• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan di lapangan dan menuntut aktifitas fisik. Kegiatan aspek teknis yang penulis laksanakan terdiri atas kegiatan perawatan, pemanenan, pascapanen dan pengolahan apel. Kegiatan perawatan yang diikuti meliputi kegiatan pemupukan, perompesan atau pengguguran daun, pemangkasan, pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta penelungan atau pelengkungan cabang.

Kegiatan lainnya yang dilakukan penulis terkait dengan budidaya tanaman apel serta kegiatan yang rutin dilakukan di perusahaan tempat magang adalah pembibitan, taksasi tanaman dan taksasi produksi.

Pembibitan

Kualitas bibit yang digunakan sangat menentukan perkembangan tanaman. Bibit yang berkualitas baik dapat memiliki produktivitas yang tinggi. Bibit apel dapat diperoleh melalui hasil perbanyakan dengan cara okulasi atau penempelan mata tunas dan grafting atau penyambungan.

Departemen BTT Kusuma Agrowisata (KA) tidak melakukan kegiatan pembibitan apel. Bibit yang ditanam diperoleh dari mitra Kusuma, yaitu tempat pembibitan yang berada di Desa Bumiaji. Bibit dibeli dengan harga Rp 2 500/bibit dan bibit tersebut merupakan hasil perbanyakan dengan cara okulasi.

Jenis apel yang digunakan sebagai batang bawah adalah Malus pumila atau lebih dikenal dengan apel liar. Menurut Soelarso (1996), pemilihan apel liar sebagai batang bawah dikarenakan sifatnya yang memiliki sistem perakaran yang lebih kuat dan luas, bentuk pohonnya kokoh, serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Mata tunas yang digunakan berasal dari apel yang berumur cukup tua (0.5-1 tahun).

Pemeliharaan yang dilakukan selama pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Bibit hasil okulasi dapat dipindah (transplanting) setelah 7-8 bulan setelah okulasi.

(2)

Gambar 3. Mata Tunas Hasil Okulasi

Penanaman

Jarak tanam apel di Kusuma Agrowisata adalah 3 m x 3 m untuk semua jenis apel. Jarak tanam yang lebar dapat memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman. Selain itu untuk mempermudah dalam perlakuan pemeliharaan terhadap tanaman. Kelembaban lingkungan tumbuh pun dapat terjaga, sehingga dapat mencegah penyakit menyerang tanaman.

Tanaman apel dikatakan sebagai Tanaman Menghasilkan (TM ) setelah berumur 6 tahun. Sebelumnya tanaman apel adalah Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Apabila perawatan yang dilakukan cukup baik, sehingga perkembangan dan pertumbuhan tanaman apel sangat baik, tanaman apel telah dapat dikatakan sebagai TM pada umur 5 tahun.

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada tanaman melalui tanah maupun daun sebagai pengganti unsur yang terbawa oleh buah yang dipanen atau unsur hara yang terserap oleh tanaman apel selama fase produktif (Klinik Agribisnis, 2009). Dalam kegiatan pemupukan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain unsur hara yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, takaran tepat, tepat cara, dan tepat waktu.

Tabel 3 menunjukkan dosis pemupukan apel di Kusuma Agrowisata. Pemupukan dilakukan berdasarkan umur tanaman apel dan kondisi tanaman. Pemupukan terdiri atas pupuk organik dan anorganik. Selama masa TBM, dosis pupuk anorganik yang diberikan akan terus meningkat dengan meningkatnya

(3)

umur tanaman apel, tetapi setelah tanaman memasuki masa TM maka dosis yang diberikan akan tetap. Pupuk organik diberikan pada tahun pertama dan akan diberikan kembali sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Tabel 3. Dosis Pupuk Apel per aplikasi di Kusuma Agrowisata Tanaman

Apel

Pupuk Anorganik (g/pohon) Pupuk organik (kg/pohon) ZA NPK TBM I 100 - 40 TBM II 200 - TBM III 300 - TBM IV 400 - TM I - 500

Persiapan pemupukan, dilakukan pada satu minggu sebelum pemupukan. Persiapannya adalah dengan membuat alur pupuk berbentuk segi empat mengelilingi pohon. Jarak alur pupuk dari batang pohon apel adalah kurang lebih satu meter, sedangkan untuk tanaman apel belum menghasilkan (TBM ) jarak alur pupuk yang dibuat adalah setengah meter dari batang pohon.

