• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (RME) PADA SISWA KELAS II MIS ASINAN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Isla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (RME) PADA SISWA KELAS II MIS ASINAN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Isla"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN MELALUI PENDEKATAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (RME)

PADA SISWA KELAS II MIS ASINAN

KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

oleh:

Rika Agus Purwatiningsih

NIM : 11511069

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN MELALUI PENDEKATAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (RME)

PADA SISWA KELAS II MIS ASINAN

KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

oleh:

Rika Agus Purwatiningsih

NIM : 11511069

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 32433 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id email :administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara :

Nama : Rika Agus Purwatiningsih

NIM : 11511069

Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul :PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MATERI PERKALIAN

MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA REALISTIK (RME)

PADA SISWA KELAS II MIS ASINAN

KECAMATAN BAWEN KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2015/2016

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 29 Januari 2016

Pembimbing

Peni Susapti, M.Pd.

(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang

melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Dia mendapat(pahala) dari (kebaikan) yang dikerjakannya

dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.

(Q.S Al Baqarah 2: 286)

“If you want something you’ve never had,

you must be willing to do something you’ve never done”

Jika kita menginginkan sesuatu yang belum pernah kita miliki,

maka kita harus mau melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan.

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, sholawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua Bapak Subari dan Ibu Satiyem, serta Almarhumah

nenekku tercinta Rasiyah. Orang-orang yang selalu menjadi penyemangat

hidupku. Terima kasih atas do’a, kasih sayang dan segala pengorbanannya. 2. Kakak dan adikku tersayang, Irva’i, Uus Prihartanto, Rian Tri Saputro dan

Agil Ponco Rasari yang selalu memberiku semangat.

3. Orang tua asuhku Bapak FX.Doto Harsanto dan Kakak angkatku Aprilia

Dwi Ariyanto, yang selalu sabar memberikan motivasi serta dorongan.

4. Seluruh keluarga besarku.

5. Sahabatku baik yang dari bangku SMA maupun di bangku kuliah, serta

keluarga besar PGMI B.

6. Bapak Dosen UT Bapak Muhtarom Effendi yang senantiasa memberikan

semangat serta masukannya.

7. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN

MATEMATIKA REALISTIK (RME) PADA SISWA KELAS II MIS ASINAN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015/2016”. Shalawat serta salam tidak lupa semoga senantiasa tercurah kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta pengikut-pengikutnya

yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya.

Penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Pd selaku Kaprogdi PGMI sekaligus dosen

pembimbing yang telah membantu dan selalu sabar membimbing hingga

terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Rasimin, S.PdI., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Petugas Perpusda Ambarawa (Bpk.Bambang dan Bpk.Rifa’i) yang selalu memberikan waktu lebih dalam mencari referensi buku.

6. Keluarga besar guru dan murid-murid MIS Asinan yang berkenan

memberikan ijin untuk menjadi objek penelitian skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak dapat

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Purwatiningsih, Rika Agus. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (RME) Pada Siswa Kelas II MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.Pd.

Kata kunci: Hasil Belajar, Perkalian, pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (RME).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil belajar matematika yang masih rendah. Nilai rata-rata kelas pada ulangan harian materi perkalian yaitu 61, dari KKM yang telah ditetapkan. Siswa yang sudah tuntas 20%, sedangkan 80% siswa lainnya belum tuntas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dalam materi perkalian dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) pada siswa kelas II MIS Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus yang digunakan terdiri dari empat tahap. Subjek penelitian ini terdiri atas seluruh siswa kelas II dan guru kelas II MIS Asinan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi. Hasil tes dianalisis dengan deskripsi kuantitatif, sedangkan hasil observasi dianalisis dengan deskripsi kualitatif.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI……… ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Hipotesis Penelitian ... 8

E. Indikator Keberhasilan ... 8

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 9

(13)

xiii

H. Metode Penelitian... 11

I. Sistematika Penulisan... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Hasil Belajar ... 21

1. Pengertian Hasil Belajar ... 21

2. Macam-macam Hasil Belajar ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24

4. Penilaian Hasil Belajar ... 25

B. Matematika ... 26

1. Pengertian Matematika ... 26

2. Posisi dan Peran Matematika ... 27

3. Tujuan Belajar Matematika ... 28

4. Tujuan Pendidikan Matematika ... 30

C. Perkalian ... 31

1. Pengertian Perkalian ... 31

2. Sifat-sifat Perkalian ... 32

3. Perkalian bilangan yang hasilnya dua angka ... 34

D. Pendekatan PMR ... 35

1. Pengertian PMR ... 35

2. Proses Matematisasi dalam pendekatan PMR ... 36

3. Karakteristik PMR ... 38

4. Prinsip-prinsip PMR ... 40

5. Langkah-langkah PMR ... 40

6. Konsepsi tentang Siswa ... 42

7. Konsepsi tentang Guru ... 43

8. Materi yang diaplikasikan dalam Pelitiian ... 43

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

F. Kerangka Teori... 46

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 47

(14)

xiv

1. Gambaran Umum MIS Asinan ... 47

2. Pelaksanaan Penelitian ... 49

B. Deskripsi Siklus I ... 49

C. Deskripsi Siklus II ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Hasil Observasi ... 58

2. Hasil Siklus I ... 61

3. Hasil Siklus II ... 64

B. Pembahasan ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama Siswa Kelas II MIS Asinan ... 48

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas II ... 59

Tabel 4.2 Persentase Ulangan Harian Siswa Kelas II ... 60

Tabel 4.3 Data Nilai Matematika Siswa Siklus I ... 62

Tabel 4.4 Persentase Nilai Matematika Siswa Siklus I ... 63

Tabel 4.5 Data Nilai Matematika Siswa Siklus II ... 64

Tabel 4.6 Persentase Nilai Matematika Siswa Siklus II... 65

Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Matematika Siswa ... 66

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahap-Tahap PTK ... 12

Gambar 2.1 Matematisasi Horisontal dan Matematisasi Vertikal ... 37

Gambar 2.2 Peragaan Perkalian ... 43

Gambar 4.1 Diagram Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas II ... 60

