• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan, pemeliharaan sarana dan prasarana, sensus ulat api, dan sensus TO.

Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sd. 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam ( 11.30 sd. 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd. 13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB bersama Asisten, mandor dan kerani, kemudian kegiatan dilanjutkan pada sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari.

Aspek Teknis

Kegiatan magang dilaksanakan dengan berperan sebagai pekerja harian lepas (PHL) selama 1 bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan, penunasan, sensus ulat api, dan sensus TO. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan muster morning (apel pagi) pada pukul 05.30 sd. 06.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Pengendalian Gulma

Gulma yang sering dijumpai di PT Inti Indosawit Subur di antaranya Dicrapnoteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Clidemia hirta (senggani betina), Melastoma malabathricum (senduduk), Setaria plicata (bambuan), Eleusine indica (lulangan), Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata

(2)

(putihan), Axonopus compressus (antalobang), Imperata cylindrica, dan Ageratum conyzoides.

Metode pengendalian gulma yang dilakukan di perusahaan ini di antaranya meliputi pengendalian gulma secara manual dengan dongkel anak kayu (DAK), pengendalian secara biologi dengan susun janjangan kosong, dan pengendalian gulma secara kimia.

Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu (DAK) merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di gawangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan garu. Gulma atau anak kayu yang didongkel di antaranya adalah Clidemia hirta (senggani), Chromolaena odorata (putihan), Melastoma malabathricum (senduduk), kentosan (anak sawit), dan semua jenis tanaman berkayu lainnya yang tumbuh di piringan dan gawangan tanaman kelapa sawit. Kegiatan tersebut menghasilkan piringan yang bersih dari gulma sehingga mempermudah pemupukan dan menghindari persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma. Bersamaan dengan kegiatan DAK dilaksanakan penyusunan pelepah yang jatuh di piringan untuk diletakkan di gawangan mati dan di antara dua batang kelapa sawit, sehingga susunannya berbentuk huruf “U” dan berbentuk huruf “I” jika dekat jalan atau ada aplikasi janjangan kosong di lahan tesebut. Ukuran piringan adalah 2 m dari batang kelapa sawit. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di lapangan dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengendalian Gulma secara Manual

Rotasi pengendalian gulma secara manual di PT Inti Indosawit Subur dilakukan tiga bulan sekali. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma

(3)

secara manual adalah parang dan garu. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TM 17 di blok B90b. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem berdasarkan hari kerja (HK) yang diperoleh, satu HK dinilai jika waktu yang dikerjakan dari pukul 07.30 sd. 13.30 WIB dan istirahat dari pukul 11.30 sd. 12.00 WIB, jika pekerja menyelesaikannya lebih awal dari waktu tersebut maka dinilai setengah HK.

Norma yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah satu jalan pikul untuk dua orang, sedangkan prestasi kerja penulis adalah setengah jalan pikul. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih di bawah prestasi kerja PHL. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan dipinjam dari pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis.

Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dilakukan di piringan, pasar pikul dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Di perusahaan ini pelaksanaan pengendalian gulma secara kimiawi dilaksanakan oleh dua tim unit semprot (TUS) yang langsung dikepalai oleh Asisten Kepala dan membawahi dua orang mandor, yaitu : tim yang menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo). Pengendalian dengan alat semprot CDA dilakukan dengan menggunakan herbisida yang sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan kapasitas 275 liter, lalu larutan herbisida dari tangki ini diecerkan ke dalam tangki CDA kapasitas 10 liter yang menggunakan nozzle nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan CDA adalah Bionasa dengan bahan aktif Glifosat konsentrasi 4 % yang dicampur Lindomin dengan bahan aktif 2.4 D konsentrasi 2 % dan selain itu juga menggunakan Biolon dengan bahan aktif Trychropir konsentrasi 0.5 %.

Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah jenis Asystasia dan rumput-rumputan, sedangkan pengendalian dengan alat semprot Knapsack sprayer menggunakan herbisida yang sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan kapasitas 2 300 liter, lalu dimasukkan ke dalam tangki Knapsack sprayer kapasitas 15 liter yang menggunakan nozel VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan Knapsack sprayer adalah Gramoxone

(4)

dengan bahan aktif paraquat konsentrasi 0.5 % yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi 0.03%, selain itu juga menggunakan herbisida bionasa dengan bahan aktif Glifosat konsentrasi 1 % yang dicampur Lindomin dengan bahan aktif 2.4 D konsentrasi 0.25 % serta herbisida Biolon dengan bahan aktif Trychropir konsentrasi 0.15 %. Jenis gulma yang diberantas dengan alat ini adalah gulma yang tergolong anak kayu, pakis-pakisan dan kentosan.

