• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Namun dengan pesatnya perkembangan industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit (Kasryno et al. 2008).

Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum. Perluasan areal tanam dan penggunaan benih hibrida dan komposit unggul telah meningkatkan produksi jagung dari 9,35 juta ton pada tahun 2001 menjadi 13,88 juta ton pada tahun 2008, namun belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga impor masih diperlukan. Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,63% per tahun. Pada tahun 2015 produksi jagung diharapkan telah mencapai 17,93 juta ton. Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat terbuka baik melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,43 t/ha) maupun pemanfaatan potensi lahan yang masih luas utamanya di luar Jawa (Zubachtirodin et al. 2007).

Namun dalam pengembangan jagung nasional, masih ditemukan beberapa masalah antara lain: 1) Produksi tidak merata setiap bulannya, sehingga pada waktu tertentu pabrik pakan kekurangan bahan baku jagung, 2) Lemahnya permodalan petani, terutama untuk penyediaan sarana produksi pertanian dan

(2)

pada waktu tertentu beberapa sarana itu sulit diperoleh, 3) Produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan, sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan banyak produksi jagung yang mengalami kerusakan, 4) Belum adanya jaminan harga pada saat panen raya, 5) Lemahnya kelembagaan petani jagung, sehingga harga ditentukan oleh konsumen, tengkulak, dan pengumpul, 6) Masih terbatasnya benih hibrida di tingkat petani merupakan salah satu masalah dalam upaya percepatan peningkatan produksi (Purwanto 2007).

Pasokan jagung sangat tergantung pada musim tanam sehingga tanpa sistem penyimpanan yang baik bisa dipastikan akan terjadi pasokan berlebihan pada saat panen raya dan kekurangan pasokan pada saat antara panen atau gangguan cuaca buruk dan serangan hama penyakit. Tingkat harga bervariasi tajam akibat fluktuasi pasokan tersebut, sehingga menimbulkan risiko ketidakpastian harga dan pasokan. Pada saat panen raya, suplai melimpah menyebabkan harga jagung dalam negri jatuh dan mendorong pedagang hasil bumi untuk mengekspor ke luar negri. Sebaliknya pada saat paceklik, harga jagung lokal naik dan mendorong pedagang untuk mengimpor jagung. Apabila ikut diperhitungkan dengan faktor nilai tukar rupiah yang sangat fluktuatif, maka harga jagung bisa menjadi sangat mahal, sehingga menimbulkan risiko produksi. Daya simpan untuk menghindari variasi pasokan dan harga di kalangan produsen masih rendah, sehubungan masih sedikit tersedianya silo penyimpanan dan pengeringan jagung di sentra-sentra produksi jagung. Penyimpanan sederhana yang terlalu lama di tingkat petani atau pengumpul akan meningkatkan kandungan aflatoksin pada jagung yang menurunkan kualitas komoditi tersebut, sehingga menimbulkan risiko mutu produk dan penurunan harga. Oleh karena itu perlu antisipasi keadaan ini dengan penguatan produksi jagung nasional dengan penerapan pasca panen dan peningkatan produktifitas di tingkat petani serta kestabilan pasokan jagung dalam negeri.

Disamping itu petani umumnya menjual hasil jagung hanya ke pedagang pengumpul atau ke pasar (pedagang penyalur kota atau pengecer di pasar umum). Dengan demikian, harga yang diterima petani relatif lebih rendah dan fluktuatif. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi petani, sebab tidak adanya jaminan

(3)

harga yang layak (Sarasutha et al. 2007). Hal ini memunculkan sejumlah persoalan tidak lancarnya pasokan, tidak proporsionalnya pembagian risiko, nilai tambah dan keuntungan antar pelaku, rendahnya mutu dan keamanan produk, tidak efisiennya biaya sepanjang rantai pasokan serta melonjaknya harga produk. Petani, sebagai penyedia bahan baku adalah pelaku utama yang menderita kerugian dalam distorsi tersebut, yaitu menanggung porsi risiko yang lebih besar dan menerima porsi keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model yang dapat digunakan untuk menentukan harga secara bersama-sama dalam jaringan pasokan jagung sehingga tercipta distribusi risiko yang seimbang dengan negosiasi yang adil. Salah satu mekanismenya adalah dengan melakukan manajemen risiko dan penyeimbangan risiko rantai pasok jagung, sehingga tercipta distribusi keuntungan yang seimbang antar tingkatan rantai pasok.

