• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

OBJEK DAN METODA PENELITIAN

3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Mampang Prapatan merupakan pemecahan/pemekaran dari KPP Jakarta Selatan Empat yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 276/KMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989.

KPP Jakarta Selatan Empat yang semula berkedudukan di Jalan Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, wilayah kerjanya meliputi 4 (empat) kecamatan, yaitu:

a. Kecamatan Mampang Prapatan, b. Kecamatan Pancoran,

c. Kecamatan Pasar Minggu, dan d. Kecamatan Jagakarsa.

Dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, KPP Jakarta Selatan Empat dipecah menjadi dua KPP yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Mampang Prapatan, dengan wilayah kerja meliputi Kecamatan Mampang dan Kecamatan Pancoran; 2. Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pasar Minggu, dengan wilayah kerja

meliputi Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa.

Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang

(2)

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Wilayah, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak serta Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan, maka KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan dipecah menjadi KPP Jakarta Mampang Prapatan dan KPP Jakarta Pancoran.

Berdasarkan SK tersebut, wilayah kerja KPP Prapatan Jakarta Mampang Prapatan meliputi Kelurahan Kuningan Barat, Kelurahan Mampang Prapatan, Kelurahan Pela Mampang, Kelurahan Tegal Parang, dan Kelurahan Bangka KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan hingga saat ini berkedudukan di Jalan Pasar Minggu No.1, Jakarta Selatan.

3.1.2 Wilayah Kerja KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Wilayah Administrasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan meliputi kecamatan Mampang Prapatan yang terdiri atas lima kelurahan, yakni:

a. Kelurahan Bangka, b. Kelurahan Pela Mampang, c. Kelurahan Tegal Parang, d. Kelurahan Kuningan Barat, dan e. Kelurahan Mampang Prapatan.

Batas wilayah administrasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatanadalah sebagaiberikut:

a. Sebelah Utara: Jl. Duren Bangka, Jl. Gatot Subroto, dan Kecamatan Setia Budi;

(3)

b. Sebelah Barat: Jl. Kali Krukut dan Kecamatan kabayoran Baru; c. Sebelah Timur: Jl. Kemang Timur, Sungai Mampang, Jl. Duren

Bangka, Sungai Cideng dan Kecamatan Pancoran;

d. Sebelah Selatan: Jl. Kemang Selatan XII, Jl. Kemang Timur V, Jl. Mampang Prapatan XVI, Jl. Mampang Prapatan XV, dan Kecamatan Pasar Minggu.

Seksi pengawasan dan konsultasi di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan terbagi menjadiempat berdasarkan wilayah kerjanya. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Seksi Waskon I, wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Bangka; b. Seksi Waskon II, wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Pela

Mampang;

c. Seksi Waskon III, wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Tegal Parang; d. Seksi Waskon IV, wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Mampang

Prapatan dan Kuningan Barat.

Gambaran umum wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan wilayah pemukiman penduduk, seperti perumahan, ruko, dan apartemen;

b. Merupakan wilayah usaha/perdagangan yang besar. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat usaha yang dibangun oleh penduduk setempat;

(4)

Gambar 3.1

Wilayah Administrasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

(5)

3.1.3 Visi, Misi dan Motto KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem Administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesional yang tinggi.

Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

Motto KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Melayani dengan SENYUM ( Siaga Empati Nyaman Unggul Mudah).

3.1.4 Sistem Administrasi Modern

Penerapan Sistem administrasi perpajakan modern pasti akan membawa konsekuensi perubahan yang mendasar baik dalam hal struktur organisasi maupun dalam implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak. Struktur organisasi dalam sistem administrasi modern dirancang berdasarkan fungsi yang meliputi:

1. Fungsi pelayanan

Dilaksanakan oleh Seksi Pelayanan dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

(6)

2. Fungsi Penegakan Hukum

Dilakukan oleh Seksi Pemeriksaan dan Fungsional, Seksi Penagihan dan Ekstensifikasi.

3. Fungsi Pendukung

Dilakukan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan Sub Bagian Umum.

