• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA PENYIMPANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA PENYIMPANAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH

TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA

PENYIMPANAN

(Water Content and Absorption Capacity Tests on Corn Waste Products

Biscuit and Field Grass During Storage)

1

YULI RETNANI,1S.A.AISYAH,A

L.HERAWATI dan2A.SAENAB

1Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Agatis, Kampus Darmaga, Bogor 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta

ABSTRACT

Feed preservation technology is needed to maintain the availability of feed, once with established preservation and heated to become biscuits form. Biscuit have small form, so that biscuit more easy for consumption. This study was using a completely randomized design, with factorial pattern of 3 factors and 3 replications. Factor A biscuits formulation (A1 = 100% grass field, A2 = 50% grass field + 50% corn leaves, A3 = 100% corn leaves, A4 = 50% grass field + 50% corn husk, A5 = 50% corn leaves+ 50% corn husk, A6 = 100% corn husk); factor B storage time (0,1,3,5,7,9 weeks) and factor C packaging (with and without sack). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), the significant difference between treatments were tested with Duncan test. Results showed that the packaging did not affected significantly for water absorption but on water content has significant effect (P < 0,05). Biscuits formula has significant effect (P < 0,05) on water content and water absorption. Storage time has significant effect on water content and water absorption. Interaction between the time and formula, have asignificant effect (P < 0,05), whereas the other interactions was not significant. Biscuit formulation and storage time affected significant increased water content and water absorption. On moisture packaging has significant effect (P < 0,05).

Key Words: Corn Plant Waste, Biscuit, Storage, Packaging, Physical Characteristic

ABSTRAK

Pakan bentuk biskuit lebih mudah dikonsumsi ternak karena bentuknya lebih kecil. Untuk menjaga kontinuitas produksi, pakan perlu disimpan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 faktor dengan 3 ulangan. Faktor A formulasi biskuit (A1 = 100% rumput lapang, A2 = 50% rumput lapang + 50% daun jagung, A3 = 100% daun jagung, A4= 50% rumput lapang + 50% klobot jagung, A5 = 50% daun jagung + 50% klobot jagung, A6 = 100% klobot jagung), faktor B lama penyimpanan (0, 1, 3, 5, 7, 9 minggu) dan faktor C yaitu cara pengemasan. Peubah yang diamati yaitu kadar air dan daya serap. Data dianalisis dengan menggunakan analisis of varian (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pengemasan tidak berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap daya serap namun pada kadar air berpengaruh nyata (P < 0,05). Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar air dan daya serap. Biskuit pakan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar air dan daya serap. Interaksi antara waktu dan formulasi biskuit berpengaruh nyata (P < 0,05).

Kata Kunci: Limbah tanaman jagung,biskuit, penyimpanan, pengemasan, sifat fisik

PENDAHULUAN

Hijauan pakan terutama rumput penting keberadaannya, namun di Indonesia terjadi kendala yaitu rendahnya ketersediaan hijauan pada musim kemarau dan berlimpahnya hijauan pada musim hujan. Limbah tanaman

jagung dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (ENGEL et al., 2008) khususnya ternak ruminansia (UMIYASIH et al., 2008). BADAN PUSAT STATISTIK (2009) melaporkan produksi jagung hingga mencapai 17.659.067 ton, hal ini berarti banyak limbah jagung yang akan terbuang bila tidak dimanfaatkan.

(2)

Teknologi pengolahan pakan yang mudah dan murah diperlukan untuk membuat bahan menjadi awet, mudah disimpan, dan mudah diberikan, salah satu bentuk pengolahan pakan adalah bentuk biskuit. Pakan bentuk biskuit merupakan modifikasi pakan bentuk wafer yang telah ada sebelumnya. Pakan bentuk wafer umumnya memiliki daya simpan yang masih rendah yaitu sekitar 4 minggu.

Biskuit adalah produk makanan kecil yang renyah yang dibuat dengan cara dipanggang (WIKIPEDIA, 2008). Biskuit pakan dibuat menggunakan bantuan panas dan tekanan, prinsip kerja mesin biskuit ini hampir sama dengan mesin wafer namun ukuran cetakan lebih kecil yaitu berbentuk bulat berdiameter 7 cm dan tebal 5 cm serta waktu pengoperasian lebih singkat dan produksi lebih banyak sehingga produksi efisien.

Proses penyimpanan pakan diperlukan karena perkembangan usaha peternakan harus diimbangi dengan ketersediaan pakan yang memadai dan selalu siap digunakan, sehingga kontinuitas produksi dapat terus berlangsung. Penyimpanan pakan yang terlalu lama dengan cara penyimpanan yang kurang tepat akan menyebabkan timbulnya jamur, kapang, dan mikroorganisme lainnya sehingga dapat menurunkan kualitas pakan.

