuah situasi atau kondisi” (Sugiyono, 2011:8).
2. Kehadiran Peneliti
“Metode penelitian ini menggunakan pendekatan atau metode deskriptif yang merupakan sebuah metode yang bertujuan melukiskan
secara sistematis fakta atau karakteristk, populasi tertentu atau bidang
tertentu secara faktual dan cermat”(Wahyu MS, 1987:42).
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti
fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan
perhatian pada suatu kasus intensif dan terperinci mengenai latar belakang
keadaan yang ada(Asmani, 2011:66).
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid An-nida yang
berlokasi di Dusun Ngaglik Rw 02, Kelurahan Ledok, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga pada tanggal 26 Mei 2017 sampai dengan
selesai.
4. Sumber Data
Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga
dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.Responden
adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:
107).Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam
penelitian (Alwi, 2007: 794).Subyek penelitian adalah keseluruhan dari
informan atau sumber yang hendak diteliti (Arikunto,2010:256) dalam
hal ini subyeknya adalah:
a. Takmir Masjid An-nida Salatiga.
b. Imam dan Ustadz di Masjid An-nida Salatiga.
c. Santri di Ponpes An-nida Salatiga
d. Masyarakat dan Jama‟ah di Masjid An-nida 5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Observasi atau Pengamatan
Metode observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi umum
penelitian, keadaan masyarakat sekitar masjid An-nida dusun Ngaglik
RW 02 untuk memperoleh data tentang peran masjid dengan akhlak
masyarakat.
b. Metode Interview atau Wawancara
Metode interview atau wawancara adalah pengumpulan data
denagan proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau
digunakan untuk memperoleh informasi mendalam tentang peran
masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk
mengumpulkan data dengan menelusuri berbagai macam dokumen
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar,
notulen, agenda dan lain sebagainya(Arikunto, 1998:236).
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data menggunakan kualitatif deskriptif
yang terdiri dari kegiatan yaitu, pengumpulan data sekaligus reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulanatau varikasi(Miler dan
Hibermen, 1992:16).
Pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap
selanjutnya melakukan reduksi data yaitu penggolongan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data
terpilih. Kedua data yang telah direduksi akan dibentuk dalam naras.
Ketiga penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap
kedua.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni
data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya
dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak
yang berbeda -beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak,
agar terhindar dari subyektivitas.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut:
a. Tahap pra lapangan
1. Mengajukan judul penelitian
2. Menyusun proposal penelitian
3. Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3. Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:
1. Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2. Pengecekan keabsahan data
d. Tahap peneliti laporan penelitian:
1. Penulisan hasil penelitian
2. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3. Perbaikan hasil konsultasi
4. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah pemahaman penulisan ini, maka disusun
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan
yang menjadi landasan awal penelitian awal yaitu membahas tentang latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA :Pada bab ini pembahasan tentang penelitian
yang relevan, tinjauan umum pengertian masjid, peran dan fungsi masjid,
pembinaan akhlak masyarakatterhadap lingkungan dan tujuan dalam
pembinaan akhlak pada masyarakat.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN : Bab ini berisi tentang
gambaran umum masjid An-nida meliputi sejarah berdirinya masjid An-nida,
letak geografis, struktur organisasi masjid, serta sarana dan prasarana masjid,
kegiatan-kegiatan masjid serta faktor pendukung, hambatan dan cara
pemecahan masalah di lingkungan masyarakat sekitar Dusun Ngaglik RW 02.
BAB IV PEMBAHASAN : Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang
analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data, dan berisi tentang peran
masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik RW
02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga.
BAB V PENUTUP : Dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan
penelitian yang telah dilakukan , saran-saran, daftar pustaka, daftar riwayat
13
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Takmir dan Masjid
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh
kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun,
merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan
remaja muslim di sekitar masjid. Pengurus takmir masjid harus
berupaya untukmembentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas
bagi remaja muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan
remaja muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid,
melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan
dan arahan kepad a remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang,
serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam (Siswanto,
2005: 56-57).
Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf
makan) yang berasal dari kata ”sajada” yang memiliki arti tempat sujud
atau tempat untuk menyembah kepada Allah (Roqib, 2005:71). Bumi yang
kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun, kecuali tempat-tempat yang
dilarang menurut ukuran Islam karena tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat. Shalat tidak boleh dilakukan diatas kuburan dan ditempat-tempat
yang najis. Sebagaimana hadist Nab Muhammad SAW yang artinya :
”Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud
artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan
keadaanya bersih.(HR.Muslim)
Pengertian masjid secara umum adalah rumah atau suatu bangunan
yang digunakan sebagai tempat beribadah orang Islam. Seiring dengan
berkembangnya zaman, masjid banyak digunakan sebagai tempat
memakmurkan benih pembenaran umat Islam yang menyangkut segi
peribadahan maupun segi sosial, pendidikan, dan kebudayaan Islam
(Gatut, Adi, dan Suyud, 2008: 8). Masjid adalah rumah Allah yang sering
digunakan sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT (Amirudin dan
Supardi, 2001:viii). Drs. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya Ahmad Yani menyatakan, sebagai berikut :
Tidak heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.