Selain kedua jenis pupuk di atas, perusahaan pun memberikan pemupukan mikro, yaitu pupuk ZK dan MKP. Pupuk tersebut diberikan dengan tujuan untuk pembesaran mata tunas calon pembungaan dan tunas-tunas baru. Pupuk mikro diaplikasikan melalui daun dan batang dengan cara disemprot.

Tenaga kerja persiapan pemupukan dan pemupukan dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Standar prestasi untuk kegiatan pemupukan adalah 300 pohon/hari kerja (HK). Standar prestasi tersebut tidak dibedakan antara TM dengan TBM, sedangkan standar kerja persiapan pemupukan berbeda antara TM dengan TBM. Standar kerja persipuk untuk TBM adalah 30 pohon/HK, sedangkan untuk TM mencapai 50 pohon/HK.

Sistem pembayaran untuk kegiatan persipuk dan pemupukan biasanya dilakukan dengan sistem borongan. Harga borongan untuk persiapan pemupukan dan pemupukan adalah Rp 300/TBM dan Rp 400/TM.

(4)

Perompesan

Perompesan daun merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan pada setiap musim tanam. Perompesan daun bertujuan untuk memutus dormansi mata tunas pada tanaman apel. Tanaman apel yang merupakan tanaman asli daerah temperate, akan mengalami masa dormansi setelah setiap akhir musim tanam. Menurut Hardianto (1991) perkembangan tanaman apel di Indonesia sangat pesat terutama setelah ditemukannya teknik perompesan daun dan pelengkungan cabang untuk merangsang pembungaan dan pembuahan.

Perompesan daun dapat mengurangi pembentukkan zat penyebab dorman, yaitu ABA. Hal tersebut dikarenakan daun merupakan tempat yang paling peka untuk mensintesa zat penyebab dorman apabila menerima rangsangan dari luar.

Perompesan daun di Kusuma Agrowisata dilakukan 1-2 bulan setelah panen musim sebelumnya dan dilakukan secara manual dengan tangan. Dengan dilakukan perompesan daun, pembungaan apel dapat serempak dan teratur. Kegiatan perompesan dilakukan setiap bulan pada blok yang berbeda. Hal tersebut bertujuan agar ketersediaan buah apel bagi pengunjung dapat terus terjaga.

Gambar 4. Pohon apel sebelum dirompes (kiri) dan setelah dirompes (kanan).

Kegiatan rompes di Kusuma Agrowisata dilakukan bersamaan dengan kegiatan pangkas. Hal tersebut bertujuan untuk efektifitas pekerjaan. Tenaga kerja perompesan adalah tenaga kerja wanita dan pria. Standar prestasi kerja untuk perompesan adalah 8-10 pohon/HK.

(5)

Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman apel dilakukan dengan tujuan pembentukan tanaman serta merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru (Untung, 1994). Pemangkasan yang dilakukan di Kusuma Agrowisata terdiri atas empat jenis pangkasan, yaitu pangkasan bentuk, pangkasan pemeliharaan, dan pangkasan produksi dan pangkas ringan atau disebut pewiwilan.

Pemangkasan bentuk dilakukan dengan tujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik. Bentuk tanaman apel yang ada di Kusuma Agrowisata dibuat menjadi kerdil dengan tajuk yang sedikit melebar. Hal tersebut bertujuan agar memudahkan wisatawan dalam pemetikan buah.

Pemangkasan untuk pembentukan pohon dilakukan saat tanaman berada pada fase TBM. Pada pemangkasan ini dipertahankan 2-3 cabang primer dan membuang cabang primer lain pada batang utama. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada cabang sakit atau tua, cabang yang tidak produktif (tunas air), cabang yang berlekuk-lekuk atau disebut juga cabang cacing, cabang yang mati, cabang yang tumbuh terlalu rapat dan padat sehingga saling menutupi dan cabang yang ditumbuhi oleh benalu.

Pada pemangkasan pemeliharaan dilakukan juga pemangkasan berat bila diperlukan. Pemangkasan berat merupakan pemangkasan terhadap lebih dari 50% bagian cabang tanaman. Pemangkasan berat dilakukan apabila kondisi tanaman rusak akibat penyakit.

