• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR 1"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

STRUKTUR ALJABAR 1

Disusun oleh :

Isah Aisah, Dra., MSi

NIP 196612021999012001

Program Studi S-1 Matematika

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjadjaran

(2)

ii

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar i

2. Daftar Isi ii

3. Deskripsi Mata Kuliah iv

4. Modul 1 : Himpunan

Kegiatan Belajar 1 : Himpunan

Kegiatan Belajar 2 : Prinsip Inklusi dan Eksklusi Latihan Daftar Pustaka 1 15 17 21

5. Modul 2 : Relasi, Pemetaan, Sistem Matematika Kegiatan Belajar 1 : Relasi

Kegiatan Belajar 2 : Pemetaan, Sistem Matematika Latihan Daftar Pustaka 22 32 42 43

6. Modul 3 : Grup

Kegiatan Belajar 1 : Grup

Kegiatan Belajar 2 : Sifat-sifat Grup Latihan Daftar Pustaka 44 53 57 58

7. Modul 4 : Subgrup

Kegiatan Belajar 1 : Subgrup Kegiatan Belajar 2 : Pusat Grup Latihan Daftar Pustaka 59 67 71 72

(3)

iii

9. Modul 6 : Koset, Teorema Lagrange

Kegiatan Belajar 1 : Koset

Kegiatan Belajar 2 : Teorema Lagrange Latihan Daftar Pustaka 96 101 104 105

10. Modul 7 : Subgrup Normal, Grup Faktor Kegiatan Belajar 1 : Subgrup Normal Kegiatan Belajar 2 : Grup Faktor Latihan Daftar Pustaka 106 113 120 121

11. Modul 8 : Homorfisma Grup Kegiatan Belajar 1 : Homorfisma

Kegiatan Belajar 2 : sifat-sifat Homomorfisma Latihan Daftar Pustaka 122 129 135 136

12. Modul 9 : Isomorfisma Grup

Kegiatan Belajar 1 : Isomorfisma Grup

(4)

iv

DESKRIPSI MATA KULIAH

STRUKTUR ALJABAR I

Mata kuliah Struktur Aljabar I merupakan salah satu mata kuliah untuk mencapai

kompetensi dasar penguasaan konsep-konsep utama meliputi : himpunan, sifat – sifat bilangan bulat, ralasi, pemetaan, sifat – sifat pemetaan, permutasi, Grup, Subgrup, Grup Siklis, Koset, Subgrup Normal, Grup Faktor, Homomorfisma grup dan Isomorfisma

grup.

Mata Kuliah Struktur Aljabar 1 mempunyai bobot 3 sks dan disajikan dalam 9

modul untuk 14 kali pertemuan. Setiap modul memuat penjelasan materi, contoh serta

soal-soal latihan.

Materi tersebut dirinci sebagai berikut :

Modul 1 Himpunan

Modul 2 Relasi, Pemetaan, Sistem Matematika

Modul 3 Grup

Modul 4 Subgrup

Modul 5 Grup Siklis, Grup Permutasi

Modul 6 Koset, Teorema Lagrange

Modul 7 Subgrup Normal, Grup Faktor

Modul 8 Homomorfisma Grup

MOdul 9 Isomorfisma Grup

Di akhir setiap modul diberikan latihan dan daftar pustaka, sehingga pembaca

dapat mencari dan menggunakan referensi tersebut untuk pemahaman lebih lanjut.

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu membedakan(A) sebuah

grup berdasarkan operasi biner, mengkonstruksi isomorfisma dari 2 buah grup (C), dan

(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Alloh SWT, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Modul Ajar Struktur Aljabar 1 . Modul Ajar ini

berisi materi untuk perkuliahan Mata Kuliah Struktur Aljabar 1 pada jenjang S1

Program Studi Matematika. Materi berisi Struktur Grup beserta sifat-sifatnya,

Homomorfisma, serta Isomorfisma. Selain dari pada itu diberikan juga soal-soal

latihan untuk membantu mahasiswa memahami materi yang telah diberikan. Materi

dirancang dengan beban 3 SKS dalam satu semester. Materi dari Modul ajar ini

diambil dari beberapa sumber yang biasa dipergunakan untuk mempelajari Struktur

Aljabar.

Tujuan dari penulisan Modul ajar ini, yaitu untuk membantu para mahasiswa

mempelajari dasar-dasar struktur Aljabar ,dengan demikian mahasiswa diharapkan

mampu mengkaji lebih lanjut materi Struktur Aljabar 1.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam Modul ajar ini, untuk itu

penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan Modul ajar

ini. Walaupun demikan, semoga Modul ajar ini bermanfaat bagi yang

memerlukannya.

Jatinangor, Januari 2017

(7)

1

MODUL 1

HIMPUNAN

Materi ini merupakan materi prasyarat yang diperlukan untuk memahami materi-materi yang ada dalam struktur Aljabar. Materi ini berisi pengertian Himpunan, sifat-sifat Aljabar dari Himpunan

Kegiatan Belajar 1 :

Pengertian Himpunan

Himpunan diartikan sebagai kumpulan dari obyek-obyek yang dapat diterangkan

dengan jelas.

Himpunan dinotasikan dengan sebuah huruf capital, sedangkan keanggotaan nya

dituliskan dengan huruf kecil. Misalkan S sebuah himpunan dan x adalah sebuah

objek di S, dikatakan x adalah anggota dari S, dan dinotasikan oleh x S, dalam kasus

x bukan anggota S dinotasikan oleh x S.

Cara Penyajian Himpunan

1. Enumerasi

Contoh 1.

- Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.

- Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.

- C = {kucing, a, Amir, 10, paku}

- R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }

- C = {a, {a}, {{a}} }

- K = { {} }

- Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }

- Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

2. Keanggotaan

(8)

Contoh 2.

Misalkan: A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }

K = {{}}

maka

3  A 5  B {a, b, c}  R

c  R

{}  K

{}  R

Contoh 3. Bila P1 = {a, b}, P2 = { {a, b} }, P3 = {{{a, b}}}, maka

a  P1

a  P2

P1  P2

P1  P3

P2  P3

3. Simbol-simbol Baku

P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }

N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }

Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }

Q = himpunan bilangan rasional

R = himpunan bilangan riil

C = himpunan bilangan kompleks

 Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U.

Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U,

(9)

4. Notasi Pembentuk Himpunan

Notasi: { x  syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh 4.

(i) A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5

A = { x | x adalah bilangan bulat positif lebih kecil dari 5}

atau

A = { x | x  P, x < 5 }

yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}

(ii) M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah IF2151}

5. Diagram Venn

Contoh 5.

Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}. Diagram Venn:

U

1 2

5

3 6

8 4

7

A B

1.3 Kardinalitas

 Jumlah elemen di dalam A disebut kardinalitas dari himpunan A.  Notasi: n(A) atau A 

(10)

(i) B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 }, atau B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19} maka B = 8

(ii) T = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka T = 5 (iii) A = {a, {a}, {{a}} }, maka A = 3

Himpunan Kosong

 Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set).

 Notasi :  atau {}

Contoh 7.

(i) E = { x | x < x }, maka n(E) = 0

(ii) P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0

(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A) = 0

 himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {}

 himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {, {}}

 {} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan kosong.

1.4 Himpunan Bagian (Subset)

 Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.

 Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

 Notasi: A  B

(11)

U

A B

Contoh 8.

(i) { 1, 2, 3}  {1, 2, 3, 4, 5}

(ii) {1, 2, 3}  {1, 2, 3} (iii) N  Z  R  C

(iv) Jika A = { (x, y) | x + y < 4, x , y  0 } dan

B = { (x, y) | 2x + y < 4, x  0 dan y  0 }, maka B  A.

TEOREMA 1.1.

Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut: (a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A  A). (b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A (   A). (c) Jika A  B dan B  C, maka A  C

   A dan A A, maka  dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya

(improper subset) dari himpunan A.

Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan  adalah improper subset dari A.

(12)

(i) A  B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A  B.

A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.

Contoh: {1} dan {2, 3} adalah proper subset dari {1, 2, 3}

(ii) A B : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah himpunan bagian

(subset) dari B yang memungkinkan A = B.

1.5 Himpunan yang Sama

A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.