Terdapat banyak cara yang dilakukan untuk menyimpan pakan, yaitu dengan kemasan, atau tanpa kemasan (hanya ditumpuk). Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk. Kemasan merupakan bahan yang penting dalam berbagai industri. Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan, karena kemasan mempunyai peranan penting dalam mempertahankan mutu bahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan sifat fisik biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang selama penyimpanan 9 minggu dengan menggunakan kemasan dan tanpa kemasan.

MATERI DAN METODE Peralatan

chopper, hammermill, karung,

termohigrometer, jangka sorong, Aw meter, timbangan kapasitas 5 kg, timbangan digital, oven 105°C, cawan alumunium, gegep, tisu/lap, nampan, bak plastik, saringan dan gelas piala.

Bahan

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu limbah tanaman jagung berupa klobot jagung dan daun jagung, rumput lapang serta molases sebagai perekat.

Pembuatan biskuit

Penelitian pembuatan biskuit pakan dengan bahan limbah tanaman jagung yang terdiri dari daun jagung dan klobot jagung serta rumput lapang mempunyai komposisi yang berbeda. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan biskuit limbah tanaman jagung ini yaitu sebagai berikut:

1. Hijauan (rumput lapang, daun jagung dan klobot jagung) dipotong terlebih dahulu dengan mesin chopper ukuran 5 cm, kemudian dijemur pada sinar matahari sampai kadar air kurang dari 14%.

2. Hijauan tersebut kemudian digiling kasar menggunakan hammermill, lalu bahan masing-masing dicampur sesuai dengan formula yang sudah ditentukan dan ditambahkan molases sebanyak 5% dan diaduk sampai homogen secara manual. 3. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam cetakan

mesin biskuit selama 10 menit. Diameter cetakan biskuit sebesar 7 cm dan tebal 5 cm, serta suhu 100°C.

4. Setelah biskuit terbentuk, ketebalan biskuit menipis hingga 1 cm akibat adanya pengepresan, lalu dikondisikan sampai dingin dengan cara menyimpannya di udara terbuka (suhu kamar).

Penyimpanan

Biskuit yang telah jadi, dianalisis di laboratorium, kemudian sebagian dikemas

(3)

interaksinya dengan pengemasan dan komposisi biskuit:

1. Biskuit yang telah dingin disimpan. Penyimpanan dilakukan dengan karung dan tanpa karung (hanya ditumpuk).

2. Biskuit-biskuit tersebut disimpan di gudang dengan menggunakan alas (palet) yang tingginya ± 5 cm dari lantai.

3. Pengecekkan suhu dan kelembaban dilakukan pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00, sore pukul 16.00 dan malam pukul 21.00.

4. Pengamatan penyimpanan dilakukan pada minggu ke-1, 3, 5, 7 dan 9 Uji fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan/ kelayakan biskuit.

Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) 6 x 6 x 2 dengan 3 ulangan (216 sampel).

Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Faktor A (formula biskuit) A1: biskuit (rumput lapang 100%) A2: biskuit (rumput lapang 50% + daun

jagung 50%)

A3: biskuit (daun jagung 100%)

A4: biskuit (rumput lapang 50% + klobot jagung 50%)

A5: biskuit (daun jagung 50% + klobot jagung 50%)

A6: biskuit (klobot jagung 100%) Faktor B (lama penyimpanan) B1: Penyimpanan 0 minggu B2: Penyimpanan 1 minggu B3: Penyimpanan 3 minggu B4: Penyimpanan 5 minggu B5: Penyimpanan 7 minggu B6: Penyimpanan 9 minggu

Faktor C (cara penyimpanan) C1: Dengan karung

C2: Tanpa karung

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (STEEL dan TORRIE, 1993).

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah Uji Sifat Fisik yang terdiri dari Kadar Air (KA), dan Daya Serap Air.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil sidik ragam kemasan pada penyimpanan biskuit tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap, namun berpengaruh nyata (P < 0,05) pada kadar air, sedangkan lama penyimpanan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar air, dan daya serap air (Tabel 1).

Hasil sidik ragam menunjukkan jenis kemasan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar air. Formula biskuit A5 mempunyai nilai kadar air paling rendah dibandingkan dengan formula biskuit yang lain (Tabel 1). Interaksi antara formula biskuit dengan lama penyimpanan menunjukkan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar air (Tabel 2). Formula biskuit A6 mempunyai nilai kadar air paling rendah sampai penyimpanan minggu ke-9 dibandingkan dengan formula biskuit yang lain (Tabel 2).