Gambar 4.2 Diagram Nilai Matematika Siswa Siklus I ... 63

Gambar 4.3 Diagram Nilai Matematika Siswa Siklus II... 65

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Nilai Matematika Siswa ... 67

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran 3 Lembar Soal Siklus I

Lampiran 4 Lembar Soal Siklus II

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru Siklus I

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Guru Siklus II

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 12 Nilai SKK Mahasiswa

Lampiran 13 Lembar Hasil Kerja Siswa Siklus I

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu unsur dalam ranah MIPA yang

merupakan ilmu dasar dari pengembangan Sains (basic of science) dan

sangat berguna dalam kehidupan. Proses perdagangan kecil-kecilan saja,

orang dituntut untuk mengerti aritmatika minimal penjumlahan dan

pengurangan. Pegawai atau karyawan perusahaan harus mengerti waktu

atau jam, bendaharawan suatu perusahaan harus memahami seluk beluk

keuangan. Manusia “sebenarnya” dituntut menyenangi matematika yang

kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya (Yonny, 2012:148).

Melihat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka mata pelajaran

yang diajarkan di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar

hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman

kanak-kanak secara informal. Namun demikian para siswa menganggap bahwa

pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Matematika merupakan

ilmu yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang oleh sebagian siswa

sulit untuk dipelajari.

Belajar matematika merupakan suatu syarat untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang berikutnya. Pembelajaran matematika di sekolah

dasar merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk

(19)

2

dan matematika. Anak usia sekolah dasar sedang mengalami

perkembangan pada tingkat berfikirnya. Hal ini karena tahap berfikir

mereka masih belum formal, malahan para siswa sekolah dasar di

kelas-kelas rendah sebagian dari mereka berpikirnya masih berada pada tahapan

pra konkret (Karso,2009:1.4).

Pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu mendapatkan

perhatian khusus dari berbagai pihak yaitu pendidik, pemerintah, orang

tua, maupun masyarakat, karena pembelajaran matematika di sekolah

dasar merupakan peletak konsep dasar yang dijadikan landasan untuk

belajar pada jenjang berikutnya (Susanto, 2013:183).

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan

tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi

secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara

siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan

lingkungan disaat pembelajaran matematika sedang berlangsung

(Susanto,2013:187).

Mata pelajaran matematika bagi kebanyakan siswa adalah salah satu

mata pelajaran yang sulit, baik oleh siswa sekolah dasar maupun siswa

sekolah menengah, dan selalu menjadi permasalahan besar. Hal ini

terbukti dari hasil ujian nasional yang diselenggarakan memperlihatkan

rendahnya persentase kelulusan siswa dalam ujian tersebut, baik yang

(20)

3

menyebabkan siswa kesulitan dalam matematika adalah matematika

mempunyai banyak rumus, banyak konsep, dan juga cara penyelesaian

yang berbeda-beda.

Belajar matematika menuntut siswa untuk belajar bernalar secara

kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ilmu abstrak dan deduktif.

Sehingga anak-anak menjadi kesulitan untuk dapat memahaminya, dan

hal itu yang menyebabkan rendahnya nilai matematika. Sedangkan

anak-anak di sekolah dasar kelas-kelas rendah (1, 2, 3) umumnya mereka masih

berfikir secara konkrit (riil/nyata), mereka belum bisa berfikir abstrak.

Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba mencari kesulitan siswa dalam

pembelajaran matematika dan menganalisis serta berupaya mencari

pendekatan yang sesuai dengan materi dan latar belakang siswa.

MIS Asinan merupakan salah satu madrasah ibtidaiyah diantara 3

madrasah di kecamtan Bawen. Jumlah murid di MIS Asinan sangatlah

sedikit dibandingkan madrasah lainnya, namun tidak menyurutkan niat

dan semangat dari para komite serta guru-guru untuk tetap memajukan

madrasah tersebut. MIS Asinan memiliki kepala madrasah dan guru-guru

yang kompeten dalam berbagai bidang, baik dari segi agama, pengetahuan,

seni serta keterampilan lainnya. Banyak prestasi yang telah diraih oleh

MIS Asinan diberbagai lomba dan kejuaraan. Kepala madrasah serta guru-

guru di MIS Asinan selalu ramah dalam menyambut para tamu dan

mempersilahkan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian, selama hal

(21)

4

dalam menyambut peneliti ketika melakukan observasi pertama kali. Hal

tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

Hasil pengamatan penulis pada hari Senin tanggal 23 Februari 2015 di

lingkungan Asinan menunjukkan bahwa mayoritas siswa MIS Asinan

Kecamatan Bawen berasal dari keluarga yang bermata pencaharian

sebagai petani dan buruh yang kesehariannya sibuk dalam pekerjaannya,

akibatnya banyak dari mereka yang tidak maksimal membantu belajar

anak-anaknya, bahkan mereka merasa tidak bisa dengan pelajaran

anaknya. Pendidikan siswa juga hanya diperoleh di sekolah yang

waktunya sangat terbatas, sedangkan dukungan orang tua dan masyarakat

sangat kurang.

Hasil ulangan harian matematika menunjukkan siswa kelas 2 di MIS

Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang nilai rata-rata kelas yang

diperoleh hanya 61,00 sedangkan KKM di madrasah ini adalah 70. Hasil

ulangan harian tersebut khusus pada materi perkalian.