Sebelum ke lapangan, terhadap para pekerja terlebih dahulu dilakukan penjelasan di gudang mengenai area yang akan disemprot. Sebelum ke lapangan, para pekerja menggunakan alat pengaman diri (APD). Kecepatan jalan penyemprotan harus diatur agar bahan yang digunakan tidak kurang dan tidak berlebih. Penyemprotan pada piringan dilakukan terhadap gulma yang berada di sekitar 2 m dari batang kelapa sawit.

Penyemprotan di piringan ditujukan agar kondisi di sekitar piringan bersih dari gulma (sekitar 2 m dari batang kelapa sawit). Aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma di pasar/jalan pikul dilakukan dengan lebar 1.5 m. Pengendalian gulma di tempat pengumpulan hasil (TPH) dilakukan dengan luas 3 m x 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, tidak ada berondolan tertinggal dan tidak ada kotoran di TPH.

Rotasi kegiatan penyemprotan gulma dengan Knapsack sprayer dan CDA adalah empat bulan, dan norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan CDA adalah 5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata adalah 1 ha/HK. Untuk norma kerja yang digunakan dalam penyemprotan gulma dengan Knapsack sprayer adalah 3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah ½ ha/HK.

Pemupukan

Pada PT Inti Indosawit Subur, kegiatan pemupukan menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan limbah berupa janjangan kosong, decanter solid (DS), abu janjang, dan palm oil mill effluent (POME)/land aplication (LA), sementara

(5)

pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomit, ZA, MOP, RP, dan Borax).

Janjang kosong. Janjang kosong merupakan salah satu limbah dari pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang dapat digunakan menjadi pupuk organik karena juga mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kelapa sawit (Tabel 3), sehingga diharapkan dapat mengurangi dosis pupuk anorganik yang berarti dapat meningkatkan efisiensi biaya. Menurut Pahan (2008) janjangan kosong kaya akan kandungan materi organik dan hara bagi tanaman. Aplikasi janjangan kosong meningkatkan bahan organik tanah, sehingga sifat fisik, biologi, dan kimia tanah menjadi lebih baik. Janjangan kosong juga meningkatkan peremajaan tanah yang penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS agar tetap tinggi.

Tabel 3. Kadar Unsur Hara dalam Janjangan Kosong

Hara Utama

Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong

Per ton Janjangan Kosong sebanding dengan Pupuk Kisaran Rata-rata Nirogen (N) 0.32-0.43 0.37 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03-0.05 0.04 2.90 kg RP Potassium (K) 0.89-0.95 0.91 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07-0.10 0.08 5.00 kg Kiserit

Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)

Selain mengandung unsur hara, janjangan kosong juga dapat digunakan untuk menekan jumlah gulma yang terdapat di antara tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2008) janjangan kosong juga efektif sebagai mulsa. Cara ini dapat menurunkan suhu tanah, mempertahankan kelembaban tanah, dan membantu mengurangi dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman serta produksi pada saat kemarau.

Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat satu lapis petakan janjangan kosong dengan lebar susunan delapan janjangan kosong dan panjang susunan 11 janjangan kosong atau kurang lebih 370 kg, dengan tandan buahnya menghadap ke atas. Pada pengaplikasian janjang kosong harus terdiri atas satu lapis janjangan kosong, karena jika terdapat dua lapis atau lebih maka kemungkinan akan berkembangbiaknya hama Oryctes rhinoceros. Petakan

(6)

janjangan kosong disusun rapi di gawangan mati yang terletak antar pokok tanaman kelapa sawit dengan jarak kurang lebih 2 m dari batang tanaman kelapa sawit. Alat yang digunakan untuk mengangkut janjangan kosong adalah angkong, sedangkan alat untuk menyusun janjangan kosong adalah gancu. Untuk membuat satu titik aplikasi janjangan kosong dibutuhkan kurang lebih tiga kali isian angkong, dimana satu angkong dapat memuat kurang lebih 30-35 janjangan kosong. Areal aplikasi janjangan kosong harus dipisahkan dari areal penempatan pelepah untuk memaksimalkan luasan areal yang diberi mulsa dan mencegah dijadikan tempat berkembangbiaknya Oryctes rhinoceros. Penulis melaksanakan kegiatan susunan janjangan kosong pada saat menjadi PHL pada TM.

Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap 12 bulan sekali pada areal yang sama. Basis untuk pekerjaan susun janjangan kosong adalah 10 petak. Pada saat melakukan kegiatan susun janjangan kosong penulis dapat melakukan susun janjangan kosong sebanyak enam petak. Susunan janjangan kosong di antara pokok kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Susunan Janjangan Kosong di antara Pokok

Decanter solid. Decanter solid (DS) juga merupakan salah satu dari hasil limbah PMKS yang dapat dijadikan pupuk organik. Produk ini adalah hasil dari proses pengolahan TBS di PMKS yang memakai sistem decanter. Decanter digunakan untuk memisahkan fase cair (minyak dan air) dari fase solid sampai partikel-partikel terakhir.

