Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi
Oleh:
Nama : Merryana Puji Lestari
NIM : 035114027
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Science and Technology Faculty
By:
Name : Merryana Puji Lestari Student Number : 035114027
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2007
Kedua kakakku (Mas Mesah dan Mbak Endang)
yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa.
hidup tak hanya dapat dimengerti ke belakang,
tapi harus di jalani ke depan.
INTISARI
Teknik frequency hopping merupakan teknik yang sering diterapkan pada komunikasi wireless seperti pada komunikasi radio. Frequency hopping merupakan teknik spread spectrum. Dinamakan spead spectrum karena bandwidth transmisi yang digunakan jauh lebih besar dari pada bandwidth minimum yang dibutuhkan untuk mentrasmisikan informasi. Proses penebaran spektral pada frequency hopping, dilakukan dengan mengubah-ubah frekuensi pembawa secara periodik. Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi interferensi dan multipath fading yang dapat menurunkan kualitas layanan. Tujuan penelitian ini adalah membuat penerima AM dengan frequency hopping.
Penerima AM dengan frequency hopping memiliki dua blok utama yaitu, blok PLL (Phase Lock Loop) dan blok penerima. Blok penerima terdiri dari RF amplifier, mixer, IF amplifier, detektor, filter, dan penguat audio. Sedangkan blok PLL terdiri dari osilator referensi, VCO, phase comparator, pembagi terprogram, dan timer. Proses hopping sendiri terjadi pada blok PLL.
Penerima AM yang dibuat dapat menerima frekuensi carrier 1000kHz dan 1050kHz dan PLL sebagai proses hopping tidak dapat bekerja dengan perubahan frekuensi setiap 0,5 detik. Penerima AM dapat menerima sinyal informasi dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Kata kunci : frequency hopping, phase locked loop, AM.
ABSTRACT
Frequency hopping is a technique that often applied in wireless communication like radio communication. Frequency hopping is a spread spectrum because the bandwidth transmission is more than minimum bandwidth which is using to transmit information. Spread spectrum process in frequency hopping do with changing carrier frequency periodically. This technique can be decrease service quality. The aim of this research is to build an AM receiver using frequency hopping.
AM receiver with frequency hopping has two main blocks; there are PLL (Phase Lock Loop) block and receiver block. Receiver block consist of RF Amplifier, mixer, IF Amplifier, detector, filter, and audio amplifier. Where are PLL block consist of reference oscillator, VCO, phase comparator, programmable divider, and timer. The hopping process happened on PLL block.
AM receiver that has been made can receive 1,000 kHz and 1,050 kHz of carrier frequency and PLL as hopping process can’t work with frequency changing every 0.5 second. AM receiver can receive information signal with different frequency.
Keywords: frequency hopping, phase locked loop, AM
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul :
Penerima AM dengan Frequency Hopping.
Skripsi ini ditulis bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana teknik pada program studi Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini didasarkan pada hasil-hasil yang
penulis peroleh berdasarkan pada perancangan alat, pembuatan alat, dan sampai pada
pengujian alat.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yesus Kristus sebagai penuntun hidupku
2. Bapak Damar Wijaya, S.T, M.T. sebagai dosen pembimbing I dan Alexius
Rukmono, S.T. sebagai pembimbing II yang telah bersedia memberikan ide,
saran, bimbingan, dan waktu untuk penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
3. Kedua kakak iparku Mas Tarto dan Mbak Titin yang telah memberi semangat
dan setia membimbing penulis. Kedua orang keponakanku Yosua, Victor,
dan Brama yang lucu-lucu yang senantiasa menghibur penulis.
4. Suryo sebagai kekasih, teman berbagi, guru yang selalu mendorongku untuk
terus maju dan setia menemaniku meski kita sering bertengkar. Terima kasih
tuk semua dukungan dan cinta kasih yang kau beri.
pada penulis Jacob, Kak Hans, Inggit, Alex, Deniz, Yohe, dan yang lainnya
yang tidak disebutkan satu-persatu.
7. Sahabat terbaikku Daniel yang terus memberi aku semangat, doa dan
menyadarkan aku akan penyertaan Yesus dalam hidupku.
8. Teman-teman Delji Kost: Theo, C’Na, Mb’San2, Rosa, Ken2, Dwie yang
selalu menemaniku. Ex Delji Kost Mb’Liong, Mb’Pujae, dan Mb’Du2k yang
tak henti-hentinya memberi semangat dan doa dari jauh.
9. Laboran TE Mas soer dan Mas Mardie kalian adalah obat stres ku. Mas Ucup
yang selalu membuatku tersenyum dikala hatiku gundah gulana.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, atas kebaikan
dan bantuannya kepada penulis.
Penulis sadar bahwa pada penulisan skripsi ini banyak terdapat kesalahan dan
kekurangannya, oleh sebab itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
agar penulis dapat lebih maju dan lebih baik.
Yogyakarta, 17 September 2007
Merryana Puji Lestari
Lembar Pengesahan oleh Pembimbing...
Lembar Pengesahan Penguji ...
Lembar Pernyataan Keaslian Karya...
Halaman Persembahan dan moto hidup...
Intisari...
Abstract...
Kata Pengantar...
Daftar Isi ...
Daftar Gambar...
Daftar Tabel ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang Masalah ...
1.2 Tujuan...
1.3 Manfaat ...
1.4 Batasan Masalah ...
1.5 Metodologi Penulisan………
1.6 Sistematika Penulisan ...
BAB II DASAR TEORI ...
2.1Penerima AM ...
2.1.1 Modulasi Amplitudo...
2.1.2 Penerima AM...
2.1.2.1Antena ...
2.1.2.2RF Amplifier ...
2.1.2.3Mixer...
2.1.2.4IF Amplifier...
2.1.2.5Detektor ...
2.1.2.6Low Pass Filter (LPF) ……….
2.2.1 Pembanding Fasa ……….………
2.2.2 Voltage Controlled Oscillator (VCO) ...
2.2.3 Osilator ……….
2.2.3.1. LM555...
2.3Frequency Hopping ...
BAB III PERANCANGAN ...
3.1 Diagram Blok Rangkaian ...
3.2 Kerja Sistem ...
3.3 Rancangan Rangkaian Tiap Blok ...
3.3.1 RF Amplifier ...
3.3.2 ZN414 ………..
3.3.3 Filter ………...
3.3.4 Audio Amplifier ………...
3.3.5 Phase Locked Loop (PLL) ………...
3.3.5.1 Rangkaian Osilator Referensi ………..
3.3.5.2 VCO dan Phase Comparator ………..…………
3.3.5.3 TC9122P ...
3.3.5.4 Transistor Sebagai Saklar ...
3.3.5.5 Pewaktu LM555 ………...
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...
4.1 Perangkat Hasil Penelitian ...
4.2 Pengujian Perangkat secara Keseluruhan ...
4.2.1 Pengujian Penerima AM ...
4.2.2 Pengujian Tiap Blok ...
4.2.2.1 RF Amplifier ...
4.2.2.2 Filter ...
4.2.2.3 Osilator Referensi ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
70
70
72
75
Gambar 2.1. Bentuk gelombang carrier 6
Gambar 2.2. Bentuk gelombang pemodulasi 6
Gambar 2.3. Bentuk gelombang termodulasi 6
Gambar 2.4. Diagram blok penerima AM 7
Gambar 2.5. Rangkaian tertala seri 8
Gambar 2.6. Rangkaian tertala paralel 9
Gambar 2.7. Rangkaian RF amplifier 10
Gambar 2.8. Grafik Ic-hfe transistor 2N2222A 11
Gambar 2.9. Proses mixer 12
Gambar 2.10. Gelombang keluaran mixer 12
Gambar 2.11. Tampak bawah IC ZN414 13
Gambar 2.12. Skema rangkaian IC ZN414 13
Gambar 2.13. Gelombang keluaran IF amplifier 15
Gambar 2.14. Rangkaian detektor AM 15
Gambar 2.15. Proses pada detektor AM 16
Gambar 2.16. Karakteristik ideal Low Pass Filter 16
Gambar 2.17. Simbol OpAmp 18
Gambar 2.18. Tampak atas IC LF356 18
Gambar 2.19. Rangkaian LPF aktif dengan 2 pole 19
Gambar 2.20. Karakteristik LPF 21
Gambar 2.24. Rangkaian IC CD4046 26
Gambar 2.25. Karakteristik Phase Comparator 27
Gambar 2.26. Karakteristik VCO 27
Gambar 2.27. Tampak atas IC CD4046 28
Gambar 2.28. Tampak atas IC pembagi 1000 CD4060 29
Gambar 2.29. Tampak atas IC pembagi 10 74LS90 29
Gambar 2.30. Keluaran multivibrator astabil 30
Gambar 2.31. IC LM555 31
Gambar 2.32. IC LM555 sebagai multivibrator astabil 31
Gambar 2.33. Bentuk gelombang keluaran 32
Gambar 2.34 Teknik frequency hopping 33
Gambar 2.35. Interferensi pada transmisi Frequency Hopping 34
Gambar 3.1. Diagram blok penerima AM dengan frequency hopping 35
Gambar 3.2 Gelombang input dengan 2 frekuensi carrier 36
Gambar 3.3 Gelombang output dengan 2 frekuensi yang bergantian 37
Gambar 3.4. Penguat tertala keluaran 38
Gambar 3.5. IC ZN 414 dengan rangkaian eksternal 41
Gambar 3.6. Filter aktif 42
Gambar 3.7. Tanggapan frekuensi LPF 44
Gambar 3.8. Rangkaian Penguat Daya 45
Gambar 3.11. Tampak atas IC programmable divider TC9122P 48
Gambar 3.12. Diagram blok IC TC9122P 49
Gambar 3.13. Transistor sebagai saklar 50
Gambar 3.14. Rangkaian timer 51
Gambar 4.1. Tampak atas perangkat 53
Gambar 4.2. Model sistem penguji penerima AM 54
Gambar 4.3. Sinyal input 1000kHz 54
Gambar 4.4. Sinyal input 1000kHz yang diperbesar 55
Gambar 4.5. Sinyal input 1050kHz 55
Gambar 4.6. Sinyal input 1050kHz yang diperbesar 56
Gambar 4.7. Spektrum frekuensi carrier 1000kHz 56
Gambar 4.8. Spektrum frekuensi carrier 1050kHz 57
Gambar 4.9. Audio 1kHz dengan frekuensi carrier 1000kHz 58
Gambar 4.10. Audio 1kHz dengan frekuensi carrier 1050kHz 58
Gambar 4.11. Proses hopping dua frekuensi carrier 59
Gambar 4.12. Spektrum frekuensi output RF Amplifier saat input
1000kHz
60
Gambar 4.13. Spektrum frekuensi output RF Amplifier saat input
1.050kHz
61
Gambar 4.14. Grafik LPF 62
Gambar 4.18. Timer output saat kondisi on 67
Gambar 4.19. Output frekuensi VCO 1000kHz 68
Gambar 4.20. Output frekuensi VCO 1050kHz 68
Tabel 2.1. Nilai kapasitor untuk rangkaian LPF 20
Tabel 2.2. Tabel reset/count function 29
Tabel 2.3. Tabel BCD count sequence 30
Tabel 3.1. Pembagian frekuensi dalam bentuk BCD 49
Tabel 4.1. Data pengukuran LPF 62
1.1. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir, perkembangan sistem komunikasi berbasis
spread spectrum sangat pesat [1]. Karena sistem komunikasi yang menggunakan
teknik spread spectrum ini mempunyai kelebihan dalam aplikasinya, meliputi
kemampuan antijam, penekanan interferensi dari luar, mampu melawan multipath
fading, dan untuk keamanan komunikasi.
Teknik ini mulanya digunakan untuk kebutuhan komunikasi militer, dan
pada perkembangannya dimanfaatkan untuk bidang non-militer. Dinamakan
spread spectrum karena lebar bidang transmisi yang digunakan jauh lebih besar
dari pada bandwidth minimum yang dibutuhkan untuk mentrasmisikan informasi.
Salah satu teknik spread spectrum yang dikenal adalah Frequency Hopping
Spread Spectrum (FHSS).
Pada frequency hopping, proses penebaran spektral dilakukan dengan
mengubah-ubah frekuensi pembawa secara periodik. Pada sistem frequency
hopping ini digunakan kode penebar (spreading code) yang dibangkitkan oleh
rangkaian pembangkit urutan PN (pseudo noise), sebagai pengendali frekuensi
keluaran sebuah pensintesis frekuensi.
Teknik frequency hopping ini telah diterapkan pada jaringan GSM yaitu
dengan frequency diversity dan interference averaging yang dimiliki oleh teknik
jaringan GSM [2]. Perkembangan lainnya yaitu untuk teknik CDMA (Code
Division Multiple Acces), yaitu suatu sistem multiple acces yang dapat dilakukan
pada frekuensi dan waktu yang sama, caranya dengan menggunakan kode yang
berbeda [2].
Teknik frequency hopping ini sangat bagus diterapkan pada komunikasi
wireless seperti pada komunikasi radio, khususnya untuk sistem penerima AM
yang akan dibuat oleh penulis. Diharapkan dengan teknik ini akan memberi
banyak manfaat bagi pengguna, karena dapat mengurangi multipath fading dan
interference, kedua permasalahan inilah yang dapat mengurangi kualitas layanan
pada sistem telekomunikasi [1]. Oleh karena penulis berharap dengan merancang
dan membuat suatu perangkat penerima AM dengan frequency hopping maka
dapat membantu dunia telekomunikasi dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi saat ini yaitu memperbaiki kualitas layanan.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah merancang dan
membuat suatu perangkat penerima AM dengan metode frequency hopping.
1.3. Manfaat
Bagi pembaca dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memanfaatkan
bagaimana cara mengatasi masalah yang sering muncul pada penerima AM.
1.4. Batasan Masalah
Penerima AM yang dibuat dengan frekuensi carrier 1000kHz dan
1050kHz secara bergantian. Sumber sinyal berasal dari 2 buah pemancar AM,
atau sebuah pemancar AM dengan frequency hopping. Osilator lokal meggunakan
PLL dengan perubahan frekuensi antara frekuensi rendah dengan frekuensi tinggi
selama 0,5 detik.
1.5. Metodologi Penelitian
Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur, serta mempelajari cara
kerja dan sekaligus cara-cara merencanakan dan membuat peralatan tersebut.
Perencanaan peralatan menggunakan teori yang ada untuk mendapatkan
karakteristik yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pembuatan peralatan
untuk setiap bagian sesuai dengan fungsi masing-masing dan kemudian diujikan.
Untuk pengujian penerima AM, diperlukan dua sumber sinyal (tone), dengan nada
yang berbeda, yang diumpankan ke kedua pemancar radio biasa. Ke dua pemancar
memancarkan sinyal pada dua frekuensi yang berbeda, sesuai dengan spesifikasi
1.6. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi penjelasan umum yang terkait dengan perancangan. Berisi tentang
teori dasar AM (Amplitude Modulation) dan bagian-bagian dari penerima AM,
PLL dan bagian-bagiannya, dan akan dijelaskan juga tentang teori dasar frequency
hopping sebagai bagian dari teknik spread spectrum.
3. BAB III PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi penjelasan tentang alur perancangan, komponen-komponen yang
digunakan dan perhitungan nilai-nilai komponen.
4. BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil perancangan pada keadaan yang telah tertulis pada batasan
masalah, tampilan hasil perancangan dengan menggunakan software (simulasi),
dan analisa hasil perancangan yang diperoleh.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi ringkasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan usulan yang
berupa ide-ide untuk perbaikan atau pengembangan terhadap penelitian yang telah
2.1. Penerima AM
2.1.1. Modulasi Amplitudo
Modulasi adalah proses pengubahan atau pengaturan parameter sinyal
berfrekuensi tinggi oleh sinyal informasi berfrekuensi rendah. AM (Amplitude
Modulation) merupakan salah satu jenis modulasi yang mengubah amplitudo sinyal
[4]. Dalam modulasi amplitudo, suatu tegangan yang sebanding dengan sinyal
modulasi ditambahkan kepada amplitudo carrier.
Sinyal carrier dinyatakan dengan [4]
( )
c(
c c)
c t E t
e = maxcosω +φ (2.1)
dengan Ecmax merupakan amplitudo sinyal carrier, ωc adalah frekuensi sudut
carrier, dan φc adalah fasa carrier. Bentuk gelombang pembawa ditunjukkan pada
Gambar 2.1.
Sedangkan sinyal pemodulasi dinyatakan dengan
( )
m(
m m)
m t E t
e = maxcosω +φ
(2.2)
dengan Emmaxmerupakan amplitudo sinyal pemodulasi, ωm adalah frekuensi sudut
pemodulasi, dan φm adalah fasa pemodulasi. Bentuk gelombang pemodulasi
ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Proses modulasi menghasilkan sinyal termodulasi yang dinyatakan dengan
( )
t =[
E +e t]
(
ωt+φ)
e cmax m( ) cos (2.3)
Bentuk gelombang termodulasi ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.1 Bentuk gelombang carrier [4].
