• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - REQZI SYAHRIAL BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - REQZI SYAHRIAL BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan produksi industri manufaktur per kuartal III 2015 sebesar 4,22% masih di bawah proyeksi perekonomian nasional yang dibuat Bank Indonesia pada periode yang sama sebesar 4,85%. Hal itu mengindikasikan terjadinya tekanan terhadap industri manufaktur nasional, meski pemerintah telah memberikan sejumlah insentif.

Relatif rendahnya produksi industri manufaktur per kuartal III 2015 sebenarnya sudah tergambar dari survei indeks manajer pembelian (PMI) yang dilakukan The Nikkei/Markit, PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2015 anjlok ke level 47,3 dari 47,8 pada Juni. Sebagai catatan, dari skala 0 hingga 100, level di bawah 50 menunjukkan terjadinya kontraksi dan sebaliknya di atas 50 terjadi pertumbuhan.

Hasil survei itu mengindikasikan dengan kondisi ekonomi yang memburuk, pabrik di Indonesia melepas tenaga kerja pada level tercepat sejak survei dimulai pada 2011. Kondisi itu terjadi karena pesanan baru dari domestik maupun luar negeri menurun pada Juli 2015, seiring pelemahan ekonomi dan jatuhnya kepercayaan pemesan. Hal itu mengisyaratkan awal yang lemah untuk pertumbuhan industri di kuartal III 2015.

(2)

Pelemahan ekonomi serta depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada semester awal tahun 2015 menjadi pemicu memburuknya kondisi industri manufaktur. Sejumlah industri yang mengalami penurunan penjualan di atas 30% terpaksa menurunkan utilisasi pabrik, bahkan ada yang telah merumahkan pekerja. (Sumber: Duniaindustri.com). Faktor tersebut juga bisa menjadi potensi kebangkrutan suatu perusahaan yang tercermin dari laporan keuangan yang diterbitkan.

Menurut Kamaludin dan Pribadi (2011) laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan.

(3)

Financial distress merupakan kondisi keuangan yang terjadi sebelum kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Atmini (2005) dalam Kamaludin dan Pribadi (2011) financial distress adalah konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi di mana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi hutang dan default. Ketidakmampuan melunasi hutang menunjukkan kinerja negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat

menyebabkan tindakan hukum.

Model financial distress perlu dikembangkan agar financial distress bisa diketahui sejak dini, dengan harapan dapat dilakukan antisipasi dengan tindakan yang dapat menjauhkan dari kebangkrutan perusahaan. Dari analisa laporan keuangan dapat diketahui tingkat kesehatan dan potensi kebangkrutan yang dimiliki perusahaan. Dengan analisis laporan keuangan perusahaan dapat diketahui perkembangan, kondisi serta hasil yang telah dicapai sejauh ini. Selain itu dari laporan keuangan dapat diketahui kelemahan dan kemajuan yang dialami perusahaan.

(4)

Menurut Andre (2013) Perusahaan yang mengalami financial distress pada umumnya rasio profitabilitasnya negatif. Sementara itu rasio likuditas perusahaan yang mengalami financial distress umumnya berada di bawah 1, yang berarti asset lancar perusahaan tidak mampu menutupi utang lancar perusahaan. Rasio leverage perusahaan yang mengalami financial distress pada umumnya lebih besar dari 1, artinya jumlah utang perusahaan lebih besar dibandingkan total asset perusahaan.

Penelitian tentang pengaruh financial distress dengan menggunakan rasio keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dalam penggunaan rasio profit margin penelitian yang dilakukan Kamaludin dan Pribadi (2011) menunjukkan

bahwa profit margin dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Besar kecilnya nilai profit margin akan mempengaruhi kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress atau tidak. Penelitian yang dilakukan Haq (2013) juga menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh terhadap financial distress. Namun, menurut Saputra (2013) rasio profit margin tidak mempunyai kemampuan dalam memprediksi financial distress.

(5)

menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan. Widhiari dan Merkusiwati (2015) juga menyimpulkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI 2010-2013. Berbeda dengan Andre (2013) yang menyimpulkan bahwa rasio likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi financial distress. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasional dan melunasi kewajiban jangka pendek. Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil.

Selain likuiditas, rasio profitabilitas adalah salah satu rasio yang dapat menjadi pengaruh timbulnya financial distress. Profitabilitas tinggi suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Rasio profitabilitas menjadi salah satu indikator pengukuran yang digunakan beberpa peneliti untuk memprediksi terjadinya financial distress. Rahmy (2015) mengungkapkan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.

(6)

membuat perusahaan memperoleh kecukupan dana untuk operasional dan terhindar dari kesulitan keuangan. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distress semakin kecil, dan begitu pula sebaliknya.

