• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian - RESTU PAMULARSIH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian - RESTU PAMULARSIH BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai

reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.

Pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega.

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.

Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara

verbal dan fisik. Sedangkan marah lebih merujuk pada suatu perangkat

perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah.

Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yeng muncul sebagai

respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu

(Riyadi & Purwito. 2009).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri

maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak

terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010 dalam Direja. 2011).

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi

oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan

(2)

verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai orang lain baik fisik

maupun psikologis (Berkowitz, 2000 dalam Yosep. 2011).

Senada dengan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa

perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan kekerasan baik verbal maupun non verbal yang dapat melukai diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan baik secara fisik maupun psikologis,

yang timbul akibat perasaan jengkel / marah / kesal / tidak puas.

B. Rentang Respon

Perasaan marah wajar bagi setiap manusia, tapi perilaku yang

ditunjukkan oleh perasaan marah dapat difluktuasi dalam rentang respon

kemarahan. Rentang responnya dimulai dari yang paling adaptif sampai

yang maladaptif. Dan dari yang adaptif adalah asertif dan yang paling

maladaptif adalah amuk atau kekerasan.

Gambar II. 1. Rentang Respons Neurobiologis (Sumber: Stuart & Sundden. 2007)

Respons adaptif Respons maladaptif

(3)

Keterangan :

- Asertif

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain

dan memberikan ketenangan.

- Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat

menemukan alternatif.

- Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

- Agresif

Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut

tetapi masih terkontrol.

- Perilaku kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu :

a. Memperlihatkan permusuhan yang rendah.

b. Keras dan menurut.

c. Mendekati orang lain.

d. Memberikan kata-kata ancaman tanpa nilai melukai.

e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.

f. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai.

g. Melukai dalam dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan

(4)

C. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau yang

mempermudah terjadinya sebuah perilaku yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan maupun keyakinan.

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor

predisposisi artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku

kekerasan (Riyadi & Purwito. 2009).

1. Faktor biologis

a) Instinctual drive theory (Teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan

oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

b) Psycomatic theory (Teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis

terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.

Dalam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk

mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

2. Faktor psikologis

a) Frustasion aggresion theory (Teori agresif frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil

akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

(5)

dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan

frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

b) Behavioral theory (Teori perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan di rumah atau luar rumah. Semua

aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku

kekerasan.

c) Existensial theory (Teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia

apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui

perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi

kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

3. Faktor sosial kultural

a) Social enviroment theory (Teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas

secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti

terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah

(6)

b) Social learning theory (Teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi.

b. Faktor Presipitasi

Faktor prespitasi (pencetus) dapat bersumber dari klien,

lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Beberapa faktor pencetus

perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

- Klien

Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang

penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

- Interaksi

Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,

merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri

maupun eksternal dari lingkungan.

- Lingkungan

Panas, padat, dan bising.

c. Mekanisme koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga

dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang

konstruktif dalam mengekspersikan marahnya. Mekanisme koping yang

umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti

(7)

- Displacement

Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan, pada objek yang

tidak begitu berbahaya seperti pada mulanya yang

membangkitkan emosi itu.

- Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.

- Depresi

Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari

kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.

- Reaksi formasi

Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang

berlawanan dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

d. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

1) Menyerang atau menghindar (Fight or flight)

Pada keadaan ini respon fisiologi timbul karena kegiatan sistem saraf

otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan

tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,

mual, sekresi HCL meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga

meningkat, disertai ketegangan otot seperti; rahang terkatup, tangan

(8)

2) Menyatakan secara asertif (Asseartiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif.

Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat

mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara

fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga

dapat mengembangkan diri.

3) Memberontak (Acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik

perilaku untuk menarik perhatian orang lain.

4) Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan.

D. Psikopatologi

Stres, cemas harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan

marah. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun

internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif

maupun destruktif.

Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan

kata-kata yang dapat dimengerti dan di terima tanpa menyakiti hati orang

(9)

akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya

perasaan marah dapat teratasi.

Rasa marah yang di ekspresikan secara destruktif, misalnya dengan

perilaku agresif dan menentang biasanya cara tersebut justru menjadikan

masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukan

pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Perilaku yang submisif seperti menekan perasaanan marah karena

merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan

diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan

yang demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada

suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan

(10)

Gambar II. 2 .Psikopatologik

Sumber : Beck, Rowlin dan Williams (1996) Ancaman atau kebutuhan

Stres

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak kuat

Menantang Menjaga kebutuhan orang lain Melarikan diri

Berkepanjangan Ketegangan menurun Mengingkari marah

Rasa marah teratasi Marah tidak terungkap

Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

(11)

E. Manifestasi Klinis 1. Fisik

Muka merah dan tegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan

mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir.

2. Verbal

Bicara kasar, suara tinggi, membentak, berteriak, mengancam secara

verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, ketus.