Menurut Drs. Sidi Gazalba perkataan masjid berasal dari Bahasa
Arab, Kata pokoknya sujudan, fi‟il madhinya sajada(ia sudah sujud). Fi‟il sajadadiberi awalan ‟ma‟, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan yang menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu. Masjid
secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud. Selanjutnya,
makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan
untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengerjakan shalat. Masjid
Menurut Az-Zarkashi rahimahullah dalam bukunya Al-Qahthani
(2003:1) berkata:
Karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia, mengingat betapa betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan
marka‟ (tempat ruku‟). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya tidak dinamakan masjid.
Ketika Rasulallah hijrah ke Madinah tanggal 12 Rabiul awal (30
September 622 M) beliau mendirikan masjid Quba sebagai awal sejarah
berdirinya masjid. Betapa pentingnya keberadaan sebuah masjid sehingga
Rasulallah dapat mengawali perjuangan dalam risalah Islam, berdakwah,
dan membina generasi terbaik. Dari masjid pula basis peradaban baru
dikukuhkan hingga menguasai tiga belahan bumi pada waktu itu. Masjid
memiliki andil yang sangat besar dalam perjuangan umat Islam.
Fakta dalam sejarah perkembangan Islam, masjid berperan vital
dan signifikan dalam pengembangan dakwah. Rasulallah saw menjadikan
masjid sebagai sentra utama seluruh aktifitas keumatan, baik dalam aspek
tarbiyah (pembinaan) dan pembentukan karakter para sahabat. Demikian
pula aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan menyusun strategi perang.
Misal masjid Nabawi yang difungsikan oleh Rasulallah SAW sebagai
pusat iabadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian
problematika umat melalui baitul mal, serta pusat informasi Islam, bahkan
pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan
kegiatan umat, seperti kegiatan ibadah, yang bersifat ritual, sampai yang
bersifat sosial, dan menjadi pusat-pusat kebangkitan peradaban Islam.
Inilah suatu kondisi yang berkebalikan dibandingkan dengan fungsi masjid
zaman sekarang. Karena bagi masyarakat kita sekarang, masjid bukan
menjadi pusat aktivitas umat, melainkan masjid seakan hanya sebagai
tempat singgah untuk melaksanakan ibadah atau sebatas ritual, bahkan ada
yang memfungsikan sebagai temapat untuk acara pernikahan (Gatut, Adi,
dan Suyud, 2008:11).
Berdasarkan pemaparan tentang pengertian masjid diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa masjid adalah tempat beribadah bagi umat Islam
yang tidak mengenal status seseorang. Masjid bertujuan supaya mampu
membina keagamaan manusia baik bersifat individual maupun sosial
sesuai dengan syari‟at Islam.
B. Peran dan Fungsi Masjid
Kita semua telah mengenal masjid sebagai tempat ibadah umat
Islam. Masjid dapat kita jumpai dimana-mana, baik di desa maupun di
kota. Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengerjakan ibadah
shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Islamic Center”
tempat membina hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) dan
hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (hablumminannas).
Masjid berperan besar dalam pembentukan peradaban umat Islam dari
dulu sampai sekarang.
Untuk masa sekarang fungsi dan peran masjid perlu lebih di
karena arus komikasi dan informasi semakin canggih, sehingga
menimbulkan pengaruh budaya global yang sulit dihindari. Fungsi masjid
paling utama adalah sebagai tempat ibadah shalat. Kalau kita perhatikan
salat berjama‟ah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin bermakna perbuatan yang selalu
dikerjakan oleh beliau.
Ajaran Rasulullah SAW tentang shalat berjama‟ah merupakan
perintah yang benar-benar ditekankan. Shalat berjama‟ah di masjid yang merupakan ajaran islam, khususnya bagi laki-laki yang tidak memiliki
uzur syar‟i, tetapi sekarang perkara ini telah banyak dilupakan oleh umat
Islam. Kita lihat di masjid orang-orang yang melaksanakan shalat
berjama‟ah sedikit sekali. Terlebih pada waktu salat subuh yang datang mungkin bisa dihitung dengan jari. Oleh karena itu, kita perlu lebih
mengaktualkan kembali ajaran shalat berjama‟ah di masjid, yang
merupakan perintah Rasullulah SAW. Kita hidupkan kembali sunnah Nabi
dengan memulai berusaha dari kita sendiri menurut kemampuan
masing-masing.
Fungsi utama masjid adalah tempat bersujud Allah SWT, tempat
salat, tempat beribadah kepada-Nya. Ada lima kali umat Islam dianjurkan
mengunjungi masjid untuk salat berjama‟ah untuk waktu sehari. Melalui masjid, sering dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqomat, tasbih,
(1976) yang dominan dalam kehidupan umat Islam, masjid juga
memiliki peran multifungsi yang lain diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat kaum muslim beri’tikaf membersihkan diri
Membina kesadaran dalam mendapatkan pengalaman batin
sehingga selalu terjadi keseimbangan jiwa raga serta keutuhan
kepribadian.
2. Sebagai tempat bermusyawarah.
Salah satu tempat untuk berkumpulnya orang-orang muslim adalah
di masjid. Mereka berkumpul tidak hanya secara fisik, namun juga
mempertemukan hati dan pikiran mereka, saling bertukar pendapat dan
pengalaman sehingga menimbulkan keharmonisan antar umat manusia.
Hubungan di dalam masjid itulah yang senantiasa mendekatkan hati
mereka. Hal ini mempunyai pengaruh positif dalam mengemban
amanah di muka bumi sebagai khalifah Allah.
3. Sebagai tempat perlindungan
Masjid juga sebagai tempat berkonsultasi, mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan, pertolongan, dan berlindung dari
terik matahari dan hujan bagi orang musafir sehingga mereka dapat
istirahat sementara. Di masjid juga disediakan suffahatau tempat
khusus untuk para penjaga masjid.
4. Sebagai tempat pembinaan keutuhan ikatan jama’ah
Gotong royong dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama
dan manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Sebagai makhluk
menghargai, dengan orang yang sudah dikenal ataupun belum.
Kegiatan sosial yang dapat dilakukan di masjid sangat banyak sekali
misalnya :
a. Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ), b. Berkumpul untuk berdiskusi (halaqoh)
c. Kegiatan pengajian rutinan
d. pengumpulan infaq, shadaqoh dan zakat.
5. Sebagai tempat kaum muslim untuk menuntut ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar,
khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu „ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora,
keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di masjid.
Berdasarkan pemaparan tentang peran dan fungsi masjid di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa masjid memiliki peran yang sangat
penting bagi umat Islam dalam memperkuat keimanan. Masjid memiliki
multifungsi tidak hanya sebagai tempat beribadah saja, namun juga dapat
sebagai tempat sarana dan prasarana meningkatkan ilmu keagamaan dan
ilmu pengetahuan umum.
C. Pembinaan Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan
1. Akhlak Mayarakat
Masyarakat muslim berdiri tegak di atas akidah Islam yang
bersemboyan “ Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah”. Makna masyarakat muslim berdiri tegak diatas yaitu
menyakralkan akidah itu, bekerja untuk mengukuhkan dalam hati dan
akal pikiran, mendidik generasi muda dengannya, melakukan
pembelaan terhadap kebatilan yang dilontarkan oleh para pedengki
yang sesat, dan berusaha untuk menampakkan secara nyata berbagai
keluhuran dan dampaknya pada kehidupan pribadi dan sosial
kemasyarakatan ( Yusuf, 2003: 42).
Tugas masyarakat terhadap akhlak adalah sebagai tegasnya
terhadap akidah, pemikiran dan ibadah yakni membimbing,
mengukuhkan dan memlihara. Pembimbingan itu bisa dilakukan
dengan penyebaran pamflet, propaganda diberagai media masa,
pembekalan dan tablig untuk membimbing manusia kejalan yang
lurus. Pengukuhan dilakukan dengan pendidikan yang panjang
waktunya, juga dengan tarbiyah yang mengakar dan mendalam dalam
rumah tangga, sekolah dan kampus. Sedangkan pemeliharaan bisa
dilakukan dengan dua hal yaitu pertama, mengendalikan opini umum
secara aktif, selalu beramar ma‟ruf nahi munkar, serta membenci kerusakan dan menolak penyimpangan. Yang kedua, dengan hukuman
atau undang-undang yang melarang kerusakan (sebelum terjadinya)
dan pemberian (sesudah terjadinya). Hal itu untuk menakut-nakuti
orang yang hendak menyeleweng, mendidik orang yang merusak dan
membersihkan jama‟ah dari populasi moral.
Bukanlah disebut masyarakat Islam bila menyembunyikan
ketakwaan dan rasa takutnya kepada Allah, sehingga kita melihat
sendiri, dan mereka terus berbuat demikian seoalah tiada hisab yang
menunggu. Masyarakat Islam didalamnya diatur oleh perilaku utama
dan nilai-nilai oralitas yang luhur. Masyarakat Islam adalah
masyarakat yang senantiasa berusaha komitmen dan terikat dengan
ketentuan tersebut, meskipin hal itu sulit dan penuh pengorbanan. Oleh
karena itulah Allah mengutus Rasulallah untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Seperti sabda Nabi SAW:
ِقلاْخَلأا َوِسبَكَي َىًَِّرُلأ ُذْثِؼُث بًَََِّإ
Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus tiada lain kecuali untuk
menyempurnakan akhlak”(H.R.Bukhori, Hakim, Baihaqi).
Secara garis besar akhlak dapat dibedakan atas dua macam yaitu
akhlak baik dan akhlak buruk, yaitu sebagai berikut:
a. Akhlak Baik
Akhlak baik (Akhlakul Mahmudah) adalah tingkah laku terpuji
yang merupakantanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah,
Akhlakul karimah dilahirkanberdasarkan sifat-sifat yang terpuji.
Akhlak yang baik (terpuji) atau akhlak mahmudahyaitu akhlak yang
senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa
nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahat umat, seperti sabar, jujur,
bersyukur, tawadlu(rendah hati) dan segala yang sifatnya baik.
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik dan menjadikan Nabi
MuhammadSAW sebagai figur atau contoh yang sempurna, maka dia
akan mempunyai hubungan yang baik juga dengan makhluk yang
seperti saling memperhatikan kepentingan bersama. Dengan
demikianakan selamatlah manusia dari pikiran dan
perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.
b. Akhlak Tercela
Adapun Akhlak tercela atau tidak baik (Akhlakul Mudzmumah)
adalah perilaku yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap
yang tidak baik. Akhlak tidak baikakan menghasilkan pekerjaan buruk
dan tingkah laku yang tidak baik.Akhlak yang tidak baik (tercela) atau
akhlak madzmumah adalah akhlak yangtidak dalam kontrol ilahiyah,
atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaransyaitaniyah
dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan
umatmanusia, seperti takabur (sombong), berkhianat, tamak, pesimis,
malas dan lain-lain (Aminudin, 2005: 153).
Dalam masyarakat Islam antara ilmu dan akhlak, seni dan
akhlak, ekonomi dan akhlak, politik dan akhlak, bahkan antara perang
dan akhlak tidak dapat dipusahkan. Hal ini dikarenakan akhlak
merupakan unsur yang mewarnai setiap persoalan hidup dan sikap
seseorang, mulai dari yang kecil sampai urusan yang besar, baik yang
berdimensi individu maupun sosial (Yusuf, 2003: 158).
Hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sangat penting,
manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri secara berkelanjutan dan
manusia baru disebut sebagai manusia yang sempurna apabila ia
ternyata dapat hidup bersama dengan manusia lain dalam masyarakat.
lain jika tidak hidup bersama dalam suatu masyarakat. Itulah Islam
memandang sebaik-baik manusia di muka bumi ini adalah yang
bermanfaat bagi manusia lain. sebaik-baik manusia adalah ia yang
bermanfaat bagi manusia yang lain. Dalam pergaulan dan kehidupan
bersama, masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok. Menurut Soerjono
Seokanto yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama.
Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun
angka yang pasti untuk menemukan berapa jumlah yang harus ada.
Akan tetapi secara teoritis, ada minimumnya ada dua oarang yang
hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang lama.
Kumpulan manusia tidaklah sama dengan kumpulan
benda-benda seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh
kalangan berkumpulnya manusia, maka akan timbul
manusia-manusia baru. Manusia itu juga bisa bercakap-cakap, merasa
dimengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan
menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya sebagai
akibat hidup bersamanya itu, timbullah sistem komunikasi,
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dalam
kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan.
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh
karena itu setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu
dengan yang lainnya.
Berdasarkan ciri-ciri masyarakat diatas, maka berarti
masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia belaka, akan
tetapi diantara mereka yang berkumpul itu harus ditandai dengan
adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya ( Ishomuddin,
1997:60-61).
2. Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan
Selama ini, masalah akhlak hanya sering terfokus pada hubungan
antar manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga
sangatlah penting. Dilihat sekarang ini banyak sekali tingkah laku
manusia yang tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, misalnya
dengan menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area
pemukiman, yang akan mmengakibatkan pemanasan global karena
hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar karbondioksida di
alam ini sudah mulai tiada. Dalam kasus ini, kita harus mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan
kepentingan diri kita sendiri tetapi juga melihat dan memikirkan
kondisi lingkungan sekitarnya.
Sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara kelestarian
lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani
dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan Allah untuk
makhluk hidup. Sehingga akhlak seorang muslim terhadap lingkungan
hidup dapat diartikan bahwa seorang muslim haruslah mempunyai
sikap atau budi pekerti yang baik terhadap lingkungan hidup baik di
lingkungan masyarakat ataupun lingkungan alam. Dalam Islam
diperintahkan bahwa akhlak seorang muslim terhadap lingkungan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Berbuat baik kepada tetangga.
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita, dekat bukan
karena tali pertalian darah atau persaudaraan dan bahkan tidak
seagama. Agama Islam telah membuat ketetapan untuk
memuliakan tetangga, tidak boleh mengganggu dan menyusahkan
mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian
hendaknya ia memuliakan tetangganya”. (H.R. Bukhori)
b. Suka menolong orang lain.
Setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain.
adakalanya manusia itu mengalami sengsara, penderitaan batin,
kegelisahan jiwa dalam hidupnya. Sehingga manusia dalam
hidupnya memerlukan pertolongan orang lain, karena dalam Islam
seorang muslim yang satu dengan yang lainnya ibarat satu
bangunan. Jadi apabila umat yang satu terkena musibah maka umat
yang lain berkewajiban untuk membantunya.
c. Menjadikan masyarakat sebagai lapangan dakwah dan aktualisasi
Setiap muslim harus menyadari sepenuhnya bahwa dakwah
adalah kewajiban yang harus ditunaikan, sehinnga masyarakat akan
dipahami sebagai media untuk dakwah. Maka dari itu di dalam
sebuah pergaulan masyarakat seorang muslim senantiasa
mengemban misi yang harus senantiasa diperhatikan. Dan perlunya
penerapan nilai-nilai dalam kegiatan keislaman dalam masyarakat,
agar dalam lingkungan masyarakat menjadi sebuah wadah yang
hidup dengan kegiatan-kegiatan Islam seperti pengajian-pengajian
dan sebagainya. Dalam firman Allah SWT dalam surat Fushillat
ayat 33 yang berbunyi :
ٍَْئَ
ٍَِي ََُِِّٙإ َلبَلَٔ بًحِنبَص َمًَِػَٔ ِ َّاللّ َٗنِإ بَػَد ًٍَِّْي لإَْل ٍَُضْحَأ
ًٍَِِٛهْضًُْنا
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan Amal yang saleh dan
berkata:“sesungguhnya aku termasuk orang yang menyerah
diri”.( Q.S Fushillat :33)
d. Melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar.
Seorang muslim tidak dapat menjadi seorang yang primitif,
tidak mau tahu serta cuek dengan lingkungan dimana dia berada.
Dimanapun, seorang muslim berada haruslah senantiasa mengajak
dan memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan mencegah serta
melarang dalam hal keburukan. Hal itu haruslah dilakukan sebatas
kemampuan manusia, karena pentingnya seseorang muslim
Bahkan Allah menyatakan bahwa label khaira ummah
sebaik-baik umat ada pada kaum muslimin selama mereka itu tetap
menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, artinya tanpa itu umat
Islam tidak akan pernah menjadi umat yang terbaik. Dalam firman
Allah surah Al-Maidah ayat 79 yang berbunyi:
ٌَُٕهَؼْفَٚ إَُبَك بَي َشْئِجَن ۚ ُُِٕهَؼَف ٍشَكُُْي ٍَْػ ٌََْْٕبََُزَٚ َلا إَُبَك
Artinya: “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan
Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat”. (Q.S Al-Maidah:79)
e. Berperan aktif dan mempunyai nilai positif (bermanfaat) bagi
masyarakat.
Setiap muslim harus berusaha untuk memberikan kontribusi
dan peranan yang nyata dan bermanfaat sehingga hidup di
masyarakat merupakan sebuah momen dan kesempatan untuk
mengaktualisasikan kemampuan dirinya dalam berbuat baik dan
beramal saleh. Adapun yang dikendaki dalam Islam yaitu bahwa
pada akhirnya seoarang muslim itu akan dirasakan benar arti
kehadiran dan keberadaan dalam sebuah masyarakat. Adapun
ciri-ciri masyarakat yang dikendaki dalam Islam yaitu:
1. Tuhidullah (mengesakan Allah)
2. Ukhuwah (persaudaraan)
3. Bersatu dalam ikatan tali Allah
4. Masawah (persamaan)
5. Ta‟awun (tolong menolong)
7. Musyawarah
8. Ummatan wasathan (umat yang harmonis)
9. Takaful al-ijtima‟ (tanggung jawab sosial)
10.Fastabiq al-khairat ( berlomba-lomba dala kebaikan)
11.Tasamuh (toleransi)
12.Hurriyah (kebebasan)
13.Istiqomah (teguh pendirian)
14.Jihad (membela yang benar)
15.Ijtihad (pengembangan berfikir) (Nur Hidayat, 2015:
180-184)
Berdasarkan pemaparan di atas tentang pembinaan akhlak
masyarakat dan lingkungan dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia
saling membutuhkan satu sama lain baik dalam hal beribadah ataupun
sosial bermasyarakat. Rasulallah SAW mengajarkan kepada umatnya
supaya berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain, karena manusia
tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhnkan manusia yang lain.
Bukan hanya baik/peduli terhadap manusia saja akan tetapi juga terhadap
lingkungan sekitar seperti tumbuhan- tumbuhan dan hewan.
D. Tujuan Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia.
Akhlak ynag mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan
membawa kebahagiaan bagi individu, sekaligus membawa kebahagiaan
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Para ahli pendidikan Islam
berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasy mengatakan pembinaan akhlak
dalam Islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral
baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku,
bersifat bijaksana, sopan dan beradab. Jiwa dari pendidikan Islam
pembinaan moral atau akhlak. Tujuan pembinaan akhlak kepada
masyarakat yaitu sebgai berikut:
1. Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan
untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga
mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan
dalam arti yang sempurna.
2. Pembinaan akhlak yang bersifat menyeluruh yang mencakup
kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya yaitu:
1. Memperkuat tali persaudaraan sesama manusia.
2. Memperkokoh ukhuwah Islamiyah
3. Untuk membentuk kehidupan yang harmonis antar sesama
manusia
Allah SWT mengambarkan dalam al-Qur‟an tentang janji-Nya terhadap orang yang senantiasa berakhlak baik, diantaranya QS. an-Nahl
97 yang berbunyi :
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupunperempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kamiberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kamiberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yangtelah mereka kerjakan”.( QS. An-Nahl : 97)
Orang yang selalu melaksanakan akhlak baik, mereka akan senantiasa
memperolehkehidupan yang baik, mendapatkan pahala yang berlipat
ganda diakhirat dan akandimasukkan kedalam surga. Dengan demikian
orang yang berakhlak mulia akanmendapatkan keberuntungan hidup di
dunia dan akhirat ( Muhammad Azmi, 2006:61). Dalam Islam memiliki
ruang lingkup akhlak yaitu:
1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya
disertai dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya
diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun
secara rohani (membirkan larut dalam kesedihan).
2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam
keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua
dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka.
3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani
kehidupan soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang
adil yang berlandaskan Al-Qur‟an dan hadist.
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri
selama tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun
5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak
menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah SWT. Taat kepada
Rosulallah SAW serta meniru segala tingkah lakunya.
Berdasarkan pemaparan di atas tentang tujuan pembinaan akhlak pada
masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan akhlak untuk
membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan dalam
berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana,
sopan dan beradab sesuai dengan syari‟at Islam.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang memiliki relevansi terhadap penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Skripsi Indah Kurniawati NIM 11106048 dengan judul“Peran Masjid
Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat di Masjid Nurus
Sa‟adah Dliko Indah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2010”.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Dalam sekripsi ini dipaparkan
mengenai Masjid Nurus Sa‟adah ini dalam pengajaran dan
pendidikannya, juga mengajarkan sebagai basis perbaikan dan
bimbingan masyarakat.Aktivitas masjid telah menyentuh dan
melibatkan kelompok jama‟ah mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa, sampai orang tua, sehingga manakala
jama‟ah memiliki masalah dalam hidupnya, aktivitas masjid dapat
membantu mengatasinya. Salah satu aktivitas masjid ini adalah sudah
terdapat program di bidang sosial, pendidikan dan kesehatan yang
notabene masih membutuhkan banyak bantuan dan perhatian.
Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat yang
sejahtera bila dalam masyarakat tersebut tidak terdapat keributan
atau kekacauan di dalamnya. Pentingnya nilai kesejahteraan bagi
masyarakat di segala bidang akan memunculkan sikap positif.
Dimana masyarakat akan merasa aman, nyaman, dan tentram
berada dalam lingkungan tersebut. Walaupun dalam lingkungan
tersebut terdapat berbagai macam perbedaan suku, bangsa maupun
agama. Namun, akan terlihat damai dan sentosa bila dipenuhi
dengan sikap saling toleransi antar sesama.
2. Skripsi Adi Hermawan NIM H 000080040dengan judul “Peran
Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Akhlak
Remaja.” Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Dalam sekripsi ini
dipaparkan mengenai peran masjid harus mempunyai
kegiatan-kegiatan yang dapat menarik jama‟ah ditempat tersebut.Di masjid Al -Muhajirin Semanggi Pasar Kliwon-Surakarta merupakancontoh
masjid yang banyak jama‟ahnya. Selain itu di masjid tersebut
terdapat satu lembaga yang terbentuk berupa bakti sosial kepada
masyarakat, berupa klinik pengobatan gratis.
3. Jurnal yang ditulis oleh Syamsul Kurniawan dengan judul “Masjid
Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam.” Dalam jurnal ini dipaparkan
mengenai Masjid dalam sejarahnya mempunyai arti penting dalam
kehidupan umat Islam, hal ini karena masjid sejak masa Rasulullah
generasi awal, bahkan, masjid kala itu menjadi “fasilitas” umat
Islam mencapai kemajuan peradaban. Sejarah masjid bermula sesaat
setelah Rasulullah SAW hijrah di Madinah. Langkah pertama yang
beliau lakukan di Madinah, adalah mengajak pengikutnya,
membangun masjid. Allah SWT ternyata menakdirkan masjid yang
dibangun Rasulullah SAW, di Madinah (sebelumnya disebut
Yatsrib) menjadi rintisan peradaban umat Islam.
Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian yang akan dilakukan penulis memiliki kesamaan yaitu
sama-sama meneliti tentang peran masjiddan fungsi masjid bagi masyarakat
umat Islam. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini lebih
menyoroti tentang pemberdayaan umat dan pendidikan dalam masjid
disamping itu lokasi dan subjek yang diteliti juga berbeda dengan
34
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Masjid An-nida
Masjid adalah tempat untuk beribadah bagi umat Islam, dan dapat
juga digunakan sebagai tempat untuk kegiatan-kegiatan yang
mengarah kepada keagamaan dan sosial. Masjid An-nida yang berada
di lingkungan masyarakat ngaglik memiliki tempat yang strategis dan
mudah dijangkau, berlantai tiga dan tekstur yang berwarna kuning dan
hijau. Disekitar masjid juga terdapat sekolah yaitu Radlathul athfal
(RA) An-nida, SD PTQ An-nida dan Pondok Pesantren An-nida. Dan
sekarang Ini merupakan satu yayasan dalam lingkup yayasan An-nida.
Sejarah berdirinya masjid ini diungkapkan oleh Bapak M,
bahwa pada awalnya masjid ini dulunya hanya mushola sempit yang
digunakan untuk tempat beribadah masyarakat sekitar dan menjadi
tempat halaqoh/musyawarah. Tidak begitu banyak jama‟ah yang
mendatangi masjid. Namun, seiring berjalannya waktu dan hari demi
hari jama‟ah semakin ramai hingga penuh terutama pada waktu shalat jum‟at.
Pada akhirnya Bapak Ali As‟ad sebagai pendirinya serta para pengurus moshola tersebut sepakat bersama para masyarakat sekitar
untuk perluasan pembangunan mushola agar dapat dijadikan suatu
tempat ibadah bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah
yang diberi nama masjid An-nida. Dalam hal ini tentunya masyarakat
sekitar sangat senang mengingat betapa pentingnya masjid di suatu
daerah guna untuk membina akhlak masyarakat baik disekitarnya
ataupun yang dari daerah yang jauh. Masyarakat lingkungan masjid
An-nida memiliki lingkungan yang rukun, mayoritas muslim, saling
menjaga dan membantu walaupun berbeda ekonomi, agama dan sosial.
Adapun dalam bidang pendidikan masyarakatnya memiliki pendidikan
yang bagus, perkembangan ekonomi yang meningkat dan banyak
pebisnis, maka masyarakat sekitar masjid di RW 02 bisa terbilang
masyarakat yang rukun dan makmur.
