• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur ) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur ) - Test Repository"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN

DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT

( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

SALIS UMUDIYAH

111 10 189

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian

juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di

luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan

kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.

Salatiga, 29 September 2015 Penulis

(3)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id Saudara : Salis Umudiyah

Kepada:

Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Salis Umudiyah

NIM : 111 10 189

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/ PAI

Judul : RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur )

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas dapat dimunaqasyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 29 September 2015 Pembimbing

(4)

SKRIPSI

RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT

( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur )

DISUSUN OLEH SALIS UMUDIYAH

111 10 189

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd ____________

Sekretaris Penguji : Dr. Miftahuddin, M.Ag ____________

Penguji I : Drs. Abdul Syukur, M.Si ____________

Penguji II : M. Farid Abdullah, S.Pd.I, M.Hum ____________

Salatiga, 29 September 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(5)
(6)

MOTTO

Barang

siapa ‘alim, mengamalkan

serta mengajarkan ilmunya, maka ia bakal

di sebut

sebut oleh malaikat

langit”

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi

ini saya persembahkan kepada :

& Ayah, ibunda, kakak-kakak tercinta yang senantiasa tak pernah

berhenti memberikan doanya sehingga skripsi ini bisa penulis

selesaikan.

& Almukarom Romo KH. Fu‟ad Habib Dimyathi, KH. Luqman

Harist Dimyathi dan seluruh keluarga besar Perguruan Islam

Pondok Tremas Pacitan yang dengan tulus ikhlas mendidikku

dengan dasar-dasar keagamaan dan semangat spiritual yang

dijadikan bekal hidup.

& Seseorang yang selalu memberikan motivasi dan walaupun masih

jauh tetapi selalu menemaniku di setiap perjuanganku.

& Teman – temanku senasib seperjuangan yang menyertaiku dalam

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang telah melimpah rahmat, taufik,

hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

skripsi dengan judul “Relevansi Kurukulum Pondok Pesantren dengan Kebutuhan

Masyarakat ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa

Timur”). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratanguna

memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di IAIN

Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga.

3. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang

(9)

4. Ayahanda dan ibunda terkasih ( Bpk Suparno dan Ibu Maesyaroh ) yang telah

tulus dan ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta kakak-kakakku

tercinta yang telah memberiku semangat.

5. Seluruh dosen dan pegawai administrasi IAIN Salatiga yang telah banyak

membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

6. Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur serta pengasuh dan

ustadz/ ustadzh yang telah memberikan ilmunya kepada saya (dek Nafis,

Iqoh, Ijah, Riska, Hulah )yang telah memberikan banyak inspirasi dan

motivasi.

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ‟alamin

Salatiga, 29 September 2015 Penulis

(10)

ABSTRAK

Umudiyah, Salis. 2015. Relevansi Kurukulum Pondok Pesantren dengan Kebutuhan Masyarakat ( Studi analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur). Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H.MiftahuddinM.Ag.

Kata Kunci : Kurikulum Pondok, Kebutuhan Masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas relevansi kurikulum pondok pesantren dengan kebutuhan masyarakat studi analisis pada perguruan Islam pondok tremas pacitan jawa timur.Adapun fokus penelitian yang akan dikaji adalah: (1). Bagaimana format kurikulum yang ada di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur; (2). Bagaimana Pengembangan kurikulum di Perguruan Islam Pondok Tremas Jawa Timur; (3). Apakah kurikulum yang ada di Perguruan Islam Pondok Tremas itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO...i

JUDUL...ii

DEKLARASI...iii

PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI...iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING...v

PENGESAHAN KELULUSAN...vi

MOTTO...vii

PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR...ix

ABSTRAK...x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Penelitian...6

C. Tujuan Penelitian...6

(12)

E. Penegasan Istilah...8

F. Metode Penelitian...10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...10

2. Kehadiran Peneliti...10

3. Waktu Penelitian...11

4. Lokasi Penelitian...11

5. Sumber Data...11

6. Teknik Pengumpulan Data...12

7. Analisis Data...14

8. Pengecekan Keabsahan Data...14

G. Sistematika Penulisan...15

BAB II LANDASAN TEORI A. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam 1. Pengertian Pondok Pesantren...20

2. Tinjauan Sejarah tentang Pondok Pesantren di Indonesia...22

3. Unsur – Unsur Pondok Pesantren...24

4. Pergulatan Pesantren dalam Perkembangan Masyarakat...28

(13)

1. KonsepDasar Kurikulum...31

2. Kurikulum dan Masyarakat...32

C. Kurikulum Pondok Pesantren...34

1. Tujuan Kurikulum di Pesantren...35

2. Materi Kurikulum Pesantren...38

3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran...39

4. Evaluasi Pembelajran di Pesantren...42

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Tremas...44

1. Sejarah Singkat Berdirinya Perguruan Islam Pondok Tremas...44

2. Letak Geografis...48

3. Struktur Organisasi...49

4. Keadaan Ustadz / Ustadzah, Santri...50

5. Sarana dan Prasarana...54

B. Kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur...56

1. Kitab – Kitab yang di Pelajari...58

(14)

3. Pengembangan Kurikulum...62

C. Kebutuhan Masyarakat...69

D. Hubungan Perguruan Islam Pondok Tremas dengan

Kebutuhan Masyarakat ...70

BAB IV ANALISIS DATA

RELEVANSI KURIKULUM DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT

A. Format Kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan...80

B. Pengembangan Kurikulum di Perguruan Islam Pondok

Tremas...82

C. Relevansi Kurikulum dengan Kebutuhan

Masyarakat...86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...90

B. Saran...92

C. Penutup...95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Sruktur Organisasi Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan

Tabel.2 Daftar Guru Perguruan Islam Pondok Tremas

Tabel.3 Data Jumlah Santri Perguruan Islam Pondok Tremas

Tabel.4 Data Sarana dan Prasarana Perguruan Islam Pondok Tremas

(16)

Daftar Lampiran

Lamp. 1 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lamp. 2 : Surat Penunjukkan Pembimbing

Lamp. 3: Surat Permohonan Izin Penelitian

Lamp. 4: DaftarNilai SKK

Lamp. 5: Daftar Riwayat Penulis

Lamp. 6: Pedoman Wawancara

Lamp. 7 : Transkrip Wawancara

Lamp. 8: Surat Keterangan Penelitian

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan bagian dari kebutuhan suatu lembaga pendidikan

masyarakat dan sebagai rancangan yang mengarah pada hasil belajar

mengajar bagi pendidik dan peserta didik, sehingga kurikulum dapat

mempengaruhi tujuan sosial yang berkembang di masyarakat, baik itu

pendidikan formal maupun non formal seperti madrasah dan pesantren.

Pada realitanya pendidikan yang sudah ada menyacu pada pendidikan

islam sebagai sumber wawasan ( pengetahuan), sehingga pendidikan islam

tidak hanya mengangkat pada pengetahuan umum saja tetapi mampu

mengangkat pendidikan moral, etika,. Pada abad terdahulu sebuah

lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia di kenal dengan sebutan

pesantren. Dalam lembaga ini banyak mempelajari dan membina tentang

ajaran- ajaran agama Islam. Hal ini dapat kita lihat di sekeliling kita

banyak alumni – alumni pesantren yang telah berkecimpung dalam

lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan.

Pondok pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia telah

menunjukkan kemampuannya dalam mencetak kader – kader ulama dan

telah berjasa dalam mencerdaskan bangsa. Selain itu, pondok pesantren

(18)

swastaan dan kemandirian ( Depag RI, 2003 : 5 ), sehingga keberadaan

Pondok Pesantren di Indonesia berpengaruh besar terhadap masyarakat di

sekitarnya. Dalam hal pendidikan agama, pengaruh pesantren tidak perlu

dipertanyakan. Ini disebabkan sejak awal berdirinya pesantren memang

disiapkan untuk mendidik dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada

masyarakat melalui pengajian, baik dengan sistem salaf maupun sekolah.

Pada kongres pesantren yang dilaksanakan di Solo pada tahun

1970, banyak di paparkan daftar keluhan yang semuannya berhubungan

dengan kurangnya penilaian terhadap pesantren. Masyarakat banyak yang

menilai bahwa pesantren adalah tempat penampungan bagi anak – anak

yang gagal dalam melanjutkan di sekolah umum, sehingga terkesan

terpaksa jika memasukkan anaknya disebuah pesantren. Oleh karena itu

dunia pesantren dianggap hanya dapat memberikan konsumsi kehidupan

akherat saja, sehingga orang segan menyekolahkan anaknya ke PGA,

PHIN, SGHA ataupun IAIN (Steenbrink, 1986: 214).

Untuk menanggulangi keluhan masyarakat tersebut lalu pesantren

memberikan jalur-jalur kegiatan melalui berbagai pendidikan di bidang

keagamaan, berbangsa dan bermasyarakat yang diharapkan dapat

mendidik para santri sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan cara

pengembangkan dan mengemas kurikulum pesantren yang benar-benar

(19)

Pendidikan pesantren sangat mewarnai dunia Islam pada umumnya

dalam segala bentuk kehidupan manusia, terlebih dalam lingkungan

masyarakat tertentu, yaitu pendidikan yang terarah dalam rangka

mengembangkan potensi manusia kepada nilai-nilai Islam ( Langgulung,

1980 : 29). Demikian menurut Mukti Ali,”bahwa agama mempengaruhi

jalannya masyarakat dan pertumbuhan masyarakat mempengaruhi

pemikiran terhadap agama” (Mukti Ali, 1993: 36).

Firman Allah Surat Taubah ayat 122 yang berbunyi :

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Sesuai dengan ayat di atas, maka pondok pesantren menjadi salah

satu tempat untuk memperdalam ilmu – ilmu agama, yang didalamnya

terbentuk pendidikan yang diatur sesuai urutan perjenjangan kitab ( Nafi‟

(20)

Dengan demikian pendidikan pesantren mengembangkan da‟wah

Islam terhadap masyarakat atau kepada umat Islam. Hal ini dapat kita

tinjau di sebuah pondok pesantren yang ada di Jawa Timur yaitu di PIP

Tremas Pacitan Jawa Timur. Kurikulum yang dikembangkan oleh

pesantren ini dapat mencetak lulusan yang lebih unggul di mata

masyarakat. Pesantren ini telah mendapat dukungan dari masyarakat

dalam mencetak santri berkualitas terutama bagi sarana dakwah dan

peningkatan kader da‟i dan keuntungan lain yang diperoleh alumnusnya

(Fadjar, 1991 : 143).

Pendidikan Islam ditanamkan di PIP Tremas Pacitan yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan spiritual mereka. Maka dari itu maju

mundurnya pendidikan pondok ini ditentukan oleh besar kecilnya

partisipasi dan motivasi dari masyarakat yang mau berinteraksi kepadanya

dengan baik. Pendidikan yang berada di PIP Termas Pacitan mengelola

pendidikan dengan menekankan pembelajaran ajaran agama islam, tetapi

tidak berarti mengesampingkan pada pendidikan sebagai mana yang ada di

sekolah umum walaupun pembelajaran yang berada di PIP Tremas masih

tergolong pendidikan tradisional, yaitu dengan sorogan, badongan,

wetonan dimana perkembangannya menunjukkan signal yang signifikan

dan relevan dari tahun ke tahun, baik dari faktor manusia maupun faktor

pendidikan atau dari sarana-prasarana yang memadai.

Keberadaan PIP Tremas Pacitan berarti telah memberikan

(21)

kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan bakat anak

didik, agar keterampilan dalam segala bidang yang relevan dengan tugas

kehidupan bermasyarakat dapat berhasil bahkan mampu berdakwah

dengan hasil yang lebih efektif serta mempunyai keterampilan yang dapat

digunakan untuk bermasyarakat selain itu juga mempunyai potensi yang

bisa di kembangkan di masyarakatnya. Pendidikannya-pun tidak bersifat

dikotomis, dimana mengajarkan pengetahuan agama seperti; Tafsir,

Qur‟an-Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Nahwu, Sharaf juga menambahkan

kurikulum lembaga pendidikan pengetahuan umum, seperti; ilmu alam,

ilmu hayat, ilmu pasti, sejarah, tata negara, ilmu bumi, ilmu pendidikan,

ilmu jiwa dan sebagainya.

Orientasi dan strategi pengajaran selalu mengalami perubahan

sesuai dengan tuntutan masyarakat. Harapan masyarakat, banyak

berkeinginan agar anaknya melanjutkan keperguruan tinggi supaya dapat

menjadi orang yang bisa memimpin maka pendidikan di lingkungan

Pondok Tremas mengarahkan strategi pengajaran dan orientasinya pada

sukses melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Disamping itu

mempersiapkan peserta didik untuk dapat memasuki dunia kerja dan

pengabdian masyarakat.

PIP Tremas Pacitan adalah salah satu pondok salafiyah yang

tergolong pondok tua di Jawa, bahkan pembelajarannya pun masih bersifat

(22)

sendiri tetapi tidak berarti kurikulum pondok pesantren bertolak belakang

dengan kebutuhan masyarakat pada zaman sekarang ini.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian di

Perguruan Islam Pondok ( PIP ) Termas Pacitan Jawa Timur dengan yaitu

dengan judul “Relevansi Kurikulum Pondok Pesantren Dengan Kebutuhan Masyarakat ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok (PIP) Tremas Pacitan Jawa Timur ) “

B. Fokus Penelitian

Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka fokus

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana format kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas

Pacitan ?

2. Bagaimanakah proses pengembangan kurikulum di Perguruan

Islam Pondok Termas Pacitan ?

3. Apakah kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mendeskripsikan kurikulum Perguruan Islam Pondok

(23)

2. Untuk memaparkan proses pengembangan kurikulum di

Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.

3. Untuk menganalisis relevansi kurikulum pesantren dengan

kebutuhan masyarakat.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat ataupun kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua

yaitu teoritis dan secara praktis sebagai berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan

khususnya kajian pendidikan dalam bidang PAI dan juga menambah

bahan pustaka, keilmuan pendidikan Islam. Sebagai salah satu sumber

acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian masalah ini

lebih lanjut.

2. Praktis

a. Secara praktis manfaat penelitian ini dapat menjadi sumbangan

pemikiran dan masukan untuk meningkatkan kualitas

kurikulum serta pembelajaran di pondok pesantren.

b. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana (S1) pada Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dari

(24)

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan pembahasan dan untuk menjaga agar tidak terjadi

kesalah-pahaman terhadap judul, maka perlu adanya penegasan secara

konkrit dan lebih operasional yaitu :

1. Relevansi Kurikulum

Dalam kamus bahasa Indonesia relevansi diartikan

kaitan, hubungan. Kurikulum adalah seperangakat perencanaan

dan media untuk menghantarkan lembaga pendidikan dalam

mewujudkan tujuan pendidikan yang di inginkan

(Muhaimin,1993:184). Disini yang di maksud oleh penulis,

relevansi di kaitkan dengan kurikulum pondok yang

mempunyai kesinambungan dengan kebutuhan masyarakat.

Dengan artian kurikulum yang dikembangkan di Pondok

pesantren sesuai dengan apa yang di butuhkan oleh masyarakat.

2. Pondok Pesantren

Pengertian pesantren pada dasarnya berarti tempat

belajar para santri ( Zamakhsyari, 1994 : 18 ). Pesantren berasal

dari kata santri, yang dengan awalan “pe” di depan dan akhiran

an” dibelakang kata, berarti tempat tinggal para santri

(Yasmadi, 2005 : 61). Secara terminologi di Indonesia

pesantren lebih dikenal dengan sebutan “ pondok pesantren”,

(25)

“ funduq” yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana ( Yasmadi, 1996 : 138 ).

Sehingga pondok pesantren pada dasarnya adalah

sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk para santri

di bawah bimbingan seorang guru, atau lebih dikenal dengan

sebutan “Kyai.” Asrama untuk para santri tersebut berada

dalam lingkungan komplek pesantren, dimana Kyai bertempat

tinggal, yang juga menyediakan sebuah masjid untuk

beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang lain ( Zamakhsyari, 1994 : 44 ).

3. Perguruan Islam

Perguruan dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti

1.sekolah, gedung – gedung tempat belajar, 2. Pengajaran

(Poerwadaminta, 1982 :335). Islam berarti berserah diri kepada

Allah SWT. Islam merupakan sistem Ilahi dan dengan sistem

itulah Allah menentukan syari‟at, Allah SWT menjadikan

Islam sebagai sistem yang sempurna yang mencakup seluruh

sistem kehidupan, termasuk di dalamnya pendidikan

(Abdurrahman, 1995 : 25).

Dari beberapa istilah diatas, dapat diambil pengertian bahwa yang

(26)

tentang kurikulum pesantren yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)

dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif

yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,

pengamatan, serta penelaahan dokumen/ studi dokumenter yang antara

satu sama lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan

(Sukmadinata, 2005: 108).

Penggunaan metode ini untuk memahami interaksi sosial yang

kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian

dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta dan

wawancara mendalam , agar ditemukan pola – pola hubungan yang

jelas (Sugiono,2009:24).

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti hadir secara langsung pada obyek yakni Pondok

Tremas Pacitan, dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan

peneliti. Di sini peneliti mengumpulkan data-data yang berhubungan

dengan fokus penelitian kurikulum pondok pesantren dengan

kebutuhan masyarakat, serta mencari info-info untuk melengkapi data

(27)

3. Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data – data di PIP Tremas Pacitan

terhitung mulai bulan januari - selesai. Setelah selesai dilanjutkan

dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di PIP Tremas Pacitan Jawa

Timur. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian berikut adalah

sebagai berikut:

Pertama, berkaitan dengan upaya pengembangan kurikulum pesantren di Indonesia, peran intuisi pendidikan formal. Oleh karena

itu, kurikulum yang ada di pesantren dapat pembentukan karakter

peserta didik yang intelek dan siap terjun di masyarakat perlu

dikembangkan.

Kedua, pemilihan tempat penelitiannya tersebut di Tremas Kecamatan Arjosari peneliti berargumen bahwa Tremas merupakan

wilayah agraris yang penduduknya masih sangat kental dengan

pengenalan pondok pesantren klasik. Selain itu melihat kondisi

lingkungan di sekitar pondok, realita menunjukkan bahwa masih

banyak pemahaman tentang kurikulum pondok pesantren yang

membantu dalam kebutuhan masyarakat.

5. Sumber Data

Sesuai dengan sumber data yang ada, maka prosedur dalam

(28)

a. Primer

Data primer dan jenis data primer penelitian ini adalah

kata-kata dan tindakan subjek serta ganbaran ekspresi, sikap dan

pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama

melakukan interpretasi data. Sumber data yang akan dijadikan

bahan penulisan skripsi diantaranya adalah orang-orang kunci (Key Person) yang meliputi : pengasuh pondok ( kyai ), dewan pengurus ( ustadz/ Ustadzah ), tokoh masyarakat, ketua organisasi, dan

santri. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan

bantuan catatan lapangan, dan dengan bantuan rekaman suara

handphone.

b. Sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh

dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya

buku-buku literatur yang berhubungan dengan internet, dokumen pribadi

dan dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian yaitu :

1) Observasi (pengamatan), ialah pengamatan dan pencatatan

(29)

2010 : 54). Untuk menyelidiki peristiwa dengan mengamati

secara sistematik terhadap letak dan keadaan daerah, serta

potret kehidupan di PIP Tremas Pacitan Jawa Timur.

2) Wawancara, adalah suatu bentuk komunikasi, semacam

percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi

(Nasution, 1996 : 113). Peneliti mencoba menanyakan dengan

responden supaya mengetahui persoalan yang di teliti. Metode

ini digunakan untuk memperoleh data tentang sistem

pendidikan di PIP yang meliputi : kitab-kitab yang dipelajari,

PBM, metode, dan evaluasi, dan pandangan masyarakat

terhadap eksistensi PIP. Wawancara ini dilakukan terhadap :

Kyai, Dewan pengurus ( Ustazd / Ustadzah ), Santri, Ketua

Organisasi, serta tokoh masyarakat sekitar.

3) Dokumentasi, ialah pengambilan data yang diperoleh melaluli

dokumen – dokumen (Arikunto, 2010 : 73). Dokumentasi ini

bertujuan untuk memperoleh dokumenter yang berbentuk

informasi yang berhubungan dengan pondok pesantren. Metode

dokumenter ini penulis gunakan untuk memperoleh data

(30)

7. Analisis Data

Berdasarakan permasalahan yang akan di paparkan dalam

skripsi ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, dengan

mengelompokkan bagian-bagian kesimpulan yang di hasilkan sebagai

gambaran menyeluruh atas obyek penelitian.

Analisis tersebut, penulis gunakan untuk menelaah kurikulum

pesantren dan bagaimana kesesuaiannya dengan kebutuhan

masyarakat lingkungannya. Dalam analisis ini, konsep kurikulum

pendidikan Islam yang ideal digunakan sebagai landasan. Dengan

demikian penelitian ini lebih memfokuskan pada evaluasi kurikulum

pondok yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan atas

kriteria-kriteria tertentu. kriteria-kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan

(credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability) (Moeloeng,2009:324).

a. Derajat Kepercayaan (credibility)

Kriteria kredibilitas ini berfungsi untuk melaksanakan

penelaahan data secara akurat agar tingkatan kepercayaan

(31)

perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan, triangulasi,

pemeriksaan sejawat melalui diskusi.

b. Kebergantungan (dependability)

Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep

reability dalam penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan untuk

mnegukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data yang sudah dipolakan.

c. Kepastian (confirmability)

Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep

“objektivitas” pada penelitian kualitatif, obyektivitas itu diukur

melalui orangnya atau penelitinya. Jadi objektivitas dan

subjektivitas dalam penelitian kualitatif sangan ditentukan oleh

seseorang.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini secara garis besar disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian awal, terdiri dari :

Halaman Sampul, Lembar Berlogo, Halaman Judul, Halaman Nota

Pembimbing, Halaman Pengesahan Kelulusan, Pernyataan Keaslian

(32)

Pengantar, Abstrak, Halaman Daftar Isi, Daftar Tabel, Halaman

Daftar Gambar, serta Daftar Lampiran.

2. Bagian isi

Bagian isi terdiri dari beberapa baba yang masing – masing terdiri

dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut :

BAB I: Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,

Kegunanan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode

Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

A. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam

yang meliputi: Pengertian Pondok Pesantren, Tinjauan

Sejarah tentang Pondok Pesantren di Indonesia,

Unsur-Unsur Pesantren (Kyai, Santri, Kitab Kuning, Masjid, Pondok), Pergulatan Pesantren dalam Perubahan Masyarakat.

B. Sekilas tentang Pengembangan Kurikulum yang

meliputi: Pengertian Kurikulum, Asas-Asas Kurikulum,

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum, Kurikulum

(33)

C. Kurikulum Pondok Pesantren yang meliputi: Tujuan

Pengajaran di Pesantren, Materi Pendidikan di

Pesantren, Pendekatan dan Metode (Sorogan,

Bandongan, Wetonan (Halaqoh), Musyawarah),

Evaluasi Pendidikan di Pesantren.

BAB III : Penyajian Data

A. Gambaran Umum Perguruan Islam Pondok Tremas

Pacitan

1. Sejarah Berdirinya.

2. Letak Geografis.

3. Struktur Organisasi.

4. Keadaan Santri, Ustadz / Ustadzah

5. Sarana dan Prasarana

B. Pelaksanaan Pendidikan di PIP Tremas Pacitan Jawa

Timur

1. Kitab-Kitab yang di pelajari (Materi yang diajarkan).

2. Kurikulum di PIP Tremas Pacitan.

3. Metode – Metode dalam Proses Belajar Mengajar di

(34)

4. Pengembangan Kurikulum mengenai: Pengembang

Kurikulum, Artikulasi dan Hambatan, serta

Model-Model Pengembangan Kurikulum.

BAB IV : Analisis Relevansi Kurikulum Pesantren dengan

Kebutuhan Masyarakat pada Perguruan Islam Pondok

Tremas Pacitan.

A. Sistem Pendidikan di PIP Termas.

B. Proses Belajar Mengajar di PIP Tremas Pacitan.

C. Perkembangan Kurikulum di PIP dari perspektif

Kebutuhan Masyarakat.

BAB V : Penutup

Dalam bab ini merupakan bagian terakhir yang terdiri

dari tiga sub bab yaitu:

A. Kesimpulan.

B. Saran-Saran.

(35)

3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir ini berisi : Daftar Pustaka,

(36)

.BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam 1. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok Pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan berbentuk

asrama yang merupakan komunitas khusus dibawah pimpinan kyai dan

dibantu oleh ustadz / ustadzah yang berdomisili di pondok bersama

dengan santri. Di Pondok Pesantren masjid selain sebagai tempat

ibadah digunakan sebagai tempat kegiatan para santri selain itu

dilengkapi dengan gedung / madrasah sebagai pusat kegiatan belajar

mengajar. Pondok pesantren dilengkapi dengan asrama sebagai tempat

tinggal para santri selain itu kehidupan pondok pesantren merupakan

kehidupan yang kreatif dan terbentuk satu kesatuan seperti satu

keluarga.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam

sebagai wahana untuk memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam dengan menekan pentingnya moral agama Islam sebagai

pedoman hidup bermasyarakat dalam kehidupan sehari – hari.

Istilah pondok pesantren, merupakan dua istilah yang

menunjukkan pada satu pengertian suku jawa biasanya menyebutnya

dengan istilah pondok, atau pesantren. Di Madura menyebutnya

(37)

istilah pondok sedangkan di aceh menyebutnya dengan istilah “surau“

( Team Depag, 1986 :53 ). Istilah pondok barangkali berasal dari

pengertian asrama – asrama para santri yang disebut pondok atau

tempat tinggal yang terbuat dari bambu, atau barangkali berasal dari

kata “ funduq“ yang berarti hotel atau asrama (Zamakhsyari,1978:18).

Pesantren secara terminologi adalah sebuah pendidikan agama

yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar ( Arifin,1991: 99 ).

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar

dibawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan “

kyai “. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan

kompleks pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang juga

menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan

kegiatan keagamaan yang lain (Zamakhsyari, 1978 : 44 ).

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Agama Islam

dengan sistem asrama yang di dalamnya berisikan sekurang –

kurangnya ada lima unsur pokok yaitu : pengasuh sekaligus pengajar (

kyai ), ada asrama ( pondok ), masjid sebagai tempat ibadah dan

sentral kegiatan, santri, serta ada pembelajran kitab kuning ( Tafsir,

1992 : 191 ).

Dari pengertian diatas, pondok pesantren merupakan totalitas

pendidikan agama Islam yang benar – benar menjadi suplemen pokok

(38)

merupakan wadah pendidikan islam yang seutuhnya sebagai subyek

mendidik dan mengajar. Sehingga pondok pesantren selalu di

kembangkan untuk mendidik dan membina dalam meningkatkan

kualitas masyarakat yang terarah sebagai kader masa depan.

2. Tinjauan Sejarah tentang Pondok Pesantren di Indonesia

Pondok pesantren merupakan bapak dari pendidikan Islam di

Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal

ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, sesungguhnya pesantren

dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, yaitu

menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak

kader –kader ulama‟ dan da‟i ( Hasbullah, 1999 ; 40 ).

Awalnya pondok pesantren itu masuk ke Indonesia, bersamaan

dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu. Setelah

berkembangnya ajaran Islam di Indonesia barulah pondok pesantren

mendapatkan isi ajaran Islam ( Team Depag, 1986 : 53 ). Pondok

pesantren lahir di Indonesia tidak lepas dari munculnya para tokoh –

tokoh islam yang ikut menyiarkan ajaran Islam, baik itu di pondok

maupun di langgar atau surau seperti para walisembilan.

Pondok pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaannya dan

perkembangannya setelah abad ke – 16. Karya-karya jawa klasik

seperti serat cabolek dan serat centini mengungkapkan dijumpai

(39)

bidang fiqih, tasawuf, dan menjadi pusat-pusat penyiaran islam yaitu

pondok pesantren ( Depag, 2003:8).

Pada masa penjajahan kolonial Belanda, nama pesantren

merupakan lembaga pendidikan rakyat yang berbobot terutama dalam

penyiaran agama islam. Kelahiran pesantren baru, selalu diawali degan

cerita perang antara pesantren – pesantren yang akan didirikan dengan

masyarakat sekitar dalam kehidupan moral, bahkan dengan kehadiran

pesantren dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari berbagai

masyarakat laian yang ajauh, maka terjadilah semacam kontak budaya

antara berbagai suku dan masyarakat di sekitar makain ramai dan makin

maju.

Namun semenjak belanda memerintah Indonesia, pendidikan islam

dan pesantren mengalami banyak hambatan, bahkan dikatakan mengalami

kemunduran. Hal ini disebabkan kebijaksanaan pemerintah yang

cenderung memberatkan, misalnya yang dulunya adalah sebagai tempat

belajar dihapuskan dan dijadikan pusat pemerintahan . Pada tahun 1990an

Belanda menghilangkan sistem pengajaran pesantren dan diganti dengan

system kelas atau sekolah dengan dasar politik ( Wahjoetomo, 1997 : 76 ).

Ilmuan barat yang mereka terima tidak merubah atau melunturkan

putra pribumi, justru mempertebal keyakinan agama dan

memperkokoh nasionalisme mereka. Politik Islam yang dijalankan

(40)

menggiring masyarakat pribumi pergi ke pondok pesantren. Proses ini

disatu pihak justru mendasari kuatnya kepercayaan beragama bagi

penduduk pribumi ( Team Depag, 1986 :19 ).

Itulah yang menjadi sebab mengapa sebagian besar pondok

pesantren berada di daerah yang jauh dari keramaian kota, untuk

menghindari jangakauan Belanda. Dengan cara inilah, pondok

pesantren mampu mengembangkan sayap, terbukti sampai sekarang

banyak pondok pesantren yang berkembang di tanah air, khususnya di

pulau jawa.

3. Unsur – unsur Pondok Pesantren

Kyai , Santri, Pengajian Kitab Klasik, Masjid, Pondok merupakan

unsure – unsure dari tradisi pesantren. Hal ini berarti bahwa suatu

lembaga pengajian yang telah berkembanga hingga memiliki kelima

elemen dasar tadi akan merubah statusnya menjadi pesantren. Demikian

perkembangan selalu menampilkan cirri khas sebagai lembaga

pendidikan yang ditunjukkan oleh unsur – unsur pokok tersebut serta

membedakan dengan lembaga laiannya sebagai berikut :

a. Kyai

Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren,

seorang kyai bahkan seringkali merupakan pendirinya. Sudah

(41)

kepada kemampuan pribadi kyainya, menurut asal – usulnya,

perkataan kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar

yang saling berbeda :

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang – barang yang dianggap

keramat, seperti “ Kyai Garuda Kencana “ dipakai untuk sebutan

Kereta Emas yang ada di Kraton Yokyakarta.

2. Gelar kehormatan untuk orang – orang tua umumnya.

3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama islam

yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar

kitab – kitab islam klasik kepada para santrinya (Dhofier,1980:55).

Selain gelar, kyai sering disebut seorang alim ( orang yang

dalam pengetahuan tentang islam). Adanya kyai dalam pesantren

merupakan hal yang sangat mutlak bagi sebuah pesantren, sebab seorang

kyai merupakan tokoh sentral yang memberikan pengajaran dan

bimbingan, karena kyai menjadi satu – satunya yang paling dominan

dalam kehidupan suatu pesantren.

a. Santri

Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga

pesantren, menurut tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri :

1) Santri mukim yaitu murid – murid yang berasal dari daerah

(42)

2) Santri kalong yaitu murid – murid yang berasal dari desa –

desa di sekitar pondok, yang biasanya tidak menetap dalam

pesantren. Mereka pulang ke rumah masing - masing setiap

selesai mengikuti pembelajaran di pondok pesantren (

Dhofier,1980:51-52).

b. Pengajian Kitab Klasik

Kitab – kitab klasik yang sekarang dikenal dengan kitab kuning

sebagai karangan ulama terdahulu, mengenai berbagai ilmu

pengetahuan agama islam dan bahasa arab. Pada masa lalu, pengajaran

kitab-kitab klasik terutama karangan ulama yang menganut faham

syafi‟iyah dan merupakan satu-satunya pengajaran formal yang

diberikan dalam lingkungan pesantren. tujuan utama pengajaran ini

adalah untuk mendidik calon – calon ulama yang setia kepada faham

islam tradisional ( Dhofier,1980:50).

Para santri dalam mempelajari kitab-kitab klasik ini biasanya

menggunakan system pengajaran sorogan dan badongan. Kitab kuning

sebagai salah satu unsure mutlak dari proses belajar mengajar di

pesantren sangat penting dalam membentuk kecerdasan intelektual dan

moralitas kesalehan (kualitas keagamaan) pada diri santri

(Yasmadi,2005:68). System pembelajaran seperti ini, oleh para ulama

dianggap masih relevan diterapkan dalam suatu pendidikan pada

(43)

c. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan

pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk

mendidik para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu,

khutbah, dan sholat jum‟at serta pengajaran kitab-kitab klasik.

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dlam tradisi pesantren

merupakan manifestasi universalisme dasar system pendidikan

tradisional. Dengan kata lain, kesinambungan system pendidikan islam

yang berpusat pada pada masjid al-Qubba dekat Madinah pada masa

nabi Muhammad tetap terpancar dalam system pesantren

(Dhofier,1980:49).

Dalam perspektif sejarah Islam, masjid bukanlah sarana

kegiatan peribadatan belaka, lebih jauh dari itu masjid menjadi pusat

bagi segenap aktifitas nabi Muhammad dalam berinteraksi dengan

umat. Masjid, menurut Nurcholish Madjid dapat juga dikatakan

sebagai pranata terpenting masyarakat islam serta pembangunan

masjid adalah modal utama nabi ketika berjuang menciptakan

masyarakat beradap (Yasmadi,2005:65).

Demikian dengan seorang kyai yang ingin mengembangkan

sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid yang

tidak jauh dari lokasi yang akan di buat pondok pesantren. Masjid

(44)

santri-santrinya. Dan disinilah para santri mengenal berbagai ajaran-ajaran

agama Islam.

d. Pondok

Pondok pesantren adalah sebuah system yang unik. Tidak hanya

unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam

pandangan hidup dan tata nilai yang di anut, cara hidup yang

ditempuh, struktur pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek

kependidikan dan masyarakat lainnya. Oleh sebab itu, tidak ada

definisi yang secara tepat mewakili seluruh pondok pesantren yang ada

(Depag,2003:28).

Setiap pondok pesantren mempunyai keistimewaan sendiri, yang

mungkin tidak bisa di miliki oleh pondok-pondok yang lain. Meskipun

demikian, dalam hal-hal tertentu pondok pesantren memiliki

persamaan. Persamaan- persamaan inilah yang lazim disebut sebagai

ciri-ciri pondok pesantren, dan selama ini dianggap dapat

mengimplikasi pondok pesantren secara kelembagaan.

4. Pergulatan Pesantren dalam Perkembangan Masyarakat

Perubahan masyarakat terjadi setiap waktu berkenaan dengan proses

tingkah laku kalangan masyarakat (pedesaan ataupun kota). Perubahan

yang terjadi dalam masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan

(45)

masyarakat ikut memberikan macam-macam corak dalam masyarakat

sekitarnya. Karena pada awal berdirinya pesantren telah didukung

masyarakat sehingga perubahan yang terjadi di masyarakat pun akan

melibatkan keberadaan pesantren.

Perubahan masyarakat berjalan secara kontinyu dan

berkesinambungan. Memahami perubahan sosial sangat penting bagi

masyarakat terutama generasi muda yang sedang mengembangkan

ilmu pengetahuan untuk siap menjadi pewaris pejuang bangsa.

Memang dalam kehidupan intelek dan juga hubungan antar

masyarakat, ada prinsip-prinsip dasar yang hampir tidak memahami

perubahan. Perubahan tersebut bersifat menyempurnakan tidak

menghilangkan. Prinsip-prisip dasar itu seperti aqidah atau pendidikan

agama islam (syariat, akhlak,dsb).

Pendidikan Islam yang diterapkan di pesantren harus mampu

mensikapi, dapat memerangi dan mengatasi perubahan sosial dan

kebudayaan yang ada di masyarakat. Pendidikan Islam yang

bersumber dari Al-Qur‟an dan As Sunnah seyogyanyalah mampu

melahirkan manusia yang mencapai kesuksesan di dunia dan di

akhirat.

Pondok pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap

sitiasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah diharapkan

(46)

yang ditawarkan. Kehadiran pondok pesantren bisa disebut sebagai

agen perubahan sosial (agent of social ghange), yang selalu melakukan perubahan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral,

penindasan politik, pemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari

pemiskinan ekonomi (Depag, 2003:94).

Peran pesantren dalam kultur masyarakat dapat mengarahkan

tujuan perubahan itu ke masa depan yang lebih baik dari pada

kehidupan masyarakat sebelumnya, sehingga perubahan masyarakat

berpengaruh positif bagi pertumbuhan zaman, sosial dan budaya.

Pondok pesantren juga merupakan sarana bagi perkembangan potensi

dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam pendidikan atau dakwah

islamiyah (Depag,2003:93).

Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional

dalam membentuk manusia muslim yang abik dan sholeh. Oleh karena

itu lembaga pendidikan Islam ini berusaha untuk mewujudkan susana

yang lingkungannya dalam pesantren. pesantren ingin selalu

mengembangkan kurikulum pendidikan agar lebih unggul bila

dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Dikatakan

pesantren dapat mencapai kesejahteraan duniawi dan akhirat.

Pada perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya

pembinaan anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai

(47)

berkomunikasi dengan masyarakat secara luas, serta meningkatkan

kecerdasan terhadap alam lingkungan.

Terjadinya trasformasi masyarakat Indonesia dari masyarakat

agraris menjadi masyarakat industrialis memunculkan berbagai macam

jenis jabatan dan pekerjaan. Hal ini sering menimbulkan berbagai

benturan antara nilai-nilai sosial yang sudah melekat di masyarakat

dan nilai-nilai baru. Oleh karena itu pondok pesantren mampu

memberikan sumbangan-sumbangan baik moral maupun pikiran yang

sesuai dengan perkembangan masyarakat.

B. Kurikulum dan Kebutuhan Masyarakat

1. Konsep Dasar Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan

dalam bidang olahraga, yaitu ”currere” yang berrarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari

start hingga finis. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang

pendidikan (Muhaimin, 2007:1).

Kurikulum dimaksudkan suatu jarak yang harus ditempuh oleh

pelari atau kereta dalam perlombaan, dari mulai awal sampai akhir.

Kurikulum juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finis.

(48)

kemudian dipakai dalam bidang pendidikan yakni sejumlah mata

kuliyah di perguruan tinggi (Nasution, 1994:1-2).

Di Indonesia, istilah ”kurikulum” baru menjadi popular sejak tahun

lima puluhan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika

Serikat. Kini istilah kurikulum di kenal orang luar pendidikan.

Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “ rencana pelajran”. Hilda

Taba, “Curriculum Development, Theory and Practice” mengartikan

sebagai “a plan for learning” yang direncanakan untuk pelajaran anak (Nasution,1994:2).

Kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajran

yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh

ijazah. Kurikulum juga merupakan suatu cara untuk mempersiapkan

anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam

masyarakat. Kurikulum itu sebagai penyangga untuk mencapai tujuan

pendidikan. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum

adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana

itu sudah masuk pengajaran (Sukamadinata, 2013:5).

2. Kurikulum dan Masyarakat

Kurikulum sangat penting bagi masyarakat, sekolah / pesantren

sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu masyarakat

(49)

makin banyak yang harus diperoleh anak didik dan karena itu

bertmabah lamalah mereka harus bersekolah.

Perubahan dalam masyarakat terutama akhir-akhir ini sangat

cepat, sehingga sering sekolah tidak sanggup mengikuti jejak

kemajuan masyarakat. Akibatnya sekolah bertambah lama bertambah

jauh ketinggalan dan dicap konservatif tradisional, sekolah tidak dapat

bergerak secepat masyarakat dan sering sekolah berpegang teguh pada

mata pelajaran yang dahulu memang fungsional, akan tetapi dalam

masa modern ini sudah tidak lagi memenuhi tuntutan zaman. Hal ini

akan selalu timbul dan mengharuskan sekolah untuk meninjau

kurikulumnya kembali agar lebih relevan dengan perkembangan dan

kebutuhan masyarakat (Nasution,1994:153).

Mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita

memahami masyarakat tempat kita hidup. Karena setiap Pembina

kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan,

kegiatan dan aspirasi masyarakat. Perubahan masyarakat

mengharuskan kurikulum senantiasa ditinjau kembali. Kurikulum

dapat dikatakan sebagai unsur penting dalam proses pendidikan dalam

suatu kesatuan system, untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diharapkan.

Kurikulum yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat harus

(50)

sesuai dengan struktur kurikulum yang diberikan. Dengan demikian,

merencanakan suatu kurikulum merupakan usaha yang melibatkan

banyak instansi, mulai dari badan tertinggi sampai yang terendah

seperti guru, bahkan orang tua.

Oleh karena itu tidak ada alasan untuk menghapus atau

menutup pondok pesantren, dengan alasan kuno dan kurikulumnya

tertinggal dengan perkembangan zaman. Sementara penciptaan tradisi

keilmuan baru membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan tidak

seorang pakarpun mampu menjamin bahwa tradisi baru itu akan sama

efisien dengan tradisi keilmuan yang dibangun melalui kitab kuning.

Banyak ilmuan yang muncul dari kalangan pesantren, baik itu

pesantren klasik ( salafy ) maupun pesantren modern ( khalafy ).

Sebagai konsekuensi keikutsertaan pondok pesantren dalam

laju kehidupan kemasyarakatan yang bergerak dinamis, di pondok

pesantren selain berkembang aspek pokoknya, yaitu pendidikan dan

dakwah, juga berkembang hampir semua aspek kemasyarakatan,

terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan kebudayaan (Depag

RI,2003:19).

C. Kurikulum Pondok Pesantren

Yang dimaksud dengan kurikulum pondok pesantren meliputi : tujuan,

materi, metode, dan evaluasi. Cakupan dalam kurikulum seperti ini

(51)

sebagaimana dikutip Nasution mengemukakan bahwa “pada hakekatnya

tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar

berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya”

(Nasution,1994:7).

1. Tujuan Kurikulum di Pesantren

Kurikulum tidak lepas dari suatu pembelajaran dalam satuan

pendidikan. Pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan

yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui

pelatihan spiritual, kecerdasan, perasaan dan panca indera. Pendidikan

berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bersikap seperti yang

di harapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Pendidikan

membentuk manusia secara keseluruhan yaitu pembentukan

kepribadian secara utuh.

Tujuan dalam pendidikan islam ialah kepribadian muslim, yaitu

suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran islam.

Orang yang berkepribadian muslim dalam Al Qur‟an disebut

“Muttaqin”. Oleh karena itu pendidikan islam berarti pembentukan

manusia yang bertaqwa. Hal ini sesuai dalam pendidikan mansional

yang kita tuangkan dalam tujuan pendidikan nasioanal yang akan

membentuk manusia Pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan Yang

(52)

Menurut Al-Ghazali, tujuan umum pendidikan islam tercermin

dalam dua segi :

1. Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah

SWT.

2. Insan puran yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan

hidup di dunia dan di akherat.

Kebahagiaan dunia-akherat dalam pandangan Al-Ghazali adalah

menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya.

Kebahagiaan yang lebih mempunyai nilai universal, abadi, dan lebih

hakiki itulah yang diprioritaskan, sehingga pada akhirnya tujuan ini

akan menyatu dengan tujuan yang pertama (Muhaimin,

Mujib,1993:161).

Dasar pendidikan pesantren yang fundamental yaitu

Al-Quran-Hadits sebagai tujuan pendidikan pesantren antara lain menjadikan

santri-santri sebagai figur yang berkepribadian muslim serta

mengembangkan supaya dapat menjadi sosok muslim yang

berkepribadian muhsin. Fakta tersebut sesungguhnya merupakan

nilai-nilai yang sudah ada tradisi pada kalangan pesantren, walaupun

sebenarnya tidak proposional, yaitu tindakan dan perkataan sang kyai

dalam jajaran dasar falsafah pendidikan pesantren (kyai dianggap

(53)

Faisal mencanangkan bahwa pendidikan pesantren bertujuan

sebagai berikut :

a. Mencetak ulama yang mneguasai ilmu-ilmu agama. Hal ini

sesuai dengan Al-Qur‟an Surat At-Taubah:122.

b. Mendidik muslim yang dapat melaksankan syariat agama.

c. Mendidik agar obyek memiliki keterampilan dasar yang

relevan dengan terbentuknya masyarakat beragama.

Menurut mastuhu (sebagaimana dikutip Manfred

Oepen,1988:288) mengungkapkan bahwa tujuan dari pesantren,

antara lain sebagai berikut :

a. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran islam.

b. Memiliki kebebasan yang terpimpin.

c. Berkemampuan mengatur diri sendiri.

d. Memiliki kebersamaan yang tinggi.

e. Bisa menghormati orang tua dan guru.

f. Mempunyai rasa cinta terhadap ilmu.

g. Mandiri dan kesederhanaan (Tafsir,1992:201).

Sedangkan yang menjadi tujuan pendidikan pesantren adalah

(54)

tersebut mirip dan sama dengan tujuan pendidikan Islam. Muhaimin

dan A. Mujib menyadur rumusan tujuan pendidikan Islam dari hasil

seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad sebagai

berikut : “Pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan

yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui

pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Oleh

karena itu pendidikan seharusnya memberi pelayanan bagi

pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya yang meliputi aspek

spiritual, intelektual, immjinasi, fisik, ilmiah, linguistik baik secara

indibidu maupun secara kolektif, di samping memotivasi semua aspek

tersebut kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan terealisasinya

ketundukan kepada Allah SWT, baik dalam level individu, komunitas

dan manusia secara luas (Muhaimin, Mujib,1993:163).

Maka dalam tujuan pendidikan dan pengajaran pesantren juga

tidak bisa lepas dari tujuan pendidikan Islam.

2. Materi Kurikulum Pesantren

Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang

dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis arab,

morfologi arab, hukum islam, sistem yurisprodensi Islam, hadist, tafsir

Alqur‟an, teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika. Literature ilmu

-ilmu tersebut memkai kitab-kitab klasik yang disebut dengan istilah

(55)

a. Kitab-kitabnya berbahasa arab.

b. Umumnya tidak memakai syakal, bahkan tanpa titik dan koma.

c. Berisi keilmuan yang cukup berbobot.

d. Metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan ilmu kontemporer kerapkali tampak menipis (Muhaimin-Mujib,1993:300).

3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang termasuk tertua, sejarah

perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran

yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan

metode pengajaran wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat, metode

tersebut diistilahkan dengan “Bandongan”, sedangkan di Sumatra

digunakan istilah Halaqoh.

Bagaimana halnya kurikulum, madrasah atau sekolah yang

diselenggarakan oleh pondok pesantren juga menggunakan metode

pembelajaran yang sama dengan metode pembelajaran madrasah atau

sekolah lain, di luar pondok pesantren. Metode pembelajaran yang di

pergunakan di lembaga pendidikan formal lain yang di selenggarakan

oleh pondok pesantren, selain madrasah dan sekolah, pada umumnya

mengikuti metode yang berkembang di madrasah atau sekolah.

Secara garis besar metode pembelajaran yang dilaksanakan di

pesantren, dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, di mana

diantaranya masing-masing sistem mempunyai ciri khas tersendiri,

(56)

a. Metode Sorogan

Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang

berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan

kitabnya dihadapan kyai. Sistem sorogan ini termasuk belajar

secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan

seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara

keduannya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai

taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi

seorang alim (Depag RI,2003:38).

Metode yang santrinya cukup pandai mensorogkan

(mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca di

hadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung

dibenarkan oleh kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai

proses belajar mengajar individual (Muhaimin,1993:300).

b. Metode Wetonan / Bandongan

Wetonan, istilah wetonan ini berasal dari kata wektu

(bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut

diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan

sesudah melakukan sholat fardu. Metode wetonan ini

merupakan kuliyah, dimana para santri mengikuti pelajaran

dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran

(57)

membuat catatan. Istilah wetonan ini di Jawa barat dikenal

dengan istilah ”bandongan”, sedangkan di Sumatra dikenal

dengan sebutan “halaqoh”.

Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau

ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau

menyimak apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab.

Kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan seringkali

mengulas teks-teks kitab bahasa arab tanpa harakat (gundul).

Santri memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan

pendhabitan harakat kata langsung di bawah kata yang

dimaksud agar dapat memahami teks (Depag RI,2003:40).

c. Metode Musyawaroh/Bahtsul Masa‟il

Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa‟il

merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan

metode diskusi atau seminar. Dalam pelaksanaannya, para

santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau

pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik

beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis

dan memecahkan suatu persoalan dalam argument logika yang

mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah dilakukan juga

untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang

(58)

4. Evaluasi Pembelajaran di Pesantren

Rangkaian akhir dari komponen dalam suatu sistem pendidikan yang

penting adalah penilaian ( evaluasi ). Evaluasi ini adalah suatu

penilaian tentang proses belajar mengajar. Dalam evaluasi

performance yaitu penilaian yang berkenaan dengan seluruh kegiatan

yang dilakukan, baik kegitan mengajar maupun kegiatan belajar,

sampai sejauhmana tujuan yang diterapkan dapat tercapai

(Usman,2002:130).

Berhasil atau gagalnya suatu pendidikan dalam mencapai

tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan penilaian terhadap produk

yang dihasilkannya jika hasil ( Out put ) suatu pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah diprogramkan, maka usaha pendidikan tadi

dinilai berhasil, tetapi sebaliknya dinilai gagal.

Evaluasi atau penilaian merupakan suatu cara untuk mengetahui

sejauhmana santri menguasai materi-materi yang telah disampaikan

ustadz/kyai, di samping juga untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan ustadz/kyai dalam mengadakan pengajaran. Pada

dasarnya evaluasi merupakan bagian dari pengajaran yang tidak bisa

ditinggalkan. Karena pengajaran merupakan suatu proses, maka

dengan sendirinya evaluasi harus dilaksanakan secara kontinyu.

Dalam kaitannya dengan evaluasi, keberhasilan belajar di

(59)

kepada orang lain atau mneguasai kitab yang dipelajarinya. Maka hal

itu berarti santri yang bersangkutan telah lulus. Evaluasi keberhasilan

tersebut hampir sama dengan evaluasi keberhasilan belajar pada

madrasah dan sekolah-sekolah umum yang menggunakan ujian resmi

dengan pemberian angka tanda lulus atau naik tingkat.

Dari gambaran sistem evaluasi pesantren di atas, dapat dipahami

bahwa tinjauan dari evaluasi pendidikan pada pesantren tradisional

yaitu materi pelajaran hanya terdiri dari kitab-kitab klasik dengan

metode sorogan, bandongan dan hafalan. Tekanannya lebih banyak bersifat penilaian diri masing-masing santri, sudah sejauhmana

kemampuannya memahami kitab-kitab yang diajarkan.

Maka untuk menilai prestasi santri, pada setiap akhir tahun

diadakan ujian akhir guna menentukan lulus tidaknya seorang santri

pada jenjang pendidikan yang diikutinya, Ibtidaiyah, Tsanawiyah,

Aliyah. Selain itu pada setiap akhir semester, juga dimasukkan ke buku

raport sebagai hasil prestasi belajar santri pada semester yang

(60)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Tremas 1. Sejarah Berdirinya Pondok Tremas

Sebelum membicarakan tentang Pondok Tremas secara khusus, ada

baiknya kalau kita mengenal daerah Pacitan dan perkembangan

agamanya, sebab hal ini sangat erat hubungannya dengan berdirinya

Pondok Tremas.

Pada abad ke XV M. bumi nusantara ini di bawah naungan

kerajaan Majapahit, dan seluruh masyarakatnya masih memeluk agama

Hindu atau Budha. Begitu juga daerah Wengker selatan atau di sebut

juga Pesisir selatan (Pacitan) yang pada waktu itu daerah tersebut

masih di kuasai seorang sakti beragama Hindu yang bernama Ki

Ageng Buwana Keling, yang di kenal sebagai cikal bakal daerah

Pacitan.

Menurut silsilah, asal usul Ki Ageng Buwana Keling adalah

putra Pejajaran yang di kawinkan dengan salah satu putri Brawijaya V

yang bernama putri Togati. Setelah menjadi menantu Majapahit maka

KI Ageng Buwana Keling mendapat hadiah tanah di pesisir selatan dan

di haruskan tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. KI Ageng Buwana

(61)

bernama Ki Ageng Bana Keling. Kegoncangan masyarakat Ki Ageng

Buwana Keling di Pesisir selatan terjadi setelah datangnya Muballigh

Islam dari kerajaan Demak Bintara, yang di pimpin oleh Ki Ageng

Petung (R. Jaka Deleg/Kyai Geseng), KI Ageng Posong (R. Jaka

Puring Mas/KI Ampok Boyo) dan sahabat mereka Syekh Maulana

Maghribi. Yang meminta Ki Ageng Buwana Keling beserta semua

rakyat di wengker selatan untuk mengikuti atau memeluk ajaran Islam.

Namun setelah Ki Ageng Buwana Keling menolak dengan keras

dan tetap tidak menganut agama baru yaitu agama Islam, maka tanpa

dapat dikendalikan lagi terjadilah peperangan antara kedua belah

pihak. Peperangan antara penganut agama Hindu yang dipimpin oleh

Ki Ageng Buwana Keling dengan penganut agama Islam yang

dipimpin oleh Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeikh

Maulana Maghribi memakan waktu yang cukup lama, karena kedua

belah pihak, memang terdiri dari orang-orang sakti. Namun akhirnya

dengan keuletan dan kepandaian serta kesaktian para muballigh

tersebut peperangan itu dapat dimenangkan Ki Ageng Petung dan

pengikut-pengikutnya setelah dibantu oleh prajurit dari Adipati

Ponorogo yang pada waktu itu bernama Raden Betoro Katong (Putra

Brawijaya V).

Mulai saat itulah maka daerah Wengker selatan atau Pacitan

dapat dikuasai oleh Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeikh

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan zaman saat ini, pesantren mulai melakukan pembaharuan agar tetap diterima di masyarakat, salah satunya Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf yang

Peneliti bersyukur kepada Allah swt, karena telah dapat menyele- saikan penelitian yang berjudul “Manajemen Kurikulum Di Pondok Pe- santren Darus Salam Ampah Tingkat

Berbagai tujuan integrasi kurikulum yang telah dipaparkan di atas baik tujuan pendidikan nasional secara umum maupun yang dirumuskan pondok pesantren secara khusus, akankah

Metode ini bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta mengenai manajemen strategik yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh

Abdurrahman Khudlori yang diterapkan melalui pengembangan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam, sedikit demi sedikit minat dan kesadaran masyarakat akan arti

Nilai plus dan keyakinan diri santri meningkat tatkala mereka mampu menggunakan bahasa Jawa ragam krama dengan tepat, utamanya dengan para kyai, yang hal tersebut digunakan sebagai

difungsikan sebagai personalia pendidikan Islam di pesantren sebagaimana yang diimplementasikan oleh Pondok Ngabar. Sesuai dengan konsep tersebut, sang pengabdi di

santri sebagai peserta didik harus lebih aktif dalam pembelajaran baik. belajar secara bersama maupun belajar mandiri, peserta didik