Matematika mendominasi pemikiran siswa, siswa menganggap sulit,

sehingga banyak dari mereka minat dan motivasi belajarnya kurang. Hal

ini dapat dilihat pada saat siswa menerima materi pelajaran, mereka

cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, melamun,

menggambar, sehingga banyak dari mereka kurang memahami materi

(22)

5

Berkaitan dengan hasil belajar siswa masih terdapat masalah yang lain,

diantaranya yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru bukan

pada siswa sehingga tidak ada umpan balik dari siswa, guru hanya

mengajak belajar siswa di dalam kelas dan banyak dari mereka yang tidak

paham dengan materi yang diberikan. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, namun yang dilakukan siswa hanya diam.

Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan, namun

mereka sangat lama untuk menyelesaikan soal bahkan beberapa siswa

tidak mengerjakan soal latihan tersebut. Guru meminta siswa untuk maju

ke depan untuk menuliskan hasil pekerjaannya, siswa tersebut hanya diam

di bangkunya.

Berdasarkan beberapa faktor penyebab di atas, peneliti mempunyai

pemecahan tersebut yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran

lain dari model pembelajaran yang selama ini dilakukan. Peneliti

mengajukan alternatif solusi dalam bentuk penerapan pendekatan

pembelajaran aktif yaitu dengan menggunakan pendekatan pendidikan

matematika realistik. Alasan dari penerapan pendekatan pendidikan

matematika realistik (RME) adalah dengan adanya pendekatan ini

memungkinkan siswanya untuk aktif dalam pembelajaran,

mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilannya secara mandiri.

Selain itu juga memungkinkan terciptanya interaksi dengan kehidupan

(23)

6

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) atau Realistic Mathematics

Education (RME) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Frudenthal

yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human

activities) dan harus dikaitkan dengan realitas (Daryanto,2012:149).

Berdasarkan pemikiran tersebut PMR mempunyai ciri antara lain, bahwa

dalam proses pembelajaran siswa bukan sekedar penerima yang pasif

terhadap materi matematika yang siap saji, tetapi siswa harus diberikan

kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui

praktik yang mereka alami sendiri dengan bimbingan guru.

Teori PMR sejalan dengan teori belajar konstruktivisme dan

pembelajaran kontekstual atau sering disebut sebagai Contextual Teaching

and Learning (CTL). Namun, pendekatan CTL mewakili teori belajar

secara umum, sedangkan PMR adalah suatu teori pembelajaran yang

dikembangkan khusus untuk matematika (Daryanto,2012:151).

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar

adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika.

Menurut Depdiknas dalam Susanto (2013:189-190), kompetensi atau

kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai

berikut:

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan

(24)

7

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang

sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koordinat.

4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan

penaksiran pengukuran.

5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran

tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan

menyajikannya.

6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan

gagasan secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,

sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau

(25)

8

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran

matematika tersebut diperlukan adanya pendekatan yang sesuai dengan

materi yang akan diajarkan. Menyadari akan manfaat dari pendekatan

PMR serta melihat kenyataan bahwa pendekatan tersebut belum dan

jarang dimanfaatkan dalam kelas secara optimal, maka perlu kiranya

diadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai seberapa

besar pengaruh pendekatan PMR dalam meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis perlu

mengadakan penelitian untuk mengetahui: Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Materi Perkalian Mata Pelajaran melalui Pendekatan PMR

pada Siswa Kelas II MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

Tahun 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka

dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

“Apakah penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (RME)

dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa

kelas II MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun

(26)

9 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

“untuk mengetahui peningkatan hasil matematika belajar materi perkalian

pada siswa kelas II MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

Tahun 2015/2016.”

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dan masih bersifat teoritis

(Sukardi, 2008:41). Sehingga penelitian ini, dapat disimpulkan rumusan

hipotesisnya adalah sebagai berikut: “ Jika pendekatan PMR dilakukan

dengan baik, maka diharapkan hasil belajar siswa dalam mempelajari

Matematika kelas II akan meningkat di MIS Asinan Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016.”

E. Indikator Keberhasilan

Penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik (RME)

dinyatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai, dalam

penelitian ini peneliti menggunakan KKM yang ditentukan oleh MIS

Asinan sebagai tolok ukur keberhasilan siswa. Adapun indikator yang

dirumuskan peneliti adalah:

1. Secara individual

Siswa dinyatakan tuntas apabila dapat mencapai skor ≥70 pada

(27)

10

2. Secara klasikal

Persentase sebanyak 75% dari total siswa dalam satu kelas

mendapat nilai ≥70.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

a. Memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada proses

pembelajaran

b. Membantu siswa mengaitkan materi ajar dengan lingkungan dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Meningkatkan hasil belajar materi ajar yang harus dikuasai.

2. Guru

a. Memiliki strategi pembelajaran alternatif yang sesuai pada

kompetensi dasar.

b. Membudayakan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan

permasalahan berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran judul penelitian ini,

berikut dijelaskan tentang maksud yang terkandung dalam variabel judul

penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

(28)

11

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja (Suprijono, 2014 : 5-7).

2. Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa Latin, Manthanein atau

mathema yang berarti “ belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam

bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang

kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Definisi matematika sangat

beragam dan bervariasi sesuai dengan sudut pandang pendefinisiannya,

sehingga tidak satupun definisi matematika yang tunggal dan

disepakati secara umum oleh tokoh/ pakar matematika (Susanto, 2013:

205).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan di penyelesaian masalah mengenai

bilangan (Suharso, dkk: 313).

3. Perkalian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkalian adalah

perbanyakan; hasil kali (Suharso, dkk: 215). Perkalian adalah operasi

penjumlahan berulang-ulang. Perkalian dilambangkan dengan tanda ×

(29)

12

4. Pendidikan Matematika Realistik (RME)

Pendidikan Matematika Realistik (RME) merupakan salah satu

pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa,

bahwa matematika adalah aktivitas manusia harus dihubungkan secara

nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman

belajar yang berorientasi pada hal-hal yang real (nyata) (Susanto,

2013:205).

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (active

research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelasnya (Arikunto, 2006:58).

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah peserta didik kelas II MIS Asinan

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, dengan jumlah 10 siswa

yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Guru kelas

II MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang

terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Adapun skema dan penjelasan untuk masing-masing

(30)

13

Gambar 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007:74)

Penelitian tindakan kelas memiliki tahapan yang secara umum

terdiri atas 2 siklus atau lebih yang dibagi dalam empat langkah

berikut :

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan langkah pertama yang harus

dilakukan dalam melakukan penelitian. Kegiatan yang

dilakukan adalah:

1) Menyiapkan desain pembelajaran dengan pendekatan

pendidikan matematika realistik. Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

(31)

14

2) Menyiapkan lembar observasi (pengamatan) sebagai

pedoman atas proses pembelajaran dalam pendekatan

pendidikan matematika realistik.

3) Menyusun soal tes untuk menilai peningkatan hasil belajar

siswa terhadap materi yang diajarkan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah

direncanakan yaitu bertindak di kelas, melaksanakan proses

pembelajaran sesuai dengan desain pembelajaran yang telah

direncanakan. Pada saat pelaksaan tindakan, dilakukan

observasi terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui

perubahan yang terjadi akibat dari penggunaan pendekatan

pendidikan matematika realistik.

c. Pengamatan (Observation)

Pengamatan (Observation) adalah alat untuk memotret

seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap

ini peneliti melakukan pengamatan terhadap segala perilaku

dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan

pendekatan pendidikan matematika realistik.

d. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, dilakukan penilaian atas pembelajaran di

kelas. Dari hasil lembar observasi dan hasil post test dinilai

(32)

15

menghasilkan perubahan yang signifikan. Apabila siklus I

belum mencapai indikator yang diharapkan atau belum bisa

mengatasi masalah maka perlu dilanjutkan pada siklus II dan

seterusnya sampai diperoleh kemajuan dalam pemecahan

masalah.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, menggunakan metode

pengumpulan sdata sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Menurut Anas Sudjono dalam (Irham, 2013: 239) observasi

atau pengamatan merupakan cara untuk menghimpun data atau

bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Bentuk dari metode ini berupa lembar observasi atau

pengamatan yang ditujukan untuk siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung.

b. Metode Tes

Metode tes yang peneliti gunakan untuk pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini berupa tes tertulis. Bentuk soal tes tertulis yang

peneliti ambil berupa tes esai atau soal uraian, tes tersebut

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi

(33)

16

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data. Dokumentasi yang peneliti gunakakan berupa catatan hasil

belajar, transkrip nilai, foto-foto, laporan pengamatan, tes dan

dokumen lain yang mendukung selama proses penelitian.

5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam

penelitian, yang terdiri atas:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi atau lembar pengamatan digunakan

untuk mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan

siswa dan guru selama proses pembelajaran dalam materi

perkalian kelas II melalui pendekatan pendidikan matematika

realistik.

b. Tes

Menurut Asnawi Zaenul dan Noehi Nasution (dalam

Widoyoko, 2012:83) tes bentuk uraian adalah butir soal yang

mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau

pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara

mengekspresikan pikiran peserta tes. Alasannya dengan

menggunakan tes ini dapat diketahui sejauh mana siswa

menguasai materi yang diberikan dan sejauh mana siswa

(34)

17 6. Teknik Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik

sederhana yaitu teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data

secara kuantitatif ini digunakan untuk menganalisis data hasil

observasi yang diperoleh dari siswa selama pembelajaran berlangsung

dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa. Data tersebut dapat

diolah dengan mencari persentase tiap-tiap kegiatan dengan

menggunakan rumus (Djamarah, 2005:264-265). Adapun rumus

penelitian sebagai berikut:

Keterangan :

P : Persentase

F : Jumlah siswa yang tuntas belajar

N : Jumlah semua siswa

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis

menyusun sistematika skripsi penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Bagian Awal terdiri atas:

Halaman judul, lembar berlogo, judul, halaman persetujuan skripsi,

halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian skripsi, halaman

motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

(35)

18

2. Bagian Inti terdiri atas:

a. BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri atas latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, indikator

keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, sistematika penulisan.

b. BAB II KAJIAN PUSTAKA, yang terdiri atas hasil belajar, yang

meliputi : pengertian hasil belajar, macam – macam hasil belajar,

faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan penilaian

hasil belajar. Matematika, yang meliputi : pengertian matematika,

posisi dan peran matematika, tujuan belajar matematika, dan tujuan

pendidikan matematika. Perkalian, yang meliputi: pengertian

perkalian, sifat-sifat perkalian, dan perkalian bilangan yang

hasilnya dua angka. Pendekatan PMR, yang meliputi: pengertian

PMR, proses matematisasi dalam pendekatan PMR, karakteristik

PMR, prinsip – prinsip PMR, langkah – langkah PMR, konsepsi

tentang siswa, konsepsi tentang guru, dan materi yang

diaplikasikan dalam penelitian. Bagian yang berikutnya yaitu hasil

penelitian dan yang terakhir adalah kerangka teori.

c. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN, yang terdiri atas subyek

penelitian (gambaran umum MIS Asinan, dan waktu pelaksanaan

(36)

19

d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang

terdiri atas hasil penelitian (hasil observasi, hasil siklus I, dan hasil

siklus II) dan yang berikutnya pembahasan.

e. BAB V PENUTUP, yang terdiri atas kesimpulan dan saran

3. Bagian Akhir terdiri atas:

DAFTAR PUSTAKA

(37)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana dalam Sopiatin (2011: 63-64)

mengemukakan, bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang

dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan

tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini

dipengaruhi pula oleh guru sebagai perancang belajar mengajar. Secara

umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku

yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau

tingkah laku.

