• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan penting pada budidaya perkebunan kelapa sawit. Pengendalian gulma di Teluk Siak Estate dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan (circle) dan gawangan (interrow). Tujuan pengendalian gulma adalah mengurangi kompetisi hara dan air karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pemananenan dan aplikasi pemupukan dan memudahkan pengutipan brondolan (menekan kehilangan brondolan).

Bongkar tumbuhan pengganggu. Bongkar tumbuhan penganggu (BTP) merupakan metode pengendalian gulma manual, yaitu dengan memotong atau mencabut gulma hingga akarnya menggunakan cados (cangkul dodos), parang dan parang babat (Gambar 1). Kegiatan BTP memiliki HK sebesar 0.5 ha sehingga seorang pekerja harus menyelesaikan 68 tanaman/hari. Gulma yang banyak ditemukan adalah senduduk (Melastoma malabatrikum), bulu babi (Clidemia hirta), Borreria allata, pakis-pakisan, krisan (Scleria sp.) dan lain-lain.

Gambar 1. Kegiatan Bongkar Tumbuhan Pengganggu (a) SKU Mendongkel Anak Kayu Menggunakan Cados, (b) Parang, (c) Parang Babat

(a) (b)

(2)

Pengendalian secara kimia. Pengendalian secara kimia merupakan metode pengendalian gulma menggunakan bahan kimia berupa herbisida. Menurut Sembodo (2010) herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan pengganggu (gulma). Alat yang digunakan adalah sprayer Inter 12 Green (kapasitas 12 l). Pengaruh aplikasi herbisida akan terlihat setelah tiga hari setelah penyemprotan. Gulma akan layu kemudian dalam waktu satu minggu gulma mulai menguning.

Pengendalian secara kimia dibedakan menjadi dua, yaitu penyemprotan piringan-gawangan dan penyemprotan alang-alang. Penyemprotan piringan tidak dilakukan secara bersamaan dengan penyemprotan gawangan sehingga pengendalian lebih terfokus dan tidak memakan waktu yang lebih lama. Penyemprotan piringan menggunakan campuran herbisida Audit 480 SL atau Prima Up 480 SL yang berbahan aktif Isopropilamina Glyphosate 480 g/l dan Trap 20 WP dengan bahan aktif Metsulfuron Methyl 20%. Penyemprotan gawangan menggunakan campuran herbisida Kenlon 480 EC dengan bahan aktif Triklopir Butoksi Etil Ester 480 g/l dengan Trap 20 WP.

Konsentrasi yang digunakan untuk Audit, Prima Up dan Kenlon adalah 0.66% (80 ml/12 l), sedangkan Trap 0.06% (8 g/12 l). Herbisida tersebut termasuk herbisida sistemik purnatumbuh (Trap tergolong pra dan purnatumbuh). Menurut Sembodo (2010) herbisida sistemik adalah herbisida yang ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak ke bagian lain, biasanya titik tumbuh karena metabolisme aktif berlangsung. Herbisida purnatumbuh diaplikasikan pada gulma yang telah tumbuh, sedangkan herbisida pratumbuh diaplikasikan sebelum gulma berkecambah. Tabel 4 menunjukkan perbandingan waktu penyemprotan, sedangkan Tabel 5 menunjukkan dosis yang digunakan pada penyemprotan piringan dan gawangan.

Tabel 4. Waktu Penyemprotan Gawangan dan Piringan pada Jenis SKU Jenis SKU

Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Piringan Jumlah

Gawangan Waktu Semprot/ Sprayer Piringan Jumlah Waktu Semprot/ Sprayer

...(menit)... ...(menit)...

Laki-laki 0.5 20.4±1.517 37±6.107 19±1.581

Perempuan 0.5 23±2.345 34±5.675 19±1.581

(3)

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata waktu penyemprotan gawangan antara SKU-L (laki-laki) dengan SKU-P (perempuan). SKU-L lebih efisien dalam menggunakan waktu untuk menyemprot gawangan yaitu 20.4 menit daripada SKU-P yaitu 23 menit. Berbeda dengan efisiensi waktu penyemprotan piringan, rata-rata kebutuhan waktu penyemprotan antar SKU tidak jauh berbeda, yaitu SKU-L 0.56 menit/piringan sedangkan SKU-P 0.57 menit/piringan.

Tabel 5. Pengamatan Dosis Penyemprotan Gawangan dan Piringan

Jenis Jumlah HK

Luas

Lahan Dosis Herbisida Kebutuhan Herbisida

..(orang).. ..(ha).. ...(ml/ha)... ...(g/ha)... ...(l)... ...(kg)... Gawangan 23 50 Kenlon 294 Trap 29.4 Kenlon 14.7 Trap 1.47

Piringan 25 50 Audit 320 Trap 32.0 Audit 16.0 Trap 1.60

Sumber: Pengamatan Penulis (2012)

Berdasarkan Tabel 5 kebutuhan herbisida antara penyemprotan gawangan dan penyemprotan piringan memiliki perbedaan, yaitu penyemprotan gawangan 14.7 l Kenlon dan 1.47 kg Trap lebih sedikit dari penyemprotan piringan, yaitu 16.0 l dan 1.60 kg Trap. Kebutuhan herbisida yang berbeda menyebabkan dosis yang diterima pada penyemprotan gawangan lebih sedikit daripada penyemprotan piringan (konsentrasi sama). Hal ini disebabkan jumlah tenaga kerja yang digunakan pada penyemprotan gawangan lebih sedikit dengan luasan yang sama.

Penyemprotan alang-alang. Penyemprotan alang-alang bertujuan untuk menghentikan perkembangbiakan alang-alang karena perkembangan populasinya sangat cepat, populasi yang tinggi dapat menyulut kebakaran dan menyerap unsur hara dan air. Penyemprotan menggunakan Audit 480 SL yang berfokus pada alang-alang (Imperata cylindrica), selain itu penyemprotan dilakukan juga pada ekor kucing (Penissetumpolystachyon) dan sarang buaya (Ottochola nodosa).

Konsentrasi Audit yang dianjurkan berkisar 1 - 3 % dan konsentrasi yang diaplikasikan di kebun adalah 1.25 % dengan perbandingan 150 ml herbisida dengan 12 l air. Alat yang digunakan adalah sprayer Inter 12 Green. Pengaruh aplikasi herbisida terlihat pada tiga hari setelah aplikasi dengan tanda daun-daun yang mulai menguning. Gulma akan mati dalam waktu satu minggu setelah aplikasi dengan ciri gulma yang berwarna kuning penuh.

(4)

Perawatan Jalan

Perawatan jalan merupakan pekerjaan pendukung yang tidak kalah penting dari pekerjaan panen karena perawatan jalan berpengaruh secara langsung terhadap transportasi hasil panen. Jika kondisi jalan buruk maka proses transportasi akan terhambat dan menyebabkan peningkatan kandungan FFA karena enzim akan terus merombak lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Jalan di perkebunan kelapa sawit umumnya digolongkan menjadi enam jenis. Keenam jenis jalan tersebut terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis Jalan Kebun di Teluk Siak Estate

Jenis Jalan Keterangan

Jalan akses (access road)

Jalan yang menghubungkan arus keluar masuk kebun dan antar kebun dengan lebar 12 m.

