• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pagi yang cerah akupun bangun namun dengan hati yang tak karuan. aku malu aku tak punya bakat sedangkan pensi disekolahku sebentar lagi sudah datang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pagi yang cerah akupun bangun namun dengan hati yang tak karuan. aku malu aku tak punya bakat sedangkan pensi disekolahku sebentar lagi sudah datang."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Apriliani Khalifatus Peserta Didik MAN 18 Jakarta

Pagi yang cerah akupun bangun namun dengan hati yang tak karuan.

“aku malu aku tak punya bakat sedangkan pensi disekolahku sebentar lagi sudah datang”. “shilla…. Bangun nak??? Kamu tidak sekolah? Sudah jam berapa ini?” ibunya berteriak.

“iyah ibu aku sudah bangun,aku sekolah sebentar lagi bu”. Dengan suara halus ku menjawab pertanyaan ibu.

Waktupun sudah pukul 05.30 shilla pun keluar dari kamarnya dengan seragam abu-abunya. Dan menuju ke ruang makan untuk sarapan pagi. Namun hatiku tetap saja memikirkan pensi di sekolah.

“kamu kenapa shilla mukamu tak ada semangat-semangatnya? Ada masalah apa kamu sampai tidak gairahnya”. Ibunya binggung karena sifat shilla yang tidak biasanya.

Aku pun masih melamun dan belum menjawab pertanya ibu. Dalam pikiranku masih terbayang dengan bakat apa yang aku punya??

Ibupun menepuk bahuku karena ibu takut aku kenpa-kenapa.

Ibupun menepuk dengan pelahan, kemudian bertanya, “Shilla, kamu kenapa Ibu bertanya tidak dijawab? “

Akupun terkejut, kemudian berkata”Iyah, Ibu apa? Aku sampai kaget,”

“Kamu ini kenapa? Ada masalah apa? Sampai kamu tidak biasanya? Dan mukamu pucat?” “Iyah, Bu, aku tidak kenapa-kenapa, aku sehat”.

“Tapi kenapa kamu seperti ini?”.

“Iyah, Ibu, sudah siang kenapa nggak bilang sama aku?’’ Aku pun panik. Dengan cepat-cepat aku pun mengambil tas dan menggunakan sepatu.

***

Aku pun hampir telat. Dan gerbang sedikit lagi ditutup. Namun, dengan gegas aku lari dengan kecang dan menuju kelas.

(2)

Rere, teman sebangkuku, pun bingung melihat sikapku yang benar-benar aneh.

“Shil,kamu kenapa? Kok kamu kelihatan lelah sekali?”. Rere bertanya dengan muka ceming. “Aku tidak kenapa-kenapa, Re. Aku cuma ada sesuatu yang harusnya tidak aku pikirkan,” jawabku, sambil buang muka.

“Tapi muka kamu lelah sekali, dan sedikit pucat. Kamu yakin bisa mengikuti pelajaran hari ini?” Rere tampak khawatir.

“Aku yakin re, kamu kayak baru kenal aku kemarin saja,” aku mencoba tersenyum.

“Aku takut kamu kenapa-kenapa, Shil,” dengan muka agak panik, Rere tetap terus bertanya kepadaku. “Tenang, Re, aku tidak kenapa-kenapa percaya denganku,” aku memegang bahu Rere, lalu melepaskan peganganku.

Lalu pelajaran Bahasa Prancis segera di mulai. Saat istirahat di ruang kesenian…

“Aku memang enggak punya bakat,”keluhku, sambil memandang teman temannya yang akan berlatih menari. Lalu melanjutkan perkataannya, ”Aku enggak bisa menyanyi. Tarianku juga kayak robot,”

Naura yang duduk disampingnya mencoba menghibur ”Kamu bisa ikut puisi. Pasti bisa!” Aku menggeleng dan berkata, ”Sudah kucoba. Tapi aku malah grogi dan salah melulu,”. Naura manggut-manggut.

‘’Hemmm… bagaimana kalau kamu ikut pertunjukan sulap, gabung dengan Denni dan Rere?’’

Aku melotot, ‘’Enggak, ah! Bisa bisa mereka menyulapku jadi kelinci.’’ Naura tertawa geli.

“ Ya,sudah kalau begitu,aku latihan dulu ya!” katanya, sembari beranjak untuk berlatihan menari. Aku memandang dengan rasa iri. Semua teman-temanku bersemangat menyambut acara pentas seni sekolah yang akan berlangsung minggu depan. Hanya diriku yang uring-uringan. Sampai saat ini, aku belum memutuskan ikut salah satu kegiatan pentas seni terebut.

Sebenarnya, aku sudah mencoba bergabung dengan kelompok paduan suara. Tapi, setiap kali berlatih, yang keluar dari mulutku hanya suara serak dan sumbang.

(3)

Teman-temaku mendengarkannya sambil tertawa mengejek.

Aku juga sempat bergabung dengan kelompok tari. Namun, meski sudah berkali-kali berlatih, aku tak dapat menghapal gerakan tari yang diajarkan, setiap kali berlatih tangan dan kakiku terasa kaku.

‘’ Hei,kok melamun!’’ sapa seseorang dari belakang. Aku tersentak. Aku segera menoleh.

Rio, teman sekelasnya, berdiri di sampingnya. ”Kamu enggak ikut menari?”tanyanya.

Aku menggeleng.

“Lantas,kamu ikut acara apa pada pentas seni nanti?” Tanya Rio heran. “Aku enggak berbakat sama sekali!” jawab Shila tak bersemangat.

Rio tersenyum, lalu berkata, “Jangan buru-buru bilang bahwa kamu engak berbakat!”. Aku cuma mengangkat bahu. Saat itu juga,aku ingin Rio segera pergi meninggalkannya. Aku hanya ingin duduk sendirian sambil merenungi nasibnya yang malang.

Tapi,Rio tak kunjung beranjak. “Begini saja,”katanya,”Dari pada duduk bengong disini,mendingan kamu ikut aku ke aula untuk menemukan bakatmu!’’.

Shila melirik Rio. Seketika rasa ingn tahunya timbul. “Menemukan bakatku? Bagaimana caranya?”.

Rio tersenyum misterius.”ayo ikut ke aula!”.

“Coba kamu pandang ruang aula ini”. Rio sambil merangkul Shilla.

“Apa yang harus ku lakukan, dan kenapa kamu harus mengajak ku sini?’’. “Aku yakin bakat mu berada disini,diruang aula ini”.

“Maksud kamu?’’. Shilla semangkin binggung.

“Coba kamu lihat ruangan ini sudah seperti gudang,pasti kamu bisakan mengubah ruangan ini seperti WOW gitu?”.

(4)

“Boleh aku disini sendiri? Untuk berfikir bagaimana mengubah ruangan ini seperti yang sekolah inginkan?’’ Shilla pun tersenyum dan duduk sambil mengambil kertas dan pensil untuk

mengdisain ruangan ini?.

“Silakan Shilla,aku akan menunggumu didepan gerbang.” “kamu pulang saja duluan Rio kamu pasti capek.”

“Aku sedang tidak ada kegiatan Shilla aku akan terus mengawasi kamu disini untuk mencari bakatmu”.

“Baik,kalo itu mau mu Rio. Terimkasih”.

Shila terus saja mengoreskan pensilnya dikertas yang putih itu, terus dia keluarkan ide-ide yang dia punya. Memang sebenarnya dalam hatinya memiliki bakat untuk menggambar namun Shilla tidak menyadarinya.

Jam pun menunjukan pukul 17.30 sudah hampir 5 jam Shilla berada diruangan dengan kertas dan pensil yang menemani diruang aula.

Shilla pun keasikan untuk menggambar .Dan Rio pun mengahampiri Shilla dengan membawa air putih dan roti.

“shilla,kamu sudah 5jam disini. Apa kamu tidak haus dan lapar. Aku takut karena ku kamu sakit.”

“Aku tidak apa-apa Rio jangan kawatir Rio aku tidak mungkin menyalahkan seseorang yang bisa menemukan bakatku ini”.

“Yah,Shilla kamu bisa saja membuatku terbang kelangit ke 7 hehhehhee…” “Ah,kamu Rio bisa saja selain jadi pahlawan kamu juga seperti pelawak yah :D.”

“Hehhehe,sudah jangan bergurau nih makan dulu rotinya :D setelah itu kita pulang,ku tau ibumu kawatir dan kamu pasti lelah.”

“Makasih Rio kamu benar-benar sahabat ku :D pokonya besok kamu pasti terkejut dengan ide-ide ku,aku tak akan membuatmu keceewa”.

Roti dan ceritanya pun sudah habis. Rio dan Shilla pun merapihkan tas dan bergegas pulang. Shilla pun tetap dibilang aneh oleh ibunya habis Shilla berangkat sekolah terlihat pucat namun setelah dirumah bahagia.

(5)

“Kamu kenapa sayang ? terlihat benar-benar aneh ibu lihat kamu berbeda dengan hari ini?’’. “Ibu, aku merasa aku tak ada bakat sedikitpun. Aku kecewa dengan hidupku,namun aku bertemu ispirasiku bu dari seorang teman,ternyata aku punya bakat bu.”

“Alhmdllah, kamu cerita juga ibu cemas dengan sikap kamu seperti ini beda dengan hari-hari biasanya, kalo kamu punya masalah kenapa kamu tidak bilang ibu? Ibu cemas sama keadaan kamu :’(“.