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif da psikomotorik

sebahai hasil dari kegiatan belajar. Hal ini dipertegas lagi oleh Nawawi

dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor dan diperoleh dari

hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto,

2013:5).

Menurut Reigeluth dalam Rusmono (2012:7) semua akibat yang

(38)

21

penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda adalah

merupakan hasil belajar. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja

dirancang, karena itu merupakan akibat yang diinginkan dan bisa

berupa akibat nyata seebagai hasil penggunaan metode pengajaran

tertentu.

Menurut Gagne, hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian, sikap, apersepsi, dan ketrampilan. Menurut Bloom, hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sementara menurut Lindgren, hasil belajar meliputi kecakapan,

informasi, pengertian dan sikap.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh

para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara

fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2014 :

5-7).

2. Macam-macam Hasil Belajar

a. Ranah Kognitif

1) Pengetahuan: kemampuan mengingat apa yang sudah

dipelajari.

2) Pemahaman: kemampuan mengangkat makna dari yang

(39)

22

3) Aplikasi: kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah

dipelajari dalam situasi baru yang konkret.

4) Analisis: kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari ke

dalam unsur-unsurnya, supaya struktur organisasinya

dimengerti.

5) Sintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian

untuk membentuk suatu kesatuan yang baru.

6) Evaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang

dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu.

b. Ranah Afektif

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam

menerima rangsang dari luar yang datang kepada siswa dalam

konteks situasi dan gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulasi yang datangnya dari luar.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap stimulus tadi.

4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakter nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimilki dan mempengaruhi pola

(40)

23

c. Ranah Psikomotorik

1) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan

dan ketepatan. Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan

sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi

non-decursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretative

(Sopiatin, 2011:66-68).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

a. Faktor Intern

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

kesehatan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri

peserta didik, yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,

(41)

24

4. Penilaian Hasil Belajar

a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap

hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Hasil belajar siwa merupakan objek yang akan dinilai, sedangkan

hasil belajar siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Sudjana, 2009: 3).

b. Fungsi Penilaian

1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.

2) Umpam balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada

para orang tuanya (Sudjana, 2009:3-4).

c. Tujuan Penilaian

1) Mendeskripsikan kecapakan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian,, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan

(42)

25

4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak

sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemerintah,

masyarakat, orang tua siswa) (Sudjana, 2009:4).

B. Matematika

1. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa Latin, Manthanein atau

mathema yang berarti “ belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam

bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang

kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Definisi matematika sangat

beragam dan bervariasi sesuai dengan sudut pandang pendefinisiannya,

sehingga tidak satupun definisi matematika yang tunggal dan

disepakati secara umum oleh tokoh/ pakar matematika (Susanto, 2013:

205) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan di penyelesaian masalah mengenai

bilangan (Suharso, dkk: 313).

Menurut Andi Hakim dalam Karso (2009: 1.39), istilah matematika

berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya

“mempelajari”. Namun diduga kata itu ada hubungannya dengan kata

medha” atau “widya” dalam suatu bahasa Sansekerta yang artinya

“kepandaian”, “ketahuan” atau “intelegensi”.

Menurut Ruseffendi dalam Karso (2009: 1.39), menyatakan bahwa

(43)

26

aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan

kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering

disebut ilmu deduktif. Matematika adalah pola berfikir, pola

mengorganisasikanpembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa,

bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,

jelas, dan akurat dengan menggunakan bahasa simbol. Matematika

adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan

keharmonisannya.

2. Posisi dan Peran Matematika

Menurut Adam dan Hamm dalam Wijaya (2012:5-6) menyebutkan

empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu:

a. Matematika sebagai suatu cara untuk berfikir.

Matematika berperan dalam proses mengorganisasikan gagasan,

menganalisa informasi, dan menarik kesimpulan antardata.

b. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan

(pattern and relationship)

Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan

suatu konsep matematika dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Penekanan pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan

dan kontinuitas konsep dalam matematika sekolah sehingga siswa

dapat dengan segera menyadari bahwa suatu konsep yang mereka

pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang

(44)

27

c. Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool)

Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dengan aspek

sejarah dari konsep matematika. Banyak konsep matematika yang

bisa kita temukan dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik

secara sadar maupun tidak. Selain aspek aplikasi matematika pada

masa sekarang, perkembangan matematika juga sebenarnya

disebabkan adanya kebutuhan manusia.

d. Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi

Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena

simbol matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai

istilah dari bahasa yang berbeda.

3. Tujuan Belajar Matematika

Menurut Depdiknas dalam Susanto (2013:189-190), kompetensi

atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar,

sebagai berikut:

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang

melibatkan pecahan.

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun

ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan

volume.

(45)

28

d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan

penaksiran pengukuran.

e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran

tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan

menyajikannya.

f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan

mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,

sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau

media lain untuk menjelaskan dan keadaan masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam

(46)

29

4. Tujuan Pendidikan Matematika

Menurut Mathematical Science Education Board – National

Research Council dalam Wijaya (2012: 6-7) merumuskan empat

macam tujuan pendidikan matematika, yaitu:

a. Tujuan Praktis (Practical goal)

Tujuan praktis berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa

untuk menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah

yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Kemasyarakatan (Civic goal)

Tujuan ini berorientasi pada kemampuan siswa untuk berpartisipasi

secara aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan. Tujuan

kemasyarakatan menunjukkan bahwa tujuan pendidikan

matematika tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif

siswa, tetapi juga aspek afektif siswa.

c. Tujuan Profesional (Professional goal)

Pendidikan matematika harus bisa mempersiapkan siswa untuk

terjun ke dunia kerja.

d. Tujuan budaya (Cultural goal)

Pendidikan merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk budaya.

Oleh karena itu, pendidkan matematika perlu menempatkan

matematika sebagai hasil kebudayaan manusia dan sekaligus

(47)

30 C. Perkalian

1. Pengertian Perkalian

Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang-ulang. Perkalian

dilambangkan dengan tanda × (silang) (Untoro, 2006:13). Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perkalian adalah perbanyakan; hasil

kali (Suharso, dkk: 215).

Perkalian kalau kita menjumlah suku yang sama, misalnya 3,

hingga diperoleh: , maka penjumlahan ini disebut

penjumlahan berulang. Penjumlahan berulang dapat disajikan dalam

bentuk dan disebut perkalian 5 dan 3. Dengan demikian

perkalian didefinisikan sebagai berikut: “Jika a dan b bilangan

-bilangan cacah, maka adalah penjumlahan berulang yang

mempunyai a suku, dan tiap suku sama dengan b. Catatan: Perkalian

berlainan dengan penjumlahan. Akan tetapi, antara perkalian dan

penjumlahan terdapat hubungan, yaitu perkalian dapat dicari hasilnya

dengan penjumlahan berulang.

; 5 dan 3 disebut faktor-faktor dari 15. Bilangan 15

disebut hasil kali. Hasil kali adalah kelipatan setiap faktornya. Jadi, 15

adalah kelipatan dari 5 dan 3 (Negoro, 2005: 262-263).

2. Sifat-sifat Perkalian

a. Tertutup

Hasil perkalian bilangan cacah a dan b adalah berupa bilangan

(48)

31

(bilangan cacah,

(bilangan cacah)

Oleh karena itu hasil kali sembarang 2 bilangan cacah adalah

bilangan cacah pula maka dikatakan bahwa pengerjaan kali atau

perkalian itu tertutup dalam himpunan bilangan cacah.

b. Pertukaran (komutatif)

Hasil operasi perkalian sebarang bilangan cacah a dan b

berlaku sebagai berikut:

Oleh karena untuk sembarang 2 bilangan cacah bila dikalikan

hasilnya tidak berubah seandainya letak kedua bilangan itu

dipertukarkan maka dikatakan bahwa perkalian dalam himpunan

bilangan cacah memenuhi sifat pertukaran atau komutatif.

c. Pengelompokan (Asosiatif)

Hasil operasi perkalian sebarang bilangan cacah a, b, c berlaku

sebagai berikut:

Oleh karena itu untuk setiap 3 bilangan cacah sembarang hasil

(49)

32

terakhir dikalikan terlebih dahulu maka dikatakan bahwa perkalian

dalam himpunan bilangan cacah memenuhi sifat pengelompokan

atau asosiatif.

d. Penyebaran (Distributif) terhadap penjumlahan.

Hasil perkalian terhadap penjumlahan bilangan cacah sebarang

a, b, dan c berlaku sebagai berikut:

Oleh karena itu untuk setiap bilangan cacah sembarang a, b, dan c

dikatakan bahwa dalam himpunan bilangan cacah perkalian

terhadap penjumlahan memenuhi sifat distributif atau sifat

penyebaran.

e. Perkalian dengan bilangan 0

Hasil perkalian bilangan cacah a dengan bilangan 0 (nol)

hasilnya adalah 0 (nol).

Oleh karena itu untuk setiap bilangan cacah bila dikalikan dengan

(50)

33

f. Unsur Identitas

Hasil perkalian bilangan cacah a dengan bilangan 1 adalah

bilangan a itu sendiri. Misalnya sebagai berikut:

Oleh karena itu untuk setiap bilangan cacah bila dikalikan dengan

1 hasilnya adalah tetap atau bilangan cacah itu sendiri

(Karso,2009:2.40-2.42).

3. Perkalian bilangan yang hasilnya dua angka.

Perkalian bagi anak- anak tingkat rendah diartikan sebagai

penjumlahan berulang. Perkalian yang dimaksudkan disini adalah

menggunakan bilangan cacah. Bilangan cacah adalah himpunan

bilangan asli ditambah dengan bilangan nol. Bilangan asli merupakan

bilangan yang dimulai dari 1, lalu selanjutnya ditambah satu-satu.

Bilangan cacah berarti 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya.

Tahapan kelas rendah terutama kelas 2 sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar siswa memasuki dalam materi

perkalian dan pembagian. Adapun bilangan cacah dalam perkalian

yang diberikan untuk kelas rendah hanyalah sesuai dengan fakta dasar

perkalian. Fakta dasar perkalian adalah perkalian bilangan dari 0

(51)

34

Menurut Kompetensi Dasar Matematika kelas 2 berbunyi

“Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya dua angka’ maksudnya

adalah bilangan yang diberikan kepada siswa seperti

, , hasil kali dari kedua contoh

tersebut merupakan dua angka 12 yaitu terdiri dari angka 1 dan 2

berlaku pula untuk 25.

D. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (RME)

1. Pengertian PMR

Pendidikan Matematika Realistik (RME) merupakan salah satu

pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa,

bahwa matematika adalah aktivitas manusia yang harus dihubungkan

secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke

pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang real (nyata)

(Susanto, 2013:205).

Menurut Van den Heuvel-Panhuizen dalam Wijaya (2012:20-21)

kata “realistik” disini berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren

yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to imagine”. Penggunaan kata

“realistic” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi

dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus

Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatakan penekanan

penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh

(52)

35

2. Proses Matematisasi dalam Pendekatan PMR

Proses matematisasi adalah proses mematematikakan dunia nyata

dimana proses tersebut lebih menekankan proses daripada hasil.