Gambar 2.2 Bentuk gelombang pemodulasi [4].
2.1.2. Penerima AM
Pesawat penerima harus melaksanakan sejumlah fungsi. Pertama, penerima
harus memisahkan sinyal radio AM dari pemancar dan semua sinyal lain yang
mungkin tertangkap oleh antena dan menolak yang tidak diinginkan, sinyal yang
diinginkan yaitu sinyal carrier dari pemancar [4]. Selanjutnya, penerima harus
menguatkan sinyal yang diinginkan sampai ke tingkat yang dapat digunakan yaitu
540kHz sampai 1600kHz. Akhirnya, penerima harus memulihkan sinyal informasi
dari sinyal carrier dan menyampaikan kepada pemakai.
Gambar 2.4 Diagram blok penerima AM [4].
Gambar 2.4 menunjukkan diagram blok penerima AM secara umum.
Penjelasan tiap blok adalah sebagai berikut :
2.1.2.1. Antena
Berfungsi untuk menerima gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh
daya pancaran dari penguat akhir dan dipasang pada bagian paling akhir sebelum
sinyal dipancarkan ke udara.
2.1.2.2. RF Amplifier
RF amplifier berfungsi untuk memperkuat sinyal termodulasi dari antena serta
dapat meningkatkan SNR (Signal to Noise Ratio).
Kinerja rangkaian tertala tergantung dari frekuensi, lebar bandwidth, dan
faktor kualitas (Q) [4]. Rangkaian ini biasa dipakai dalam tapis ( filter), osilator, dan
penguat radio. Rangkaian tala terdiri induktor dan kapasitor baik secara seri seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.5 maupun paralel seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.
r L1
C1
V1
SIGNAL AC
1 2
Gambar 2.5 Rangkaian tertala seri [4].
Persamaan rangkaian tertala seri adalah [4]
Zs = r + jX (2.4)
C
ω 1
) (2.5)
Zs = r + j ( ωL
-Besarnya impedansi adalah
2 2
X r
Karena
C
ω 1
(2.7)
ωL =
maka LC 1 (2.8) ω = sehingga LC π 2 1 (2.9) fo = C L SIGNAL AC 1 2 R
Gambar 2.6 Rangkaian tertala paralel [4].
Persamaan rangkaian tertala paralel adalah [4]
2 2 1 2 1 L R LC −
π (2.10)
fo =
Jika L2 >> R2 , maka, hasil seperti persamaan 2.9.
Gambar 2.7 Rangkaian RF Amplifier [4].
Dengan analisis DC adalah [9]
a. Bagian Keluaran
(2.11)
Re
e
cRc Vce I
I
Vcc= + +
max 2 1
c
cQ xI
I = (2.12)
b. Bagian Masukan
(2.13)
Re
e
bRb Vbe I
I
Vcc= + +
βc
b
I
I = (2.14)
Nilai Ic dan β diperoleh dari datasheet transistor menggunakan grafik Ic-hfe
(pada suhu kamar), seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Sedangkan fungsi kapasitor
C2 dan C4 hanya untuk menahan sinyal DC supaya tidak masuk, dan C3 sebagai
Gambar 2.8 Grafik Ic-hfe transistor 2N2222A [10].
2.1.2.3. Mixer
Secara umum mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekuensi ke
frekuensi lain, pada umumnya mengubah sinyal frekuensi radio ke suatu nilai tengah
(intermediate frequency) dan yang memerlukan input dari sebuah osilator lokal. Pada
penerima AM mixer berfungsi mencampur sinyal RF amplifier dengan sinyal output
osilator, output berupa sinyal termodulasi dengan frekuensi 455kHz.
Semua rangkaian mixer memanfaatkan dua sinyal sinusoidal dikalikan
bersama, hasilnya terdiri atas komponen frekuensi yang dijumlahkan dan
dikurangkan atau selisihnya. Dengan persamaan sinyal osilator [4]
t V
Vosc = osc sin
ω
osc (2.15)dan sinyal RF
t V
V sig = sig sin ω sig (2.16)
(
)
(
(
t t)
xV V xV V t txV V xV V sig osc sig osc sig osc sig osc sig sig osc osc sig osc ω ω ω ω
)
ω ω + − − = = cos cos 2 sin sin (2.17)Suku yang mengandung frekuensi ωosc−ωsig biasanya dipilih dengan
penyaringan, sebagai sinyal IF (Intermediate Frequency). Gambar 2.9 menunjukkan
proses pencampuran sinyal RF amplifier (Ssig) dengan sinyal dari osilator (Sosc).
Gambar 2.9 Proses mixer [8].
Gelombang output mixer ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Gelombang keluaran mixer [8].
Perancangan menggunakan komponen aktif yaitu IC ZN414. Tampak bawah
dari IC ZN414 ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan skema rangkaian mixer pada
Gambar 2.11 Tampak bawah IC ZN414 [11].
Gambar 2.12 Skema rangkaian IC ZN414 [11].
Komponen eksternal dihitung dengan menggunakan persamaan [11].
3 10 4 2
1
x x xR C
AGC
out = π (2.18)
out
C merupakan kapasitor output yang terpasang antara output dengan
ground. Perubahan nilai tidak mempengaruhi besarnya nilai komponen yang lain
seperti induktor dan resistor yang terpasang di luar IC.
out
Induktor dan kapasitor yang terpasang secara paralel pada masukan mixer
merupakan IFT yang berfungsi menghasilkan frekuensi 455KHz. IFT yang digunakan
adalah IFT untuk AM.
2.1.2.4. IF Amplifier
IF amplifier menggunakan rangkaian yang sama dengan rangkaian RF
amplifier, yang membedakan adalah frekuensi sinyal masukan. Jika IF amplifier
dibuat dengan rangkaian pasif maka perhitungan mengacu pada bab 2.1.2.2.
Rangkaian IF amplifier mendapat sinyal masukan dari mixer yang berfrekuensi
455kHz kemudian sinyal tersebut akan dikuatkan dayanya.
Sinyal radio yang diterima pada frekuensi di campur dengan sinyal dari
osilator lokal pada (biasanya ditempatkan di atas ), dan frekuensi selisih yang
dihasilkan diambil sebagai frekuensi intermediate atau IF karena
s
f
o
f fs
s
o f
f
IF = − (2.19)
Perancangan tidak menggunakan rangkaian tertala tetapi menggunakan
komponen aktif IC ZN414 seperti yang digunakan pada mixer. Skema rangkaian
ditunjukkan pada Gambar 2.12. Bentuk gelombang keluaran berupa sinyal carrier
Gambar 2.13 Gelombang keluaran IF Amplifier [8].
2.1.2.5. Detektor
Detektor berfungsi memulihkan sinyal informasi dari modulated carrier
sehingga menghasilkan tegangan keluaran proporsional yang merupakan sinyal
modulasi atau sinyal informasi [4].
Detektor AM biasanya menggunakan aplikasi dioda. Dioda bertindak sebagai
sebagai penyearah dan dapat dianggap sebagai saklar ON apabila tegangan input
positif, yang memungkinkan kapasitor memuat (charge) sampai ke puncak input RF.
Selama berlangsungnya setengah negatif dari siklus RF, dioda OFF, tetapi kapasitor
tetap menahan muatan positif yang diterima sebelumnya, maka tegangan keluaran
tetap pada nilai positif puncak RF. Akan terjadi pelepasan muatan kapasitor
(discharge), yang menghasilkan riak RF (RF ripple) pada bentuk gelombang output.
Rangkaian detektor AM ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gambar 2.15 menunjukkan proses pada detektor yaitu masukkan sinyal
carrier yang diubah sehingga keluaran menjadi sinyal audio.
Gambar 2.15 Proses pada detektor AM [12].
Perancangan menggunakan komponen aktif IC ZN414 sama seperti yang
digunakan pada mixer dan IF Amplifier. Rangkaian dalam IC ZN414 ditunjukkan
pada Gambar 2.12.
2.1.2.6. LPF (Low Pass Filter)
Filter adalah rangkaian yang menghasilkan karakteristik tanggapan frekuensi
yang telah ditentukan dengan tujuan melewatkan rentang frekuensi tertentu dan
menekan/menolak rentang frekuensi yang lain [5]. Sedangkan LPF adalah filter yang
mampu melewatkan frekuensi rendah saja.
f fc
a
b
Gambar 2.16 merupakan bentuk karakteristik ideal LPF jika ditinjau
berdasarkan band. Ada dua area pada filter, yaitu
1. Pass Band, rentang frekuensi yang dilewatkan (ditunjukkan dengan huruf a)
2. Stop Band, rentang frekuensi yang ditolak (ditunjukkan dengan huruf b)
Filter ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu,
Kelebihan :
1. Tidak perlu elemen induktor, sehingga tidak ada masalah pada frekuensi rendah
dan mudah diimplementasikan pada frekuensi sangat rendah.
2. Karakteristik tanggapan frekuensi mendekati bentuk ideal.
3. Ukuran fisik dan biaya dari rangkaian dapat ditekan.
Kekurangan :
1. Membutuhkan catu daya tersendiri.
2. Kurang handal dibanding komponen pasif.
3. Perlu feedback, sehingga ada kemungkinan tidak stabil.
4. Batasan praktis frekuensi kerja 100kHz (bekerja baik di bawah 100kHz).
Perancangan menggunakan OpAmp dalam bentuk IC LF356. OpAmp adalah
sebuah IC yang terdiri dari rangkaian elektronik yang terdiri atas transistor, resistor
dan atau dioda. Jika IC jenis ini ditambahkan suatu jenis rangkaian masukan dan
suatu jenis rangkaian umpan balik, maka IC ini dapat dipakai untuk mengerjakan
mengintegrasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu IC jenis ini dinamakan penguat
operasi atau operasional amplifier dan disingkat OpAmp.
Penguatan yang diperoleh dari OpAmp bisa mencapai 100000 kali. Gambar
2.17 menunjukkan simbol OpAmp.
Gambar 2.17 Simbol OpAmp.
OpAmp banyak dimanfaatkan dalam peralatan-peralatan elektronik misal,
sebagai penguat, sensor, dan yang akan dipakai pada perancangan ini yaitu sebagai
filter. Tampak atas IC LF356 ditunjukkan pada Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Tampak atas IC LF356.
Perancangan menggunakan filter jenis LPF dan diklasifikasikan sebagai filter
aktif karena terdiri dari kombinasi RC dan satu komponen aktif (seperti OpAmp)
Gambar 2.19 Rangkaian LPF aktif dengan 2 pole [5].
Gambar 2.19 merupakan rangkaian LPF aktif 2 pole dengan komponen
ternormalisasi satu. Untuk merancang LPF aktif digunakan penskalaan frekuensi dan
impedansi (Frequency and Impedance Scaling) dengan prosedur penskalaan sebagai
berikut :
Prosedur Penskalaan :
1. Konstanta Penskalaan Frekuensi (Kf)
r
ω = frekuensi referensi pada rancangan ternormalisasi
a. bisa fc untuk LPF dan HPF, atau fo untuk BPF dan BRF
b. biasanya bernilai 1 rad/dt.
r
ω = frekuensi referensi pada rancangan aktual
r r
r r f
f K
ω π ω
ω 2
= =
Setelah Kf diketahui, ubah nilai R/C dengan faktor Kf (kali / bagi). Jika
frekuensi pada rancangan aktual lebih tinggi, maka R/C dibagi Kf. Secara praktis
yang sering diubah adalah C, R biasanya diubah untuk tipe filter tala.
2. Konstanta Penskalaan Impedansi (Kr)
Kr = Level Impedansi pada Rangkaian Aktual
Level Impedansi pada Rangkaian Ternormalisasi (2.21) Rangkaian yang mempunyai impedansi tinggi akan mempunyai nilai R besar dan
nilai C kecil, dan sebaliknya.
Tabel 2.1. merupakan nilai ternormalisasi dari kapasitor untuk rangkaian LPF.
Tabel 2.1. Nilai kapasitor untuk rangkaian LPF
C C C
# Kutub 1 2 3
2 1,414 0,7071
3 3,546 1,392 0,2024
4 1,082 0,9241
2,613 0,3825
5 1,753 1,354 0,4214
3,235 0,3089
6 1,035 0,9660
1,414 0,7071
3,863 0,2588
7 1,531 1,336 0,4885
1,604 0,6235
4,493 0,2225
Fungsi-fungsi dalam filter Butterworth memberikan frekuensi referensi pada
Frekuensi ini disebut frekuensi cutoff. Jika fc = frekuensi cutoff, dan n = jumlah
kutub, maka tanggapan amplitudo dari fungsi low-pass Butterworth
n c f f M 2 ) ( 1 1 ) ( + = ω (2.22) ω ω
Nilai maksimum M( ) terjadi saat f = 0, yaitu M( ) = 1. Pada filter pasif
nilai maksimum M(ω) kurang dari 1, dan filter dikatakan mempunyai flat loss.
Sebaliknya, filter aktif dapat mempunyai nilai maksimum M(ω) lebih dari 1.
ω
Jika MdB( ) merupakan bentuk decibel dari tanggapan amplitudo relatif
terhadap nilai maksimumnya, maka
(2.23) n c dB f f M 2 10 ) ( 1 1 log 20 ) ( + = ω atau
[
n]
c
f f M(ω)=−10log101+( / )2
(2.24)
Gambar 2.20 Karakteristik LPF [5].
Gambar 2.20 merupakan karakteristik LPF, semakin banyak jumlah pole
2.1.2.7. Audio Amplifier
Audio amplifier berfungsi memperkuat daya dari filter yang menghasilkan
sinyal audio. Jenis penguat yang digunakan adalah penguat menggunakan OpAmp.
Rangkaian menggunakan OpAmp akan lebih mudah dibuat dari pada menggunakan
transistor dan volume bisa diatur dengan potensiometer. Rangkaian ditunjukkan pada
Gambar 2.21. Selain mempunyai bati tegangan, penguat memiliki bati daya, yang
ditentukan dengan [6]
( )
( )
dc Pac P A
in o
= (2.25)
Gambar 2.21 Rangkaian amplifier dengan OpAmp [19]
2.1.2.8. Osilator Lokal
Secara umum osilator dapat dimodelkan sebagai amplifier berumpan balik
oleh noise akan diperkuat, dan sebagian sinyal yang diperkuat diumpan balikkan
kepada input. Asalkan sinyal umpan balik itu mempunyai amplitudo yang cukup dan
fasanya tepat, maka proses dapat menghasilkan suatu sinyal yang menopang sendiri
atau osilasi.
Osilator lokal berfungsi untuk membangkitkan sinyal sinus yang memiliki
frekuensi 455kHz lebih tinggi dari frekuensi radio yang berasal dari antena, karena
pada penerima radio frekuensi pembawa dicampur terlebih dahulu dengan suatu
frekuensi sinus murni yang dikenal sebagai frekuensi osilator lokal.
Pada perancangan osilator lokal digantikan dengan sistem PLL yang
dijelaskan pada Bab 2.2.
2.1.2.9. Speaker
Speaker berfungsi untuk mengubah sinyal suara yang berupa getaran listrik
menjadi suara.
2.2. Phase Lock Loop (PLL)
Phase Lock Loop (PLL) adalah rangkaian umpan balik kalang tertutup yang
menghasilkan sinyal output yang tersinkronisasi (lock) dengan sinyal input. PLL
dapat diterapkan sebagai rangkaian deteksi FM, demodulator AM dan FM, deteksi
Dua parameter penting dalam operasi PLL adalah Capture Range dan Lock
Range. Capture Range ± fC adalah jangkauan/range frekuensi di sekitar frekuensi
pusat di mana PLL mulai terjadi sinkronisasi. Lock range ± fL adalah
jangkauan/range frekuensi di sekitar frekuensi pusat di mana PLL dapat
mempertahankan sinkronisasi, dari sejak mulai terjadi. Secara umum lock range lebih
lebar dari capture range. Jadi PLL dapat mempertahankan sinkronisasi pada
jangkauan frekuensi yang lebih lebar dari jangkauan saat terjadi sinkronisasi.
Diagram blok PLL ditunjukkan pada Gambar 2.22.
Gambar 2.22 Diagram blok PLL [5].
Diagram blok PLL terdiri dari pembanding fasa (phase comparator), filter,
dan VCO (Voltage Control Oscillator)[5].
2.2.1. Pembanding Fasa
Pembanding fasa (phase comparator) adalah rangkaian pendeteksi perbedaan
sudut fasa dan beda frekuensi antara dua gelombang masukan, dan membangkitkan
Gambar 2.23 Dua gelombang sinus dengan fasa berbeda [8].
Gambar 2.23 menunjukkan ada perbedaan fasa pada dua gelombang sinus
sebagai sinyal referensi dan sebagai sinyal dari VCO dengan perbedaan sudut
sebesar sudut 1 f 2 f e
θ (phase error). Sinyal referensi pembanding fasa dianggap
gelombang sinus, dengan persamaan [8]
( )
] sin[)
( 1 1
1 t U t t
u = ωn +θ (2.26)
Dengan sudut fasa θ1 merupakan bagian dari fungsi waktu (t), dan dianggap θ1 = 0
untuk t < 0. Sedangkan pada t 0 nilai ≥ θ1 = Δφ
) ( )
(
1 t φu t
θ =Δ (2.27)
Dengan adalah fungsi unit step. Fungsi merupakan bagian dari modulasi fasa
(modulasi berbeda), sedang untuk perubahan frekuensi (frekuensi dan fasa berbeda)
yaitu pada modulasi frekuensi, maka persamaan sinyal referensi menjadi
( )
tu
(
1)
1 1
1 =U sin(ω t+Δωt)=U sin ω t+θ
u o o (2.28)
( )
t ωtθ1 =Δ (2.29)
Sinyal yang akan dibandingkan ( ), yaitu sinyal dari osilator VCO, adalah sinyal
output dengan persamaan :
2
f
( )
t U[
t( )
t]
u2 = 2cosωo +θ2 (2.30)
Jika pembanding fasa digunakan pada sistem PLL linier dan bekerja pada frekuensi
tengahnya, maka terdapat beda fasa sebesar
( )
o90 2
π
antara sinyal referensi dengan
sinyal keluaran. Jika dua sinyal adalah sinyal fungsi sinus, dan satunya fungsi
kosinus, beda fasa θe =θ1−θ2 menjadi bernilai 0.
Perancangan menggunakan komponen aktif IC CD4046. Di dalam IC
CD4046 terdapat 3 buah pembanding fasa PC1, PC2, dan PC3. Rangkaian internal IC
ditunjukkan pada Gambar 2.24, sedangkan karakteristik pembanding fasa ditunjukkan
pada Gambar 2.25.
Gambar 2.25 Karakteristik phase comparator [14].
2.2.2. VCO
VCO (Voltage Controlled Oscillator) merupakan pengembangan dari CCO
(Current Control Oscillator) yang menghasilkan gelombang kotak dan segitiga,
setiap perubahan tegangan mempengaruhi perubahan frekuensi [5].
Karakteristik VCO ditunjukkan pada Gambar 2.26.
Gambar 2.26 Karakteristik VCO [14].
Dengan persamaan [14]
(2.31)
FR o KoxVinxω
Perancangan menggunakan komponen aktif IC CD4046. Skema rangkaian
ditunjukkan pada Gambar 2.24, sedangkan tampak atas IC CD4046 ditunjukkan pada
Gambar 2.27.
Gambar 2.27 Tampak atas IC CD4046 [13].
2.2.3. Osilator
Rangkaian osilator merupakan rangkaian yang dapat membangkitkan
gelombang sendiri. Pada dasarnya osilasi dapat dibangkitkan dengan adanya umpan
balik untuk berosilasi, dan adanya pembangkitan sendiri (self-excitation).
Osilator sendiri ada berbagai jenis, dilihat dari tipe rangkaian, karakterisrik,
gelombang keluaran, dan kegunaannya. Pada sistem PLL digunakan sebuah osilator
kristal, osilator ini menggunakan kristal sebagai elemen resonansi yang mempunyai
faktor kualitas sangat tinggi > dan kestabilan terhadap temperatur sangat baik
hingga 10ppm per derajat celcius. 4 10
Perancangan menggunakan osilator kristal dan dua IC pembagi sebagai
osilator referensi. Tampak atas IC pembagi 1000 HEF4060 ditunjukkan pada Gambar
Gambar 2.28 Tampak atas IC pembagi 1.000 HEF4060 [15].
Gambar 2.29 Tampak atas IC pembagi 10 74LS90 [16]
Tabel 2.2. menjelaskan output dari IC 74LS90. Output QA dan QD bertanda
H berarti untuk mengaktifkan, R0(1) dan R0(2) di short dan R9(1) dan R9(2)
dihubungkan ke pin 1 yaitu clockB.
Tabel 2.2. Tabel reset/count function [16].
Sedangkan Tabel 2.3. menjelaskan keluaran QA dan QD berada pada high
Tabel 2.3. Tabel BCD count sequence [16].
2.2.3.1 LM 555
Multivibrator adalah rangkaian pembangkit pulsa yang menghasilkan keluaran
gelombang segi empat [7]. Multivibrator diklasifikasikan menjadi multivibrator
astabil, bistabil, atau monostabil. Suatu multivibrator astabil juga disebut dengan
multivibrator bergerak bebas. Multivibrator astabil menghasilkan aliran kontinyu
pulsa-pulsa, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.30.
Gambar 2.30 Keluaran multivibrator astabil [7].
IC pewaktu 555 multiguna, dapat digunakan sebagai multivibrator astabil,
Gambar 2.31 IC LM555 [17].
Frekuensi keluaran multivibrator dapat ditingkatkan dengan menurunkan nilai
dari resistor dan kapasitor, sesuai dengan rumus umumnya yaitu :
C RB RA T
f
) 2 (
44 , 1 1
+ =
= (2.32)
Perancangan menggunakan rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.32.
Pengisian kapasitor dilakukan melalui RA dan RB, sedangkan untuk pengosongan
dapat dilakukan melalui RB, dengan duty cycle :
RB RA
RB D
2
+
= (2.33)
Dalam mode operasi ini kapasitor mengisi dan mengosongkan dengan tegangan
antara 1/3 Vcc dan 2/3 Vcc, dan frekuensi tidak tergantung pada supply tegangannya.
Bentuk gelombang keluaran ditunjukkan pada Gambar 2.33.
Gambar 2.33 Bentuk gelombang keluaran [17].
2.3. Teknik Frequency hopping
Frequency hopping atau lompatan frekuensi adalah perubahan frekuensi
sinyal pembawa secara periodis yang diatur oleh algoritma tertentu [2]. Frekuensi ini
akan membawa informasi selama periode tertentu dan berpindah ke frekuensi yang
Gambar 2.34 Teknik frequency hopping [2].
Anak panah pada Gambar 2.34 menunjukkan urutan lompatan (hop)
frekuensi, dari frekuensi , demikian
berulang-ulang. Perpindahan frekuensi terjadi beberapa ratus sampai beberapa ribu
kali dalam satu detik. Stasiun penerima juga harus melakukan perpindahan frekuensi
dengan lompatan yang sama supaya informasi yang dikirimkan dapat diterima
kembali.
6 4 5 2 7 3
1 f f f f f f
f → → → → → →
Frequency hopping merupakan salah satu dari teknik spektrum tersebar
(spread-spectrum) dimana bandwidth yang digunakan jauh lebih lebar dari bandwidth
minimum yang diperlukan untuk mengirimkan informasi yang sama jika
menggunakan pembawa tunggal [2].
Sistem komunikasi yang menggunakan teknik spread spectrum akan
penekanan interferensi dari luar, mampu melawan multipath fading, Low probability
of intercept (LPI), komunikasi yang aman, dan perbaikan efisiensi spektral.
Lompatan dari satu frekuensi ke frekuensi yang lain diatur secara berurutan
atau secara acak dengan menggunakan sandi pseudorandom. Sandi pseudorandom
adalah sandi acak yang mempunyai deretan sandi yang akan terulang secara periodis
dalam perioda yang cukup lama. Dengan mengacak pola lompatan, sinyal penggangu
(interfering signal) diharapkan dapat dihindari. Jika interefensi muncul dan
menggangu salah satu kanal berfrekuensi, misal , maka sinyal pembawa akan
selalu mengalami gangguan tetapi hanya saat berada pada frekuensi . Hal ini
diperlihatkan pada Gambar 2.35.
2
f
2
f
Tahapan dalam proses perancangan alat yang akan diuraikan secara rinci pada
bab ini terdiri dari :
1. Menentukan diagram blok yang akan digunakan.
2. Menjelaskan cara kerja sistem secara umum.
3. Merancang rangkaian tiap bagian dari sistem sesuai dengan prinsip kerja pada
diagram blok, serta menentukan spesifikasi komponen yang digunakan.
3.1.
Diagram Blok Rangkaian
Gambar 3.1 merupakan diagram blok penerima AM dengan frequency
hopping.
Gambar 3.1 Diagram blok penerima AM dengan frequency hopping.
3.2. Kerja Sistem
Sinyal yang masuk melalui antena akan diumpankan ke penguat RF untuk
memperbaiki derau. Kemudian sinyal diteruskan ke mixer, dicampur dengan sinyal
dari osilator lokal sebagai sinyal referensi, sehingga terbentuk frekuensi antara IF
(Intermediate Frequency). Amplitudo sinyal dikuatkan oleh penguat IF dan
diteruskan ke detektor untuk pemisahan sinyal informasi dan sinyal carrier. Setelah
sinyal masuk ke detektor untuk dipisahkan terlebih dulu ditapis dengan LPF.
Kemudian sinyal audio dari output LPF diteruskan ke pengatur volume untuk
dihubungkan ke speaker dengan dua tone audio yang berbeda di masing-masing
frekuensi.
Bentuk gelombang input 2 frekuensi carrier yang berbeda ditunjukkan pada
Gambar 3.2, sedangkan gelombang output 2 frekuensi yang bergantian ditunjukkan
pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Gelombang output dengan 2 frekuensi yang bergantian.
Pada perancangan, fungsi mixer, IF amplifier, dan detektor digantikan oleh
sebuah IC ZN414. Sinyal referensi yang berasal dari osilator lokal diganti dengan
sistem PLL. Teknik frequency hopping terjadi pada blok PLL.
3.3.
Rancangan Rangkaian Tiap Blok
3.3.1.
RF AMPLIFIER
RF amplifier menggunakan rangkaian penguat tertala output, yaitu kapasitor
dan induktor paralel pada output (kaki kolektor transistor). Skema rangkaian
Gambar 3.4 Penguat tertala keluaran.
Sinyal yang masuk berada pada frekuensi 1000kHz sampai 1050kHz sehingga
bandwidth yang dihasilkan adalah 50kHz. Frekuensi tengah 1025kHz digunakan
untuk menghitung nilai kapasitor dengan asumsi L = 3,9μF (karena nilai ini mudah
didapat di pasaran), yaitu menggunakan persamaan (2.9)
LC fo π 2 1 = C x kHz 6 10 9 , 3 2 1 1025 − = π
Setelah dilakukan penyederhanaan maka diperoleh
(
x)
x( )
x(
x)
nFC 12,36
10 9 , 3 2 0 . 1025 1 6 2 2 3 = = − π
Penguat tertala menggunakan 2N2222A. Nilai ditentukan dari datasheet,
didapat sebesar 20mA. Sesuai dengan persamaan (2.12) adalah
Ic
max
Ic ICQ
max 2 1 Ic IcQ= mA x x
IcQ 20 10 10 2
1 3 =
= −
Dengan asumsi nilai ICQ ≅Ie dan menggunakan datasheet IC −hfe, nilai β
diperoleh sebesar 195. Rc ditentukan dengan asumsi bahwa Rc adalah hambatan
dalam induktor. Perhitungan biasing dc mengacu pada persamaan 2.11 dan 2.13,
yaitu
a. Bagian keluaran dari kaki kolektor transistor
Vcc = Ic.Rc + Vce + Ie.Re
Ie
Vce IcRc Vcc− −
= Re Ω = − −
= −− 594
10 10 6 6 10 10 12 Re 3 3 x x x
Pada praktek menggunakan Re sebesar 560Ω diseri dengan 33Ω.
b. Bagian masukan dari kaki basis transistor
Re
.Rb Vbe Ie
Ib
Vcc= + +
uA x
Ic
Ib 51,28
195 10 10 3 = = = − β
Dengan asumsi Vbe = 0,7 Volt (jenis silikon), sehingga
Ib Ie Vbe Vcc
Rb= − − Re
Ω =
− −
= x −− x k
Rb 104,52
2810 , 51 594 10 10 7 , 0 12 6 3
Pada praktek menggunakan Rbsebesar 100kΩ diseri dengan 4,7kΩ.
3.3.2.
ZN414
IC ZN414 terdiri dari mixer, IF amplifier, dan detektor. IC ZN414 mampu
digunakan pada frekuensi 150kHz sampai 3MHz, jadi dapat digunakan untuk
perancangan ini yang melewatkan frekuensi 1000kHz dan 1050kHz. Tampak bawah
dari IC ZN414 ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan skema rangkaian ZN414
ditunjukkan Gambar 2.12.
Perhitungan nilai komponen eksternal IC ZN414 menggunakan persamaan (2.18)
yaitu : 3 10 4 2 1 x x xR C AGC
out = π
F x x x x x
Cout 3 3 9,94 10 9 10
4 10 4 2
1 = −
=
π
Pada praktek menggunakan Cout sebesar 10nF.
Gambar 3.5 IC ZN 414 dengan rangkaian eksternal.
IC ZN414 membutuhkan lima komponen eksternal untuk memberikan
kualitas yang baik pada penerima AM.
Input mendapat masukan sinyal dari PLL dan RF amplifier, karena langsung
masuk pada mixer. Kemudian dikeluarkan melalui output setelah melalui IF amplifier
dan detektor di dalam IC.
3.3.3.
FILTER
Perancangan menggunakan LF356 [20] sebagai rangkaian filter aktif dua pole
(kutub), karena dengan dua pole sudah mampu melewatkan frekuensi yang
diharapkan yaitu 20kHz. Jika dibuat lebih dari dua pole, menyebabkan efek
Gambar 3.6Filter aktif.
Low Pass Filter (LPF) pada penerima AM mempunyai frequency cutoff ( )
20kHz. Perhitungan nilai resistor dan kapasitor menggunakan penskalaan frekuensi
dan impedansi sebagai berikut :
fc
1. Menentukan Kf menggunakan persamaan (2.20)
125663 1 10 20 2 2 3 = =
= fc x x
Kf π
ϖ π
2. Menentukan Cbasic
f K isasi Cternormal Cbasic= F
Cbasic 11,25μ
125663 414 , 1
1 = =
F
Cbasic 5,62μ
125663 7071 , 0
3. Menentukan Kr menggunakan persamaan (2.21)
Nilai kapasitor ternormalisasi mengacu pada Tabel 2.1.
Dengan asumsi Raktual =12x103Ω, sehingga
Ω = Ω = = 3 3 10 12 1 10 12 x x K xK R R r r sasi ternormali aktual
4. Menentukan Caktual
nF x x K C C nF x x K C C r basic r basic 468 , 0 10 12 10 62 , 5 937 , 0 10 12 10 25 , 11 3 6 2 2 3 6 1 1 = = = = = = − −
Pada praktek menggunakan C1 sebesar 1nF dan C2 sebesar 0,47nF.
Dengan nilai yang sudah ditentukan, dapat dibuktikan bahwa frekuensi yang
dilewatkan sudah tidak melebihi frekuensi keluaran IF amplifier.
Dengan menggunakan persamaan (2.22)
Setelah dilakukan penyederhanaan diperoleh 4 3 3 10 20 1 1 10 58 , 1 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = − x f x kHz x
f =4 6,36 1022 =502
10K 100K 1M
-60.000 -45.000 -30.000 -15.000 0.000 15.000 db(V(OUT)/V(IN)) F (Hz)
Micro-Cap 8 Evaluation Version LPF aktif.CIR
Left Right Delta Slope
0.020M,-3.016
0.545M,-56.511
-3.016 -56.511 -53.495 -1.019E-04
0.020M 0.545M 0.525M 1.000E00
Gambar 3.7 Tanggapan frekuensi LPF.
Gambar 3.7 merupakan hasil simulasi menggunakan software Micro-Cap 8.0.
Terlihat bahwa filter yang dirancang mempunyai atenuasi sampai -56dB berada pada
3.3.4.
Audio Amplifier
Audio amplifier menggunakan TBA820. Op Amp ini merupakan Op Amp
untuk penguat daya dengan kontrol volume. Rangkaian dan nilai komponen sesuai
dengan datasheet. Skema rangkaian penguat daya ditunjukkan pada Gambar 3.8.
v cc (12v )
input + -U2 TBA820 3 2 5 6 1 4 8 7 R2 1 C2 220uF C7 220nF J2 GND 1 C4 220uF C3 100uF R1 33 C1 10uF LS1 SPEAKER R3 100K 1 3 2 C6 100nF
Gambar 3.8 Rangkaian Penguat Daya.
3.3.5 PLL
PLL yang dirancang mempunyai ketentuan sebagai berikut :
Output frequency = 1000kHz dan 1050kHz
Frequency steps = 1kHz
Output frequency merupakan frekuensi keluaran yang diharapkan dari
Output PLL dicampur dengan sinyal keluaran RF amplifier di mixer. Di
pembagi terprogram terjadi dua perubahan frekuensi. Pembagi terprogram mengubah
frekuensi menjadi bentuk BCD (Binary Code Decimal) yang diatur oleh transistor
sebagai saklar, kemudian kedua frekuensi tersebut diatur menggunakan timer LM555.
3.3.5.1 Rangkaian Osilator Referensi
Osilator referensi menggunakan kristal berfrekuensi 10,245MHz, karena
frekuensi yang diharapkan dari osilator referensi adalah 1kHz. Oleh karena itu, perlu
ada IC pembagi dan kapasitor variabel. Rangkaian pembangkit frekuensi referensi
1kHz ditunjukkan pada Gambar 3.9.
ke VCO vcc 5volt C20 100pF Y 1 10.240Mhz C15 39pF U10 CD4060B/SO 8 12 15 16 4 5 6 7 13 14 1 2 3 9 10 11 GN D RST Q10 VDD Q6 Q5 Q7 Q4 Q9 Q8 Q12 Q13 Q14 Ø0 Ø0 Ø1 R17 100K U5 74LS90 14 1 2 3 6 7 12 9 8 11 5 10 A B R0(1) R0(2) R9(1) R9(2) QA QB QC QD VC C GN D DIV 1000 DIV 10
IC HEF4060 digunakan sebagai pembagi 1000 sehingga keluaran dari IC ini
adalah 10kHz. Tampak atas IC HEF4060 ditunjukkan pada Gambar 2.28.
Sinyal output IC HEF4060 diumpankan ke IC 74LS90 yang berfungsi sebagai
pembagi 10 sehingga frekuensi yang dihasilkan nantinya adalah 1kHz. Tampak atas
IC 74LS90 ditunjukkan pada Gambar 2.29. Output IC 74LS90 dijelaskan pada Tabel
2.2. dan Tabel 2.3.
3.3.5.2 Voltage Controlled Oscillator (VCO) dan Phase Comparator
Pada perancangan ini, VCO dan phase comparator menggunakan IC CD4046.
Kondisi mengunci pada phase comparator adalah saat perbedaan fasanya nol atau
tidak ada beda fasa.
VCO pada IC CD4046 menggunakan komponen eksternal untuk menentukan
frekuensi kerja osilator. Rangkaian internal IC CD4046 ditunjukkan pada Gambar
2.24.
input pembagi terprogram output pembagi terprogram
output osilator referensi
vcc 5volt R1 10K C2 0.1uF RS 10K R3 10K R4 10K U12 74HC4046/SO 3 4 14 6 7 5 11 12 1 2 13 9 10 15 16 8 CIN VCOUT SIN CX CX INH R1 R2 PP P1 P2 VCOIN DEMO ZEN VD D VS S C1 100pF VCO
Gambar 3.10 merupakan rangkaian VCO dan phase comparator dengan IC
CD4046 dan rangkaian eksternal. Tegangan yang akan diberikan pada masukan VCO
akan mengendalikan frekuensi yang dibangkitkan. Frequency range ditentukan oleh
trimmer kapasitor yang terhubung ke pin 6 dan pin 7. Pada pin 13 dan pin 9 terdapat
resistor (R3) dan kapasitor (C2) yang berfungsi sebagai filter. Jika menggunakan
tegangan Vcc 5 volt, maka nilai C2≥100pF dan R2 5k≥ Ω.
3.3.5.3 TC9122P
Pembagi terprogram (programmable divider) menggunakan IC TC9122P.
Rangkaian pembagi akan bergantung pada pembagian yang akan digunakan. Sistem
ini menggunakan pembagian langsung, yaitu 4 digit bilangan bagi yang terdiri dari
N1, N2, N3, dan N4. Masing-masing adalah pembagi ribuan, ratusan, puluhan, dan
satuan. Logika pembagi ini adalah logika TTL dengan tegangan 5Volt.
Input berasal dari output VCO dan output diumpankan ke input rangkaian
phase comparator sebagai input yang akan dibandingkan dengan VCO. Tampak atas
IC TC9122P ditunjukkan pada Gambar 3.11.
Diagram blok IC TC9122P ditunjukkan pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Diagram blok IC TC9122P [18].
Pembagian bilangan ditunjukkan pada Tabel 3.1. dengan frekuensi yang
digunakan = 1000Hz dan = 1050Hz. Frekuensi yang diharapkan dari output
pembagi terprogram adalah 1kHz untuk dibandingkan dengan frekuensi dari osilator
referensi. Output dari VCO 1000kHz dibagi 1000Hz untuk menghasilkan frekuensi
1kHz. Sedangkan output dari VCO 1050kHz dibagi 1050Hz untuk menghasilkan
frekuensi 1kHz.
1
f f2
Tabel 3.1. Pembagian frekuensi dalam bentuk BCD [18].
Frekuensi Ribuan (N1) Ratusan (N2) Puluhan (N3) Satuan (N4)
1000Hz 01 0000 0000 0000
1050Hz 01 0000 0101 0000
3.3.5.4 Transistor sebagai Saklar
Transistor digunakan untuk mengatur pergantian frekuensi pembagi
terprogram dengan timer dari LM555. Rangkaian transistor sebagai saklar
R35 10K
R34
10K R32
10K
Q1 2N2222
3 2
1
R33 10K
Q2 2N2222
3 2
1
input1
input2
output1
output2
Gambar 3.13 Transistor sebagai saklar.
Input1 dan 2 diperoleh dari timer output. Input1 menjadi input kolektor
transistor dan input2 menjadi input basis transistor. Masing-masing transistor
mempunyai 2 kondisi yang sama, yaitu kondisi on dan off. Kondisi transistor
digunakan untuk mencatu tegangan pada pembagi terprogram pada frekuensi 50Hz.
3.3.5.5 Timer LM555
Rangkaian LM555 menggunakan 1 buah resistor dan 1 buah potensiometer
yang berfungsi untuk pengisian dan pengosongan kapasitor. Rangkaian ditunjukkan
output v cc 5v olt
R27 1Meg 1 3 2 C21 0.1uF C19 1uF R25 10K U13 LM555/TO 2 5 3 7 6 4 8 1 TR CV Q DIS THR R VC C GN D
TIMER
Gambar 3.14 Rangakaian Timer.
Timer dirancang untuk menghasilkan kondisi “1” selama 0,5 detik dan kondisi
“0” selama 0,5 detik (T1 =T2 =0,5 detik). Dengan C1 = 1uF dan RA = 10 kΩ, nilai RB
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.32)
) 2 ( 4 , 1 1 1 1 2
1 T C RA RB
T T f + = + = = ) 2 10 10 ( 10 1 4 , 1 5 , 0 5 , 0 1 3 6 B R x x + = + − B R x x10 3 2 10 6 10
4 , 1
1 − −
+ =
Ω =
= − k
x
RB 695
Duty cycle rangkaian ini sebesar
4.1 Perangkat Hasil Penelitian
Perangkat yang dihasilkan pada penelitian ini adalah alat penerima radio AM.
Pengambilan data menggunakan Radio Frequency Generator (RF Generator). RF
Generator ditala pada frekuensi 1000kHz dan 1050kHz secara bergantian. Tampak
atas perangkat ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pada batasan masalah pengambilan data
menggunakan dua buah pemancar AM atau sebuah pemancar AM dengan frequency
hopping, hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan alasan :
1. Kit elektronika pemancar AM tidak dijual di pasaran.
2. Pemancar AM dengan frequency hopping sedang dalam tahap penyelesaian
sehingga belum bisa digunakan sebagai alat uji.
Gambar 4.1 Tampak atas perangkat.
4.2 Pengujian Perangkat Secara Keseluruhan
4.2.1 Pengujian Penerima AM
Pengujian dilakukan dengan model sistem yang ditunjukkan pada Gambar
4.2. RF Generator mengirimkan sinyal termodulasi 50% dengan frekuensi carrier
1000kHz dan 1050kHz yang ditala secara bergantian. Pengujian dilakukan pada poin
1 dan poin 2.
Gambar 4.2 Model sistem pengujian Penerima AM.
Gambar 4.3 menunjukkan sinyal input penerima AM yang diamati pada poin
1. Perhitungan frekuensi carrier mengacu pada Gambar 4.4 yang telah diperjelas
dengan memperbesar time/division pada osiloskop dengan .
Sehingga frekuensi carrier dapat dihitung dengan persamaan (4.1)
s x x
x
T =2 0,5 10−6 =1 10−6
kHz s
x T
f 1000
10 1
1 1
6 =
=
= −
Gambar 4.4 Sinyal input 1000kHz yang diperbesar.
Gambar 4.5 menunjukkan sinyal input penerima AM yang diamati pada poin
1. Perhitungan frekuensi carrier mengacu pada Gambar 4.6 yang telah diperjelas
dengan memperbesar time/division pada osiloskop dengan
. Sehingga frekuensi carrier dapat dihitung dengan
persamaan (4.1)
s x x
x
T =1,9 0,5 10−6 =9,5 10−7
kHz s
x T
f 1052
10 5 , 9
1 1
7 =
=
= −
Gambar 4.6 Sinyal input 1050kHz yang diperbesar.
Gambar 4.3 dan Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa penerima AM dapat
menerima sinyal dengan baik. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan yang sesuai
dengan perancangan. Hasil pengukuran spektrum frekuensi juga menunjukkan
frekuensi yang dikirim adalah benar. Spektrum frekuensi carrier 1000kHz
ditunjukkan pada Gambar 4.7 dan spektrum frekuensi carrier 1050kHz ditunjukkan
pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Spektrum frekuensi carrier 1050kHz.
F1 menunjukkan puncak tertinggi sinyal yang berada pada frekuensi
1000kHz. Pengujian dilakukan secara bergantian. Saat sinyal input 1000kHz, tone
yang terdengar hanya 1 frekuensi saja.
F2 menunjukkan puncak tertinggi sinyal yang berada pada frekuensi
1050kHz. Saat frekuensi berada pada 1050kHz, tone yang terdengar hanya 1
frekuensi saja.
Pengujian untuk menentukan frekuensi audio yang dihasilkan, dilakukan pada
poin 1 dan poin 2 secara bersamaan. Saat poin 1 menerima frekuensi carrier
1000kHz poin 2 diukur dan hasil ditunjukkan pada Gambar 4.9. Saat poin 1
menerima frekuensi carrier 1050kHz poin 2 diukur dan hasil ditunjukkan pada
Gambar 4.9 Audio 1kHz dengan frequency carrier 1000kHz.
Gambar 4.10 Audio 1kHz dengan frequency carrier 1050kHz.
F1 menunjukkan frekuensi fundamental, meskipun harmonisa yang dihasilkan
cukup banyak. Harmonisa yang dihasilkan tidak mempengaruhi kinerja sistem.
Frekuensi fundamental tersebut menunjukkan bahwa frekuensi yang diterima tidak
sama dengan frekuensi yang dikirim. Penempatan spektrum tidak bisa tepat di
frekuensi tengah, jika digeser ke kanan hasil yang didapatkan tidak tepat di tengah,
dari semua time/div yang telah dicoba. Hasil pengujian terlihat bahwa kinerja
penerima AM sudah sesuai dengan perancangan.
Proses perubahan frekuensi hopping tidak dapat diamati secara jelas, karena
time/domain timer output sangat sempit dibanding output VCO sebagai output PLL.
Gambar 4.11 menunjukkan proses hopping saat frekuensi carrier 1000kHz dan
1050kHz. Pengukuran dilakukan pada timer output dengan output VCO secara
bersamaan.
Gambar 4.11 Proses hopping dua frekuensi carrier.
Sinyal frekuensi carrier 1050kHz lebih rapat dari pada sinyal frekuensi
carrier 1000kHz. Saat kondisi timer on, timer menghasilkan frekuensi carrier
1050kHz. Sedangkan saat kondisi timer off, timer menghasilkan frekuensi carrier
1000kHz. Hasil pengujian terlihat bahwa kinerja hopping sudah sesuai dengan
4.2.2 Pengujian Tiap Blok
4.2.2.1 RF Amplifier
Pengujian RF amplifier bertujuan untuk mendapatkan sinyal termodulasi yang
telah dikuatkan dari sinyal input. Spektrum frekuensi sinyal output dari RF amplifier
saat frekuensi 1000kHz ditunjukkan pada Gambar 4.12 dan spektrum frekuensi
output dari RF amplifier saat frekuensi input 1050kHz ditunjukkan pada Gambar
4.13.
Penguatan RF Amplifier dapat dihitung dengan persamaan (4.2).
3 10 56
10 200
3 3
= =
= −−
x x Vin
Vout Av
Secara teori, penerima AM tidak memerlukan input amplitudo yang besar, biasanya
sekitar μ Volt. Semakin tinggi input amplitudo dapat merusak kinerja sistem.
Perancangan tidak membahas berapa besar penguatan yang diharapkan. Dari hasil
pengamatan menunjukkan penguatan sudah cukup mampu untuk digunakan.
Gambar 4.13 Spektrum frekuensi output RF amplifier saat input 1050kHz.
F1 menunjukkan puncak tertinggi sinyal yang berada pada frekuensi
1000kHz. Harmonisa yang dihasilkan sedikit, sehingga tidak mengganggu kinerja
sistem.
F2 menunjukkan puncak tertinggi sinyal yang berada pada frekuensi
1050kHz. Harmonisa yang dihasilkan sedikit, sehingga tidak mengganggu kinerja
sistem. Hasil pengukuran output dari RF Amplifier sudah sesuai dengan perancangan.
4.2.2.2 Filter
Data pengamatan hasil pengujian filter diperoleh dengan melakukan
pengukuran tegangan input filter (Vin) dan tegangan output filter (Vout). Frekuensi
cutoff ditentukan saat Av = 0,707 dari Av maksimum. Hasil yang diperoleh
ditunjukkan pada Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa frekuensi cutoff filter
Tabel 4.1 Data Pengukuran LPF.
Vin (Vpp)
Vout
(Vpp)
Frekuensi
Av (Hz)
0,4 0,4 1 1785
0,4 0,4 1 3846
0,4 0,4 1 6250
0,4 0,4 1 8333
0,4 0,4 1 10000
0,4 0,32 0,8 12500
0,4 0,32 0,8 12500
0,4 0,3 0,75 16666
0,4 0,28 0,7 18518
0,4 0,22 0,55 20000
0,4 0,14 0,35 29411
0,4 0,08 0,2 41666
0,4 0,05 0,125 50000
0,4 0,04 0,1 58823
Hasil pengukuran pada Tabel 4.1 dapat dibuat dalam bentuk grafik tanggapan
frekuensi LPF yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.
Perancangan menentukan frekuensi cutoff yang diharapkan adalah 20kHz.
Persen error rangkaian filter sebesar 100% 7,41%
20000 18518
20000− =
x . Dengan persen
error yang dihasilkan, rangkaian filter masih dapat bekerja sesuai perancangan, yaitu
melewatkan frekuensi rendah meskipun tidak tepat pada frekuensi cutoff yang
dirancang. Batasan error maksimum yang diinginkan adalah 10% dari frekuensi
cutoff. Filter output akan mempengaruhi audio yang dihasilkan. Filter dirancang
untuk melewatkan frekuensi audio 2kHz sampai 20kHz. Jika frekuensi cutoff yang
dihasilkan melebihi batas error maksimum maka filter yang dirancang sudah tidak
baik lagi.
Jika filter diberi input lebih dari 20khz, maka akan terjadi penurunan output
amplitudo yang menyebabkan penguatan juga turun. Filter ideal menghasilkan
penurunan amplitudo yang sangat tajam. Dalam kondisi ideal filter tidak akan
melewatkan frekuensi diatas frekuensi cutoff yang dihasilkan. Tetapi sangat sulit
untuk mendapatkan kondisi seperti pada filter ideal.
LPF yang dirancang adalah LPF unity gain sehingga penguatan yang
dihasilkan adalah 1 untuk penguatan maksimum. Hasil yang diperoleh menunjukkan
penguatan maksimum adalah 1. Semakin tinggi input frekuensi, penguatan yang
dihasilkan semakin kecil. Dari grafik LPF terlihat bahwa kinerja filter sudah
4.2.2.3 Osilator Referensi
Pengujian osilator bertujuan mendapatkan data mengenai tingkat keakuratan
frekuensi. Output osilator referensi menentukan frekuensi output yang digunakan
sebagai step frekuensi 1kHz. Hasil pengukuran menggunakan osilator digital
ditunjukkan pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Output osilator referensi.
Gambar 4.15 menunjukkan output dari osilator referensi berupa gelombang
kotak dengan frekuensi 1000Hz. Frekuensi yang dihasilkan dapat dihitung
menggunakan persamaan (4.1).
(
)
(
)
Hz Hzx x
Hz T T
f 1000,5
) 10 472 ( 10 5 , 527 1 1 2 1 6
6 − − =
= − = − − . % 05 , 0 % 100 1000 5 , 1000
1000− =
x
Persen error frekuensi osilator referensi adalah .
Dengan persen error 0,05% rangkaian osilator referensi dapat bekerja sesuai dengan
4.2.2.4 Pembagi Terprogram
Pengukuran pembagi terprogram bertujuan untuk mengetahui pembagian
frekuensi yang akan diumpankan ke phase comparator. Pembagi terprogram
menghasilkan frekuensi 1kHz. Gambar 4.16 menunjukkan sinyal output pembagi
terprogram.
Gambar 4.16 Sinyal output pembagi terprogram.
Frekuensi 1000kHz dibagi 1kHz dan frekuensi 1050kHz dibagi 1050Hz untuk
menghasilkan frekuensi yang sama dengan output osilator referensi yaitu 1kHz.
Frekue