Untuk dapat membuat mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok, diperlukan penelitian tetang manajemen risiko rantai pasok dan distribusi jagung nasional dengan melibatkan berbagai stakeholder yang berkepentingan dalam bisnis tersebut. Karena permasalahan manajemen risiko tersebut melibatkan berbagai tingkatan pelaku dalam rantai pasok jagung dan bersifat probabilistik dengan ketidakpastian yang tinggi dan dinamis serta tidak terstruktur yang menyangkut risiko yang dihadapi oleh masing masing stakeholder maka perlu pendekatan sistem dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu metode pengambilan keputusan cerdas dalam manajemen risiko rantai pasok produk/ komoditas jagung dengan menggunakan pendekatan sistem komputasi lunak (Soft Computing) seperti fuzzy logic, fuzzy inference, optimisasi fuzzy dan kecerdasan buatan.

Manajemen risiko rantai pasok oleh Chapman et al. (2002) didefinisikan sebagai identifikasi dan manajemen risiko dalam rantai pasok dan risiko ekternalnya melalui pendekatan koordinasi di antara anggota rantai pasok untuk mengurangi terganggunya rantai pasok secara keseluruhan. Manajemen risiko rantai pasok berfokus pada bagaimana memahami dan menanggulangi pengaruh berantai ketika suatu kecelakaan yang besar atau kecil terjadi pada suatu titik dalam jaringan pasokan. Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok

(4)

terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas et al. 2004; Norrman & Lindroth 2004). Risiko rantai pasok dapat diakibatkan dari satu perusahaan dalam rantai pasok, atau keterhubungan antar organisasi dalam jaringan pasokan, atau antar jaringan pasokan dan lingkungannya, yang akan menyebabkan kerugian finansial secara menyeluruh atau bahkan mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu pengendalian risiko rantai pasok agar dapat menghindarkan akibat berkelanjutan yang dapat terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan (Karningsih et al. 2007).

Penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan manajemen risiko rantai pasok adalah Hallikas et al. (2002); Jutner et al. (2003); Harland et al. (2003); Cavinato (2004); Chopra dan Sodhi (2004); Christopher dan Peck (2004); Wu et al. (2006); Li et al. (2007) dan Lee (2008). Kebanyakan penelitian ini mendiskusikan manajemen risiko rantai pasok pada bidang manufaktur. Beberapa studi manajemen risiko rantai pasok bidang agroindustri adalah Diersen dan Garcia (1998); Diaz dan Hansel (2007); Jaffee et al. (2008); Deep dan Dani (2009). Akan tetapi kajian tersebut belum mengidentifikasi risiko setiap tingkatan rantai pasok dan melakukan penyeimbangan risiko antar tingkatan. Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada masalah tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas untuk menajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang efektif dan efisien serta responsif guna membantu pemangku kepentingan pada setiap tingkatan rantai pasok untuk membuat keputusan cerdas secara cepat. Adapun secara khusus tujuan antara dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengembangkan model identifikasi evaluasi dan mitigasi risiko rantai pasok yang efektif dan efisien

b) Untuk mengembangkan model manajemen risiko, khususnya dalam hal penyeimbangan risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung.

(5)

c) Mengembangkan basis pengetahuan sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung dengan fokus kajian yang bersifat komprehensif, lintas sektoral dan multi disiplin, sehingga teridentifikasi risiko rantai pasok yang dominan dan prioritas penanganan risiko.

d) Mengembangkan model-model cerdas untuk pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung melalui pengembangan model-model yang mampu mengolah pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan memanfaatkan kemampuan teknik pengambilan keputusan kriteria jamak dan multi hierarki serta soft computing yang mencakup teknik fuzzy inferences dan fuzzy logic.

e) Membuat prototipe sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung pada berbagai strata pengambil keputusan dan tingkatan rantai pasok.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dengan tersedianya sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:

a) Dapat digunakan untuk menangani risiko rantai pasok dan mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya.

b) Model pengukuran risiko yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kejadian risiko dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok secara keseluruhan.

c) Untuk meningkatkan kewaspadaan pada semua pelaku rantai pasok terhadap munculnya risiko yang dapat mempengaruhi kinerja rantai pasok secara keseluruhan.

d) Dapat mempermudah melakukan pengawasan risiko dan penanganannya sehingga menajemen risiko menjadi lebih efektif dan efisien.

e) Dapat membantu pemangku kepentingan dalam membuat perencanaan manajemen rantai pasok dengan pertimbangan meminimalkan risiko dan optimalisasi keuntungan.