Biskuit A6 memiliki nilai kadar air paling rendah hal ini karena biskuit ini terbuat dari 100% klobot jagung yang memiliki rongga atau pori antar partikel lebih banyak dan besar, sehingga penguapan berjalan cepat sedangkan pada biskuit A1 (100% rumput lapang) memiliki kadar air lebih tinggi. RETNANI et al. (2009) menyebutkan wafer dengan komposisi rumput lapang memiliki rongga lebih sedikit penguapan terjadi lebih lambat. Selain itu, UMIYASIH et al. (2008) menyebutkan bahwa kadar air klobot jagung lebih rendah dibandingkan dengan kadar air limbah tanaman jagung yang lain seperti tongkol dan batang, yaitu berkisar antara 45 – 50%.

(4)

Tabel 1. Rataan nilai kadar air, dan daya serap air pada berbagai perlakuan

Peubah Perlakuan

Daya serap (%) Kadar air (%) A1 517,49 ± 7,42c 12,08 ± 0,56a

A2 447,60 ± 3,86a 12,65 ± 0,79b A3 487,52 ± 3,65b 13,78 ± 0,63c

A4 525,93 ± 2,31c 12,14 ± 0,49a A5 530,09 ± 2,83c 11,89 ± 0,39a

Formula biskuit (faktor A)

A6 478,37 ± 14,61b 12,01 ± 0,37a B1 464,15 ± 45,22a 11,67 ± 0,58a B2 485,51 ± 29,06a 12,28 ± 0,65b B3 506,96 ± 32,19b 13,19 ± 0,72d B4 508,81 ± 45,82b 12,25 ± 0,76b B5 515,08 ± 26,99b 12,76 ± 0,87c Lama penyimpanan (faktor B)

B6 508,99 ± 26,29b 12,39 ± 0,71b C1 496,92 ± 28,34 12,56 ± 0,67 Kemasan (faktor C)

C2 498,74 ± 32,25 12,59 ± 0,66

Superskrip yang berbeda pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05); A1: biskuit 100% rumput lapang; A2: biskuit 50% rumput + 50% daun jagung; A3: biskuit 100% daun jagung; A4: biskuit 50% rumput + 50% klobot; A5: 50% daun jagung + 50% klobot; A6: 100% klobot; B1: lama penyimpanan 0 minggu; B2: lama penyimpanan 1 minggu; B3: lama penyimpanan 3 minggu; B4: lama penyimpanan 5 minggu; B5: lama penyimpanan 7 minggu; dan B6: lama penyimpanan 9 minggu; C1: dengan karung; C2: tanpa karung

Tabel 2. Interaksi formula biskuit dan lama penyimpanan terhadap kadar air (%)

Lama penyimpanan (minggu) Formula biskuit 0 1 3 5 7 9 A1 11,23a 12,03b 12,97ab 11,95ab 12,61b 11,72ab A2 11,06a 12,99b 13,52b 12,40b 13,13b 12,77b A3 12,85a 13,31ab 14,65c 13,83bc 14,51c 13,58ab A4 11,73b 11,86bc 12,80c 11,52a 12,17b 12,76b A5 11,80bcd 11,46abc 12,56d 11,72a 12,25cd 11,53ab A6 11,39a 12,03a 12,66a 12,05a 11,90a 12,03a

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,05)

Semakin lama penyimpanan, maka akan meningkatkan kadar air biskuit, meskipun terdapat penurunan kadar air pada formula biskuit (Tabel 2). Perubahan kadar air dapat disebabkan pengaruh suhu dan kelembaban selama penyimpanan. Kisaran suhu ruang

maka akan terjadi absorpsi uap air dari udara ke ransum yang menyebabkan kadar air biskuit meningkat, hal ini didukung oleh WINARNO et al. (1980) bahwa kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahan rendah

(5)

Tabel 3. Interaksi kemasan dan lama penyimpanan terhadap kadar air (%)

Lama penyimpanan (minggu) Formula biskuit

0 1 3 5 7 9

Dengan Karung 11,68a 12,39a 12,72a 12,01a 12,59a 12,17a Tanpa Karung 11,68a 12,17a 13,66b 12,47a 12,93b 12,62ab Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi.

Interaksi antara kemasan dan lama penyimpanan menunjukkan kemasan dengan menggunakan karung memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan tanpa karung (Tabel 3), hal ini disebabkan kemasan berfungsi sebagai melindungi produk dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar (HARRIS dan KARNAS, 1989). Karung plastik merupakan kemasan yang banyak digunakan karena karena mempunyai sifat kuat, tahan air, lembab, transparan, dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.

Daya serap air merupakan parameter yang menunjukkan besarnya kemampuan pakan menarik air di sekelilingnya (kelembaban udara) untuk berikatan dengan partikel bahan atau tertahan pada pori antara partikel bahan (TRISYULIANTI et al., 2001).