(7)

Tabel 4. Kadar Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)

Hara Utama

Rata-rata Persentase Unsur Hara

dalam Decanter Solid

Per ton Decanter Solid (DS) sebanding dengan Pupuk Nirogen (N) 0.472 0.046 0.304 0.070 10.3 kg Urea Fosfor (P) 3.3 kg RP Potassium (K) 6.1 kg MOP Magnesium (Mg) 4.5 kg Kiserit

Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)

DS mengandung unsur hara dan bahan organik yang tinggi. Pemberian DS pada tanaman kelapa sawit dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan dapat menurunkan kebutuhan pupuk anorganik secara keseluruhan. Kadar unsur hara dari decenter solid disajikan pada Tabel 4.

DS yang dibungkus dengan karung goni diangkut dengan menggunakan angkong dan dibawa ke areal yang akan diaplikasi, satu angkong yang digunakan pekerja dapat memuat 7 until DS. DS di aplikasikan di antara dua pokok kelapa sawit dan disebar merata di atas rumpukan pelepah di antara dua pokok dengan dosis 5 until, di mana 1 until berisi 14 kg. DS diaplikasikan di lapangan hanya satu kali dalam setahun, interval antara dua rotasi DS yaitu ± 12 bulan. Basis tenaga kerja untuk aplikasi DS ini adalah 150 until/HK. Pada saat menjadi PHL untuk aplikasi DS, penulis dapat mengaplikasikan 30 until.

Abu janjang. Abu janjang merupakan produk akhir pembakaran janjangan kosong pada Incenerator PMKS. Unsur hara yang terkandung dalam abu janjang berdasarkan analisis sampel diberikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kadar Unsur Hara dalam Abu Janjang

Unsur Hara Kandungan Hara (%)

K2O 35.0-47.0

P2O5 2.5-3.5

MgO 4.0-6.0

CaO 4.0-6.0

Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)

Aplikasi abu janjang memiliki keuntungan yaitu : mengandung kalium (K) yang tinggi, hal tersebut dapat digunakan untuk mensubstitusi kelebihan biaya

(8)

pupuk MOP, sangat alkalis (pH : 12); sehingga dapat memperbaiki pH tanah terutama tanah masam, mengaktifkan pertumbuhan akar, meningkatkan ketersediaan hara tanah, dan aktivitas mikroorganisme tanah.

Abu janjang diaplikasikan sekali dalam setahun dan dosisnya sesuai dengan rekomendasi dari Departemen R & D. Aplikasi abu janjang hampir sama dengan aplikasi pada pupuk anorganik yaitu disebar merata secara melingkar di piringan dengan jarak 50 cm dari pangkal pokok sampai batas luar piringan dan apabila ada aplikasi janjangan kosong maka pupuk ditabur di atas janjangan.

Palm oil mill effluent (POME). POME adalah limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan pabrik minyak kelapa sawit terutama dari sterilizer condensate (air kondensat dari rebusan), sludge (lumpur) dari klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone.

Sebelum diaplikasikan ke lahan, POME diolah terlebih dahulu agar sifat kimianya sesuai untuk aplikasi ke lahan yaitu BOD < 5000 mg/l, COD < 3000 mg/l dan pH 6.5-7.0 Setelah diolah maka POME dialirkan melalui pipa PVC ke flatbed yang berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Untuk 1 ha lahan terdapat kurang lebih 53 flatbed, namun tidak semua lahan diaplikasikan POME, tergantung dari kondisi lahan. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali, dan rotasi perbaikan flatbed adalah enam bulan sekali, pemberian POME di lahan dapat di lihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemberian POME di Lahan

Pemupukan anorganik. Rekomendasi jenis dan dosis pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dikirim oleh Departemen R & D ke Grup Kebun setiap awal tahun. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan hasil analisis

(9)

tanah, daun dan produksi. Pemupukan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Tujuan dari pemupukan adalah untuk meningkatkan produksi untuk tanaman menghasilkan (TM).

Pemupukan anorganik di PT Inti Indosawit Subur menggunakan pupuk tunggal (Dolomit, ZA, MOP, RP, dan Borax). Pada saat magang, penulis melakukan pengamatan kegiatan pemupukan pada fase TM. Prestasi kerja dari karyawan penabur adalah 26 until/HK, sementara prestasi kerja penulis pada saat memupuk adalah 8 until/HK, sedangkan standar perusahaan adalah 25 until/HK.

Analisis Daun/LSU (Leaf Sampling Unit)

Kegiatan analisis daun merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap

tahun yang bertujuan untuk mengetahui kondisi unsur hara dari jaringan

tanaman yang dijadikan sebagai salah satu acuan atau pedoman dalam

memformulasikan rekomendasi pemupukan tiap tahunnya untuk tiap blok.

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek,

pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang telah diberi label.

Pada kegiatan analisis daun yang dilakukan adalah pengambilan sampel daun dari tanaman kelapa sawit. Daun sampel adalah daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun ke 1 yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus : 1-9-17-25-33).

Delapan helai anak daun yang telah diambil dibersihkan dengan kain yang telah dibasahkan dengan aquades, kemudian di potong menjadi tiga bagian yang sama. Sampel anak daun yang telah diambil dari 1 blok areal dikumpulkan dalam satu plastik menjadi satu leaf sampling unit (1 LSU) kemudian diberi label. Label LSU berisi tentang : nama kebun, nama blok, tahun tanam, luas blok, nomor daun, dan tanggal sampel. Pengambilan sampel daun di lapangan dilakukan mulai

(10)

pukul 07.00 WIB sd. 13.00 WIB. Setelah itu dikeringkan dengan oven lalu dikirim ke Departemen R & D.

Penentuan sampel tanaman kelapa sawit yang akan diambil anak daun ke 17 adalah pertama-tama blok dibagi dua, lalu batang kelima dari batas blok dan batang ke lima yang membagi dua blok menjadi awal atau menjadi pokok awal dalam pengambilan sampel anak daun ke 17, setiap tanaman pertama dari baris pertama pada blok sampel diberi tanda cat merah berbentuk lingkaran dengan tulisan start LSU, setelah itu sampel daun ke 17 diambil setiap selang 10 pokok. Kalau pada saat pengambilan pokok sampel yang akan diambil terletak dekat jalan atau tepi parit maka pokok yang akan diambil adalah pokok sebelum pokok tersebut. Setelah sampai di ujung blok lalu bergeser 15 baris ke kanan, jika pada ujung blok tersisa lima pokok, maka yang menjadi pokok ke 10 adalah pokok kelima setelah bergeser 15 baris, demikian seterusnya.

Pada setiap pokok yang menjadi sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar.

Pada saat mengambil sampel daun ke 17 juga dilakukan identifikasi defisiensi unsur hara pada daun di pokok yang menjadi sampel serta 8 pokok yang berdekatan dari pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan, sedang dan berat. Dalam pelaksanaan kegiatan analisis daun, yang menjadi pelaksana dari kegiatan ini adalah PHL yang sudah dilatih sebelumnya oleh petugas dari Departemen R & D.

Pemanenan

Pemanenan merupakan pemotongan buah kelapa sawit yang memenuhi kriteria matang untuk dipanen dari pohonnya, mengutip berondolan yang ada di lapangan dan menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) serta pengangkutan hasil ke pabrik. Di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure panen, yaitu: 1). Buah matang dipotong semua,

(11)

2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu.

Agar kegiatannya berjalan lancar sehingga didapatkan jumlah tandan

buah segar matang yang optimum, biaya panen yang efisien dan

mendapatkan hasil rendemen tinggi dan bermutu baik, perlu diperhatikan

beberapa ketentuan umum. Di antaranya adalah melaksanakan penentuan

kriteria panen, sistem dan rotasi panen, taksasi produksi, sistem upah (basis

dan premi panen), alat panen, pelaksanaan panen, dan pengawasan panen.

Kriteria panen. Kriteria tandan buah segar yang layak untuk dipanen (TBS) di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah berdasarkan jumlah berondol yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan berondolan dalam jumlah tertentu. Buah dapat dipanen jika dipenuhi kriteria bahwa untuk tiap 1 kg bobot tandan terdapat 1 berondol lepas di piringan yang bukan berondolan parthenokarpi/berondolan muda karena serangan tikus/penyakit. Misalnya BJR (bobot janjang rata-rata) blok adalah 10 kg maka buah akan dipanen pada blok tersebut apabila berondol yang lepas ada 10 butir berondol di piringan, jika ada 9 berondolan saja, maka dianggap buah mentah.

Sistem dan rotasi panen. Sistem panen yang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur adalah sistem hanca tetap. Luas hanca pemanen rata-rata adalah 2-3 pasar/jalan pikul (1 jalan pikul kurang lebih 1.5 ha). Menurut (Pahan, 2010) sistem hanca tetap memiliki kelebihan yaitu : tanggung jawab karyawan terhadap hanca tinggi, kondisi areal relatif bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah, dan penguasaan terhadap areal oleh karyawan tinggi, sehingga lebih mudah mencari solusi sendiri jika menemukan kesulitan kerja.

Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan panen dalam satu siklus panen yaitu waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7 artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari.

(12)

Hal tersebut dilakukan agar kuantitas dan kualitas produksi dapat tercapai. Untuk menghindari keterlambatan rotasi/pusingan pada bulan-bulan libur panjang (misalkan hari raya), maka dapat dilakukan percepatan pusingan potong buah menjadi 5-6 hari. Dengan demikian pada saat setelah libur panjang, pusingan potongan buah di suatu blok masih bisa dipertahankan di bawah 10 hari. Rotasi panen sangat erat hubungannya dengan mutu buah. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat berakibat terjadinya pemotongan buah mentah (untuk mengejar basis panen), karena kerapatan buah masak telah menurun.

Taksasi produksi. Kegiatan taksasi produksi dilaksanakan minimal satu hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada areal yang akan dipanen. Taksasi produksi bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang dapat dipanen dan persentase kematangan TBS yang akan dipanen sehingga dapat memperkirakan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan untuk esok hari. Taksasi produksi dilaksanakan oleh mandor panen dengan cara mengambil sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Selain itu pada Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur juga dilaksanakan taksasi produksi (sensus BBC) setiap enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai untuk enam bulan ke depan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap akhir bulan Juni dan akhir Desember.

Sistem upah (basis dan premi panen). Basis panen adalah banyaknya jumlah tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi adalah standar untuk membayar pemanen yang melebihi basis borong.

Pada PT Inti Indosawit Subur, selain pemberian upah per HK juga terdapat pemberian premi. Ada dua jenis premi yaitu : premi basis panen yang diberikan apabila pemanen mendapatkan jumlah janjang yang dipanen sesuai basis, dan premi lebih basis yang diberikan jika pemanen, mendapatkan jumlah janjang yang melebihi dari basis.

Di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Upah 1 HK adalah Rp. 49 360 untuk pemanen yang masih PHL dan Rp. 35 000 untuk pemanen yang sudah SKU, untuk premi siap basis besarnya adalah premi siap basis I jika pemanen mendapat 50 janjang adalah Rp. 7 000, premi siap basis II (100 tandan) adalah Rp. 16 000 dan premi siap basis III (150 tandan) adalah Rp. 25 000, sedangkan

(13)

untuk premi lebih basis besarnya berbeda untuk tiap blok berdasarkan rata-rata BJR di tiap blok tersebut.

Tabel 6. Premi Lebih Basis di Afdeling II tiap Blok

Blok Luas (ha) Premi Lebih borong (Rp.)

B89a 96 1 160 B89b 92 1 160 B90a 103 1 160 B90b 99 1 200 B90c 103 1 200 B90d 75 1 160 B91a 40 1 000 B91b 55 1 160 B91c 85 1 160 B91d 75 1 000

Sumber : Kantor Afdeling II (2011)

Kebutuhan tenaga pemanen. Kebutuhan tenaga pemanen yang akan dialokasikan setiap harinya adalah berdasarkan hasil sensus kerapatan kematangan buah yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada bulan berjalan. Mandor panen setelah menghancakan pemanen, melaksanakan sensus potong buah pada hanca yang akan dipanen besok. Rata-rata output tenaga panen yang terdapat pada Afdeling II adalah 60 TBS.

Jumlah tenaga kerja =

Pelaksanaan panen. Pemanenan TBS dilakukan dengan cara memotong tandan yang masak oleh pemanen. Alat panen yang digunakan untuk panen adalah egrek karena umur tanaman kelapa sawit yang terdapat di PT Inti Indosawit Subur rata-rata berumur 20 tahun ke atas. Selain egrek alat yang digunakan adalah gancu untuk mengangkat TBS oleh pemanen, angkong untuk membawa TBS ke TPH dan kapak untuk memotong cangkang TBS . Sebelum memanen TBS, hal yang pertama dilakukan terlebih dahulu adalah memotong pelepah yang menyangga tandan. Pemotongan pelepah harus merapat ke arah batang pohon seperti membentuk tapal kuda. Hal tersebut dilakukan agar berondolan tidak tersangkut di ketiak batang yang akan mengganggu dalam penentuan kematangan buah. Fraksi matang buah disajikan pada Tabel 7.

(14)

Tabel 7. Fraksi Matang Buah Umur

Tanaman

BJR (Kg)

Berondolan Pedoman Panen

2.5 – 3 3 ≥ 3 berondolan perjanjang setelah panen

Satu berondolan perjanjang sebelum panen

4 – 5 6 ≥ 6 berondolan perjanjang setelah panen

Dua berondolan perjanjang sebelum panen

6 – 9 10 ≥ 10 berondolan

perjanjang setelah panen Dua berondolan perjanjang di piringan sebelum panen 10 – 15 15 ≥ 15 berondolan

perjanjang setelah panen > 15 20 ≥ 20 berondolan

perjanjang setelah panen

Tiga berondolan perjanjang di piringan sebelum panen Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri Group (2008)

Setelah buah dipanen, maka pemanen pada saat di piringan harus memotong tangkai TBS menjadi seperti cangkam kodok atau berbentuk huruf “V” lalu menyusun TBS tersebut ke TPH dengan tangkainya di atas menghadap jalan, serta menuliskan nomor pemanennya pada tangkai tersebut dengan menggunakan krayon.

Pengawasan panen. Hasil kegiatan panen yang dilakukan oleh pemanen dicatat oleh kerani buah pada buku kerani panen. Pada PT Inti Indosawit Subur, terdapat pemberian sangsi panen, yaitu denda terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen. Kriteria pemberian sangsi yang diberikan terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Pemberian Sangsi pada Pemanen

Jenis Kesalahan (Pelanggaran) Denda

Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg

Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg Buah masak tinggal di pokok/tidak dipanen Rp. 5 000/jjg

Buah mentah diperam di hanca Rp. 5 000/jjg

Buah mentah tinggal di piringan/dihanca/parit Rp. 5 000/jjg Buah matahari / berondolan dipotong gagang Rp. 1 000/jjg Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp. 1 000/jjg

Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg

Tidak siap borong •Denda di per-7 (dipotong

jam kerja)

•3x berturut-turut diberi peringatan

(15)

Pada PT Inti Indosawit Subur, pengawasan kegiatan panen dilakukan oleh mandor panen, kerani panen, dan Asisten Afdeling yang disebut pemeriksaan hanca. Kegiatan pengawasan dilaksanakan setiap hari setelah selesai dilaksanakan panen.

Selain itu, pengawasan dilakukan juga oleh polisi buah/quality control (QC) yang bertugas memberi penilaian terhadap afdeling berdasarkan keberadaan buah tinggal (di piringan atau di pokok), berondolan di piringan, tunas yang sengkleh, dan buah mentah di hanca yang baru siap panen. Pengawasan dari QC tersebut dilaksanakan sebanyak minimal enam kali untuk masing-masing afdeling dengan jadwal yang tidak ditentukan.

Penunasan

Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum dan mempermudah panen serta mengurangi kehilangan hasil. Dalam mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya area fotosintesis dan pokok mengalami cekaman yang terlihat melalui : peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan nisbah seks (peningkatan bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih, mengganggu proses panen, meningkatkan kehilangan hasil (buah tinggal dan berondolan tersangkut di ketiak), dan meningkatkan serangan penyakit Marasmius dan Tirathaba. Pada tanaman muda, pelepah yang harus disisakan adalah 48-56 pelepah, pada tanaman dewasa 40-48 pelepah, dan untuk tanaman tua 32-40 pelepah.

Sistem penunasan yang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah sistem progresif. Sistem progresif adalah tunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan panen. Pada sistem ini pemanen bertanggung jawab terhadap kondisi pelepah di hancanya. Pada situasi kekurangan pemanen

(16)

dan program progresif pruning tidak dapat dilaksanakan maka perlu dibentuk satu kelompok penunas khusus. Pembentukan kelompok khusus ini dikarenakan program progresif tidak berjalan pada blok tersebut. Jumlah anggota dan keberadaan kelompok khusus ini tidak tetap, tergantung dari kebutuhan untuk dilaksanakan kegiatan penunasan di blok yang akan ditunas.

Pada saat menjadi penulis menjadi PHL untuk kegiatan penunasan, penunasan dilaksanakan di blok B89a, anggota tunasan berjumlah 16 orang yang terdiri dari delapan orang sebagai penunas dan delapan orang sebagai kenek/penyusun pelepah, anggota tunasan ini adalah kelompok khusus yang dibentuk untuk melaksanakan penunasan, anggota kelompok khusus ini diambil dari PHL mandoran lain. Norma kerja dari kegiatan ini adalah minimal satu pasangan kerja (penunas dan kenek/penyusun pelepah) harus dapat menunas minimal 50 pokok dalam satu jalan pikul. Pada saat melaksanakan penunasan, penulis dapat menunas lima pokok.

Pemeliharaan Sarana dan Prasaran

Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasaran yang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur adalah pengelolaan KTA (konservasi tanah dan air) yaitu pemasangan gorong untuk mengalirkan air, perbaikan gorong-gorong yang tersumbat atau rusak (pecah) akibat terlindas mobil truk, selain untuk pengelolaan KTA, pemasangan dan perbaikan gorong-gorong juga bertujuan untuk pemeliharaan jalan di kebun. Jalan merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung berjalannya kegiatan transportasi di kebun, selain itu bagian sarana dan prasarana juga melaksanakan kegiatan rempesan yang juga bertujuan untuk pemeliharaan jalan.

Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang dalam parit agar tidak meluber ke jalan. Kegiatan pemasangan gorong-gorong juga dilakukan penulis di PT Inti Indosawit Subur. Norma kerja pemasangan gorong-gorong adalah 1 gorong/2 HK. Gorong-gorong yang digunakan ada dua macam, pertama yang terbuat dari campuran semen dan pasir yang dipasang pada jalan yang umumnya di jalan poros atau yang sering dilewati oleh mobil atau truk, dan yang kedua adalah terbuat dari pipa paralon.

