• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009) - Test Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA

STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS

(Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009)

SKRIPSI

Diajukan UntukM emperoleh Gelar

Sarjana Pendididkan Islam

Nim: 121 07 012

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM

•SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Sutriyana

NIM : 12107012

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi

Judul

: Pendidikan Agama Islam

: PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA

STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS

(STUDI KASUS PADA SIVITAS AKADEMIKA STAIN

SALATIGA TAHUN 2009).

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 2 Januari 2010

Pemhkffl5jji|

/ \ /

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (STAIN) SA LA TIG A

JL Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 http://www.stm nsalatiga.ac.id E m ail: akademik@ stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi saudari SUTRIYANA dengan Nomor Induk Mahasiswa 12107012 yang

berjudul PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN

SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (STUDI PADA SIVITAS

AKADEMIKA STAIN SALATIGA TAHUN 2009) telah dimunaqosahkan

dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga pada Sabtu, 13 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian

dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Panitia Ujian

Salatiga, 1 April 2010 M 27 Rabiul Awall431 H

Ketua Si Sekretaris Sidang

Dr. Muh. Sadrozi. M. Ag. NIP. 19660215 199103 1 001

NIP. 19680613 199403 1 004

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sutriyana

NIM : 12107012

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 2 Januari 2010

(5)

M OTTO

t i j j ^

l i j i ^

I^O

i

^

u o l

I! £_• £)J ^

£ • £)|S

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau berharap.

(Q.S. Al-Insyiroh 5-8)

“L aisal fa ta a , m an ya q u u l kaana abiy W alakinal fa ta a ,

m an ya q u u l haa ana dza

artinya,

uPem uda bukanlah m ereka ya n g bangga dengan karya bapak m oyangnya

Pem uda adalah m ereka ya n g tam pil m enunjukkan, m em perlihatkan

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan:

1. Untuk Bapak/Ibu yang pertama kali mengajarkan saya ilmu, atas kasih sayang

pengorbanan dan doa tulus yang selalu tercurah.

2. Kakakku tercinta yang telah memberi motifasi dalam penulisan ini.

3. Keluarga besar Pesma Walisongo : Pesma Safira (Ana Mufidah, Ana Latifah,

Imami, Aprilia, Narsi, Faizah, Faiqotun, Lala, Prince, Titik, Khofif, Nur, Ana

Zaid) dan Pesma Zamrud (Nila, Umi, Sani, Niswa, Resti) yang telah menemani

peijuangan selama ini

4. Teman-teman LQ (Riza, Etik, Tari, Asri, Sani, Sari, Umi, Narsi, Dispan) yang

memotivasi selama ini.

5. Teman-teman Tutor di LAZiS cabang Salatiga (Aliyah dan Tofa).

6. Ustadz/ustadzah TPQ “Darul Amal” (Aniq, Bilal, Fayi\ Nur, Ana)

7. Teman sejawat PAI-Transfer Angkatan 2007 yang tidak dapat penulis

(7)

KATAPENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Sang Penguasa alam Allah SWT,

atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Tak henti-hentinya sholawat serta salam

tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang membawa

umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh barokah.

Berkat anugerah dari Allah SWT, penulisan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar saijana dalam Pendidikan

Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

Juga tak lupa penulis sampaikan ucapan j azakumulloh khoiran katsiron serta

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah

3. Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang dengan tulus

meluangkan waktu dan sabar untuk membimbing dan mengarahkan dalam

penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga

5. Seluruh Sivitas Akademika STAIN Salatiga

6. Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan langkah peijuangan selama ini

7. Ibu Titik Anggraeni yang telah membina dalam tarbiyah selama ini

8. Keluarga besar Pesantren Mahasiswa Walisongo khususnya Pesma Safira

(8)

9. Teman-teman sepeijuangan di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang memotivasi

perjuangan dijalan dakwah selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulisan skripsi ini.

Semoga amal serta kebaikan yang telah dicurahkan pada penulis diterima

oleh Allah SWT sebagai amal ibadah yang mendapat balasan pahala yang berlipat

ganda.

Semoga skripsi yang sederhana ini bisa memberikan manfaat, dan sebagai

manusia biasa penulis menyadari akan banyaknya kekurangan, maka kritik dan

saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan

skripsi ini.

Akhirnya, In tanshurullaha yanshurkum w ayutsabbit aqdamakum.

Fastabiqul khoirat.

Salatiga, 2 Januari 2010

(9)

ABSTRAK

Sutriyana. 2009. Persepsi dan Ekspektasi Sivitas Akademika STAIN Salatiga tentang Kampus Religius (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga tahun 2009). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni M. Pd

K ata kunci: Persepsi, Ekspektasi, Religius

Kampus adalah tempat berkumpulnya para pemuda untuk mengkaji ilmu dalam waktu yang cukup lama. Kampus terdiri dari sivitas akademika yang meliputi Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa. Sesuai dengan visi STAIN Salatiga yaitu mewujudkan kampus yang religius, peran sivitas akademika sangat diperlukan. Tetapi pada kenyataannya, dari sivitas akademika ada yang belum paham akan visi dan misi STAIN Salatiga khususnya dalam perwujudan kampus yang religius. Seperti masih banyak kegiatan kampus yang belum bernilai Islam.

Harapan untuk mewujudkan kampus yang religius butuh sebuah proses. Kampus religius adalah kampus yang didalamnya banyak diadakan kajian rutin untuk mengkaji nilai-nilai Al-Qur’an, banyak kegiatan dakwah, dan pemahaman sivitas akademika tentang peraturan yang ada di STAIN Salatiga dalam perwujudan kampus religius.

STAIN Salatiga harus mampu menonjolkan nilai-nilai keislamannya yang menjadi ciri khas kampus religius. Dalam penelitian tersebut dilakukan wawancara dengan sivitas akademika, pengumpulan data serta observasi langsung di STAIN Salatiga.

(10)
(11)

1. Pengertian Kampus... 15

2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Kampus... 17

3. Budaya Kampus... 19

B. Religius... 21

1. Pengertian Religius... 21

2. Karakteristik Religius... 23

C. Kampus Religius... 24

1. Pengertian Kampus Religius... 24

2. Karakteristik Kampus Religius... 25

3. Citra Ideal Kampus Religius... 27

BAB HI PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga... 31

1. Sejarah Berdirinya... 31

2. Letak Geografis... 34

3. Kurikulum dan Pembelajaran... 35

4. Fasilitas Sarana dan Prasarana... 37

B. Keadaan Sivitas Akademika... 39

L Jumlah Sivitas Akademika... 39

2. Latar Belakang Sivitas Akademika... 40

C. Persepsi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius.... 41

D. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius 43 E. Upaya Sivitas Akademika dalam Perwujudan Kampus yang Religius... 49

(12)

B. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius 56

C. Upaya Sivitas Akademika dalam Perwujudan Kampus yang

Religius... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 62

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kampus 1 STAIN Salatiga... 35

Gambar 3.2 Kampus 2 STAIN Salatiga... 35

Gambar 3.3 Perpustakaan STAIN Salatiga... 38

Gambar 3.4 Ruang Internet... 38

Gambar 3.5 Kegiatan Pengembangan B akat... 39

Gambar 3.6 Kegiatan UKM Racana... 39

Gambar 3.7 Kegiatan KISMIS... 45

Gambar 3.8 Kegiatan KARIMAH... 45

Gambar 3.9 Kegiatan Mentoring... 48

Gambar 3.10 Pelaksanaan Jama’ah Tahtimul Qur’a n ... 49

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Registrasi Mahasiswa STAIN Salatiga Semester Ganjil Tahun

Lampiran II

Lampiran III

Lampiran IV

Lampiran V

Lampiran VI

Akademik 2009/2010

Daftar Dosen STAIN Salatitga

Daftar N am a Karyawan STAIN Salatiga

Pedoman Wawancara

Hasil Wawancara

(16)

B A B I

PENDAHULUAN

A. L atar Belakang Masalah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) adalah lembaga

pendidikan Islam yang sejak awal kelahirannya telah mengkhususkan diri

untuk menjadi lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan ilmu-ilmu

ke Islaman. Kehadiran lembaga pendidikan tinggi tersebut adalah salah satu

jawaban terhadap kebutuhan masyarakat untuk merealisasikan kehidupan

beragama di tanah air ini. Sesuai dengan sila pertama dari pancasila yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa yang mendudukkan betapa urgennya kedudukan

agama.