Pada kantor yang menggunakan sistem administrasi modern, fiskus wajibmemberikan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Oleh karena itu, telah ditunjuk Account Representative (AR) yang berfungsi untuk menjembatani antara Kantor Pelayanan Pajak dengan Wajib Pajak untuk memberikan bimbingan dan konsultasi kepada Wajib Pajak secara optimal dan profesional dengan kewenangan dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan secara langsung, serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Dalam rangka memudahkan pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak serta meningkatkan produktivitas fiskus, kantor ini didukung sepenuhnya oleh sistem administrasi yang berbasis komputer dengan menerapkan Case Management System (Manajemen kasus) dan Work Flow System (Alur Kerja), yang memungkinkan setiap proses kegiatan dapat diukur dan dikontrol.

Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjalankan pemerintah yang bersih dan berwibawa, serta mendukung terciptanya Good Corporate Covernance, maka setiap pegawai wajib menandatangani Kode Etik Pegawai

(7)

yang menjadi standar perilaku. Kode etik ini mengatur secara jelas kewajiban, larangan dan sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut.

Adapun keunggulan dari Sistem Administrasi Modern sebagai berikut:

1. Adanya pemisah fungsi yang lebih jelas antara fungsi pelayanan, pengawasan, pembinaan, pemeriksaan dan keberatan.

2. Fungsi pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak menjadi lebih efektif karena dilakukan oleh Account Representative (AR). Setiap Wajib Pajak mempunyai seorang AR yang siap memberikan konsultasi masalah perpajakan, sehingga penanganannya menjadi lebih cepat dan dapat dimonitor.

3. Terciptanya efisensi dan minimalisasi birokrasi dalam proses pelaksanaan pekerjaan baik untuk pelayanan, pengawasan maupun pemeriksaan sehingga Cost Of Compliance relatif lebih rendah.

4. Manajemen Pemeriksaan menjadi lebih efisien dan efektif karena berada dalam satu unit dan didukung oleh sumber daya manusia yang telah dispesialisasikan pada masing-masing bidang pekerjaan.

5. Keamanan dan Keakuratan data Wajib Pajak semakin terjamin karena didukung oleh teknologi informasi yang telah menerapkan aplikasi online payment untuk pembayaran pajak, aplikasi e-SPT dan e-Filling untuk pelaporan SPT secara elektronik, dengan fasilitas untuk merekam, memelihara data, impor/ekspor data.

3.1.5 Susunan dan Tugas Organisasi 3.1.5.1 Seksi Pelayanan

(8)

Seksi Pelayanan bertugas untuk memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, antara lain menerima dan mengadministrasikan dokumen dan berkas Wajib Pajak, memberikan penyuluhan, registrasi Wajib Pajak serta menerbitkan produk hukum perpajakan, yang sebelumnya telah diproses oleh Seksi Waskon dan Seksi Pemeriksaan.

Dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada wajib pajak, Seksi Pelayanan didukung dengan sarana dan prasarana sebagai berikut:

1. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan di tempat pelayanan terpadu berupa penerimaan surat Wajib Pajak seperti Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Pemberitahuan (SPT) Masa/Tahunan, Surat Permohonan, dan surat-surat lainnya. Seluruh dokumen perpajakan yang disampaikan oleh Wajib Pajak cukup dilayani dalam satu loket pelayanan. Demi kelancaran dan kecepatan pelayanan, telah diterapkan sistem antrian dengan menggunakan queuing machune, sehingga Wajib Pajak akan selalu dilayani secara ‘ First Come First Serve’. Untuk kenyamanan dan ketersediaan informasi bagi Wajib Pajak, pada ruang tunggu tempat pelayanan terpadu dilengkapi dengan komputer touch screen,pamflet perpajakan, dispenser, dan surat kabar.

2. Help desk

Help desk berfungsi untuk memberikan bantuan informasi kepada Wajib Pajak mengenai masalah pendaftaran NPWP (registration), SPT, e-Filling, dan menjawab pertanyaan Wajib Pajak tentang peraturan perpajakan serta proses administrasi perpajakan lainnya. Help Desk dilayani oleh Account Representative.