A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A  B.

 Notasi : A = B  A  B dan B  A

Contoh 9.

(i) Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x – 1) = 0 }, maka A = B (ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B

(iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A  B

Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:

(a) A = A, B = B, dan C = C

(b) jika A = B, maka B = A

(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

1.6 Himpunan yang Ekivalen

 Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika

kardinalitas dari kedua himpunan tersebut sama.

 Notasi : A ~ B  A = B

Contoh 10.

(13)

1.7 Himpunan Saling Lepas

 Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang sama.

 Notasi : A // B

 Diagram Venn:

U

A B

Contoh 11.

Jika A = { x | x  P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.

1.8 Himpunan Kuasa

Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya

merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan

A sendiri.

 Notasi : P(A) atau 2A

 Jika A = m, maka P(A) = 2m.

Contoh 12.

Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}

Contoh 13.

Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = {}, dan himpunan kuasa dari himpunan {} adalah P({}) = {, {}}.

(14)

1.9 Operasi Himpunan

a. Irisan (intersection)

 Notasi : A  B = { x  x  A dan x  B }

Contoh 14.

(i) Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18}, maka A  B = {4, 10}

(ii) Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka A  B = .

Artinya: A // B

b. Gabungan (union)

 Notasi : A  B = { x  x  A atau x  B }

Contoh 15.

(i) Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = { 7, 5, 22 }, maka A  B = { 2, 5, 7, 8, 22 }

(ii) A   = A

c. Komplemen (complement)

(15)

Contoh 16.

Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },

(i) jika A = {1, 3, 7, 9}, maka

A

= {2, 4, 6, 8}

(ii) jika A = { x | x/2  P, x < 9 }, maka

A

= { 1, 3, 5, 7, 9 }

d. Selisih (difference)

 Notasi : A – B = { x  x  A dan x  B } = A 

B

Contoh 18.

(i) Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka A – B = { 1, 3, 5, 7, 9 }

dan B – A = 

(ii) {1, 3, 5} – {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} – {1, 3, 5} = {2}

e. Beda Setangkup (Symmetric Difference)

 Notasi: A  B = (A  B) – (A  B) = (A – B)  (B – A)

Contoh 19.

Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka A  B = { 3, 4, 5, 6 }

Contoh 20. Misalkan

U = himpunan mahasiswa

P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80

Q = himpunan mahasiswa yang nilain ujian UAS di atas 80

Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS keduanya di atas

80, mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas 80, dan mendapat nilai C jika kedua

ujian di bawah 80.

(16)

(ii) “Semua mahasiswa yang mendapat nilai B” : P  Q

(iii) “Ssemua mahasiswa yang mendapat nilai C” : U – (P  Q)

TEOREMA 1. 2. Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:

(a) A  B = B  A (hukum komutatif)

(b) (A  B )  C = A  (B  C ) (hukum asosiatif)

n i i n

A

A

A

A

1 2 1

...

n i i n

A

A

A

A

1 2 1

...

i n i n

A

A

A

A

1 2

1

...

i n i n

A

A

A

A

1 2

1

...

Sifat-sifat Aljabar Himpunan, Prinsip Inklusi dan Eksklusi

1. Hukum identitas:

A   = A

A  U = A

2. Hukum null/dominasi:

A   = 

(17)

3. Hukum komplemen:

A  A = U

A  A = 

4. Hukum idempoten:

A  A = A

A  A = A

5. Hukum involusi:

(

A

)

= A

6. Hukum penyerapan (absorpsi):

A  (A  B) = A

A  (A  B) = A

7. Hukum komutatif:

A  B = B  A

A  B = B  A

8. Hukum asosiatif:

A  (B  C) = (A  B)  C

A  (B  C) = (A  B)  C

9. Hukum distributif:

A  (B  C) = (A  B)  (A 

C)

A  (B  C) = (A  B)  (A 

C)

10. Hukum De Morgan:

A

B

=

A

B

A

B

=

A

B

11.Hukum 0/1

= U

U

= 

Contoh 21 ;

Buktikan A  B = B  A Penyelesaian :

Ambil sebarang, akan ditunjukkan A  B B  A

maka berdasarkan definisi Gabungan,

atau bias ditulis atau , sehingga ,

Jadi A B B  A .

(18)

1.11 Prinsip Dualitas

 Prinsip dualitas: dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.

(Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu kesamaan

(identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti , , dan

komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan mengganti   ,   , 

 U, U  , sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka

kesamaan S* juga benar dan disebut dual dari kesamaan S.

1. Hukum identitas: A   = A

Dualnya: A  U = A

2. Hukum null/dominasi: A   = 

Dualnya: A  U = U

3. Hukum komplemen: A  A = U

Dualnya: A  A= 

4. Hukum idempoten: A  A = A

Dualnya: A  A = A

5. Hukum penyerapan: A  (A  B) = A

Dualnya:

A  (A  B) = A

6. Hukum komutatif: A  B = B  A

Dualnya:

A  B = B  A

7. Hukum asosiatif:

A  (B  C) = (A  B)  C

Dualnya:

(19)

8. Hukum distributif:

A  (B  C)=(A  B)  (A  C)

Dualnya:

A  (B  C) = (A  B)  (A  C)

9. Hukum De Morgan:

A

B

=

A

B

Dualnya:

A

B

=

A

B

10. Hukum 0/1

= U

Dualnya:

U

= 

Contoh 22. Buktikan Dual dari (A  B)  (A 

B

) = A

Dengan menggunakan sifat (A  B)  (A 

B

) = A  (B 

B

) = A  U = A

Jadi (A  B)  (A 

B

) = A.

1.13 Multi Set.

Himpunan yang unsurnya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut multi set

(himpunan ganda).

Contoh:

A = {1, 1, 1, 2, 2, 3},

B = {2, 2, 2},

C = {2, 3, 4},

D = {}.

Multiplisitas dari suatu unsur pada multi set adalah jumlah kemunculan unsur

tersebut

pada multi set tersebut.

Contoh:

M = { 1, 1, 1, 2, 2, 2, 3, 3, 1 },

multiplisitas 1 adalah 4 dan multiplisitas 2 adalah 3, sementara itu multiplisitas 3

(20)

Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini

multiplisitas dari setiap unsurnya adalah 0 atau 1. Himpunan yang multiplisitas dari

unsurnya 0 adalah himpunan kosong.

Misalkan P dan Q adalah multiset, operasi yang berlaku pada dua buah multi set

tersebut adalah sebagai berikut :

a. P ∪ Q merupakan suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan multiplisitas maksimum unsur tersebut pada himpunan P dan Q. Contoh :

P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },

Maka P ∪ Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }

b. P ∩ Q adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan

multiplisitas

minimum unsur tersebut pada himpunan P dan Q. Contoh :

P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }

Maka P ∩ Q = { a, a, c }

c. P – Q adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan multiplisitas unsur tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q, ini

berlaku jika jika selisih multiplisitas tersebut adalah positif. Jika selisihnya

nol atau negatif maka multiplisitas unsur tersebut adalah nol. Contoh :

P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan Q = { a, a, b, b, b, c, c, d, d, f }

maka P – Q = { a, e }

d. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda,

adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama dengan penjumlahan

dari multiplisitas unsur tersebut pada P dan Q.Contoh:

P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d },

maka P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }

Kegiatan Belajar 2 :

PRINSIP INKLUSI DAN EKSKLUSI

Berkaitan dengan kardinalitas Himpunan, diperoleh beberapa rumus sebagai berikut:

Misalkan |P | menyatakan kardinalitas himpunan P, dan | Q | menyatakan kardinalitas

(21)

| P Q | | P | + | Q | - | P Q |

| P Q | | P | + | Q |

| P Q | min(| P | ,| Q |)

| P Q | | P | + | Q | - 2| P Q |

| P Q | | P | - | Q |

Untuk 3 buah himpunan hingga , maka

| P Q | | P | + | Q | + | R | - | P Q | - | P R| - | R Q | + | P Q

|

Secara Umum untuk himpunan-himpunan A1, A2, … , An kita peroleh

| A1 A2 | =

.

Contoh 23 :

Tentukan banyaknya bilangan bulat 1 –200, yang habis dibagi 2, 5, atau 7.