Lembaga pendidikan tinggi tidak hanya mencetak manusia yang

unggul dalam pengetahuan dan ketrampilan tetapi mempunyai peran

strategis, yaitu membangun dan mengembangkan karakter pribadi yang baik.

Karena kenyataan di lapangan banyak pendidikan tinggi hanya mengejar

kuantitas mahasiswa tidak melihat kualitasnya. Saat ini sudah waktunya

STAIN menjadi sebuah institusi yang bisa mencerahkan bangsa yang sedang

terpuruk dalam budaya materi dan hanya melahirkan sikap serakah,

hedonistik, dan permisif (Anwar, 2008: 72). Dalam hal ini, Anwar (2008:

73) menyatakan bahwa STAIN harus yakin bisa melakukan perubahan.

Orang tidak bisa melangkah dengan benar kecuali dengan keyakinan yang

(17)

kita mengikuti petunjuk-Nya. Dengan keyakinan yang kuat dan visi yang

jelas perubahan akan mudah dilakukan.

Dituliskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 38 :

Artinya:

Kami berfirman: ” Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jik a datang Ku kepadamu. Maka barang siapa yang menikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih h a ti”.

Sesuai dengan visi STAIN Salatiga yaitu menjadi perguruan tinggi

yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual (Buku Pedoman, 2009: 9).

Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga diuraikan sebagai

berikut:

1. Mengantarkan mahasisiwa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman

spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan layanan kepada sivitas akademika dan masyarakat dalam

menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

3. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal

4. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake

(18)

5. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan

budaya bangsa.

Salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh perguruan tinggi di

masa depan adalah bagaimana perguruan tinggi tersebut dapat menjawab

berbagai problema yang muncul di masyarakat akibat kemajuan ilmu

pengetahuan, antara lain tantangan persaingan global, tantangan relevansi

pendidikan tinggi dengan kemajuan zaman, serta penanaman nilai-nilai

moral atau akhlak mulia. Bertolak dari tantangan-tantangan tersebut, salah

satu yang harus dilakukan oleh STAIN Salatiga adalah berani melakukan

perubahan untuk menegakkan nilai-nilai Islam di kampus.

Kampus merupakan tempat para pemimpin masa depan yaitu

mahasiswa. Menurut Kusumah (2007:18) mahasiswa memiliki peran

sebagai berikut:

1. Intelektual akademisi

Mahasiswa adalah intelektual-intelektual muda yang merupakan

aset bangsa yang paling berharga. Mereka beraktifitas dalam sebuah

kampus yang merupakan simbol keilmuan.

2. Cadangan masa depan (iron stock)

Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin di masa yang akan

datang. Baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya

(19)

3. Agen perubah (agent o f change)

Mahasiswa seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan-

perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang di lakukan

oleh mahasiswa teijadi dalam bentuk teoritis maupun praktis.

Kampus bukan masyarakat sesungguhnya (real society),

melainkan ia merupakan masyarakat semu (virtual society) dengan segala

kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan

masyarakat sebenarnya. Oleh karena itu, mahasiswa bisa menjadikan

kampus sebagai tempat simulasi yang akan menjadi bekal sebenarnya ketika

mereka betul-betul terlibat dan terjun ke masyarakat yang sesungguhnya.

Melihat kenyataan yang teijadi di kampus saat ini bertolak

belakang dengan apa yang diharapkan dari visi dan misi STAIN Salatiga.

Misalnya masih banyak di kalangan sivitas akademika yang merokok, tidak

segera melaksanakan ibadah salat ketika tiba waktunya, dan berbusana tidak

sesuai dengan ketentuan Islam. Menurut Direktur Jendral Pendidikan Islam

(No.DJ.1/255/2007) BAB IV Pasal 5 ayat 1 bahwa Mahasiswa PTAI di

larang memakai kaos oblong, celana/baju,yang sobek, sarung dan sandal,

topi, rambut panjang dan/atau bercat, anting-anting, kalung, gelang dan tato

dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi, dan kegiatan

kampus. Khusus bagi mahasiswa di larang memakai baju dan/atau celana

ketat, tembus pandang, dan tanpa beijilbab dalam mengikuti kegiatan di

(20)

Kampus adalah tempat berbagai macam karakter mahasiswa yang

sama-sama sedang mencari jatidiri mereka. Ada beberapa mahasiswa yang

tidak bisa menemukan jawaban apa yang dicari, sehingga mereka teijerumus

pada narkoba, kenakalan remaja atau pergaulan bebas (Agustian, 2001 :v)

STAIN Salatiga harus mempertahankan ciri khas perguruan tinggi

Islam dan berperan lebih luas dalam pembangunan bangsa yaitu

mengembangkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan yang akan dilakukan oleh STAIN Salatiga merupakan

sebuah cita-cita besar yang menjadi sebuah harapan bagi kemajuan STAIN

Salatiga sendiri. Dalam mewujudkan sebuah cita-cita dengan tetap

mempetahankan ciri khasnya yaitu kampus religius maka harus diketahui

bagaiman keadaan kampus STAIN Salatiga baik dari sivitas akademika

maupun lingkungannya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut

adalah dengan penelitian langsung di kampus STAIN Salatiga. Yaitu

mengetahui bagaimana persepsi dan ekspektasi sivitas akademika tentang

kampus religius serta upaya mereka dalam perwujudan kampus religius.

Berdasarkan latar belakang itulah, penulis terdorong untuk

melakukan penelitian dengan mengangkat judul ’’PERSEPSI DAN

EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG

KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga

(21)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas dapat

dikemukakan beberapa fokus penelitian yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimanakah persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang

kampus religius tahun 2009 ?

2. Bagaimanakah ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang

kampus religius tahun 2009 ?

3. Bagaimana upaya sivitas akademika STAEN Salatiga dalam

mewujudkan kampus religius tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus

religius.

2. Mengetahui ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang

kampus religius.

3. Mengetahui upaya sivitas akademika STAIN Salatiga dalam

(22)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan pendidikan pada umumnya. Khususnya dapat

memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam, yaitu pendidikan

akhlak/budi pekerti yang diperoleh dari penelitian lapangan.