3. Perilaku

Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,

melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.

4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut.

5. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8. Perhatian

(12)

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian,

Perencanaan/Intervensi, Pelaksanaan/Implementasi dan Evaluasi, yang

masing-masing berkesimbungan serta memerlukan kecakapan ketrampilan

profesional tenaga keperawatan.

1. Pengumpulan data

a. Aspek biologis

Respon fisiologi timbul karena kegiatan sistem saraf otonom

bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan

darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,

pengeluaran urine maningkat. Ada gejala yang sama dengan

kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot

seperti rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh kaku dan

refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan

saat marah bertambah.

b. Aspek emosinal

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak

berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain,

mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan

(13)

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui

proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk

beradaptasi dengan lingkungan yang selajutnya diolah dalam

proses intelektual sebagai suatu pengalaman.

d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan

ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan

orang lain. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan

mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa

sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan

disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan

individu itu sendiri, menjauhkan dari orang lain, menolak

aturan.

e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu

dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang

dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan

dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

2. Klasifikasi data

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2

yaitu data subyektif dan obyetif. Data subyektif adalah data yang

(14)

melalui wawancara dengan klien dan keluarga. Sedangkan data

obyektif yang ditemukan secara nyata. Data didapatkan melalui

observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

3. Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data obyektif dapat menentukan

permasalahan yang dihadapi klien dengan memperhatikan pohon

masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah

tersebut. Dari hasil analisa data inilah diagnosa keperawatan dapat

(15)

G. Pohon Masalah

Akibat

Masalah utama

Penyebab

Gambar II. 3. Pohon masalah Perilaku Kekerasan (Sumber : Keliat. 2006)

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

(16)

H. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan pada perilaku kekerasan menurut Keliat. (2006)

meliputi :

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Perilaku kekerasan

c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

d. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

e. Isolasi sosial

f. Berduka disfungsional

g. Inefektif proses terapi

h. Ketidakefektifan koping keluarga

I. Diagnosa Keperawatan a. Perilaku Kekerasan

b. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

(17)

J. Fokus Intervensi

a. Perilaku Kekerasan Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan

dengan orang lain

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria hasil :

- Klien mau membalas salam

- Klien mau berjabat tangan

- Klien mau menyebutkan nama

- Klien mau tersenyum

- Klien mau mengetahui nama perawat

Rencana Keperawatan :

- Bina hubungan saling percaya ; salam terapeutik,

empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan

interaksi.

- Panggil klien dengan nama panggilan yang

disukai.

- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak

menantang.

- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

- Beri rasa aman dan empati.

(18)

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan perasaannya

- Klien dapat mengungkapkan penyebab marah

(dari diri sendiri, orang lain atau lingkungan)

Rencana keperawatan :

- Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

- Bantu klien mengungkapkan perasaan

- Bantu klien mengungkapkan perasaan

jengkel/kesal

- Dengarkan ungkapan rasa kesal/marah dan

perasaan bermusuhan klien dengan sikap

tenang

TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah

- Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala

marah/kesal yang dialami

Rencana keperawatan :

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan

(19)

- Observasi tanda perilaku kekerasan

- Simpulkan bersama klien tanda jengkel/kesal

yang dialami klien

TUK IV : Klien dapat mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

- Klien dapat bermain peran sesuai perilaku

kekerasan yang dilakukan

- Klien dapat mengetahui cara yang biasa

dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Rencana keperawatan :

- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan

- Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku yang

biasa dilakukan

- Tanyakan “Apakah dengan cara yang dilakukan

(20)

TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang

digunakan oleh klien : akibat pada klien sendiri,

orang lain dan pada lingkungan

Rencana keperawatan :

- Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang

digunakan

- Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara

yang digunakan

- Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru

yang sehat

TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap marah

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan

perilaku kekerasan secara fisik : tarik nafas

dalam, pukul kasur dan bantal

- Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk

mencegah perilaku kekerasan

- Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yng

(21)

meminta dengan baik, menolak dengan baik,

mengungkapkan perasaan dengan baik

- Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang

biasa dilakukan

- Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang

dipilih

- Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara

pencegahan fisik, verbal/sosial, spiritual, dan obat

yang telah dipelajari sebelumnya

- Klien mengevaluasi kemampunnya dalam

melakukan cara fisik, verbal/sosial, spiritual dan

obat sesiau jadwal yng telah disusun

Rencana keperawatan :

- Tanyakan pada klien “Apakah ia mau

mempelajari cara baru mengontrol perilaku

kekerasan yang sehat”

- Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat

- Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,

memukul bantal atau kasur

- Secara verbal : katakan bahwa anda sedang

(22)

- Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara

marah yang sehat, latihan asertif, latihan

menejemen perilaku kekerasan

- Secara spiritual : berdoa dan sholat

TUK VII : Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan

Kriteria hasil :

- Klien mampu memilih cara yang mau dilatih

- Klien mengetahui manfaat dari cara yang telah

dipilih

Rencana keperawatan :