Jalan utama (main road)

Jalan penghubung antar jalan kolektor dan jalan akses (Timur-Barat) dengan lebar 9 m.

Jalan kolektor (collection road)

Jalan untuk mengumpulkan hasil panen, pengangkutan dan pengawasan (Utara-Selatan) dengan lebar 7 m.

Jalan bantu (tertiary road)

Jalan tambahan yang dibuat pada lahan yang sulit (berbukit-bukit) untuk mendukung pengumpulan hasil. Jalan kontur

(contur road)

Jalan pada daerah berteras untuk memudahkan pemanenan dan pengangkutan hasil ke TPH.

Jalan pringgan (boundary road)

Jalan disepanjang tepi kebun yang berfungsi sebagai batas kebun dan untuk pengawasan dan pengumpulan hasil. Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004)

Pekerjaan perawatan jalan banyak macamnya, diantaranya: pembuatan rorak tepi jalan, parit tepi jalan,tali air dan penunasan tepi jalan. Rorak tepi jalan (road side pit) adalah rorak yang dibuat di tepi jalan untuk menampung air dari jalan sehingga menjaga agar jalan tidak tergenang dan memberikan ketersediaan air bagi tanaman. Rorak memiliki panjang ≥ 3 m, lebar 1 m dan kedalaman 0.8 m. Rorak dengan panjang > 6 m harus dibuat badan air (water bodies) 2 m x 2 m. Jarak antar rorak pada kontur datar ± 50 m, sedangkan jarak antar rorak pada kontur berbukit ± 30 m. Rorak dibuat tegak lurus dengan jalan pada kontur datar, sedangkan pada kontur miring maka rorak membentuk sudut 45º.

Parit tepi jalan (road side drain) memiliki fungsi untuk menampung air dari badan jalan sehingga jalan tidak tergenang. Parit berukuran lebar ± 50 cm,

(5)

kedalaman ± 30 - 50 cm dan panjang disesuaikan dengan panjang jalan. Tanah galian parit ini diserak merata ke dalam blok (menjauhi piringan, pasar pikul dan TPH). Tali air merupakan parit pendek yang menghubungkan bahu jalan dengan parit tepi jalan. Pembuatan tali air bertujuan untuk mengalirkan air dari jalan ke parit sehingga jalan tidak tergenang oleh air. Ukuran lebar tali air adalah 0.6 m dengan panjang dan kedalaman disesuaikan dengan kondisi jalan dan parit. Gambar 2 menunjukkan beberapa pekerjaan rawat jalan.

(a)

(c)

(b)

Gambar 2. Pekerjaan Perawatan Jalan

(a) Rorak Tepi Jalan, (b) Rorak Tepi Jalan dengan Badan Air dan (c) Pembuatan Parit Tepi jalan

Penunasan tepi jalan (road side pruning) adalah pekerjaan perawatan jalan dengan memangkas pelepah yang mengarah ke jalan agar mempermudah transportasi dan menjaga sinar matahari masuk ke jalan sehingga jalan akan cepat kering ketika basah. Caranya adalah memotong 1/3 - 2/3 bagian pelepah sehingga produksi tidak menurun secara signifikan karena berkurangnya hasil fotosintesis yang dipengaruhi berkurangnya jumlah pelepah (Gambar 3).

Rotasi penunasan tepi jalan dilakukan enam bulan sekali. Pelepah yang telah dipotong diletakkan di gawangan mati dan antar tanaman sehingga

(6)

membentuk huruf U, tetapi dapat juga hanya diletakkan pada gawangan mati atau hanya di antara tanaman (pangkal pelepah menghadap gawangan mati agar tidak berbahaya).

Gambar 3. Penunasan Tepi Jalan (Road Side Pruning)

Konservasi Tanah dan Air

Rorak (silt pit) adalah rorak di dalam blok untuk konservasi tanah dan air sebagai penyedia air bagi tanaman. Kebutuhan air kelapa sawit mencapai 5 l/tanaman/hari. Menurut Murtilaksono et al. (2009) aplikasi Rorak dapat meningkatkan cadangan air tanah sehingga tanaman berfotosintesis secara maksimal dan produksi TBS meningkat. Proses pembuatan Rorak dapat dilihat pada Gambar 4.

 

(a) (b) (c) Gambar 4. Pembuatan Rorak

(a) Pancang Rorak (kanan) dan Pancang Parit (kiri), (b) Pembuatan Rorak dengan Mini Excavator dan (c) Rorak yang baru.

(7)

Rorak dibuat pada gawangan mati (panjang 6 m, lebar dan kedalaman 0.6 m) dan dibuat sejajar garis kontur. Rasio rorak pada lahan berbukit adalah 1:4 (satu rorak pada setiap empat tanaman), sedangkan pada lahan datar adalah 1:8 (satu rorak pada setiap delapan tanaman). Sebelum membuat rorak, parit tepi jalan, rorak tepi jalan dan tali air dilakukan pemancangan.

Manajemen Air

Kegiatan mengelola air di kebun kelapa sawit adalah pekerjaan membuat parit atau melakukan pemeliharaan parit (pencucian parit). Parit tertier adalah salah satu cara manajemen air untuk mencukupkan ketersediaan air dalam blok sehingga bisa meningkatkan produksi. Divisi I membuat parit tertier dengan lebar dan kedalaman 1 m (gambut 0.8 m). Pancang diletakkan pada titik/jalur yang akan dibuat parit agar parit lurus dan rapih. Jalur pembuatan parit dibuat tembus sampai ke parit koleksi (dibuat pintu air). Kegiatan pembuatan parit terdapat pada Gambar 5. Divisi I melakukan pekerjaan cuci parit, yaitu kegiatan pemeliharaan parit yang telah dibuat. Pencucian parit dilakukan karena parit telah mengalami pendangkalan karena pengendapan tanah atau disebabkan parit telah ditumbuhi gulma. Terdapat dua jenis parit berdasarkan ukurannya, yaitu parit 1 m x 1 m dan parit 2 m x 2 m.

Gambar 5. Kegiatan Pembuatan Parit 2 m x 2 m dengan Mini Excavator

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu dari tiga pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit, selain pemanenan dan pengendalian gulma. Pupuk dari jenisnya

(8)

digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006) seperti: pelepah, tandan kosong, POME, kotoran hewan dan lain-lain. Pupuk anorganik (Kasno, 2009) merupakan pupuk buatan pabrik, berbahan dasar dari mineral dan udara, seperti: urea, KCl, TSP dan lain-lain.