2. Manfaat praktis penelitian ini adalah:

a. Memberikan pemahaman untuk lembaga, agar lebih

mengembangkan lagi ilmu-ilmu keislaman, membentuk dan

menciptakan guru lebih khusus lagi guru agama Islam.

b. Untuk lebih mengembangkan kemampuan sivitas akademika dalam

mewujudkan kepribadian yang Islami, sehingga langsung

berpengaruh dalam upaya mewujudkan lingkungan kampus yang

religius seperti adanya musholla dalam kampus (masjid kampus),

peringatan-peringatan hari besar Islam, peraturan dalam pergaulan

dan berpakaian, larangan merokok, dan adanya salat beijamaah.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap pengertian kata-

kata dalam judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan sebagai berikut:

1. Persepsi

Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu

(Suharso, 2005: 376). Yang dimaksud disini adalah tanggapan para

(23)

2. Ekspektasi

Ekspektasi artinya harapan. Harapan adalah mohon, minta,

hendaklah, keinginan supaya sesuatu teijadi (Suharso, 2005: 165). Yang

dimaksud disini adalah harapan para sivitas akademika STAIN Salatiga

tentang kampus religius.

3. Sivitas Akademika

Sivitas akademika adalah keseluruhan orang yang terlibat dalam

kegiatan kampus. Baik itu dari dosen, karyawan, maupun mahasiswa.

4. Kampus Religius

Kampus adalah daerah lingkungan bangunan utama perguruan

tinggi tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi

berlangsung (Suharso, 2005: 218). Religius adalah bersifat religi atau

keagamaan (Suharso, 2005: 418). Yang dimaksud kampus religius

adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau kondisi kampus

bernuansa Islam (religi) dan sivitas akademikanya memiliki budi

pekerti yang baik, sopan santun, dan berakhlak mulia dalam bertingkah

laku.

Dengan demikian diharapkan lingkungan kampus sebagai permulaan

kehidupan beragama akan berkembang sesuai dengan citra sebagai

(24)

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi dan ekspektasi sivitas

akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius adalah pendapat dan

harapan dari masyarakat kampus tentang kampus yang bernuansa Islam.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan atau

metode deskriptif. Metode deskriptif adalah sebuah penelitian suatu

kelompok manusia atau suatu objek, set, kondisi, sistem pemikiran

ataupun suatu kelas istimewa pada masa sekarang (Nazir, 1985: 27)

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, factual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki (Nazir, 1985: 27).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif mengungkapkan gejala secara menyeluruh melalui

pengumpulan data.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai partisipan penuh, yaitu

peneliti secara langsung dapat mengumpulkan informasi dan

(25)

subjek baik yang dapat berkomunikasi secara verbal maupun tidak

dapat berkomunikasi secara verbal (Nazir, 1988: 213).

Menurut Nazir kehadiran peneliti dalam penelitian diketahui

statusnya oleh subjek atau informan. Karena akan mempertinggi

kemungkinan memperoleh keterangan yang diinginkan (Nazir,

1988:219).

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di kampus 1 jalan Tentara Pelajar

Nomor 2 Salatiga 50721 Jawa tengah dan kampus 2 Jalan Nakula

Sadewa 5 Nomor 9 Rt 3/5 Kembang Arum Dukuh Salatiga

Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti ingin

mengetahui bagaimana persepsi dan ekspektasi para sivitas akademika

tentang kampus religius serta upaya yang telah dilakukan dalam

perwujudan kampus yang religius sesuai dengan visi dan misi STAIN

Salatiga.

4. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah

sivitas akademika yang terdiri dari dosen, karyawan, dan mahasiswa.

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil observasi

pada tempat penelitian, hasil wawancara (interview) terhadap

(26)

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan terutama oleh peneliti

sendiri secara pribadi dengan memasuki lapangan (Nasution, 2003: 54).

Dalam hal ini penulis menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti

ikut ambil bagian lapangan yang diteliti, untuk memperoleh data yang

diperoleh secara langsung dengan pengamat langsung (Arikunto, 2002:

128). Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan tentang

persepsi dan ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius

dan upaya-upaya yang dilakukan sivitas akademika untuk

mewujudkan kampus yang religius.

b. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Observasi non-sistematis,

yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan

instrumen pengamatan dan observasi sistematis, yang dilakukan

oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen

(27)

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati dan

mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan sivitas akademika di

lingkungan kampus kemudian diambil kesimpulan,

c. Dokumentasi

Dokumen yang diperoleh berupa dokumen resmi dan foto-

foto. Dokumen resmi yang diperoleh adalah data mahasiswa,

karyawan, dan dosen tahun akademik 2009/2010. Sedangkan foto-

foto yang diperoleh adalah foto kegiatan-kegiatan sivitas

akademika di kampus.

6. Analisis Data

Secara umum, penelitian dengan metode kualitatif merupakan

penelitian non hipotesis. Sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis.

Maka proses analisis datanya seperti yang dikemukakan Moleong

(2002: 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan susunan uraian dasar. Sehingga dapat

menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data.

Secara prosedural data yang diperoleh dengan mengoptimalkan

metode penelitian yang digunakan, direduksi, disajikan, disimpulkan,

dan diverifikasi. Hasil reduksi data tersebut kemudian diverbalkan dan

dipilah-pilah menurut kategori datanya. Sebelumnya dipersiapkan

antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta merumuskan

(28)

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam mengecek keabsahan temuan ini penulis langsung

mengamati di tempat penelitian dengan bertindak sebagai pengamat

partisipan. Data yang diperoleh dari beberapa sumber dan

menggunakan beberapa penelitian.

8. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati dan ikut sebagai

partisipan dalam lapangan, kemudian mencatat hasil yang diperoleh.

Untuk mempermudah memperoleh data peneliti menggunakan beberapa

metode yang sudah direncanakan sebelumnya. Setelah data-data sudah

terkumpul kemudian dilakukan penulisan laporan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk lebih mempermudah dalam mengkaji penulisan ini, maka

penulis menyusun sistematika penulisan ini yaitu:

BAB I: Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan, yang terdiri

dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliput: pendekatan

dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,

prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data,

(29)

BAB II: Dalam bab ini diuraikan tentang kajian pustaka yang

terdiri: pertama, Kampus meliputi: pengertian kampus, sistem pendidikan

dan pengajaran dikampus, dan budaya kampus. Kedua, Religius meliputi:

pengertian religius dan karakteristik religius. Ketiga, Kampus religius

meliputi: pengertian kampus religius, karakteristik kampus religius, dan

citra ideal kampus religius.

BAB IB: Dalam bab ini membahas tentang paparan data dan

temuan penelitian, yang terdiri pertama, Gambaran umum STAIN Salatiga,

yang berisi tentang: Sejarah berdirinya, letak geografis, kurikulum dan

pembelajaran, dan fasilitas sarana prasarana. Kedua, Keadaan sivitas

akademika yang berisikan tentang: jumlah sivitas akademika, dan latar

belakang sivitas akademika. Ketiga, Persepsi sivitas akademika tentang

kampus religius. Keempat, Ekspektasi sivitas akademika tentang kampus

religius. Kelima, Upaya sivitas akademika dalam perwujudan kampus

religius.

BAB IV: Dalam bab ini berisi tentang pembahasan yang terdiri

tentang persepsi sivitas akademika tentang kampus religius, Ekspektasi

ivitas akademika tentang kampus religius serta upaya yang dilakukan dalam

perwujudan kampus religius.

BAB V: Dalam bab ini berisi tentang penutup yang terdiri dari

(30)

BAB

n

KAJIAN PUSTAKA

A. Kampus

1. Pengetian Kampus

Kampus menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:218)

adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat

semua kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung. Kampus

merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu misalnya di STAIN Salatiga,

yaitu belajar tentang pemahaman aqidah, ketaatan beribadah, dan

memperdalam wawasan ke Islam an serta menjunjung tinggi akhlakul

karimah (Buku Pedoman, 2008:95)

Menurut Thahan (2002:65) kampus adalah tempat berkumpulnya

para pemuda untuk waktu yang cukup lama baik didalam maupun di luar

ruang kuliah dimana mereka saling berdiskusi/berdialog, berinteraksi, dan

tukar pengalaman. Kampus adalah lingkungan yang terbuka, tempat

mahasiswa mempelajari nilai-nilai dan melatih diri seperti menghargai

pendapat orang lain dan rasa tanggung jawab.

Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran strategis dalam

merencanakan dan menentukan perkembangan masa depan. Peran strategis

tersebut tidak hanya terjadi di masa-masa sekarang saja, tetapi sudah

(31)

Menurut Wiyamo (2003:10-11) sejak dulu hingga sekarang

pemuda selalu menjadi ciri dan pilar kebangkitan. Dalam setiap

kebangkitan pemuda merupakan kekuatannya, dan dalam setiap fikrah

pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Para pemuda itu adalah

mahasiswa, mereka merupakan harapan masa depan serta pengemban

harapan ummat di masa depan.

Mahasiswa adalah generasi masa depan, maka jika perhatian,

pendidikan, dan pembentukan kepribadian mereka berlangsung dengan

baik pasti akan terbentuk generasi yang sholih dan membawa masa depan

ummat kepada kemuliaan (Thahan, 2002:65-66). Kemuliaan tidak mudah

diwujudkan diperlukan sebuah perjuangan, salah satu faktor

pendukungnya adalah dilakukan dakwah di kalangan kampus. Menurut

Sandhiyudha (2006:xvii-xviii) secara kauniyah ada beberapa hal kenapa

dakwah perlu diadakan di wilayah kampus:

a. Pemuda yang menjadi mayoritas dari warga kampus merupakan

potensi kebaikan yang luar biasa.

b. Pemuda dan ilmu sebagai dua unsur utama kampus.

c. Mahasiswa merupakan stake holder yang berperan penting dalam

memainkan fungsi kontrol terhadap roda pemerintahan.

d. Kampus sebagai basis utama supplier SDM untuk mengisi pos

kepemimpinan masa depan.

e. Kampus adalah wilayah semu di mana sebagian besar warganya hanya

(32)

Dakwah di kampus tidak mudah dilakukan, dibutuhkan sebuah

sarana untuk mendukungnya. Dalam hal ini wiyamo (2003:9)

mengedepankan sebuah gagasan tentang penyatuan kampus dan masjid.

Fungsi masjid kampus sebagai pusat kajian dan informasi Islam menurut

Ibawi (1986:20) diharapkan dapat membina masyarakat kampus dalam

penciptaan lingkungan kampus yang religius. Menurut Thahan (2002:167)

masjid adalah lembaga keagamaan pertama di masyarakat yang

memberikan kontribusi nilai keagamaan paling besar kepada masyarakat,

mendekatkan sivitas akademika dengan akhlak mulia dan menjauhkan

mereka dari akhlak tercela.

2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Kampus

Pengertian sistem biasa diberikan terhadap sesuatu perangkat atau

mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling

berhubungan dan saling memperkuat (Harun, 2006:38). Dengan demikian

sistem adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan (Arifm, 1991:157).

Dalam suatu kampus atau pergguruan tinggi tentunya memiliki

sistem-sistem tersendiri dalam menyelenggarakan suatu pendidikan dan

pengajaran. Sistem pendidikan dan pengajaran di kampus STAIN adalah

salah satu cara untuk menyampaikan ilmu kepada para mahasiswanya

yang nantinya akan menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat.

Dalam sistem pengajaran di STAIN akan mengalami perubahan

baik dari kurikulum, metode maupun dalam penempatan alokasi waktu.

(33)

pendidikan umum juga. Pendidikan Islam yang diajarkan tidak berupa

materi semata, namun apabila kita ketahui lebih jauh pendidikan Islam

akan mengeseimbangkan antara dunia dan akhirat. Disamping itu tidak

hanya berperan meneruskan intelektual semata, melainkan akhlakul

karimah menjadi tolak ukur keberhasilan dalam suatu pendidikan.

Menurut keputusan Direktur jenderal Pendidikan Islam Nomor:

Dj.I/255/2007 Bab III tentang kewajiban dan hak mahasiswa pasal 4 ayat 1

yang berbunyi bahwa setiap mahasiswa perguruan tinggi agama Islam

berhak memperoleh pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan pengarahan

dari pimpinan dan dosen dalam pengkajian dan pengembangan ilmu

pengetahuan sesuai dengan kaidah keilmuan, keislaman, etika, susila, tata

tertib, dan ketentuan lain yang berlaku.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan dan

pengajaran dalam Islam adalah mewujudkan seluruh manusia sebagai abdi

atau hamba Allah SWT (Harun, 2006:40). Dalam hal ini, Arief (2002:16)

menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merupakan sebuah

proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang

seutuhnya, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu

mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi yang

berdasarkan kepada ajaran Al Qur’an dan sunnah. Dengan demikian,

tujuan Pendidikan Islam berarti terciptanya insan kamil setelah proses

(34)

Sistem pengajaran yang dilakukan di STAIN Salatiga mengikuti

Sistem Kredit Semester (SKS). SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan

pendidikan di mana beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, dan beban

penyelenggaraan lembaga pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit

semester (Buku Pedoman, 2009:590). Metode-metode yang digunakan

dalam pengajaran adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan

resitasi.

3. Budaya Kampus

Budaya menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:94) adalah

pikiran dan akal budi. Sedangkan kampus adalah lingkungan perguruan

tinggi (universitas, akademika) tempat semua kegiatan belajar mengajar

dan administrasi berlangsung. Budaya yang diciptakan di kampus akan

sangat berpegaruh pada kehidupan sivitas akademika.

Kehidupan kampus yang terkesan indah dan nyaman di kalangan

sivitas akademika membuat mereka betah di kampus. Bahkan bagi

mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan, kampus bisa dijadikan

tempat tinggal keduanya.

Setiap anggota bergabung ke dalam organisasi dengan tujuan untuk

mencari ajang aktualisasi diri, ajang penyaluran minat atau bakat, tetapi

kenyataannya tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti organisasi hanya

untuk mengisi waktu luang, iseng, atau hanya ikut-ikutan (Arkan, 2009).

(35)

ilmuwan-ilmuwan baru tetapi mampu membekali dengan ketrampilan atau

pengalaman yang dibutuhkan ketika nanti paska lulus.

Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: Dj.1/253/2007 Bab II

tujuan organisasi pasal 3 ayat 1 yang berbunyi mendorong mahasiswa

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik

dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan

menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian yang

bernuansa Islami.

Mahasiswa mempunyai potensi lebih dalam kepemimpinan dan

intelektual. Menurut Mahfudz Siddiq dalam Sandhiyudha (2006:53) unsur-

unsur kekuatan mahasiswa yaitu idealisme, kecerdasan, sikap kritis,

kepekaan sosial, keberaniaan, dan pengorbanan. Dengan unsur-unsur

kekuatan tersebut diharapkan mahasiswa akan menjadi calon pemimpin

masa depan.

Dalam aktivitasnya di kampus, wiyamo (2003:36) mengungkapkan

mahasiswa memiliki kecenderungan orientasi yang beragam yaitu

mahasiswa aktivis, mahasiswa jenis study oriented, dan mahasiswa jenis

pragmatis. Mahasiswa kategori aktivis berpandangan bahwa kuliah

hanyalah salah satu pengembangan pendidikan, sedangkan pengetahuan-

pengetahuan non akademik (ekstrakurikuler) merupakan bentuk

pengembangan interaksi dan kepedulian terhadap lingkungan yang

(36)

Sedang mahasiswa tipe study oriented menjadikan pandangannya

bahwa studilah yang akan menjamin kehidupan masa depannya, sesuai

dengan bidang atau jurusannya. Sehingga menuntut mereka bahwa studi

mutlak sebagai bekal hidup. Sedangkan mahasiswa

pragmatisme/hedonisme adalah mahasiswa yang berpandangan bahwa

masa muda adalah masa yang harus dimanfaatkan untuk mencari

kesenangan.

B. Religius

1. Pengertian Religius

Religius menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:419)

adalah bersifat religi yang bersangkut-paut dengan keagamaan. Religius

dapat diwujudkan dalam bebagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas

beragama tidak hanya teijadi ketika seseorang melakukan perilaku

beribadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain. Menurut Glock dan

Strak (1966) dalam Muhaimin (2001:293) menjelaskan bahwa agama

adalah sistem simbol, keyakinan, nilai, dan perilaku yang terpusat pada

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

Keberagaman atau religiusitas, menurut Islam adalah

melaksanakan ajaran agama atau ber-Islam secara menyeluruh terdapat

(37)

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. ”

Karena itu, setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun

bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam kaitannya upaya

penciptaan suasana religius dimulai dengan mengadakan berbagai kegiatan

keagamaan yang pelaksanaannya ditempatkan di lingkungan kampus

sendiri. Dalam penciptaan lingkungan religius dimulai dengan kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan secara terprogram dan bernapaskan Islam.

Masjid dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung dalam

menciptakan suasana yang religius. Agama Islam mengajarkan bahwa

setiap umat Islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran agama

Islam kepada yang lain. Sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam

Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajar anyang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

(38)

Karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai

dengan perwatakan tertentu (Harun, 2006:57). Religius menurut Suharso

dan Ana Retnoningsih (2005:419) adalah bersifaat religi yang bersangkut

paut dengan keagamaan. Karakteristik religius adalah kondisi lingkungan

kampus yang agamis. Dilingkungan tersebut bernuansa Islam baik dalam

kehidupan sehari-hari ketika melakukan ibadah atau yang lainnya.

Dalam mengemban dakwah Islam diperlukan adanya kelangsungan

aktivitas yang senantiasa berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul

dengan kebulatan tekad, mengokohkan barisan, menyatukan gerak

langkah, dan mengikuti tuntunan-Nya

Mahasiswa adalah bagian integral dari masyarakat yang diharapkan

menjadi ujung tombak peijuangan Islam. Mahasiswa sebagai “Agent O f

Social Change" diharapkan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap

lingkungan sosial masyarakat terkhusus dalam komunitas masyarakat

kampus. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki peran yang

maksimal dalam proses transformasi menuju tatanan masyarakat Islam

dengan menjadikan Islam ideologi sebagai asas pergerakannya. Aplikasi

perubahan yang diharapkan adalah terwujudnya suatu perubahan

paradigmatik pola berfikir, perasaan, dan sistem ke arah Islami dibawah

(39)

1. Pengertian Kampus Religius

Kampus religius adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau

kondisi disana bernuansa Islam (religi) dan sivitas akademiknya memiliki

budi pekerti yang baik, sopan santun, dan berakhlak mulia dalam

bertingkah laku. Dalam lingkunan kampus yang Islami adalah adanya

masyarakat muslim. Menurut Abdillah (2009:45) masyarakat muslim yang

kita kehendaki adalah masyarakat yang menyambut seruan-seruan

kebaikan, berserah diri kepada Allah, memerangi kemungkaran,

berkarakter Islam, dan berakhlak Rabbani. Manusia muslim yang shalih

diharapkan mampu mendistribusikan keshalihannya kepada yang lain.

Agar keshalihan individu bergerak secara kolektif berkembang

menjadi keshalihan sosial.. Maka harus dipastikan bahwa manusia muslim

tersebut terus berkontribusi optimal dalam dakwah. Harus dipahami bahwa

yang menjadi objek dalam dakwah kampus bukan hanya mahasiswa

semata, tetapi seluruh sivitas akademika dan bahkan masyarakat luas yang

ikut terlibat.

Menurut Imam Suprayogo (2009) untuk menuju ke masyarakat

yang Islami, kampus harus memformat sedemikian rupa agar melahirkan

kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat kampus itu

sendiri. Seluruh masyarakat kampus (sivitas akademika) STAIN Salatiga

harus menjadi uswatun hasanah bagi kehidupan masyarakat luar kampus

(40)

Sebagai kampus Islami yang mempunyai gedung, masjid, ma’had,

dosen, karyawan, mahasiswa serta segala penataan prasarana dan sarana

pendidikannya harus bersih, rapi, dan indah. Lingkungan kampus harus

mencerminkan nilai-nilai Islami, yaitu dapat dilihat dari sivitas

akademikanya yang beriman, berakhlakul karimah, dan suka beramal.

2. Karakteristik Kampus Religius

Karakter menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005) adalah

ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

Dalam hal ini, Ardiabrata (2009) menyatakan bahwa kampus ketika ingin

menuju kampus religius harus mempunyai ciri-ciri meliputi:

1. Religius {Religious)

Artinya dimudahkannya akses peningkatan pemahaman akan

beragama dalam kampus tersebut. Kemudahan memperoleh wawasan

peningkatan ruhiyah melalui forum-forum kajian, konsultasi, dan

taujih bisa diperoleh dengan mudah dan menyeluruh terhadap sivitas

akademika di sebuah kampus.

Suasana religius bukan hanya tugas dari Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Kerohanian saja, namun semua warga kampus menyadari atas

urgensi kerohanian mereka sehinga terlaksana sebuah nuansa religious

dalam sebuah kampus. Misalnya ketika waktu shalat tiba berbondong-

bondonglah dosen, mahasiswa, dan karyawan kampus ke mushola-

(41)

2. Institusional (Institutional)

Dalam sebuah kampus diperlukan sebuah institusi-institusi kredibel

(proaktif, empatik, jujur, dan dialogis) dan profesional seebagai

penopang gerak dinamika kampus itu sendiri. Institusi-institusi ini

bisa berwujud institusi kemahasiswaan seperti Senat Mahasiswa

(SEMA), Dewan Mahasiswa (DEMA), dan Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ).

3. Konstitusional (Constitutional)

Kampus religius memiliki warga kampus yang memiliki aturan

yang lengkap yang disepakati oleh seluruh komponennya. Aturan

masyarakat dalam kampus religius lebih dikedepankan dibandingkan

pilihan-pilihan pribadi dan kelompok. Semua peraturan bersumber dan

terinspirasi dengan nilai-nilai Islam, dan Ijtihad yang dipilih menjadi

pilihan bersama.

4. Terdidik {Intellectual)

Kampus religius memiliki warga kampus yang bersemangat tinggi

(himmatul ‘aliyah) dalam menunutut ilmu {thalabulilmi),

mengamalkan amal {‘amal), dan menyebarluaskannya {dakwah)

menjadi warna dan cita rasa masyarakat kebanyakan.

5. Cinta Damai {Peaceful Oriented)

Kampus religius memiliki warga yang mencintai keharmonisan

antarkomponen. Ketika memasuki kampus, baik itu masyarakat lama

(42)

6. Egaliter (Egalitarian)

Kampus religius memiliki warga yang tidak membedakan

warganya atas simbol-simbol duniawi. Merdeka dari feodalisme dan

senioritas serta budaya lain yang dibangun atas pembedaan kasta, usia,

jabatan, atau pekeijaan.