(9)

3. Pengarsipan

Data setiap Wajib Pajak disimpan dalam ruangan khusus dan diarsipkan dengan sistem pengarsipan yang aman, sehingga data yang disimpan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

3.1.5.2 Seksi Pengawasan Dan Konsultasi

Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan terdiri dari Wajib Pajak badan, Wajib Pajak Orang Pribadi, dan WajibPajak PBB. Berdasarkan analisa penerimaan bahwa Wajib Pajak yang ada di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan digolongkan ke dalam 3 kelompok Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yakni: Industri, Perdagangan dan Jasa. Diantara ketiga kelompok bidang usaha tersebut, sektor Perdagangan merupakan sektor yang dominan dalam memberikan kontribusi penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan.

Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) membagi wilayah kerja berdasarkan kelurahan dimana Waskon 1 (satu) mengawasi Kelurahan Bangka, Waskon 2 (dua) mengawasi kelurahan Pela Mampang, waskon 3 (tiga) mengawasi kelurahan Tegal Parang, sedangkan Waskon 4 (empat) mengawasi kelurahan Mampang Prapatan dan Kuningan Barat, kemudian Waskon membagi Wilayah kerja tersebut kesetiap Account Representative berdasarkan Blok PBB.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,

(10)

bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajakdan konsultasi teknis perpajakan, peyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak serta evaluasi hasil banding, pengurangan PBB dan lain-lain.

2. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan bertugas mengelola administrasi kegiatan pemeriksaan pajak mulai dari membuat usulan pemeriksaan, membuat Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan mengadministrasikan hasil pemeriksaan. Seluruh kegiatan tersebut terekam dalam Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak (SIMPP), maupun Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak.

3. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan melaksanakan penagihan atas tunggakan Wajib Pajak yang dilakukan secara persuasif hingga penagihan aktif sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penagihan secara persuasif dilakukan dengan menghimbau secara lisan/tertulis kepada Wajib Pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya. Apabila Wajib Pajak belum melunasi tunggakan pajaknya setelah ditegur dalam upaya penagihan persuasif, maka selanjutnya dilakukan tindakan penagihan aktif berupa upaya paksa, sita dan lelang hingga pencekalan penanggung pajak.

4. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi pada dasarnya bertugas untuk melakukan pendataan dan penilaian (individual dan massal) objek PBB, pembuatan monografi fiskal, penyelesaian pendaftaran mutasi objek dan subjek pajak

(11)

PBB serta pencarian data dari pihak ketiga dalam rangka pemutakhiran bank data.

5. Seksi Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mengelola semua kebutuhan kantor termasuk karyawan, meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga diantaranya kenaikan pangkat, disiplin pegawai, penggajian pegawai, cuti, pengadaan saran / prasarana kantor, dan bahkan obat-obatan bagi pegawai dalam skala kecil juga disediakan. Semua aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana kantor pun turut menjadi tanggung jawab dari Sub Bagian Umum.

6. Seksi Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak

Pemeriksaan pajak yang dilakukan bertujuan untuk menguji tingkat kepatuhan wajib pajak dan dilaksanakan oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak. Dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak digunakan Teknik Audit Berbasis Komputer (TABK) untuk mendapatkan kualitas hasil pemeriksaan yang optimal. Selain itu, sinergi antara fungsional pemeriksa pajak dengan AR dari Wajib Pajak yang sedang diperiksa akan memberikan hasil pemeriksaan yang sesuai dengan kondisi aktual Wajib Pajak.

3.1.6 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Struktur organisasi di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan saat ini terdiri dari Subbagian Umum, seksi Pemeriksaan, seksi Ekstensifikasi Perpajakan, seksi Penagihan, seksi Pelayanan, seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), Seksi pengawasan dan konsultasi (Waskon) sebanyak empat

(12)

seksi, dan kelompok jabatan fungsional yang terdiri atas fungsional penilai dan fungsional. Gambar dari stuktur organisasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.2

Stuktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Sumber: KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang Prapatan sebanyak 86 pegawai. Uraian jumlah pegawai dapat dilihat di tabel berikut.

