• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

46

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Kinerja (LKj) Instansi Kabupaten Ponorogo tidak terlepas dari rangkaian mekanisme fungsi perencanaan yang sudah berjalan mulai dari Perencanaan Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ataupun Rencana Kinerja Tahunan (RKT), serta Perjanjian Kinerja Kabupaten Ponorogo dan tidak terlepas dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri sebagai fungsi Actuating dari berbagai perencanaan yang sudah dibuat, hingga kemudian sampailah pada pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan yang sifatnya terukur, terdapat pengukuran antara yang diukur dengan alat pengukurannya.

Pertanggungjawaban pengukuran adalah kegiatan, program dan sasaran yang prosesnya adalah sejauhmana kegiatan, program dan sasaran dilaksanakan tidak salah arah dengan berbagai perencanaan yang telah dibuat.

A.

PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Agar dapat dilakukan analisis terhadap hasil kinerja Pemerintah Kabupaten Ponorogo, maka pada saat penyusunan Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja pada awal tahun telah ditetapkan Standart Pencapaian dangan skala ordinal sebagai berikut :

Skor Rentang Capaian Kategori Capaian

1 Lebih dari 85 % Sangat berhasil

2 70 % sampai dengan 85 % Berhasil

3 55 % sampai dengan 70 % Cukup

4 Kurang dari 55 % Kurang

B.

ANALISA DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA

Analisa dan Evaluasi capaian kinerja Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Ponorogo berdasarkan misi dan sasaran yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

MISI

1.

Menjamin terwujudnya kepastian akses dan mutu pelayanan dasar masyarakat secara optimal, yang meliputi pendidikan kesehatan dan infrastruktur baik pedesaan maupun perkotaan, serta menjamin kepastian penyediaan pelayanan publik dengan model pelayanan yang efektif dan efisien.

(2)

47

Untuk mencapai misi Menjamin terwujudnya kepastian akses dan mutu pelayanan dasar masyarakat secara optimal, yang meliputi pendidikan kesehatan dan infrastruktur baik pedesaan maupun perkotaan, serta menjamin kepastian penyediaan pelayanan publik dengan model pelayanan yang efektif dan efisien ditetapkan sebanyak 1 (satu) tujuan dan 11 (sebelas) sasaran.

Hasil penilaian pencapaian sasaran misi ini pada tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

No. Tujuan – Sasaran Tingkat

keberhasilan Tujuan 1 Meningkatnya derajat kesehatan dan kualitas

hidup masyarakat. Sasaran :

1. Meningkatnya Pemerataan Dan Perluasan Kesempatan Belajar Serta Kualitas Pendidikan.

Sangat berhasil 2. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan,

serta derajat kesehatan masyarakat.

Sangat berhasil 3. Meningkatnya sarana infrastruktur daerah. Sangat berhasil 4. Meningkatnya kualitas Iingkungan pemukiman. Sangat berhasil 5. Meningkatnya penataan kawasan RT/RW. Sangat berhasil 6. Meningkatnya mutu pelayanan transportasi daerah. Sangat berhasil 7. Meningkatnya penanganan persampahan, pemanfaatan

dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Sangat berhasil 8. Meningkatnya mutu tata kelola pertanahan daerah. Kurang

9. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi kependudukan.

Sangat berhasil 10. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan keluarga

berencana.

Sangat berhasil 11 Meningkatnya kualitas pelayanan perpustakaan dan minat

baca masyarakat.

Sangat berhasil

Pencapaian ke 11 (sebelas) sasaran tersebut dilaksanakan melalui urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, keluarga berencana dan keluarga sejahtera dan perpustakaan.

Uraian hasil pencapaian masing-masing sasaran adalah sebagai berikut :

Tujuan 1 Meningkatnya Derajad Kesehatan dan Kualitas Hidup Masyarakat. Sasaran 1.1 Meningkatnya Pemerataan dan Perluasan Kesempatan Belajar serta

Kualitas Pendidikan.

Hasil penilaian pencapaian sasaran ini pada tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

(3)

48 Tabel 3.1

Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar serta kualitas pendidikan.

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

Meningkatnya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, serta kualitas pendidikan.

1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

84,90 % 68,49 % (23.920/34.923)

80,67 % 2 Penduduk yang berusia ≥

15 tahun Melek Huruf (tidak buta aksara)

99,62 % 92,37 % (503.073/544.628)

92,72 %

3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/ Paket A

97,50 % 94,39 % (67.459/71.465))

96,81 % 4 Angka Partisipasi Murni

(APM) SMP/MTs/ Paket B

82 % 83,35 %

(33.203/39.838)

101,65 % 5 Angka Partisipasi Murni

(APM) SMA/SMK/ Paket C

78,50 % 66,06 % (26.615/40.291)

84,15 % 6 Angka Putus Sekolah

(APS) SD/MI

0,02 % 0,03 % (25/75.673)

150 % 7 Angka Putus Sekolah

(APS) SMP/MTs

0,30 % 0,31 % (130/41.306)

103,33 % 8 Angka Putus Sekolah

(APS) SMA/SMK

0,70 % 0,43 % (146/33.954))

61,43 % 9 Angka Kelulusan (AL)

SD/MI

99,44 % 98,77 % (12.527/12.683)

99,33 % 10 Angka Kelulusan (AL)

SMP/MTs

98,60 % 99,71 % (11.739/11.771)

101,13 % 11 Angka Kelulusan (AL)

SMA/SMK/MA

98,10 % 99,81 % (10.148/10.167)

101,17 % 12 Angka Melanjutkan (AM)

dari SD/MI ke SMP/MTs

106 % 111,98 %

(14.028/12.527)

105,64 % 13 Angka Melanjutkan (AM)

dari SMP/MTs ke

SMA/SMK/MA

90,49 % 102,67 % (12.053/11.739)

113,46 %

14 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

99,03 % 88,54 % (11.128/12.548)

89,41 % 15 Angka Partisipiasi Kasar

(APK) SD/MI/Paket A

110 % 105,05 %

(75.673/71.465)

95,50 % 16 Angka Partisipiasi Kasar

(APK) SMP/MTs/Paket B

101,01 % 103,68 % (41.306/39.838)

102,64 % 17 Angka Partisipiasi Kasar

(APK) SMA/

SMK/MA/Paket C

84,50 % 84,27 % (33.954/40.291)

99,73 %

18 Rata–rata nilai UN SD/MI 7,45 7,69 (22,20/3) 103,22 % 19 Rata–rata nilai UN SMP/MTs 7,60 7,07 (22,65/3) 93,03 % 20 Rata–rata nilai UN SMA/SMK/MA 7,70 7,13 (45,87/6) 92,60 % 21 Rasio pendidik yang

memiliki seritifikat pendidik 50,41 % 49,33 % (6.191/12.549) 97,86 % 22 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 74,66 - -

(4)

49 Tabel 3.2

Perbandingan Realisasi Kinerja Sasaran Meningkatnya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar serta kualitas pendidikan.

Sasaran

Strategis Indikator kinerja Target

Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 Meningkatnya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, serta kualitas pendidikan. 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 84,90 % - 62,86 % 47,84 % 68,49 % 68,49 % (23.920/ 34.923) 2 Penduduk yang berusia ≥ 15 tahun Melek Huruf (tidak buta aksara) 99,62 % - 81,60 % 92,61 % 93,56 % 92,37 % (503.073/ 544.628) 3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/ Paket A 97,50 % - 96,86 % 96,98 % 97,00 % 94,39 % (67.459/ 71.465) 4 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/ Paket B 82,00 % - 79,45 % 79,45 % 77,24 % 83,35 % (33.203/ 39.838) 5 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/ Paket C 78,50 % - 63,97 % 63,97 % 77,32 % 66,06 % (26.615/ 40.291) 6 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,02 % - 0,04 % 0,04 % 0,05 % 0,03 % (25/75.673) 7 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 0,30 % - 0,53 % 0,53 % 0,36 % 0,31 % (130/ 41.306) 8 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK 0,70 % - 0,60 % 0,60 % 1,03 % 0,43 % (146/ 33.954) 9 Angka Kelulusan (AL) SD/MI 99,44 % - 99,95 % 99,95 % 99,91 % 98,77 % (12.527/ 12.683) 10 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 98,60 % - 99,88 % 99,98 % 99,95 % 99,71 % (11.739/ 11.771) 11 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA 98,10 % - 99,95 % 99,95 % 99,98 % 99,81 % (10.148/ 10.167) 12 Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs 106,00 % - 105,46 % 195,46 % 110,15 % 111,98 % (14.028/ 12.527) 13 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA 90,49 % - 70,58 % 76,46 % 92,85 % 102,67 % (12.053/ 11.739)

(5)

50 14 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 99,03 % - 83,00 % 76,46 % 57,16 % 88,54 % (11.128/ 12.548) 15 Angka Partisipiasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A 110 % - 106,98 % 106,98 % 107,09 % 105,05 % (75.673/ 71.465) 16 Angka Partisipiasi Kasar (APK) SMP/MTs/ Paket B 101,01 % - 99,94 % 99,94 % 99,98 % 103,68 % (41.306/ 39.838) 17 Angka Partisipiasi Kasar (APK) SMA/ SMK/MA/ Paket C 84,50 % - 81,03 % 81,03 % 83,41 % 84,27 % (33.954/ 40.291) 18 Rata –rata nilai UN SD/MI 7,45 - 7,07 7,07 7,77 7,69 (22,20/3) 19 Rata –rata nilai UN SMP/MTs 7,60 - 7,63 7,78 6,59 7,07 (22,65/3) 20 Rata –rata nilai UN SMA/SMK/MA 7,70 - 7,73 7,79 6,95 7,13 (45,87/6) 21 Rasio pendidik yang memiliki seritifikat pendidik 50,41 % - 35,37 % 41,42 % 49,68 % 49,33 % (6.191/ 12.549) 22 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 74,66 65,28 66,16 67,03 67,4 - Tabel 3.3

Perbandingan Realisasi Kinerja s/d akhir periode RPJMD Sasaran

Strategis Indikator kinerja

Target Akhir RPJMD Realisasi Tingkat Kemajuan Meningkatnya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, serta kualitas pendidikan. 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

84,90 % 68,49 %

(23.920/34.923) 80,67 % 2 Penduduk yang

berusia ≥ 15 tahun Melek Huruf (tidak buta aksara)

99,62 % 92,37 %

(503.073/544.628)

92,72 %

3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/ Paket A 97,50 % 94,39 % (67.459/71.465) 96,81 % 4 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/ Paket B 82 % 83,35 % (33.203/39.838) 101,65 % 5 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/ Paket C 78,50 % 66,06 % (26.615/40.291) 84,15 %

6 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

0,02 % 0,03 %

(25/75.673) 150,00 % 7 Angka Putus Sekolah 0,30 % 0,31 % 103,33 %

(6)

51

(APS) SMP/MTs (130/41.306)

8 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK

0,70 % 0,43 %

(146/33.954)) 61,43 % 9 Angka Kelulusan (AL)

SD/MI

99,44 % 98,77 %

(12.527/12.683) 99,33 % 10 Angka Kelulusan (AL)

SMP/MTs

98,60 % 99,71 %

(11.739/11.771) 101,13 % 11 Angka Kelulusan (AL)

SMA/SMK/MA

98,10 % 99,81 %

(10.148/10.167) 101,74 % 12 Angka Melanjutkan

(AM) dari SD/MI ke SMP/MTs 106 % 111,98 % (14.028/12.527) 105,64 % 13 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA 90,49 % 102,67 % (12.053/11.739) 113,46 %

14 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 99,03 % 88,54 % (11.128/12.548) 89,41 % 15 Angka Partisipiasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A 110 % 105,05 % (75.673/71.465) 95,50 % 16 Angka Partisipiasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B 101,01 % 103,68 % (41.306/39.838) 102,64 % 17 Angka Partisipiasi Kasar (APK) SMA/ SMK/MA/Paket C

84,50 % 84,27 %

(33.954/40.291) 99,73 %

18 Rata –rata nilai UN SD/MI

7,45 7,69 (22,20/3)

103,22 % 19 Rata –rata nilai UN

SMP/MTs

7,60 7,07 (22,65/3)

93,03 % 20 Rata –rata nilai UN

SMA/SMK/MA

7,70 7,13 (45,87/6)

92,60 % 21 Rasio pendidik yang

memiliki seritifikat pendidik 50,41 % 49,33 % (6.191/12.549) 97,86 % 22 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 74,66 - -

Uraian hasil pencapaian masing-masing indikator kinerja adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengukuran sasaran 1.1 pada tabel 3.1, dapat disimpulkan bahwa pencapaian kinerja sasaran SANGAT BERHASIL dengan rata–rata capaian sebesar 93,91 %.

Pengukuran yang dilakukan terhadap 22 (dua puluh dua) indikator kinerja sasaran, terdapat 9 (sembilan) indikator kinerja yang capaiannya melebihi target dan 12 (dua belas) indikator kinerja yang capaiannya tidak memenuhi target. Namun demikian terhadap capaian kinerja yang melampaui target maupun tidak memenuhi target Pemerintah Kabupaten Ponorogo tetap akan melakukan langkah-langkah kongkrit melalui strategi dan kebijakan untuk melakukan perbaikan pada tahun berikutnya.

(7)

52 1.1.1 Pendidikan anak usia dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini merupakan perbandingan antara jumlah siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan anak dibagi jumlah anak usia 4 s/d 6 tahun.

Target PAUD tahun 2015 sebesar 84,90 %, realisasi indikator kinerja pendidikan anak usia dini (PAUD) sebesar 68,49 %. Nilai ini diperoleh dari jumlah anak dalam jenjang TK/RA/Penitipan Anak sebanyak 23.920 anak dibanding jumlah anak usia 4 s/d 6 tahun sebanyak 34.923 anak.

Tingginya kenaikan pendidikan anak usia dini (PAUD) dikarenakan : - Terlatihnya tenaga pendidik PAUD.

- Orang tua / wali murid semakin menyadari pentingnya pendidikan anak usia dini. - Aksebilitas satuan pendidikan untuk TK/RA/Penitipan anak terjangkau oleh

masyarakat.

1.1.2 Pendudukyang berusia ≥ 15 tahun Melek Huruf (tidak buta aksara)

Penduduk yang berusia ≥ 15 tahun melek huruf merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun keatas dapat baca tulis dibagi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas.

Target penduduk yang berusia ≥ 15 tahun Melek Huruf (tidak buta aksara) tahun 2015 sebesar 99,62 % dengan realisasi sebesar 92,37 %.

Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo usia di atas 15 tahun keatas berjumlah 544.628 orang, sebanyak 503.073 orang atau sekitar 92,37 % telah melek huruf. Dengan demikian masih tersisa 7,63 % penduduk yang perlu dientaskan dari buta huruf khususnya penduduk yang usia 45 tahun kebawah yang dipandang sebagai usia masih produktif.

Berbagai factor yang menyebabkan ketidaktercapaian target kinerja adalah :

1. Penduduk penyandang tuna aksara sebagian besar adalah pada kelompok usia diatas 50 tahun.

2. Pendudun penyandang tuna aksara berdomisili secara tersebar sehingga sulit dideteksi keberadaannya.

1.1.3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

Angka partisipasi murni SD/MI/Paket A merupakan perbandingan antara jumlah siswa usia 7-12 tahun dijenjang SD/MI/Paket A dibagi jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun.

Target APM SD/MI/Paket A yang ditetapkan pada tahun 2015 sebesar 97,50 % dengan realisasi sebesar 94,39 %.

Ketidaktercapaian target APM SD/MI/Paket A tersebut dipengaruhi oleh :

1. Usia anak masuk SD/MI belum mencapai usia 7 tahun. Siswa baru kelas 1 (satu) yang idealnya berusia 7 (tujuh) tahun, akan tetapi sebanyak 5.346 siswa

(8)

53

kelas satu (42,30%) dari seluruh siswa kelas 1 (satu) adalah berusia kurang dari 7 tahun.

2. Persentase siswa usia kurang dari 7 tahun tersebut jika dibandingkan dengan jumlah siswa seluruhnya sebesar 7,12%. Sehingga dengan siswa SD/MI usia kurang dari 7 tahun sejumlah tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya APM SD/MI.

3. Anak usia kurang dari 13 tahun yang tertampung dijenjang SMP/MTs sebanyak 5.842 siswa (14,16%) dari jumlah siswa SMP/MTs atau 7,78% dari jumlah siswa SD/MI.

1.1.4 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

Angka partisipasi murni SMP/MTs/Paket B merupakan perbandingan jumlah siswa usia 13-15 tahun dijenjang SMP/MTs/Paket B dibanding jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun.

Target indikator kinerja APM SMP/MTs/Paket B pada tahun 2015 sebesar 82 % dengan realisasi 83,35 % (33.203/39.838)

Berbagai faktor yang mendukung ketercapaian APM SMP/MTs antara lain :

- Anak usia 7-12 tahun seluruhnya telah tertampung dilembaga pendidikan dasar. - Infrastruktur pendidikan SMP/MTs dapat diakses oleh masyarakat diseluruh

wilayah Kabupaten Ponorogo.

- Daya tampung lembaga pendidikan jenjang SMP/MTs yang tersedia dapat menampung anak yang telah menyelesaikan pendidikannya dijenjang SD/MI. - Kesadaran masyarakat untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi semakin kuat. 1.1.5 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MMK/Paket C

Angka partisipasi murni SMA/SMK/Paket C merupakan perbandingan jumlah siswa usia 16-18 tahun dijenjang SMA/SMK/MA/PAket C dibanding jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun.

Target indikator kinerja APM SMA/SMK/Paket C pada tahun 2015 sebesar 78,50 %. dengan sebesar 66,06 % (26.615/40.291).

Ketidaktercapaian target APM SMA/SMK/MA/Paket C dipengaruhi oleh :

1. Keberhasilan jenjang pendidikan dibawahnya, yaitu jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) dan SMP/MTs.

2. Infrastruktur pendidikan Pendidikan Menengah berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat diakses oleh masyarakat diseluruh wilayah kabupaten Ponorogo yang telah menyelesaikan pendidikannya pada jenjang dibawahnya.

3. Daya tampung lembaga pendidikan jenjang menengah dapat menampung anak yang telah menyelesaikan pendidikannya dijenjang SMP/MTs.

(9)

54 1.1.6 Angka putus sekolah (APS) SD/MI

Angka putus sekolah SD/MI merupakan perbandingan dari jumlah siswa putus sekolah pada tingkat dan jenjang SD/MI dibanding jumlah siswa pada tingkat dan jenjang SD/MI pada tahun ajaran sebelumnya.

Target Angka Putus Sekolah SD/MI tahun 2015 sebesar 0,02 % dengan realisasi Angka Putus Sekolah SD/MI sebesar 0,03 %.

Faktor yang berpengaruh dengan ketidaktercapaian target kinerja adalah : 1. Belum teridentivikasi penyebab putus sekolah tersebut terjadi.

2. Belum diketahui putus sekolah tersebut putus sekolah yang sifatnya permanen atau sementara.

3. Belum adanya program khusus dalam penanggulangan angka putus sekolah SD/MI.

Upaya yang dilakukan adalah dengan penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SD/MI, dimana pada tahun 2015 untuk BOS SD/MI diberikan kepada :

- Siswa SD penerima beasiswa miskin bagi siswa berprestasi 1.803 siswa.

- Siswa SD penerima BOS sebanyak 65.570 siswa dengan dana Rp.52.456.000.000,00.

1.1.7 Angka putus sekolah (APS) SMP/MTs

Angka putus sekolah SMP/MTs merupakan perbandingan dari jumlah siswa putus sekolah pada tingkat dan jenjang SMP/MTs dibanding jumlah siswa pada tingkat dan jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran sebelumnya.

TargetAngka Putus Sekolah SMP/MTs tahun 2015 sebesar 0,30% dengan realisasi sebesar 0,31 % (130/ 41.306).

Faktor yang berpengaruh dengan pencapaian kinerja adalah : 1. Belum teridentivikasi penyebab putus sekolah tersebut terjadi.

2. Belum diketahui putus sekolah tersebut putus sekolah yang sifatnya permanin atau sementara.

Upaya yang dilakukan adalah dengan penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP/MTs, dimana pada tahun 2015 untuk BOS SMP/MTs diberikan kepada : - Siswa SMP penerima beasiswa miskin bagi siswa berprestasi 264 siswa.

- Siswa SMP penerima BOS sebanyak 25.923 siswa dengan dana Rp.52.923.000.000,00.

1.1.8 Angka putus sekolah (APS) SMA/SMK

Angka putus sekolah SMA/SMK merupakan perbandingan dari jumlah siswa putus sekolah pada tingkat dan jenjang SMA/SMK dibanding jumlah siswa pada tingkat dan jenjang SMA/SMK pada tahun ajaran sebelumnya.

Target indikator kinerja Angka Putus Sekolah SMA/SMK tahun 2015 sebesar 0,70 % dengan realisasi sebesar 0,43 % (146/33.954).

(10)

55

Berbagai faktor yang mempengaruhi menurunnya APS SMA/SMK adalah :

1. Adanya dukungan pemerintah pusat melalui BOS dalam pembiayaan pendidikan menengah, sehingga meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam menempuh pendidikan menengah.

2. Dukungan pembiayaan pendidikan pemerintah pusat bagi siswa kurang mampu melalui Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM).

3. Dukungan pembiayaan pendidikan pemerintah provinsi bagi siswa kurang mampu melalui Bantuan Siswa Miskin (BSM).

Upaya yang dilakukan tahun 2015 dengan pemberian bantuan khusus siswa miskin SMA/SMK dan MA sebanyak 2.400 siswa dengan dana yang diberikan melalui sekolah sejumlah Rp. 2.988.180.000,00 dengan rincian dari APBD I sejumlah Rp. 2.137.200.000,00 untuk 1.091 siswa dan dari APBD II sejumlah Rp. 850.980.000,00 untuk 1.091 siswa.

1.1.9 Angka kelulusan (AL) SD/MI

Angka kelulusan SD/MI merupakan perbandingan dari jumlah lulusan pada jenjang SD/MI dibanding jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SD/MI pada tahun ajaran sebelumnya.

Target Angka kelulusan SD/MI tahun 2015 sebesar 99,44 % dengan realisasi sebesar 99,33 % (12.527/ 12.683).

Ketidaktercapaian angka kelulusan bukan semata-mata hanya masalah akademik atau kesiapan masing-masing lembaga dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi ujian yang akan ditempuh, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kesiapan internal siswa dalam menghadapi ujian serta tidak terlepas dari peran serta orang tua dan keluarga dalam memberikan perhatian dan dukungan kepada putra putrinya.

1.1.10 Angka kelulusan SMP/MTs

Angka kelulusan SMP/MTs merupakan perbandingan dari jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs dibanding jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran sebelumnya.

Target Angka kelulusan SMP/MTs tahun 2015 sebesar 98,60 % dengan realisasi sebesar 99,71 % (11.739/ 11.771).

Berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian target adalah kesiapan internal siswa dalam menghadapi ujian, peran serta orang tua dan keluarga dalam memberikan perhatian dan dukungan kepada putra putrinya serta pembinaan kelembagaan dan manajemen sekolah dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan pendidikan dasar, pembinaan minat, bakat dan kreatifitas siswa.

(11)

56 1.1.11 Angka kelulusan SMA/SMK/MA

Angka kelulusan SMA/SMK/MA merupakan perbandingan dari jumlah lulusan pada jenjang SMA/SMK/MA dibanding jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMA/SMK/MA pada tahun ajaran sebelumnya.

Target Angka kelulusan SMA/SMK/MA tahun 2015 sebesar 98,10 % dengan realisasi sebesar 99,81 % (10.148/10.167).

Berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian target adalah :

1. Adanya dukungan dari pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam pembiayaan pendidikan yang disalurkan. 2. Semakin meningkatnya kebutuhan pendidikan bagi masyarakat.

3. Semakin meningkatnya kemampuan ekonomi masyarkat dalam menjangkau pendidikan yang diharapkan.

1.1.12 Angka melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

Angka melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs merupakan perbandingan dari jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMP/MTs dibanding jumlah lulusan pada jenjang SD/MI tahun ajaran sebelumnya.

Target Angka melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs tahun 2015 sebesar 106 % dengan realisasi 111,98 % (14.028/ 12.527).

Tercapainya taget sasaran tersebut didukung oleh beberapa hal antara lain :

1. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan. 2. Semakin meningkatnya akses dan daya tampung pendidikan menengah.

3. Adanya partisipasi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam pembiayaan pendidikan yang disalurkan.

4. Semakin meningkatnya kebutuhan pendidikan bagi masyarakat.

5. Semakin meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat dalam menjangkau pendidikan yang diharapkan.

1.1.13 Angka melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

Angka melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA merupakan perbandingan dari jumlah siswa baru tingkat I pada jenjang SMA/SMK/MA dibanding jumlah lulusan pada jenjang SMP/MTs tahun ajaran sebelumnya.

Target Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA tahun 2015 sebesar 90,94 % dengan realisasi sebesar 102,67 % (12.053/ 11.739)

Tercapainya target indikator kinerja tersebut, disamping lulusan SMP/MTs yang meningkat serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, juga didukung dengan semakin meningkatnya akses dan daya tampung pendidikan menengah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan pembangunan ruang kelas baru dan rehabilitasi ruang kelas.

(12)

57 1.1.14 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV merupakan perbandingan dari jumlah guru berijasah kualifikasi Si/D-IV dibanding jumlah guru.

Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 ditargetkan tahun 2015 sebesar 88,54 %. Jumlah guru yang ada di Kabupaten Ponorogo tahun 2015 sejumlah 12,548 orang. Jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 tahun 2015 sejumlah 11.128 orang atau 88,54 %.

Belum dapat tercapainya target indikator kinerja tersebut, dikarenakan masih cukup tingginya tenaga guru tidak tetap yang sebagian besar mengajar pada sekolah yang belum memiliki kualifikasi S1 dan D-IV, karena sebagai pengabdian kepada lembaga tersebut setelah yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya dijenjang yang setara dengan SMA. Hal ini sering terjadi pada lembaga-lembaga yang berada dibawah pembinaan pondok pesantren atau lembaga keagamaan. 1.1.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A

Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI/Paket A merupakan perbandingan dari jumlah siswa dijenjang SD/MI/Paket A dibanding jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun.

Angka Partisipasi KAsar (APK) SD/MI/Paket A yang ditargetkan tahun 2015 sebesar sebesar 110 %.

Realisasi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A sebesar 105,05 % (75.673/ 71.465).

Belum dapat tercapainya Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI/Paket A bukan merupakan suatu masalah karena dari sisi pemerataan dan perluasan akses, anak usia 7-12 tahun secara keseluruhan sudah tertampung di lembaga pendidikan. Dengan semakin terlayaninya anak usia sekolah sesuai dengan jenjang yang ada, maka pada masing-masing jenjang pendidikan akan semakin lebih kecil pula menampung anak diluar usia yang seharusnya dan hal ini sangat berpengaruh pada APK.

1.1.16 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B

Angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTs/Paket B merupakan perbandingan dari jumlah siswa dijenjang SMP/MTs/Paket B dibanding jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun.

Target Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B tahun 2015 sebesar 101,01 % dengan realisasi sebesar 103,68 % (41.306/39.838).

Berbagai faktor yang mempengaruhi tercapainya Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B adalah :

1. Semakin tinggi anak masuk jenjang SD/MI dibawah usia 7 tahun maka akan berdampak pula pada semakin tingginya anak usia dibawah 13 tahun yang telah duduk dibangku SMP/MTs.

(13)

58

2. Masih adanya anak usia diatas 15 tahun yang masih duduk di bangku SMP/MTs. 1.1.17 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C merupakan perbandingan dari jumlah siswa dijenjang SMA/SMK/MA/Paket C dibanding jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun.

Target Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C tahun 2015 sebesar 84,50 % dengan realisasi sebesar 84,27 % (33.954/40.291).

Upaya yang dilakukan untuk menaikkan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C dengan pembangunan ruang kelas baru dan rehabilitasi sedang/berat ruang yang rusak sehingga dapat digunakan untuk menambah daya tampung sekolah untuk menerima lebih banyak menerima siswa.

1.1.18 Rata-rata nilai UN SD/MI

Nilai Ujian Nasional (UN) SD/MI merupakan hasil akhir siswa yang merupakan salah satu gambaran pokok keberhasilan pendidikan. Namun demikian nilai UN bukan merupakan ukuran mutlak keberhasilan pendidikan atau peningkatan kinerja pendidikan, melainkan masih banyak factor yang mempengaruhi penilaian ini.

Target rata-rata nilai UN SD/MI tahun 2015 sebesar 7,45 dengan realisasi sebesar sebesar 7,69 (22,20/3).

Faktor yang mempengaruhi rata-rata nilai UN SD/MI adalah semakin meningkatnya kesiapan masing-masing lembaga dalam meningkatkan mutu dan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang akhirnya meningkatkan kelancaran proses belajar mengajar yang berdampak pada semakin baiknya prestasi siswa. Sekalipun kenaikan nilai UN sifatnya tidak dinamis, karena sering terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Upaya yang dilakukan tahun 2015 dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan pendidikan dasar, pembinaan minat, bakat dan kreatifitas siswa, monitoring, evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dan pembinaan lembaga mutu pendidikan (LPMP).

1.1.19 Rata-rata nilai UN SMP/MTs

Nilai Ujian Nasional (UN) SMP/MTs merupakan hasil akhir siswa yang merupakan salah satu gambaran pokok keberhasilan pendidikan. Namun demikian nilai UN bukan merupakan ukuran mutlak keberhasilan pendidikan atau peningkatan kinerja pendidikan, melainkan masih banyak factor yang mempengaruhi penilaian ini.

Target rata-rata nilai UN SMP/MTs/Paket B tahun 2015 sebesar 7,60 dengan realisasi sebesar 7,07 (22,65/3).

Faktor yang mempengaruhi rata-rata nilai UN SD/MI adalah Prestasi siswa dari tahun ke tahun juga mengalami perubahan sekalipun dengan faktor pendukung proses pembelajaran yang sama.

(14)

59

Upaya yang dilakukan tahun 2015 adalah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan pendidikan dasar, pembinaan minat, bakat dan kreatifitas siswa, monitoring, evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dan pembinaan lembaga mutu pendidikan (LPMP).

1.1.20 Rata-rata nilai UN SMA/SMK/MA/Paket C

Nilai Ujian Nasional (UN) SMA/SMK/MA/Paket C merupakan hasil akhir siswa yang merupakan salah satu gambaran pokok keberhasilan pendidikan. Namun demikian nilai UN bukan merupakan ukuran mutlak keberhasilan pendidikan atau peningkatan kinerja pendidikan, melainkan masih banyak factor yang mempengaruhi penilaian ini.

Target indikator kinerja rata-rata nilai UN SMA/SMK/MA/Paket C tahun 2015 sebesar 7,70 dengan realisasi sebesar 7,13 (45,87/6).

Faktor yang mempengaruhi rata-rata nilai UN SD/MI adalah Prestasi siswa dari tahun ke tahun juga mengalami perubahan sekalipun dengan faktor pendukung proses pembelajaran yang sama.

Upaya yang dilakukan tahun 2015 adalah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan pendidikan dasar, pembinaan minat, bakat dan kreatifitas siswa, monitoring, evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dan pembinaan lembaga mutu pendidikan (LPMP).

1.1.21 Rasio pendidik yang memiliki sertifikat pendidik

Target indikator kinerja rasio pendidik yang memiliki sertifikat pendidik tahun 2015 sebesar 50,41 % dengan realisasi sebesar 49,33 % (6.191/ 12.549).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktercapaian rasio pendidik yang memiliki sertifikat pendidik adanya tenaga pendidik yang meninggal dunia ataupun yang mutasi ke luar daerah.

Upaya yang dilaksanakan adalah pelaksanaan sertifikasi pendidik, pelaksanaan uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dan pendidikan lanjutan bagi pendidik untuk memenuhi standart kualifikasi.

1.1.22 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indek Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia, yang dalam pengukurannya mencakup kualitas bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan penduduk (kepadatan penduduk).

IPM Kabupaten Ponorogo selama tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 IPM Kabupaten Ponorogo sebesar 64,13 naik hingga 67,4 di tahun 2014, nilai yang meningkat ini telah menaikkan peringkat IPM Kabupaten Ponorogo dari peringkat 23 menjadi peringkat 21 dari 38 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur.

(15)

60

Untuk nilai IPM Tahun 2015, sampai dengan disusunnya LKj ini, belum diterimanya data Indeks Angka Harapan Hidup dari BPS Kabupaten Ponorogo, sehingga belum dapat dilakukan pengukuran.

Perkembangan IPM Kabupaten Ponorogo tahun 2010-2014 sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.4

Perkembangan IPM Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2014

Uraian Realisasi

2010 2011 2012 2013 2014

Indek Pembangunan

Manusia 64,13 65,28 66,16 67,03 67,4

Sumber data : Analisis Pembangunan Manusia Tahun 2015.

Tujuan 1 Meningkatnya Derajad Kesehatan dan Kualitas Hidup Masyarakat. Sasaran 1.2 Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta

derajat kesehatan masyarakat.

Hasil penilaian pencapaian sasaran ini pada tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

Tabel 3.5

Pencapaian Kinerja Sasaran Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta derajad kesehatan masyarakat.

Sasaran

Strategis Indikator kinerja Target Realisasi % Capaian

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta derajat kesehatan masyarakat. 1 Cakupan komplikasi Kebidanan yang ditangani 80 % 118,49 % (2961/2.499) 148,11 % 2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 95 % 91,40 % (10.900/11.925) 96,21 % 3 Cakupan desa/kelurahan universal child immunization (UCI) 95 % 80,46 % (162/276) 61,79 %

4 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

100 % 110 % (264/240)

110 %

5 Cakupan penemuan dan penanganan penderita TB BTA

100 % 100 % (299) 100 %

6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD

100 % 100 % (773/773)

100 %

7 Cakupan kunjungan bayi 90 % 94,34 % (10.684/11.357)

104,82 % 8 Cakupan kunjungan ibu

hamil K4

90 % 86,50 %

(10.806/12.493)

96,11 %

9 Cakupan pelayanan nifas 92 % 89,58 % (10.683/11.925)

(16)

61 10 Cakupan neonatus

dengan komplikasi yang ditangani

80 % 80,20 %

(1.314/1.704)

100,25 %

11 Cakupan pelayanan anak balita 89 % 100,46 % (45.128/44.921) 112,88 % 12 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 s/d 24 bln keluarga miskin 100 % 19,58 % (28/143) 19,58 % 13 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat 100 % 90,68 (12.192/13.445) 90,68 %

14 Cakupan peserta KB aktif 70 % 52,81 % (138.633/183.760)

75,44 % 15 Cakupan kunjungan

pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

15 % 75,44 % (275.344/ 364.984) 502,93 % 16 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 1,50 % 3,19 % (11.647/364.984) 212,67 % 17 Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan ( RS )

100 % 100 % (6/6)

100 %

18 Cakupan Desa/Kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24jam 100 % 100 % (19/19) 100 %

19 Cakupan desa siaga aktif 80 % 94% (289/307)

117,50 % 20 % Kecukupan ruang inap

sesuai master plan RSUD

100 % 100 % 100 %

21 Bad Occurpancy Rate (BOR) prosentase pemakaian tempat tidur

78,37 % 53,55 % 68,33 %

22 Presentase peningkatan jumlah kunjungan

Pasien rawat inap RS 22 % 27,50 % (19.407)

125 %

Pasien rawat jalan RS 10 % 191,04 % (146.183)

1910,40 % 23 % Penurunan jumlah

pasien yang dirujuk ke RS lain

31,58 % 32 % 101,33 %

24 Angka kematian ≥48 jam setelah dirawat

299 299 100 %

25 Indeks Angka Harapan Hidup

(17)

62 Tabel 3.6

Perbandingan Realisasi Kinerja Sasaran Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta derajad kesehatan masyarakat.

Sasaran

Strategis Indikator kinerja Target

Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta derajat kesehatan masyarakat. 1 Cakupan komplikasi Kebidanan yang ditangani 80 % 97,44 % 84,56 % 91,74 % 113,5 4 % 118,49 % (2961/2.499) 2 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 95 % 98,8 % 80,76 % 87,77 % 89,36 % 91,40 % (10.900/11.925) 3 Cakupan desa/keluraha n universal child immunization (UCI) 95 % 34,43 % 45,57 % 81,66 % (251) 80,46 % 80,46 % 4 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 % 100 % (488) 100 % (565) 100 % (250) 100 % (254) 110 % (264/240) 5 Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA 100 % 100 % (368) 100 % (392) 100 % (380) 100 % (300) 100 % (299) 6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD 100 % 100 % (237) 100 % (228) 100 % (394) 100 % (389) 100 % (773/773) 7 Cakupan kunjungan bayi 90 % 90,00 % 95,79 % (12.615) 89,76 % (11.614) 90,64 % 94,34 % (10.684/11.357) 8 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 90 % 91,72 % 77,51 % 86,93 % 86,02 % 86,50 % (10.806/12.493) 9 Cakupan pelayanan nifas 92 % 99,02 % 80,84 % 87,59 % 89,00 % 89,58 % (10.683/11.925) 10 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 % 113 % 91,95 % 91,95 % 88,80 % 80,20 % (1.314/1.704) 11 Cakupan pelayanan anak balita 89 % 75,43 % 71,33 % 69,59 % 78,43 % 100,46 % (45.128/44.921) 12 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 s/d 24 bln keluarga miskin 100 % 72,98 % 76,62 % 94,09 % 100 % 19,58 % (28/143)

(18)

63 13 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat 100 % 95 % 89,86 % 94,57 % 98,90 % 90,68 (12.192/13.445) 14 Cakupan peserta KB aktif 70 % 76,07 57,36 % 55,69 % 52,81 % 75,44 % (138.633/183.7 60) 15 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 15 % 30 % 33,39 % 68,08 % 55,65 % 75,44 % (275.344/ 364.984) 16 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 1,50 % 6 % 6,72 % 0,51 % 6,38 % 3,19 % (11.647/ 364.984) 17 Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) 100 % 100 % (6) 100 % (6) 100 % (6) 100 % (6) 100 % (6/6) 18 Cakupan Desa/Kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24jam 100 % 93 % 100 % 90 % 100 % 100 % (19/19) 19 Cakupan desa siaga aktif 80 % 72 % 50 % (305) 60 % (305) 70 % 94% (289/307) 20 % Kecukupan ruang inap sesuai master plan RSUD 100 % - 98 % 98 % (10.000) 100 % 100 % 21 Bad Occurpancy Rate (BOR) prosentase pemakaian tempat tidur 78,37 % - 76,95 % 76,91 % 61,38 % 53,55 % 22 % peningkatan jumlah kunjungan Pasien : - Rawat inap RS 22 % - 40,78 % 47,92 % (27.928) 103,9 6 % 27,50 % (19.407) - Rawat jalan RS 10 % - 276,61 % 252,35 % (129.734) 14,89 % 191,04 % (146.183) 23 % Penurunan jumlah pasien yang dirujuk ke RS lain 31,58 % - 32 % 30 % 30 % 32 % 24 Angka kematian ≥48 299 - 349 332 0,20 % 299

(19)

64 jam setelah dirawat 25 Indeks Angka Harapan Hidup 77,13 - 15,15 55,30 - Tabel 3.7

Perbandingan Realisasi Kinerja s/d akhir periode RPJMD Sasaran

Strategis Indikator kinerja

Target Akhir RPJMD Realisasi Tingkat Kemajuan Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta derajat kesehatan masyarakat. 1 Cakupan komplikasi Kebidanan yang ditangani

80 % 118,49 %

(2961/2.49 9)

148,11 % 2 Cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 95 % 91,40 % (10.900/11 .925) 96,21 % 3 Cakupan desa/kelurahan universal child immunization (UCI) 95 % 80,46 % 84,69 %

4 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

100 % 110 %

(264/240) 110,00 % 5 Cakupan penemuan dan

penanganan penderita TBC BTA

100 % 100 %

(299) 100 %

6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD

100 % 100 %

(773/773) 100,00 %

7 Cakupan kunjungan bayi 90 % 94,34 % (10.684/11

.357)

104,82 % 8 Cakupan kunjungan ibu

hamil K4

90 % 86,50 %

(10.806/12 .493)

96,11 % 9 Cakupan pelayanan nifas 92 % 89,58 %

(10.683/11 .925)

97,37 % 10 Cakupan neonatus

dengan komplikasi yang ditangani

80 % 80,20 %

(1.314/1.7 04)

100,25 %

11 Cakupan pelayanan anak balita 89 % 100,46 % (45.128/44 .921) 112,88 % 12 Cakupan pemberian

makanan pendamping ASI pada usia 6 s/d 24 bln keluarga miskin 100 % 19,58 % (28/143) 19,58 % 13 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat 100 % 90,68 (12.192/13 .445) 90,68 %

14 Cakupan peserta KB aktif 70 % 52,81 % (138.633/1 83.760) 107,77 % 15 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 15 % 75,44 % (275.344/ 364.984) 371,00 % 16 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

1,50 % 3,19 %

(20)

65

masyarakat miskin 4.984)

17 Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan ( RS )

100 % 100 % (6/6)

100,00 %

18 Cakupan Desa/Kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24jam 100 % 100 % (19/19) 100,00 %

19 Cakupan desa siaga aktif 80 % 94 %

(289/307) 117,50 % 20 % Kecukupan ruang inap

sesuai master plan RSUD

100 % 100 %

100,00 % 21 Bad Occurpancy Rate

(BOR) prosentase pemakaian tempat tidur

78,37 % 53,55 %

68,33 %

22 Presentase peningkatan jumlah kunjungan

Pasien rawat inap RS 22 % (15.513)

27,50 % (19.407)

125 %

Pasien rawat jalan RS 10 % (7.652

191,04 % (146.183)

1910,40 % 23 % Penurunan jumlah

pasien yang dirujuk ke RS lain

31,58 % 32 % 101,33 %

24 Angka kematian ≥48 jam setelah dirawat

299 299 100 %

25 Indeks Angka Harapan Hidup

77,13 - -

Uraian hasil pencapaian masing-masing indikator kinerja adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengukuran sasaran 1.7 pada tabel 3.5, dapat disimpulkan bahwa pencapaian kinerja sasaran SANGAT BERHASIL dengan rata–rata capaian sebesar 181,07 %.

Pengukuran yang dilakukan terhadap 25 (dua puluh lima) indikator kinerja sasaran, terdapat 11 (sebelas) indikator kinerja yang capaiannya melebihi target, 5 (lima) indikator indikator kinerja yang capaiannya sesuai dengan target dan 8 (delapan) indikator kinerja yang capaiannya tidak memenuhi target. Namun demikian terhadap capaian kinerja yang melampaui target maupun tidak memenuhi target Pemerintah Kabupaten Ponorogo tetap akan melakukan langkah-langkah kongkrit melalui strategi dan kebijakan untuk melakukan perbaikan pada tahun berikutnya.

1.2.1 Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani merupakan perbandingan jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibanding jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Target indikator kinerja cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2015 sebesar 80 % (2.499), dengan realisasi sebesar 118,49 % (2961/2.499).

(21)

66

Dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya terdapat fluktuasi realisasi cakupan pelayanan dimana tahun 2012 merupakan capaian terendah selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu 84,56% namun tahun tahun selanjutnya mengalami kenaikan bahkan tahun 2014 dan tahun 2015 mencapai lebih dari 100 % melampaui target akhir RPJMD.

Faktor yang mempengaruhi tercapainya target kinerja adalah :

1. Pelaksanaan P4K yaitu Program Perencanaan, Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan stiker,

2. Meningkatkan akses dan jangkauan pelayanan kesehatan.

3. Mengantisipasi keterlambatan penanganan dan meningkatkan cakupan persalinan 90% oleh tenaga kesehatan berfokus pada daerah dengan jangkauan geografis jauh dari puskesmas sebagai Pusat Rujukan Antara yaitu PONED.

Upaya dilakukan untuk mempertahankan cakupan pencegahan dan penanganan komplikasi maternal, dilakukan dengan:

1. Tetap meningkatkan kapasitas petugas dalam audit maternal perinatal. 2. Pengembangan surveilans kematian ibu.

3. Pemantapan pelaksanaan P4K dalam Desa Siaga. 1.2.2 Cakupan Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan

Cakupan Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan merupakan Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibanding jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama.

Target indikator kinerja Cakupan Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan tahun 2015 sebesar 95 % dengan realisasi sebesar 91,40 % (10.900/11.925).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target adalah masih adanya dukun bayi yang aktif dan masih dipercaya oleh sebagian masyarakat sebagai pilihan tujuan untuk mendapatkan pertolongan persalinan.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan :

1. Mengadakan program kemitraan dukun dan bidan dalam penanganan ibu hamil dan melahirkan, dengan tujuan untuk menekan persalinan dukun dan menaikkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

2. Penguatan supervisi fasilitatif bidan coordinator.

3. Penguatan Manajemen dan Jejaring Pelayanan Persalinan di Fasilitas Kesehatan.

1.2.3 Cakupan Universal Child Imunization (UCI)

Cakupan Universal Child Imunization (UCI) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka peningkatan cakupan imunisasi, sebagai bagian dari tanggungjawab untuk melindungi anak-anak dari tertular penyakit yang dapat

(22)

67

dicegah imunisasi diantaranya Hepatitis B, TBC, Polio, Difteria, Pertusis, Tetanus, Campak, Pneumonia dan Meningitis yang disebabkan Hemofilus tipe b.

Kriteria Universal Child Immunization (UCI) adalah 80% dari jumlah bayi pada suatu desa terimunisasi dasar lengkap yaitu terimunisasi BCG, DPTHB (1, 2, 3) , Polio (1, 2, 3, dan 4) serta Campak.

Target UCI di Kabupaten Ponorogo tahun 2015 sebesar 95% dengan realisasi sebesar 80,46 %.

Ketidaktercapaian target ini berarti masih terdapat desa target yang capaian imunisasi dasarnya belum langkap, atau dimungkinkan belum terlaporkan karena pelaksana imunisasi tidak hanya fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah saja, tetapi juga di posyandu, bidan praktek swasta, serta fasilitas pelayanan kesehatan swasta, jadi dimungkinkan masih adanya data layanan yang hilang/belum terlaporkan.

Upaya yang dilakukan untuk penanganan dan juga antisipasi dengan sweeping imunisasi untuk menjaring sasaran bayi yang belum tercakup imunisasi, dan dibarengi dengan pembenahan sistem pencatatan dan pelaporan yang standart. 1.2.4 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan merupakan Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibanding jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja dalam waktu yang sama.

Gambaran penemuan dan penanganan balita gizi buruk di Kabupaten Ponorogo selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah sebagaimana terlihat dalam grafik berikut.

Target Cakupan Balita Gizi Buruk tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi sebesar 110 % (264/240).

(23)

68

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi balita gizi buruk antara lain :

1. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A dan kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya. 2. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

3. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayanan posyandu 4. Pelayanan gizi bagi ibu hamil (berupa tablet besi) dan Balita (berupa makanan

pendamping ASI) untuk keluarga miskin.

1.2.5 Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA +

Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA + merupakan jumlah penderita baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati di satu wilayah kerja selama 1 tahun dibanding dengan Jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) dalam kurun waktu yang sama.

Perkembangan penemuan dan penangan kasus TBC BTA + terlihat dalam table berikut :

TABEL CAPAIAN PROGRAM TB DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2011 S/D 2015 TAHUN PENEMUAN SUSPEK TB PENEMUAN BTA (+) Target CDR (%) CDR (%) 2011 5888 368 70 40.2 2012 4720 392 70 42.7 2013 5450 380 70 40.8 2014 4540 300 70 32.8 2015 4104 299 70 32.2

CDR (Case Detection Rate) merupakan Angka Penemuan kasus TBC BTA+, dari tabel diatas digambarkan bahwa Angka Penemuan kasus TBC BTA+ masih dibawah target, namun demikian seluruh kasus yang ditemukan telah ditangani sesuai standart dengan pemeriksaan lebih lanjut, pemberian obat, dan pendampingan minum obat selama kurun waktu yang ditentukan.

Target cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA + tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi sebesar 100 % (299).

(24)

69

Berbagai upaya yang dilakukan untuk menangani penderita TBC BTA +, antara lain :

1. Ketersediaan dan pemberian obat adekuat.

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita terhadap program strategi DOTS.

3. Meningkatkan dukungan dan pengawasan keluarga / kader PMO. 4. Pemberian PMT bagi penderita TBC secara gratis.

5. Pengobatan TBC secara gratis baik di sarana pelayanan tingkat dasar sampai lanjut.

6. Meningkatkan monitoring dan evaluasi penanganan TBC BTA + secara berkala. 1.2.6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD

Cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD merupakan jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah Kerja selama 1 (satu) tahun dibanding dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama.

Target cakupan penemuan dan penanganan penderita DBD tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi sebesar 100 % (773).

Perkembangan penemuan dan penangan kasus DBD di Kabupaten Ponorgo tahun 2011-2015 dapat digambarkan sebagaimana grafik berikut.

Dari grafik di atas terlihat bahwa tahun 2015 terjadi lonjakan penemuan kasus DBD, lonjakan ini dimungkinkan terjadi disamping karena faktor perubahan cuaca yang berpengaruh pada perkembangbiakan vektor, juga oleh karena belum membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat yang tercermin dari perilaku buang sampah sembarangan juga kebiasaan lainnya yang mendukung pada banyaknya tempat perindukan vector DBD (nyamuk aedes aegypti).

(25)

70

Berbagai upaya yang dilakuka oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mencegah penularan DBD, sehingga penyebarannya dapat ditekan serendah mungkin, antara lain :

1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang DBD sehingga masyarakat dapat mencegah secara dini DBD serta meningkatkan intensitas kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (Gerakan PSN).

2. Memotivasi tokok masyarakat untuk mengajak masyarakat disekitarnya melakukan gerakan 3M plus (menguras, menutup dan mengubur serta mencegah gigitan nyamuk).

3. Membudidayanya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat yang tercermin dari perilaku buang sampah sembarangan juga kebiasaan lainnya yang mendukung pada banyaknya tempat perindukan vector DBD (nyamuk aedes aegypti).

4. Melalui Fogging.

5. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa / kelurahan.

1.2.7 Cakupan kunjungan bayi

Cakupan kunjungan bayi merupakan perbandingan jumlah kunjungan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.

Gambaran cakupan kunjungan bayi di kabupaten Ponorogo tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat dalam grafik berikut

Target cakupan kunjungan bayi pada tahun 2015 sebesar 90 % terealisasi sebesar 94,34 %.

(26)

71

Upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan target diatas antara lain : 1. Memberi pelayanan kesehatan bayi dengan kunjungan bayi yang bertujuan

untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar 2. Peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang 3. Imunisasi

4. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan

5. Kemitraan dengan kader untuk mengajak bayi yang belum kunjungan bayi datang ke posyandu

1.2.8 Cakupan kunjungan ibu hamil K4

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 merupakan cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali dalam periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibanding dengan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu yang sama.

Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan klien dalam memeriksakan kehamilannya minimal empat kali ke tenaga kesehatan.

Target cakupan kunjungan ibu hamil K4 tahun 2015 sebesar 90 %. Jumlah ibu hamil di Kabupaten Ponorogo tahun 2015 sejumlah 12.493 orang. Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal dengan standart paling sedikit 4 kali sejumlah 10.806 orang atau 86,50 %.

Berbagai faktor ketidaktercapaian cakupan kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2015 antara lain :

1. Masih ada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pertama kali tidak pada trimester pertama, sehingga syarat frekuensi minimal untuk mencapai kunjungan antenatal lengkap sesuai standar (1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua dan dua kali pada trimester ke tiga) tidak terpenuhi.

2. Belum optimalnya pendataan ibu hamil dan penentuan sasaran ibu hamil yang digunakan.

3. Belum optimalnya sistem pencatatan dan pelaporan melalui pendekatan PWS KIA sehingga masih ada pelayanan kesehatan swasta yang belum terlaporkan (kemungkinan data under reported)

1.2.9 Cakupan pelayanan nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan

Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :

(27)

72

- Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.

- Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 –14 hari). - Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari). Target cakupan pelayanan nifas tahun 2015 sebesar 92 % dengan realisasi sebesar 89,58 % (10.683/11.925).

Berbagai faktor yang menyebabkan ketidaktercapaian target antara lain : 1. Belum semua bidan desa tinggal di desa

2. Koordinasi dan integrasi lintas program masih kurang optimal

3. Masih kurangnya pemahaman petugas kesehatan dalam menentukan sasaran ibu bersalin dan nifas serta dalam merencanakan kunjungannya

4. Sistem pencatatan dan pelaporan belum sesuai yang diharapkan (ada yang tidak tercatat atau ada keterlambatan pengiriman laporan)

5. Masih kurangnya tenaga bidan akibatnya beban kerja bidan bertambah disamping pelayanan KIA kegiatan lainnya sesuai dengan penugasan, sehingga pelayanan kunjungan nifas ke rumah menjadi tidak terealisasi, apabila pasien tidak datang ke fasyankes.

6. Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan data KIA.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah :

1. Advokasi ke pemerintah daerah terkait penyediaan dan distribusi tenaga sesuai kebutuhan

2. Memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan

3. Meningkatkan koordinasi dan integrasi LP/LS untuk mendukung kegiatan KIA

4. Memperluas jejaring untuk mendukung pelaksanaan kegiatan KIA

5. Memperkuat manajemen dan ejaring pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan.

1.2.10 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim.

Target cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani tahun 2015 sebesar 80 % dengan realisasi 80,20 % (1.314/1.704),

(28)

73

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus antara lain :

- Penyediaan puskesmas mampu PONED yaitu puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.

1.2.11 Cakupan pelayanan anak balita

Cakupan pelayanan anak balita merupakan jumlah balita yang mendapatkan pelayanan kesehatan dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah kerja dibandingkan dengan jumlah balita yang ada dalam periode waktu yang sama.

Jumlah balita di Kabupaten Ponorogo sejumlah 44.921 anak. Jumlah balita yang mendapat pelayanan sejumlah 45.128 anak atau 100,46 %. Hal ini sudah melebihi dari yang ditargetkan tahun 2015 yaitu sebesar 89 %, terjadi kemungkinan karena adanya kunjungan dari luar wilayah.

Upaya yang dilakukan dalam pelayanan anak balita antara lain :

1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.

3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun. 4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standart dengan pendekatan MTBS

1.2.12 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 s/d 24 bln keluarga miskin

Cakupan pemberian MP-ASI merupakan salah satu cara untuk antisipasi dan mengatasi permasalahan gizi buruk dan gizi kurang pada anak umur 6-24 bulan pada keluarga miskin.

Pada keluarga miskin dengan pendapatan yang rendah, berdampak pada keterbatasan penyediaan pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak.

(29)

74

Target cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 s/d 24 bln keluarga miskin tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi sebesar 19,8 % (28/143) yang berarti masih rendah bahkan jauh dari target.

Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6 s/d 24 bulan keluarga miskin adalah faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi dimana secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik.

Upaya yang sudah dilakukan adalah dengan pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan.

1.2.13 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat merupakan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.

Target cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/setingkat tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi sebesar 90,68% (12.192/13.445). Ini berarti masih ada sejumlah 1.253 anak usia SD atau 9,32 % yang tidak terjaring.

Tidak terpenuhinya target cakupan penjaringan kesehatan dikarenakan :

1. Lemahnya system pelaporan sehingga dimungkinkan ada yang tidak tercakup dalam pelaporan.

2. Terbatasnya petugas di puskesmas sehingga dimungkinkan memang ada sebagian murid yang tidak terjaring pelayanan

Upaya yang bisa dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun perencanaan kegiatan di tahun mendatang adalah :

1. Pembenahan system pencatatan dan pelaporan kegiatan di puskesmas.

2. Tambahan dan distribusi tenaga sesuai dengan standart kebutuhan untuk pelayanan yang optimal.

1.2.14 Cakupan peserta KB aktif

Pelayanan KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang pada saat ini sedang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi.

Target cakupan peserta tahun 2015 sebesar 70 %, dengan realisasi sebesar 52,81 % (138.633/183.760) atau masih sekitar 17,19 % yang belum tercakup

pelayanan atau mungkin belum terlaporkan.

Beberapa aspek yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab rendahnya pemakaian alat kontrasepsi adalah kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat kontrasepsi yang kurang tersedia di sarana kesehatan.

(30)

75

1.2.15 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin merupakan jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu.

Pada tahun 2015 jumlah penduduk Ponorogo yang tercakup dalam program jaminan kesehatan sebanyak 364.984 jiwa.

Target cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin tahun 2015 sebesar 10 % dengan realisasi sebesar 75,44 % (274.344/364.984). meningkat dibanding tahun 2014 yang hanya mencapai 68,08 % (248.488).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tercapainya target adalah :

1. Meningkatnya upaya pelayanan promotif dan preventif di puskesmas.

2. Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan bagi masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya.

1.2.16 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

Pelayanan rujukan merupakan bentuk pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL) yang dilakukan apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak mampu memberikan pelayanan karena pertimbangan masalah kompetensi dan kewenangan.

Target cakupan pelayanan rujukan bagi masyarakat miskin tahun 2015 adalah sebesar 1,5%, dengan asumsi bahwa dari seluruh kunjungan pasien dari masyarakat miskin di Puskesmas hanya 1,5% saja yang tidak mampu dilayani di puskesmas karena factor keterbatasan kompetensi puskesmas, namun demikian ternyata realisasinya di tahun 2015 sebesar 3,19%.

Beberapa hal yang mungkin berpengaruh perlunya/diputuskannya pasien itu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten karena masalah ketersediaan sarana prasarana dan tenaga yang kompeten.

1.2.17 Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS)

Target Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi 100 % (6/6).

Di Kabupaten Ponorogo terdapat 6 (enam) Rumah Sakit, seluruh Rumah sakit yang ada telah dilengkapi dengan Pelayanan Gawat Darurat, yaitu : RSUD Dr. Hardjono, RS Griya Waluya, RS Aisyiyah Dr. Soetomo, RS Aisyiyah Diponegoro, RS Darmayu, RS Muslimat A. Yani.

1.2.18 Cakupan Desa/Kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

Cakupan desa/kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam merupakan jumlah desa/kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemologi < 24 jam disbanding jumlah sasaran.

(31)

76

Target Cakupan Desa/Kel. Yang mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam tahun 2015 sebesar 100 % dengan realisasi sebesar 100 %. Beberapa factor yang mempengaruhi tercapainya target adalah :

1. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat. 2. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain.

3. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistic. 1.2.19 Cakupan desa siaga aktif

Desa siaga aktif merupakan pengembangan dari desa siaga, yaitu desa/kelurahan yang :

1 Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan kesehatan setiap hari

2 Penduduknya mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat.

Perkembangan desa siaga aktif di Kabupaten Ponorogo dari tahun 2011-2015 cenderung mengalami peningkatan hingga pada tahun 2015 sebesar 94 %.

Target Cakupan Desa Siaga Aktif tahun 2015 sebesar 80 % dengan realisasi sebesar 94 % (289/307).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya target adalah :

1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan.

3. Meningkatnya kesiagaan dan kesiap sediaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

4. Meningkatnya kesehatan dilingkungan masyarakat.

Kendala yang sering ditemui dalam penetapan desa siaga aktif adalah belum berjalannya surveilans berbasis masyarakat, dalam artian masih perlu terus dilakukan promosi dan sosialisasi penggerakan masyarakat dalam kegiatan surveilans berbasis masyarakat.

1.2.20 % Kecukupan ruang inap sesuai master plan RSUD

Indikator kinerja prosentase kecukupan ruang rawat inap sesuai master plan RSUD merupakan jumlah kapasitas rawat inap tahun ini dibanding kapasitas rawat inap sesuai Renstra RSUD.

Target indikator kinerja prosentase kecukupan ruang rawat inap sesuai master plan RSUD tahun 2015 sebesar 100%, terealisasi sebesar 100% dengan capaian sebesar 100%.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi kenaikan dimana realisasi tahun 2012 sebesar 98%, tahun 2013 sebesar 98%, tahun 2013 sebesar 100% dan tahun 2014 sebesar 100%, sehingga tahun 2015 yang merupakan target akhir RPJMD tahun 2015 sudah dapat terealisasi.

(32)

77

1.2.21 Bad Occurpancy Rate (BOR) prosentase pemakaian tempat tidur

BOR merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur rumah sakit dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pemanfatan diukur dari penggunaan tempat tidur yang tersedia.

Target indikator kinerja Bad Occurpancy Rate (BOR) prosentase pemakaian tempat tidur tahun 2015 sebesar 78,37 %. Realisasi tahun 2015 sebesar 53,55 % dengan capian sebesar 63,33 %

Ketidaktercapaian target Bad Occurpancy Rate (BOR) prosentase pemakaian tempat tidur adalah penurunan pasien rawat inap di RSUD, hai ini dikarenakan semakin banyaknya rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan sehingga masyarakat mempunyai pilihan rumah sakit tujuan lebih banyak.

1.2.22 Presentase peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap RS, pasien rawat jalan RS

Target peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap RS tahun 2015 sebesar 22% dan terealisasi sebesar 27,50% (19.407 pasien) dengan capaian sebesar 125%.

Sedangkan target peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat jalan RS tahun 2015 sebesar 10% dan terealisasi sebesar 191,04% (9.146.183 pasien)

Dari data realisasi kunjungan pasien rawat inap RS kenaikan dan penurunan pencapaian target di tahun 2015 dibanding tahun-tahun sebelumnya dikarenakan semakin banyaknya rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan sehingga masyarakat mempunyai pilihan rumah sakit tujuan lebih banyak.

1.2.23 % Penurunan jumlah pasien yang dirujuk ke RS lain

Prosentase Penurunan jumlah pasien yang dirujuk ke RS lain merupakan jumlah pasien yang dirujuk tahun lalu dikurangi rujukan tahun ini dibanding jumlah pengunjung tahun lalu.

Target % Penurunan jumlah pasien yang dirujuk ke RS lain tahun 2015 sebesar 31,58%, dengan realisasi sebesar 32% dengan capaian sebesar 101,33 %.

Berbagai factor yang mempengaruhi tercapainya target kinerja dikarenakan adanya sarana dan prasarana serta tenaga medis yang dimiliki oleh RS cukup memadai. 1.2.24 Angka kematian ≥48 jam setelah dirawat

Untuk menilai hasil dari pelayanan kesehatan terhadap pasien dilakukan melalui beberapa standart pelayanan kepada pasien.

Target angka kematian ≥48 jam setelah dirawat tahun 2015 sebesar 299 pasien, terealisasi sebesar 299 pasien dengan capaian sebesar 100 %..

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan dimana realisasi tahun 2012 sebesar 349 pasien, tahun 2013 sebesar 332 pasien dan tahun 2014 sebesar 223 pasien.

Gambar

TABEL CAPAIAN PROGRAM TB DI KABUPATEN PONOROGO  TAHUN 2011 S/D 2015  TAHUN  PENEMUAN  SUSPEK TB  PENEMUAN BTA (+)  Target CDR (%)  CDR (%)  2011  5888  368  70  40.2  2012  4720  392  70  42.7  2013  5450  380  70  40.8  2014  4540  300  70  32.8  2015  4104  299  70  32.2

Referensi

Dokumen terkait

Segenap Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan ilmu serta saran selama

Taman Baca Masyarakat Panggon Sinau memiliki peran sebagai penyedia jasa pelayanan literasi dengan cara menyediakan bahan bacaan, pendampingan belajar membaca bagi

elektromagnetik, kondisi kesehatan dan interaksi antara frekuensi gelombang elektromagnetik dengan kondisi kesehatan terhadap nilai kadar gula darah tikus putih.selain itu

Volume Perdagangan tidak berpengaruh positif terhadap Kinerja Pasar Hasil pengujian menjelaskan bahwa nilai koefisien yang diperoleh memiliki nilai positif sebesar 0,027 dengan

Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa Barat merupakan yang pertama dan satu-satunya balai yang dapat memijahkan ikan hias botia secara buatan dengan bantuan

Penentuan sampel tanaman kelapa sawit yang akan diambil anak daun ke 17 adalah pertama-tama blok dibagi dua, lalu batang kelima dari batas blok dan batang ke lima yang

Persentase Penanganan Sampah Tahun 2020. diketahui realisasi capaian indikator kinerja yaitu %. Jika dibanding target yang telah ditetapkan sebesar 90%, maka pencapaian ini

Bab III Akuntabilitas Kinerja Hal 38 Untuk tahun 2015 realisasi IKU ini adalah 2,71 kali perhari sedangkan target yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah sebesar 3 kali