7. Berkeadilan (Justice)

Kampus religius memiliki warga yang memiliki kesamaan etika

dalam menjaga hak agama, harta, akal, jiwa, dan keturunan.

8. Berorientasi pada teknologi (Technology Oriented)

Kampus religius adalah masyarakat yang berlayar diatas kemajuan

zaman. Warga kampusnya menguasai teknologi dan mengerahkan

segala kemampuan dan sarananya untuk dakwah Islam.

Untuk mewujudkan kampus religius adalah tidak sulit bagi para

pemuda dengan semangat intelektualnya. Dimulai dari diri sendiri, dari

hal-hal terkecil, dan mulai dari sekarang juga.

3. Citra Ideal Kampus Religius

Citra menurut Harun (2006:58) adalah rupa, wujud, gambaran yang

demikian pribadi setiap orang, harg diri. Sedangkan Ideal adalah sesuatu

yang diangan-angan, sesuatu dengan apa yang diinginkan dan dicita-

citakan.

Dalam wawasan almamater dinyatakan bahwa kampus harus

benar-benar nerupakan masyarakat ilmiah. Tentunya masyarakat ilmiah di

(43)

Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang antara lain tegas menekankan

untuk meningkatkan ketakwaan pada Tuhan. Oleh sebab itu kampus

haruslah menggambarkan ciri kemasyarakatan yang lebih maju dalam

ketakwaan ini mengingat disana hidup suatu kelompok masyarakat yang

relatif tinggi tingkat intelektualitasnya yang lebih memahami banyak

aspek sunatullah. Tetapi, aspek ketakwaan ini sering tertinggal dalam

upaya-upaya meningkatkan kualitas kampus sehingga perlu lebih

ditekankan dengan predikat tambahan, yakni kampus religius.

Suatu kampus religius tidak bisa terlepas dari adanya masjid

kampus yang berperan mendorong sivitas akademika untuk senantiasa

berorientasi pada tuntunan Allah swt, sebagai perwujudan masyarakat

yang takwa. Disaat Rasulullah berhijrah ke Madinah untuk membangun

Negara Madinah yang Islami, yang pertama dilakukan adalah membentuk

dan mengembangkan masjid sebagai lembaga kemasyarakatan yang

membentuk dan mengarahkan jiwa Islami dalam masyarakat. Masjid

sebagaimana yang dicontohkan pada zaman Rasulullah berfungsi sebagai

pusat kegiatan ritual, pusat pengembangan mayarakat, dan pusat

pemerintahan. Dengan perkatan lain, kegiatan-kegiatan yang menyangkut

masalah ritual, pengembangan, dan pemerintahan banyak dilakukan di

masjid.

Fungsi masjid kampus dalam pengembangan sebagai pusat

interaksi konsep-konsep teoritis ilmu empiris dengan konsep-konsep

(44)

kajian dan informasi Islam” dimana diharapkan akan sangat besar artinya

untuk terbinanya masyarakat kampus yang tidak hanya bercitra ilmiah

tetapi juga religius (Husni, 1986)

Kampus diharapkan bisa membentuk masyarakat ilmiah yang

berperan positif dalam pengembangan negara dan bangsa yang sedang giat

membangun. Dengan citra kampus religius diharapkan akan ditumbuhkan

muslim intelek Islami yang mampu berperan aktif positif dalam

pengembangan nusa dan bangsanya. Masjid kampus amat diperlukan

untuk membentuk masyarakat ilmiah yang mempunyai kualitas positif

konstruktif.

Pembangunan suatu masyarakat pada hakikatnya adalah upaya

untuk mencapai kesejahteraan. Upaya tersebut perlu dilakukan secara

sistematis dan konsepsional. Suatu konsep yang dipakai perlu senantiasa

dimonitor pengaruhnya terhadap cita-cita akhir yakni kesejahteraan yang

utuh, jasmaniah-rohaniah, jiwa-raga, material-spiritual. Ciri konsep Islami

adalah konsep yang digali dari dua sumber pokok, yakni sumber wahyu

(Al-Qur’an dan Hadis) dan sumber sains. Seorang yang bertauhid akan

senantiasa menimbang-nimbang kedua sumber tersebut sebelum

menggariskan suatu konsepsi pembangunan di bidang apapun, karena

menyadari kedua sumber itu pada hakikatnya adalah pemberian Allah

SWT kepada manusia untuk keberuntungan masyarakatnya.

Konsep-konsep Islami akan berbeda dengan konsep non Islami,

(45)

dalam kehidupan bermasyarakatnya. Citra kampus religius berarti

beorientasi pada tumbuhnya cendekiawan muslim sejati, intelek muslim

yang islami, yang menggali konsep-konsepnya dari acuan standar Islam

(46)

BAB

m

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum STAIN Salatiga

1. Sejarah Berdirinya

Berdirinya STAIN Salatiga bermula dari cita-cita masyarakat Islam

Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu

didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati

gedung milik yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di Jalan

Diponegoro Nomor 64 Salatiga, lembaga ini berdiri berkat dukungan dari

berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama

Jawa Tengah.

Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini diubah

yang semula FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan

tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan

persiapan berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Jawa

Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka

dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus

diangkat sebagai dekannya.

Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN

Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga

(47)

Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang

dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan

Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya, keputusan ini didasarkan

pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi

Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31 November 1969.

Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri,

Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang

IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970

tanggal 16 April 1970.

Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN

Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah

dalam waktu singkat sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri

yang lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

a. Sarana dan prasarana yang belum memadai, utamanya belum

tersedianya gedung milik sendiri.

b. Tenaga profesional edukatif maupun administrasi yang masih kurang.

c. Animo mahasiswa yang masih sedikit.

Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga

kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dapat dikatakan kurang layak

untuk disebut sebagai perguruan tinggi, terutama dilihat dari sarana dan

lembaga tersebut, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian

(48)

mesti ditempuh adalah membeli area tanah kampus, sebab mengharapkan

wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah tidak

memungkinkan.

Suatu kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah Salatiga

(H. Asrori Arif) yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah

pekarangannya seluas 0,75 ha, lengkap dengan bangunannya yang

letaknya cukup strategis untuk penyelenggaraan pendidikan. Berkat

Perhatian Menteri Agama (H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) terhadap

perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka beliau

berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979, tentang

maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu dekan dijabat oleh Drs.

Achmadi).

Berdasarkan Surat Diijen Bimbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828.

Tanggal 10 Agustus 1982 maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di

atas dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP) Pusat (tahun

anggaran 1980/1981 dan 1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat

adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak terutama Bapak Muhammad Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap

(49)

Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya

dijalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi Tentara Pelajar 2).

Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas

tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru tersebut dirasakan

mampu membangkitkan kembali optimisme dan antusiasme seluruh sivitas

akademikanya.

Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah.

Antara lain gedung kuliah, perpustakaan, dan kantor. Pemerintah Daerah

pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan

tanah kampus seluas 3000 m2 dengan cara tukar guling yang waktunya

bersamaan dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal

Bhakti Muslim Pancasila. Secara administrative masjid tersebut milik

PEMDA, tetapi secara fungsional menjadi tanggungjawab STAIN

Salatiga.

2. Letak Geografis

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga terdiri dari

2 kampus, kampus 1 berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 2 Salatiga

sebelah alun-alun pancasila dan berada di pusat keramaian sedangkan

kampus 2 berlokasi di Jalan Nakula Sadewa 5 Nomor 9 Rt 3/5 Kembang

(50)

Gambar 3.1 Kampus 1 STAIN Salatiga

Gambar 3.2 Kampus 2 STAIN Salatiga

3. Kurikulum dan Pembelajaran

Jurusan yang dikembangkan oleh STAIN Salatiga pada Tahun

akademik 2008/2009 meliputi: Jurusan Tarbiyah berfungsi untuk

menyelenggarakan pendidikan akademik dan professional. Tujuannya

adalah untuk membentuk Saijana Pendidikan dan Pengajaran Islam

dengan keahlian khusus dalam bidang studi pendidikan Agama Islam,

Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Guru Madrasah Ibtidaiyah serta

(51)

Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Guru Madrasah Ibtidaiyah serta

berkewenangan menjadi guru atau mengajar dalam bidang studinya.

Jurusan Tarbiyah memiliki empat program studi yaitu:

a. Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

b. Progaram Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

c. Progaram Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI)

d. Progaram Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGM!)

Jurusan Syariah berfungsi untuk menyelenggarakan Pendidikan

Akademik dan Profesional, yang bertujuan untuk membentuk Sarjana

Hukum Islam yang memiliki keahlian dalam bidang hukum Islam maupun

hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang Ahwal al-Syakh

Shiyyah (Peradilan Agama). Jurusan syariah memiliki dua program studi,

yaitu:

a. Program S-l, Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah (Peradilan

Agama)

b. Program D3, Program Studi Perbankan Syari’ah (PS)

Beban Studi Program SI antara 144 sks sampai dengan 160 sks

dengan masa studi sebanyak-banyaknya 14 semester. Sedangkan beban

studi D3 antara 110 sks sampai dengan 120 sks dengan masa studi

sebanyak-banyaknya 8 semester (Buku Pedoman, 2009:23).

Kurikulum STAIN Salatiga pada tahun ajaran 2009/2010 meliputi:

a. Mata kuliah pengembangan keislaman dan kepribadian, yaitu mata

(52)

b. Mata kuliah pengembangan akademik dan keprofesian, yaitu diberikan

pada jurusan yang bersangkutan.

c. Mata kuliah pendukung adalah mata kuliah yang ditawarkan pada

program studi untuk meningkatkan mutu akademis mahasiswa, jadi

tidak semua program studi memberikan penawaran yang sama.

Untuk mendukung program pendidikan bagi mahasiswa STAIN

Salatiga pada tahun akademik 2009/2010 dibuat ketentuan sebagai berikut

(Buku pedoman, 200949):

a. Membuka Ma’had di kampus 2 (kembang arum), untuk pembelajaran

ketrampilan berbahasa.

b. Sesuai dengan kapasitas, diberlakukan kepada para mahasiswa (laki-

laki dan perempuan) semester 1 program S-l.

Dengan dibangunnya ma’had di kembang arum maka hal ini

sebagai bagian dari perwujudan tanggung jawab lembaga dalam

menyelenggarakan pendidikan. Dengan terwujudnya program pendukung

ini, diharapkan alumni STAIN Salatiga memiliki kemampuan bahasa yang

dapat dihandalkan baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris.

4. Fasilitas Sarana dan Prasarana

a. Asrama mahasiswa gratis selama satu tahun , untuk menjamin

intensitas pembelajaran agama dan bahasa asing (Arab dan Inggris)

yang diampu oleh Native Speaker (penutur asli).

b. Studi Intensif Bahasa Asing (SIBA) selama dua semester.

(53)

e. Laboratorium: Lab. IPA, Lab. Falak, Lab. Bahasa, Lab. Peradilan, Lab.

Microteaching, Lab. Perbankan dan Akuntasi, Lab. Komputer, dan

jaringan internet terpadu, hotspot area.

f. Fasilitas olahraga dan pengembangan bakat/minat lainnya.

Gambar 3.3 Perpustakaan STAIN Salatiga

(54)

Gambar 3.5 Kegiatan Pengembangan Bakat

Gambar 3.6 Kegiatan UKM Racana

B. Keadaan Sivitas Akademika

1. Jumlah Sivitas Akademika

Sivitas akademika terdiri dari Dosen, Mahasiswa, dan Karyawan

jumlah keseluruhan Sivitas Akademika kurang lebih 2.472 orang yang

terdiri dari 103 dosen, 51 karyawan, 2.301 mahasiswa, dan 17 satpam.

Dari kesemuanya sivitas akademika mempunyai tujuan dan tanggung

(55)

Tabel I

Data Mahasiswa Tahun Akademik 2009/2010

Jurusan Jumlah Mahasiswa

PAI 703

PBA 138

TBI 554

PGMI 223

AS 140

D3 112

PAI-Eks 431

JML 2301

2. Latar Belakang Sivitas Akademika

STAIN Salatiga terdiri dari 5 guru besar, 17 lektor kepala, 65

lektor, 6 asisten ahli, dan 10 calon dosen. Sedangkan karyawan terdiri dari

51 orang yang mempunyai tugas dihidangnya masing-masing.

Latar belakang mahasiswanya ada yang berasal dari SMA, MA,

SMK, dan MAK. Dari berbagai macam latar belakang yang berbeda

membuat keragaman di STAIN Salatiga. Tetapi dengan keragaman ini,

mempunyai satu visi yaitu menciptakan lingkungan kampus STAIN

(56)

C. Persepsi Sivitas Akademika tentang Kampus Religius

Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu

(Suharso, 2005: 376). Yang dimaksud dengan persepsi di sini adalah

tanggapan para sivitas akademika terhadap kampus STAIN Salatiga dikatakan

sebagai kampus religius. Sekitar tahun 1994 jurusan yang ada di STAIN

Salatiga hanya tarbiyah. Kebanyakan mereka berasal dari pondok/pesantren,

sehingga keadaan pada tahun itu masih mudah dikondisikan baik dari tingkah

laku maupun cara berpakaiannya (Wawancara IV, Bu Asdiqoh).

“ Keadaan STAIN Salatiga dulu masih biasa belum banyak terpengaruh dengan budaya-budaya modem dan jurusan yang ada hanya tarbiyah. Kebanyakan dari mahasiswa STAIN Salatiga berasal dari pondok pesantren, Sikap dan kehidupan mereka sudah terbiasa tertata sehingga suasana religius sudah terbawa sendiri. Jadi akhlak moral yang dimiliki mahasiswa mudah terkontrol, sedangkan sekarang jauh berbeda karena dengan banyaknya jurusan dan terdiri dari

berbagai macam karakter”.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

bertambahnya jumsan yaitu syariah teijadi banyak perubahan dan terpengaruh

perkembangan budaya modem. Sangat sedikit mahasiswa yang berminat

untuk tinggal dipondok/pesantren dan lebih memilih tinggal di tempat kost

yang bisa dengan bebas bergaul dengan siapa saja.

Menurut wawancara IX dengan pak bahroni, bahwa pada tahun 1994

kampus STAIN Salatiga masih kecil dengan kondisi karyawan, dosen, dan

mahasiswa yang sedikit, sarana dan prasarana yang ada masih terbatas, dan

kondisi dari mahasiswanya lebih mudah tertata.

(57)

yaitu mempunyai jaringan keluar yang luas, sehingga mempermudah STAIN

Salatiga untuk melakukan keijasama.

Sivitas akademika STAIN Salatiga semua beragama Islam, menurut

ana wawancara III bahwa kampus STAIN Salatiga adalah kampus Islami

tetapi masih banyak dari mahasiswanya yang belum menerapkan sikap

keislamannya. Sedangkan menurut nafis (wawancara VI) kebanyakan sivitas

akademikma khususnya mahasiswa aqidahnya sudah tertanam tetapi

akhlaknya belum semua tertanam nilai-nilai Islam.

Menurut sebagian responden dari hasil wawancara bahwa kampus

STAIN Salatiga sudah bisa dikatakan sebagai kampus religius. Tetapi belum

bisa dipastikan prosentasinya (wawancara VIII, Pak Maemun) dan masih perlu

perbaikan agar lebih religius (Wawancara XXII dan XXIV, Alya dan Anis)

serta butuh proses untuk mewujudkannya (Wawancara X, Pak Imam).

Sedangkan menurut sebagian responden yang lain bahwa STAIN

Salatiga belum menjadi kampus yang religius. Karena dilihat dari sivitas

akademikanya yang belum memakai pakaian yang sesuai syar’i didalam

mengikuti perkuliahan. Bahkan menurut iin (Wawancara XII) banyak dari

mahasiswinya yang tidak beijilbab ketika keluar rumah dan masih banyak

mahasiswi yang berbusana ketat.

Kampus STAIN Salatiga belum bisa diukur berapa presentasinya

sebagai kampus religius dan belum ada instrument untuk mengukurnya.

Sehingga masih banyak yang harus diperbaiki baik dari segi akademik

(58)

“ Kampus ini bila dipresentasi sebagai kampus religius belum ada instrument untuk mengukurnya. Sekitar 2400 mahasiswa relatif Islami, tetapi ada beberapa yang perlu ditingkatkan lagi. Seperti cara berpakaian mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan belum sesuai dengan yang diharapkan”.

Menurut hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

perwujudan kampus yang religius perlu keijasama dari seluruh sivitas

akademik.

Menurut wawancara IV dengan Ibu Asdiqoh bahwa saat ini sivitas

akademika sedang mengalami krisis moral sehingga teijadi penurunan

terhadap etika. Menurut beliau bahwa prestasi akademik bisa dipelajari tetapi

moral harus tertanam dalam diri setiap sivitas akademika. Nilai moral

dijadikan sebagai tolok ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai

aspek kehidupannya. Sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw (Al Munawar, 2005: 3-4).

D. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius

Ekspektasi artinya harapan. Harapan adalah mohon, minta, hendaklah,

keinginan supaya sesuatu teijadi (Suharso, 2005: 163). Yang dimaksud

ekspektasi di sini adalah harapan para sivitas akademika terhadap kampus

STAIN Salatiga dikatakan sebagai kampus religius.

Harapan sebagian responden terhadap kampus STAIN Salatiga adalah

lebih ditingkatkan suasana religiusnya yaitu sivitas akademikanya mampu

berakhlak dan berfikir secara Islami (Wawancara XXII, Anas). Sehingga nilai-

(59)

keislaman sehingga diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Harapan sivitas akademika menurut april dalam wawancara II yaitu

STAIN Salatiga memperluas wawasan dan memajukan mutu pendidikannya.

Sedangkan menurut Ana wawancara III harapannya terhadap kampus STAIN

Salatiga adalah banyak diadakan kajian-kajian Islami dan diwajibkan bagi

seluruh sivitas akademika.

Salah satu kajian yang sering dilakukan di kampus yaitu Kajian

Intensif Mahasiswa (KISMIS), Kajian antar kost (KAOST), dan Kajian Rutin

Muslimah (KARIMAH) yang diselenggarakan oleh salah satu UKM yaitu

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) ’’Darul Amal”. KISMIS mengkaji tentang

kontemporer dan ruhiyah yang diisi oleh para ustadz/dosen dan boleh diikuti

oleh semua mahasiswa, KARIMAH mengkaji tentang keakhwatan dan

dikhususkan bagi perempuan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari jum ’at

ketika laki-laki sedang melaksanakan shalat jum ’at. Sedangkan tujuan dari

KAOST adalah untuk mempererat tali ukhuwah antar kost para mahasiswa

(60)

Gambar 3.7 Kegiatan KISMIS

Gambar 3.8 Kegiatan KARIMAH

Mahasiswa adalah sosok seorang guru yang memiliki tugas dan

tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa.

’’Sesuai dengan jurusan yang diambil di STAIN Salatiga yaitu jurusan tarbiyah yaitu menjadi sosok seorang guru. Sosok seorang guru adalah orang yang yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa”.

Dari keterangan alya (Wawancara XXIII) dapat disimpulkan bahwa

(61)

memberikan yang terbaik untuk calon anak didiknya. Sedangkan harapan pak

maemun (Wawancara VIII) terhadap mahasiswa kampus STAIN Salatiga

adalah dalam berpenampilan dan berbusana jangan terlalu berlebihan. Karena

mahasiswa STAIN Salatiga adalah calon guru agama dan ahli agama.

Diberlakukannya sangsi terhadap mahasiswi yang keluar rumah tidak

memakai jilbab.

Harapan untuk menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam

mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

kecerdasan spiritual (Buku Pedoman, 2009: 9) merupakan visi STAIN

Salatiga. Dengan terwujudnya visi STAIN Salatiga maka kampus ini akan

lebih bernuansa Islam (Wawancara XVIII, Ulfa) dan bisa menjadi sebuah

universitas (Wawancara XIX, Bilal).

Menurut pak miftah (Wawancara VII) bahwa STAIN Salatiga bisa

dijadikan sebagai pusat unggulan peradaban Islam di Kota Salatiga khususnya

dan memunculkan para ilmuwan-ilmuwan agama Islam yang berakhlak mulia

dan nantinya bisa dijadikan sebagi teladan dilingkungannya.

“Kampus STAIN Salatiga menjadi lebih religius sehingga menjadi pusat unggulan peradaban Islam dan memunculkan para ilmuwan- ilmuwan agama sehingga STAIN Salatiga harus menyiapkannya mulai dari sekarang yaitu salah satunya dengan penegasan tentang berpakaian dan dalam bertingkah laku”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa STAIN Salatiga harus

lebih mempertegas peraturan. Seperti yang disampaikan pak bahroni

(Wawancara IX) bahwa STAIN Salatiga harus mempertegas peraturan, yaitu

Gambar

Tabel I Data Mahasiswa Tahun Akademik 2009/2010
Gambar 3.1 Kampus 1 STAIN Salatiga
Gambar 3.3 Perpustakaan STAIN Salatiga
Gambar 3.5 Kegiatan Pengembangan Bakat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa belanja pemerintah fungsi kesehatan dan pendidikan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi inklusif yang di-proxy dari

 Hal ini terjadi jika kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan butir-butir kegiatan di dalam lingkup JFPK atau tidak tepatnya penempatan pada suatu butir kegiatan, sehingga

Langkah-langkah research and development menurut Borg & Gall (dalam Sukmadinata,2005) adalah: “1) penelitian dan pengumpulan data; 2) perencanaan; 3)

Jika bank konvensional yang mengacu pada BI rate memiliki tingkat return yang lebih tinggi, maka bank syariah terpaksa melakukan profit distribution management (PDM) yang

Pada Laporan posisi keuangan yang terdapat dalam panti asuhan menyajikan jumlah kelompok aktiva bersihnya berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan dari penyumbang,

Histogram dan boxplot dari nilai-nilai bootstrap kurtosis inflasi bulanan komoditas bawang merah, daging ayam ras dan minyak goreng periode Februari 2002 sampai dengan Desember

Adab diri terhadap makhluk buya Hamka membaginya lagi yakni, menghormati orang tua, kesopanan kepada diri sendiri, kesopanan kepada masyarakat, kesopanan dan majelis ilmu. Pertama,