KEPALA KANTOR SEKSI PENAGIHAN SEKSI EKSTENSIFIKASI SEKSI PDI SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI WASKON Subbagian Umum SEKSI PELAYANAN KELOMPOK PEMERIKSAAN

(13)

Tabel 3.1

Daftar Pegawai KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

No. Seksi Jum

lah Keterangan

1 Kepala kantor 1

2 Subbagian Umum 10 1 Kasubbag, 1 Bendahara, 1 Sekretaris, 7 Pelaksana

3 Fungsional Pemeriksa 14 2 Supervisor, 12 Pemeriksa Pajak 4 Seksi Pengolahan Data dan

Informasi

7 1 Kepala Seksi, 4 Pelaksana, 2 Operator Console

5 Seksi Pelayanan 15 1 Kepala Seksi, 14 Pelaksana 6 Seksi Penagihan 4 1 Kepala Seksi, 1 Pelaksana,

2 Juru Sita

7 Seksi Pemeriksaan 3 Pjs. Kasi pemeriksaan, 3 Pelaksana 8 SeksiEkstensifikasi

Perpajakan

4 1 Kepala Seksi, 3 Pelaksana 9 Seksi Pengawasan dan

Konsultasi I

7 1 Kepala Seksi, 5 AR,1 Pelaksana

10

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

7 1 Kepala Seksi, 5 AR, 1 Pelaksana 11 Seksi Pengawasan dan

Konsultasi III

7 1 Kepala Seksi, 5 AR, 1 Pelaksana 12 Seksi pengawasan dan

Konsultasi IV

7 1 Kepala Seksi, 6 AR, 1 Pelaksana

Jumlah 86

Sumber: Subbagian Umum KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

3.1.7 Potensi Perpajakan KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Wilayah Mampang Prapatan terletak di daerah padat akan pemukiman dan perkantoran sehingga memiliki potensi perpajakan yang sangat besar. Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan sampai dengan bulan Desember tahun 2012 adalah sebanyak 53.519 Wajib Pajak (Wajib Pajak Orang Pribadi sebanyak 45.195, Wajib Pajak Badan sebanyak 8.142, dan bendaharawan sebanyak 182). Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar mencapai 1.776. Berikut adalah tabel peningkatan Wajib Pajak dari tahun 2010.

(14)

Tabel 3.2

Data jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan No Tahun WP OP WP

Badan

Bendaharawan Total Persentase Pertumbuhan 1 2010 39.329 7.421 182 46.932 11,61% 2 2011 43.369 7.882 182 51.433 8,75% 3 2012 45.195 8.142 182 53.519 3,90% Sumber : Diolah dari Operator Console Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Mampang

Prapatan

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar terjadi setiap tahunnya. Sektor penerimaan pajak di wilayah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan sangat beragam. Berdasarkan Modul Penerimaan Negara, lima Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) penyumbang terbesar penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan sampai dengan bulan Desember 2012, adalah :

a. Klasifikasi pedagang besar lainnya menjadi peyumbang terbesar yaitu sekitar 31,37% dari jumlah penerimaan.

b. Klasifikasi perdagangan besar berdasarkan balas jasa (Fee) atau kontrak menjadi penyumbang terbesar kedua yaitu sekitar 11,09% dari jumlah penerimaan.

c. Klasifikasi pegawai swasta menjadi penyumbang terbesar ketiga yaitu sekitar 4,37% dari jumlah penerimaan.

d. Klasifikasi jasa perusahaan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain menjadi penyumbang terbesar keempat yaitu sekitar 4,04% dari jumlah penerimaan.

e. Klasifikasi jasa konsultasi bisnis dan manajeman menjadi penyumbang terbesar kelima yaitu sekitar 3,18% dari jumlah penerimaan.

(15)

3.1.8 Ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan mengacu pada PER-116/PJ/2007 dan PER-16/PJ/2007. PER-116/PJ/2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan. Dimana kegiatan ekstensifikasinya dilakukan dengan pendataan pajak yang lebih banyak lagi. Fokus utama kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan mengacu kepada:

1. Kegiatan PER-16/PJ/2007 tentang pemberian NPWP yang berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja atau Bendaharawan Pemerintah.