Selanjutnya adalah rasio financial leverage. Rasio financial leverage digunakan untuk mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang dari suatu perusahaan. Andre (2013) mengungkapkan bahwa financial leverage mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Kamaludin dan Pribadi (2011) di mana rasio financial leverage dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress. Hasil berbeda dinyatakan oleh

Mas’ud dan Srengga (2012), di mana hasil penelitian yang dilakukannya

menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

(7)

mengungkapkan bahwa rasio pertumbuhan penjualan tidak mempunyai kemampuan dalam memprediksi financial distress.

Dari sisi operasional perusahaan terdapat rasio operating capacity. Operating capacity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memaksimalkan penggunaan asetnya untuk menghasilkan suatu penjualan. Widhiari dan Merkusiwati (2015) menunjukkan bahwa rasio operating capacity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress. Hanifah dan Purwanto (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa operating capacity berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hasil berbeda diungkapkan oleh Yustika (2015), di mana operating capacity tidak mempunyai pengaruh terhadap financial distress.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Widhiari dan Merkusiwati (2015) dengan judul pengaruh rasio likuiditas, leverage, operating capacity, dan sales growth terhadap financial distress. Pentingnya penelitian ini

dilakukan karena sejauh ini industri manufaktur belum bisa terlepas sempurna dari bayang-bayang kontraksi yang dialami semenjak awal tahun 2015, kontraksi yang semakin pelik bisa saja menimbulkan permasalahan keuangan dibeberapa perusahaan. Hal terparah yang bisa ditimbulkan kontraksi industri manufaktur yang berkelanjutan adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dimasa mendatang.

(8)

barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2012-2015, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Dalam penelitian ini juga menambahkan variabel profit margin dan profitabilitas. Alasan peneliti menambah variabel profit margin dan profitabilitas dikarenakan beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan variabel profit margin dan profitabilitas menunjukkan adanya inkonsistensi hasil penelitian.

Perusahaan sektor industri barang konsumsi dipilih sebagai objek penelitian karena kebanyakan penelitian sebelumnya hanya menguji pada semua perusahaan manufaktur sedangkan untuk penelitian yang lebih terfokus pada satu sektor saja terutama sektor industri barang konsumsi masih jarang dilakukan. Selain itu adanya persaingan yang ketat di dalam industri tersebut yang ditimbulkan karena seringnya masyarakat menggunakan dan mengkonsumsi produk dari perusahaan sektor barang konsumsi menimbulkan opini masyarakat yang beragam. Masyarakat sering membeda-bedakan produk sesuai dengan harga dan keunggulan kualitas merk tertentu. Hal ini dapat memicu ketimpangan penjualan di antara perusahaan yang akan berimbas pada kemungkinan terkena financial distress.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

(9)

2. Apakah rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress?

3. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress?

4. Apakah rasio financial leverage berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress?

5. Apakah rasio pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress?

6. Apakah rasio operating capacity berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress?

1.3Pembatasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang diteliti, maka peneliti hanya sebatas menguji kemampuan variabel rasio profit margin, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, rasio pertumbuhan penjualan dan rasio operating capacity dalam mempengaruhi kondisi financial distress pada

perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

(10)

2. Untuk menguji apakah rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress.

3. Untuk menguji apakah rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress.

4. Untuk menguji apakah rasio financial leverage berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress.

5. Untuk menguji apakah rasio pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress.

6. Untuk menguji apakah rasio operating capacity berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan peneliti mengenai pengaruh financial distress dengan menggunakan rasio keuangan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa menjadi referensi dan pembanding untuk penelitian dengan jenis yang sama dimasa mendatang.

3. Bagi Akademik

Referensi

Dokumen terkait

IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, dan mempertimbangkan bahwa Perjanjian yang dilakukan oleh Perseroan tidak melebihi 0,5% (nol koma

If my services don’t actually stop, it is most likely because I don’t have administra- tor rights to my customer or, if I am on Windows Vista, I need to run the script in an

Tanggapan responden tentang ada tidaknya pengaruh peran serta masyarakat adalah salah satu faktor dari budaya hukum yang mempengaruhi terhadap Efektivitas

Implementasi Regresi Linear pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan Syariah

Skripsi berjudul Pengembangan dan Validasi Metode Klt-Densitometri untuk Penetapan Kadar Akrilamida pada Ubi Jalar Berumbi Putih Goreng telah diuji dan disahkan oleh

Efektivitas dan kenyamanan dalam penggunaan ekstrak etanolik bunga kembang sepatu pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara diformulasikan menjadi bentuk sediaan gel,

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,

Tunjukkan cara kerja anda (jika perlu) dan lukiskan litar pada ruang yang disediakan serta nyatakan kos yang diperlukan (jika anda menggunakan litar penyahkod atau