(17)

Apabila jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka badan jalan dibuat dengan kemiringan 100 ke arah bukit. Pada setiap jarak ± 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm ke dalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit yang ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh ke bawah yang akan menyebabkan terjadi penyumbatan pada lubang gorong-gorong.

Perbaikan gorong-gorong.. Kegiatan perbaikan gorong-gorong di PT Inti Indosawit Subur dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan cangkul dan parang. Norma kerja kegiatan perbaikan gorong-gorong adalah 3 gorong-gorong/2 HK. Perbaikan gorong-gorong yaitu kegiatan membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat dan kemudian memperbaikinya dengan membuang tanah yang menyumbat aliran air dari rorak ke ujung pipa tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong. Pemasangan dan perbaikan gorong-gorong dapat di lihat pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Pemasangan Gorong-gorong (a), dan Perbaikan Gorong-gorong (b) Rempesan. Kegiatan rempesan yaitu memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar matahari ke jalan agar jalan yang terkena hujan cepat kering. PHL yang menjadi anggota kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tim terdiri dari tiga orang, yaitu seorang sebagai penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati.

(18)

Sensus Ulat Api

Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan

pengendalian hama terpadu. Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan

penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus

(TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok

keempat ditepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34,

dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka

ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok

yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi

over pruning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka

TS dapat digeser maju atau mundur 1-2 tanaman.

Setiap titik sensus yaitu pada setiap 10 tanaman sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru.

Pelaksana sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim terdiri atas tiga orang, yaitu masing-masing sebagai penunas, pencatat jenis hama ulat api yang terlihat, dan penyusun pelepah ke gawangan mati.

Pada baris keempat pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan : pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20.

Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah lima ekor per pelapah.

Jenis ulat api yang menjadi sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan

(19)

pengasapan, bahannya adalah polydor 4.6 liter yang dicampur solar 0.4 liter dalam 1 kap, umumnya 1 hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api.

Sensus TO (Thinning Out)

Sensus TO merupakan kegiatan untuk mendata dan menanda

tanaman yang akan di bongkar. Ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang akan di

TO adalah tanaman jantan, tanaman yang mati karena terserang petir, dan

tanaman yang tidak produktif lagi. Kegiatan ini juga sekaligus dilaksanakan

untuk mendata jumlah tanaman yang ada dalam satu TPP (tempat

peletakkan pupuk), sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai salah

satu faktor untuk penentuan dosis untilan pupuk tiap TPP.

Pelaksana kegiatan sensus TO tiap afdeling suatu kebun diperlukan 2-3 tim sensus dengan prestasi kerja 5-7 ha/Hk. Setiap tim terdiri dari dua petugas, yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), vulpen empat warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna merah dan putih, tempat cat, map penyimpan files, tanda pokok yang akan dibongkar/thinning out dapat di lihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanda Pokok yang Akan Dibongkar

Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas

(20)

A menyensus 2 baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/”mengerok” pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke kantor Afdeling.

Aspek Manajerial Karyawan Non Staf

Pada magang bulan kedua setelah penulis berstatus sebagai PHL, selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten Afdeling.

Setiap sore hari setelah pulang dari lapangan, setiap mandor mengisi buku kerja mandor yang berisi daftar hadir pekerja setelah selesai kegiatan dan prestasi kerja yang diperolehnya pada hari itu. Selanjutnya mandor mengisi lembar attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya.

Setiap pagi hari semua mandor mengikuti muster morning (apel pagi) bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan. Setelah itu setiap mandor melakukan apel pagi bersama PHL untuk memberitahukan jenis kegiatan yang dilaksanakan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan, setiap mandor mengawasi pekerjaan secara langsung serta mengarahkan pekerja agar bekerja lebih efektif. Selesai dari lapangan, para mandor menghitung dan melaporkan hasil pekerjaan. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar attendance & gang activity. Selain itu,

(21)

mandor juga mempunyai kewajiban mengurus pengambilan bahan dan mempersiapkan tenaga kerja.

Mandor I. Posisi jabatan mandor I berada di bawah Asisten Afdeling. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengendalikan dan mengawasi semua jenis pekerjaan. Mandor I dapat menegur mandor lain jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk mengecek semua jenis kegiatan dan melaporkan masalah-masalah yang dihadapi kepada Asisten Afdeling.

Kegiatan yang dilaksanakan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu sebagai pendamping mandor pupuk, mandor semprot, mandor panen, dan kerani panen. Semua mandor tersebut berada di bawah mandor I.

Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok yang akan dipupuk atas persetujuan Asisten Afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui Asisten Afdeling, KTU dan Manajer Kebun, meminta kendaraan pengangkutan pupuk ke mandor transportasi, menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk. Selain itu, memimpin apel pagi untuk memberikan pengarahan kepada karyawan, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan, hingga pelaksanaan kegiatan pemupukan.

Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan Asisten Afdeling dan Asisten Kepala, melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan pengabsenan karyawan, mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan herbisida. Mandoran semprot di PT Inti Indosawit Subur dikepalai oleh Asisten Kepala yang terdiri atas dua tim unit semprot (TUS) yang masing-masing tim dikepalai oleh mandor. Tim tersebut dibedakan berdasarkan alat semprot yang digunakan yaitu tim pertama menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Applicator) dan tim kedua menggunakan alat semprot Knapsack sprayer. Sebelum kegiatan di lapangan, mandor semprot melakukan apel pagi bersama karyawan, mengisi absen karyawan, mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan

(22)

mempersiapkan larutan yang akan disemprot. Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan. Setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada Asisten Kepala dan Asisten Afdeling yang afdelingnya disemprot pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) pada lembar RKH untuk kegiatan esok hari.

Mandor panen. Di perusahaan ini, mandor panen terdiri atas tiga orang untuk setiap afdeling. Tugas mandor panen adalah membuat perencanaan areal seksi panen yang harus dipanen atas persetujuan Asisten Afdeling. Kemudian melakukan apel pagi dengan karyawan, sambil memberikan pengarahan tentang standar pelaksanaan panen dan juga mengingatkan kepada karyawan tentang keselamatan kerja. Pada saat itu dilakukan juga pengabsenan karyawan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja pemanen. Setelah itu, mandor panen memberi hanca kepada masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan panen di lapangan. Setelah pelaksanaan pemanenan, mandor panen melaksanakan kegiatan taksasi panen untuk memperkirakan jumlah TBS yang dapat dipanen esok hari agar sebelum panen esok hari dapat ditentukan berapa anggota karyawan yang dibutuhkan.

Kerani buah. Tugas kerani buah adalah mencatat jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen. Selain itu, kerani buah juga bertugas untuk mengawasi mutu buah yang ada di lapangan agar buah yang dipanen sesuai dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kerani buah mencatat data total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang dipanen oleh setiap pemanen. Data yang telah didapatkan tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Setelah selesai dari lapangan, maka kerani panen mengisi lembar premi potong buah harian untuk menentukan upah yang didapat oleh setiap pemanen. Upah tersebut ditentukan berdasarkan jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen pada hari itu dan apabila pemanen memotong buah yang melebihi basis maka pemanen mendapat premi. Setiap pemanen yang melakukan kesalahan seperti

(23)

memotong buah mentah dan tidak mengutip berondolan di piringan maka dilakukan pemotongan terhadap upahnya pada hari itu.

Karyawan Staf

Asisten Afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling. Asisten bertanggung jawab kepada Asisten Kepala, Manajer Kebun dan GM. Asisten bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja dan target bulanan sesuai program kerja afdeling. Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, dan melakukan administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling.

Gambar

Gambar 1. Pengendalian Gulma secara Manual
Gambar 2. Susunan Janjangan Kosong di antara Pokok
Tabel 4. Kadar Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)
Gambar 3. Pemberian POME di Lahan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selama menjadi asisten supervisor produksi, penulis membantu dalam melakukan pengontrolan dan pencatatan EC serta suhu harian di seluruh green house, mempelajari

Pengeprasan dilakukan secara manual dengan memotong batang tertinggal tebu pada pangkal batangnya, sehingga tunas akan tumbuh dari mata tunas di bawah permukaan

Kegiatan simulasi LSU dilakukan pada Blok B 11 dan B12 yang beranggotakan 4 orang dari utusan departemen Riset, asisten kepala, dan perwakilan dari masing-masing

Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mendampingi mandor I, mandor pemupukan, mandor penyemprotan, mandor tankos, mandor rawat jalan dan LSU, mandor panen, kerani

Pada saat musim produksi tinggi dapat digunakan tenaga bantuan (gardang) yang diambil dari mandoran lainnya (perawatan) atau menggunakan istri serta saudara

Pada pagi hari mandor pupuk membagi hancak karyawan seusai lokasi yang akan dikerjakan, menyiapkan alat atau bahan untuk pemupukan, serta mengawasi ecer pupuk di tempat (blok)

Khusus untuk kegiatan pemupukan, pelaporan pada jurnal harian meliputi nama mandor, jenis kegiatan, jumlah tenaga kerja (dalam HK), jumlah pupuk, jenis pupuk, dosis pupuk, blok

Karena sistem panen di Afdeling III menggunakan sistem hanca giring tetap, yaitu tiap pemanen memiliki hanca tetap di tiap blok dan kegiatan panen digiring oleh mandor