(6)

f) Sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung berbasis web yang dihasilkan dapat diakses oleh setiap stakeholder rantai pasok, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya risiko dalam rantai pasok untuk mengantisipasinya secara bersama dan interaktif.

g) Strategi dan tindakan penanganan risiko rantai pasok produk dan komoditas jagung, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif solusi bagi setiap stakeholder dalam penanganan risiko rantai pasok.

h) Memberikan gambaran pengukuran risiko rantai pasok komoditas jagung terhadap petani, pengumpul, agroindustri dan distributor.

1.4. Perumusan Masalah Penelitian

Perancangan sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas menajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung membutuhkan analisis yang komprehensif mengenai faktor-faktor terjadinya risiko, tingkat kejadian risiko dan dampak risiko, pelaku yang menghadapi risiko dan bagaimana menghadapi risiko rantai pasok sehingga diperoleh suatu model pengambilan keputusan yang memadai bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok. Beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penelitian ini diantaranya adalah:

a) Bagaimana bentuk model manajemen risiko serta basis pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang mudah digunakan oleh setiap pemangku kepentingan. b) Faktor dan sumber risiko rantai pasok komoditas jagung apa saja yang perlu

dikendalikan oleh tiap tingkatan rantai pasok.

c) Bagaimana mekanisme untuk menyeimbangankan risiko rantai pasok, sehingga tercipta distribusi keuntungan pada setiap tingkatan.

d) Tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk menangani risiko rantai pasok produk dan komoditas jagung sehingga tercipta ditribusi risiko rantai pasok yang seimbang

e) Bagaimana model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas yang sesuai untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen risiko rantai

(7)

pasok produk atau komoditas jagung sehingga tercipta suatu mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok.

1.5. Ruang Lingkup

Guna memfokuskan penelitian dengan berbagai keterbatasan dan kendalanya maka penelitian pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:

a) Verifikasi dan validasi model yang dihasilkan dalam penelitian ini digunakan data manajemen risiko rantai pasok jagung di Jawa Tengah.

b) Pemodelan manajemen risiko dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang berkaitan dengan permintaan (demand), produksi (supply), penggudangan (stocking) dan distribusi jagung untuk mendukung program ketahanan pangan. c) Sistem pendukung keputusan yang akan dirancang merupakan sistem

pendukung keputusan manajemen risiko rantai pasok secara vertikal.

d) Tingkatan rantai pasok yang dikaji dalam penelitian adalah petani, pengumpul, agroindustri pakan unggas, distributor pakan unggas dan peternak unggas sebagai konsumen.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga didapatkan hasil pelatihan dengan arsitektur BPNN dengan nilai RMSE terkecil yang dibandingkan nilai RMSE dengan nilai prediksi yang hanya menggunakan data

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan protein kasar dan serat kasar pada fermentasi

Hasil yang dicapai dalam pembuatan Rekayasa Perangkat Lunak Aplikasi dictionary by dekstop ini adalah untuk memudahkan masyarakat/user dalam mencari kosa kata dari

Lingkungan kerja yang harus diperhatikan bukan hanya tentang lingkungan kerja fisik saja tetapi juga tentang lingkungan kerja non fisik yaitu hubungan antara satu karyawan

Hal ini bisa terjadi karena penambahan volume frother ke dalam limbah yang mengandung Ag tidak memberikan efek negatif terhadap ikatan non-polar antara kenaikan jumlah partikel

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

Biaya makan per orang per hari merupakan biaya yang dibutuhkan , untuk menyelenggarakan makanan. menghitung biaya makan per orang per har! adalah j'jmlah output dari

Pada saat pergi baralek tamu yang dipanggia datang membawa barang bawaan berupa bungkuhan yang diisi dengan boreh puluik (beras ketan) 1 liter dan boreh sorai