Tentukan banyaknya bilangan bulat 1-200 yang habis dibagi 2,5 tetapi tidak habis

dibagi 7.

Jawab :

Misalkan P = himpunan bilangan bulat 1- 200 yang habis dibagi 2

Q = himpunan bilangan bulat 1- 200 yang habis dibagi 5

R = himpunan bilangan bulat 1- 200 yang habis dibagi 7.

Maka

| P Q | | P | + | Q | + | R | - | P Q | - | P R| - | R Q | + | P Q |

= 100 + 40 + 28 - 20 – 14 – 5 + 2 = 131

Jadi banyaknya bilangan bulat 1 -200 yang habis dibagi 2, 5 atau 7 adalah 141

bilangan.

Contoh 24 :

Diantara 100 mahasiswa, 32 mempelajari matematika, 20 mempelajari fisika, 45

(22)

matematika dan fisika, 10 mempelajari fisika dan biologi, dan 30 tidak mempelajari

satupun diantara

ketiga bidang tersebut.

a. Hitung banyaknya mahasiswa yang mempelajari ketiga bidang tersebut?

b. Hitung banyaknya mahasiswa yang mempelajari hanya satu daintara ketiga

bidang tersebut?

Penyelesaian :

Misalakan M = himpunan mahasiswa yang mempelajari Matematika

F = himpunan mahasiswa yang mempelajari Fisika

B = himpunan mahasiswa yang mempelajari Biologi

Jadi | M | = 32, | F | = 20, | B | = 45, | , | , |

Dengan menggunakan Prinsip Inklusi dan Eksklusi :

| M F | | M | + | F | + | B | - | M F | - | M B| - | F B | + | M F |

| M F | = | M F | -| M | - | F | - | B | + | M F | + | M B| +| F B |

= 70 – 32 – 20 – 45 + 15 + 7 + 10 = 5

Jadi banyaknya Mahasiswa yang mempelajari ketiga bidang tersebut sebanyak 5

orang.

Banyaknya mahasiswa yang hanya mempelajari Matematika adalah ;

| M | - | M F | - | M B| + | M F | = 32- 7- 15 + 5 = 15 orang

Banyaknya mahasiswa yang hanya mempelajari Fisika adalah :

| F | - | M F | - | F B | + | M F | = 20 – 7 – 10 + 5 = 8 orang Sedangkan banyaknya mahasiswa yang hanyamempelajari Biologi :

| B | - | M B| - | F B | + | M F | = 45 – 15 – 10 + 5 = 25 orang Jadi banyaknya mahasiswa yang mempelajari hanya satu diantara ketiga bidang

(23)

Latihan

1. Tentukan apakah setiap pernyataan berikut Benar atau Salah

a.

b.

c. }

d. }

e. {a, b} {a, b, c, {a,b,c}}

f. {a, b} {a, b, c, {a,b,c}}

g. {a,b} { a,b,{a,b}}

h. {a,b} { a,b,{a,b}}

i. {a, } {a, {a, }}

2. Tentukan himpunan-himpunan berikut

a. }

b. }

c. } { a, }}

d. } { a, }}

e. { a, }}

f. { a, }}

3. Jika A = {a, b, {a,c}, }, tentukan himpunan-himpunan berikut:

a. A- {a}

b. A-

c. A – {

d. A – {a, b} e. A – {a,c}

f. A- {{a,b}}

g. A- {a,c}

(24)

i. {a,c} – A j. {a} – {A}

4. Tentukan Power Set untuk himpunan berikut:

a. {a}

b. {{a}}

c. {

5. Misalkan A= { . Periksa apakah pernyataan berikut ini Benar atau Salah

a. A)

b. A)

c. A)

d. { A

e. A)

f. { A

g. A)

h. A)

i. A)

6. Buktikan sifat-sifat Aljabar himpunan berikut:

a. A  B = B  A

b. A  (B  C) = (A  B)  C

c. A  (B  C) = (A  B)  (A  C)

d. AB = AB

7. Tentukan Dual dari sifat berikut ;

a. A  A = U

b. A  A = U

c. A  (A  B) = A

d. A  (B  C) = (A  B)  C

e. AB = A  B

8. (a) jika A sub himpunan dari B dan B subhimpunan dari C , buktikan bahwa A

(25)

(b) Jika B A, buktikan bahwa A B = A

9. Diantara bilangan-bilangan bulat 1- 300, berapa banyaknya bilangan yang tidak

habis dibagi 3, 5 maupun 7?

10.Berapa banyaknya bilangan yang habis dibagi 3 tetapi tidak habis dibagi 5

maupun 7?

11.Sebuah survey diadakan terhadap 1000 orang. Ternyata 595 anggota partai

demokrat, 595 memakai kaca mata, dan 550 menyukai es krim, 395 diantara

mereka adalah anggota partai demokrat yang memakai kaca mata, 350 anggota

partai demokrat yang menyukai es krim, dan 400 orang memakai kaca mata

dan menyukai es krim, 250 diantara mereka adalah anggota partai demokrat

yang memakai kaca mata dan menyukai es krim.

a. Berapa banyak diantara mereka bukan anggota partai demokrat , tidak

memakai kaca mata dan tidak menyukai es krim?

b. Berapa banyak diantara mereka yang anggota partai demokrat namun tidak

memakai kaca mata dan tidak menyukai es krim?

12.Diketahui bahwa di sebuah Universitas, 60 % diantara para dosennya bermain

tenis, 50% bermain bridge, 70% melakukan jogging, 20% main tenis dan

bridge, 30% main tenis dan melakukan jogging, dan 40% main bridge dan

jogging. Jika seseorang meng atakan bahwa 20% diantara para dosen

melakukan jogging, dan main bridge dan tenis, percayakah anda pada apa yang

dikatakan itu? Mengapa?

13.Diantara 130 mahasiswa , 60 memakai topi di dalam kelas, 51 memakai syal di

leher, dan 30 memakai topi dan syal. Diantara 54 mahasiswa yang memakai

sweater, 26 memakai topi, 21 memakai syal dan 12 memakai topi dan syal.

Mereka yang tidak memakai topi ataupun syal memakai sarung tangan.

a. Berapa banyak mahasiswa yang memakai sarung tangan?

b. Berapa banyak mahasiswa yang tidak memakai sweater memakai topi

namun tidak memakai syal?

c. Berapa banyak mahasiswa yang tidak memakai sweater tidak memakai topi

ataupun syal?

14.Diantara 50 mahasiswa disebuah kelas, 26 memperoleh nilai A dari ujian

(26)

tidakmemperoleh A dari ujian pertama maupun ujian kedua, berapa banyak

mahasiswa yang memperoleh dua kali nilai A dari kedua ujian itu?

15.( dari soal no 15) Jika banyaknya mahasiswa yang memperoleh A dari ujian

pertama sama dengan banyaknya mahasiswa yang memperoleh A dari ujian

kedua, jika banyaknya mahasiswa yang memperoleh nilai A dari kedua ujian

itu adalah 40, dan jika 4 mahasiswa tidak memperoleh satu pun nilai A dari

dari kedua ujian itu, tentukan banyaknya mahasiswa yang memperoleh A

hanya dari ujian pertama saja, yang memperoleh A hanya dari ujian kedua saja

dan yang memperoleh A dari ujian pertama maupun dari ujian kedua?

16.Diketahui Himpunan ganda berikut P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e }

dan Q = { a, a, b, b, b, c, c, d, d, f } . Tentukan :

a.P

b.

c.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aisah. Isah, 2008 ,Matematika Diskrit, Bahan Ajar, UNPAD

2. Liu, L. C., 1985, Elements Of Discrete Mathematics, Second Edition, Mc

Graw-Hill Books Company

3. Fraleigh, John, 1988. A first Course In Abstract Algebra,Addison Wesley

(28)
(29)

22

MODUL 2

RELASI, PEMETAAN, SISTEM MATEMATIKA

Bagian ini mengakaji definisi relasi, representasi relasi, sifat-sifat relasi,pemetaan, sifat-sifat pemetaan , operasi pemetaan, dan sistem matematika.