Pemangkasan produksi bertujuan untuk memicu atau merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan produksi dilakukan setelah perompesan. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memotong cabang sampai mata tunas terbesar.

Pemangkasan ringan dilakukan pada saat buah apel masuk pada fase pentil atau 1-2 bulan setelah pembungaan. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas air yang tumbuh di batang dan cabang primer, daun yang menutupi buah, cabang serta daun-daun yang saling menutupi, sehingga penetrasi cahaya terhadap tanaman menjadi lebih baik. Pada pemangkasan ringan juga dilakukan kegiatan penjarangan buah.

(6)

Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan adalah gergaji pangkas dan gunting pangkas. Gergaji pangkas digunakan untuk memangkas cabang-cabang yang besar sedangkan gunting pangkas digunakan untuk cabang-cabang-cabang-cabang yang kecil. Gergaji serta gunting pangkas yang digunakan harus tajam agar tidak menyebabkan sobekan pada kulit batang sehingga tidak merusak tanaman.

Tanaman memerlukan waktu yang lama untuk memulihkan bagian yang terluka, akibatnya pertumbuhan generatif tertunda. Bantalan yang rusak dapat berpengaruh terhadap produksi. Oleh karena itu cara pemangkasan yang baik harus diketahui oleh tenaga pangkas.

Hasil pangkasan sangat rentan terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu setiap kali pemangkasan, dilakukan juga upaya pengendalian penyakit pada tanaman, yaitu dengan mengoleskan fungisida dalam bentuk cair pada bagian bekas pangkasan. Fungsida yang digunakan adalah Nordox (Tembaga Oksida 56%) dengan konsentrasi 3-6 ml/L.

Standar pretasi untuk kegiatan pemangkasan produksi, bentuk dan pemeliharaan adalah 12 pohon/HK, sedangkan standar prestasi untuk pemangkasan ringan adalah 35-40 pohon/HK. Tenaga kerja pemangkasan adalah tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja pemangkasan tersebut merupakan tenaga kerja yang telah terampil melakukan pemangkasan.

Pelengkungan Cabang (Penelungan)

Pelengkungan cabang merupakan salah satu cara dalam pembentukan tanaman. Pelengkungan cabang dilakukan agar letak dan arah ranting menjadi berjauhan, sehingga sinar matahari dapat diterima sepenuhnya. Pelengkungan cabang dilakukan setelah perompesan daun dan sebelum keluarnya bunga. Pelengkungan cabang pada tanaman apel bertujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas lateral yang ada di sepanjang cabang yang akan dilengkungkan. Selain itu, pelengkungan cabang pun bertujuan agar tanaman menjadi pendek.

Tunas yang tumbuh tegak lurus cenderung tidak menghasilkan bunga. Menurut Untung (1994) hal tersebut dikarenakan zat tumbuh atau auksin yang ada di tanaman merangsang pertumbuhan vegetatif secara terus menerus. Agar hal tersebut tidak terjadi maka cabang atau ranting pada tanaman apel dilengkungkan

(7)

sampai posisi mendatar. Dalam posisi cabang yang mendatar, peranan auksin diambil alih oleh etilen yang bisa merangsang pembungaan. Apabila cabang melengkung sampai ujungnya merunduk maka tunas lateral hanya tumbuh di pangkal dan ujung cabang. Sebaliknya apabila bentuk cabang yang dilengkungkan itu masih mengarah ke atas, tunas lateral hanya tumbuh di ujung cabang.

Pelengkungan cabang hanya dilakukan terhadap TBM. Selain dikarenakan cabangnya yang masih muda sehingga masih lentur dan mudah dilengkungkan, tetapi juga agar dapat diproduksi secara optimal.

Gambar 5. Pelengkungan Cabang pada Tanaman Apel TBM

Pada cabang yang tua, cabang telah keras sehingga sulit untuk dibengkokan. Selain itu tunas lateral pun sulit tumbuh meskipun telah dilengkungkan. Akan tetapi pelengkungan yang dilakukan terhadap cabang yang terlalu muda pun tidak baik dilakukan, sebab tunas lateral yang tumbuh menjadi terlalu banyak dan kecil, sehingga tidak begitu bagus. Cabang yang paling sesuai untuk dilengkungkan adalah yang tidak terlalu muda ataupun tua, yaitu yang telah berwarna cokelat dan mudah melengkung.

Penelungan biasanya dilakukan oleh tenaga kerja wanita, sebab dianggap bahwa wanita dapat melakukannya lebih terampil dan rapi. Standar prestasi untuk kegiatan penelungan adalah 50 TM/HK dan 20 TBM/HK.

(8)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (PHPT)

Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk melestarikan kualitas lingkungan, mengendalikan populasi dan serangan hama atau penyakit, khususnya untuk meningkatkan produksi tanaman apel. Oleh karena itu Departemen BTT melakukan monitoring hama dan penyakit setiap 2-3 hari agar hama maupun penyakit yang menyerang dapat segera teratasi.

Pengendalian hama dan penyakit di Kusuma Agrowisata dilaksanakan secara kimiawi. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan menggunakan alat EPS (Engine Power Sprayer). EPS dilengkapi dengan drum (tempat pencampuran bahan), selang 200 m dan mesin pompa. Waktu-waktu penyemprotannya adalah satu sampai dua minggu setelah perompesan, setelah muncul tunas, pada saat pembungaan, pada saat muncul buah muda, dan pada saat menjelang panen.

Penyemprotan dilakukan oleh tenaga kerja pria dan mendapat pengawasan langsung dari pengawas PHPT, terutama saat pembuatan larutan. Prestasi kerja untuk kegiatan penyemprotan mencapai 300 pohon/HK.

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman apel di antaranya adalah ulat buah, ulat jengkal, ulat grayak, lalat buah (Rhogoletis pomonella), kutu daun hijau (Aphis porni), bercak daun, kanker batang serta busuk akar.

Ulat menyerang daun serta buah apel. Gejalanya adalah daun dan buah akan tampak berlubang. Bagian dalam buah merupakan tempat disimpannya telur yang akan berkembang menjadi larva. Kutu hijau (Aphis porni) menyerang pada bagian daun apel. Kutu tersebut biasanya berada pada bagian bawah daun dan tersamar karena warnanya sama dengan daun.

Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan Marssonina coronaria dan merupakan penyakit yang banyak menyerang tanaman apel. Gejala bercak daun di kebun Kusuma Agrowisata mulai terlihat pada 4 minggu setelah pemangkasan. Gejala serangan kanker batang adalah kulit batang busuk, basah, dan mengeluarkan getah merah dan perkembangannya sangat cepat. Kanker batang disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria. Upaya pencegahan penyakit kanker batang dilakukan dengan mengoleskan fungisida Nordox atau Bucali pada batang.

(9)

Gejala tanaman apel yang terserang penyakit busuk akar adalah daun-daun menjadi kering cokelat hingga akhirnya berguguran, bunga menjadi layu, bercak-bercak hitam, pada batang bagian bawah berwarna hitam seperti terbakar, efek penyakit dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman. Busuk akar disebabkan oleh cendawan Armillaria.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 6. Hama dan Penyakit apel:(a) Kutu hijau (Aphis porni), (b) Lalat buah (Rhogoletis pomonella), (c)Bercak daun, (d)kanker batang, (e)Ulat grayak.

Taksasi Buah

Perkiraan produksi buah apel perlu dihitung dalam mempersiapkannya sebagai lokasi petik. Dalam hal ini terdapat koordinasi antara departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) dengan departemen marketing wisata. Hasil taksasi buah menunjukkan perkiraan jumlah atau produksi apel dalam suatu blok. Dari perkiraan jumlah buah tersebut maka dapat diperkirakan jumlah pengunjung atau wisatawan yang dapat masuk dalam blok tersebut.

Penulis melakukan taksasi buah didampingi oleh seorang asisten pengawas (Lampiran 12). Pengambilan contoh dilakukan dalam penghitungan taksasi buah

(10)

tersebut. Pengambilan contoh atau sample dilakukan dengan teknik segi empat (Lampiran 13). Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap perkiraan hasil untuk satu blok tanaman dan perkiraan jumlah pengunjung yang dapat masuk ke dalam blok tersebut.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Taksasi Buah Blok E5

Hasil Perhitungan Rumus Perhitungan

Total Sampel 22 pohon

Total Buah Sampel 691 buah

Total TM 89 pohon

∑ buah/pohon 31.4 buah Total buah sampel / Total sampel Total Buah Blok E5 2795 buah Jumlah buah/pohon x total TM Sumber : Data Lapang, 2009, diolah

Berdasarkan hasil perhitungan taksasi produksi pada Tabel 4, maka dapat diketahui bahwa perkiraan produksi untuk blok E5 dengan jumlah TM sebanyak 89 pohon adalah 2795 buah. Hasil taksasi tersebut kemudian digunakan oleh departemen marketing Kusuma Agrowisata dalam memperkirakan jumlah wisatawan yang dapat masuk ke dalam blok tersebut.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan perkiraan jumlah pengunjung, diantaranya adalah adanya faktor kehilangan hasil dari buah apel per blok yang dimasukkan dalam perhitungan. Kehilangan hasil diperkirakan dalam bentuk persentase, dengan total persentase kehilangan hasil sebesar 30%. Persentase tersebut terdiri atas 10% kehilangan hasil akibat faktor kerusakan oleh pengunjung dan 20% kehilangan hasil karena faktor alam.

Setiap wisatawan mendapat kesempatan untuk memetik buah apel sebanyak dua buah per orang. Namun dalam kenyataannya di lapang, wisatawan terkadang memetik lebih dari dua. Perusahaan mengasumsikan bahwa maksimal buah yang dipetik oleh wisatawan adalah sebanyak tiga buah. Perkiraan jumlah wisatawan untuk setiap blok dihitung dengan cara total buah dalam blok dibagi tiga. Berdasarkan hasil taksasi blok E5 maka didapat perkiraan jumlah wisatawan

(11)

yang dapat masuk blok E5 adalah sebanyak 931 orang. Selama kegiatan magang berlangsung, penulis melakukan tiga kali taksasi buah di kebun dengan blok yang berbeda.

Inventarisasi Tanaman

Inventarisasi tanaman merupakan kegiatan yang rutin dilakukan departemen BTT. Tujuannya adalah untuk memantau keadaan tanaman di setiap blok. Hasil dari taksasi tanaman digunakan sebagai acuan dalam penyediaan tanaman di masa mendatang, yaitu sebagai pengganti bagi tanaman yang mati.

Penulis melakukan taksasi tanaman tahun 2009 untuk seluruh blok ( Lampiran 14).

Panen dan Pasca Panen

Mutu buah-buahan dan sayuran setelah dipanen tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat (Pantastico et al., 1986). Umur panen apel berbeda untuk tiap varietas. Waktu panen yang dilakukan di Kusuma Agrowisata disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Umur Panen Apel di Kusuma Agrowisata Varietas Apel Umur Panen (Bulan Setelah Rompes)

„Manalagi‟ 4.5 – 5

„Rome Beauty‟ 5 – 5.5

„Ana‟ 4 – 4.5

„Wanglin‟ 5 – 5.5

Kegiatan panen yang dilakukan Kusuma Agrowisata terdiri atas panen kebun wisata dan panen kebun produksi (Junggo). Panen kebun wisata dilakukan sebanyak dua kali, yaitu panen pertama oleh wisatawan dan kedua oleh karyawan atau disebut pula dengan panen racutan karena panen tersebut dilakukan untuk menghabiskan apel sisa-sisa pemetikan wisatawan. Panen kebun Junggo dilakukan jika terdapat pesanan dari supermarket.

(12)

Gambar 7. Hasil Panen Apel Racutan dan Junggo

Kegiatan panen dilakukan oleh 2-3 karyawan harian lepas dengan standar prestasi kerja 300 kg/HK. Hasil panen racutan umumnya berupa buah-buah apel yang berdiameter 5-6 cm dan memiliki luka akibat serangan hama dan penyakit. Hasil panen racutan disortasi dan grading secara langsung di kebun dengan memisahkan antara buah yang masih baik dengan buah yang telah busuk atau

cacat. Hasil panen disimpan ke dalam kontainer plastik berukuran 60 cm x 42 cm x 30 cm dan dikirim ke bagian trading.

Buah apel racutan kemudian disortasi kembali di bagian trading dengan memisahkan antara buah yang berdiameter 5 cm hingga lebih dengan yang kurang dari 5 cm. Buah yang berdiameter 5 cm atau lebih kemudian dikirim ke departemen industri, sedangkan sisanya dijual kepada karyawan ataupun pengunjung. Buah yang telah diterima di departemen industri kemudian diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Produk-produk olahan apel yang dihasilkan berupa cuka apel, jenang apel dan sari buah apel.

Hasil panen kebun Junggo langsung diangkut ke departemen trading setelah dipanen tanpa dilakukan penyortiran dan pengkelasan terlebih dahulu. Buah hasil panen disimpan dalam keranjang bambu dan diangkut dengan menggunakan mobil pick-up. Pengkelasan dan penyortiran dilakukan di departemen trading bersamaan dengan kegiatan pengemasan atau packing untuk pemasaran ke luar Kusuma Agrowisata.

(13)

Aspek Managerial

Aspek managerial yang dilakukan penulis yaitu sebagai pendamping pengawas kebun. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping pengawas adalah mengisi jurnal kegiatan kebun, mengawasi karyawan dan mencatat prestasi kerja yang dicapai, serta menghitung gaji karyawan.

Pengelolaan manajemen di departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) Kusuma Agrowisata terdiri atas kepala departemen budidaya tanaman tahunan. Kepala departemen BTT dalam menjalankan fungsinya, berperan juga sebagai asisten kepala departemen budidaya tanaman.

Kepala departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) membawahi pengawas-pengawas kebun, yaitu pengawas green house hidroponik, substrat dan packing, pengawas tanaman starwberry, sayur organik dan buah naga, pengawas gudang dan pengolahan kopi serta kompos, pengawas kebun Seruk, Kingsue dan Pentil, pengawas kebun apel dan jeruk, serta pengawas kebun Junggo dan Karang Ploso.

Pendamping Pengawas Kebun

Penulis bertindak sebagai pendamping pengawas kebun pada bulan kedua pelaksanaan magang. Penulis hadir pukul 05.50 WIB untuk melakukan absensi para KHL. Setelah itu penulis mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL dan mencatat pretasi kerjanya.

Kegiatan lain yang dilakukan penulis selain mengawasi KHL adalah melaksanakan tugas-tugas di bagian administrasi kantor departemen BTT. Tugas-tugas tersebut antara lain adalah merekap hasil kerja karyawan serta kegiatan yang dilakukan per harinya. Rekapan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan dalam penghitungan gaji karyawan per minggunya. Blanko laporan harian pengawas terlampir pada Lampiran 15.

Gaji diberikan setiap hari jumat, artinya perhitungan gaji harus telah selesai pada hari sebelumnya atau hari kamis. Perhitungan gaji untuk karyawan harian lepas (KHL) dilakukan berdasarkan hari masuk karyawan tanpa memperhitungkan prestasi kerja yang telah dicapai oleh karyawan, kecuali untuk tenaga kerja borongan. Hal tersebut berdampak terhadap kualitas kerja dari KHL

(14)

yang terkadang tidak memenuhi standar prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Pengawas kebun bertugas menjalankan standar opersional bagi pengawas kebun yang dibuat oleh departemen BTT. Apabila standar operasional tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka masalah prestasi kerja KHL pun dapat teratasi. Standar operasional pengawas kebun departemen BTT dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 16.

Gaji yaang diberikan berbeda antara KHL wanita dan pria. Bagi KHL wanita diberikan gaji sebesar Rp 18 500/HK, sedangkan untuk KHL pria sebesar Rp 21 000/HK. Tambahan gaji diberikan kepada karyawan yang melakukan lembur, yaitu sebesar Rp 3 500/jam. Selain tenaga kerja harian terdapat pula tenaga kerja borongan yang merupakan KHL yang sehari-harinya bekerja di departemen BTT.

Kegiatan yang biasanya diborongkan adalah kegiatan persiapan pemupukan atau persipuk, pemupukan, dan perompesan. Sistem penghitungan gaji untuk pekerja borongan dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang dicapai. Misalnya untuk kegiatan pemupukan, harga borongan untuk persipuk serta pemupukan adalah Rp 100 untuk setiap TBM dan Rp 400 untuk setiap TM.

Seorang pengawas betugas mengawasi atau mengontrol kerja karyawan agar target prestasi kerja atau standar prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Apabila hasil kerja karyawan tidak memenuhi standar prestasi kerja, maka seorang pengawas harus memberikan peringatan agar keadaan tesebut tidak menjadi suatu kebiasaan.