Pemupukan organik. Pupuk organik yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit pada Divisi I adalah aplikasi pelepah dan aplikasi tandan kosong. Pelepah diaplikasikan saat kegiatan penunasan dilakukan. Pelepah yang biasa diaplikasikan adalah pelepah yang menyangga tandan atau yang dikenal sebagai pelepah songgo. Jumlah pelepah songgo ditentukan berdasarkan umur tanaman. Tanaman yang berumur < 8 tahun memiliki tiga pelepah songgo, tanaman berumur 8 - 14 tahun memiliki dua pelepah songgo dan tanaman yang berumur > 14 tahun memiliki satu pelepah songgo. Penyusunan pelepah hasil penunasan tidak berbeda dengan penunasan tepi jalan, yaitu membentuk huruf U pada gawangan mati dan antar tanaman. Susunan pelepah yang sesuai standar kebun dapat diliha pada Gambar 6.

Gambar 6. Susunan Pelepah di Gawangan Mati dan Antar Tanaman

Kandungan hara pada pelepah antara lain: nitrogen, kalium, fosfat, mineral dan lain-lain. Manfaat lain dari aplikasi pelepah adalah menjaga kelembaban

(9)

tanah agar mempermudah pemupukan anorganik, penutup tanah sebagai usaha konservasi tanah dari erosi dan menekan pertumbuhan gulma.

Pupuk organik yang kedua adalah tandan kosong (tankos). Tandan kosong (empty fruit bunch) adalah produk sampingan dari pabrik minyak kelapa sawit yang mempunyai bobot 23% dari bobot TBS. Tankos mempunyai fungsi menambah hara bagi tanaman. Tankos dengan bobot 1 ton setara dengan 5 kg urea (N = 2.25 kg), 16 kg MOP (K2O = 9.69 kg), 1 kg RP (P2O5 = 0.3 kg), 4 kg kieserit (MgO = 1.08 kg) dan hara lain. Dosis tankos untuk TBM adalah 150 kg/tanaman yang disusun pada piringan. Dosis tankos untuk TM adalah 250 kg/tanaman yang disusun pada gawangan mati. Satu titik aplikasi digunakan untuk empat tanaman sehingga satu titik memiliki bobot 1 ton tankos. Jika terdapat parit pada gawangan mati maka aplikasi tankos dilakukan pada ruang antar tanaman. Penyusunan tandanan kosong dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Aplikasi Tankos pada Gawangan Mati dan Antar Tanaman

Pupuk organik memiliki sifat lambat tersedia (slow realease) bagi tanaman karena membutuhkan organisme pengurai agar bahan organik mampu terdekomposisi dan membuat unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Dilihat dari jenis unsur hara, satu pupuk organik mengandung banyak jenis unsur hara tetapi masing-masing unsur hara memiliki jumlah yang sedikit. Kekurangan dari pupuk organik yang diberikan adalah kandungan unsur hara yang relatif sedikit menyebabkan kebutuhan jumlah pupuk organik yang harus diaplikasikan menjadi relatif banyak.

(10)

Pemupukan anorganik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang terdiri atas unsur hara yang dihasilkan secara sintetik atau buatan (bukan dari bahan organik). Pupuk anorganik memiliki sifat cenderung cepat tersedia (fast realease) bagi tanaman. Beberapa pupuk anorganik yang diaplikasikan pada Divisi I TSE adalah Urea, MOP, RP, HGFB dan Kieserit atau Dolomit. Rekomendasi pemupukan dan fungsi pupuk anorganik dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekomendasi Pemupukan Divisi I Teluk Siak Estate

Jenis Pupuk Dosis Fungsi

…(kg/tan)… Urea

(N = 46%) 2.00

Merangsang fase vegetatif, sintesis asam amino dan protein, membentuk: protein dan lemak

Kekurangan: fase vegetatif terlalu panjang (waktu panen tertunda)

Rock Phosphat

(P2O5 = 29.73%) 1.25

Pengangkut energi metabolit, merangsang fase generatif, merangsang pembelahan dan pembesaran sel, merangsang akar dan bahan baku protein

MOP

(K2O = 60.56%) 1.50

Berperan dalam proses fotosintesis, pengangkutan (asimilat, enzim, mineral dan air), meningkatkan daya tahan tanaman, meningkatkan mutu buah dan mengokohkan tanaman

HGFB

(B2O5 = 45%) 0.04

Transportasi karbohidrat, meningkatkan mutu buah, pembiakan sel di titik tumbuh, pembentukan tepung sari dan bunga serta metabolisme kalium dan kalsium

Dolomit

(Mg = 18-22%) 1.25 Efektifitas dan efisiensi penyerapan hara lain, bagian dari klorofil dan enzim sehingga berperan memproduksi fotosintat dan membentuk tandan

Kieserit (Mg = 27%)

Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004) Metode aplikasi pemupukan yang umum digunakan pada Divisi I adalah disebar tipis pada bibir piringan membentuk huruf U, tetapi pada tanaman yang berada di tepi jalan aplikasi pemupukan disebar membentuk huruf L dan pada tanaman yang berbatasan dengan parit tengah aplikasi pemupukan disebar membentuk baris ganda (Gambar 8).

(11)

Gambar 8. Metode Aplikasi Pupuk Makro di Divisi I (a) Bentuk Huruf U, (b) Baris Ganda dan (c) Bentuk Huruf L

Pemupukan dilakukan dengan cara mengawinkan (menyatukan) tanaman dari dua jalan kolektor ke pasar tengah karena Divisi I tidak menggunakan sistem penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah pembagian pupuk menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan kelipatan dosis per tanaman (Gambar 9).

Gambar 9. Sistem Pengawinan pada Aplikasi Pupuk

Aplikasi pupuk makro dilakukan dua kali setahun pada musim kemarau dan musim hujan. Jumlah pemupukan di musim kemarau lebih sedikit daripada musim hujan karena pengaruh pupuk akan terlihat pada enam bulan kemudian. Jika saat musim kemarau diberi terlalu banyak pupuk maka saat musim hujan banyak tanaman yang rebah, sedangkan pada musim hujan diberi lebih banyak pupuk untuk mengantisipasi pencucian hara lebih agar produksi tidak menurun saat musim kemarau karena kekurangan air.

(12)

Pengendalian Hama

Pengendalian hama di Divisi I TSE dilakukan secara biologi, yaitu menggunakan musuh alami dan tanaman bermanfaat. Musuh alami digunakan untuk mengendalikan hama utama, yaitu ulat api dan tikus. Penurunan hasil oleh ulat api terlihat 8 - 10 bulan setelah terjadi serangan. Musuh alami yang digunakan untuk mengendalikan ulat api adalah predator, yaitu Sycanus croceovittatus, sedangkan untuk tikus digunakan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba).

Tanaman bermanfaat (beneficial plant) merupakan tanaman yang digunakan untuk menarik serangga predator. Tanaman yang dikembangkan di Divisi I TSE adalah Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata (Gambar 10). Sycanus croceovittatus adalah predator dari ordo Hemiptera, sub-ordo Heteroptera dan famili Reduviidae. Predator memperoleh nektar dari tanaman bermanfaat dan menghisap sitoplasma dari ulat api sehingga menekan populasi ulat api. Spesies ulat api yang terdapat di TSE adalah Setora nitens, Thosea vetusta dan Darna trima, sedangkan spesies ulat kantung, yaitu: Mahasena corbeti dan Metisa plana.

(a) (b) (c)

Gambar 10. Tanaman Bermanfaat

(a) Cassia cobanensis,(b) Antigonon leptopus dan (c) Turnera subulata Penanaman Antigonon leptopus bertujuan memberi variasi tanaman inang bagi predator UPDKS dengan alternatif agen pengendali hayati (APH). Media tanam pembibitan berasal dari campuran tanah liat dan topsoil (2:1) pada polybag brukuran 10 cm x 17 cm. Pembibitan dilakukan dalam bedengan bernaungan dengan ukuran 1 m x 4 m (600 bibit/bedeng). Pembiakan yang digunakan adalah

(13)

stek batang bagian tua dari tanaman induk. Ciri-ciri stek batang Antigonon leptopus adalah panjang ± 13 cm, dua ruas, satu daun dan terdapat sulur.

Pemindahan bibit dilakukan pada umur 21 - 25 hari setelah tanam pada bedeng berukuran 2 m x 0.7 m (Gambar 11). Bedeng umumnya terdapat pada pojok-pojok blok dengan jaring-jaring setinggi 1.5 m sebagai media tanaman merambat. Penanaman dilakukan pada tepi jalan kebun sebanyak enam bibit dengan jarak antar tanaman 30 cm. Aplikasi tandan kosong dilakukan sebagai pengganti perawatan pada tahap awal.

Gambar 11. Penanaman Antigonon leptopus

Penanaman Turnera subulata dan Cassia cobanensis berbeda dengan penanaman Antigonon leptopus. Penanaman dilakukan dengan rasio 1:20 pada bedengan di tepi jalan kebun (AR, MR, CR dan TR). Artinya dalam satu ha terdapat 20 m² yang ditanami Turnera subulata dan Cassia cobanensis (Gambar 12). Jarak antar bedeng adalah empat gawangan. Bibit berasal dari stek batang dan dipindah tanam berumur 1 bulan setelah tanam (BST).

(14)

Tahapan penanaman Turnera subulata dan Cassia cobanensis adalah persiapan bedengan (membersihkan dan meratakan tanah), pembuatan lubang tanam berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dengan cangkul, pengeluaran bibit dari polybag beserta tanahnya, penanaman, pemasangan ajir (menggunakan ujung pelepah kelapa sawit sepanjang 40 cm) dan pengumpulan polybag (untuk media pembibitan selanjutnya).

Pembangunan sarang (nest box) burung hantu juga dilakukan di Divisi I sebagai usaha mengembangbiakan burung hantu Tyto alba sebagai musuh alami tikus. Menurut Sipayung dan Thohari (1994) Tyto alba menunjukkan jenis pakan yang spesifik, yaitu jenis tikus-tikusan. Seekor Tyto alba mampu mengonsumsi sampai 1825 ekot tikus/tahun. Ciri-cirinya adalah berukuran besar, berwarna putih dan kepala bulat. Terdapat 47 tandan kandang burung hantu yang terpasang di seluruh lahan Divisi I dengan jumlah individu ± 94 ekor (sepasang burung hantu/kandang). Pembangunan kandang burung hantu mempunyai rasio 1:10, artinya terdapat satu nest box dalam 10 ha (sesuai jarak terbang burung hantu).

Gambar 13. Sarang Burung Hantu dan Buah yang Dimakan Tikus

Musuh alami di atas cukup efektif digunakan sebagai pengendalian hama di Divisi I. Perkembangbiakan hama di Divisi I dapat ditekan dan mempertahankan produksi tandan buah segar. Keefektivan pengendalian secara biologi dapat menekan penggunaan insektisida dan rodentisida. Divisi I dalam beberapa tahun terakhir tidak menggunakan pengendalian hama secara kimiawi karena populasi hama ulat belum mencapai batas kritis sehingga pengendalian hama secara biologi cukup efektif. Batas kritis untuk Setora nitens adalah 10 ekor/pelepah, Thosea vetusta adalah 20 ekor/pelepahdan Darna trima adalah 60 ekor/pelepah, sedangkan spesies ulat kantung, yaitu: Mahasena corbeti adalah 10 ekor/pelepah dan Metisa plana adalah 60 ekor/pelepah

(15)

Penunasan

Penunasan (pruning) merupakan manajemen tajuk (canopy management, yaitu kegiatan memelihara pelepah daun produktif dengan cara mengurangi pelepah kurang produktif sampai batas yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis terganggu sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah kelapa sawit merupakan pabrik minyak karena proses fotosintesis sangat menentukan pembentukan tandan (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen.

Tugas utama dalam melaksanakan penunasan adalah menjaga tanaman agar tidak terjadi penunasan berlebihan (over pruning) atau pemeliharaan terlambat (under pruning). Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong tandan, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan tandan saat sensus produksi, melakukan sanitasi (kebersihan) sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi hama dan penyakit.

Penunasan progesif merupakan jenis penunasan yang diterapkan di Divisi I karena umur tanaman berkisar antara 14 - 17 tahun dan integrasi BHS (memelihara tanaman oleh pemanen itu sendiri). Menurut Manalu, et al. (1996) penunasan non konvensional (progesif) merupakan pemotongan pelepah yang menyangga tandan yang dilakukan saat panen dengan fungsi mempermudah pemanenan, mengurangi tandan tinggal dan aerasi yang lebih baik (menekan penyakit Marasmius sp.).

Pengambilan Contoh Daun (Leaf Sampling Unit)

Pengambilan contoh daun (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun yang dilakukan setiap tahun sekali. Tujuan dari LSU ini adalah menganalisis kandungan unsur hara pada daun contoh sehingga dapat diketahui kelebihan atau kekurangan unsur hara pada daun. Berdasarkan hasil analisis daun LSU ini akan digunakan sebagai langkah awal penentuan dosis pemupukan pada pertanaman kelapa sawit. Pentingnya dilakukan LSU yaitu terdapat hubungan antara kandungan hara daun dengan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

(16)

Metode pengambilan contoh daun dilakukan oleh orang yang sudah terlatih dan terdiri atas dua orang pada setiap blok dengan tujuan menentukan dosis rekomendasi pupuk setiap blok. Petugas pertama memiliki tugas mengamati kondisi tanaman, mencatat data yang diperlukan, memotong daun dan menyimpan dalam wadah. Petugas kedua memiliki tugas memberi label pada tanaman, mengamati pelepah ke-17 dan menurunkan pelepah ke-17. Terdapat beberapa tanda dan nomor pada pelaksanaan LSU, yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Penomoran dan Penandaan pada LSU

No. Penomoran No. Penandaan

1 Tanda masuk baris pertama 1

TSE

149

Nomor blok LSU untuk kebun Teluk Siak, Divisi 1 dan blok 49

2 Tanda masuk baris selanjutnya 2

1

Titik Sampling (TS) pertama

3 Tanda pindah baris 3

14

TS berikutnya, contoh: TS 14

4 Tanda baris terakhir / penutup 4

30

TS terakhir/penutup Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004)

Metode pengambilan cotoh daun memiliki sistem, yaitu a x b = c (a adalah tanaman contoh diambil setiap tanaman ke-a; b adalah tanaman contoh diambil setiap baris ke-b; dan c adalah jumlah TS yang diambil). Misalnya 10 x 8 = 30 berarti tanaman contoh diambil pada setiap tanaman ke-10 dan baris ke-8 serta jumlah tanaman yang harus diambil sejumlah 30 TS. Syarat tanaman yang harus diambil adalah tanaman yang sehat. Syarat sehat adalah tidak abnormal, tidak terserang hama dan penyakit, bukan tanaman steril/gajah/jantan) dan bukan tanaman mati/kosong. Syarat yang lain adalah tanaman yang sehat yang diambil tidak berada di samping jalan, parit atau bangunan.

Pengukuran Kedalaman Gambut (Peat Leveling)

Lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik, yang telah berumur bertahun-tahun lamanya. Tanah gambut umumnya juga disebut sebagai

(17)

tanah daun. Pencapaian produktifitas yang optimal di lahan gambut memerlukan standarisasi teknologi dan kultur-teknis khusus. Teknologi dan kultur-teknis yang tepat ditentukan berdasarkan jenis, sifat dan kedalaman gambut.

Tanah gambut Teluk Siak Estate dikenal sebagai organosol atau histosols (berdasarkan klasifiksi tanah) yaitu tanah yang memiliki lapisan bahan organik dengan berat jenis (BD) dalam keadaan lembab < 0,1 g cm-3 dengan tebal > 60 cm atau lapisan organik dengan BD > 0,1 g cm-3 dengan tebal > 40 cm. Tanah memiliki tingkat kematang hemis (gambut setengah lapuk, berwarma coklat terang dan kandungan serat 15 - 75%) hingga safris (gambut yang sudah melapuk lanjut, berwarna coklat gelap dan kandungan serat < 15%). Lahan gambut TSE mempunyai kedalaman yang bervariasi, yaitu antara gambut sedang dan gambut dalam (Agus dan Subiksa, 2008).

Pengukuran kedalaman dan tingkat kematangan gambut di TSE menggunakan beberapa alat, diantaranya: bor gambut, GPS, tojok, kunci pas dan spatula (Gambar14.a). Pegukuran kedalaman gambut dilakukan bersamaan dengan identifikasi kematangan gambut. Kedalaman gambut diukur dari panjang bor yang digunakan hingga batas tanah gambut (Gambar 14.b dan 14.c). Kemudian dilakukan identifikasi kematangan gambut dengan mengambil contoh tanah gambut dan meremasnya. Kandungan serat pada gambut setengah matang lebih terasa daripada gambut matang.

(a) (b) (c) Gambar 14. Pengukuran Kedalaman Gambut (Peat Leveling) (a) Alat Peat Leveling, (b) Pengeboran Gambut dan (c) Lapisan Tanah Gambut (atas) dan Tanah Mineral (bawah).

(18)

Pemanenan

Pemanenan merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena pada tahap inilah produk kelapa sawit dihasilkan sebagai tujuan utama budidaya tanaman kelapa sawit. Produk kelapa sawit dikenal sebagai tandan buah segar atau fresh fruit bunch (FFB). Menurut Lubis dan Widanarko (2011) panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dengan teknis budidaya, khususnya pemeliharaan. Keberhasilan panen tergantung pada kegiatan budidaya serta ketersediaan sarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi, ketenagakerjaan dan faktor penunjang lainnya. Gambar 15 menunjukkan kegiatan panen Divisi I.

(a) (b)

Gambar 15. Beberapa Jenis Kegiatan dalam Pemanenan (a) Pemotongan TBS, (b) Pengumpulan TBS dan Brondolan ke TPH

Setiap divisi pada Teluk Siak Estate mempunyai budget produksi masing yang didasarkan pada sensus produksi dan standar produktivitas masing-masing. Budget dibedakan menjadi tiga, yaitu budget harian, budget bulanan dan budget satu tahun. Setiap divisi berusaha mencapai budget produksi yang telah ditetapkan pada awal periode.

Sistem panen. Sistem memiliki fungsi untuk mencapai sasaran panen yang optimum dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi. Teluk Siak Estate menerapkan sistem organisasi panen yang efektif dan efisien yaitu Block Harvesting System (BHS). BHS merupakan sistem panen yang kegiatan panennya dilakukan setiap hari kerja secara terkonsentrasi pada satu seksi panen dan tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. BHS menggunakan sistem hanca

(19)

tetap. Hanca panen adalah pembagian luas lahan yang harus dipanen oleh satu orang pemanen (berdasarkan jumlah baris atau pasar pikul), sedangkan hanca tetap adalah hanca secara tetap baik luasan maupun lokasinya.

Kebutuhan tenaga kerja. Teluk Siak Estate menggunakan sistem BHS yang menerapkan hancak yang bersifat tetap sehingga kebutuhan karyawan panen jumlahnya tetap. Berbeda dengan perkebunan yang menggunakan dasar perhitungan kerapatan panen atau taksasi harian. Metode perhitungan tenaga kerja panennya adalah:

Tenaga Kerja Panen Luas rata rata panen per seksi x produktivitas ton ha⁄ x 1000

hasil panen yang diinginkan kg/HK

Standar kebutuhan tenaga panen TSE adalah maksimal 60 orang setiap divisi yang terbagi dalam tiga kemandoran panen. Kenyataannya jumlah tenaga kerja di Divisi I tersebut belum dapat terpenuhi karena masih terdapat kekurangan tenaga pemanen oleh Estate dan beberapa tenaga masih dalam pelatihan.

Seksi panen. Seksi panen digunakan untuk mempermudah melakukan pekerjaan potong tandan (pembagian hanca), kontrol (oleh mandor panen, mandor I, asisten) dan pengangkutan TBS. Divisi I TSE mempunyai lahan yang dibagi menjadi enam seksi panen, yaitu seksi A (177.71 ha), seksi B (140.58 ha), seksi C (145.98 ha), D (185.68 ha), E (118.30 ha) dan F (141.63 ha). Pembagian seksi panen tersebut mempertimbangkan:

1. Jumlah rotasi/tahun dan umur rotasi normal yang dikehendaki, saat ini yang diterapkan di Divisi I TSE adalah 36 - 48 rotasi per tahun dengan interval 7-9 hari sehingga jumlah seksi panen menjadi enam.

2. Luas lahan tanaman yang sudah menghasilkan unit kebun dan divisi. 3. Jumlah jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah.

4. Hasil identifikasi blok, dalam hal: luas blok TM, potensi produksi per blok (ton/ha), jumlah dan sebaran tanaman produktif, kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok lain. 

Basis dan premi. Basis merupakan target yang harus terpenuhi pemanen, sedangkan premi adalah penghargaan yang diberikan pada pemanen karena telah mendapatkan atau melebihi basis. Terdapat dua jenis basis bagi karyawan, yaitu basis luas dan basis borong. Basis luas adalah hancak panen (luasan) yang harus

(20)

diselesaikan oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan basis borong adalah bobot tandan buah segar yang harus dihasilkan oleh pemanen setiap hari.

Kedua basis ini harus dipenuhi oleh pemanen dalam melakukan pekerjaannya. Basis luas yang harus dicapai adalah 3.5 - 4 ha dan basis borongnya adalah 1 300 kg atau setara dengan 90 TBS, tetapi pada hari jumat basis borongnya adalah 930 kg setara dengan 70 TBS (jumlah TBS disesuaikan dengan BTR). Premi siap borong yang diberikan kepada pemanen yang mencapai basis borong adalah 13 500 rupiah. Premi diberikan pada pemanen yang mampu menghasilkan tandan ≥ 1 300 kg. Premi lebih borong dihitung berdasarkan lebih basis yang dicapai dikalikan dengan upah 45 rupiah/kg. Jika pemanen mampu menghasilkan tandan sebanyak dua kali basis maka premi siap borong dikalikan dua dan premi lebih borongnya dikalikan 50 rupiah/kg. Brondolan yang mampu dikumpulkan oleh pemanenan akan dihargai 125 rupiah/kg.

Premi tidak hanya diberikan kepada pemanen, tetapi diberikan juga kepada mandor panen, kerani cek sawit dan mandor 1. Perhitungannya sebagai berikut:

1. Mandor panen : jumlah premi pemanenjumlah pemanen x 150% 2. Kerani cek sawit : jumlah premi pemanenjumlah pemanen x 125% 3. Mandor 1 : jumlah premi mandor panen

jumlah mandor panen x 150%

Persiapan panen. Persiapan merupakan hal yang penting dan mendasar sebelum melakukan pemanenan sehingga pelaksanaan panen memiliki aturan atau pedoman. Persiapan yang matang akan mendukung kelancaran kegiatan pemanenan. Persiapan panen yang dilakukan Divisi I TSE meliputi absensi jumlah tenaga kerja, penentuan hanca panen, persiapan alat panen yang dibutuhkan (seperti: egrek, dodos, kapak, karung, ganco, angkong dan lain-lain), unit transportasi untuk memuat dan mengirim TBS ke pabik dan prasarana panen (pasar pikul, piringan, titi panen, pemeliharaan jalan dan TPH)

Pelaksanaan panen. Penerapan kegiatan pemotongan tandan atau panen pada Divisi I TSE disesuaikan dengan sistem yang digunakan, yaitu BHS. Sistem ini dilakukan dengan tidak membagi tugas pada beberapa karyawan atau non-Division of Labour (non-DOL) sehingga seluruh kegiatan pemanenan dilakukan

(21)

oleh satu orang. Kegiatan pemanenan antara lain: potong tandan, susun pelepah, kutip brondolan dan langsir tandan ke TPH serta mengirim tandan ke PKS.

TBS dan brondolan yang telah terkumpul di TPH disusun dengan rapih kemudian dilakukan pencatatan dan pengecekan tandan oleh kerani cek sawit agar tandan dapat segera diangkut ke PKS. Pemanenan dengan BHS dilakukan serempak pada satu blok tertentu agar memudahkan pengawasan hancak, pencatatan dan pengecekan mutu buah serta transportasi tandan.

Kriteria panen. Pemanenan dilakukan pada tandan yang telah memenuhi standar atau tingkat kematangan tandan yang ditetapkan kebun. Tujuannya adalah memotong semua tandan yang matang panen dengan mutu buah sesuai standar perusahaan untuk memaksimalkan produksi dan perolehan minyak dengan Oil Extraction Rate (OER) dan kualias minyak yang diolah.

Kriteria panen dilihat pada banyaknya brondolan yang jatuh di piringan karena buah dengan kadar minyak maksimal akan lepas (membrondol) dari tandannya (Sastrosayoro, 2006). Umumnya perkebunan menerapkan tingkat kematangan buah dipanen adalah 2 brondolan/kg bobot tandan, tetapi pada masing-masing divisi TSE menerapkan kriteria panen adalah 5 brondolan/tandan di piringan sesuai dengan Minimum Ripeness Standart (MRS). TBS dengan brondolan di piringan kurang dari 5 dianggap mentah, sedangkan tandan dengan brondolan lebih dari 95% dianggap tandan kosong (empty bunch). Brondolan yang dimaksud adalah brondolan yang lepas secara alami, bukan karena aktivitas pemanen, serangan hama dan penyakit dan faktor lain. Hasil pengamatan kriteria panen di Divisi I TSE dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengamatan Kriteria Panen pada Tiga Kemandoran Panen

Kemandoran Tandan Contoh Mentah <5 Brondolan Matang ≥ 5 Brondolan Tandan Kosong ≥ 95% Brondolan ..(tnd).. ..(tnd).. ..(%).. ..(tnd).. ..(%).. ..(tnd).. ..(%).. I 75 0 0.0 75 100.0 0 0.0 II 75 0 0.0 73 97.3 2 2.7 III 75 0 0.0 74 98.7 1 1.3

(22)

Rotasi panen. Pusingan panen atau rotasi adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya pada blok yang sama. Rotasi panen di Divisi I TSE ditetapkan berdasarkan seksi panen yang ada, yaitu 6/7 (rotasi normal 7 - 9 hari), artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari panen sehingga terdapat 6 seksi panen. Rotasi panen aktual Divisi I selama 3 bulan terakhir adalah 6 - 8 hari dengan rataan 7 hari pada bulan Februari, 4 - 8 hari dengan rataan 6 - 7 hari pada bulan Maret dan 5 - 9 hari dengan rataan 6 - 7 hari pada bulan April (Lampiran 7).

Penetapan rotasi panen dapat dilakukan dengan pertimbangan pengaruh pada kadar ekstraksi minyak (OER) dan kualitas minyak yang dihasilkan. Rotasi panen erat kaitannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen, cuaca dan kondisi pabrik. Rotasi panen kadang berubah-ubah sesuai kondisi lapangan. Rotasi panen merupakan faktor pembatas bagi dalam menentukan produksi TBS, kualitas tandan, transportasi, pengolahan TBS di PKS dan biaya eksploitasi.

Taksasi (kerapatan panen). Taksasi adalah jumlah seluruh tandan yang dapat dipanen dari seluruh jumlah tanaman dalam satu blok pada satu hari tertentu. Tujuannya adalah menaksir jumlah tandan yang dapat diperoleh agar mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen, memperkirakan kebutuhan tenaga kerja serta banyaknya alat transportasi yang diperlukan untuk mengangkut hasil dari kebun ke pabrik.

Pengamatan kerapatan panen yang diterapkan di Divisi I adalah mengambil contoh sebanyak 10 % dari populasi blok yang akan dipanen keesokan harinya. Metode penghitungan kerapatan panen adalah menghitung jumlah tandan yang siap panen dibagi jumlah tanaman contoh dikalikan 100 %. Persentase yang diperoleh disebut juga angka kerapatan panen (AKP). Hasil kemudian dikalikan populasi total sehingga didapatkan jumlah tandan per blok siap panen.

Alat dan perlengkapan panen. Pelaksanaan panen tidak dapar di lakukan jika tidak didukung oleh alat dan perlengkapan yang memadai. Alat dan perlengkapan panen bagi karyawan yang baru untuk kegiatan panen disediakan oleh kantor Divisi I, tetapi jika alat dan perlengkapan rusak maka sudah menjadi tanggung jawab pemanen itu sendiri. Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan panen serta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 10.

(23)

Tabel 10. Jenis Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Panen

No. Nama Alat Spesifikasi Penggunaan

1 Dodos kecil Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm, diameter gagang 4,5 cm, panjang total 18 cm

Potong tandan tanaman umur 3 - 4 tahun

2 Dodos besar Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm , tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm, diameter gagang 4,5 cm, panjang 18 cm

Potong tandan tanaman umur 5 - 8 tahun

3 Pisau egrek Berat 0,5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung di sumbu 135

Potong tandan tanaman umur > 9 tahun

4 Gagang egrek Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Galah pisau egrek 5 Clame Egrek Besi berbentuk cincin yang dapat

diatur diameternya

Menjepit egrek dengan gagang egrek

6 Ganco Besi beton 3/8 “, panjang sesuai kebiasaan setempat

Memuat TBS ke angkong dan

memeriksa mutu buah

7 Kampak - Pemotong tangkai

tandan di TPH

8 Angkong - Wadah transportasi

TBS ke TPH Sumber: Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation (2004)

Pengangkutan. Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera diangkut. Proses pengangkutan dalam panen terbagi menjadi dua yaitu recovery dan evacuation. Recovery mencakup persiapan panen dan pengangkutan panen dari tanaman menuju ke tempat pengumpulan hasil, sedangkan evacuation merupakan pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dengan unit transportasi.

Proses recovery dilakukan oleh pemanen itu sendiri, tetapi jika dalam suatu blok menghasilkan tandan yang banyak maka akan disediakan tenaga pelangsir. Divisi I TSE menyediakan dua orang tenaga pelangsir tandan sehingga tandan secara cepat dapat dikumpulkan di TPH agar menghindari tandan terlalu lama di lapangan dan menghindari tandan restan.

Proses evacuation tandan dilakukan dari TPH ke unit transportasi untuk kemudian dikirim ke PKS. Divisi I memiliki dua unit Dump Truck dan satu unit Hino Dump Truck. Kapasitas Dump Truck mencapai 7 ton/trip, sedangkan Hino Dump Truck dapat mencapai 10 ton/trip. Masing-masing unit terdapat empat karyawan, satu orang Kerani Cek Sawit yang bertugas memeriksa mutu buah dan

(24)

menghitung jumlah tandan, satu orang bertugas sebagai supir dan dua orang bertugas sebagai pemuat (helper).

Pengiriman tandan dilakukan jika tandan sudah masuk dalam unit transportasi dan menyertakan surat pengantar tandan (SPB). SPB merupakan surta yang berisi keterangan unit dan perkiraan jumlah serta bobot tandan yang akan dikirim ke PKS. Kerani dan KCS akan merekap SPB sebagai bukti pengiriman dan mengetahui jumlah pengiriman (trip) yang dilakukan oleh Divisi I setiap tahunnya. Form SPB dapat dilihat pada Lampiran 10.

Aspek Manajerial

Teluk Siak Estate membagi karyawan menjadi dua golongan yaitu staf dan non-staf. Staf terdiri atas Estate Manager, Senior Assistant (Asisten Kepala), Assistant Division dan KTU/kasie. Karyawan non-staf adalah tim supervisi dan pekerja. Tim supervisi terdiri atas mandor I, mandor-mandor, kerani-kerani yang termasuk SKU-B (bulanan), sedangkan pekerja digolongkan SKU-H (harian). Kegiatan manajerial yang dilakukan selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dengan rincian sebagai berikut:

Pendamping Mandor

Mandor adalah karyawan non-staf yang jabatannya berada langsung di bawah asisten. Jabatan mandor dibagi dua, yaitu mandor I (kepala mandor) dan mandor aspek teknis, selain mandor juga terdapat kerani yang membantu administrasi di tingkat divisi. Tanggung jawab asisten dan mandor dimulai dari lingkaran pagi asisten setiap hari kerja di halaman kantor divisi. Dilanjutkan apel pagi karyawan pukul 06.00 WIB oleh mandor kepada pekerja. Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mendampingi mandor I, mandor pemupukan, mandor penyemprotan, mandor tankos, mandor rawat jalan dan LSU, mandor panen, kerani cek sawit, kerani brondolan, kerani keliling dan kerani divisi.

Mandor I. Setiap divisi memiliki seorang mandor I yang membantu asisten menangani masalah di lapangan. Mandor I bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan antar mandor, bersama asisten menyusun program kerja,

(25)

membuat rencana kerja harian, memeriksa rotasi panen, koordinasi dengan bagian transportasi untuk pengangkutan tandan, mengawasi taksasi produksi, melakukan fieldcheck dan memeriksa seluruh pekerjaan setiap hari beserta mandor yang bersangkutan. Ketika asisten sedang tidak berada di tempat, seluruh tanggung jawab asisten dipegang oleh mandor I.

Mandor Pemupukan. Mandor Pupuk berkewajiban mengikuti lingkaran pagi, menjaga absensi, melaksanakan Block Manuring System (BMS), membagi hanca karyawan, menyiapkan alat/bahan, memberikan pengarahan teknis pemupukan, mengawasi pengeceran pupuk, mengawasi pelaksanaan pemupukan, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan, mengisi buku kegiatan mandor (BKM). Pemupukan MOP dilakukan oleh delapan karyawan perempuan di blok H007 dan H008. Realisasi pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan dan dicatat dalam BKM.

Mandor Penyemprotan dan Tankos. Teluk Siak Estate menggunakan Block Spraying System (BSS). Mandor penyemprotan memiliki tanggung jawab mengikuti lingkaran pagi, memimpin apel pagi, melakukan absensi karyawan, membagi hanca, bertanggung jawab terhadap alat-alat dan mengisi BKM. Selama mendampingi mandor penyemprotan kegiatannya adalah mengawasi 25 karyawan dan menghitung dosis herbisida yang digunakan.

Tanggung jawab mandor tankos tidak berbeda jauh dengan mandor yang lain. Perbedaannya mandor harus mengawasi jumlah tankos yang masuk dengan karcis timbang dari PKS. Jumlah karyawan yang diawasi adalah 4 - 5 orang setiap hari. Divisi I menyatukan dua kemandoran dengan alasan pekerjaan tersebut bersifat kondisional (tidak setiap hari), sehingga kewenangannya dapat dipegang oleh satu mandor. Penyemprotan dilakukan selama sepuluh hari (rayon dengan Divisi II dan III), sedangkan aplikai tankos dilakukan jika ada tankos yang masuk.

Mandor Rawat Jalan dan LSU. Mandor perawatan jalan bertugas untuk mengikuti apel pagi, melakukan absensi, mengarahkan karyawan (operator alat berat dan karyawan rawat jalan) pada tempat yang harus dikerjakan dan mengisi BKM setiap hari. Pekerjaan yang dilakukan oleh alat berat (mini excavator, TLB, grader dan bomak) antara lain: pembuatan rorak, parit, perataan jalan, penimbunan tanaman dan lain-lain. Pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan

(26)

antara lain: penimbunan lubang di jalan, perawatan parit jalan, penanaman tanaman bermanfaat dan penunasan tepi jalan.

Mandor rawat jalan juga berwenang sebagai mandor Leaf Sampling Unit (LSU) di Divisi I. Tanggung jawab mandor LSU adalah menyediakan karyawan untuk melakukan LSU, menyiapkan alat dan bahan, mengawasi kegiatan LSU, mengumpulkan hasil LSU dan membawanya ke Minamas Research Center untuk selanjutnya dianalisis. Divisi I juga menyatukan kedua kemandoran ini karena pekerjaan ini juga bersifat kondisional.

Mandor Panen. Mandor Panen bertanggung jawab membagi hanca, menerapkan Block Harvesting System (BHS), mengontrol hanca pemanen, mengisi BKM, memonitor taksasi potong tandan, koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan tandan, melakukan fieldcheck, mengecek peralatan panen, memberikan pengarahan dan pembinaan karyawan, mengorganisasikan karyawan, melakukan taksasi serta mengawasi dan menjaga rotasi panen. Kegiatan saat mengikuti mandor panen adalah mengontrol hanca pemanen (fieldcheck), melakukan taksasi dan mengawasi pekerjaan panen pada 3 kemandoran panen.

Kerani Cek Sawit. Tugas kerani cek sawit (KCS) adalah berkoordinasi dengan mandor I dan kerani divisi untuk penyediaan unit, menghitung jumlah tandan, memeriksa mutu buah, mengisi notes tandan, membuat laporan potong tandan (LPB) dan menyortasi tandan di TPH. Mutu buah dicatat dan jika ditemukan selain tandan matang atau TPH tidak bersih maka KCS akan mendenda pemanen. Khusus tandan mentah di TPH, KCS akan menyuruh pemanen untuk membelah tandan sehingga tandan tidak menjadi contoh grading di PKS. Tugas saat mengikuti KCS adalah mencatat jumlah tandan setiap pemanen, memeriksa mutu buah dan kondisi TPH dan membantu membuat LPB.

Kerani Brondolan. Tugas kerani brondolan adalah berkoordinasi dengan mandor I untuk penyediaan unit, menghitung bobot brondolan setiap pemanen dan akumulasinya, memeriksa mutu brondolan, berkoordinasi dengan KCS untuk membuat laporan potong buah (LPB) dan memilah brondolan di TPH. Tugas saat mengikuti kerani brondolan adalah mencatat bobot brondolan setiap pemanen, memuat brondolan ke unit transportasi dan membantu membuat LPB.

(27)

Kerani Keliling. Pekerjaan kerani keliling jarang ditemukan pada kebun bahkan perusahaan lain. Kerani keliling mempunyai pekerjaan untuk memeriksa kehadiran karyawan seluruh kemandoran, membantu administrasi kantor divisi, membantu dalam pelaksanaan fieldcheck dengan mantri tanaman, memberikan surat berobat, memeriksa surat sakit dan permohonan cuti, membagikan premi beras pada karyawan, mengontrol nest box di kebun dan melakukan kegiatan administrasi lainnya. Kegiatan saat mengikuti kerani keliling adalah memeriksa kehadiran beberapa kemandoran, memeriksa nest box dan ikut dalam fieldcheck.

Kerani Divisi. Tugas dan tanggung jawab kerani divisi adalah membuat laporan (harian, mingguan dan bulanan), membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan, membuat daftar hadir karyawan seluruh divisi, mengisi catatan lembur karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi serta mengisi monitoring produksi dan biaya. Kegiatan selama mengikuti kerani divisi adalah membantu administrasi divisi, memeriksa absensi, mengisi monitoring produksi dan biaya serta beberapa administrasi lainnya.

Pendamping Asisten Divisi

Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala dan estate manager. Asisten dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor dan kerani. Asisten bertugas memimpin lingkaran pagi asisten, menjelaskan rencana kerja harian dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, mengawasi seluruh kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi, mengelola seluruh yang ada di divisi untuk mencapai target produksi, berwenang memberi izin (sakit, cuti, izin dan lembur) dan bertanggung jawab secara penuh selama 24 jam.

Kegiatan selama mendampingi asisten adalah mengawasi kegiatan pada setiap kemandoran, fieldcheck dengan asisten dan Plantation Sustainable Quality Management (PSQM), mengawasi seluruh pekerjaan Divisi I, membantu pelaporan yield enhancement Divisi I dan serangkaian kegiatan dalam Strategic Operating Unit 16 (SOU-16), menilai kualitas kerja karyawan, menjadi panitia Field Visit and Training of Indonesia Suistainable Palm Oil (ISPO) dan bersama asisten mengawasi kegiatan peat leveling pertama di Teluk Siak Esatate.

Gambar

Gambar 1. Kegiatan Bongkar Tumbuhan Pengganggu  (a) SKU Mendongkel Anak Kayu Menggunakan Cados, (b) Parang,  (c) Parang Babat
Tabel 4. Waktu Penyemprotan Gawangan dan Piringan pada Jenis SKU  Jenis SKU
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata waktu  penyemprotan gawangan antara SKU-L (laki-laki) dengan SKU-P (perempuan)
Tabel 6. Jenis Jalan Kebun di Teluk Siak Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat hasil respon dari tangki 1 dan tangki 2, dapat disimpulkan bahwa hasil respon yang didapatkan tidak terlalu jauh dikarenakan kontroler yang

(Hachure dalam Bahasa Perancis) dan juga cross-hatching adalah teknik dalam lukisan dan karya menarik yang digunakan untuk memberikan kesan warna atau bayangan

Kabel tanah yang dipasang berdekatan dengan kabel listrik pengairan dengan jarak lebih kecil dari 0.3 m harus diletakkan dalam jalur atau pipa dari bahan yang tidak dapat

DELETE FROM pegawai; -- Menghapus semua data dari tabel pegawai.

Pada pantai yang bermorfologi dasar laut miring (kemiringan di atas 5°), run up gelombang sebagian besar energinya akan diteruskan ke arah pantai sebagai arus sejajar pantai

Karakter seleksi jagung hibrida yang berpengaruh langsung terhadap hasil pada kondisi kekeringan adalah tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol, diameter tongkol, dan

Bagian Restorasi Arsip ANRI bisa saja juga membeli plastik astralon, polyester dan double tape dari Negara Jepang namun karena faktor biaya dan anggaran yang

Walapun dibatasi pada pemeriksaan yang menjadi wewenang atau ruang lingkup Petugas Pemeriksa Pajak (P3), akan tetapi tetap harus memahami dan menerapkan standar pemeriksaan