“Ibu maafiin Shilla,karena Shilla ibu jadi kawati. Tapi tenang ibu aku ngga akan buat Ibu kecewa. Oh yah bu aku besok minta izin buat mendekor ruang aula soalnya lusa sekolahku akan ada pensi aku mohon Ibu datang yayayya bu?’’.

“ iyah syang,yah sudah sana kamu mandi dan cepat sholat sehabis itu kamu makan dan kamu istirahat kan besok tenaga kamu terkuras habis”.

“Iyah ibu ku sayang:*”. Shilla pun memeluk ibunya.

Pagi pun tiba namun,gelap gulita shilla sudah sampai disekolah,dan menuju ruang aula. Dengan perangkat-perangkat yang shilla bawa untuk menghiasi ruangan yang benar-benar tidak bisa dipakai. Dan Shilla ingin membuat kejutan untuk Rio agar Rio bahagia:D.

Shilla pun ke kelas karena bel masuk telah bunyi.

“Shilla? Kenapa baju mu basah seperti ini? Kamu abis gali sumur yah?’’. Rere bertanya sambil meledek.

“Re,nanti setelah istirahat kamu bisakan temani aku ke ruang aula? Aku mau nunjukin sesuatu :D.”

“iyah re aku temani, jadi penasaran aku Re:D’’.

Bel istirahat pun terdengar, Shilla pun lari menghampiri Rio. “Rio? Kamu ikut aku cepattt….”

“Ada apasih Shilla,kamu aneh deh?’’ “udah cepat Riooo ikut aku ke ruang aula”.

Rio pun mengikuti Shilla karena kasihan melihat Shilla yang memaksa. Shilla menutup mata Rio dan shabatnya Rere.

(6)

“Aku hitung yah SATU,DUA,TiGA,kamu buka yah matanya”. Shilla dengan rasa bahagia. “ Rio dan Rere pun membuka tutupan matanya”.

“WOOOWW… Shilla kamu sendri yang menghias ruangan ini? Ini benar-benar bukan seperti gudang tua lagi”. Rio dan Rere tidak sengaja bareng-bareng memuji Shilla.

“shilla gitu,aku kan pernah janji kalo aku tidak akan mengecewakan kalia :D’’.

______________________________________________________________________________ Hari yang dinanti-nantipun tiba. Acara pentas seni akan segera digelar di aula sekolah. Semua pengisi acara sudah bersiap dengan kostum dan perlengkapan masing-masing. Sebagian penonton yang terdiri dari guru dan para orangtua murid juga sudah memenuhi tempat duduk yang sudah disediakan.

“Aula ini meriah sekali!”. Komentar pak Indra,kepala sekolah. “Panggungnya bagus dan semarak,”puji seorang guru.

“Lampion lampion itu unik sekali. Wah, benar-benar kreatif!” kata seorang ibu sambil menunjuk lampu-lampu kertas warna warni yang menghiasi aula.

Acara pentas senipun dimulai. Murid-murid menyuguhkan beragam penampilan seni seperti tarian,nyanyian,sulap,dan pembacaan puisi. Penonton tampak puas,ruangan bergemuruh oleh tepuk tangan mereka.

Rio menepu bahu shila,”makannya jangan buru-buru bilang kamu tidak punya bakat. Bias aja selama ini bakatmu ngumpett….. di aula sekolah!” .

Shila tegelak.

“Hahahha iyah sih Rio makasih yah Rio baik banngeet kamu :D hahaha….”.

Kini shila paham bahwa setiap orang memiliki bakat. Hanya kadang butuh cara jitu atau banyuan orang lain untuk menemukannya. Dan bakat itu juga tidak akan ada artinya bila tak diasah.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun keberadaan jukir liar dinilai telah menyalahi aturan yang ada diwilayah Krian sebagai kota yang menerapkan kebijakan parkir berlangganan, namun dari penuturan para

Pada hari ini saya dan teman-teman daerah Depok melakukan diskusi tentang rencana diesok hari untuk membeli barang-barang seperti hand sanitizer, buah-buahan dan lain lain yang

Saluran tataniaga beras di desa Cihideung Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul yang terdiri dari

lain pada bauran promosi yang mempengaruhi keputusan pembelian selain periklanan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat dalam menggunakan Traveloka. 2)

j. Minimnya akses yang menghubungkan antara lokasi-lokasi penghasil produk perikanan kelautan dengan lokasi industri pengolahannya serta dengan pasar regional dan

Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abate (2012), Alzomaia (2014) dan Sebayang dan Putra (2013) yang menunjukkan bahwa risiko berpengaruh

Selain itu, kebijakan ini merupakan proyek tersendiri bagi Angela Merkel yang menganggap bahwa para pengungsi tersebut perlu untuk diterima dengan baik di Jerman..

9 Koordinator pelayanan klinis, administrasi dan manajemen dan koordinator upaya Puskesmas menginformasikan aktifitas tindakan perbaikan yang tidak mencapai target kepada