2. Kegiatan PER-116/PJ/2007 tentang pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

3.1.9 Prosedur Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak

Prosedur pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak diawali dengan penetapan organisasi pelaksana yaitu seksi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak serta Kantor Penyuluhan Pajak yang berada di luar kedudukan KPP. Pada setiap unit organisasi, dibentuk tim pelaksana yang ditunjuk dengan keputusan kepala KPP. Tahap-tahap penting yang harus dilaksanakan dalam ekstensifikasi Wajib Pajak antara lain:

(16)

Agar pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak harus direncanakan sebaik-baiknya dengan ketentuan sebagai berikut:

1. KPP melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber, kemudian mencocokannya dengan data pada Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan.

2. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan data yang dimiliki.

3. KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan.

4. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi diluar DJP yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.

5. KPP membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar nominatif.

6. Kepala Kantor Wilayah DJP dapat menentukan prioritas pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

7. KPP melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber, kemudian mencocokannya dengan data pada Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan.

(17)

8. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan data yang dimiliki.

9. KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan.

10.KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi diluar DJP yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. 11.KPP membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak

yang terdapat dalam daftar nominatif.

12.Kepala Kantor Wilayah DJP dapat menentukan prioritas pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

2. Tahap Pelaksanaan

Sesuai dengan tujuan ekstensifikasi Wajib Pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi pajak ditunjukan untuk menambah jumlah Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak terdaftar. Sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 maka perlakuan terhadap Wajib Pajak dilapangan diatur sebagai berikut:

1. Terhadap Wajib Pajak yang menanggapi surat pemberitahuan, dan bersedia untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak maka dilakukan proses pemberian NPWP dan pengukuhan sebagai PKP sesuai ketentuan yang berlaku, dengan cara mengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak dan/atau PKP.

2. Terhadap Wajib Pajak yang tidak menanggapi surat pemberitahuan, walaupun telah diterima maka oleh Seksi PDI data Wajib Pajak tersebut diteruskan ke seksi Tata Usaha Perpajakan

(18)

(TUP) untuk dilakukan proses pemberian NPWP dan/atau PKP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan. 3. Terhadap Wajib Pajak yang menanggapi surat pemberitahuan

dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan/atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP, maka akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

4. Terhadap Wajib Pajak yang menaggapi surat pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan/atau telah dikukuhkan sebagai PKP, maka KPP harus dilakukan pencocokan data dengan Master File Lokal. Dalam hal ini ada Tiga kemungkinan, yaitu:

1. Dalam hal Wajib Pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domisili Wajib Pajak sesuai dengan MFL, dilakukan pemuktakhiran data dalam daftar nominatif, dengan membubuhkan catatan bahwa Wajib Pajak sudah terdaftar, sekaligus mencantumkan NPWP pada kolom keterangan. 2. Dalam hal Wajib Pajak telah terdaftar namun dengan nama

dan alamat yang berbeda dengan MFL, maka dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).

3. Dalam hal Wajib Pajak ternyata belum terdaftar, dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).

Sementara itu, terhadap semua Wajib Pajak yang berusaha disentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mall atau plaza, seluruhnya dilakukan PSL.

(19)

3. Tahap Pengawasan

Dalam rangka pengawasan pelaksanaan ektensifikasi Wajib Pajak agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pelaksana kegiatan diwajibkan memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut. Mekanisme pengawasan dilakukan dengan ketentuan bahwa setiap tim pelaksanakegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak untuk dikompilasi oleh Kepala Seksi PDI, dengan bentuk sebagaimana terlampir dalam lampiran SE-06/PJ.9/2001. Dari hasil kompilasi tersebut kemudian KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan membuat laporan Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi pajak untuk disampaikan kepada Kanwil Pajak atasannya paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara dengan tujuan untuk perluasan/ penambahan Wajib Pajak Orang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui kepatuhan wajib pajak

Dengan pelayanan prima, KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua senantiasa memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan1. Pelayanan

Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua telah berjalan dengan

Dalam penelitian ini menemukan bahwa kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak dilakukan di KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua belum dijalankan dengan

Merupakan kegiatan mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan, berupa dokumen-dokumen yang telah diolah oleh Petugas Pajak berupa data Wajib Pajak terkait

Mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib pajak (PPh, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang