RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN
DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
SALIS UMUDIYAH
111 10 189
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di
luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan
kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.
Salatiga, 29 September 2015 Penulis
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id Saudara : Salis Umudiyah
Kepada:
Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Salis Umudiyah
NIM : 111 10 189
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/ PAI
Judul : RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur )
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas dapat dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, 29 September 2015 Pembimbing
SKRIPSI
RELEVANSI KURIKULUM PONDOK PESANTREN DENGAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT
( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur )
DISUSUN OLEH SALIS UMUDIYAH
111 10 189
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd ____________
Sekretaris Penguji : Dr. Miftahuddin, M.Ag ____________
Penguji I : Drs. Abdul Syukur, M.Si ____________
Penguji II : M. Farid Abdullah, S.Pd.I, M.Hum ____________
Salatiga, 29 September 2015 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
MOTTO
”
Barang
siapa ‘alim, mengamalkan
serta mengajarkan ilmunya, maka ia bakal
di sebut
–
sebut oleh malaikat
langit”
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi
ini saya persembahkan kepada :
& Ayah, ibunda, kakak-kakak tercinta yang senantiasa tak pernah
berhenti memberikan doanya sehingga skripsi ini bisa penulis
selesaikan.
& Almukarom Romo KH. Fu‟ad Habib Dimyathi, KH. Luqman
Harist Dimyathi dan seluruh keluarga besar Perguruan Islam
Pondok Tremas Pacitan yang dengan tulus ikhlas mendidikku
dengan dasar-dasar keagamaan dan semangat spiritual yang
dijadikan bekal hidup.
& Seseorang yang selalu memberikan motivasi dan walaupun masih
jauh tetapi selalu menemaniku di setiap perjuanganku.
& Teman – temanku senasib seperjuangan yang menyertaiku dalam
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang telah melimpah rahmat, taufik,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi dengan judul “Relevansi Kurukulum Pondok Pesantren dengan Kebutuhan
Masyarakat ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa
Timur”). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratanguna
memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di IAIN
Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
3. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang
4. Ayahanda dan ibunda terkasih ( Bpk Suparno dan Ibu Maesyaroh ) yang telah
tulus dan ikhlas mencurahkan segalanya demi penulis serta kakak-kakakku
tercinta yang telah memberiku semangat.
5. Seluruh dosen dan pegawai administrasi IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.
6. Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur serta pengasuh dan
ustadz/ ustadzh yang telah memberikan ilmunya kepada saya (dek Nafis,
Iqoh, Ijah, Riska, Hulah )yang telah memberikan banyak inspirasi dan
motivasi.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin ya robbal ‟alamin
Salatiga, 29 September 2015 Penulis
ABSTRAK
Umudiyah, Salis. 2015. Relevansi Kurukulum Pondok Pesantren dengan Kebutuhan Masyarakat ( Studi analisis pada Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur). Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H.MiftahuddinM.Ag.
Kata Kunci : Kurikulum Pondok, Kebutuhan Masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas relevansi kurikulum pondok pesantren dengan kebutuhan masyarakat studi analisis pada perguruan Islam pondok tremas pacitan jawa timur.Adapun fokus penelitian yang akan dikaji adalah: (1). Bagaimana format kurikulum yang ada di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur; (2). Bagaimana Pengembangan kurikulum di Perguruan Islam Pondok Tremas Jawa Timur; (3). Apakah kurikulum yang ada di Perguruan Islam Pondok Tremas itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO...i
JUDUL...ii
DEKLARASI...iii
PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI...iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING...v
PENGESAHAN KELULUSAN...vi
MOTTO...vii
PERSEMBAHAN...viii
KATA PENGANTAR...ix
ABSTRAK...x
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Fokus Penelitian...6
C. Tujuan Penelitian...6
E. Penegasan Istilah...8
F. Metode Penelitian...10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...10
2. Kehadiran Peneliti...10
3. Waktu Penelitian...11
4. Lokasi Penelitian...11
5. Sumber Data...11
6. Teknik Pengumpulan Data...12
7. Analisis Data...14
8. Pengecekan Keabsahan Data...14
G. Sistematika Penulisan...15
BAB II LANDASAN TEORI A. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam 1. Pengertian Pondok Pesantren...20
2. Tinjauan Sejarah tentang Pondok Pesantren di Indonesia...22
3. Unsur – Unsur Pondok Pesantren...24
4. Pergulatan Pesantren dalam Perkembangan Masyarakat...28
1. KonsepDasar Kurikulum...31
2. Kurikulum dan Masyarakat...32
C. Kurikulum Pondok Pesantren...34
1. Tujuan Kurikulum di Pesantren...35
2. Materi Kurikulum Pesantren...38
3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran...39
4. Evaluasi Pembelajran di Pesantren...42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Tremas...44
1. Sejarah Singkat Berdirinya Perguruan Islam Pondok Tremas...44
2. Letak Geografis...48
3. Struktur Organisasi...49
4. Keadaan Ustadz / Ustadzah, Santri...50
5. Sarana dan Prasarana...54
B. Kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur...56
1. Kitab – Kitab yang di Pelajari...58
3. Pengembangan Kurikulum...62
C. Kebutuhan Masyarakat...69
D. Hubungan Perguruan Islam Pondok Tremas dengan
Kebutuhan Masyarakat ...70
BAB IV ANALISIS DATA
RELEVANSI KURIKULUM DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
A. Format Kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan...80
B. Pengembangan Kurikulum di Perguruan Islam Pondok
Tremas...82
C. Relevansi Kurikulum dengan Kebutuhan
Masyarakat...86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...90
B. Saran...92
C. Penutup...95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Sruktur Organisasi Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan
Tabel.2 Daftar Guru Perguruan Islam Pondok Tremas
Tabel.3 Data Jumlah Santri Perguruan Islam Pondok Tremas
Tabel.4 Data Sarana dan Prasarana Perguruan Islam Pondok Tremas
Daftar Lampiran
Lamp. 1 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lamp. 2 : Surat Penunjukkan Pembimbing
Lamp. 3: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lamp. 4: DaftarNilai SKK
Lamp. 5: Daftar Riwayat Penulis
Lamp. 6: Pedoman Wawancara
Lamp. 7 : Transkrip Wawancara
Lamp. 8: Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan bagian dari kebutuhan suatu lembaga pendidikan
masyarakat dan sebagai rancangan yang mengarah pada hasil belajar
mengajar bagi pendidik dan peserta didik, sehingga kurikulum dapat
mempengaruhi tujuan sosial yang berkembang di masyarakat, baik itu
pendidikan formal maupun non formal seperti madrasah dan pesantren.
Pada realitanya pendidikan yang sudah ada menyacu pada pendidikan
islam sebagai sumber wawasan ( pengetahuan), sehingga pendidikan islam
tidak hanya mengangkat pada pengetahuan umum saja tetapi mampu
mengangkat pendidikan moral, etika,. Pada abad terdahulu sebuah
lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia di kenal dengan sebutan
pesantren. Dalam lembaga ini banyak mempelajari dan membina tentang
ajaran- ajaran agama Islam. Hal ini dapat kita lihat di sekeliling kita
banyak alumni – alumni pesantren yang telah berkecimpung dalam
lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan.
Pondok pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia telah
menunjukkan kemampuannya dalam mencetak kader – kader ulama dan
telah berjasa dalam mencerdaskan bangsa. Selain itu, pondok pesantren
swastaan dan kemandirian ( Depag RI, 2003 : 5 ), sehingga keberadaan
Pondok Pesantren di Indonesia berpengaruh besar terhadap masyarakat di
sekitarnya. Dalam hal pendidikan agama, pengaruh pesantren tidak perlu
dipertanyakan. Ini disebabkan sejak awal berdirinya pesantren memang
disiapkan untuk mendidik dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada
masyarakat melalui pengajian, baik dengan sistem salaf maupun sekolah.
Pada kongres pesantren yang dilaksanakan di Solo pada tahun
1970, banyak di paparkan daftar keluhan yang semuannya berhubungan
dengan kurangnya penilaian terhadap pesantren. Masyarakat banyak yang
menilai bahwa pesantren adalah tempat penampungan bagi anak – anak
yang gagal dalam melanjutkan di sekolah umum, sehingga terkesan
terpaksa jika memasukkan anaknya disebuah pesantren. Oleh karena itu
dunia pesantren dianggap hanya dapat memberikan konsumsi kehidupan
akherat saja, sehingga orang segan menyekolahkan anaknya ke PGA,
PHIN, SGHA ataupun IAIN (Steenbrink, 1986: 214).
Untuk menanggulangi keluhan masyarakat tersebut lalu pesantren
memberikan jalur-jalur kegiatan melalui berbagai pendidikan di bidang
keagamaan, berbangsa dan bermasyarakat yang diharapkan dapat
mendidik para santri sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan cara
pengembangkan dan mengemas kurikulum pesantren yang benar-benar
Pendidikan pesantren sangat mewarnai dunia Islam pada umumnya
dalam segala bentuk kehidupan manusia, terlebih dalam lingkungan
masyarakat tertentu, yaitu pendidikan yang terarah dalam rangka
mengembangkan potensi manusia kepada nilai-nilai Islam ( Langgulung,
1980 : 29). Demikian menurut Mukti Ali,”bahwa agama mempengaruhi
jalannya masyarakat dan pertumbuhan masyarakat mempengaruhi
pemikiran terhadap agama” (Mukti Ali, 1993: 36).
Firman Allah Surat Taubah ayat 122 yang berbunyi :
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.Sesuai dengan ayat di atas, maka pondok pesantren menjadi salah
satu tempat untuk memperdalam ilmu – ilmu agama, yang didalamnya
terbentuk pendidikan yang diatur sesuai urutan perjenjangan kitab ( Nafi‟
Dengan demikian pendidikan pesantren mengembangkan da‟wah
Islam terhadap masyarakat atau kepada umat Islam. Hal ini dapat kita
tinjau di sebuah pondok pesantren yang ada di Jawa Timur yaitu di PIP
Tremas Pacitan Jawa Timur. Kurikulum yang dikembangkan oleh
pesantren ini dapat mencetak lulusan yang lebih unggul di mata
masyarakat. Pesantren ini telah mendapat dukungan dari masyarakat
dalam mencetak santri berkualitas terutama bagi sarana dakwah dan
peningkatan kader da‟i dan keuntungan lain yang diperoleh alumnusnya
(Fadjar, 1991 : 143).
Pendidikan Islam ditanamkan di PIP Tremas Pacitan yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan spiritual mereka. Maka dari itu maju
mundurnya pendidikan pondok ini ditentukan oleh besar kecilnya
partisipasi dan motivasi dari masyarakat yang mau berinteraksi kepadanya
dengan baik. Pendidikan yang berada di PIP Termas Pacitan mengelola
pendidikan dengan menekankan pembelajaran ajaran agama islam, tetapi
tidak berarti mengesampingkan pada pendidikan sebagai mana yang ada di
sekolah umum walaupun pembelajaran yang berada di PIP Tremas masih
tergolong pendidikan tradisional, yaitu dengan sorogan, badongan,
wetonan dimana perkembangannya menunjukkan signal yang signifikan
dan relevan dari tahun ke tahun, baik dari faktor manusia maupun faktor
pendidikan atau dari sarana-prasarana yang memadai.
Keberadaan PIP Tremas Pacitan berarti telah memberikan
kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan bakat anak
didik, agar keterampilan dalam segala bidang yang relevan dengan tugas
kehidupan bermasyarakat dapat berhasil bahkan mampu berdakwah
dengan hasil yang lebih efektif serta mempunyai keterampilan yang dapat
digunakan untuk bermasyarakat selain itu juga mempunyai potensi yang
bisa di kembangkan di masyarakatnya. Pendidikannya-pun tidak bersifat
dikotomis, dimana mengajarkan pengetahuan agama seperti; Tafsir,
Qur‟an-Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Nahwu, Sharaf juga menambahkan
kurikulum lembaga pendidikan pengetahuan umum, seperti; ilmu alam,
ilmu hayat, ilmu pasti, sejarah, tata negara, ilmu bumi, ilmu pendidikan,
ilmu jiwa dan sebagainya.
Orientasi dan strategi pengajaran selalu mengalami perubahan
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Harapan masyarakat, banyak
berkeinginan agar anaknya melanjutkan keperguruan tinggi supaya dapat
menjadi orang yang bisa memimpin maka pendidikan di lingkungan
Pondok Tremas mengarahkan strategi pengajaran dan orientasinya pada
sukses melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Disamping itu
mempersiapkan peserta didik untuk dapat memasuki dunia kerja dan
pengabdian masyarakat.
PIP Tremas Pacitan adalah salah satu pondok salafiyah yang
tergolong pondok tua di Jawa, bahkan pembelajarannya pun masih bersifat
sendiri tetapi tidak berarti kurikulum pondok pesantren bertolak belakang
dengan kebutuhan masyarakat pada zaman sekarang ini.
Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian di
Perguruan Islam Pondok ( PIP ) Termas Pacitan Jawa Timur dengan yaitu
dengan judul “Relevansi Kurikulum Pondok Pesantren Dengan Kebutuhan Masyarakat ( Studi Analisis pada Perguruan Islam Pondok (PIP) Tremas Pacitan Jawa Timur ) “
B. Fokus Penelitian
Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka fokus
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana format kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas
Pacitan ?
2. Bagaimanakah proses pengembangan kurikulum di Perguruan
Islam Pondok Termas Pacitan ?
3. Apakah kurikulum Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mendeskripsikan kurikulum Perguruan Islam Pondok
2. Untuk memaparkan proses pengembangan kurikulum di
Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.
3. Untuk menganalisis relevansi kurikulum pesantren dengan
kebutuhan masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat ataupun kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua
yaitu teoritis dan secara praktis sebagai berikut:
1. Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan
khususnya kajian pendidikan dalam bidang PAI dan juga menambah
bahan pustaka, keilmuan pendidikan Islam. Sebagai salah satu sumber
acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian masalah ini
lebih lanjut.
2. Praktis
a. Secara praktis manfaat penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan masukan untuk meningkatkan kualitas
kurikulum serta pembelajaran di pondok pesantren.
b. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana (S1) pada Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dari
E. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pembahasan dan untuk menjaga agar tidak terjadi
kesalah-pahaman terhadap judul, maka perlu adanya penegasan secara
konkrit dan lebih operasional yaitu :
1. Relevansi Kurikulum
Dalam kamus bahasa Indonesia relevansi diartikan
kaitan, hubungan. Kurikulum adalah seperangakat perencanaan
dan media untuk menghantarkan lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang di inginkan
(Muhaimin,1993:184). Disini yang di maksud oleh penulis,
relevansi di kaitkan dengan kurikulum pondok yang
mempunyai kesinambungan dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan artian kurikulum yang dikembangkan di Pondok
pesantren sesuai dengan apa yang di butuhkan oleh masyarakat.
2. Pondok Pesantren
Pengertian pesantren pada dasarnya berarti tempat
belajar para santri ( Zamakhsyari, 1994 : 18 ). Pesantren berasal
dari kata santri, yang dengan awalan “pe” di depan dan akhiran
“an” dibelakang kata, berarti tempat tinggal para santri
(Yasmadi, 2005 : 61). Secara terminologi di Indonesia
pesantren lebih dikenal dengan sebutan “ pondok pesantren”,
“ funduq” yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana ( Yasmadi, 1996 : 138 ).
Sehingga pondok pesantren pada dasarnya adalah
sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk para santri
di bawah bimbingan seorang guru, atau lebih dikenal dengan
sebutan “Kyai.” Asrama untuk para santri tersebut berada
dalam lingkungan komplek pesantren, dimana Kyai bertempat
tinggal, yang juga menyediakan sebuah masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang lain ( Zamakhsyari, 1994 : 44 ).
3. Perguruan Islam
Perguruan dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti
1.sekolah, gedung – gedung tempat belajar, 2. Pengajaran
(Poerwadaminta, 1982 :335). Islam berarti berserah diri kepada
Allah SWT. Islam merupakan sistem Ilahi dan dengan sistem
itulah Allah menentukan syari‟at, Allah SWT menjadikan
Islam sebagai sistem yang sempurna yang mencakup seluruh
sistem kehidupan, termasuk di dalamnya pendidikan
(Abdurrahman, 1995 : 25).
Dari beberapa istilah diatas, dapat diambil pengertian bahwa yang
tentang kurikulum pesantren yang relevan dengan kebutuhan masyarakat
di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)
dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif
yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,
pengamatan, serta penelaahan dokumen/ studi dokumenter yang antara
satu sama lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan
(Sukmadinata, 2005: 108).
Penggunaan metode ini untuk memahami interaksi sosial yang
kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian
dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta dan
wawancara mendalam , agar ditemukan pola – pola hubungan yang
jelas (Sugiono,2009:24).
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti hadir secara langsung pada obyek yakni Pondok
Tremas Pacitan, dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan
peneliti. Di sini peneliti mengumpulkan data-data yang berhubungan
dengan fokus penelitian kurikulum pondok pesantren dengan
kebutuhan masyarakat, serta mencari info-info untuk melengkapi data
3. Waktu Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data – data di PIP Tremas Pacitan
terhitung mulai bulan januari - selesai. Setelah selesai dilanjutkan
dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di PIP Tremas Pacitan Jawa
Timur. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian berikut adalah
sebagai berikut:
Pertama, berkaitan dengan upaya pengembangan kurikulum pesantren di Indonesia, peran intuisi pendidikan formal. Oleh karena
itu, kurikulum yang ada di pesantren dapat pembentukan karakter
peserta didik yang intelek dan siap terjun di masyarakat perlu
dikembangkan.
Kedua, pemilihan tempat penelitiannya tersebut di Tremas Kecamatan Arjosari peneliti berargumen bahwa Tremas merupakan
wilayah agraris yang penduduknya masih sangat kental dengan
pengenalan pondok pesantren klasik. Selain itu melihat kondisi
lingkungan di sekitar pondok, realita menunjukkan bahwa masih
banyak pemahaman tentang kurikulum pondok pesantren yang
membantu dalam kebutuhan masyarakat.
5. Sumber Data
Sesuai dengan sumber data yang ada, maka prosedur dalam
a. Primer
Data primer dan jenis data primer penelitian ini adalah
kata-kata dan tindakan subjek serta ganbaran ekspresi, sikap dan
pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama
melakukan interpretasi data. Sumber data yang akan dijadikan
bahan penulisan skripsi diantaranya adalah orang-orang kunci (Key Person) yang meliputi : pengasuh pondok ( kyai ), dewan pengurus ( ustadz/ Ustadzah ), tokoh masyarakat, ketua organisasi, dan
santri. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan
bantuan catatan lapangan, dan dengan bantuan rekaman suara
handphone.
b. Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh
dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya
buku-buku literatur yang berhubungan dengan internet, dokumen pribadi
dan dokumen yang terkait dengan penelitian ini.
6. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian yaitu :
1) Observasi (pengamatan), ialah pengamatan dan pencatatan
2010 : 54). Untuk menyelidiki peristiwa dengan mengamati
secara sistematik terhadap letak dan keadaan daerah, serta
potret kehidupan di PIP Tremas Pacitan Jawa Timur.
2) Wawancara, adalah suatu bentuk komunikasi, semacam
percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
(Nasution, 1996 : 113). Peneliti mencoba menanyakan dengan
responden supaya mengetahui persoalan yang di teliti. Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang sistem
pendidikan di PIP yang meliputi : kitab-kitab yang dipelajari,
PBM, metode, dan evaluasi, dan pandangan masyarakat
terhadap eksistensi PIP. Wawancara ini dilakukan terhadap :
Kyai, Dewan pengurus ( Ustazd / Ustadzah ), Santri, Ketua
Organisasi, serta tokoh masyarakat sekitar.
3) Dokumentasi, ialah pengambilan data yang diperoleh melaluli
dokumen – dokumen (Arikunto, 2010 : 73). Dokumentasi ini
bertujuan untuk memperoleh dokumenter yang berbentuk
informasi yang berhubungan dengan pondok pesantren. Metode
dokumenter ini penulis gunakan untuk memperoleh data
7. Analisis Data
Berdasarakan permasalahan yang akan di paparkan dalam
skripsi ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, dengan
mengelompokkan bagian-bagian kesimpulan yang di hasilkan sebagai
gambaran menyeluruh atas obyek penelitian.
Analisis tersebut, penulis gunakan untuk menelaah kurikulum
pesantren dan bagaimana kesesuaiannya dengan kebutuhan
masyarakat lingkungannya. Dalam analisis ini, konsep kurikulum
pendidikan Islam yang ideal digunakan sebagai landasan. Dengan
demikian penelitian ini lebih memfokuskan pada evaluasi kurikulum
pondok yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan atas
kriteria-kriteria tertentu. kriteria-kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan
(credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability) (Moeloeng,2009:324).
a. Derajat Kepercayaan (credibility)
Kriteria kredibilitas ini berfungsi untuk melaksanakan
penelaahan data secara akurat agar tingkatan kepercayaan
perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan, triangulasi,
pemeriksaan sejawat melalui diskusi.
b. Kebergantungan (dependability)
Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep
reability dalam penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan untuk
mnegukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data yang sudah dipolakan.
c. Kepastian (confirmability)
Konsep ini merupakan konsep pengganti dari konsep
“objektivitas” pada penelitian kualitatif, obyektivitas itu diukur
melalui orangnya atau penelitinya. Jadi objektivitas dan
subjektivitas dalam penelitian kualitatif sangan ditentukan oleh
seseorang.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini secara garis besar disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bagian awal, terdiri dari :
Halaman Sampul, Lembar Berlogo, Halaman Judul, Halaman Nota
Pembimbing, Halaman Pengesahan Kelulusan, Pernyataan Keaslian
Pengantar, Abstrak, Halaman Daftar Isi, Daftar Tabel, Halaman
Daftar Gambar, serta Daftar Lampiran.
2. Bagian isi
Bagian isi terdiri dari beberapa baba yang masing – masing terdiri
dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,
Kegunanan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode
Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
A. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam
yang meliputi: Pengertian Pondok Pesantren, Tinjauan
Sejarah tentang Pondok Pesantren di Indonesia,
Unsur-Unsur Pesantren (Kyai, Santri, Kitab Kuning, Masjid, Pondok), Pergulatan Pesantren dalam Perubahan Masyarakat.
B. Sekilas tentang Pengembangan Kurikulum yang
meliputi: Pengertian Kurikulum, Asas-Asas Kurikulum,
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum, Kurikulum
C. Kurikulum Pondok Pesantren yang meliputi: Tujuan
Pengajaran di Pesantren, Materi Pendidikan di
Pesantren, Pendekatan dan Metode (Sorogan,
Bandongan, Wetonan (Halaqoh), Musyawarah),
Evaluasi Pendidikan di Pesantren.
BAB III : Penyajian Data
A. Gambaran Umum Perguruan Islam Pondok Tremas
Pacitan
1. Sejarah Berdirinya.
2. Letak Geografis.
3. Struktur Organisasi.
4. Keadaan Santri, Ustadz / Ustadzah
5. Sarana dan Prasarana
B. Pelaksanaan Pendidikan di PIP Tremas Pacitan Jawa
Timur
1. Kitab-Kitab yang di pelajari (Materi yang diajarkan).
2. Kurikulum di PIP Tremas Pacitan.
3. Metode – Metode dalam Proses Belajar Mengajar di
4. Pengembangan Kurikulum mengenai: Pengembang
Kurikulum, Artikulasi dan Hambatan, serta
Model-Model Pengembangan Kurikulum.
BAB IV : Analisis Relevansi Kurikulum Pesantren dengan
Kebutuhan Masyarakat pada Perguruan Islam Pondok
Tremas Pacitan.
A. Sistem Pendidikan di PIP Termas.
B. Proses Belajar Mengajar di PIP Tremas Pacitan.
C. Perkembangan Kurikulum di PIP dari perspektif
Kebutuhan Masyarakat.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini merupakan bagian terakhir yang terdiri
dari tiga sub bab yaitu:
A. Kesimpulan.
B. Saran-Saran.
3. Bagian Akhir Skripsi
Pada bagian akhir ini berisi : Daftar Pustaka,
.BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam 1. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok Pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan berbentuk
asrama yang merupakan komunitas khusus dibawah pimpinan kyai dan
dibantu oleh ustadz / ustadzah yang berdomisili di pondok bersama
dengan santri. Di Pondok Pesantren masjid selain sebagai tempat
ibadah digunakan sebagai tempat kegiatan para santri selain itu
dilengkapi dengan gedung / madrasah sebagai pusat kegiatan belajar
mengajar. Pondok pesantren dilengkapi dengan asrama sebagai tempat
tinggal para santri selain itu kehidupan pondok pesantren merupakan
kehidupan yang kreatif dan terbentuk satu kesatuan seperti satu
keluarga.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam
sebagai wahana untuk memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam dengan menekan pentingnya moral agama Islam sebagai
pedoman hidup bermasyarakat dalam kehidupan sehari – hari.
Istilah pondok pesantren, merupakan dua istilah yang
menunjukkan pada satu pengertian suku jawa biasanya menyebutnya
dengan istilah pondok, atau pesantren. Di Madura menyebutnya
istilah pondok sedangkan di aceh menyebutnya dengan istilah “surau“
( Team Depag, 1986 :53 ). Istilah pondok barangkali berasal dari
pengertian asrama – asrama para santri yang disebut pondok atau
tempat tinggal yang terbuat dari bambu, atau barangkali berasal dari
kata “ funduq“ yang berarti hotel atau asrama (Zamakhsyari,1978:18).
Pesantren secara terminologi adalah sebuah pendidikan agama
yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar ( Arifin,1991: 99 ).
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar
dibawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan “
kyai “. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan
kompleks pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang juga
menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan
kegiatan keagamaan yang lain (Zamakhsyari, 1978 : 44 ).
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Agama Islam
dengan sistem asrama yang di dalamnya berisikan sekurang –
kurangnya ada lima unsur pokok yaitu : pengasuh sekaligus pengajar (
kyai ), ada asrama ( pondok ), masjid sebagai tempat ibadah dan
sentral kegiatan, santri, serta ada pembelajran kitab kuning ( Tafsir,
1992 : 191 ).
Dari pengertian diatas, pondok pesantren merupakan totalitas
pendidikan agama Islam yang benar – benar menjadi suplemen pokok
merupakan wadah pendidikan islam yang seutuhnya sebagai subyek
mendidik dan mengajar. Sehingga pondok pesantren selalu di
kembangkan untuk mendidik dan membina dalam meningkatkan
kualitas masyarakat yang terarah sebagai kader masa depan.
2. Tinjauan Sejarah tentang Pondok Pesantren di Indonesia
Pondok pesantren merupakan bapak dari pendidikan Islam di
Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal
ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, sesungguhnya pesantren
dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, yaitu
menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak
kader –kader ulama‟ dan da‟i ( Hasbullah, 1999 ; 40 ).
Awalnya pondok pesantren itu masuk ke Indonesia, bersamaan
dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu. Setelah
berkembangnya ajaran Islam di Indonesia barulah pondok pesantren
mendapatkan isi ajaran Islam ( Team Depag, 1986 : 53 ). Pondok
pesantren lahir di Indonesia tidak lepas dari munculnya para tokoh –
tokoh islam yang ikut menyiarkan ajaran Islam, baik itu di pondok
maupun di langgar atau surau seperti para walisembilan.
Pondok pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaannya dan
perkembangannya setelah abad ke – 16. Karya-karya jawa klasik
seperti serat cabolek dan serat centini mengungkapkan dijumpai
bidang fiqih, tasawuf, dan menjadi pusat-pusat penyiaran islam yaitu
pondok pesantren ( Depag, 2003:8).
Pada masa penjajahan kolonial Belanda, nama pesantren
merupakan lembaga pendidikan rakyat yang berbobot terutama dalam
penyiaran agama islam. Kelahiran pesantren baru, selalu diawali degan
cerita perang antara pesantren – pesantren yang akan didirikan dengan
masyarakat sekitar dalam kehidupan moral, bahkan dengan kehadiran
pesantren dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari berbagai
masyarakat laian yang ajauh, maka terjadilah semacam kontak budaya
antara berbagai suku dan masyarakat di sekitar makain ramai dan makin
maju.
Namun semenjak belanda memerintah Indonesia, pendidikan islam
dan pesantren mengalami banyak hambatan, bahkan dikatakan mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan kebijaksanaan pemerintah yang
cenderung memberatkan, misalnya yang dulunya adalah sebagai tempat
belajar dihapuskan dan dijadikan pusat pemerintahan . Pada tahun 1990an
Belanda menghilangkan sistem pengajaran pesantren dan diganti dengan
system kelas atau sekolah dengan dasar politik ( Wahjoetomo, 1997 : 76 ).
Ilmuan barat yang mereka terima tidak merubah atau melunturkan
putra pribumi, justru mempertebal keyakinan agama dan
memperkokoh nasionalisme mereka. Politik Islam yang dijalankan
menggiring masyarakat pribumi pergi ke pondok pesantren. Proses ini
disatu pihak justru mendasari kuatnya kepercayaan beragama bagi
penduduk pribumi ( Team Depag, 1986 :19 ).
Itulah yang menjadi sebab mengapa sebagian besar pondok
pesantren berada di daerah yang jauh dari keramaian kota, untuk
menghindari jangakauan Belanda. Dengan cara inilah, pondok
pesantren mampu mengembangkan sayap, terbukti sampai sekarang
banyak pondok pesantren yang berkembang di tanah air, khususnya di
pulau jawa.
3. Unsur – unsur Pondok Pesantren
Kyai , Santri, Pengajian Kitab Klasik, Masjid, Pondok merupakan
unsure – unsure dari tradisi pesantren. Hal ini berarti bahwa suatu
lembaga pengajian yang telah berkembanga hingga memiliki kelima
elemen dasar tadi akan merubah statusnya menjadi pesantren. Demikian
perkembangan selalu menampilkan cirri khas sebagai lembaga
pendidikan yang ditunjukkan oleh unsur – unsur pokok tersebut serta
membedakan dengan lembaga laiannya sebagai berikut :
a. Kyai
Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren,
seorang kyai bahkan seringkali merupakan pendirinya. Sudah
kepada kemampuan pribadi kyainya, menurut asal – usulnya,
perkataan kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar
yang saling berbeda :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang – barang yang dianggap
keramat, seperti “ Kyai Garuda Kencana “ dipakai untuk sebutan
Kereta Emas yang ada di Kraton Yokyakarta.
2. Gelar kehormatan untuk orang – orang tua umumnya.
3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama islam
yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar
kitab – kitab islam klasik kepada para santrinya (Dhofier,1980:55).
Selain gelar, kyai sering disebut seorang alim ( orang yang
dalam pengetahuan tentang islam). Adanya kyai dalam pesantren
merupakan hal yang sangat mutlak bagi sebuah pesantren, sebab seorang
kyai merupakan tokoh sentral yang memberikan pengajaran dan
bimbingan, karena kyai menjadi satu – satunya yang paling dominan
dalam kehidupan suatu pesantren.
a. Santri
Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga
pesantren, menurut tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri :
1) Santri mukim yaitu murid – murid yang berasal dari daerah
2) Santri kalong yaitu murid – murid yang berasal dari desa –
desa di sekitar pondok, yang biasanya tidak menetap dalam
pesantren. Mereka pulang ke rumah masing - masing setiap
selesai mengikuti pembelajaran di pondok pesantren (
Dhofier,1980:51-52).
b. Pengajian Kitab Klasik
Kitab – kitab klasik yang sekarang dikenal dengan kitab kuning
sebagai karangan ulama terdahulu, mengenai berbagai ilmu
pengetahuan agama islam dan bahasa arab. Pada masa lalu, pengajaran
kitab-kitab klasik terutama karangan ulama yang menganut faham
syafi‟iyah dan merupakan satu-satunya pengajaran formal yang
diberikan dalam lingkungan pesantren. tujuan utama pengajaran ini
adalah untuk mendidik calon – calon ulama yang setia kepada faham
islam tradisional ( Dhofier,1980:50).
Para santri dalam mempelajari kitab-kitab klasik ini biasanya
menggunakan system pengajaran sorogan dan badongan. Kitab kuning
sebagai salah satu unsure mutlak dari proses belajar mengajar di
pesantren sangat penting dalam membentuk kecerdasan intelektual dan
moralitas kesalehan (kualitas keagamaan) pada diri santri
(Yasmadi,2005:68). System pembelajaran seperti ini, oleh para ulama
dianggap masih relevan diterapkan dalam suatu pendidikan pada
c. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk
mendidik para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu,
khutbah, dan sholat jum‟at serta pengajaran kitab-kitab klasik.
Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dlam tradisi pesantren
merupakan manifestasi universalisme dasar system pendidikan
tradisional. Dengan kata lain, kesinambungan system pendidikan islam
yang berpusat pada pada masjid al-Qubba dekat Madinah pada masa
nabi Muhammad tetap terpancar dalam system pesantren
(Dhofier,1980:49).
Dalam perspektif sejarah Islam, masjid bukanlah sarana
kegiatan peribadatan belaka, lebih jauh dari itu masjid menjadi pusat
bagi segenap aktifitas nabi Muhammad dalam berinteraksi dengan
umat. Masjid, menurut Nurcholish Madjid dapat juga dikatakan
sebagai pranata terpenting masyarakat islam serta pembangunan
masjid adalah modal utama nabi ketika berjuang menciptakan
masyarakat beradap (Yasmadi,2005:65).
Demikian dengan seorang kyai yang ingin mengembangkan
sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid yang
tidak jauh dari lokasi yang akan di buat pondok pesantren. Masjid
santri-santrinya. Dan disinilah para santri mengenal berbagai ajaran-ajaran
agama Islam.
d. Pondok
Pondok pesantren adalah sebuah system yang unik. Tidak hanya
unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam
pandangan hidup dan tata nilai yang di anut, cara hidup yang
ditempuh, struktur pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek
kependidikan dan masyarakat lainnya. Oleh sebab itu, tidak ada
definisi yang secara tepat mewakili seluruh pondok pesantren yang ada
(Depag,2003:28).
Setiap pondok pesantren mempunyai keistimewaan sendiri, yang
mungkin tidak bisa di miliki oleh pondok-pondok yang lain. Meskipun
demikian, dalam hal-hal tertentu pondok pesantren memiliki
persamaan. Persamaan- persamaan inilah yang lazim disebut sebagai
ciri-ciri pondok pesantren, dan selama ini dianggap dapat
mengimplikasi pondok pesantren secara kelembagaan.
4. Pergulatan Pesantren dalam Perkembangan Masyarakat
Perubahan masyarakat terjadi setiap waktu berkenaan dengan proses
tingkah laku kalangan masyarakat (pedesaan ataupun kota). Perubahan
yang terjadi dalam masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan
masyarakat ikut memberikan macam-macam corak dalam masyarakat
sekitarnya. Karena pada awal berdirinya pesantren telah didukung
masyarakat sehingga perubahan yang terjadi di masyarakat pun akan
melibatkan keberadaan pesantren.
Perubahan masyarakat berjalan secara kontinyu dan
berkesinambungan. Memahami perubahan sosial sangat penting bagi
masyarakat terutama generasi muda yang sedang mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk siap menjadi pewaris pejuang bangsa.
Memang dalam kehidupan intelek dan juga hubungan antar
masyarakat, ada prinsip-prinsip dasar yang hampir tidak memahami
perubahan. Perubahan tersebut bersifat menyempurnakan tidak
menghilangkan. Prinsip-prisip dasar itu seperti aqidah atau pendidikan
agama islam (syariat, akhlak,dsb).
Pendidikan Islam yang diterapkan di pesantren harus mampu
mensikapi, dapat memerangi dan mengatasi perubahan sosial dan
kebudayaan yang ada di masyarakat. Pendidikan Islam yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan As Sunnah seyogyanyalah mampu
melahirkan manusia yang mencapai kesuksesan di dunia dan di
akhirat.
Pondok pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap
sitiasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah diharapkan
yang ditawarkan. Kehadiran pondok pesantren bisa disebut sebagai
agen perubahan sosial (agent of social ghange), yang selalu melakukan perubahan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral,
penindasan politik, pemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan dari
pemiskinan ekonomi (Depag, 2003:94).
Peran pesantren dalam kultur masyarakat dapat mengarahkan
tujuan perubahan itu ke masa depan yang lebih baik dari pada
kehidupan masyarakat sebelumnya, sehingga perubahan masyarakat
berpengaruh positif bagi pertumbuhan zaman, sosial dan budaya.
Pondok pesantren juga merupakan sarana bagi perkembangan potensi
dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam pendidikan atau dakwah
islamiyah (Depag,2003:93).
Pesantren juga sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional
dalam membentuk manusia muslim yang abik dan sholeh. Oleh karena
itu lembaga pendidikan Islam ini berusaha untuk mewujudkan susana
yang lingkungannya dalam pesantren. pesantren ingin selalu
mengembangkan kurikulum pendidikan agar lebih unggul bila
dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Dikatakan
pesantren dapat mencapai kesejahteraan duniawi dan akhirat.
Pada perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya
pembinaan anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai
berkomunikasi dengan masyarakat secara luas, serta meningkatkan
kecerdasan terhadap alam lingkungan.
Terjadinya trasformasi masyarakat Indonesia dari masyarakat
agraris menjadi masyarakat industrialis memunculkan berbagai macam
jenis jabatan dan pekerjaan. Hal ini sering menimbulkan berbagai
benturan antara nilai-nilai sosial yang sudah melekat di masyarakat
dan nilai-nilai baru. Oleh karena itu pondok pesantren mampu
memberikan sumbangan-sumbangan baik moral maupun pikiran yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat.
B. Kurikulum dan Kebutuhan Masyarakat
1. Konsep Dasar Kurikulum
Kata kurikulum berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan
dalam bidang olahraga, yaitu ”currere” yang berrarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari
start hingga finis. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang
pendidikan (Muhaimin, 2007:1).
Kurikulum dimaksudkan suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari atau kereta dalam perlombaan, dari mulai awal sampai akhir.
Kurikulum juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finis.
kemudian dipakai dalam bidang pendidikan yakni sejumlah mata
kuliyah di perguruan tinggi (Nasution, 1994:1-2).
Di Indonesia, istilah ”kurikulum” baru menjadi popular sejak tahun
lima puluhan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika
Serikat. Kini istilah kurikulum di kenal orang luar pendidikan.
Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “ rencana pelajran”. Hilda
Taba, “Curriculum Development, Theory and Practice” mengartikan
sebagai “a plan for learning” yang direncanakan untuk pelajaran anak (Nasution,1994:2).
Kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajran
yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh
ijazah. Kurikulum juga merupakan suatu cara untuk mempersiapkan
anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam
masyarakat. Kurikulum itu sebagai penyangga untuk mencapai tujuan
pendidikan. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum
adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana
itu sudah masuk pengajaran (Sukamadinata, 2013:5).
2. Kurikulum dan Masyarakat
Kurikulum sangat penting bagi masyarakat, sekolah / pesantren
sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu masyarakat
makin banyak yang harus diperoleh anak didik dan karena itu
bertmabah lamalah mereka harus bersekolah.
Perubahan dalam masyarakat terutama akhir-akhir ini sangat
cepat, sehingga sering sekolah tidak sanggup mengikuti jejak
kemajuan masyarakat. Akibatnya sekolah bertambah lama bertambah
jauh ketinggalan dan dicap konservatif tradisional, sekolah tidak dapat
bergerak secepat masyarakat dan sering sekolah berpegang teguh pada
mata pelajaran yang dahulu memang fungsional, akan tetapi dalam
masa modern ini sudah tidak lagi memenuhi tuntutan zaman. Hal ini
akan selalu timbul dan mengharuskan sekolah untuk meninjau
kurikulumnya kembali agar lebih relevan dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat (Nasution,1994:153).
Mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita
memahami masyarakat tempat kita hidup. Karena setiap Pembina
kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan,
kegiatan dan aspirasi masyarakat. Perubahan masyarakat
mengharuskan kurikulum senantiasa ditinjau kembali. Kurikulum
dapat dikatakan sebagai unsur penting dalam proses pendidikan dalam
suatu kesatuan system, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Kurikulum yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat harus
sesuai dengan struktur kurikulum yang diberikan. Dengan demikian,
merencanakan suatu kurikulum merupakan usaha yang melibatkan
banyak instansi, mulai dari badan tertinggi sampai yang terendah
seperti guru, bahkan orang tua.
Oleh karena itu tidak ada alasan untuk menghapus atau
menutup pondok pesantren, dengan alasan kuno dan kurikulumnya
tertinggal dengan perkembangan zaman. Sementara penciptaan tradisi
keilmuan baru membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan tidak
seorang pakarpun mampu menjamin bahwa tradisi baru itu akan sama
efisien dengan tradisi keilmuan yang dibangun melalui kitab kuning.
Banyak ilmuan yang muncul dari kalangan pesantren, baik itu
pesantren klasik ( salafy ) maupun pesantren modern ( khalafy ).
Sebagai konsekuensi keikutsertaan pondok pesantren dalam
laju kehidupan kemasyarakatan yang bergerak dinamis, di pondok
pesantren selain berkembang aspek pokoknya, yaitu pendidikan dan
dakwah, juga berkembang hampir semua aspek kemasyarakatan,
terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan kebudayaan (Depag
RI,2003:19).
C. Kurikulum Pondok Pesantren
Yang dimaksud dengan kurikulum pondok pesantren meliputi : tujuan,
materi, metode, dan evaluasi. Cakupan dalam kurikulum seperti ini
sebagaimana dikutip Nasution mengemukakan bahwa “pada hakekatnya
tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar
berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya”
(Nasution,1994:7).
1. Tujuan Kurikulum di Pesantren
Kurikulum tidak lepas dari suatu pembelajaran dalam satuan
pendidikan. Pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan
yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui
pelatihan spiritual, kecerdasan, perasaan dan panca indera. Pendidikan
berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bersikap seperti yang
di harapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Pendidikan
membentuk manusia secara keseluruhan yaitu pembentukan
kepribadian secara utuh.
Tujuan dalam pendidikan islam ialah kepribadian muslim, yaitu
suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran islam.
Orang yang berkepribadian muslim dalam Al Qur‟an disebut
“Muttaqin”. Oleh karena itu pendidikan islam berarti pembentukan
manusia yang bertaqwa. Hal ini sesuai dalam pendidikan mansional
yang kita tuangkan dalam tujuan pendidikan nasioanal yang akan
membentuk manusia Pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Menurut Al-Ghazali, tujuan umum pendidikan islam tercermin
dalam dua segi :
1. Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
2. Insan puran yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akherat.
Kebahagiaan dunia-akherat dalam pandangan Al-Ghazali adalah
menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya.
Kebahagiaan yang lebih mempunyai nilai universal, abadi, dan lebih
hakiki itulah yang diprioritaskan, sehingga pada akhirnya tujuan ini
akan menyatu dengan tujuan yang pertama (Muhaimin,
Mujib,1993:161).
Dasar pendidikan pesantren yang fundamental yaitu
Al-Quran-Hadits sebagai tujuan pendidikan pesantren antara lain menjadikan
santri-santri sebagai figur yang berkepribadian muslim serta
mengembangkan supaya dapat menjadi sosok muslim yang
berkepribadian muhsin. Fakta tersebut sesungguhnya merupakan
nilai-nilai yang sudah ada tradisi pada kalangan pesantren, walaupun
sebenarnya tidak proposional, yaitu tindakan dan perkataan sang kyai
dalam jajaran dasar falsafah pendidikan pesantren (kyai dianggap
Faisal mencanangkan bahwa pendidikan pesantren bertujuan
sebagai berikut :
a. Mencetak ulama yang mneguasai ilmu-ilmu agama. Hal ini
sesuai dengan Al-Qur‟an Surat At-Taubah:122.
b. Mendidik muslim yang dapat melaksankan syariat agama.
c. Mendidik agar obyek memiliki keterampilan dasar yang
relevan dengan terbentuknya masyarakat beragama.
Menurut mastuhu (sebagaimana dikutip Manfred
Oepen,1988:288) mengungkapkan bahwa tujuan dari pesantren,
antara lain sebagai berikut :
a. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran islam.
b. Memiliki kebebasan yang terpimpin.
c. Berkemampuan mengatur diri sendiri.
d. Memiliki kebersamaan yang tinggi.
e. Bisa menghormati orang tua dan guru.
f. Mempunyai rasa cinta terhadap ilmu.
g. Mandiri dan kesederhanaan (Tafsir,1992:201).
Sedangkan yang menjadi tujuan pendidikan pesantren adalah
tersebut mirip dan sama dengan tujuan pendidikan Islam. Muhaimin
dan A. Mujib menyadur rumusan tujuan pendidikan Islam dari hasil
seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad sebagai
berikut : “Pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan
yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui
pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Oleh
karena itu pendidikan seharusnya memberi pelayanan bagi
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya yang meliputi aspek
spiritual, intelektual, immjinasi, fisik, ilmiah, linguistik baik secara
indibidu maupun secara kolektif, di samping memotivasi semua aspek
tersebut kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan terealisasinya
ketundukan kepada Allah SWT, baik dalam level individu, komunitas
dan manusia secara luas (Muhaimin, Mujib,1993:163).
Maka dalam tujuan pendidikan dan pengajaran pesantren juga
tidak bisa lepas dari tujuan pendidikan Islam.
2. Materi Kurikulum Pesantren
Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum yang
dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis arab,
morfologi arab, hukum islam, sistem yurisprodensi Islam, hadist, tafsir
Alqur‟an, teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika. Literature ilmu
-ilmu tersebut memkai kitab-kitab klasik yang disebut dengan istilah
a. Kitab-kitabnya berbahasa arab.
b. Umumnya tidak memakai syakal, bahkan tanpa titik dan koma.
c. Berisi keilmuan yang cukup berbobot.
d. Metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan ilmu kontemporer kerapkali tampak menipis (Muhaimin-Mujib,1993:300).
3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang termasuk tertua, sejarah
perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran
yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan
metode pengajaran wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat, metode
tersebut diistilahkan dengan “Bandongan”, sedangkan di Sumatra
digunakan istilah Halaqoh.
Bagaimana halnya kurikulum, madrasah atau sekolah yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren juga menggunakan metode
pembelajaran yang sama dengan metode pembelajaran madrasah atau
sekolah lain, di luar pondok pesantren. Metode pembelajaran yang di
pergunakan di lembaga pendidikan formal lain yang di selenggarakan
oleh pondok pesantren, selain madrasah dan sekolah, pada umumnya
mengikuti metode yang berkembang di madrasah atau sekolah.
Secara garis besar metode pembelajaran yang dilaksanakan di
pesantren, dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, di mana
diantaranya masing-masing sistem mempunyai ciri khas tersendiri,
a. Metode Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang
berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan
kitabnya dihadapan kyai. Sistem sorogan ini termasuk belajar
secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan
seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara
keduannya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai
taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi
seorang alim (Depag RI,2003:38).
Metode yang santrinya cukup pandai mensorogkan
(mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca di
hadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung
dibenarkan oleh kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai
proses belajar mengajar individual (Muhaimin,1993:300).
b. Metode Wetonan / Bandongan
Wetonan, istilah wetonan ini berasal dari kata wektu
(bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut
diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan
sesudah melakukan sholat fardu. Metode wetonan ini
merupakan kuliyah, dimana para santri mengikuti pelajaran
dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran
membuat catatan. Istilah wetonan ini di Jawa barat dikenal
dengan istilah ”bandongan”, sedangkan di Sumatra dikenal
dengan sebutan “halaqoh”.
Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau
ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan atau
menyimak apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah kitab.
Kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan seringkali
mengulas teks-teks kitab bahasa arab tanpa harakat (gundul).
Santri memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan
pendhabitan harakat kata langsung di bawah kata yang
dimaksud agar dapat memahami teks (Depag RI,2003:40).
c. Metode Musyawaroh/Bahtsul Masa‟il
Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa‟il
merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan
metode diskusi atau seminar. Dalam pelaksanaannya, para
santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau
pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik
beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis
dan memecahkan suatu persoalan dalam argument logika yang
mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah dilakukan juga
untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang
4. Evaluasi Pembelajaran di Pesantren
Rangkaian akhir dari komponen dalam suatu sistem pendidikan yang
penting adalah penilaian ( evaluasi ). Evaluasi ini adalah suatu
penilaian tentang proses belajar mengajar. Dalam evaluasi
performance yaitu penilaian yang berkenaan dengan seluruh kegiatan
yang dilakukan, baik kegitan mengajar maupun kegiatan belajar,
sampai sejauhmana tujuan yang diterapkan dapat tercapai
(Usman,2002:130).
Berhasil atau gagalnya suatu pendidikan dalam mencapai
tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan penilaian terhadap produk
yang dihasilkannya jika hasil ( Out put ) suatu pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah diprogramkan, maka usaha pendidikan tadi
dinilai berhasil, tetapi sebaliknya dinilai gagal.
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu cara untuk mengetahui
sejauhmana santri menguasai materi-materi yang telah disampaikan
ustadz/kyai, di samping juga untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan ustadz/kyai dalam mengadakan pengajaran. Pada
dasarnya evaluasi merupakan bagian dari pengajaran yang tidak bisa
ditinggalkan. Karena pengajaran merupakan suatu proses, maka
dengan sendirinya evaluasi harus dilaksanakan secara kontinyu.
Dalam kaitannya dengan evaluasi, keberhasilan belajar di
kepada orang lain atau mneguasai kitab yang dipelajarinya. Maka hal
itu berarti santri yang bersangkutan telah lulus. Evaluasi keberhasilan
tersebut hampir sama dengan evaluasi keberhasilan belajar pada
madrasah dan sekolah-sekolah umum yang menggunakan ujian resmi
dengan pemberian angka tanda lulus atau naik tingkat.
Dari gambaran sistem evaluasi pesantren di atas, dapat dipahami
bahwa tinjauan dari evaluasi pendidikan pada pesantren tradisional
yaitu materi pelajaran hanya terdiri dari kitab-kitab klasik dengan
metode sorogan, bandongan dan hafalan. Tekanannya lebih banyak bersifat penilaian diri masing-masing santri, sudah sejauhmana
kemampuannya memahami kitab-kitab yang diajarkan.
Maka untuk menilai prestasi santri, pada setiap akhir tahun
diadakan ujian akhir guna menentukan lulus tidaknya seorang santri
pada jenjang pendidikan yang diikutinya, Ibtidaiyah, Tsanawiyah,
Aliyah. Selain itu pada setiap akhir semester, juga dimasukkan ke buku
raport sebagai hasil prestasi belajar santri pada semester yang
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Tremas 1. Sejarah Berdirinya Pondok Tremas
Sebelum membicarakan tentang Pondok Tremas secara khusus, ada
baiknya kalau kita mengenal daerah Pacitan dan perkembangan
agamanya, sebab hal ini sangat erat hubungannya dengan berdirinya
Pondok Tremas.
Pada abad ke XV M. bumi nusantara ini di bawah naungan
kerajaan Majapahit, dan seluruh masyarakatnya masih memeluk agama
Hindu atau Budha. Begitu juga daerah Wengker selatan atau di sebut
juga Pesisir selatan (Pacitan) yang pada waktu itu daerah tersebut
masih di kuasai seorang sakti beragama Hindu yang bernama Ki
Ageng Buwana Keling, yang di kenal sebagai cikal bakal daerah
Pacitan.
Menurut silsilah, asal usul Ki Ageng Buwana Keling adalah
putra Pejajaran yang di kawinkan dengan salah satu putri Brawijaya V
yang bernama putri Togati. Setelah menjadi menantu Majapahit maka
KI Ageng Buwana Keling mendapat hadiah tanah di pesisir selatan dan
di haruskan tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. KI Ageng Buwana
bernama Ki Ageng Bana Keling. Kegoncangan masyarakat Ki Ageng
Buwana Keling di Pesisir selatan terjadi setelah datangnya Muballigh
Islam dari kerajaan Demak Bintara, yang di pimpin oleh Ki Ageng
Petung (R. Jaka Deleg/Kyai Geseng), KI Ageng Posong (R. Jaka
Puring Mas/KI Ampok Boyo) dan sahabat mereka Syekh Maulana
Maghribi. Yang meminta Ki Ageng Buwana Keling beserta semua
rakyat di wengker selatan untuk mengikuti atau memeluk ajaran Islam.
Namun setelah Ki Ageng Buwana Keling menolak dengan keras
dan tetap tidak menganut agama baru yaitu agama Islam, maka tanpa
dapat dikendalikan lagi terjadilah peperangan antara kedua belah
pihak. Peperangan antara penganut agama Hindu yang dipimpin oleh
Ki Ageng Buwana Keling dengan penganut agama Islam yang
dipimpin oleh Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeikh
Maulana Maghribi memakan waktu yang cukup lama, karena kedua
belah pihak, memang terdiri dari orang-orang sakti. Namun akhirnya
dengan keuletan dan kepandaian serta kesaktian para muballigh
tersebut peperangan itu dapat dimenangkan Ki Ageng Petung dan
pengikut-pengikutnya setelah dibantu oleh prajurit dari Adipati
Ponorogo yang pada waktu itu bernama Raden Betoro Katong (Putra
Brawijaya V).
Mulai saat itulah maka daerah Wengker selatan atau Pacitan
dapat dikuasai oleh Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Syeikh