Hasil sidik ragam menunjukkan lama penyimpanan dan formula biskuit berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap daya serap air, sedangkan kemasan tidak berpengaruh.

Daya serap air berbanding terbalik dengan kadar air, semakin rendah kadar air biskuit maka akan semakin banyak menyerap air, hal ini sesuai dengan pernyataan TRISYULIANTI et al. (2001) yang menyebutkan bahwa daya serap air merupakan peubah yang menunjukkan besarnya kemampuan wafer ransum komplit menarik air di sekelilingnya (kelembaban udara) untuk berikatan dengan partikel bahan atau tertahan pada pori antar partikel bahan.

Korelasi negatif antara kadar air dan daya serap air dapat dilihat dari persamaan regresi y = 17,12-0,0094x, dan r = 42,70% artinya setiap kenaikan satu satuan daya serap air (x) dapat menurunkan kadar air (y) sebanyak 0,0094

satuan. Semakin lama biskuit disimpan maka daya serap air pun makin rendah, seiring dengan kenaikan kadar air bahan.

Daya serap setiap formula biskuit berbeda-beda, daya serap paling tinggi ditunjukkan formula biskuit A5 yang terdiri dari daun dan klobot jagung dan daya serap paling rendah pada biskuit daun jagung. Kualitas biskuit yang baik yaitu biskuit dengan kadar air yang rendah dan daya serap yang tinggi sehingga biskuit lebih tahan disimpan dan dapat digunakan saat kekurangan hijauan.

KESIMPULAN

Kualitas biskuit akan menurun seiring dengan makin lamanya waktu penyimpanan. Penurunan kualitas biskuit berbeda pada setiap formula biskuit. Penurunan kualitas lebih terlihat pada biskuit daun jagung, sedangkan biskuit yang lebih awet yaitu biskuit dengan formula campuran klobot dan daun jagung. Karung dapat mengurangi kenaikan kadar air biskuit.

DAFTAR PUSTAKA

BADAN PUSAT STATISTIK. 2009. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Tabel Luas Panen,. Produktivitas,. Produksi Tanaman Jagung Seluruh Provinsi. www.bps.go.id (16 Desember 2009).

ENGEL, C.L., H.H. PATTERSON and G.A. PERRY. 2008. Effect of dried corn distillers grains plus soluble compared with soybean hulls, in late gestation heifer diets, on animal and reproductive performance. J. Anim. Sci. 86: 1697 – 1708.

HARRIS,R.S. dan E.KARNAS. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan. ITB Press, Bandung.

(6)

RETNANI,Y.,W.WIDIARTI,I.AMIROH,L.HERAWATI dan K.B. SATOTO. 2009. Daya simpan dan palatabilitas wafer ransum komplit pucuk dan ampas tebu untuk sapi pedet. Media Peternakan 32(2): 130 – 136.

STEEL, R.G.D. dan J.H.TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Diterjemahkan oleh: SYAH, M. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

TRISYULIANTI, E.,J.JACJHA dan JAYUSMAR. 2001. Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik wafer ransum dari limbah pertanian sumber serat dan leguminose untuk ternak ruminansia. Media Peternakan 24(3): 76 – 81.

UMIYASIH,U. dan E.WINA. 2008. Pengolahan dan nilai nutrisi limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa 18(3): 127 – 136.

WIKIPEDIA. 2008. Biskuit. www.wikipedia.com (21 Desember 2009).

WINARNO,F.G.,S.FARDIAZ dan D.FARDIAZ. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Rataan nilai kadar air, dan daya serap air pada berbagai perlakuan
Tabel 3. Interaksi kemasan dan lama penyimpanan terhadap kadar air (%)

Referensi

Dokumen terkait

Uji kecernaan menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap kecernaan bahan kering, NDF dan ADF, akan tetapi tidak memberikan

Nilai tersebut menunjukkan bahwa pellet ransum komplit dari klobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar sebagai substitusi daun rumput gajah memiliki kualitas

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah peradiasian plasma terhadap sampel pellet pakan sapi dari limbah tanaman jagung pada udara atmosfir dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan komplit berupa silase limbah tanaman jagung dan sorghum sebagai pakan hijauan

Hasil ini menunjukkan daun rumput gajah, kelobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar memiliki kualitas pakan sumber hijauan yang sama, hal ini menunjukkan bahwa kecernaan

Tingginya serat kasar pada semua biskuit, dengan kisaran 27,25%-42,49% menunjukkan bahwa biskuit rumput lapang dan limbah tanaman jagung dapat memenuhi kebutuhan serat bagi ternak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah peradiasian plasma terhadap sampel pellet pakan sapi dari limbah tanaman jagung pada udara atmosfir dapat