• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Pelaksanaan Teknis

Kegiatan teknis selama magang dilakukan di kebun dengan tiga tingkatan pekerjaan diantaranya sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 05.15 WIB. Pada apel pagi inilah dilakukan absensi kehadiran dan pembagian kerja masing-masing kelompok kerja dari kemandoran pemupukan, chemist, perawatan, pemanenan, dan kerani buah. Pekerjaan usai hingga pukul 13.00 WIB di sela pekerjaan diberikan waktu istirahat ‘wolon’ pada pukul 10.00-10.30 WIB.

Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Pemupukan bertujuan memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan normal (pertumbuhan vegetatif), dapat berproduksi secara maksimal (pertumbuhan generatif), serta kesuburan tanah dapat dipertahankan (Petunjuk Teknis Program Pemupukan Tahun 2011 BGA). Pemupukan juga bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak berkualitas baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Pemupukan dilakukan pada tanah kering atau lembab, tidak pada tanah tergenang air agar pupuk dapat terurai pada tanah dan mampu diserap akar tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk (Fauzi et al., 2008).

Biaya pemeliharaan tidak kurang dari 50% adalah biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan (Adiwiganda, 2002). Menurut Sugiono et al.(2005) pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap

(2)

biaya pemeliharaan. Kebutuhan pupuk untuk tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) juga berbeda.

Jenis Pupuk

Pupuk yang umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk buatan yang mengandung garam mineral, kecuali beberapa pupuk seperti urea. Pupuk yang digunakan tergantung pada umur tanaman kelapa sawit (tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan). Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk mikro dan makro untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pupuk mikro merupakan pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam dosis sedikit, sedangkan pupuk makro dibutuhkan dalam dosis banyak.

Pada TBM digunakan jenis pupuk mikro HGFB (high grade fertilizer borate) yang mengandung boron , NPK 16-10-18-1-6-2-1, NPK 14-8-21-2-4-2-1, dan Cu (pada areal pasir dan gambut). Jenis pupuk makro yang digunakan pada TBM diantaranya Urea, MOP (muriate of potash), NPK 15-15-15-6-4, dan NPK 12-12-17-2, serta RP (rock phospate) / Giano. Pada TM digunakan jenis pupuk mikro Zn, Borate, CuSO4, FeSo4, dan menggunakan pupuk makro diantaranya, NPK 16 dan 14 (Palmo), Urea dan MOP, serta RP / Guano.

Adapun pupuk organik yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit pada umumnya berasal dari produk limbah perkebunan, limbah dari proses pengolahan kelapa sawit, dan inokulan tanah (Pahan, 2010). Produk limbah perkebunan yaitu, sisa-sisa tanaman seperti pelepah dan daun kacangan yang ditumpuk di gawangan mati. Pelepah juga diletakkan di sekitar pokok tanaman membentuk U-shape yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro di sekitar pokok tanaman, mencegah erosi, dan mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air tanaman tetap terjaga. Limbah dari proses pengolahan kelapa sawit yang digunakan adalah janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong tersebut dari PKS dikembalikan lagi ke kebun untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Janjang kosong diaplikasikan di antara pokok tanaman di sela-sela pelepah mati berbentuk U-shape antar pokok tanaman. Janjang kosong tersebut diberikan sebanyak 200 kg/pokok pada TM, sedangkan untuk TBM 150 kg/pokok.

(3)

Inokulan tanah yaitu, bakteri legume pengikat N yang berasal dari tanaman penutup tanah (LCC/ Legume Cover Crops). Tanaman penutup tanah yang digunakan Sungai Bahaur Estate (SBHE) adalah Mucuna bracteata. LCC ini digunakan karena memiliki keunggulan pada pertumbuhan rambatnya yang cepat (14 cm/minggu), memberi nutrisi tambahan tanaman sebagai tempat hidup bakteri legume pengikat N, mampu melapukan kayu, sekaligus menjadi tanaman penutup tanah yang dapat menjaga iklim mikro di sekitar tanaman. Namun pemeliharaan tanaman ini membutuhkan biaya cukup tinggi untuk pengendalian pertumbuhannya yang cepat.

Hasil yang efektif dan efisien dalam pemupukan dapat dicapai dengan menerapkan disiplin aplikasi pupuk (4T) yang diberlakukan SBHE yaitu 1. Tepat dosis (takaran yang standard dan telah dikalibrasikan), 2. Tepat cara (tabur sebar atau tabur larik- u shape), 3. Tepat tempat (permukaan piringan atau sisi luar piringan), 4. Tepat waktu (tidak musim hujan besar dan tidak musim kemarau keras).

Dosis Pupuk

Menurut Siahaan et al. (1990), pendekatan untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan :

a. Jumlah hara yang diserap tanaman

b. Hara yang kembali ke tanah melalui dekomposisi bagian-bagian tanaman yang telah mati/lapuk

c. Hara yang hilang dari zona perakaran (rhizosfir) karena proses pencucian dan penguapan

d. Hara yang terangkut bersama hasil panen

e. Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara f. Status hara dalam daun

g. Data agronomi yang mencakup pertumbuhan, produksi, dan gangguan hama/ penyakit

(4)

i. Pelaksanaan pemupukan sebelumnya, terutama jika program pemupukan tahun sebelumnya tidak terlaksana seluruhnya.

Berikut merupakan dosis pupuk yang diterapkan SBHE berdasarkan umur tanaman agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Pada TBM 1 dibutuhkan pupuk urea sebanyak 250 gr/pokok, HGFB 25 gr/pokok, NPK 16-10-18-2-6 1200 gr/pokok, kieserite 300 gr/pokok, dan Chelated Zincopper 100 gr/pokok. TBM 2 membutuhkan pupuk urea sebanyak 500 gr/pokok, HGFB 50 gr/pokok, NPK 16-10-18-2-6 700 gr/pokok, NPK 14-8-21-2-4-2 1 400 gr/pokok, RP 1 000 gr/pokok, MOP 1 000 gr/pokok, kieserite 800 gr/pokok, dan Chelated Zincopper 90 gr/pokok. TBM 3 dibutuhkan pupuk urea sebanyak 500 gr/pokok, HGFB 50 gr/pokok, NPK 14-8-21-2-4-2 2 250 gr/pokok, RP 1 500 gr/pokok, MOP 1 200 gr/pokok, kieserite 1 000 gr/pokok, dan Chelated Zincopper 50 gr/pokok. Pupuk tersebut diberikan secara bertahap sesuai rotasi dan ketentuan waktu pemupukan. Dosis yang berbeda juga diaplikasikan pada TM sesuai dengan tahun tanam. Data rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2011

Tahun Tanam Tahap Urea (kg/ pokok) RP Egypt (kg/ pokok) MOP Kanada (kg/ pokok) Kieserit Jerman (kg/ pokok) Chelated Zincopper (kg/ pokok) HGFB (kg/ pokok) 1998 I 1.27 2.27 1.53 1.48 0.01 0.1 II 1.12 - 1.46 - 0.01 0.1 2002 I 1.14 2.06 1.55 1.44 0.06 0.1 II 1.04 - 1.45 - 0.06 0.1 2003 I 1.06 2.12 1.81 1.44 0.05 0.1 II 1.00 - 1.62 - 0.05 0.1 2005 I 1.25 2.25 1.50 1.50 - 0.1 II 1.25 - 1.25 - - 0.1 2007 I 0.72 1.89 1.39 1.50 - 0.1 II 0.61 - 1.25 - - 0.1 2008 I 1.00 2.00 1.50 1.50 - 0.1 II 0.75 - 1.25 - - 0.1 Waktu Pemupukan

Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis

(5)

dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Waktu pemupukan sangat menentukan efektivitas dari penyerapan hara pada tanaman. Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-200 mm/bulan dan minimum pada curah hujan 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Jika terjadi kemarau dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan maka pemupukan dihentikan dan dapat dilaksanakan pemupukan kembali jika sudah turun hujan 50 mm/10hari (IOM Urutan Aplikasi Pupuk Tahun 2011, BGA). Hal-hal yang mempengaruhi ketidaksesuaian waktu pemupukan diantaranya waktu musim panen puncak (peak crop) menghasilkan buah yang tinggi hingga membrondol menyebabkan pemupukan ditunda sampai pemanenan selesai dilakukan, gulma yang mencapai titik kritis, dan keadaan iklim yang tidak memungkinkan seperti hujan.

Cara Pemupukan

Cara pemupukan menentukan jumlah pupuk yang dapat diserap secara efektif oleh tanaman. Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk itu lebih cepat sampai zona perakaran dan seminimum mungkin hilang karena adanya aliran permukaan air dan penguapan (Pahan, 2010).

Pada TBM digunakan jenis pupuk mikro HGFB, NPK 16-10-18-1-6-2-1, dan NPK 14-8-21-2-4-2-1 (diaplikasikan dekat dengan pangkal batang ± 20 cm dari pangkal batang dengan sistem tabur), serta Cu (pada areal pasir dan gambut diaplikasikan sistem tugal dekat dengan pangkal batang) , sedangkan jenis pupuk makro yang digunakan Urea, MOP, dan NPK 15-15-15-6-4 dan NPK 12-12-17-2 (diaplikasikan di piringan di bawah tajuk terluar mengarah ke dalam dengan sistem tabur), serta RP/Giano (di bawah tajuk mengarah keluar dengan sistem tabur).

Pada TM digunakan jenis pupuk mikro Zn, Borate, CuSO4, dan FeSo4 (diaplikasikan di sekeliling pokok dengan radius 0.5-1 meter dari pangkal pokok dengan sistem tabur), jenis pupuk makro NPK 16 dan 14 (Palmo diaplikasikan pada areal pasir dilakukan dengan sistem pocket dekat dengan pangkal batang), Urea dan MOP (berbentuk u-shape dengan radius 1.5-2 meter dari pangkal pokok (arah dalam piringan) dengan sistem tabur), serta Rock Phosphate/Guano

(6)

(berbentuk u-shape dengan radius >2 meter dari pangkal pokok (arah luar piringan) dengan sistem tabur).

Lokasi Penempatan

Cara aplikasi pupuk yang diterapkan oleh Sungai Bahaur Estate (SBHE) berdasarkan Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro Group diantaranya sebagai berikut :

1. Pupuk RP-Guano diaplikasikan disusunan pelepah untuk memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter.

2. Pupuk Urea dan MOP diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak 1.5 - 2 m dari pokok.

3. Pasar pikul tidak boleh diaplikasikan pupuk.

4. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5-1 m dari pokok (Aplikasi Cu ditugal).

5. Pupuk Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak 1.5 - 2 m dari pokok.

Rotasi/Frekuensi

Penentuan frekuensi pemupukan sangat penting karena berkaitan dengan sifat sinergis dan antagonis dari hara yang terkandung dalam pupuk. Secara umum, sifat sinergis unsur hara antara N dan K, sedangkan sifat antagonis antar unsur hara yaitu, N-P, N-Mg, dan K-Mg (Pahan, 2010). Interval rotasi pada jenis pupuk yang sama, tidak boleh kurang dari dua bulan. Interval pemupukan ditentukan oleh jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk Guano diaplikasikan satu kali pada bulan Januari dan Februari, HGFB, Chelated zincopper, dan NPK diaplikasikan rotasi pertama pada bulan Februari selanjutnya rotasi kedua pada bulan Juli, MOP diaplikasikan rotasi pertama pada bulan April dan rotasi kedua bulan September, Urea diaplikasikan rotasi pertama pada bulan Mei dan rotasi kedua bulan Oktober, dan pupuk kieserit diaplikasikan satu kali pada bulan Maret.

(7)

Pelaksanaan Pemupukan

Pada divisi I Sungai Bahaur Estate, seorang mandor pupuk membawahi 20 KHL pemupuk dengan pembagian tugas 3 orang sebagai penguntil, 2 orang sebagai BMP (bongkar muat pupuk), dan 15 orang sebagai penabur pupuk di lahan. Kegiatan pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh 3 orang KHL wanita. Penguntilan dilakukan seseuai kebutuhan pupuk tiap pokok. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk :

Pemupukan pada blok A1 (tahun tanam 1998, seluas 34,38 ha, dan jumlah pokok 3 946). Pupuk diuntil menjadi 18 kg/karung. Tiap until untuk 8 pokok TM dengan dosis 2.25 kg/pokok. Pupuk yang diapliksikan RP (Rock phospate) dengan kebutuhan 2.25 kg/pokok, maka membutuhkan pupuk sebanyak = 3 946 x 2.25 kg = 8 878.5 kg.

Jumlah pupuk yang dibutukan 8 878.5 kg : 50 kg = 178 karung. Jumlah until pupuk yang dibutuhkan 8 878.5 kg : 18 kg = 494 untilan.

Penguntilan disesuaikan dengan dosis jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Norma kerja basis penguntil 2 ton/HK. Jika penguntil mencapai lebih basis maka berhak mendapatkan premi lebih basis. Premi basis yang berlaku Rp 2 500 dan premi lebih basis Rp 24 000/ton. Ada pun teknik penguntilan yang berlaku di SBHE. Teknik Penguntilan efektif dan efisien pasti terjamin 4 orang per grup :

1. Karung pupuk disusun dengan jumlah sesuai yang dikehendaki, posisi cat benang jahitan yang tebal berada di atas. Cara membukanya dari sebelah kanan kita dengan dipotong mepet dengan bantuan pisau atau gunting. 2. Setelah benang ditarik tuang karung pupuk dari arah belakang.

3. Satu orang menakar dengan di cetak menggunakan sebatang kayu atau sejenisnya.

4. Orang kedua memasukkan pupuk ke dalam karung until. 5. Orang ketiga mengikat untilan.

6. Orang keempat menyusun untilan pada tempat yang telah ditentukan. Penguntilan sebaiknya dilakukan oleh 4 orang namun dalam kenyataan di lapangan 3 orang sudah cukup untuk melakukan penguntilan.

(8)

Bongkar muat pupuk (BMP) dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan truk. Pemupukan yang dilakukan di divisi I bergabung dengan tim pupuk dari divisi III, maka ada 4 orang tenaga bongkar muat (BM) masing-masing dua orang dari tiap divisi. Pupuk yang telah dimuat dalam truk akan dilangsir oleh tenaga BM 8 until tiap pasar pikul sesuai dengan kebutuhan pupuk/pokok tanaman. Norma kerja yang berlaku bagi tenaga BM 4 ton/HK. Premi basis yang didapat Rp 2 500 dan premi lebih basis Rp 12/kg.

Pemupukan dilakukan dengan membagi KHL menjadi beberapa KKP (kelompok Kerja Pupuk), 1 KKP terdiri dari 3 orang yaitu, 1 orang pelangsir dan 2 orang penabur. Pelangsir meletakkan 1 untilan untuk 8 delapan pokok hingga pasar tengah atau sesuai kemauan penabur. Tiap until biasanya diletakkan tiap 8 pokok di baris terdepan dalam pasar pikul untuk memupuk 4 pokok di baris kiri dan 4 pokok di baris kanan. Kelebihan KKP ini yaitu pokok dapat terpupuk semua, pemupukan dapat selesai dengan cepat dan terorganisasi, namun kesalahan yang terkadang terjadi pupuk yang disebar tidak merata.

SBHE memiliki 5 disiplin pemupukan yang harus dilakukan oleh pemupuk yaitu : 1. Pemupukan dimulai dari pasar tengah

2. Pemupukan sesuai dengan takaran 3. Pupuk harus di tabur merata 4. Setiap pokok wajib terpupuk

5. Karung dikumpulkan disusun rapi dibawa pulang

Setiap KKP memiliki hanca tugas 5 pasar pikul atau setara 2.5 ha dengan norma kerja 500 kg/HK. Alat yang digunakan diantaranya angkong untuk melangsir atau membawa pupuk ke dalam gawangan, gendongan, ember, timbangan cantelan, karung, sarung tangan, masker, dan seragam pemupukan. Pada kegiatan pemupukan juga digunakan bendera penanda yaitu, bendera merah sebagai pertanda hanca luar dan bendera kuning sebagai pertanda hanca tengah.

SBHE menerapkan BMS dalam pelaksanaan pemupukannya. Adapun yang dimaksud dengan Block Manuring System adalah sistem pemupukan yang diatur sedemikian rupa sehingga :

 Blok-blok pemupukan terkonsentrasi dalam 1 hancak pemupukan bagi seluruh divisi per kebun.

(9)

 Dikerjakan block by block dengan orientasi mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan untuk mendapatkan output yang tinggi.  Hanca mandoran/ tukang pupuk di Divisi tetap tiap blok dan seksi (setiap

pokok diketahui tenaga pupuknya dan setiap baris diketahui mandorannya).

 Pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien.

 Tim pemupukan diorganisasi yang meliputi tenaga until, tukang angkut pupuk, tukang langsir/ecer pupuk, dan tenaga tabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan.

BMS memiliki keuntungan dalam menghemat penggunaan unit sehingga satu unit sudah cukup untuk melangsir pupuk. Adapun permasalahan terkait dengan aplikasi pemupukan yang sering ditemukan dilapangan adalah :

 Dosis tidak sama per pokok.

 Ukuran takaran pupuk yang tidak seragam.  Waktu yang tidak tepat.

 Supervisi yang kurang menghayati dan memahami pentingnya pemupukan.

 Cara penaburan yang tidak sesuai / tidak benar.  Organisasi kerja yang tidak baik.

 Administrasi yang tidak up to date.

Premi Pemupukan

Premi yang ditetapkan Sungai Bahaur Estate yaitu Rp 20 000,-/HK untuk mandor pupuk. Premi basis bagi KHL/KHT Rp 2 500,-/hari dan mendapat extra foodingberupa susu satu kaleng untuk 6 hari. Jika melebihi basis KHL mendapat premi lebih basis Rp 100,-/kg.

Contoh perhitungan premi pemupukan :

Seorang pekerja memupuk sebanyak 30 until, tiap until berbobot 18 kg, maka pupuk yang telah ditabur sebanyak 30 until x 18 kg = 540 kg dengan basis pupuk 500 kg/HK. Jadi basis lebih borong yang didapat = 540 kg – 500 kg = 40 kg. Premi yang didapat sebesar Rp 2 500 + (Rp 100,-/kg x 40 kg) = Rp 6

(10)

500,-Pengendalian Hama dan Gulma Pengendalian Hama

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan keberadaan ulat api. SBHE menggunakan tanaman Turnera ulmifolia dan Nephrolepis bisserata untuk mengendalikan ulat api. Tanaman ini merupakan tanaman inang bagi predator hama ulat api. Tanaman Turnera ulmifolia ditanam di sepanjang jalan utama, jalan antar blok, dan sebagian di pinggiran pasar pikul. Nephrolepis bisserata ditanam di antara pelepah pokok tanaman dan pada pokok tanaman. Nephrolepis bisserata ditanam pada pokok tanaman kelapa sawit karena memiliki kelebihan, selain sebagai inang predator hama ulat api juga untuk menjaga iklim mikro pada batang pokok kelapa sawit.

Pengendalian Gulma Manual

Pembabatan manual merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan gulma secara manual yang menghalangi piringan, gawangan, pasar pikul, dan pokok tanaman kelapa sawit itu sendiri. Pembabatan dilakukan pada lahan kering dan lahan tergenang air atau banjir.

Pada lahan tergenang air atau banjir begitu juga lahan kering menggunakan alat parang dan arit. Pembabatan manual di lahan ini lebih diutamakan pada tanaman berkayu selain dari tanaman semak yang ada, setelah tanaman berkayu ditebas dilakukan pengolesan herbisida. Pembabatan manual dilakukan dengan cara menebas batang pohon dengan ketinggian ± 20 cm dari permukaan tanah atau pada lahan tergenang air atau banjir dengan ketinggian ± 20 cm dari permukaan air. Tanaman perdu yang telah tinggi, penebasan dilaksanakan cukup dengan mematahkan batang pohon dan kemudian tajuk dirubuhkan ke tanah atau ke genangan air. Setelah ditebas dilakukan pengolesan herbisida pada batang kayu tersebut.

Pembabatan dilakukan oleh 2 orang dalam satu gawangan dengan sistem hanca giring yaitu, pembabat akan berpindah ke gawangan lainnya yang belum dikerjakan pembabat lain apabila telah menyelesaikan satu gawangan. Pembabatan manual memiliki standar 0.5 ha/HK dengan jumlah KHL 16 orang

(11)

maka saat kegiatan ini dilakukan pada blok C1 dengan luas lahan 30.64 ha pembabatan gulma masih belum dilakukan maksimal pada seluruh lahan selain kurangnya karyawan, lahan yang sebagian besar tergenang air pun menjadi kendala dalam pembabatan karena sulitnya mobilisasi dari satu gawangan ke gawangan lain. Lahan yang tergenang air ini disebabkan meluapnya air sungai yang berada di dalam kebun kelapa sawit.

Pada areal yang sering tergenang air dan banjir tiap kali hujan menyebabkan kondisi tanaman kelapa sawit meskipun tahun tanam sudah lama, tidak dapat tumbuh optimal dan tidak menghasilkan buah dengan baik serta buah sering membusuk.

Pengolesan Anak Kayu

Pengolesan anak kayu dilakukan saat pengendalian gulma secara manual di lahan kelapa sawit. Pengolesan herbisida pada anak kayu dilakukan agar anak kayu yang telah ditebas tidak tumbuh kembali. Cara aplikasi herbisida dilaksanakan dengan mengoleskan pada permukaan batang atau anak kayu yang telah ditebas tersebut, pengolesan dilakukan sebanyak dua kali. Pengolesan pertama untuk melapisi permukaan kayu sedangkan pengolesan kedua sebagai koreksi pengolesan pertama agar herbisida yang diberikan merata. Herbisida yang digunakan adalah starlone dicampur dengan solar dengan perbandingan 1 : 20. Komposisi ini dianggap paling tepat untuk mematikan anak kayu yang telah ditebas. Sebelumnya pernah digunakan campuranstarlone dengan glifosat namun hasil yang didapat tidak optimal anak kayu masih tetap hidup. Starlone merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat sitemik, berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan untuk mengendalikan gulma semak belukar dan berdaun lebar pada tanaman kelapa sawit. Starlonememiliki kandungan bahan aktif : Triklopir Butoksietil ester 665 g/l (setara Triklopir480 g/l). Gulma yang dapat diatasi oleh starlone antara lain Cromolaena odorata, Clidemia hirta, Melastoma malabathricum, danMikania micrantha.

(12)

Pengendalian Gulma Kimiawi

Pengendalian gulma kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida yang umumnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan langsung pada gulma. Penyemprotan merupakan kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan di lahan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang dapat mengganggu produktivitas tanaman kelapa sawit.

Metode Pengendalian. Pengendalian gulma pada lahan kelapa sawit dilakukan di daerah gawangan dan piringan. Bahan herbisida yang digunakan untuk menyemprot daerah gawangan berbeda dengan piringan. Pada gawangan herbisida yang biasa digunakan primaxon/paraquat dan metaprima, sedangkan pada piringan digunakan kleen up (Glifosat). Penyemprotan diaplikasikan pada rumpun gulma secara merata hingga keseluruhan. Penyemprotan yang menggunakan bahan pestisida kontak harus lebih teliti dibanding sistemik agar gulma benar-benar mati dan tidak tumbuh kembali.

Jenis Pestisida. Pestisida yang digunakan merupakan jenis pestisida kontak dan sistemik. Adapun bahan herbisida dalam pengendalian gulma kimiawi untuk daerah gawangan dan piringan dilakukan dengan menggunakan primaxon/ paraquat, metaprima,dan glifosat.

Primaxon merupakan herbisida purna tumbuh bersifat kontak berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua dan mengandung bahan aktif paraquat diklorida 276 g/l dalam kemasaan isi 20 liter. Gulma yang dapat di atasi diantaranya pada lahan tanpa tanaman yaitu gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Calopogonium mucunoides (penyemprotan volume tinggi 1.5-3 l/ha), dan Comelina spp (2-3 l/ha). Gulma berdaun sempit, Paspalum conjugatum dan Digitaria ciliaris (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha). Jika penggunaan pada pertanaman padi sawah pasang surut (TOT), gulma berdaun lebar Ludwigia octovalvia (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha dengan waktu aplikasi 2 minggu sebelum tanam), gulma berdaun sempit Leersia hexandra (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha) dan Echinochloa crus-galli (1.5-3 l/ha). Gulma golongan teki Eleocharis dulcis dan Cyperus spp(penyemprotan volume

(13)

tinggi 1-2 l/ha dengan waktu aplikasi 2 minggu sebelum tanam). Penggunaan herbisida ini menyebabkan gulma dapat cepat rusak dan mati. Namun gulma yang diaplikasikan dapat tumbuh kembali dengan cepat dan subur jika penyemprotan tidak dilakukan dengan merata mengenai seluruh bagian gulma.

Metaprima adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat bercampur dalam air dan mengandung metil metsulfuron 20%. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Melastoma malabatricum, lantana camara, Chromolaena odorata (penyemprotan volume tinggi 112.5-225 g/ha), Tetracera indica, Mikania micrantha (penyemprotan volume tinggi 150-225 g/ha), dan Clidemia hirta (75-150 g/ha) pada lahan tanpa tanaman.

Kleen UP (Glifosat)adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan dalam air, berwarna coklat muda, digunakan untuk mengendalikan alang-alang (Imperata cylindrica) pada tanaman karet, kelapa sawit, dan lahan tanpa tanaman (dosis 3-6 l/ha dan volume air 200-400 l/ha) serta gulma berdaun sempit Paspalum conjugatum dan Rhichardia braziliensis pada pertanaman teh (dosis 1.5-3 l/ha dan volume air 200-400 l/ha), dan mengandung bahan aktif isopropil amina glifosat480 g/l (setara glifosat356 g/l). Penggunaan glifosatbaru akan tampak hasilnya setelah 14 hari aplikasi, minimal dalam jangka waktu seminggu baru mulai terlihat efeknya berupa daun yang menguning. Hal ini dikarenakan glifosat bekerja secara sistemik sehingga gulma yang telah diaplikasikan berangsur-angsur akan mati hingga ke akar.

Dosis Semprot. Penyemprotan gawangan dilakukan dengan menggunakan primaxon /paraquat dan metaprimadengan dosis yang digunakan untuk primaxon 60 cc/kap dan metaprima 3 g/kap kemudian diencerkan dengan perbandingan primaxon/paraquat : air yaitu 1:1 sedangkan metaprima : air adalah 1:10, penyemprotan biasanya dilakukan dengan mencampur dua bahan tersebut menjadi 150 cc/kap. Bahan terkomposisi dari 120 cc paraquatditambah 30 cc metaprima lalu diencerkan kembali sesuai volume knapsackyang digunakan 13 l.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan adalah glifosat/kleen up dengan dosis 0.35 cc/ha untuk 6 knapsack volume 13 l atau setara 0.06 cc/kap lalu diencerkan dengan perbandingan 1:1 setelah itu diencerkan

(14)

kembali dengan air langsung di dalam knapsack hingga volume 13 l. Seharusnya pencampuran dilakukan dalam larutan induk terlebih dahulu di dalam tangki penyemprotan, namun karena air dalam jumlah banyak sulit didapat maka alterrnatif lain pencampuran dilakukan dalam knapsack sprayer.

Kalibrasi Alat Semprot. Ada beberapa jenis nozel yang digunakan dalam penyemprotan tergantung jenis gulma dan lokasi (gawangan atau piringan) semprot. Nozel yang digunakan diantaranya VLV 200, VLV 100, dan VLV 50 dengan jarak lebar semprot 1.2 meter. VLV 200 memiliki flow rate 900-915 ml/menit untuk spot gawangan dan kebasahan semprot merata, VLV 100 dengan flow rate 400-430 ml/menit untuk spot piringan dan diperuntukan juga untuk penyemprotan semak, pengendalian semak juga dapat menggunakan micron herbi, dan VLV 50 memiliki flow rate 200 ml/menit. Nozel polijet berwarna merah, kuning, hijau dan biru juga digunakan dalam penyemprotan. Nozel memiliki lebar yang berbeda-beda sesuai dengan warna nozelnya. Nozel berwarna merah memiliki lebar semprot 2 meter dengan flow rate 2 475 ml/menit, nozel biru memiliki lebar semprot 1.5 meter dengan flow rate 1 630 ml/menit, nozel hijau memiliki lebar semprot 1 meter dengan flow rate 900 ml/menit, dan nozel kuning memiliki lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680 ml/menit. Nozel merah, biru, dan hijau digunakan untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar pikul, dan gawangan, sedangkan nozel berwarna kuning untuk pengendalian ilalang. Nozel cone digunakan untuk pengendalian gulma ilalang namun jarang digunakan.

Volume semprot dari masing-masing nozel yang digunakan dapat diketahui dengan cara : volume semprot = / ( / )

( )

Contoh penyemprotan menggunakan nozel merah :

Diketahui : flow rate nozel merah = 2 475 ml/menit, kecepatan jalan normal semprot = 48 m/menit, lebar semprot = 2 m

Maka, volume semprot = / /

= 257 812.5 ml/ha

(15)

Pelaksanaan Semprot. Tenaga penyemprot yang digunakan terdiri dari 16 KHT yang terdiri dari 15 orang wanita sebagai penyemprot dan 1 orang laki-laki sebagai pembawa bahan herbisida dan alat-alat yang dibutuhkan dalam penyemprotan. Penyemprotan menggunakan standar 7 jam kerja atau 7 jam/HK tidak menggunakan standard 15 kap/HK namun target ha/HK harus bisa dicapai, pada kondisi standard karyawan dapat menggunakan 11-12 kap/HK. Target ha/HK dapat dicapai dengan menghitung berapa lama seorang karyawan yang paling lambat dalam menyemprot untuk menyelesaikan 1 kap dimulai dari waktu pengisian herbisida semprot sampai seluruh herbisida semprot habis terpakai dalam 1 kap. Waktu yang dibutuhkan karyawan terlambat adalah 25 menit dimulai dari pengisian hingga herbisida semprot habis dalam 1 kap. Sehingga jika disesuaikan dengan 7 jam/HK target ha/HK dapat dicapai.

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam penyemprotan diantaranya bendera sebagai tanda pengancakan, bendera merah untuk menandakan daerah awal penyemprotan yang ditancapkan di pasar pinggir sedangkan bendera kuning untuk menandakan sejauh mana daerah yang telah disemprot, topi, sarung tangan, masker, baju semprot, rompi, kacamata, sepatu bot, dan parang. Pada keadaan nyata kelengkapan tersebut masih belum tersedia sepenuhnya bagi karyawan sehingga cukup menghambat pekerjaan dan menimbulkan keluhan kesehatan seperti sesak nafas, batuk, dan gangguan pernafasan lain. Hal lain yang dapat menghambat penyemprotan diantaranya lahan semak yang terlalu tinggi, ketersediaan air terbatas pada musim kemarau, pasar pikul yang belum standard, dan anak kayu.

Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki tim semprot yang menggunakan TUS (truk untuk semprot), dimana mobil tersebut dilengkapi tangki berkapasitas 2000 liter sebagai tempat pencampuran herbisida dan air. Herbisida yang digunakan merupakan herbisida sistemik seperti glifosat dan metaprima. Dosis yang digunakan glifosat 100 cc dan metaprima 30 cc yang diencerkan sesuai dengan volume kap 15 l. Tangki diisi hingga 1 900 l sehingga dalam satu tangki semprot dapat mengisi ulang hingga 126 kali kap bervolume 15 l. Tim ini terdiri dari 25 pekerja semprot dan satu orang pelangsir, yang bertugas untuk menyemprot gulma di piringan dan pasar pikul. Tim semprot ini beroperasi untuk

(16)

seluruh Divisi namun dalam kenyataan di lapangan banyak beroperasi di Divisi II. Norma kerja untuk semprot piringan 3 ha/HK dan 2 ha/HK untuk semprot pasar pikul.

Premi Semprot. Premi basis yang diterapkan bagi mandor semprot Rp 20 000,- dengan batas minimal 15 HK dan maksimal 20 HK. Cara perhitungan premi dalam penyemprotan :

a. < 15 HK; jumlah hari x Rp 20 b. 15-20 HK; mendapat premi Rp 400

000,-c. > 20 HK; Rp 400 000 + (jumlah lebih hari x Rp 10 000,-)

Premi basis bagi KHL/KHT Rp 2 500,-/hari dan mendapat extra foodingberupa susu satu kaleng untuk 6 hari.

Perawatan Lahan dan Tanaman Pasar Pikul

Pasar pikul merupakan jalan yang dibuat untuk mempermudah pengangkutan tandan buah kelapa sawit (TBS) yang telah dipanen ke TPH. Cara pembuatan pasar pikul ada 2 yaitu, pada lahan yang sering tergenang air atau gambut dibuat tapak timbun atau bentuk seperti guludan yang dipadatkan dan pada lahan kering cukup dengan membuka areal dari rumpun gulma sehingga jalan untuk angkut panen terlihat. Tidak ada premi yang diterapkan, pekerja hanya mendapat upah HK. Tiap orang bekerja dengan target 7 jam/HK yang dikerjakan sebanyak 8 orang pekerja. Alat yang digunakan cangkul dan parang.

Rawat Jalan

Rawat jalan merupakan kegiatan perawatan jalan dalam upaya untuk memperbaiki dan menjaga infrastrukstur yang ada. Lahan yang terdapat di Divisi I SBHE merupakan lahan S3 dengan jenis tanah inceptisol tekstur berpasir dan kaolin. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya pembuatan parit kecil di sisi kiri dan kanan jalan dan perbaikan badan jalan. Perbaikan badan jalan yang tergenang air dilakukan dengan membuang air yang tergenang tersebut lalu tanah dikeringkan setelah kering tanah ditimbun dengan pasir, kayu atau pelepah, dan

(17)

tanah laterit agar jalan menjadi padat. Pekerjaan rawat jalan dilakukan dengan standar 7 jam/ HK, apabila pekerjaan telah selesai dilakukan pada satu titik maka pekerja pindah ke titik rusak lainnya. Ada 6 orang pekerja rawat jalan yang dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing memperbaiki titik berbeda yang telah diinstruksikan oleh mandor.

Rawat jalan dilakukan secara manual dan mekanis dengan alat berat, namun lebih sering dilakukan secara manual menggunakan alat cangkul, dodos, ember, dan gergaji. Ada pun perbedaan nyata melakukan rawat jalan manual dengan menggunakan alat berat. Rawat manual berdampak pada biaya tenaga kerja yang lebih murah, jalan rusak dapat langsung diperbaiki, tenaga kerja lebih mandiri, namun melakukan perataan jalan dibutuhkan tenaga lebih besar. Rawat mekanis dengan alat berat membutuhkan biaya lebih mahal, jalan baru diperbaiki jika telah mengalami rusak berat, tenaga kerja mengandalkan alat berat tersebut, namun jalan dapat diratakan lebih cepat dengan menggunakan alat berat.

Perawatan jalan dilakukan berbeda tahapan saat musim hujan dan panas. Saat musim hujan jalan yang rusak diperbaiki dengan menambahkan bahan organik seperti kayu untuk memadatkan jalan sedangkan pada musim panas kayu yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam memadatkan jalan, diangkat kembali dan disingkirkan. Bahan organik atau kayu harus dikeluarkan karena bahan tersebut berangsur-angsur akan rapuh sehingga akan membuat jalan rusak kembali. Masalah utama dalam perawatan jalan adalah genangan air, jika badan jalan tergenang air maka air tersebut harus segera dikeringkan agar tidak terserap jauh ke dalam tanah.

Piringan Manual

Kegiatan dilaksanakan pada TBM dan TM. Pada TBM dilakukan dengan membersihkan gulma dan pelepah pada piringan kemudian membuangnya ke gawangan mati. Pada TM pembersihan piringan dilakukan dengan membuang cangkang dan brondolan hitam. Ada 8 orang pekerja dalam perawatan piringan manual yang terdiri dari 7 pekerja wanita dan 1 laki-laki. Tiap orang berkewajiban membersihkan 3-4 pasar pikul atau 0.5 ha/HK dan memenuhi 7 jam/HK. Pada

(18)

perawatan piringan tidak ada premi yang diterapkan, pekerja hanya mendapatkan upah harian.

Dongkel Kentosan

Dongkel kentosan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan cara membuang tanaman sawit liar yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama seperti piringan, gawangan, dan pasar pikul. Pembuangan sawit liar ini dilakukan agar tidak mengganggu penyerapan hara dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini dikerjakan oleh 2 orang pekerja dengan norma kerja 1-2 ha/HK untuk satu blok dan 17 ha/HK untuk satu Collection Road (CR).

Pruning

Pruning merupakan kegiatan membuang pelepah yang telah tua, mati, dan sengkleh pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan kelapa sawit. Penunasan dilakukan untuk membuang pelepah yang telah tua dan menyentuh tanah agar memudahkan dalam mengutip brondolan, membersihkan piringan, dan merangsang pertumbuhan. Penunasan dimulai Pk 06.00, tiap pekerja berkewajiban menunas 2 pasar pikul sekitar 4 baris tanaman antara 30-40 pokok atau semampu penunas hingga Pk 13.00 WIB. Alat yang digunakan dodos dan parang.

Ada 2 jenis pruningyang dilakukan yaitu, pruningyang dihitung per HK (pruning harian) dan pruning borongan. Pruning harian bertugas membuang pelepah sekaligus membersihkan piringan, 1 pekerja menunas 30 pokok, upah yang dibayarkan hanya berupa upah HK tidak ada premi, dan jumlah pekerja pruningharian ada 2 orang. Pruning borongan dilakukan setelah pruningharian di hari kerja atau pada hari libur, upah dibayarkan per pokok yang dikerjakan untuk TM diberi premi Rp 700,- dan TBM Rp 1 500,-. Pruningborongan bertugas hanya membuang pelepah, tidak membersihkan piringan.

(19)

Penanaman Mucuna bracteata(MB)

Perbanyakan mucuna dapat dilakukann dengan vegetatif (stek) dan generatif (biji). Namun, kebanyakan kebun memperbanyak tanaman ini dengan cara stek. Mucuna merupakan tanaman menjalar diatas tanah. Dari ruas-ruas inilah tanaman mucuna diperbanyak. Penanaman mucuna ini dilakukan disela-sela tanaman kelapa sawit tepatnya di gawangan mati dengan menghadap timur-barat. Penanaman terbaik dilakukan pada saat musim hujan karena pada kondisi ini tanaman akan mendapatkan cukup air untuk membantu pertumbuhannya.

Tngkat pertumbuhan mucuna sangat cepat. Dalam satu minggu mucuna akan bertambah panjang mencapai 14 cm sehingga membutuhkan pemeliharaan khusus agar pertumbuhannya tidak merambat ke jalan dan menutupi tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Penanaman mucuna ini dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja dengan norma 2 HK/ha.

Teknik perbanyakan mucuna dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi: 1) teknik penanaman 5 ruas batang, 2) teknik penanaman 3 ruas batang, dan 3) teknik penanam 1 ruas batang.

Teknik perbanyakkan mucuna dengan penanaman 5 ruas batang adalah yang umum dipakai pada kebun SBHE. Teknik penanaman ini memiliki persentase hidup yang tinggi dibandingkan dengan teknik lain. Adapun tahapan penyetekannya meliputi: 1) Tanah dibuat guludan sepanjang ruas batang yang akan ditanam. 2) Bagian tengah guludan dibuat larikan, 3) Persiapkan stek yang siap ditanam. Adapun kriteria stek siap tanam adalak kondisi stek yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Penampakan fisik stek siap tanam dapat dilihat dari batang stek dengan ukuran sedang dan berwarna hijau. Stek yang akan ditanam adalah stek yang memiliki lima ruas. Pada ruas pertama dan ruas kelima sebelum dipotong harus dilebihkan sedikit. Stek mucuna diperoleh dari mucuna yang telah tumbuh sebelumnya. 4) Setiap satu guludan ditanam 5 batang mucuna. Ruas kedua sampai ruas keempat ditimbun ke dalam tanah, sedangkan ruas pertama dan kelima dibengkokkan kedalam tanah dengan mata tunas menghadap keluar dan usahakan berhati-hati saat membengkokkan agar batang MB tidak patah. Daun pada batang yang diambil dipotong setengah yakni untuk mengurangi evaporasi. 5) Mucuna yang telah ditanam ditutup dengan dedaunan untuk

(20)

mengurangi penguapan. Dari teknik penanaman ini diharapkan ruas yang ditimbun didalam tanah akan menjadi calon-calon akar baru dan ruas yang dibengkokkan menghadap keluar akan menghasilkan calon-calon tunas baru.

Teknik perbanyakan mucuna dengan penanaman 3 ruas batang dilakukan dengan cara dibengkokkan. Ruas pertama dan ketiga ditimbun kedalam tanah dan ruas kedua menghadap keluar tanah. Dari teknik ini diharapkan pada ruas kedua akan mundul calon daun baru dan ruas pertama dan ketiga diharapkan akan menjadi calon akar baru. Teknik ini juga memiliki tingkat persentase hidup yang tinggi.

Perbanyakan mucuna dengan menggunakan teknik satu ruas umumnya dilakukan untuk tujuan pembibitan. Penanaman mucuna ini umumnya ditanam didalam polibagyang berisi tanah yang gembur. Adapun cara penanaman dengan teknik ini adalah ujung ruas ditancapkan ke dalam tanah dan ujung satunya lagi mengarah keluar. Teknik penanaman ini memiliki beberapa kekurangan, diantaranya memiliki tingkat persentase hidup yang rendah dan kurang efisien dalam hal waktu dan biaya.

Pertumbuhan mucuna akan terlihat setelah 1 BST (Bulan Setelah Tanam). Selanjutnya dilakukan pemupukan RP atau Guano dengan dosis 100 gram per tanaman atau setara dengan 100 kg/ha yang diaplikasikan dengan cara disebar diatas kacangan. Pada 3 BST dilakukan pemupukan kedua dengan dosis 200 kg/ha yang disebar diatas kacangan.

Penanaman Nephrolepis biserrata

Tanaman Nephrolepismerupakan jenis paku-pakuan yang tumbuh secara liar, memiliki daya adaptasi yang tinggi. Pada pertanaman kelapa sawit jenis tanaman ini sangat berguna karena dapat menjaga kelembaban di sekitar tanaman kelapa sawit dan sebagai tanaman inang untuk predator ulat api. Penanaman Nephrolepisdikhususkan untuk tanaman TM yang telah ternaung.

Umumnya Nephrolepis ditanam di sekitar gawangan mati tepatnya di rumpukan pelepah yang berbentuk U-Shape. Bibit yang ditanam berasal dari tanaman yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit sebelumnya, baik yang tumbuh di batang kelapa sawit maupun yang berada di sekitarnya. Teknik

(21)

penanamannya tergolong mudah, yaitu membuat lubang tanam di dekat rumpukan pelepah tersebut dan menananam Nephrolepis tersebut. Pada satu pokok kelapa sawit, rata-rata Nephrolepis yang ditanam sebanyak lima lubang tanam. Nephrolepis ini tidak memerlukan pemeliharaan khusus karena sifatnya yang mudah tumbuh. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam sehari untuk menyelesaikan penanaman nepro adalah 1 HK untuk 1.5 ha.

Kegiatan Simulasi Kebun Field Visit

Field visit merupakan kegiatan pemeriksaan hancak dan mutu buah di TPH yang dilakukan secara bersama oleh estate manager (EM), asisten kepala, asisten divisi, mandor transportasi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah. Kegiatan ini dilakukan pada setiap divisi yang ada dengan bergiliran, pemeriksaan dilakukan pada blok yang dipanen pada saat dilakukan field visit. SBHE memiliki 5 divisi sehingga field visitdilakukan 5 kali dalam sebulan.

Pelaksanaan dimulai dengan berkumpulnya estate manager, asisten kepala, mandor transportasi, seluruh asisten aivisi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah pada blok yang akan dilakukan pemeriksaan, kemudian EM memberikan pengarahan pada asisten divisi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah mengenai pentingnya mutu buah dimana yang bertanggung jawab memeriksa mutu buah adalah kerani buah, mandor panen, mandor I, asisten divisi, dan asisten kepala. Pemeriksaan mutu buah dilakukan dengan menggunakan gancu untuk mempermudah membolak-balik buah yang dilakukan oleh kerani buah. Kerani buah harus jeli dan teliti dalam melakukan gradingmutu buah jika masih ada buah mentah ikut terangkut berarti kerani buah belum bekerja dengan baik. Setelah pemeriksaan oleh kerani buah, mandor panen bertugas untuk melakukan pengecekan silang (cross check) terhadap mutu buah. EM menerangkan bahwa yang dituju SBHE bukan lagi kapasitas dalam ton/ha namun minyak/ha (CPO/ha) dengan begitu diperlukan kerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.

EM juga menyampaikan deklarasi transportasi buah yaitu harus adanya pengecekan yang dilakukan oleh mandor transportasi dan pengecekan ulang di

(22)

lapangan yang dilakukan oleh mandor I dan asisten divisi. Jalan yang dilalui alat angkut buah harus dapat ditembus atau dilalui, tidak boleh putus, setidaknya kendaraan EM dan asisten kepala dapat masuk melalui jalan tersebut. Asisten kepala menyampaikan mengenai pelaksanaan panen dimana semua seksi panen harus selesai dalam satu hari, jika masih ada brondolan tertinggal pada siang hari keesokan harinya harus sudah selesai terangkut.

Kemudian seluruh asisten divisi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah dibagi dalam 3 kelompok masing-masing kelompok memeriksa buah dalam dua hanca, satu hanca terdiri dari 4 pasar pikul setara dengan 2 ha. EM dan asisten kepala mengikuti salah satu kelompok. Hanca diperiksa berdasarkan janjang panen, pokok panen, berondolan (segar dan busuk), buah tinggal, over pruning, pelepah sengkleh, dan pelepah “U” shape. Sedangkan mutu buah ditinjau dari janjang diperiksa, mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjang kosong, abnormal, gagang panjang, brondolan segar dan busuk, kontaminasi (bagus dan kotor), alas brondolan (layak dan tidak layak). Setelah dilakukan pemeriksaan akan diketahui total janjang dipanen, total pokok dipanen, jumlah pokok sampel, total buah tinggal, buah tinggal per ha, brondolan buah tinggal per ha, brondolan busuk (piringan), pokok over pruning, pelepah sengkleh, susunan pelepah tidak standar, persentaseover pruning, persentase pelepah sengkleh, persentase susunan pelepah, dan persentase brondolan busuk sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai kualitas dan mutu buah di TPH pada divisi tersebut.

Field visitdilakukan untuk meninjau langsung mutu buah di lapangan dari setiap divisi karena terkadang masih muncul buah kurang matang (under ripe) yang ikut terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Keuntungan dilakukan field visit diantaranya membangun kompetisi yang sehat bagi setiap divisi, menumbuhkan budaya malu jika kesalahan diketahui banyak pihak maka diharapkan ada tindakan perubahan untuk perbaikan, menerapkan denda dan sanksi secara konsisten, meminimalkan losses buah, kualitas buah maksimal, dan kuantitas di PKS baik.

(23)

Metode Pengutipan Brondolan

Pengutipan brondolan hingga bersih sangat penting untuk menghindari terjadinya losses. Brondolan yang sering tertinggal di pasar rintis, TPH, pelepah, bahkan piringan menjadi penyebab utama losses di lapangan. Ada 2 metode pengutipan brondolan yang berlaku di Sungai Bahaur Estate (SBHE) pada setiap divisi :

1. Metode hand picking

2. Metode pengutipan dengan garu

Metode Hand Picking. Metode hand picking merupakan metode pengutipan brondolan dengan cara mengutip brondolan satu per satu, manual menggunakan tangan tanpa alat bantu garu. Brondolan yang terkutip menjadi bersih karena kotoran tidak terbawa saat dikutip. Metode ini bisa digunakan untuk menangani lahan yang memiliki piringan sempit karena terhalang gulma dan piringan tidak rata. Hand picking dapat diterapkan dengan ketentuan pusingan normal 7 hari atau pusingan pokok dengan pusingan blok (rotasi) sama dan kondisi prasarana piringan dan pasar pikul baik.

Metode Pengutipan dengan Garu. Metode ini menggunakan alat garu untuk mengutip brondolan. Pemanen dapat mengumpulkan brondolan yang jatuh di piringan lebih cepat dengan sekali raup menggunakan garu. Hasil brondolan yang terkutip masih kotor karena tanah, daun kering, ranting, dan batu kerikil ikut terbawa saat dikutip. Metode ini lebih mudah diterapkan dengan lahan piringan datar dan bersih.

Simulasi Pengutipan Brondolan. Simulasi dilakukan dengan mengambil sampel pada satu pasar pikul dengan luasan 0.5 ha dan jumlah pokok panen 27. Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan masing-masing metode pengutipan hanya sampai pasar tengah sesuai dengan pelaksanaan pemanenan yang dilakukan di lapangan. Metode handpicking dilakukan pekerja dengan memanen TBS hingga pasar tengah kemudian membawa hasilnya ke TPH yang berada di depan pasar pikul, lalu dilanjutkan dengan metode pengutipan menggunakan garu. Metode ini dilakukan pekerja dengan memanen kembali TBS dimulai dari pasar

(24)

tengah hingga akhir pasar pikul dan mengumpulkan hasilnya di TPH bagian akhir pasar pikul. Simulasi metode ini dilakukan oleh pemanen yang memiliki kemampuan kerja sedang, tidak cepat dan tidak lambat. Lama waktu pengutipan brondolan dengan metode hand pickingdan pengutipan menggunakan garu dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Simulasi Metode Hand picking No.

Pokok

Waktu Jumlah Janjang

yang Dipanen Mulai Akhir Lama (menit)

1 08.22 08.25 3 1 2 08.26 08.28 2 2 3 08.28 08.33 5 2 4 08.32 08.36 4 2 5 08.36 08.38 2 2 6 08.47 08.50 3 2 7 08.50 08.54 4 1 8 08.56 08.58 2 1 9 09.01 09.03 2 1 10 09.03 09.06 3 1 11 09.06 09.08 2 1 Total 32 15

Tabel 5. Simulasi Metode Pengutipan dengan Garu No.

Pokok

Waktu Jumlah Janjang

yang Dipanen Mulai Akhir Lama (menit)

1 09.14 09.15 1 1 2 09.15 09.19 4 2 3 09.19 09.23 4 1 4 09.23 09.23 - 1 5 09.23 09.28 5 2 6 09.28 09.34 6 1 7 09.34 09.38 4 2 8 09.38 09.39 1 1 9 09.39 09.43 4 1 10 09.43 09.46 3 1 11 09.46 09.46 - 2 Total pokok 1-11 32 15 12 09.46 09.51 5 1 13 09.51 09.52 1 1 14 09.52 09.57 5 1 15 09.57 10.00 3 1 16 10.00 10.08 8 3 Total pokok 1-16 54 22

(25)

Simulasi metode ini dilakukan di blok G 16 Divisi IV dengan luas 30 ha, diambil sampel 1 pasar pikul berjumlah 27 pokok panen yang dibagi menurut pasar tengah. Metode handpicking dilakukan pada 11 pokok panen dan metode pengutipan dengan garu dilakukan terhadap 16 pokok panen. Berdasarkan data pada Tabel 4 dan Tabel 5 simulasi metode handpicking dan pengutipan dengan garu, waktu yang dibutuhkan untuk mengutip brondolan dengan masing-masing metode tersebut ternyata tidak menunjukkan perbedaan nyata jika dilakukan pada jumlah pokok yang sama.

Namun perbedaan nyata tampak pada kualitas brondolan yang dikumpulkan di TPH. Brondolan dengan metode handpicking hasilnya lebih bersih dan lebih sedikit tercampur dengan kotoran, pemanen pun tidak perlu membersihkan ulang brondolan saat di TPH. Hasil brondolan dengan metode pengutipan menggunakan garu menunjukkan brondolan kotor yang tercampur dengan tanah, daun kering, ranting, dan kerikil, sehingga pemanen harus membersihkan ulang brondolan saat di TPH.

LSU(Leaf Sampling Unit)

Kegiatan LSU adalah kegiatan pengambilan sampel daun dari 1 unit sampel daun yang dilakukan setiap tahun sebagai bahan pembuatan rekomendasi pemupukan di tahun yang akan datang. Kegiatan LSU dilakukan setiap setahun sekali oleh kebun yang dikordinasikan oleh Dept. Riset. Saat kondisi normal waktu pelaksanaan LSU sekitar 2-3 bulan setelah pemupukan semester I dilakukan.

Kegiatan simulasi LSU dilakukan pada Blok B 11 dan B12 yang beranggotakan 4 orang dari utusan departemen Riset, asisten kepala, dan perwakilan dari masing-masing divisi (asisten divisi, mandor I, dan 3 karyawan sebagai pelaksana kegiatan LSU).

Pengambilan sampel daun harus dilakukan secara berhati-hati sesuai dengan prosedur untuk menghindari adanya kontaminasi. Adapun standar dalam pengambilan LSU meliputi: 1) Pengambilan sample daun dilakukan antara pukul 06.00-12.00 WIB. 2) Kelompok pengambilan sample terdiri dari 3 orang; ketua kelompok bertugas dalam mencatat hasil dan gejala defisiensi tanaman, anggota I

(26)

bertugas mengukur dan mengambil sample daun, dan anggota II bertugas mencari pohon sample, menentukan pelepah ke 17 dan memotongnya. 3) Pohon yang tidak boleh dijadikan pohon sample antara lain: pohon yang terletak di tepi rawa, di tepi jalan, di dalam rawa, di lereng yang curam dan pohon yang sakit atau abnormal. 4) Pohon sample yang berada di pinggir jalan posisinya minimal harus selang tiga pokok kearah dalam blok. 5) Sampel daun tidak boleh diambil apabila terjadi hujan atau pada malam harinya terjadi hujan dengan curah hujan lebih dari 25 mm. 6) Sample daun yang telah diambil jangan sampai terjatuh ke tanah. 7) Tenaga kerja dilarang merokok saat mengambil sample daun.

Peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan LSU diantaranya: parang atau gergaji, egrek, pisau yang tajam dan bersih, kantong plasik untuk tempat sample daun, cat dan kuas cat, Form pengukuran pohon sample, pulpen dan pensil. Kegiatan simulasi LSU diikuti penulis dilakukan pada Blok yang telah memasuki masa TM. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sample dalam satu blok/LSU adalah 1 % dari total pokok blok. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan LSU yang meliputi kegiatan :

1. Menentukan blok yang akan diambil sample daun.

2. Menentukan sistem penyebaran pokok sample. Saat dilakukan simulasi LSU, sistem penyebaran pokok sample dihitung di baris ke 3 pokok dari paling pinggir blok dan dari baris pokok ke 3 tersebut, pokok yang dijadikan sample adalah baris ke 3 mengarah ke dalam blok (untuk pokok sample pertama). Pokok sampel kedua terhitung dari selang 10 pokok dari pokok sample pertama pada baris pokok yang sama (baris ke 13).

3. Memberikan tanda panah (arah ke atas) setiap memasuki jalur pokok sample pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping (sesuai arah perpindahan).

4. Memberikan tanda (berupa nomor) pada setiap pokok sample pada bekas tunasan pelepah dengan terlebih dahulu dibersihkan menggunakan pisau. 5. Menentukan pelepah ke 17 dengan cara menghitungnya berdasarkan daun

pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka sempurna (100%). Kemudian potong pelepah ke 17 tersebut pada pangkal pelepah dengan egrek.

(27)

6. Sample daun yang diambil adalah 1/3 bagian pelepah sebelah atas dari ujung petiol (bagian yang “menonjol” pada permukaan pelepah).

7. Menentukan 6 lembar anak daun pada bagian kiri dan kanan (mengambil 3 lembar untuk bagian atas dan 3 lembar untuk bagian bawah.

8. Sampel daun pada point 6 kemudian dipotong dengan jarak 20 cm dari pangkal. Anak daun yang akan di bawa ke laboratorium adalah anak daun yang dipotong selebar 1 jengkal dari bekas yang dipotong tadi.

9. Anak daun yang telah dipotong dengan panjang satu jengkal tersebut kemudian dipisahkan dari lidinya, kemudian dimasukkan kedalam plastik yang telah disiapkan dan diberi tanda yang selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis (Pedoman Teknis Agronomi Kelapa Sawit, BGA Group).

Pemanenan Persiapan Panen

Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu : 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2010). Persiapan panen yang dilakukan oleh SBHE dimulai dengan pengerasan jalan dan perbaikan infrastruktur lainnya, pembukaan pasar panen ulang dengan penyemprotan pada blok yang tertutupi tanaman penutup tanah (Mucuna bracteata) yang telah melewati ambang batas, perbaikan TPH yang ada sesuai standar ketentuan 4 m x 7 m, pemasangan panen, perencanaan pengadaan pemanen, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan. Persiapan panen tidak dimulai dari persiapan kondisi areal seperti pembukaan lahan, pembibitan, dan penanaman karena lahan SBHE merupakan lahan take over dari perusahaan lain yang telah ditanami tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam bervariasi dari tahun 1998, 2002, dan 2003. Kemudian setelah take over tahun 2005, dilakukan penanaman tanaman kelapa sawit di beberapa lahan pada tahun 2005, 2007, 2008 sebagai tanaman sisipan. Peta areal tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 9.

(28)

Kriteria Panen

Kriteria matang panen yang diterapkan SBHE dilihat dari berapa banyak jumlah brondolan yang jatuh di piringan, umumnya digunakan ketentuan 5 brondolan yang jatuh di piringan sudah dipanen. Sebelum pemanenan dilakukan, dilihat juga kondisi buah apabila sudah ada beberapa brondolan tersangkut di atas pokok maka buah sudah layak panen. Brondolan yang lepas akan bertambah saat buah yang dipanen jatuh ke tanah. Ketentuan untuk kriteria matang di TPH adalah 6 brondolan.

Kenyataan di lapangan saat pemanenan tandan buah segar kelapa sawit terkadang ditemukan buah batu. Buah batu merupakan buah abnormal yang terjadi karena kelainan genetis. Ciri buah batu diantaranya buah sulit untuk membrondol jika buah membrondol biasanya kondisi buah telah lewat matang. Buah batu yang telah masak ditandai dengan merekahnya ujung buah atau pecah. Maka dibutuhkan pengalaman bagi pemanen agar dapat mengindentifikasi buah normal atau batu sehingga dapat menentukan kematangan buah tersebut.

Kehilangan Hasil

Kehilangan hasil dapat menurunkan produksi tandan buah kelapa sawit. Losses fruit banyak ditemukan tersangkut di pokok tanaman, brondolan tidak dikutip bersih di piringan, brondolan terjatuh di pasar pikul, brondolan di TPH tidak diangkut bersih oleh tenaga BM (Bongkar Muat), brondolan terjatuh di jalan utama. Selain brondolan yang menyebabkan kehilangan hasil, buah mentah, TBS yang dengan sengaja tidak dipanen oleh pemanen atau buah tinggal, buah yang sudah dipanen tidak diangktu ke TPH, buah di TPH tidak diangkut/terlambat ke PKS, dan seluruh buah, brondolan, janjang masak yang tidak sampai di loading ramp menjadi persoalan dalam menurunkan jumlah produksi. Pencegahan agar hal tersebut tidak berulang terjadi, mandor panen harus teliti dalam melakukan pengecekan mutu hancak dan mutu buah keseluruhan pemanen. Mandor panen dan kerani buah tidak ragu-ragu dalam menerapkan disiplin pemberian denda jika terjadi pelanggaran.

(29)

Kerapatan Panen

Angka kerapatan panen didapat dengan menghitung jumlah janjang matang pada pokok yang dijadikan sampel kemudian dibagi jumlah total pokok yang diamati dan dikalikan persentase 100, maka akan didapat angka kerapatan panen pada blok tersebut. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum dilakukan pemanenan pada blok tersebut. Angka kerapatan panen ini berfungsi untuk menentukan sensus buah keesokan harinya di blok tersebut. Pengamatan kerapatan panen umumnya dilakukan dengan mengambil sampel 1 ha/blok. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen.

Angka Kerapatan Panen (AKP)= 100 %

Penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah janjang pada dua pasar pikul di blok B6, B5, B4, dan B3 sehari sebelum blok tersebut dipanen. Pada blok B6 diketahui terdapat 121 pokok yang diperiksa dengan 42 janjang yang siap dipanen, maka dapat diketahui AKP blok tersebut sebagai berikut :

Angka Kerapatan Panen (AKP)= x 100 %= 34.7 %

Hasil perhitungan angka kerapatan panen pada blok B5, B4, dan B3 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Taksasi Harian dan Angka Kerapatan Panen

Blok Jumlah Janjang Matang Jumlah Pokok Diperiksa Jumlah Pokok Produktif Angka Kerapatan Panen Estimasi Janjang Dipanen Hasil Aktual Janjang Dipanen B6 42 121 3 628 34.7 % 1 270 -B5 37 119 2 969 31.1 % 920 -B4 35 122 2 594 25.8 % 669 -B3 31 120 2 357 28.7 % 684

-Total Estimasi Janjang 3 543 3 578 Sensus Buah Harian

Sensus buah atau taksasi panen merupakan perencanaan panen mengenai jumlah janjang yang akan dipanen dengan melakukan pengecekan sehari sebelum dilakukan panen. Pohon yang dijadikan sampel perhitungan yaitu pohon yang terdapat minimal 3 brondolan jatuh di piringan karena dalam semalam brondolan

(30)

tersebut akan bertambah menjadi 5 brondolan sesuai kriteria panen keesokan harinya.

Taksasi panen dapat diketahui dengan mencari terlebih dahulu AKP (angkatan kerapatan panen), kemudian dikalikan jumlah pokok dan luas lahan dalam blok tersebut. Selanjutnya hasil taksasi produksi untuk wilayah satu blok tersebut akan diketahui. Pelaksanaan taksasi dilakukan sesuai instruksi kerja, yaitu

1. Menentukan areal yang akan dipanen esok hari. Areal ini adalah areal seksi potong buah yang jatuh pada esok hari dan areal sisa panen hari ini (jika belum selesai).

2. Melakukan sensus/taksasi sebesar 15% dari pokok produktif pada areal yang akan dipanen esok hari. Namun biasanya di lapangan sensus dilakukan 1 ha dalam tiap blok karena dianggap telah mewakili.

3. Menetukan nomor baris sampel setiap blok yang akan disensus.

4. Mulai pokok terluar searah pasar rintis menuju pokok terakhir bertemu dengan jalan koleksi.

5. Amati, hitung, dan mencatat janjang masak yang akan dipanen besok pada baris kanan dan kiri dari pasar rintis. Pengamatan dilakukan sampai seluruh sampel baris telah disensus.

6. Taksasi jumlah janjang yang dipanen diperoleh dari presentase kematangan buah dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen besok. Taksasi panen yaitu

: 100% x(jumlah pokok/ ha x luas lahan blok) Contoh perhitungan dalam melakukan taksasi panen, diketahui jumlah janjang matang 60 janjang, jumlah pokok yang diperiksa 191 pokok, jumlah pokok dalam satu hektar 136 pokok, luas lahan dalam blok 30 ha maka estimasi janjang panen pada blok tersebut adalah :

Taksasi panen = x 100% x (136 pokok x 30 ha) = 1 281.7 janjang

Jika BJR (berat janjang rata-rata dalam blok) 8 kg maka taksasi panen pada blok tersebut senilai = 1 281.7 janjang x 8 kg = 10 253.4 kg = 10. 3 ton.

(31)

Penulis melakukan taksasi panen pada satu seksi panen sebanyak 4 blok. Taksasi dilakukan pada blok B6 (27.9 ha), B5 (26.5 ha), B4 (20 ha), B3 (16.5 ha) dengan mengambil sampel 1 ha untuk tiap blok seperti yang biasa dilakukan oleh mandor panen dalam melakukan taksasi harian. Hasil taksasi janjang sehari sebelum panen dengan hasil aktual pemanenan TBS yang dapat dilihat pada Tabel 6, tidak berbeda jauh hanya terpaut selisih 0.01 %. Toleransi selisih antara aktual dengan taksasi harian yang berlaku di SBHE adalah ± 5 % dengan begitu taksasi yang dilakukan penulis dapat dikatakan sangat baik dengan akurasi 99 %. Manfaat dilakukan taksasi buah diantaranya mengetahui jumlah ride (unit angkutan) yang dibutuhkan esok hari, mengetahui estimasi jumlah janjang yang akan dipanen, jumlah pemanen yang dibutuhkan agar pemanen mendapatkan basis.

Sensus Produksi Semester

Pengendalian dan pengolahan kebun secara keseluruhan terkait erat dengan hasil sensus produksi. Hasil sensus produksi akan sangat menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh manajemen kebun dalam pengendalian biaya dan penekanan lossesproduksi.

Sensus produksi dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu pelaksanaan sensus produksi yaitu setiap semester dengan ketentuan semester I dilaksanakan pada tanggal 20-31 Desember dan semester II dilaksanakan pada tanggal 20-30 Juni. Janjang yang dihitung adalah semua janjang yang ada, mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi (bunga cengkeh yang diperkirakan siap dipanen 5-6 bulan berikutnya) hingga buah masak panen pada blok tersebut. Semua janjang yang dipanen pada waktu pelaksanaan sensus bulan Desember (semester I) dan Juni (semester II) menjadi pengurangan hasil sensus pada blok tersebut.

Kebutuhan tenaga dalam pelaksanaan sensus ditentukan oleh luas areal dan target waktu yang telah ditentukan (prestasi 10-15 ha/HK). Satu tim beranggotakan 3 petugas sebagai anggota tetap, yang terdiri dari petugas penghitung, petugas pengecet di pokok, dan petugas pencatat administrasi. Penentuan baris sensus (BS) berdasarkan urutan penomoran blok terkecil hingga blok terbesar dan nomor barisan terkecil. BS ditentukan pada 10 baris tanaman

(32)

pertama dan selanjutnya setiap selang 10 baris dari satu barisan ke barisan selanjutnya.

Pengamatan terhadap cara-cara melakukan peramalan produksi untuk jangka waktu tertentu dan membandingkan hasil ramalan dengan produksi aktual yang diperoleh. Produksi per hektar untuk semester pertama atau jangka waktu enam bulan dapat diperkirakan dengan perhitungan taksasi buah menggunakan rumus P=

Keterangan : P = Produksi

a = Jumlah tandan bunga betina yang diamati b = Rata-rata berat tandan

d = Jumlah pokok yang diamati

e = Jumlah pokok seluruhnya dalam blok

Penulis melakukan simulasi sensus semesteran terhadap 4 blok yang berada di Divisi I. Pengamatan dilakukan terhadap banyak jumlah bunga betina dan janjang yang tidak terselubung seludang dalam dua pasar pikul atau 1 ha. Data simulasi sensus semesteran di Divisi I dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengamatan Sensus Produksi Semesteran di Divisi I

Blok TanamTahun Jumlah Pokok

Berat Janjang Rata-rata (kg) Jumlah Pokok Diperiksa Jumlah Bunga Betina Jumlah Janjang seludang terbuka Produksi (kg/ha) B6 2005 3 628 15.2 121 29 889 465.1 B5 2002 2 969 13.5 119 24 641 359.3 B4 1998 2 594 17.0 120 2 436 344.5 B3 1998 2 357 17.0 122 10 483 439.1

Berdasarkan pengamatan, tahun tanam mempengaruhi jumlah janjang dan berat janjang. Semakin lama tahun tanam, berat janjang akan semakin berat dan jumlah janjang akan semakin sedikit hingga batas umur produktif yang optimal. Produksi tiap blok berbeda sesuai dengan jumlah pokok produktif yang ada. Produksi akan meningkat sesuai dengan umur tanaman. Menurut Risza (2009) produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Tanaman yang berusia produktif akan menghasilkan buah dengan

(33)

produktivitas tinggi dengan meningkatnya berat janjang. Berikut adalah manfaat dilakukannya sensus produksi, yaitu :

1. Mengestimasikan produksi TBS, CPO dan PKO enam bulan ke depan. 2. Mengestimasikan jumlah uang yang dihasilkan dan dikeluarkan

perusahaan.

3. Mengestimasikan penjualan (marketing).

4. Perencanaan potong buah, transport dan pengolahan di PKS 5. Mengetahui losses di lapangan

Sistem Panen

Hanca panen yang digunakan SBHE adalah sistem hanca giring tetap per mandoran artinya, dalam satu mandoran hanca karyawan dapat digiring/dipindah oleh mandor dalam satu wilayah kemandoran. Keuntungan sistem hanca ini, jika ada pemanen yang tidak hadir dalam satu kemandoran mandor panen dapat menghancakan pemanen lain dalam mandorannya untuk menyelesaikan hanca karyawan yang tidak hadir, karyawan panen pun memiliki rasa tanggungjawab terhadap hanca di mandorannya sendiri. Menurut Pahan (2010) keuntungan hanca giring tetap per mandoran, yaitu 1. Manajemen pelaksanaan panen berdasarkan AKP dapat sempurna dilaksanakan. 2. Tenaga kerja dapat diatur sesuai kondisi AKP. 3. Persaingan sehat antar mandor. 4. Mandor aktif dalam melakukan pengawasan. 5. Sistem ini cocok untuk dilakukan pada areal yang baru panen dan sudah lama. 6. Output mandoran dan karyawan dapat dipacu penghancaan sesuai kekuatan masing-masing karyawan. 7. Menghindari kecemburuan di antara karyawan karena hanca dapat ditukar dari pusingan satu ke selanjutnya. Kekurangannya : 1. Tanggung jawab karyawan terhadap hanca masih relatif kecil. 2. Kegiatan pengawasan harus dilakukan lebih ketat.

Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan selang waktu yang ditetapkan untuk menentukan waktu panen dalam seminggu antara panen terakhir sampai panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE pada masing-masing divisinya terdiri dari 6 seksi panen artinya, dalam satu minggu terdapat 6 hari panen dan masing-masing hanca panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya.

(34)

Ada 6 seksi pembagian wilayah yang telah ditetapkan di Divisi I terhadap 24 blok lahan kelapa sawit wilayahnya. Seksi tersebut disesuaikan dengan rotasi panen yang ada. Rotasi pokok seharusnya sesuai dengan rotasi blok, namun karena dalam satu blok ada pokok yang tidak dipanen pada hari panennya maka pokok tersebut dipanen pada minggu berikutnya. Hal ini menyebabkan buah lewat matang sehingga produktivitas dapat menurun. Seksi potong buah disusun sedemikian rupa sehingga 1. Satu seksi harus selesai dipanen satu hari; 2. Mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain; 3. Mempermudah kontrol asisten, mandor I, dan mandor panen; 4. Transpor TBS lebih efisien; serta 5. Output pemanen lebih tinggi (Pahan, 2010). Pembagian seksi panen Divisi I dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pembagian Seksi Panen Divisi I

Seksi Blok Luas (ha) Tahun Tanam

A B2 26.5 1998 B1 27.9 1998 A1 31.5 2005 A2 15.9 1998 Total Luas 101.8 B A3 16.8 1998 A4 9.3 2007 A5 26.6 1998 A6 23.9 1998 Total Luas 76.6 C D6 25.8 2003 D5 31.5 2003 D4 19.0 2002 D3 11.5 2008 Total Luas 87.8 D D2 10.4 2007 D1 18.5 2003 C1 16.7 2002 C2 10.5 2002 Total Luas 56.1 E C3 24.5 1998 C4 24.7 1998 C5 10.5 2002 C6 19.3 2003 Total Luas 79.0 F B6 31.1 2005 B5 21.8 2002 B4 16.5 1998 B3 20.0 1998 Total Luas 89.4

(35)

Basis dan Premi Panen

Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam pemanenan. Basis yang diterapkan pada pemanen ada 3 jenis yaitu, basis janjang, basis hanca, dan basis waktu. Basis janjang inilah yang akan menentukan premi panen yang didapat oleh seorang pemanen. Basis janjang ditetapkan berdasarkan produktivitas tiap blok dilihat dari tahun tanamnya. Divisi I untuk tahun tanam 1998 ditetapkan basis janjang 110 janjang sedangkan tahun 2000, 2002, 2003, 2005, 2007 sebanyak 120 janjang. Premi panen ketentuannya telah diatur dalam Intern Office Memo (IOM) General Manager Plantation (GMP) BGA yang disampaikan pada setiap wilayah dan estate.

Penetapan premi panen disesuaikan dengan basis panen yang ditentukan berdasarkan produktivitas TBS estate ton/ha dalam setahun, kelas BJR, kelas lereng, dan tinggi pokok. Tarif premi potong buah regional 2 dapat dilihat pada Lampiran 10. Ketentuan penetapan premi terkait dengan jenis pemanen Non-DOL, BHS-DOL 2, dan BHS-DOL 3. Penetapan basis premi bagi BHS-DOL 2 dan BHS-DOL 3 terkait dengan basis premi Non-DOL. Ketentuan premi basis borong dan lebih borong dapat dilihat pada Tabel 9.

(36)

Tabel 9. Ketentuan Premi Basis Borong dan Premi Lebih Borong berdasarkan jenis pemanen.

Jenis Pemanen

Jenis

Pekerjaan Premi Basis Borong

Premi Lebih Borong Non-DOL Rp 8 500 Rp 470,-/janjang BHS-DOL 2 Cutterdan Carrier Rp 1 500 (jika berhasil memanen 150 % dari basis borong Non-DOL)

Rp 235,-/janjang Rp 3 000 (jika berhasil

memanen 165 % dari basis borong Non-DOL)

Rp 6 000 (jika berhasil memanen 180 % dari basis borong Non-DOL) Loose Fruit Picker (LF Picker) Rp 90,-/kg BHS-DOL 3 Cutter + Frond stacking dan Carrier Rp 1 000 (jika berhasil memanen 220 % dari basis borong Non-DOL)

Rp 165,-/janjang Rp 1 500 (jika berhasil

memanen 240 % dari basis borong Non-DOL)

Rp 5 000 (jika berhasil memanen 260 % dari basis borong Non-DOL)

Loose Fruit

Picker Rp 90,-/kg

Contoh Cara Perhitungan Premi Pemanen : A. Non-DOL

Basis borong = 85 janjang

Realisasi panen pemanen A = 95 janjang

Premi yang diterima :

1. Premi siap borong = Rp 8

500,-2. Premi lebih borong (95-85 janjang) x Rp 470/janjang = Rp 4 700,-Total premi yang diterima pemanen A pada hari itu = Rp 13

200,-B. BHS-DOL 2 Cutter + Carrier

Basis borong = 128 janjang

a. Bila realisasi panen cutter + carrier A = 130 janjang Premi yang diterima :

1. Premi siap borong = Rp 1

500,-2. Premi lebih borong (130 – 128) x Rp 235/janjang = Rp 470,-3. Total premi (Rp 1 500,- + Rp 470,-) = Rp 1 970 b. Bila realisasi panen cutter + carrier A = 145 janjang

Gambar

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2011
Tabel 5. Simulasi Metode Pengutipan dengan Garu No.
Tabel 6. Hasil Taksasi Harian dan  Angka Kerapatan Panen
Tabel 7. Pengamatan Sensus Produksi Semesteran di Divisi I
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Asisten Kepala Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) diajukan secara tertulis oleh Kepala Kantor Pusat dan/atau

(1) Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II mengkoordinir kegiatan Kepala Perwakilan Departemen yang Berwenang dalam melakukan

brainstorming, dan analisis data suspend. Analisis Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Diagram.. 11 Berdasarkan pelaksanaan tahap kedua dalam proyek, terdapat empat akar

Tugas dari pendamping kepala blok adalah mengawasi pembimbing baik pembimbing petik maupun pemeliharaan sesuai pekerjaannya masing-masing, membuat rencana kerja dan

Karena sistem panen di Afdeling III menggunakan sistem hanca giring tetap, yaitu tiap pemanen memiliki hanca tetap di tiap blok dan kegiatan panen digiring oleh mandor

Pd, selaku Kepala Prodi Pendidikan Matematika di STKIP Budidaya Binjai yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata KKL sekaligus sebagai

DAFTAR HADIR BLT DESA SENAKIN T.A 2024 NO NAMA JABATAN ALAMAT TANDA TANGAN Senakin,11 Juni 2024 Kepala Desa Senakin MUHAMMAD HARISANDY S,Pd.I DAFTAR HADIR PENYULUHAN KESEHATAN