2. Sejarah Berdirinya Masjid An-nida
Pada zaman dahulu ketika Bapak KH. Ali As‟ad sudah menyelesaikan belajarnya di pesantren Ma‟ahid Kudus lalu beliau
menikah dengan ibu Hj. Fatimah yaitu putri dari yai Ma‟ahid Kudus.
Perlu digarisbawahi kepemimpinan Bapak KH. Ali As‟ad, dan keluarganya sewaktu pulang ke Salatiga merupakan keluarga yang
tergolong miskin, untuk menghidupi keluarganya saja terpaksa
menjadi tukang buruh, semua itu dilaksanakan sebagai rasa tanggung
jawab terhadap keluarga. Akan tetapi sebagai orang yang diberi
amanah oleh Allah SWT tetap melaksanakan tugasnya sebagai da‟i dan melaksanakan dakwah. Semua ini dilaksanakan dengan ikhlas, tabah,
sabar karena mengharap keridloan Allah.
Kehidupan ekonomi yang semakin menjepit dan tuntutan
menyewa, dengan hal tersebut menjadikan problematika keluarga yang
harus dibenahi. Namun hal tersebut tidaklah membuat semangat beliau
menjadi menciut. Akan tetapi dengan hal yang demikian itu beliau
selalu bermunajat berserah diri memohon petunjuk kehadrat illahi,
sehingga suatu ketika Bapak KH Ali As‟ad diberikepercayaan untuk mencarikan ramuan jamu untuk dijadikan obat oleh suatu perusahaan
obat tradisional, dengan bekal kejujuran itulah kehidupan Bapak KH.
Ali As'ad semakin hari semakin membaik, hal terseebut terbukti
semakin banyaknya permintaan perusahaan untuk mengirimkan bahan
ramuan jamu. Sehingga mulailah membeli lahan, mendirikan
musholla. Sebelum menjadi masjid dulunya adalah sebuah bangunan
musholla sempit yang berukuran 5 x 5 M. Musholla satu lantai yang
dulunya memiliki madrasah Al-Hilal (kelompok pengajian) yang berisi
pengajaran-pengajaran Islam dan berhubungan muamalah yang diisi
oleh Bapak KH. Ali As‟ad. Tidak begitu banyak jama‟ah yang
mendatangi masjid. Namun, seiring berjalannya waktu dan hari demi
hari jama‟ah semakin ramai hingga penuh terutama pada waktu shalat
Jum‟at.
Pada akhirnya Bapak Ali As‟ad sebagai pendirinya serta para
pengurus moshola tersebut sepakat bersama para masyarakat sekitar
untuk perluasan pembangunan mushola agar dapat dijadikan suatu
tempat ibadah bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah
pembangunan mushola dan mendekorasinya kini telah menjadi masjid
tanggal 1 Januari 1976 oleh Bapak KH. Ali As‟ad, sampai sekarang
usianya 41 tahun yang didirikan untuk beribadah dan
kegiatan-kegiatan pengajian untuk masyarakat sekitar, karena makin
bertambahnya jama‟ah yang hadir sehingga penuh, maka mushola
direnofasi dan dibesarkan sehingga menjadi “Masjid An-nida” yang berlantai tiga yang bercorak khas dan memiliki sarana dan prasarana
yang memadai.
Bapak KH. Ali As‟ad tidak hanya mendirikan masjid tetapi
juga pondok pesantren dansebagainya. Pernah suatu ketika beliau
bermimpi bertemu dengan seorang kyai bemama Kyai Khumedi Saleh.
Didalam mimpimya itu beliau sedang mengalirkan air dari lokasi
pemandian senjoyo untuk dialirkan keSalatiga. Dalam mimpinya itu
Bapak Ali As‟ad dipanggil oleh Bapak Kyai Khumedi untuk terus
mengalirkan air ke Salatiga. Setelah ditanyakan kepada salah
seorangKyai di Kudus menurut penafsirannya Bapak Kyai disuruh
mendirikan pondok pesantren. Maka besarlah tekat dan minat beliau
untuk mendirikan ponpes. Oleh karena dalam mimpinya Bapak Kyai
merasa dipanggil, “Ali....Ali !!maka masjid dan pondok pesantren
yang diberinama “An-Nida", yang berasal dari kata nadawa, yang berarti panggilan, maksudnya adalah ajakan kepada masyarakat untuk
mengaji dan melaksanakan perintah beribadah kepada Allah SWT.
Adapun para pendiri masjid dan pondok pesantren An-Nida
Ahmad Nuh Muslim, KH. Rosyidi, KH. Damami, TohaHasan, BA,
beliau-beliau ini bermusyawarah dengan mengambil keputusan
sebagaiberikut. Dengan tujuan pendirian masjid dan pondok pesantren
:
a. Sebagai rasa tanggungjawab untuk menyampaikan amanat.
b. Desakan dari para alumnus Ma‟ahidKrapyak Kudus yang berada di Salatiga.
c. Mengingat kurangnya tempat pengembangan ilmu agama di
Salatiga.