- Bantu klien memilih cara yang tepat

- Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang

telah dipilih

- Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam stimulasi

- Anjurkan klien menggunakan cara yang telah

dipilih saat jengkel/marah

TUK VIII : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Kriteria hasil : Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat

(23)

Rencana keperawatan :

- Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien

dari sikap yang telah dilakukan keluarga selama

ini

- Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat

klien

- Jelaskan cara-cara merawat klien

- Cara mengontrol perilaku kekerasan secara

konstruktif

- Sikap tenang, bicara tenang dan jelas

- Membantu klien mengenal penyebab marah

- Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat

klien

- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya

setelah melakukan demonstrasi

TUK IX : Klien dapat menggunakan obat yang benar (sesuai program)

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu

minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5

benar : benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara

(24)

- Klien mampu mendemonstrasikan minum obat

sesuai dengan jadwal yang ditentukan

- Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara

pencegahan dengan minum obat

- Klien mengevaluasi kemampuannya dalam

mematuhi minum obat

Rencana keperawatan :

- Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien

pada klien dan keluarga

- Diskusikan manfaat obat dan kerugian berhenti

minum obat tanpa seijin dokter

- Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien,

obat, dosis, cara, dan waktu)

- Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau

dokter jika merasa efek tidak menyenangkan

- Beri pujian jika klien meminum obat dengan

(25)

a. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria hasil :

- Klien mau membalas salam

- Klien mau berjabat tangan

- Klien mau menyebutkan nama

- Klien mau tersenyum

- Klien mau mengetahui nama perawat

Rencana keperawatan :

- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,

empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan

interaksi

- Panggil klien dengan nama panggilan yang

disukai

- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak

menantang

- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

- Beri rasa aman dan sikap empati

- Lakukan kontak singkat tapi sering

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki

Kriteria hasil : Klien mengingat mengungkapkan kemampuan positif

(26)

Rencana keperawatan :

- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki klien

- Setiap bertemu klien hindari memberi penilaian

yang negatif

- Utamakan memberikan pujian realistis

TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan

Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan kemampuan yang

masih dapat digunakan selama sakit

Rencana keperawatan :

- Diskusikan dengan klien kemampuan yang

digunakan selama sakit

- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

penggunaannya

TUK IV : Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Kriteria hasil : Klien dapat memilih kegiatan yang masih bisa

dilakukan selama di Rumah Sakit (kegiatan mandiri,

kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang

(27)

Rencana keperawatan :

- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan: • Kegiatan mandiri

• Kegiatan dengan bantuan sebagian

• Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

- Tingkatkan bantuan yng sesuai dengan toleransi

kondisi klien

- Beri contoh dalam cara pelaksanaan kegiatan

yang boleh dilakukan klien

TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan lainnya

Kriteria hasil :

- Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan yang

telah dipilih

- Klien dapat mengevaluasi kemampuannya dalam

melakukan kegiatan yang dipilih

Rencana keperawatan :

- Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba

kegiatan yang telah direncanakan

- Beri pujian atas keberhasilan klien

(28)

Strategi Pelaksanaan (SP) Resiko Perilaku Kekerasan Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan

dengan orang lain

SP 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi, tanda-tanda / gejala, perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan, akibat, cara

mengontrol dan dapat mempraktekkan cara

mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 : tarik

nafas dalam

SP 2 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik 2 (memukul bantal / kasur) untuk mencegah perilaku

kekerasan

SP 3 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial / verbal untuk mencegah perilaku kekerasan

SP 4 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan

SP 5 : Klien dapat mendemoonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan

SP 1 Keluarga : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Gambar

Gambar II. 1. Rentang Respons Neurobiologis
Gambar II. 2 .Psikopatologik
Gambar II. 3. Pohon masalah Perilaku Kekerasan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat keterkaitan ini, maka dirumuskan model ekonometrika yang merupakan model simultan dengan persamaan terdiri dari 11 persamaan perilaku dan 2 persamaan identitas,

Lagian untuk kegiatan masyarakat begini kalau sudah ada yang memulai ya kita harus mendukung, mumpung yang mau menggerakkan juga semangat kita juga harus

Tentu menjadi sebuah pertanyaan dan evaluasi tentang kedudukan Ombudsman Republik Indonesia mengingat bahwa lembaga tersebut tidak memiliki kewenangan dalam memberikan

Untuk mengestimasi dan meng-kuantisasi medan-medan vektor, sering dengan cara mengukur / kuantisasi aliran medan vektor tersebut ( atau netto aliran masuk dan keluar ). baik

(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Sumber dana dari Bank dan lembaga keuangan non Bank biasanya dapat diperoleh dengan pemenuhan persyaratan yang telah ditentukan dan berprinsip pada 5C, yaitu Character

Tabulasi Silang antara Identitas dengan Data Penunjang pada Responden yang Tidak Puas dalam Hal Kesempatan Mendapatkan Promosi.