Kegiatan Belajar 1: Relasi

Definisi 2.1

Misalkan A dan B dua buah himpunan , maka hasil kali silang ( cross product) dari A dan B

𝐴 x 𝐵 = 𝑎,𝑏 𝑎 ∈ 𝐴 dan 𝑏 ∈ 𝐵}

Definisi 2.2

Sebuah Relasi dari A ke B adalah subhimpunan dari A x B.

Contoh 1

(i) Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka

C  D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }

(ii) Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka

A  B = himpunan semua titik di bidang datar

Catatan:

1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: A  B = A . B.

2. Pasangan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b)  (b, a).

3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A  B  B  A dengan syarat A atau B tidak

kosong.

4. Jika A =  atau B = , maka A  B = B  A = 

(30)

23 Representasi Relasi

1. Representasi Relasi dengan Diagram Panah

Amir Budi Cecep IF221 IF251 IF342 IF323 2 3 4 2 4 8 9 15 2 3 4 8 9 2 3 4 8 9

A B P Q A A

2 Representasi Relasi dengan Tabel

 Kolom pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua menyatakan

daerah hasil.

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3

A B P Q A A

Amir IF251 2 2 2 2

Amir IF323 2 4 2 4

Budi IF221 4 4 2 8

Budi IF251 2 8 3 3

Cecep IF323 4 8 3 3

3 9

3 15

3 Representasi Relasi dengan Matriks

 Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2, …, am} dan B = {b1, b2, …, bn}.  Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [mij],

b1 b2  bn

M =

mn m m n n

m

m

m

m

(31)

24 yang dalam hal ini

R

b

a

R

b

a

m

j i j i ij

)

,

(

,

0

)

,

(

,

1

Definisi 2.3

Misalkan S himpunan tak kosong. Relasi pada S dikatakan bersifat :

Refleksif, apabila a a untuk setiap a S,

Simetris, apabila a b mengakibatkan b a untuk setiap a, b S,

Transitif, apabila a b dan b c mengakibatkan a cuntuk setiap a, b, c S.

Contoh 2

Relasi keterbagian pada bilangan bulat ( disimbolkan dengan | ) dengan definisi untuk

a|b jika dan hanya jika b = ac untuk suatu , mempunyai sifat refleksif dan

transitif tetapi tidak bersifat simetris.

Bukti:

- Ambil sebarang . Jelas a = a 1

Jadi sehingga | bersifat Refleksif

- Pilih 3,6 , jelas 3|6 tetapi 6 tidak membagi 3.

Jadi | tidak bersifat simetris.

- Ambil sebarang a,b,c dengan

Akan ditunjukkan

Karena a|b dan b|c maka terdapat bilangan bulat m dan n sehingga b = ma dan c = nb,

akibatnya c = nb=(nm)a.

Karena terdapat bilangan bulat nm sehingga berlaku c = (nm)a, maka a|c.

(32)

25 Definisi 2.4

Suatu Relasi pada S disebut Relasi Ekivalen, apabila memenuhi sifat refleksif, simetris dan

transitif.

Contoh 3

Misalkan . Definisikan relasi pada dengan aturan jika dan

hanya jika . Relasi merupakan relasi Ekivalen.

Bukti :

Misalakan

Penyelesaian :

(i) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang refleksif.

Akan dibuktikan

Jadi, “ ” bersifat refleksif.

(ii) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang simetri.

Akan dibuktikan :

…….(1)

...(2)

Dari (i)

adalah persamaan (2).

Jadi, “ ” bersifat simetri.

(iii) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang transitif.

Akan dibuktikan :

artinya ……(1)

artinya …….(2)

(33)

26

artinya .

Jadi, “ ” bersifat transitif.

Jadi, dari (i)-(iii) maka “ ” adalah relasi ekivalen.

Definisi 2.5

Misalkan S himpunan tak kosong. Partisi dari himpunan S adalah dekomposisi S ke dalam Ai

dengan sehingga berlaku

Contoh 4

A1 = {1,3}, A2 = {4} , A3= {2,5} merupakan partisi dari S = ( 1,2,3,4,5}.

Definisi 2.6

Misalkan a dan b bil bulat dan n bil bulat positif, dikatakan a kongruen b modulo n (a b( mod

n) jika hanya jika a – b = kn, untuk suatu k .

Sifat

Relasi “ “ merupakan relasi ekivalen

Bukti : diberikan sebagai latihan

Teorema 2.7

Misalkan S himpunan tak kosong dan merupakan relasi ekivalen pada S. Maka

Mengakibatkan terbentuknya partisi dan sel ( kelas ekivalen) yang memuat a adalah

(34)

27 Contoh 5

=

=

Dengan demikian terbentuk n buah kelas ekivalen yang berbeda yang merupakan partisi dari Z

yaitu

Berikut diberikan beberapa contoh penggunaan sifat Relasi .

Contoh 6.

Selidiki relasi untuk suatu .

Penyelesaian :

(i) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang refleksif

Akan dibuktikan :

Ambil sebarang.

maka

Jadi, relasi “ ” bersifat refleksif.

(ii) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang simetri

Akan dibuktikan :

Pilih sehingga menjadi tapi .

(35)

28

Jadi relasi “ ” tidak bersifat simetri.

(iii) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang transitif

Akan dibuktikan :

Ambil sebarang.

Jadi, relasi “ ” tidak bersifat transitif.

Jadi, dari (i),(ii),(iii), relasi relasi “ ” bukan relasi ekivalen.

Contoh 7.

Selidiki apakah relasi pada adalah relasi ekivalen.

Penyelesaian :

Misalkan terdapat bilangan .

(i) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang refleksif

Akan dibuktikan :

(Benar)

Jadi, “ ” bersifat refleksif.

(ii) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang simetri.

Akan dibuktikan :

Pilih dan .

(36)

29

Jadi, “ ” tidak bersifat simetri.

(iii) Akan diselidiki untuk sifat relasi yang transitif.

Akan dibuktikan :

artinya ...(1) (Definisi)

artinya ...(2) (Definisi)

Dengan menjumlahkan (1) dan (2), diperoleh :

Jadi,

Jadi, “ ” bersifat transitif.

Jadi, dari (i),(ii),(iii), maka “ ” bukan relasi ekivalen.

Contoh 8

Periksa apakah relasi di adalah relasi ekivalen apabila .

Penyelesaian :

(i) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang refleksif.

Akan dibuktikan :

(Teorema sifat urutan ).

Jadi, bersifat refleksif.

(ii) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang simetri.

Akan dibuktikan :

Artinya akan dibuktikan

(Sifat komutatif ).

Sehingga

Jadi, bersifat simetri.

(37)

30 Akan dibuktikan :

Artinya akan dibuktikan :

Terdapat dua kemungkinan nilai yaitu :

(1) Dari dan

Untuk maka dan

Karena dan maka (Sifat urutan ).

Jadi, .

(2) Dari dan

Untuk maka dan

Karena dan maka (Sifat urutan ).

Jadi,

Jadi, dari (1) dan (2) maka .

Jadi, dari (i),(ii),(iii) adalah relasi ekivalen.

Contoh 9

Periksa apakah relasi di adalah relasi ekivalen apabila .

Penyelesaian :

(i) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang refleksif.

Akan dibuktikan :

Jadi, bersifat refleksif.

(ii) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang simetri.

Diketahui :

Akan dibuktikan :

artinya sama dengan

Jadi, .

(38)

31 (iii) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang transitif.

Diketahui :

Akan dibuktikan :

artinya ...(1)

artinya ...(2)

Dengan menjumlahkan (1) dan (2), diperoleh :

Karena maka .

Jadi, bersifat transitif.

Jadi, dari (i)-(iii) maka adalah relasi ekivalen.

Conoh 10

Periksa apakah relasi di adalah relasi ekivalen apabila habis dibagi .

Penyelesaian :

(i) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang refleksif.

Akan dibuktikan :

artinya adalah pernyataan yang benar.

artinya .

Jadi terdapat yang memenuhi

Jadi .

Jadi, bersifat refleksif.

(ii) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang simetri.

Diketahui :

Akan dibuktikan :

artinya

(39)

32

Jadi, .

Jadi, bersifat simetri.

(iii) Akan diperiksa untuk sifat relasi yang transitif.

Diketahui : ,

Akan dibuktikan :

artinya ...(1)

artinya ...(2)

Dari (2),

(dari (1))

Jadi,

Jadi, bersifat transitif.

Jadi, dari (i),(ii),(iii) maka adalah relasi ekivalen.

Kegiatan Belajar 2: Pemetaan, Sistem Matematika

Definisi 1.9

Misalkan S , T himpunan tak kosong. Sebuah pemetaan dari S ke T adalah suatu aturan yang

menghubungkan setiap anggota himpunan S ke tepat satu anggota himpunan T.

Contoh 11

(40)

33 Contoh 12

Misalkan S himpunan yang terdiri dari x1, x2, x3 , definisikan dengan ,

dan

Jenis-Jenis Pemetaan

Definisi1.10

Pemetaan dari A ke B disebut pemetaan satu-satu(injektif) jika

.

Pernyataan di atas setara dengan : Jika maka .

Contoh 13.

Misalkan f : Z  Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x – 1 merupakan fungsi satu-satu?

Penyelesaian:

(i) f(x) = x2 + 1 bukan fungsi satu-ke-satu, karena untuk dua x yang bernilai mutlak sama tetapi tandanya berbeda nilai fungsinya sama, misalnya f(2) = f(-2) = 5 padahal –2  2.

(ii) f(x) = x – 1 adalah fungsi satu-ke-satu karena untuk a  b,

a – 1  b – 1.

Misalnya untuk x = 2, f(2) = 1 dan untuk x = -2, f(-2) = -3.

Definisi 1.11

Pemetaan dari A ke B disebut pemetaan pada(surjektif) jika untuk setiap terdapat

, sehingga berlaku . .

a 1

A B

2 3

4

5 b

(41)

34

Contoh 14.

Misalkan f : Z  Z. Tentukan apakah f(x) = x2 + 1 dan f(x) = x – 1 merupakan fungsi pada?

Penyelesaian:

(i) f(x) = x2 + 1 bukan fungsi pada, karena tidak semua nilai bilangan bulat merupakan jelajah dari f.

(ii) f(x) = x – 1 adalah fungsi pada karena untuk setiap bilangan bulat y, selalu ada nilai x yang memenuhi, yaitu y = x – 1 akan dipenuhi untuk x = y + 1.

Definisi 1,12

Pemetaan bijektif yaitu pemetaan yang bersifat satu-satu dan pada.

Contoh 15.

Fungsi f(x) = x – 1 merupakan fungsi yang berkoresponden satu-satu, karena f adalah fungsi

satu-satu maupun fungsi pada.

Fungsi satu-satu, Fungsi pada,

bukan pada bukan satu-satu

(42)

35 Bukan fungsi satu-satu Bukan fungsi satu-satu

maupun pada tapi pada

1. Jika f adalah fungsi berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka kita dapat menemukan balikan (invers) dari f.

2. Balikan fungsi dilambangkan dengan f –1. Misalkan a adalah anggota himpunan A dan b adalah anggota himpunan B, maka f -1(b) = a jika f(a) = b.

3. Fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu sering dinamakan juga fungsi yang invertible (dapat dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi balikannya. Sebuah fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikkan) jika ia bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, karena fungsi balikannya tidak ada.

Contoh 16.

Tentukan balikan fungsi f(x) = x – 1.

Penyelesaian:

Fungsi f(x) = x – 1 adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, jadi balikan fungsi tersebut ada.

Misalkan f(x) = y, sehingga y = x – 1, maka x = y + 1. Jadi, balikan fungsi balikannya adalah f

-1

(y) = y +1.

Contoh 17.

Tentukan balikan fungsi f(x) = x2 + 1.

Penyelesaian:

kita sudah menyimpulkan bahwa f(x) = x2 + 1.

bukan fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, sehingga fungsi balikannya tidak ada. Jadi, f(x) = x2 + 1 adalah funsgi yang not invertible.

2.2.1 Komposisi dari dua buah fungsi.

(43)

36 Misalkan g adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, dan f adalah fungsi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi f dan g, dinotasikan dengan f g, adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikan oleh

(f  g)(a) = f(g(a))

Contoh 18. Diberikan fungsi

g = {(1, u), (2, u), (3, v)}

yang memetakan A = {1, 2, 3} ke B = {u, v, w}, dan fungsi

f = {(u, y), (v, x), (w, z)}

yang memetakan B = {u, v, w} ke C = {x, y, z}. Fungsi komposisi dari A ke C adalah

f  g = {(1, y), (2, y), (3, x) }

2.3 Sistem Matematika

Definisi 1.13

Misalkan S himpunan tak kosong.

Operasi biner pada S adalah pemetaan dari S xS ke dalam S

,

Himpunan S yang dilengkapi dengan satu operasi biner disebut Sistem Matematika.

Contoh : Operasi “ + “ pada system bilangan real merupakan operasi biner.

Operasi “ : “ pada system bilangan bulat bukan merupakan operasi biner.

Contoh 19

Selidiki apakah operasi “ ” pada merupakan operasi biner

(44)

37

Ambil sembarang.

Maka

Karena dan perkalian dua bilangan bulat positif menghasilkan bilangan bulat

positif maka

Jadi

Jadi “ ” operasi biner di .

Contoh 20

Periksa apakah operasi biner “ * “pada merupakan operasi biner. Penyelesaian :

Ambil sembarang.

Maka

(perkalian dua bilangan bulat positif menghasilkan bilangan bulat positif) ...

(1), dan

(perkalian dua bilangan bulat positif menghasilkan bilangan bulat positif) ...

(2) karena (1), (2) dan penjumlahan dua bilangan bulat positif menghasilkan

bilangan bulat positif, maka

Jadi,

Jadi, “ ” operasi biner di .

Contoh 21

Periksa apakah operasi * pada merupakan operasi biner

(45)

38

Pilih . Tapi .

Jadi, “ ” bukan operasi biner di .

Contoh 22

Periksa apakah operasi * pada merupakan operasi biner

Penyelesaian :

Pilih . Tapi .

Jadi, “ ” bukan operasi biner di .

Contoh 23

Periksa apakah operasi * pada . Merupakan operasi biner

Penyelesaian :

Ambil sembarang.

Maka

(perkalian bilangan real menghasilkan bilangan real)....(1)

(perkalian bilangan real menghasilkan bilangan real)....(2)

Karena (1), (2) dan penjumlahan dua bilangan real menghasilkan bilangan real, maka

.

Karena tapi akar pangkat dua dari bilangan real akan menghasilkan bilangan

real positif saja.

Jadi, atau .

Jadi, “ ” bukan operasi biner di .

Contoh 24

Periksa apakah operasi * pada , merupakan operasi biner

(46)

39

Pilih . Tapi .

Jadi, “ ” bukan operasi biner di .

Contoh 25

Misalkan berlaku .

a. Apakah merupakan operasi biner?

Penyelesaian :

Ambil sembarang.

Maka . Karena dan penjumlahan bilangan real menghasilkan

bilangan real, maka .

Jadi, .

Jadi, operasi biner.

b. Apakah bersifat komutatif?

Penyelesaian :

Akan dibuktikan :

Ambil sembarang.

Karena dan penjumlahan dua bilangan real menghasilkan bilangan real,

maka .

Jadi,

Jadi, bersifat komutatif.

c. Apakah bersifat asosiatif?

Penyelesaian :

(47)

40

Ambil sembarang.

Karena dan penjumlahan dua bilangan real menghasilkan bilangan real,

maka .

Jadi,

Jadi, bersifat asosiatif.

d. Apakah memiliki unsur identitas?

Penyelesaian :

Akan dibuktikan :

Pilih .

Ambil sembarang.

Jadi,

Jadi, memiliki unsur identitas.

e. Apakah memiliki invers?

Penyelesaian :

Akan dibuktikan :

mbil sembarang.

Pilih

Jadi, .

Jadi, memiliki invers.

Contoh 26

Definisikan operasi pada dengan .

Apakah operasi merupakan operasi biner?

(48)

41

Ambil sembarang.

Maka .

.

Jadi,

(49)

42

Latihan

Untuk soal-soal berikut, selidiki sifat relasi yang bersesuaian.

1. Relasi ( lebih dari atau sama dengan) pada R\{0}

2. Misalkan R relasi pada Himpunan Bilangan Bulat Positif sedemikian sehingga

.

3. Misalkan a dan b bil bulat dan n bil bulat positif, dikatakan a kongruen b modulo n (a

b( mod n) jika hanya jika a – b = kn, untuk suatu k .

4. Buktikan Relasi “ “ merupakan relasi ekivalen

5. Misalkan R relasi pada Himpunan Bilangan Bulat Positif sedemikian sehingga

6. Misalkan suatu pemetaan, tentukan jenis pemetaan nya

a. S = Himpunan bilangan Riil, T = Himpunan bilangan Riil non negative, dan

.

b. S = Himpunan bilangan Riil non negatif, T = Himpunan bilangan Riil non negative,

dan .

c. S = Himpunan bilangan bulat, T = Himpunan bilangan bulat, dan .

d. S = Himpunan bilangan bulat, T = Himpunan bilangan bulat, dan

7. Berikan contoh pemetaan yang 1-1 tidak pada

8. Berikan contoh pemetaan pada tetapi tidak 1-1

9. Berikan contoh pemetaan 1-1 dan pada

10. Selidiki apakah operasi “ di bawah ini merupakan operasi biner untuk himpunan yang

bersesuaian.

11. Misalkan berlaku

a. Apakah merupakan operasi biner?

b. Apakah bersifat komutatif

c. Apakah bersifat asosiatif

(50)

43

DAFTAR PUSTAKA

1. Aisah. Isah, 2008 ,Matematika Diskrit, Bahan Ajar, UNPAD

2. Liu, L. C., 1985, Elements Of Discrete Mathematics, Second Edition, Mc Graw-Hill

Books Company

3. Fraleigh, John, 1988. A first Course In Abstract Algebra,Addison Wesley Company,

Canada.

(51)

44

MODUL 3

GRUP

Kegiatan Belajar 1 : Grup

Definisi 3.1

Sebuah Himpunan G tak kosong disebut grup terhadap operasi biner * jika terhadap operasi

biner tersebut dipenuhi :

1. G tertutup terhadap operasi * yaitu untuk setiap a, b di G berlaku a*b G

2. Setiap unsur G bersifat asosiatif yaitu a, b, c berlaku (a*b)*c = a*(b*c)

3. Terdapat unsur identitas di G sebut e, sehingga berlaku a*e = a = e* a , a

a , a-1 sehingga berlaku a* a-1 = e = a-1*a, dimana a-1 disebut invers untuk a.

Contoh-contoh :

1. Himpunan-himpunan bilangan bulat , bilangan rasional , bilangan riil dan

bilangan kompleks bersama-sama operasi biner penambahan merupakan grup

komutatif.

2. Himpunan bilangan dengan operasi biner perkalian merupakan grup abelian.

3. Himpunan matriks nonsingular dengan operasi perkalian matriks

merupakan grup tak-komutatif.

4. Himpunan matriks dengan determinan sama dengan 1

bersama-sama dengan operasi biner perkalian matriks merupakan grup tak-komutatif.

5. Misalkan dan adalah himpunan dari semua fungsi satu-satu

pada . Maka dengan operasi komposisi fungsi merupakan suatu grup,

grup ini dinamakan suatu grup permutasi.

6. Himpunan bilangan bulat modulo dengan operasi biner penambahan merupkan

(52)

45

7. Himpunan bilangan bulat modulo dengan bilangan prima

bersama-sama dengan operasi biner perkalian merupakan grup abelian.

8. Himpunan

dengan operasi perkalian matriks merupakan suatu grup.

9. Himpunan dengan operasi biner tambah dide_nisikan

oleh adalah suatu

grup.

10.Himpunan dengan operasi perkalian adalah suatu grup .

Catatan : Untuk sederhananya penulisan cukup ditulis , penulisan suatu grup

dengan operasi biner biasanya ditulis adakalanya ditulis grup Type equation here.

Contoh 2.

Periksa apakah merupakan grup.

Karena grupnya merupakan grup hingga, maka untuk memeriksa grup atau bukabn akan

digunakan table Cayley.

Dari tabel terlihat bahwa

(i) sifat tertutup terpenuhi.

(ii)Sifat asosiatif terpenuhi

(53)

46 (iv)Dari tabel diperoleh :

Karena aksioma grup terpenuhi, maka (Z4, +) merupakan grup

Contoh 3

(Zn, +) merupakan Grup, dengan operasi penjumlahan yang didefinisikan sebagai

Contoh 4

Periksa apakah merupakan sebuah grup

Penyelesaian :

Dengan menggunakan tabel cayley :

(i) Dari tabel, terdapat

Jadi, tidak tertutup terhadap perkalian.

(ii) Dari tabel terlihat bahwa asosiatif.

(iii) Pilih

Ambil sembarang.

(54)

47 (iv) Pilih

Karena maka tidak ada

Jadi, tidak mempunyai unsur invers.

Jadi, dari (i)-(iv) maka bukan grup.

Contoh 5

Periksa apakah merupakan sebuah grup

Penyelesaian :

Dengan menggunakan tabel cayley :

(i)Dari tabel terlihat bahwa tertutup terhadap perkalian.

(ii) Dari tabel terlihat bahwa asosiatif.

(iii) Pilih

Ambil sembarang.

Jadi, .

(iv) Dari tabel diperoleh :

(55)

48 Jadi,

Jadi, dari (i)-(iv), maka grup.

Contoh 6.

Periksa apakah

Penyelesaian :

Dengan menggunakan tabel cayley :

(i) Dari tabel terlihat bahwa tidak tertutup terhadap perkalian karena

terdapat

(ii) Dari tabel terlihat bahwa asosiatif terhadap perkalian.

(iii) Dari tabel terlihat bahwa unsur identitasnya adalah .

(iv) Dari tabel terlihat bahwa tidak mempunyai invers terhadap perkalian.

(56)

49 Contoh 10.

(Zp\{0}, X) merupakan sebuah grup.

Contoh 11 :

Un adalah himpunan bilangan bulat modulo n yang unsur-unsurnya relative prima dengan n.

Misalkan apakah merupakan suatu grup?

Penyelesaian :

Dengan menggunakan tabel cayley :

(i) Dari tabel terlihat bahwa tertutup terhadap perkalian.

(ii)Dari tabel terlihat bahwa asosiatif.

(iii)Dari tabel diperoleh unsur identitas di adalah

(iv)Dari tabel diperoleh :

Dari (i)-(iv), adalah grup.

Contoh 12 :

Apakah merupakansuatu Grup?

Penyelesaian :

(57)

50

i. Dari tabel terlihat bahwa tertutup terhadap perkalian.

ii. Dari tabel terlihat bahwa asosiatif.

iii. Dari tabel diperoleh bahwa unsur identitas di adalah

iv. Dari tabel diperoleh :

Jadi, dari (i)-(iv) adalah grup.

Contoh 13.

Periksa apakah merupakan suatu grup?

Penyelesaian :

Dengan menggunakan tabel cayley :

(i) Dari tabel terlihat bahwa tertutup terhadap perkalian.

(ii) Dari tabel terlihat bahwa asosiatif.

(iii)Dari tabel terlihat bahwa unsur identitas di adalah

(iv)Dari tabel diperoleh :

(58)

51

Jadi merupakan sutu grup.

Contoh 14 :

(Un, X) merupakan sebuah grup

Teorema 3.2:

Diketahui (G,*) grup dan

(i) Jika maka (hukum kanselasi kiri)

(ii). Jika maka ( hokum kanselasi kanan)

Bukti:

(i). Misalkan dengan

Karena G grup, maka terdapat sehingga

Diperoleh

e

(ii). Misalkan dengan

Karena G grup, maka terdapat sehingga

Diperoleh

Definisi 3.3

Sebuah Grup G disebut Grup Abelian atau Komutatif jika berlaku a*b = b*a a, b G

(59)

52 Himpunan bilangan Bulat terhadap operasi penjumlahan, Himpunan bilangan Realtanpa nol,

Himpunan (Zn ,+) merupakan grup komutatif,.

Definisi 3.4

Sebuah grup disebut grup hingga jika banyaknya unsur dari grup tersebut hingga, sedangkan

jika banyaknya unsure dari grup tersebut tak hingga maka grupnya merupakan grup tak

hingga.

Contoh 11.

(Zn, + ) merupakan grup hingga, sedangkan (Z, +), (R\{0} , x) merupakan grup tak hingga.

Contoh 12

Buktikan grup dengan :

Penyelesaian :

(i) Akan ditunjukkan tertutup.

Ambil sembarang dengan dan

dan .

Akan ditunjukkan

Karena maka

berdasarkan sifat ketertutupan terhadap penjumlahan dan perkalian.

Jadi,

Jadi, tertutup.

(60)

53

Ambil sembarang dengan

dan .

Akan ditunjukkan

(Berdasarkan sifat perkalian matriks yang asosiatif).

Jadi, asosiatif.

(iii)Pilih . Karena dan maka

.

Ambil sembarang dengan dan .

Akan ditunjukkan

Jadi,

Jadi, mempunyai unsur identitas.

(iv)Akan ditunjukkan

Ambil sembarang dengan dan .

Pilih . Karena dan maka

dan

sehingga .

(61)

54

Jadi,

Jadi, mempunyai unsur invers.

Jadi, dari (i)-(iv) grup.

Kegiatan Belajar 2 : Sifat - sifat GRUP

Misalkan G grup maka dipenuhi :

1) Unsur identitas di G tunggal

2) Invers di G tunggal

3) a G berlaku ( a -1)-1 = a

4) a, b G berlaku (ab)-1 = b-1a-1

5) Bila maka ada dengan tunggal dan sehingga dan .

Bukti :

1. Misalkan e dan e’ identitas di G , maka a G berlaku a* e = a = e*a dan a* e’ = a = e’*a

Jadi e= e’

2. Misalkan a’ dan a” masing-masing invers dari a, sehingga a*a’ = e dan a * a’’ = e a’ = e * a’ =( a” * a )* a’ = a” * (a * a’) = a” * e = a”

Karena a’ = a” , maka dapat disimpulkan invers G adalh tunggal.

3. Misalkan e unsure identitas di G, maka untuk setiap a di G berlaku a * a-1 = e jadi

(a-1)-1 = a

4. Misalkan a , b unsure di G, maka a, b G terdapat a-1 dan b-1, yang memenuhi

(ab) (b-1 a-1) = e

(ab)-1 = b-1 a-1

5. Bila , maka . Sehingga didapat . Sebaliknya bila

(62)

55

penyelesaian tunggal . Dengan cara serupa bisa ditunjukkan bahwa

mempunyai penyelesaian tunggal .

Contoh 13

Misalkan G grup , jika setiap unsur di G mempunyai invers dirinya sendiri, tunjukkan bahwa

G merupakan Grup abelian.

Jawab:

G grup, maka untuk setiap unsur mempunyai invers dirinya sendiri maka a, b G berlaku

a-1 = a , b-1 =b. Adt G abelian yaitu ab = ba

ab = (ab)-1 = b-1a-1= ba. Karena ab = ba maka perdefinisi bahwa G grup abelian.

Contoh 14

Misalkan grup abelian. Tunjukkan bahwa

Penyelesaian :

abelian artinya

(Karena abelian )

Contoh 15

Tunjukkan merupakan sebuah grup

Penyelesaian :

(i) Akan ditunjukkan tertutup.

Ambil dengan

Akan ditunjukkan

(63)

56

Karena maka berdasarkan sifat ketertutupan , .

Sehingga

Jadi, tertutup.

(ii) Akan ditunjukkan asosiatif

Ambil

sembarang dengan

Akan ditunjukkan

Jadi, asosiatif.

(iii) Pilih

Karena maka .

Ambil sembarang.

Akan ditunjukkan

(64)

57

Jadi,

Jadi, mempunyai unsur identitas.

(iv) Akan ditunjukkan mempunyai invers.

Ambil sembarang dengan

Pilih

Karena , maka

Akan ditunjukkan

Jadi,

(65)

58

LATIHAN

1. Misalkan G grup dan untuk 3 bilangan bulat berturut-turu berlaku (ab)i = aibi. Buktikan

bahwa G grup abelian

Sketsa bukti :

a. Misalkan 3 bilangan berturut-turut tersebut i, i+1, i+2

b. Gunakan ketiga hipotesis di atas

c. Dari poin b, tunjukkan bahwa ab=ba

1. Misalkan G grup dan berlaku (ab)2 = a2b2, a, b G . Buktikan bahwa G abelian.

2. Buktikan G grup abelian jika dan hanya jika (ab)-1 = a-1b-1 ,

3. Selidiki apakah ({1,-1), x) merupakan Grup

4. Definisikan dengan ( Misalkan G = { .

Buktikan G merupakan grup terhadap komposisi fungsi.

5. Tunjukkan bahwa himpunan Z dari semua bilangan bulat adalah grup abelian

terhadap

operasi * yang didefinisikan oleh a * b = a + b+ 1, a, b Z.

6. Periksa apakah himpunan Q dari semua bilangan Rasional kecuali 1 membentuk grup

terhadap operasi * yang didefinisikan oleh a* b = a + b- ab, a, b Q

7. Periksa apakah himpunan R dari semua bilangan Real membentuk grup terhadap

operasi

(66)

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Fraleigh, John, 1988. A first Course In Abstract Algebra,Addison Wesley

Company, Canada.

2. Gallian,Joseph, 2006. Contemporary Abstract Algebra, Houghton Mifflin

Company, USA.

3. Judson,W.T, 2009.Abstract Algebra Theory and Application, Austin State

University.

(67)

59

MODUL 4

SUBGRUP

Kegiatan Belajar 1 : SUBGRUP

Definisi 4.1

Misalkan H ≠ ∅ dan H G. H disebut subgrup dari G jika H membentuk grup dibawah

operasi yang sama dengan G. (Notasi H G).

Catatan : Untuk membuktikan H subgrup dari G, tunjukan bahwa :

1. H merupakan himpunan tak kosong

2. H merupakan himpunan bagian dari G

3. H memenuhi aksioma grup dibawah operasi biner dari G.

Contoh 1:

a. Bila 𝐺 suatu grup, maka 𝐸 = {𝑒} trivial subgrup dari 𝐺. Sedangkan subgrup dari 𝐺

yang selain 𝐸 dan 𝐺 sendiri dinamakan subgrup sejati (proper subgrup).

b. Masing-masing ℤ,ℚ dan dengan operasi biner tambah adalah subgrup dari grup

himpunan bilangan kompleks .

c. Himpunan dan dengan operasi perkalian merupakan subgrup dari grup

.

d. Himpunan matriks dengan operasi biner perkalian matriks adalah subgrup

dari grup .

e. Himpunan dengan operasi biner perkalian adalah subgrup dari

grup .

f. Misalkan dan dengan operasi biner tambah adalah

(68)

60

g. Himpunan dengan operasi perkalian merupakan subgrup dari grup

.

Sifat Subgrup

Lemma 4.1:

Misalkan H dan H G, H disebut subgrup dari G, jika :

1. a,b H, maka ab H

2. a H, a-1 H

Lemma 4.2 :

Misalkan H dan H G, H disebut subgrup dari G, jika dan hanya jika untuk setiap

a,b H berlaku ab-1 H.

Bukti :

( Misalkan , didapat bila maka . Karena di berlaku juga

operasi biner maka . Selanjutnya misalkan berlaku untuk sebarang

berakibat

( akan ditunjukkan . Misalkan bahwa , maka dengan hipotesis didapat

. Jadi dan misalkan sebarang di , maka .

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa di berlaku suatu operasi biner yaitu untuk

semua . Misalkan

berdasarkan hasil sebelumnya maka juga di . Berdasarkan hipotesis maka

. Sifat assosiatif di diwarisi dari (sebab ).

(69)

61 Lemma 4.3 :

H , H G, H hingga dan H tertutup dibawah perkalian, maka H merupakan subgrup

dari G.

Contoh 2:

Misalkan , grup, dan

.

Buktikan .

Penyelesaian :

(i) Akan ditunjukkan

Pilih . Karena dan maka

Jadi, .

(ii) Akan ditunjukkan

Ambil sembarang

Akan ditunjukkan

Karena dan . Maka

Jadi,

(iii) Akan ditunjukkan tertutup.

Ambil sembarang dengan dan

.

Akan ditunjukkan

Karena maka dan

dan karena maka .

(70)

62

(iv) Akan ditunjukkan

Ambil dengan dan

Pilih . Karena dan maka

dan . Sehingga .

Sehingga,

Jadi,

Jadi, dari (i)-(iv), maka .

Sifat-sifat Subgrup.

1. Irisan dari dua buah subgrup selalu merupakan subgroup.

2. Gabungan dari dua buah subgrup belum tentu meruakan subgroup

3. JIka adalah koleksi dari subgrup dari , maka juga merupakan subgrup

dari .

Bukti :

1. Misalkan dan subgrup. Akan ditunjukkan .

(i) Akan ditunjukkan

Karena maka dan artinya

Jadi,

(ii) Akan ditunjukkan

Ambil sembarang. Akan ditunjukkan

Karena dan maka

Jadi,

(iii) Akan ditunjukkan tertutup terhadap operasi di

(71)

63

Akan ditunjukkan .

dan

dan

Karena maka

Jadi

Karena maka

Jadi

Karena dan maka

(iv) Akan ditunjukkan mempunyai invers.

Ambil sembarang. Akan ditunjukkan

Karena maka dan karena maka

Artinya dan

Artinya

Jadi mempunyai invers.

Jadi, dari (i)-(iv), .

2. Untuk menyelidiki Gabungan dari 2 buah subgroup akan diberikan contohnya.

Misalkan G = (Z12, +) , maka subgrup-subgrup dari G adalah H1 = { }, H2 = {Z12},

H3 = { , H4 = { , H5 = { , H6 = {

Maka merupakan subgrup dari G, merupakan subgrup dari G, tetapi

bukan merupakan subgrup.

Jadi gabungan dari dua subgrup akan menjadi subgrup, jika subgrup yang satu

termuat di subgrup yang lain nya. Sedangkan jika tidak memenuhi kondisi ini maka

gabungan dua subgrup bukan merupakan subgrup.

3. Bukti :Misalkan jelas bahwa sebab . Juga bila ,

maka untuk setiap hal ini berakibat untuk setiap . Maka dari

itu juga di . Terlihat bahwa bila berakibat bahwa , maka

(72)

64 Contoh 3 :

. Misalkan .

Buktikan subgrup dari .

Penyelesaian :

(i) Akan ditunjukkan

Pilih

Jadi,

(ii) Akan ditunjukkan

Ambil sembarang dengan .

Karena maka .

maka .

Maka ( tertutup)

Jadi,

(iii) Akan ditunjukkan tertutup

Ambil sembarang.

Akan ditunjukkan

Karena artinya dan karena artinya

.

Karena dan maka .

Jadi,

(73)

65

(iv) Akan ditunjukkan mempunyai invers.

Ambil sembarang.

Pilih

artinya .

Karena dan , maka .

Jadi

Akan ditunjukkan

Jadi, .

Jadi, mempunyai unsur invers.

Jadi, dari (i)-(iv), maka .

Contoh 4 :

Misalkan himpunan bilangan real dan untuk , misalkan .

Misalkan grup terhadap operasi komposisi fungsi. . Buktikan

Penyelesaian :

(i) Akan ditunjukkan

a) Akan ditunjukkan

Pilih dengan dan

Maka

(74)

66

b) Akan ditunjukkan

Ambil sembarang dengan . Akan ditunjukkan

Jelas (perdefinisi)

Jadi

c) Akan ditunjukkan tertutup

Ambil sembarang dengan .

Akan ditunjukkan

Ambil sembarang.

Maka

Maka

Jadi,

Jadi, tertutup.

d) Akan ditunjukkan memiliki unsur invers.

Ambil sembarang dengan .

Pilih dengan dan .

Sehingga

Akan ditunjukkan

Jadi,

Jadi, memiliki unsur invers.

(75)

67

Kegiatan Belajar 2 : PUSAT GRUP

Definisi 4.4:

Misalkan G grup. Z(G) = merupakan pusat Grup atau Centre

Grup.

Contoh 5:

Misalkan G = (Z, +) maka Pusat grup atau Z(Z) merupakan dirinya sendiri.

Misalkan G = (Z4,+ ) maka Pusat grup nya dirinya sendiri, sedangkan jika

, grup, maka pusat grupnya adalah

Sifat Pusat Grup

Jika G grup, maka pusat grup merupakan subgrup dari G.

Bukti :

Misalkan Z(G) =

Akan ditunjukkan

1) Akan ditunjukkan

Pilih

Karena grup, maka

Sehingga

Jadi,

2) Akan ditunjukkan

Ambil sembarang. Akan ditunjukkan

Jelas berdasarkan yang didefinisikan di soal bahwa

Jadi,

3) Akan ditunjukkan tertutup.

Ambil sembarang. Akan ditunjukkan

(76)

68 artinya dengan

Karena dan grup maka berlaku sifat ketertutupan sehingga

.

Karena dengan maka .

Jadi, tertutup.

4) Akan ditunjukkan mempunyai unsur invers.

Ambil sembarang.

Pilih

Karena maka dengan

Karena dan grup maka

atau

Karena dengan maka

Jadi, mempunyai unsur invers.

Jadi, dari (1)-(4), maka

Contoh 6 :

, Disebut Normalizer unsur.

(77)

69 Penyelesaian :

(i) Akan ditunjukkan

Pilih

Karena grup, maka

Sehingga

Jadi,

(ii) Akan ditunjukkan

Ambil sembarang. Akan ditunjukkan

artinya dengan (sesuai yang didefinisikan)

Sehingga, diperoleh

Jadi,

(iii)Akan ditunjukkan tertutup

Ambil sembarang. Akan ditunjukkan

artinya dengan

artinya dengan

Karena maka berdasarkan sifat ketertutupan didapat

Karena dengan maka

Jadi, tertutup.

(iv) Akan ditunjukkan mempunyai invers.

Ambil sembarang.

Pilih

Karena maka dengan

(78)

70

atau

Karena dengan , maka

Akan ditunjukkan

Karena dan tertutup, maka

Karena maka dengan

Karena dengan

Jadi,

(79)

71

LATIHAN

1. Tentukan Subgrup-subgrup dari

a. ( Z, + )

b. (Z6 , + )

c. (Z11, + )

d. (Z100, +)

e. (U6, X )

f. ( U18, X)

2. Misalkan , grup, dan

.

Buktikan .

3. Misalkan G adalah grup dari semua bil kompleks tak nol terhadap operasi perkalian.

Misalkan H =

Buktikan H

Gambar

Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

 Menghasilkan budaya berupa sistem nilai, ilmu pengetahuan serta budaya materi Disamping itu masyarakat juga terdiri dari elemen-elemen sosial seperti tindakan yang dilakukan

harga khusus jika seseorang membeli baju lebih dari satu buah, seseorang akan memperoleh diskon 40% untuk baju kedua yang dia beli.. Dengan kondisi seperti itu ternyata

Tunjukkan bahwa 2Z adalah suatu subgrup dari grup Z dibawah operasi

Itu sudah kodratnya, tidak ada satu pun negara yang akan sanggup menjamin eksistensinya ke depan bila dalam penyelesaian masalah yang dihadapi dengan sendirian,

Dengan menggunakan sifat tersebut diperoleh akibat sebagai berikut: Jika pada suatu himpunan tak berhingga A ditambahkan pada anggota-anggota yang banyaknya berhingga ataupun

Permainan sempurna adalah 12 strike dan bukan 10, karena jika pemain mendapatkan strike pada susunan terakhir, ia bisa mengambil 2 giliran lagi. Jika kedua giliran itu juga strike,

– Substitusikan nilai-nilai variabel yang diperoleh pada langkah kedua ke dalam salah satu persamaan semula untuk mendapatkan nilai variabel yang lain.... Sistem Persamaan Linear

Mahasiswa dapat menggambarkan grafik fungsi, menentukan daerah definisi dan daerah nilai dari sebuah fungsi dan mengenal beberapa jenis fungsi.. Mahasiswa memahami fungsi