d. Untuk menolong para pelajar dan masyarakat baik dari dalam
maupun dari luar kota Salatiga, dalam mencari ilmu serta sekaligus
menjadikan tempat berlindung dan ibadah
Dari hasil musyawarah itulah Bapak Kyai sendirilah yang
mengelola masjid dengan baik. Perkembangan masjid An-nida
nampaklah setiap tahunnya, baik bangunan fisik sebagai sarana belajar maupun jumlah jama‟ahnya yang semakin bekembang pesat. Untuk
meningkatkan mutu kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masjid dana
administrasi masjid, Bapak Kyai beserta staf dan pengurus ponpes
An-nida. Memusatkan perhatiannya untuk meningkatkan dan memperbaiki
mutu pondok pesantren. Dengan berdasarkan pemikiran yang demikian
maka perlu pembantu dalam menangani masalah yang berhubungan
dengan masjid dengan hal pertimbangan di atas maka dibentuklah
kepengurusan masjid yang dimulai pada tahun 1977 yang diketuai oleh
pendiri masjid dan pengasuh pondok pesantren An-nida Salatiga yaitu
KH. Ali As‟ad tutup usia. Sehingga An-nida sekarang menjadi Yayasan dalam lingkup pendidikan termasuk juga masjid. Pada tahun
2005 terbentuknya kepengurusan takmir masjid baru yang di ketuai
oleh beliau Bapak H. Nur hadi, S.Pd. sampai sekarang.
3. Letak Geografis
Masjid An-nida terletak di pinggir jalan raya yang beralamat di
Jalan Jenderal Sudirman 239 Salatiga. Bertempat di Dusun Ngaglik,
Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kabupaten Datti II Salatiga,
Provinsi Jawa Tengah, Negara Republik Indonesia. Lokasi masjid
tidak begitu masuk ke pedesaan mudah dijangkau dan dilihat dari jalan
raya sudah terlihat karena masjid berlantaikan tiga.
4. Struktur Organisasi Yayasan An-nida
a. Setelah wafatnya KH. Ali As‟ad beliau pengasuh serta pendiri masjid dan pondok pesantren An-nida telah mefakafkan semua
lembaga pendidikannya, dan sekarang menjadi yayasan An-nida.
Bentuk organisasi yayasan An-nida sebagai berikut:
Tabel 1
Struktur Organisasi Yayasan An-nida Tahun 2017
No. Nama Jabatan
1. Hj. Ibu Fatimah PEMBINA I
2. Joko Akhlis, S.E PEMBINA II
3. Drs. Dahlan PENGAWAS I
5. Muhammad Syarifuddin, S.Pd.I KETUA UMUM
6. Sukedi, S.Pd.I KETUA
7. Maskuri SEKRETARIS UMUM
8. Ulya Fatmawati, S.Pd.I SEKRETARIS
9. Siswanto, M.Pd. BENDAHARA UMUM
10. Trimo BENDAHARA I
11. Nur Hadi, S.Pd.I BENDAHARA II
12. Imam Mas Arum, M.Pd. ANGGOTA
b. Sebelum menjadi yayasan, masjid An-nida sudah membentuk
kepengurusan yang dulunya diketuai oleh Bapak Kyai sendiri.
Namun, setelah wafatnya beliau masjid An-nida telah berganti
kepengurusan. Bentuk kepengurusan masjid An-nida ditetapkan
pada 3 Mei 2005 sampai sekarang yaitu sebagai berikut:
Tabel 2
Struktur Organisasi Masjid An-nida Tahun 2017
No. Nama Jabatan
1. Kepala Kelurahan Ledok Pelindung
2. Ketua Yayasan An-nida Penasehat
3. Nur Hadi, S.Pd. Ketua Ta‟mir
4. Sukarmo Wakil Ketua Ta‟mir
5. Yuwono Sekretaris I
7. H. Suwandi Bendahara
10. Achmad Abdul Ghoni, S.Pd.I.
Drs. Zuber Ali Yasin
5. Sarana dan Prasarana Masjid An-nida
Untuk memperlancar proses jama‟ah dankegiatan di masjid serta
pengajaran yang diharapkan, maka adanya sarana dan prasarana
sangatlah penting. Masjid An-nida memiliki sarana dan prasarana
yang cukup memadai, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Sarana dan Prasarana Masjid An-nida
No. Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
1. Kamar mandi putri 1 Baik
2. Kamar mandi putra 1 Baik
3. Tempat wudhu
putra/putri
2 Baik
4. Mimbar 1 Baik
5. Satir 4 Baik
6. Jam dinding 2 Baik
7. Jam digital 1 Baik
8. Jadwal sholat 1 Baik
9. Lemari mukena 1 Baik
10. Lemari Al-Qur‟an 2 Baik
11. Kipas angin 5 Baik
12. Kotal amal 13 Baik
13. Mukena 10 Baik
14. Sajadah 15 Baik
15. Al-Qur‟an 40 Baik
16. Lampu penerangan 27 Baik
18. Microphone 4 Baik
19. Tikar 25 Baik
20. Karpet 5 Baik
21. Salon 6 Baik
22. Meja ngaji kecil 2 Baik
23. Kursi besar 1 Baik
24. Papan bor pengumuman 2 Baik
25. Penghapus 1 Baik
26. Rak sendal dan sepatu 2 Baik
27. Gelas 4 krat Baik
28. Ceret 1 Baik
29. Tremos 1 Baik
30. Asbak 5 Baik
31. Sendok 2 lusin Baik
32. Piring snack 50 Baik
33. Tangga alumunium 1 Baik
34. Penyedot debu 1 Baik
35. Kran 10 Baik
36. Ember kamar mandi 1 Baik
37. Sikat 2 Baik
38. Gayung 2 Baik
39. Sulak 2 Baik