• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA - Test Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT

DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK

KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan, S. Pd.

Oleh

FEBRIANI INDAH PRATIWI

11113077

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

iii

DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT

DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK

KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan, S. Pd.

Oleh

FEBRIANI INDAH PRATIWI

11113077

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

Mulailah dengan tulus, hasilnya akan

mengakar. Mulailah dengan fokus,

Maka hasilnya akan menyebar

.

( Mario Teguh )

”Barangsiapa

yang bersungguh-sungguh pasti

akan berhasil”.

(8)

viii Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tersayang Bapak Joko Supriyanto & Ibu Siti Muntiah

yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta

menjadi motivasi motivasi dalam setiap langkah hidupku.

2. Kepada adikku Muhammad Iqbal Abimanyu yang sangat kusayangi,

terimakasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga kita bisa

membahagiakan Bapak dan Ibu.

3. Kepada keluarga besar yayasan An-nida dan takmir Masjid An-nida

terimakasih atas semangat dan motivasinya dalam membantu saya

menyelesaikan skripsi.

4. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren An-nida Kota Salatiga.

Terimakasih motivasi dan semangatnya.

5. Kepada Ketua RW 02 Dusun Ngaglik Kelurahan Ledok Bapak Joko

Mulyono beserta Istri. Terimakasih atas bantuan dan semangatnya.

6. Kepada teman-temanku mbk Mita, mbk Hima, mbk Fanni, mbk Wahju,

Intan, Dian, dek Heni, dek Lilis, dek Santi terimakasih telah memberikan

motivasi serta semangatnya, sukses buat kita semua.

7. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2013 terimakasih untuk

(9)

ix Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillairabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita Nabi

Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir. Aamiin

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK

RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA” Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut

Agama Islam Negeri (IAIN).

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

2. Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(10)
(11)

xi

Febriani Indah, Pratiwi 2017. PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata Kunci : Peran Takmir Masjid dan Pembinaan Akhlak Masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga? (2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan dengan pola pikir induktif.

(12)

xii

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

2. Kehadiran Peneliti

3. Lokasi Penelitian

4. Sumber Data

(13)

xiii 7. Pengecekan Keabsahan Data

8. Tahap-tahap Penelitian

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Pengertian Takmir dan Masjid ... 13

B. Peran dan Fungsi Masjid ... 16

C. Pembinaan Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan ... 19

1. Pengertian Akhlak Masyarakat ... 19

2. Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan ... 24

D. Tujuan Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat... 28

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 34

A. Paparan Data ... 34

1. Gambaran Umum Masjid An-nida ... 34

2. Sejarah Berdirinya Masjid An-nida ... 35

3. Letak Geografis ... 39

4. Struktur Organisasi Yayasan An-nida ... 39

5. Sarana dan Prasarana Masjid An-nida... 41

6. Kegiatan-kegiatan Masjid An-nida... 44

B. Temuan Penelitian ... 47

(14)

xiv

3. Faktor Penghambat Berjalannya Kegiatan di Masjid

An-nida... 52

4. Cara Pemecahan Masalah dalam Menangani Berjalannya Kegiatan Yang Diadakan di Masjid An-nida... 55

5. Tujuan dan Manfaat Diadakannya Kegiatan di Masjid An-nida... 57

BAB IV : PEMBAHASAN ... 60

A. Peran Takmir Masjid An-nida Dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat RW 02 ... 60

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat RW 02 ... 72

BAB V : PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran-saran ... 79

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbinanya iman seorang muslim merupakan modal dasar bagi

terbentuknya masyarakat muslim. Karena itu, pembinaaan pribadi

muslim harus ditindaklanjuti kearah pembinaan suatu masyarakat Islam.

Masjid dapat digunakan sebagai sarana pembinaan masyarakat Islam(Yani,

2009: 25). Membangun Masjid termasuk perintah agama, Rasulallah bersabda

“Barangsiapa membangun masjid di dunia, maka Allah akan membangunkan

sebuah istana di surga”(Gatut Susanta, Adi Sulistyo, dan Suyud Basuni,

2008:8).

Kata “masjid” berasal dari bahasa arab, masjid yang berarti tempat untuk bersujud. Dalam sejarah awal agama Islam, masjid mempunyai peran

ganda, peran pertama sebagai tempat berhubungan dengan Allah, yaitu masjid

bermakna vertikal, menyangkut hubungan manusia dengan sang khalik. Maka

akan begitu dibangun dalam konteks ini, masjid bukan lagi milik manusia,

akan tetapi menjadi milik Allah. Sehingga ungkapan “Rumah Allah” bukan

saja benar adanya secara kias namun juga benar secara hukum, sedangkan

peran kedua mencakup peran sosial kemsyarakatan, yaitu masjid bermakna

horisontal(H. Abu Bakar, 2007: 14).Masjid terlihat hanya digunakan untuk

melakukan ibadah shalat semata. Padahal bila masjid difungsikan dengan

baik dan benar seperti yang di contohkan oleh Nabi pada masa itu, sungguh

(16)

ataupun di pinggiran jalan raya/kota, melainkan akan membawa keberkahan

bagi siapapun, sendiri/individu ataumasyarakat dan merupakan tempat

ibadah yang tidak ada bandingannya di agama-agama lain, dalam hal

kesederhanaanya, keberhasilannya, ketenagaannya dan dalam

menggembala syi‟ar tauhid. Dengan demikian, masjid menjadi pusat

kehidupan bagi umat Islam.

Banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah masjid, dari segi

bangunan yang sederhana dan berarsitektur khas corak Islamnya hingga

kegiatan-kegiatan yang berada disekitar masjid.Masjid An-nida ini salah

satu masjid yang berlokasi di lingkungan Pondok Pesantren, RA

(Rhodlothul Athfal) dan SD PTQ An-nida yaitu bertempat di wilayah ABC

dusun Ngaglik Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga, memiliki

bangunan yang cukup sederhana dan banyak memberikan manfaat

kepada masyarakat sekitar masjid.Siapapun orangnya bila berada di dalam

masjid tidak terlihat mana yang kaya, mana yang miskin, pendidikan

rendah maupun tinggi ataupun orang pengusaha maupun buruh. Semua

yang berada di dalam masjid tampak sama sehingga tidak saling pamer

ataupun minder bila saling bertemu satu dengan yang lain. Disini mereka

saling menghargai, menghormati dan saling mendahulukan kepentingan

saudara daripada kepentingan pribadinya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 18 yang berbunyi :

ٍََيآ ٍَْي ِ ّاللّ َذِجبَضَي ُشًُْؼَٚ بًَََِّإ

َحبَكَّزنا َٗرآَٔ َحَلاَّصنا َوبَلَأَٔ ِشِخٜا ِوَْْٕٛنأَ ِ ّللّبِث

(17)

Artinya:”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. At-Taubah : 18).

Telah jelas Allah memberikan petunjuknya kepada manusia di

muka bumi ini, bahwa hanya orang-orang yang bertaqwa yang bisa

memakmurkan masjid. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, bukan sembarangan

orang yang dapat memakmurkan masjid, hanya orang-orang yang

beriman yang dapat memakmurkan masjid, orang-orang yang bertaqwa

dan beriman senantiasa mematuhi peraturan Allah dan dapat menjaga

keinginannya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Masjid An-Nida didirikan pada tanggal 1 Januari 1976 oleh Bapak

KH. Ali As‟ad, sampai sekarang usianya 41 tahun. Sebelum menjadi masjid dulunya adalah sebuah bangunan mushola sempit yang didirikan untuk

beribadah dan kegiatan-kegiatan pengajian untuk masyarakat sekitar, karena

makin bertambahnya jama‟ah yang hadir sehingga penuh, maka mushola direnofasi dan dibesarkan sehingga menjadi Masjid An-nida yang berlantai

tiga. Maka seyognyalah mendapat perhatian khusus dari para ulama,

lebih-lebih di kotaSalatiga yang menurut kata banyak orang adalah basis Kristen,

maka masjid An-Nida dapat dijadikan sebagai tempat beribadah umat

Islam.Kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid sangat banyak dan

berguna bagi jama‟ah dan masyarakat sekitar, banyak cara yang dilakukan

masjid An-nida melalui kegiatan rutin seperti pengajian, kegiatan ketika hari

(18)

Salah satu pendukung utama dalam pembinaan akhlak

masyarakat yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir masjid sebagai

mediator yang baik melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosialyang

tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid

adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian islami dengan

sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama

dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh dan

bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71)

Berkaitan dengan keterangan di atas, penulis mencoba untuk

melakukan penelitian dengan judul “PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN

NGAGLIK RW02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN

ARGOMULYO SALATIGA”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan Akhlak

masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan

Argomulyo Salatiga ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak

bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan

(19)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan Akhlak

masyarakat di DusunNgaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan

Argomulyo Salatiga.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan

akhlak bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok

Kecamatan Argomulyo Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis,

antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat

bagi dunia pendidikan, khususnya bagi pendidikan luar sekolah.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan peran masjid

dan akhlak masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Takmir Masjid: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan masukan khususnya dalam upaya- upaya untuk membina

(20)

b. Bagi Masyarakat: Memberi informasi pada masyarakat tentang peran

masjid An-nida dalam upaya meningkatkan nilai-nilai akhlak bagi para

masyarakat sesuai ajaran Islam.

c. Bagi Pemerintah: Memberi informasi pada pihak terkait baik

pemerintah atau lembaga terkait guna memberikan dukungan dan

sebagai fasilitator dalam perkembangannya.

d. Bagi Peneliti: Menambah wawasan serta sebagai bekal agar lebih

berpengalaman dan berpengetahuan serta dapat mempraktekannya di

masyarakat.

E. Penegasan Istilah

1. Peran Takmir Masjid An-nida

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh

kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun,

merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan

remaja Muslim di sekitar masjid. Masjid An-nida yang terletak di

lingkungan pondok pesantren dan masyarakat sekitar yang mayoritas

muslim. Banyak masyarakat yang berjama‟ah serta melakukan kegiatan

pengajian di masjid An-nida. Dalam hubungan sosial bermasyarakat

lembaga takmir masjid selalu mengadakan agenda rutinan yang bertujuan

untuk membina akhlak masyarakat sekitar. Bukan hanya masyarakat tetapi

pondok pesantren juga mendapatkan perhatian dan dukungan serta ikut

berpartisipasi dalam agenda kegiatan yang di adakan di masjid. Peran

(21)

masyarakat sekitar agar menjadi manusia yang berakhlak terutama

keberagamaan dan taat sesuai syari‟at Islam.

2. Pembinaan Akhlak Masyarakat

Pembinaan akhlak “Usaha secara sadar dan terarah guna

menanamkan budi pekerti yang luhur dan nilai-nilai yang susila kepada

anak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islami dan tuntunan serta peri

kehidupan Rosullullah SAW sebagai uswatun hasanah” (Barnawi Umary :1996). Dalam pembinaan akhlak padamasyarakat yang paling

berpengaruh yaitulingkungan sekitar dan pergaulan karena sebagai

motivasai dan penyemangat dalam pembinaan akhlak, karena sangat

ditentukan oleh adanya pembinaan mental yang dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan yang dapat membina iman dan akhlak seseorang.

Lingkungan adalah daerah atau kawasan yang terdapat

didalamnya(KBBI,2007:675). Sedangkan masjid adalah suatu bangunan

yang digunakan sebagai tempat beribadah orang Islam(Gatut Susanta, Adi

Sulistyo, dan Suyud Basuni, 2008:8). Jadi peran pembinaan akhlakpada

masyarakat dilingkungan masjid yang penulis maksud dalam

penelitian ini adalah upaya yang dilakukan masjid An-nida dalam

mengalami masalah akhlakmasyarakat terutama keberagamaan

masyarakat yang tinggal di kawasan masjid dalam mengkaji ilmu

(22)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang

prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati(Moleong, 1989: 3).

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha menemukan makna dari sebuah situasi atau kondisi” (Sugiyono, 2011:8).

2. Kehadiran Peneliti

“Metode penelitian ini menggunakan pendekatan atau metode deskriptif yang merupakan sebuah metode yang bertujuan melukiskan

secara sistematis fakta atau karakteristk, populasi tertentu atau bidang

tertentu secara faktual dan cermat”(Wahyu MS, 1987:42).

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti

fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan

perhatian pada suatu kasus intensif dan terperinci mengenai latar belakang

keadaan yang ada(Asmani, 2011:66).

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid An-nida yang

berlokasi di Dusun Ngaglik Rw 02, Kelurahan Ledok, Kecamatan

Argomulyo, Kota Salatiga pada tanggal 26 Mei 2017 sampai dengan

selesai.

4. Sumber Data

Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga

(23)

dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.Responden

adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:

107).Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam

penelitian (Alwi, 2007: 794).Subyek penelitian adalah keseluruhan dari

informan atau sumber yang hendak diteliti (Arikunto,2010:256) dalam

hal ini subyeknya adalah:

a. Takmir Masjid An-nida Salatiga.

b. Imam dan Ustadz di Masjid An-nida Salatiga.

c. Santri di Ponpes An-nida Salatiga

d. Masyarakat dan Jama‟ah di Masjid An-nida 5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Observasi atau Pengamatan

Metode observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi umum

penelitian, keadaan masyarakat sekitar masjid An-nida dusun Ngaglik

RW 02 untuk memperoleh data tentang peran masjid dengan akhlak

masyarakat.

b. Metode Interview atau Wawancara

Metode interview atau wawancara adalah pengumpulan data

denagan proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau

(24)

digunakan untuk memperoleh informasi mendalam tentang peran

masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk

mengumpulkan data dengan menelusuri berbagai macam dokumen

mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar,

notulen, agenda dan lain sebagainya(Arikunto, 1998:236).

6. Analisis Data

Dalam menganalisis data menggunakan kualitatif deskriptif

yang terdiri dari kegiatan yaitu, pengumpulan data sekaligus reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulanatau varikasi(Miler dan

Hibermen, 1992:16).

Pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap

selanjutnya melakukan reduksi data yaitu penggolongan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data

terpilih. Kedua data yang telah direduksi akan dibentuk dalam naras.

Ketiga penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap

kedua.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah

benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni

data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya

dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak

(25)

yang berbeda -beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan

informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak,

agar terhindar dari subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai

berikut:

a. Tahap pra lapangan

1. Mengajukan judul penelitian

2. Menyusun proposal penelitian

3. Konsultasi penelitian kepada pembimbing

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

1. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

2. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian

3. Pencatatan data yang telah dikumpulkan

c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:

1. Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian

2. Pengecekan keabsahan data

d. Tahap peneliti laporan penelitian:

1. Penulisan hasil penelitian

2. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

3. Perbaikan hasil konsultasi

4. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

(26)

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pemahaman penulisan ini, maka disusun

sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan

yang menjadi landasan awal penelitian awal yaitu membahas tentang latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,kegunaan penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA :Pada bab ini pembahasan tentang penelitian

yang relevan, tinjauan umum pengertian masjid, peran dan fungsi masjid,

pembinaan akhlak masyarakatterhadap lingkungan dan tujuan dalam

pembinaan akhlak pada masyarakat.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN : Bab ini berisi tentang

gambaran umum masjid An-nida meliputi sejarah berdirinya masjid An-nida,

letak geografis, struktur organisasi masjid, serta sarana dan prasarana masjid,

kegiatan-kegiatan masjid serta faktor pendukung, hambatan dan cara

pemecahan masalah di lingkungan masyarakat sekitar Dusun Ngaglik RW 02.

BAB IV PEMBAHASAN : Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang

analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data, dan berisi tentang peran

masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik RW

02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga.

BAB V PENUTUP : Dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan

penelitian yang telah dilakukan , saran-saran, daftar pustaka, daftar riwayat

(27)

13

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Takmir dan Masjid

Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh

kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun,

merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan

remaja muslim di sekitar masjid. Pengurus takmir masjid harus

berupaya untukmembentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas

bagi remaja muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan

remaja muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid,

melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan

dan arahan kepad a remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang,

serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam (Siswanto,

2005: 56-57).

Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf

makan) yang berasal dari kata ”sajada” yang memiliki arti tempat sujud

atau tempat untuk menyembah kepada Allah (Roqib, 2005:71). Bumi yang

kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh

melakukan shalat di wilayah manapun, kecuali tempat-tempat yang

dilarang menurut ukuran Islam karena tidak sesuai untuk dijadikan tempat

shalat. Shalat tidak boleh dilakukan diatas kuburan dan ditempat-tempat

yang najis. Sebagaimana hadist Nab Muhammad SAW yang artinya :

”Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud

(28)

artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan

keadaanya bersih.(HR.Muslim)

Pengertian masjid secara umum adalah rumah atau suatu bangunan

yang digunakan sebagai tempat beribadah orang Islam. Seiring dengan

berkembangnya zaman, masjid banyak digunakan sebagai tempat

memakmurkan benih pembenaran umat Islam yang menyangkut segi

peribadahan maupun segi sosial, pendidikan, dan kebudayaan Islam

(Gatut, Adi, dan Suyud, 2008: 8). Masjid adalah rumah Allah yang sering

digunakan sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT (Amirudin dan

Supardi, 2001:viii). Drs. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya Ahmad Yani menyatakan, sebagai berikut :

Tidak heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid.

Menurut Drs. Sidi Gazalba perkataan masjid berasal dari Bahasa

Arab, Kata pokoknya sujudan, fi‟il madhinya sajada(ia sudah sujud). Fi‟il sajadadiberi awalan ‟ma‟, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan yang menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu. Masjid

secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud. Selanjutnya,

makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan

untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengerjakan shalat. Masjid

(29)

Menurut Az-Zarkashi rahimahullah dalam bukunya Al-Qahthani

(2003:1) berkata:

Karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia, mengingat betapa betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan

marka‟ (tempat ruku‟). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya tidak dinamakan masjid.

Ketika Rasulallah hijrah ke Madinah tanggal 12 Rabiul awal (30

September 622 M) beliau mendirikan masjid Quba sebagai awal sejarah

berdirinya masjid. Betapa pentingnya keberadaan sebuah masjid sehingga

Rasulallah dapat mengawali perjuangan dalam risalah Islam, berdakwah,

dan membina generasi terbaik. Dari masjid pula basis peradaban baru

dikukuhkan hingga menguasai tiga belahan bumi pada waktu itu. Masjid

memiliki andil yang sangat besar dalam perjuangan umat Islam.

Fakta dalam sejarah perkembangan Islam, masjid berperan vital

dan signifikan dalam pengembangan dakwah. Rasulallah saw menjadikan

masjid sebagai sentra utama seluruh aktifitas keumatan, baik dalam aspek

tarbiyah (pembinaan) dan pembentukan karakter para sahabat. Demikian

pula aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan menyusun strategi perang.

Misal masjid Nabawi yang difungsikan oleh Rasulallah SAW sebagai

pusat iabadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian

problematika umat melalui baitul mal, serta pusat informasi Islam, bahkan

pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan

(30)

kegiatan umat, seperti kegiatan ibadah, yang bersifat ritual, sampai yang

bersifat sosial, dan menjadi pusat-pusat kebangkitan peradaban Islam.

Inilah suatu kondisi yang berkebalikan dibandingkan dengan fungsi masjid

zaman sekarang. Karena bagi masyarakat kita sekarang, masjid bukan

menjadi pusat aktivitas umat, melainkan masjid seakan hanya sebagai

tempat singgah untuk melaksanakan ibadah atau sebatas ritual, bahkan ada

yang memfungsikan sebagai temapat untuk acara pernikahan (Gatut, Adi,

dan Suyud, 2008:11).

Berdasarkan pemaparan tentang pengertian masjid diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa masjid adalah tempat beribadah bagi umat Islam

yang tidak mengenal status seseorang. Masjid bertujuan supaya mampu

membina keagamaan manusia baik bersifat individual maupun sosial

sesuai dengan syari‟at Islam.

B. Peran dan Fungsi Masjid

Kita semua telah mengenal masjid sebagai tempat ibadah umat

Islam. Masjid dapat kita jumpai dimana-mana, baik di desa maupun di

kota. Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengerjakan ibadah

shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Islamic Center

tempat membina hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) dan

hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (hablumminannas).

Masjid berperan besar dalam pembentukan peradaban umat Islam dari

dulu sampai sekarang.

Untuk masa sekarang fungsi dan peran masjid perlu lebih di

(31)

karena arus komikasi dan informasi semakin canggih, sehingga

menimbulkan pengaruh budaya global yang sulit dihindari. Fungsi masjid

paling utama adalah sebagai tempat ibadah shalat. Kalau kita perhatikan

salat berjama‟ah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin bermakna perbuatan yang selalu

dikerjakan oleh beliau.

Ajaran Rasulullah SAW tentang shalat berjama‟ah merupakan

perintah yang benar-benar ditekankan. Shalat berjama‟ah di masjid yang merupakan ajaran islam, khususnya bagi laki-laki yang tidak memiliki

uzur syar‟i, tetapi sekarang perkara ini telah banyak dilupakan oleh umat

Islam. Kita lihat di masjid orang-orang yang melaksanakan shalat

berjama‟ah sedikit sekali. Terlebih pada waktu salat subuh yang datang mungkin bisa dihitung dengan jari. Oleh karena itu, kita perlu lebih

mengaktualkan kembali ajaran shalat berjama‟ah di masjid, yang

merupakan perintah Rasullulah SAW. Kita hidupkan kembali sunnah Nabi

dengan memulai berusaha dari kita sendiri menurut kemampuan

masing-masing.

Fungsi utama masjid adalah tempat bersujud Allah SWT, tempat

salat, tempat beribadah kepada-Nya. Ada lima kali umat Islam dianjurkan

mengunjungi masjid untuk salat berjama‟ah untuk waktu sehari. Melalui masjid, sering dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqomat, tasbih,

(32)

(1976) yang dominan dalam kehidupan umat Islam, masjid juga

memiliki peran multifungsi yang lain diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tempat kaum muslim beri’tikaf membersihkan diri

Membina kesadaran dalam mendapatkan pengalaman batin

sehingga selalu terjadi keseimbangan jiwa raga serta keutuhan

kepribadian.

2. Sebagai tempat bermusyawarah.

Salah satu tempat untuk berkumpulnya orang-orang muslim adalah

di masjid. Mereka berkumpul tidak hanya secara fisik, namun juga

mempertemukan hati dan pikiran mereka, saling bertukar pendapat dan

pengalaman sehingga menimbulkan keharmonisan antar umat manusia.

Hubungan di dalam masjid itulah yang senantiasa mendekatkan hati

mereka. Hal ini mempunyai pengaruh positif dalam mengemban

amanah di muka bumi sebagai khalifah Allah.

3. Sebagai tempat perlindungan

Masjid juga sebagai tempat berkonsultasi, mengajukan

kesulitan-kesulitan, meminta bantuan, pertolongan, dan berlindung dari

terik matahari dan hujan bagi orang musafir sehingga mereka dapat

istirahat sementara. Di masjid juga disediakan suffahatau tempat

khusus untuk para penjaga masjid.

4. Sebagai tempat pembinaan keutuhan ikatan jama’ah

Gotong royong dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama

dan manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Sebagai makhluk

(33)

menghargai, dengan orang yang sudah dikenal ataupun belum.

Kegiatan sosial yang dapat dilakukan di masjid sangat banyak sekali

misalnya :

a. Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ), b. Berkumpul untuk berdiskusi (halaqoh)

c. Kegiatan pengajian rutinan

d. pengumpulan infaq, shadaqoh dan zakat.

5. Sebagai tempat kaum muslim untuk menuntut ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar,

khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu „ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora,

keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di masjid.

Berdasarkan pemaparan tentang peran dan fungsi masjid di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa masjid memiliki peran yang sangat

penting bagi umat Islam dalam memperkuat keimanan. Masjid memiliki

multifungsi tidak hanya sebagai tempat beribadah saja, namun juga dapat

sebagai tempat sarana dan prasarana meningkatkan ilmu keagamaan dan

ilmu pengetahuan umum.

C. Pembinaan Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan

1. Akhlak Mayarakat

Masyarakat muslim berdiri tegak di atas akidah Islam yang

bersemboyan “ Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah

utusan Allah”. Makna masyarakat muslim berdiri tegak diatas yaitu

(34)

menyakralkan akidah itu, bekerja untuk mengukuhkan dalam hati dan

akal pikiran, mendidik generasi muda dengannya, melakukan

pembelaan terhadap kebatilan yang dilontarkan oleh para pedengki

yang sesat, dan berusaha untuk menampakkan secara nyata berbagai

keluhuran dan dampaknya pada kehidupan pribadi dan sosial

kemasyarakatan ( Yusuf, 2003: 42).

Tugas masyarakat terhadap akhlak adalah sebagai tegasnya

terhadap akidah, pemikiran dan ibadah yakni membimbing,

mengukuhkan dan memlihara. Pembimbingan itu bisa dilakukan

dengan penyebaran pamflet, propaganda diberagai media masa,

pembekalan dan tablig untuk membimbing manusia kejalan yang

lurus. Pengukuhan dilakukan dengan pendidikan yang panjang

waktunya, juga dengan tarbiyah yang mengakar dan mendalam dalam

rumah tangga, sekolah dan kampus. Sedangkan pemeliharaan bisa

dilakukan dengan dua hal yaitu pertama, mengendalikan opini umum

secara aktif, selalu beramar ma‟ruf nahi munkar, serta membenci kerusakan dan menolak penyimpangan. Yang kedua, dengan hukuman

atau undang-undang yang melarang kerusakan (sebelum terjadinya)

dan pemberian (sesudah terjadinya). Hal itu untuk menakut-nakuti

orang yang hendak menyeleweng, mendidik orang yang merusak dan

membersihkan jama‟ah dari populasi moral.

Bukanlah disebut masyarakat Islam bila menyembunyikan

ketakwaan dan rasa takutnya kepada Allah, sehingga kita melihat

(35)

sendiri, dan mereka terus berbuat demikian seoalah tiada hisab yang

menunggu. Masyarakat Islam didalamnya diatur oleh perilaku utama

dan nilai-nilai oralitas yang luhur. Masyarakat Islam adalah

masyarakat yang senantiasa berusaha komitmen dan terikat dengan

ketentuan tersebut, meskipin hal itu sulit dan penuh pengorbanan. Oleh

karena itulah Allah mengutus Rasulallah untuk menyempurnakan

akhlak manusia. Seperti sabda Nabi SAW:

ِقلاْخَلأا َوِسبَكَي َىًَِّرُلأ ُذْثِؼُث بًَََِّإ

Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus tiada lain kecuali untuk

menyempurnakan akhlak”(H.R.Bukhori, Hakim, Baihaqi).

Secara garis besar akhlak dapat dibedakan atas dua macam yaitu

akhlak baik dan akhlak buruk, yaitu sebagai berikut:

a. Akhlak Baik

Akhlak baik (Akhlakul Mahmudah) adalah tingkah laku terpuji

yang merupakantanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah,

Akhlakul karimah dilahirkanberdasarkan sifat-sifat yang terpuji.

Akhlak yang baik (terpuji) atau akhlak mahmudahyaitu akhlak yang

senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa

nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahat umat, seperti sabar, jujur,

bersyukur, tawadlu(rendah hati) dan segala yang sifatnya baik.

Seseorang yang memiliki akhlak yang baik dan menjadikan Nabi

MuhammadSAW sebagai figur atau contoh yang sempurna, maka dia

akan mempunyai hubungan yang baik juga dengan makhluk yang

(36)

seperti saling memperhatikan kepentingan bersama. Dengan

demikianakan selamatlah manusia dari pikiran dan

perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.

b. Akhlak Tercela

Adapun Akhlak tercela atau tidak baik (Akhlakul Mudzmumah)

adalah perilaku yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap

yang tidak baik. Akhlak tidak baikakan menghasilkan pekerjaan buruk

dan tingkah laku yang tidak baik.Akhlak yang tidak baik (tercela) atau

akhlak madzmumah adalah akhlak yangtidak dalam kontrol ilahiyah,

atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaransyaitaniyah

dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan

umatmanusia, seperti takabur (sombong), berkhianat, tamak, pesimis,

malas dan lain-lain (Aminudin, 2005: 153).

Dalam masyarakat Islam antara ilmu dan akhlak, seni dan

akhlak, ekonomi dan akhlak, politik dan akhlak, bahkan antara perang

dan akhlak tidak dapat dipusahkan. Hal ini dikarenakan akhlak

merupakan unsur yang mewarnai setiap persoalan hidup dan sikap

seseorang, mulai dari yang kecil sampai urusan yang besar, baik yang

berdimensi individu maupun sosial (Yusuf, 2003: 158).

Hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sangat penting,

manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri secara berkelanjutan dan

manusia baru disebut sebagai manusia yang sempurna apabila ia

ternyata dapat hidup bersama dengan manusia lain dalam masyarakat.

(37)

lain jika tidak hidup bersama dalam suatu masyarakat. Itulah Islam

memandang sebaik-baik manusia di muka bumi ini adalah yang

bermanfaat bagi manusia lain. sebaik-baik manusia adalah ia yang

bermanfaat bagi manusia yang lain. Dalam pergaulan dan kehidupan

bersama, masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok. Menurut Soerjono

Seokanto yaitu :

a. Manusia yang hidup bersama.

Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun

angka yang pasti untuk menemukan berapa jumlah yang harus ada.

Akan tetapi secara teoritis, ada minimumnya ada dua oarang yang

hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang lama.

Kumpulan manusia tidaklah sama dengan kumpulan

benda-benda seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh

kalangan berkumpulnya manusia, maka akan timbul

manusia-manusia baru. Manusia itu juga bisa bercakap-cakap, merasa

dimengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan

menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya sebagai

akibat hidup bersamanya itu, timbullah sistem komunikasi,

peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dalam

kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan.

(38)

Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh

karena itu setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu

dengan yang lainnya.

Berdasarkan ciri-ciri masyarakat diatas, maka berarti

masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia belaka, akan

tetapi diantara mereka yang berkumpul itu harus ditandai dengan

adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya ( Ishomuddin,

1997:60-61).

2. Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan

Selama ini, masalah akhlak hanya sering terfokus pada hubungan

antar manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga

sangatlah penting. Dilihat sekarang ini banyak sekali tingkah laku

manusia yang tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, misalnya

dengan menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area

pemukiman, yang akan mmengakibatkan pemanasan global karena

hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar karbondioksida di

alam ini sudah mulai tiada. Dalam kasus ini, kita harus mengetahui

mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan

kepentingan diri kita sendiri tetapi juga melihat dan memikirkan

kondisi lingkungan sekitarnya.

Sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara kelestarian

lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani

dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan Allah untuk

(39)

makhluk hidup. Sehingga akhlak seorang muslim terhadap lingkungan

hidup dapat diartikan bahwa seorang muslim haruslah mempunyai

sikap atau budi pekerti yang baik terhadap lingkungan hidup baik di

lingkungan masyarakat ataupun lingkungan alam. Dalam Islam

diperintahkan bahwa akhlak seorang muslim terhadap lingkungan

masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Berbuat baik kepada tetangga.

Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita, dekat bukan

karena tali pertalian darah atau persaudaraan dan bahkan tidak

seagama. Agama Islam telah membuat ketetapan untuk

memuliakan tetangga, tidak boleh mengganggu dan menyusahkan

mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian

hendaknya ia memuliakan tetangganya”. (H.R. Bukhori)

b. Suka menolong orang lain.

Setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain.

adakalanya manusia itu mengalami sengsara, penderitaan batin,

kegelisahan jiwa dalam hidupnya. Sehingga manusia dalam

hidupnya memerlukan pertolongan orang lain, karena dalam Islam

seorang muslim yang satu dengan yang lainnya ibarat satu

bangunan. Jadi apabila umat yang satu terkena musibah maka umat

yang lain berkewajiban untuk membantunya.

c. Menjadikan masyarakat sebagai lapangan dakwah dan aktualisasi

(40)

Setiap muslim harus menyadari sepenuhnya bahwa dakwah

adalah kewajiban yang harus ditunaikan, sehinnga masyarakat akan

dipahami sebagai media untuk dakwah. Maka dari itu di dalam

sebuah pergaulan masyarakat seorang muslim senantiasa

mengemban misi yang harus senantiasa diperhatikan. Dan perlunya

penerapan nilai-nilai dalam kegiatan keislaman dalam masyarakat,

agar dalam lingkungan masyarakat menjadi sebuah wadah yang

hidup dengan kegiatan-kegiatan Islam seperti pengajian-pengajian

dan sebagainya. Dalam firman Allah SWT dalam surat Fushillat

ayat 33 yang berbunyi :

ٍَْئَ

ٍَِي ََُِِّٙإ َلبَلَٔ بًحِنبَص َمًَِػَٔ ِ َّاللّ َٗنِإ بَػَد ًٍَِّْي لإَْل ٍَُضْحَأ

ًٍَِِٛهْضًُْنا

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan Amal yang saleh dan

berkata:“sesungguhnya aku termasuk orang yang menyerah

diri”.( Q.S Fushillat :33)

d. Melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar.

Seorang muslim tidak dapat menjadi seorang yang primitif,

tidak mau tahu serta cuek dengan lingkungan dimana dia berada.

Dimanapun, seorang muslim berada haruslah senantiasa mengajak

dan memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan mencegah serta

melarang dalam hal keburukan. Hal itu haruslah dilakukan sebatas

kemampuan manusia, karena pentingnya seseorang muslim

(41)

Bahkan Allah menyatakan bahwa label khaira ummah

sebaik-baik umat ada pada kaum muslimin selama mereka itu tetap

menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, artinya tanpa itu umat

Islam tidak akan pernah menjadi umat yang terbaik. Dalam firman

Allah surah Al-Maidah ayat 79 yang berbunyi:

ٌَُٕهَؼْفَٚ إَُبَك بَي َشْئِجَن ۚ ُُِٕهَؼَف ٍشَكُُْي ٍَْػ ٌََْْٕبََُزَٚ َلا إَُبَك

Artinya: “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan

Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa

yang selalu mereka perbuat”. (Q.S Al-Maidah:79)

e. Berperan aktif dan mempunyai nilai positif (bermanfaat) bagi

masyarakat.

Setiap muslim harus berusaha untuk memberikan kontribusi

dan peranan yang nyata dan bermanfaat sehingga hidup di

masyarakat merupakan sebuah momen dan kesempatan untuk

mengaktualisasikan kemampuan dirinya dalam berbuat baik dan

beramal saleh. Adapun yang dikendaki dalam Islam yaitu bahwa

pada akhirnya seoarang muslim itu akan dirasakan benar arti

kehadiran dan keberadaan dalam sebuah masyarakat. Adapun

ciri-ciri masyarakat yang dikendaki dalam Islam yaitu:

1. Tuhidullah (mengesakan Allah)

2. Ukhuwah (persaudaraan)

3. Bersatu dalam ikatan tali Allah

4. Masawah (persamaan)

5. Ta‟awun (tolong menolong)

(42)

7. Musyawarah

8. Ummatan wasathan (umat yang harmonis)

9. Takaful al-ijtima‟ (tanggung jawab sosial)

10.Fastabiq al-khairat ( berlomba-lomba dala kebaikan)

11.Tasamuh (toleransi)

12.Hurriyah (kebebasan)

13.Istiqomah (teguh pendirian)

14.Jihad (membela yang benar)

15.Ijtihad (pengembangan berfikir) (Nur Hidayat, 2015:

180-184)

Berdasarkan pemaparan di atas tentang pembinaan akhlak

masyarakat dan lingkungan dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia

saling membutuhkan satu sama lain baik dalam hal beribadah ataupun

sosial bermasyarakat. Rasulallah SAW mengajarkan kepada umatnya

supaya berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain, karena manusia

tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhnkan manusia yang lain.

Bukan hanya baik/peduli terhadap manusia saja akan tetapi juga terhadap

lingkungan sekitar seperti tumbuhan- tumbuhan dan hewan.

D. Tujuan Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia.

Akhlak ynag mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan

membawa kebahagiaan bagi individu, sekaligus membawa kebahagiaan

masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama

(43)

kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Para ahli pendidikan Islam

berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan

akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasy mengatakan pembinaan akhlak

dalam Islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral

baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku,

bersifat bijaksana, sopan dan beradab. Jiwa dari pendidikan Islam

pembinaan moral atau akhlak. Tujuan pembinaan akhlak kepada

masyarakat yaitu sebgai berikut:

1. Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan

untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga

mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan

dalam arti yang sempurna.

2. Pembinaan akhlak yang bersifat menyeluruh yang mencakup

kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya yaitu:

1. Memperkuat tali persaudaraan sesama manusia.

2. Memperkokoh ukhuwah Islamiyah

3. Untuk membentuk kehidupan yang harmonis antar sesama

manusia

Allah SWT mengambarkan dalam al-Qur‟an tentang janji-Nya terhadap orang yang senantiasa berakhlak baik, diantaranya QS. an-Nahl

97 yang berbunyi :

(44)

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupunperempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kamiberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kamiberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yangtelah mereka kerjakan”.( QS. An-Nahl : 97)

Orang yang selalu melaksanakan akhlak baik, mereka akan senantiasa

memperolehkehidupan yang baik, mendapatkan pahala yang berlipat

ganda diakhirat dan akandimasukkan kedalam surga. Dengan demikian

orang yang berakhlak mulia akanmendapatkan keberuntungan hidup di

dunia dan akhirat ( Muhammad Azmi, 2006:61). Dalam Islam memiliki

ruang lingkup akhlak yaitu:

1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya

disertai dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya

diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun

secara rohani (membirkan larut dalam kesedihan).

2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam

keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua

dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka.

3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani

kehidupan soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang

adil yang berlandaskan Al-Qur‟an dan hadist.

4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri

selama tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun

(45)

5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak

menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah SWT. Taat kepada

Rosulallah SAW serta meniru segala tingkah lakunya.

Berdasarkan pemaparan di atas tentang tujuan pembinaan akhlak pada

masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan akhlak untuk

membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan dalam

berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana,

sopan dan beradab sesuai dengan syari‟at Islam.

E. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang memiliki relevansi terhadap penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Skripsi Indah Kurniawati NIM 11106048 dengan judul“Peran Masjid

Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat di Masjid Nurus

Sa‟adah Dliko Indah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2010”.

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Dalam sekripsi ini dipaparkan

mengenai Masjid Nurus Sa‟adah ini dalam pengajaran dan

pendidikannya, juga mengajarkan sebagai basis perbaikan dan

bimbingan masyarakat.Aktivitas masjid telah menyentuh dan

melibatkan kelompok jama‟ah mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa, sampai orang tua, sehingga manakala

jama‟ah memiliki masalah dalam hidupnya, aktivitas masjid dapat

membantu mengatasinya. Salah satu aktivitas masjid ini adalah sudah

terdapat program di bidang sosial, pendidikan dan kesehatan yang

(46)

notabene masih membutuhkan banyak bantuan dan perhatian.

Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat yang

sejahtera bila dalam masyarakat tersebut tidak terdapat keributan

atau kekacauan di dalamnya. Pentingnya nilai kesejahteraan bagi

masyarakat di segala bidang akan memunculkan sikap positif.

Dimana masyarakat akan merasa aman, nyaman, dan tentram

berada dalam lingkungan tersebut. Walaupun dalam lingkungan

tersebut terdapat berbagai macam perbedaan suku, bangsa maupun

agama. Namun, akan terlihat damai dan sentosa bila dipenuhi

dengan sikap saling toleransi antar sesama.

2. Skripsi Adi Hermawan NIM H 000080040dengan judul “Peran

Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Akhlak

Remaja.” Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Dalam sekripsi ini

dipaparkan mengenai peran masjid harus mempunyai

kegiatan-kegiatan yang dapat menarik jama‟ah ditempat tersebut.Di masjid Al -Muhajirin Semanggi Pasar Kliwon-Surakarta merupakancontoh

masjid yang banyak jama‟ahnya. Selain itu di masjid tersebut

terdapat satu lembaga yang terbentuk berupa bakti sosial kepada

masyarakat, berupa klinik pengobatan gratis.

3. Jurnal yang ditulis oleh Syamsul Kurniawan dengan judul “Masjid

Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam.” Dalam jurnal ini dipaparkan

mengenai Masjid dalam sejarahnya mempunyai arti penting dalam

kehidupan umat Islam, hal ini karena masjid sejak masa Rasulullah

(47)

generasi awal, bahkan, masjid kala itu menjadi “fasilitas” umat

Islam mencapai kemajuan peradaban. Sejarah masjid bermula sesaat

setelah Rasulullah SAW hijrah di Madinah. Langkah pertama yang

beliau lakukan di Madinah, adalah mengajak pengikutnya,

membangun masjid. Allah SWT ternyata menakdirkan masjid yang

dibangun Rasulullah SAW, di Madinah (sebelumnya disebut

Yatsrib) menjadi rintisan peradaban umat Islam.

Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat ditarik kesimpulan bahwa

penelitian yang akan dilakukan penulis memiliki kesamaan yaitu

sama-sama meneliti tentang peran masjiddan fungsi masjid bagi masyarakat

umat Islam. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini lebih

menyoroti tentang pemberdayaan umat dan pendidikan dalam masjid

disamping itu lokasi dan subjek yang diteliti juga berbeda dengan

(48)

34

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Masjid An-nida

Masjid adalah tempat untuk beribadah bagi umat Islam, dan dapat

juga digunakan sebagai tempat untuk kegiatan-kegiatan yang

mengarah kepada keagamaan dan sosial. Masjid An-nida yang berada

di lingkungan masyarakat ngaglik memiliki tempat yang strategis dan

mudah dijangkau, berlantai tiga dan tekstur yang berwarna kuning dan

hijau. Disekitar masjid juga terdapat sekolah yaitu Radlathul athfal

(RA) An-nida, SD PTQ An-nida dan Pondok Pesantren An-nida. Dan

sekarang Ini merupakan satu yayasan dalam lingkup yayasan An-nida.

Sejarah berdirinya masjid ini diungkapkan oleh Bapak M,

bahwa pada awalnya masjid ini dulunya hanya mushola sempit yang

digunakan untuk tempat beribadah masyarakat sekitar dan menjadi

tempat halaqoh/musyawarah. Tidak begitu banyak jama‟ah yang

mendatangi masjid. Namun, seiring berjalannya waktu dan hari demi

hari jama‟ah semakin ramai hingga penuh terutama pada waktu shalat jum‟at.

Pada akhirnya Bapak Ali As‟ad sebagai pendirinya serta para pengurus moshola tersebut sepakat bersama para masyarakat sekitar

untuk perluasan pembangunan mushola agar dapat dijadikan suatu

tempat ibadah bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah

(49)

yang diberi nama masjid An-nida. Dalam hal ini tentunya masyarakat

sekitar sangat senang mengingat betapa pentingnya masjid di suatu

daerah guna untuk membina akhlak masyarakat baik disekitarnya

ataupun yang dari daerah yang jauh. Masyarakat lingkungan masjid

An-nida memiliki lingkungan yang rukun, mayoritas muslim, saling

menjaga dan membantu walaupun berbeda ekonomi, agama dan sosial.

Adapun dalam bidang pendidikan masyarakatnya memiliki pendidikan

yang bagus, perkembangan ekonomi yang meningkat dan banyak

pebisnis, maka masyarakat sekitar masjid di RW 02 bisa terbilang

masyarakat yang rukun dan makmur.

2. Sejarah Berdirinya Masjid An-nida

Pada zaman dahulu ketika Bapak KH. Ali As‟ad sudah menyelesaikan belajarnya di pesantren Ma‟ahid Kudus lalu beliau

menikah dengan ibu Hj. Fatimah yaitu putri dari yai Ma‟ahid Kudus.

Perlu digarisbawahi kepemimpinan Bapak KH. Ali As‟ad, dan keluarganya sewaktu pulang ke Salatiga merupakan keluarga yang

tergolong miskin, untuk menghidupi keluarganya saja terpaksa

menjadi tukang buruh, semua itu dilaksanakan sebagai rasa tanggung

jawab terhadap keluarga. Akan tetapi sebagai orang yang diberi

amanah oleh Allah SWT tetap melaksanakan tugasnya sebagai da‟i dan melaksanakan dakwah. Semua ini dilaksanakan dengan ikhlas, tabah,

sabar karena mengharap keridloan Allah.

Kehidupan ekonomi yang semakin menjepit dan tuntutan

(50)

menyewa, dengan hal tersebut menjadikan problematika keluarga yang

harus dibenahi. Namun hal tersebut tidaklah membuat semangat beliau

menjadi menciut. Akan tetapi dengan hal yang demikian itu beliau

selalu bermunajat berserah diri memohon petunjuk kehadrat illahi,

sehingga suatu ketika Bapak KH Ali As‟ad diberikepercayaan untuk mencarikan ramuan jamu untuk dijadikan obat oleh suatu perusahaan

obat tradisional, dengan bekal kejujuran itulah kehidupan Bapak KH.

Ali As'ad semakin hari semakin membaik, hal terseebut terbukti

semakin banyaknya permintaan perusahaan untuk mengirimkan bahan

ramuan jamu. Sehingga mulailah membeli lahan, mendirikan

musholla. Sebelum menjadi masjid dulunya adalah sebuah bangunan

musholla sempit yang berukuran 5 x 5 M. Musholla satu lantai yang

dulunya memiliki madrasah Al-Hilal (kelompok pengajian) yang berisi

pengajaran-pengajaran Islam dan berhubungan muamalah yang diisi

oleh Bapak KH. Ali As‟ad. Tidak begitu banyak jama‟ah yang

mendatangi masjid. Namun, seiring berjalannya waktu dan hari demi

hari jama‟ah semakin ramai hingga penuh terutama pada waktu shalat

Jum‟at.

Pada akhirnya Bapak Ali As‟ad sebagai pendirinya serta para

pengurus moshola tersebut sepakat bersama para masyarakat sekitar

untuk perluasan pembangunan mushola agar dapat dijadikan suatu

tempat ibadah bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah

pembangunan mushola dan mendekorasinya kini telah menjadi masjid

(51)

tanggal 1 Januari 1976 oleh Bapak KH. Ali As‟ad, sampai sekarang

usianya 41 tahun yang didirikan untuk beribadah dan

kegiatan-kegiatan pengajian untuk masyarakat sekitar, karena makin

bertambahnya jama‟ah yang hadir sehingga penuh, maka mushola

direnofasi dan dibesarkan sehingga menjadi “Masjid An-nida” yang berlantai tiga yang bercorak khas dan memiliki sarana dan prasarana

yang memadai.

Bapak KH. Ali As‟ad tidak hanya mendirikan masjid tetapi

juga pondok pesantren dansebagainya. Pernah suatu ketika beliau

bermimpi bertemu dengan seorang kyai bemama Kyai Khumedi Saleh.

Didalam mimpimya itu beliau sedang mengalirkan air dari lokasi

pemandian senjoyo untuk dialirkan keSalatiga. Dalam mimpinya itu

Bapak Ali As‟ad dipanggil oleh Bapak Kyai Khumedi untuk terus

mengalirkan air ke Salatiga. Setelah ditanyakan kepada salah

seorangKyai di Kudus menurut penafsirannya Bapak Kyai disuruh

mendirikan pondok pesantren. Maka besarlah tekat dan minat beliau

untuk mendirikan ponpes. Oleh karena dalam mimpinya Bapak Kyai

merasa dipanggil, “Ali....Ali !!maka masjid dan pondok pesantren

yang diberinama “An-Nida", yang berasal dari kata nadawa, yang berarti panggilan, maksudnya adalah ajakan kepada masyarakat untuk

mengaji dan melaksanakan perintah beribadah kepada Allah SWT.

Adapun para pendiri masjid dan pondok pesantren An-Nida

(52)

Ahmad Nuh Muslim, KH. Rosyidi, KH. Damami, TohaHasan, BA,

beliau-beliau ini bermusyawarah dengan mengambil keputusan

sebagaiberikut. Dengan tujuan pendirian masjid dan pondok pesantren

:

a. Sebagai rasa tanggungjawab untuk menyampaikan amanat.

b. Desakan dari para alumnus Ma‟ahidKrapyak Kudus yang berada di Salatiga.

c. Mengingat kurangnya tempat pengembangan ilmu agama di

Salatiga.

d. Untuk menolong para pelajar dan masyarakat baik dari dalam

maupun dari luar kota Salatiga, dalam mencari ilmu serta sekaligus

menjadikan tempat berlindung dan ibadah

Dari hasil musyawarah itulah Bapak Kyai sendirilah yang

mengelola masjid dengan baik. Perkembangan masjid An-nida

nampaklah setiap tahunnya, baik bangunan fisik sebagai sarana belajar maupun jumlah jama‟ahnya yang semakin bekembang pesat. Untuk

meningkatkan mutu kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masjid dana

administrasi masjid, Bapak Kyai beserta staf dan pengurus ponpes

An-nida. Memusatkan perhatiannya untuk meningkatkan dan memperbaiki

mutu pondok pesantren. Dengan berdasarkan pemikiran yang demikian

maka perlu pembantu dalam menangani masalah yang berhubungan

dengan masjid dengan hal pertimbangan di atas maka dibentuklah

kepengurusan masjid yang dimulai pada tahun 1977 yang diketuai oleh

(53)

pendiri masjid dan pengasuh pondok pesantren An-nida Salatiga yaitu

KH. Ali As‟ad tutup usia. Sehingga An-nida sekarang menjadi Yayasan dalam lingkup pendidikan termasuk juga masjid. Pada tahun

2005 terbentuknya kepengurusan takmir masjid baru yang di ketuai

oleh beliau Bapak H. Nur hadi, S.Pd. sampai sekarang.

3. Letak Geografis

Masjid An-nida terletak di pinggir jalan raya yang beralamat di

Jalan Jenderal Sudirman 239 Salatiga. Bertempat di Dusun Ngaglik,

Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kabupaten Datti II Salatiga,

Provinsi Jawa Tengah, Negara Republik Indonesia. Lokasi masjid

tidak begitu masuk ke pedesaan mudah dijangkau dan dilihat dari jalan

raya sudah terlihat karena masjid berlantaikan tiga.

4. Struktur Organisasi Yayasan An-nida

a. Setelah wafatnya KH. Ali As‟ad beliau pengasuh serta pendiri masjid dan pondok pesantren An-nida telah mefakafkan semua

lembaga pendidikannya, dan sekarang menjadi yayasan An-nida.

Bentuk organisasi yayasan An-nida sebagai berikut:

Tabel 1

Struktur Organisasi Yayasan An-nida Tahun 2017

No. Nama Jabatan

1. Hj. Ibu Fatimah PEMBINA I

2. Joko Akhlis, S.E PEMBINA II

3. Drs. Dahlan PENGAWAS I

(54)

5. Muhammad Syarifuddin, S.Pd.I KETUA UMUM

6. Sukedi, S.Pd.I KETUA

7. Maskuri SEKRETARIS UMUM

8. Ulya Fatmawati, S.Pd.I SEKRETARIS

9. Siswanto, M.Pd. BENDAHARA UMUM

10. Trimo BENDAHARA I

11. Nur Hadi, S.Pd.I BENDAHARA II

12. Imam Mas Arum, M.Pd. ANGGOTA

b. Sebelum menjadi yayasan, masjid An-nida sudah membentuk

kepengurusan yang dulunya diketuai oleh Bapak Kyai sendiri.

Namun, setelah wafatnya beliau masjid An-nida telah berganti

kepengurusan. Bentuk kepengurusan masjid An-nida ditetapkan

pada 3 Mei 2005 sampai sekarang yaitu sebagai berikut:

Tabel 2

Struktur Organisasi Masjid An-nida Tahun 2017

No. Nama Jabatan

1. Kepala Kelurahan Ledok Pelindung

2. Ketua Yayasan An-nida Penasehat

3. Nur Hadi, S.Pd. Ketua Ta‟mir

4. Sukarmo Wakil Ketua Ta‟mir

5. Yuwono Sekretaris I

(55)

7. H. Suwandi Bendahara

10. Achmad Abdul Ghoni, S.Pd.I.

Drs. Zuber Ali Yasin

5. Sarana dan Prasarana Masjid An-nida

Untuk memperlancar proses jama‟ah dankegiatan di masjid serta

(56)

pengajaran yang diharapkan, maka adanya sarana dan prasarana

sangatlah penting. Masjid An-nida memiliki sarana dan prasarana

yang cukup memadai, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3

Sarana dan Prasarana Masjid An-nida

No. Sarana Prasarana Jumlah Keterangan

1. Kamar mandi putri 1 Baik

2. Kamar mandi putra 1 Baik

3. Tempat wudhu

putra/putri

2 Baik

4. Mimbar 1 Baik

5. Satir 4 Baik

6. Jam dinding 2 Baik

7. Jam digital 1 Baik

8. Jadwal sholat 1 Baik

9. Lemari mukena 1 Baik

10. Lemari Al-Qur‟an 2 Baik

11. Kipas angin 5 Baik

12. Kotal amal 13 Baik

13. Mukena 10 Baik

14. Sajadah 15 Baik

15. Al-Qur‟an 40 Baik

16. Lampu penerangan 27 Baik

(57)

18. Microphone 4 Baik

19. Tikar 25 Baik

20. Karpet 5 Baik

21. Salon 6 Baik

22. Meja ngaji kecil 2 Baik

23. Kursi besar 1 Baik

24. Papan bor pengumuman 2 Baik

25. Penghapus 1 Baik

26. Rak sendal dan sepatu 2 Baik

27. Gelas 4 krat Baik

28. Ceret 1 Baik

29. Tremos 1 Baik

30. Asbak 5 Baik

31. Sendok 2 lusin Baik

32. Piring snack 50 Baik

33. Tangga alumunium 1 Baik

34. Penyedot debu 1 Baik

35. Kran 10 Baik

36. Ember kamar mandi 1 Baik

37. Sikat 2 Baik

38. Gayung 2 Baik

39. Sulak 2 Baik

Gambar

Tabel 1 Struktur Organisasi Yayasan An-nida Tahun 2017
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Replace ”open boundary regular” with ” smooth open bounded domain ”.. page 113,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Persepsi Teknologi Inforasi, Persepsi Pelayanan, Persepsi Risiko Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking

(1983), Sastra Lagu Dalam Tembang Sunda , Proyek Pengembangan Institut Kesenian Indonesia Bandung: Sub Proyek Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.. (1999), Estetika

Analisis data menggunakan uji asumsi klasik, regresi linear berganda dan analisis jalur (path analysis) dengan bantuan IBM Statistik SPSS 21. Berdasarkan hasil dari uji

Untuk mengetahui pengaruh faktor modal, jam berdagang, lama usaha,. pengambilan kredit, dan kepemilikan alat komputer berpengaruh

Pertumbuhan panjang rambut dari minggu ke-1 hingga minggu ke-6 tampak pada Tabel 3.Hasil uji statistik menyatakan bahwa sediaan emulsi ekstrak etanol daun mangkokan

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil

Adapun hipotesis tindakan tersebut adalah ”Jika Media Gambar Kartun digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi dapat meningkatkan kemampuan menulis