Tugas yang dilakukan penulis sebagai pendamping pengawas kebun, salah satunya adalah mengawasi serta menghitung produktvitas hasil kerja karyawan harian BTT khususnya dalam kegiatan budidaya apel. Hasil analisis produktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

(15)

Tabel 6. Produktivitas Tenaga Kerja KHL di Departemen BTT

No Kegiatan Standar Prestasi

Kerja*

Prestasi Kerja (per HK) KHL Mahasiswa 1. Pengolahan Tanah

Pembuatan Sengkreng 50 pohon/HK 104 pohon ** 2. Penyulaman

Pembuatan Lubang Tanam

15 lubang/HK - **

Penanaman 50 pohon/HK - **

3. Babat Rumput 0.3 ha/HK 0.6 ha **

4. Pemupukan

Persiapan Pemupukan 50 pohon/HK 215 pohon **

Pemupukan 300 pohon/HK 368 pohon 142 pohon

5. Penyemprotan 0.37 ha/HK 1.97 ha **

6. Pemangkasan

Perompesan 8-10 pohon/HK 15 pohon 9 pohon

Pangkas TM 12 pohon/HK 25 pohon 24 pohon

Pangkas TBM 8 pohon/HK 65 pohon 60 pohon

Wiwilan 35-40 pohon/HK 32 pohon 17 pohon

7. Pelengkungan Cabang 50 pohon/HK 72 pohon 26 pohon

8. Pemanenan 300 kg/HK 304 kg 240 kg

Keterangan HK : Hari Kerja (7 jam/hari)

*standar prestasi kerja berdasarkan ketetapan perusahaan **tidak dilakukan oleh mahasiswa

Pada Tabel 6 terlihat bahwa tingkat produktivitas kerja tenaga kerja KHL departemen BTT secara umum telah memenuhi standar prestasi kerja yang ditetapkan perusahaan. Pada kegiatan wiwilan, prestasi kerja yang dihasilkan sedikit kurang memenuhi standar prestasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Faktor penyebabnya adalah kurang disiplinnya KHL dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut ditandai dengan KHL yang lebih banyak berbicara daripada bekerja. Pengawasan terhadap kerja karyawan harus lebih ditingkatkan agar kedisiplinan karyawan dapat lebih baik.

Gambar

Gambar 3. Mata Tunas Hasil Okulasi
Tabel 3. Dosis Pupuk Apel per aplikasi di Kusuma Agrowisata  Tanaman
Gambar 5. Pelengkungan Cabang pada Tanaman Apel TBM
Gambar 6. Hama dan Penyakit apel:(a) Kutu hijau (Aphis porni), (b) Lalat  buah  (Rhogoletis  pomonella),  (c)Bercak  daun,  (d)kanker  batang, (e)Ulat grayak
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sampai saat ini manajemen pengelola wakaf di Kabupaten Aceh Utara masih sangat memperihatinkan karena Nadzir yang tidak professional maka akibatnya banyak harta

Jika ada informasi yang dibutuhkan oleh Nita dan teman-temannya seperti informasi cara mengurus surat pindah, atau jika ada himbauan dari pihak desa, informasi tersebut

Atas segala Rahmad, Taufiq serta Hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Pengaruh Cara Dan Lama

Penghuni Asrama adalah mahasiswa asal Kabupaten yang terdaftar di Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta sesuai prosedur yang berlaku dan memenuhi persyaratan

Responden 2 dan 3 yang berpendapat bahwa pengelolaan zakat oleh perorangan/tokoh ulama hukumnya tidak sah dan harus sesuai dengan Pasal 18 Undang- Undang Nomor 23

Perencanaan laba merupakan salah satu tujuan dalam berusaha terutama usaha yang mengoloh hasil – hasil pertanian, yang mana hasil – hasil pertanian memiliki sifat kurang tahan lama

Berdasarkan analisis risiko yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa cara mitigasi risiko berupa menerapkan aturan yang jelas sesuai dengan metode

Ayat ini kelanjutan dari surah an-Nahl diatas, bahwa susu mempunyai pelajaran bagi semua manusia dan hewan ternak yang mempunyai manfaat berupa susu yang