Proses matematisasi dalam pendekatan PMR dibedakan menjadi dua

macam, yaitu:

a. Matematisasi Horizontal

Matematisasi horizontal adalah proses penyelesaian soal-soal

kontekstual dari dunia nyata. Berdasarkan dalam matematisasi

horizontal, siswa mencoba menyelesaikan soal-soal dari dunia

nyata dengan cara mereka sendiri, serta menggunakan bahasa dan

simbol mereka sendiri. Menurut Freudenthal matematisasi

horizontaal berarti bergerak dari dunia nyata ke dalam dunia

simbol yang menghasilkan konsep, prinsip, atau model matematika

dari masalah kontekstual sehari-hari.

b. Matematisasi Vertikal

Matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep

matematika. Berdasarkan dalam matematisasi vertikal, siswa

mencoba menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa bantuan

konteks. Menurut Freudenthal matematisasi vertikal berarti

bergerak di dalam dunia simbol itu sendiri yang menghasilkan

konsep, prinsip atau model matematika dari matematika itu sendiri.

(53)

36

Gambar 2.1 Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal

Keterangan :

Matematisasi horizontal digambarkan sebagai panah garis,

sedangkan matematisasi vertikal digambarkan sebagai panah blok.

3. Karakteristik PMR

a. Penggunaan konteks

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik

awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa

masalah dunia nyata, namun bisa dalam bentuk permainan,

penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut

bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.

Sistem Matematika Formal

Algoritma Bahasa

Matematika

Penyelesaian

Penguraian

(54)

37

Penggunaan konteks ini, siswa dilibatkan secara aktif untuk

melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi

siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari

permasalahan yang diberikan, tetapi juga diarahkan untuk

mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah.

b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Penggunaan model dalam Pendidikan Matematika Realistik

berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan

matematika konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat

formal. Kata “model” disini tidak merujuk pada alat peraga.

“Model’ disini merupakan alat “vertikal” dalam matematika yang

tidak bisa dilepaskan dari proses matematisasi (Horizontal dan

Vertikal) karena model merupakan tahapan proses transisi level

informal menuju level matematika formal.

c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa.

Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak

diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai

tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa, maka dalam

Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagi subjek

belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi

pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi

yang bervariasi.Kasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya

(55)

38

d. Interaktif

Proses belajar seseorang bukan hanya proses individu

melainkan proses sosial. Proses belajar siswa menjadi lebih

bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan

gagasan mereka.

e. Keterkaitan

Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial,

namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan.

Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan

(intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus

dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan

ini, satu pembelajaran diharapkan bisa mengenalkan dan

membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan

(walau ada konsep yang lebih dominan) (Wijaya, 2012:21-23).

4. Prinsip-prinsip PMR

Menurut Suherman dalam Susanto (2013: 206), yaitu :

a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua

hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika.

b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi,

skema, dan simbol-simbol.

c. Sumbangan dari para siswa, sehingga dapat membuat pembelajaran

(56)

39

d. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran

matematika.

e. Intertwining (membuat jalinan) antartopik atau antarpokok bahasan

atau antarstrad.

5. Langkah-langkah PMR

Model pembelajaran matematika realistik dapat diterapkan dengan

langkah-langkah berikut ini:

a. Memahami masalah kontekstual.

Memahami masalah konstektual dilakukan dengan cara guru

memberikan masalah konstektual dalam kehidupan sehari-hari

kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah

tersebut, serta memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan

masalah yang belum dipahami. Ciri pada langkah ini adalah ciri

pertama yaitu menggunakan masalah konstektual sebagai titik

tolak dalam pembelajaran.

b. Menjelaskan masalah kontekstual.

Ketika memahami masalah siswa kadang menemui kesulitan,

maka guru menjelaskan maksud dari soal dengan cara memberikan

petunjuk-petunjuk atau saran seperlunya, terbatas pada

bagian-bagian tertentu dari masalah yang belum diketahui.

c. Menyelesaikan masalah kontekstual.

Siswa secara individual mendiskripsikan masalah konstektual,

(57)

40

yang dimaksud dan memikirkan strategi pemecahan masalah.

Selanjutnya siswa berusaha menyelesaikan masalah dengan

caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya,

sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian antara

siswa satu dengan yang lain. Guru mengamati, memotivasi, dan

memberi bimbingan terbatas sehingga siswa dapat memperoleh

penyelesaian masalah-masalah tersebut. Tahap ini siswa dibimbing

untuk menemukan kembali tentang ide atau konsep dari soal

matematika. Ciri yang muncul pada langkah ini adalah ciri kedua

yaitu menggunakan model.

d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.

Guru mengamati apa yang dilakukan siswa dan memberi

bantuan jika dibutuhkan. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja

siswa, guru meminta beberapa siswa untuk maju ke depan kelas

menjelaskan hasil pekerjaannya. Kemudian guru membimbing

siswa dalam mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep

matematika. Ciri pada tahap ini adalah ciri ketiga yaitu

menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri, melalui

optimalisasi interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan

guru dan antara siswa dengan sumber belajar.

e. Menyimpulkan

Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu

(58)

41

muncul pada tahap ini adalah adanya interaksi antara guru dan

siswa.

6. Konsepsi tentang Siswa

PMR mempunyai konsepsi tentang siswa sebagai berikut:

a. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide

matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.

b. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk

pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.

c. Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang

meliputi penamabahan, kreasi, modofikasi, penghalusan,

penyusunan kembali dan penolakan.

d. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri

berasal dari seperangkat ragam pengalaman.

e. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin

mampu memahami dan mengerjakan matematika (Daryanto,

2012:151-152).

7. Konsepsi tentang Guru

PMR mempunyai konsepsi tentang guru sebagai berikut:

a. Guru hanya sebagai fasilitator belajar.

b. Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.

c. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara

aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif

(59)

42

d. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam

kurikulum, melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia

riil, baik fisik maupun sosial (Daryanto, 2012:152).

8. Materi yang Diaplikasikan dalam Penelitian (Perkalian)

Pendidikan Matematika Realistik dapat diaplikasikan untuk

berbagai materi matematika begitu pula untuk materi perkalian,

contohnya sebagai berikut:

Gambar 2.2 Peragaan Perkalian

Gambar diatas adalah contoh peragaan dalam dunia nyata yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila gambar tersebut

diperhatikan akan muncul pertanyaan sebagai berikut:

1) Berapakah jumlah kaki sebuah kursi tersebut?

Sebuah kursi terdapat 4 kaki.

2) Berapakah jumlah seluruh kaki kursi tersebut?

Lima buah kursi memiliki kaki

Penjumlahan bilangan 4 dilakukan 5 kali, penjumlahan tersebut

disebut sebagai penjumlahan berulang. Bentuk penjumlahan

berulang dapat diubah dalam bentuk perkalian, seperti berikut ini:

(60)

43

Jadi, jumlah kaki kursi tersebut adalah

atau .

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian

ini yaitu penelitian tentang pendekatan pendidikan matematika realistik

yang akan dijadikan kajian pustaka dalam penelitian. Penelitian tersebut

dilakukan oleh Herawati Sholekhah (2009), dan Utari Diplomawati

(2010).

Herawati Sholekhah (2009), menulis skripsi berjudul Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika dengan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia Kelas II SD 3 Bantul. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar matematika, hal itu dibuktikan dengan

adanya peningkatan pada setiap siklusnya. Siklus I, nilai rata-rata tes hasil

belajar siswa adalah 71,96, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata tes hasil

belajarnya menjadi 81,83. Berdasarkan dari kedua siklus tersebut terdapat

peningkatan dengan selisih 9,87. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan

pendidikan matematika realistik sangat efektif digunakan pada mata

pelajaran matematika kelas II dengan materi bangun datar.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Utari Diplomawati yang

berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan dengan

Pendekatan Realistik Mathematics Education (RME) pada Siswa Kelas III

SD Negeri Wonokerto Tegalrejo Kabupaten Magelang, yang menjelaskan

(61)

44

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada materi pecahan.

Keberhasilan penelitian ini dapat ditunjukkan hasil tes yang telah

diperoleh pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 9 siswa

(64,28%) dan pada siklus II siswa yang mencapai KKM sebanyak 12

siswa (85,71%).

Beberapa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan

pendidikan matematika realistik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika tidaklah sulit, dan siswa merasa senang dengan

penggunaan pendekatan tersebut, karena siswa dapat ikut serta secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Perbedaan antara penelitian yang terdahulu

dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terletak pada materi yang

dijadikan penelitian. Pada penelitian terdahulu peneliti menggunakan

materi pengukuran dan pecahan. Sedangkan pada penelitian ini peneliti

mengambil materi perkalian. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan

penerapan pendekatan realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa

kelas II MIS Asinan Kecamatan Bawen dalam materi perkalian.

F. Kerangka Teori

Hasil belajar siswa kelas II MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten

Semarang pada pelajaran matematika belum sesuai dengan harapan. Hal

itu disebabkan oleh berbagai alasan baik dari siswa, guru, ataupun

lingkungan. Perlu adanya inovasi dan perbaikan terhadap pendekatan

(62)

45

mata pelajaran matematika, sehingga hasil belajar siswa sesuai yang

diharapkan.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik (RME) menuntut keterlibatan siswa

secara aktif. Penggunaan pendekatan PMR dalam pembelajaran

matematika dirancang untuk menumbuhkan pengetahuan baru yang

dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri dari berbagai macam

pengalaman sehari-hari, siswa akan merasa senang dengan pelajaran

matematika dan termotivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar pada

(63)

46 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Gambaran Umum MIS Asinan Kecamatan Bawen, Kabupaten

Semarang.

MIS Asinan didirikan pada tahun 1975. MIS Asinan beralamatkan

di Jl.Tembus Tuntang KM 03 Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten

Semarang.

a. Identitas Madrasah

Nama Madrasah : MI Swasta ASINAN

NSM : 111233220106

NPSN : 60712775

NPWP : 00.382.460.4.505.000

Propinsi : Jawa Tengah

Otonomi Daerah : Semarang

Kecamatan : Bawen

Desa/Kelurahan : Asinan

Kode pos : 50651

Status Madrasah : Swasta

Akreditasi : C

No. SK Akreditasi : 012767

Tanggal SK Pendirian : 01-01-1975

Gambar

Gambar 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007:74)
Gambar 2.1 Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal
Gambar 2.2 Peragaan Perkalian
Tabel 3.1 Nama Siswa kelas II MIS Asinan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran dengan menggunakan jenis latihan yang berbeda memberikan gambaran bahwa jenis soal turut menentukan terhadap prestasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan: bagi guru yang akan melakukan pembelajaran dengan menggunakan Modular Object-Oriented

[r]

Based on the background above, the research problem is “ How is the profile of students’ creativity and concept understanding on science mini- project activity in

Sebagai uji kompetensi atau pengetahuan, guru dapat dilakukan dalam bentuk penugasan, untuk menjawab atau melengkapi pertanyaan yang terdapat dalam Tugas Mandiri

[r]

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (2011) yang didapati bahwa tekanan darah pada kelompok vegetarian yang telah melakukan diet vegetarian

Tiada siapa-siapa mengaku mudah menjadi ibu bapa. Susah senang dan kekecewaan membesarkan anak, lumrah bagi kebanyakan pasangan. Jarang-jarang ditemui anak 'baik'