BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Cabai Merah
Dari beragam jenis cabai yang ada di pasaran, pada umumnya tanaman cabai memiliki tinggi sekitar 50 – 120 cm, tumbuh tegak dengan batang berkayu yang mempunyai banyak cabang, dan dari setiap cabang akan tumbuh bunga atau buah. Tanaman ini juga memiliki jenis akar tunggang yang menyebar dan dangkal dengan akar cabang yang banyak terdapat di permukaan tanah.
Tanaman ini juga memiliki daun yang umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietas dari cabaimya itu sendiri. Bentuk daunnya lonjong dengan bagian ujung yang meruncing dengan panjang daun 14 – 10 cm dengan lebar 1,4 – 4 cm. daunnya terdiri dari tangkai, tulangnya yang menyirip, dan helaian daun. Selain itu, bunga cabai sendiri merupakan bunga lengkap yang berkelamin dua yang memiliki kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Bentuknya seperti terompet yang sama dengan tanaman dari keluarga Solanaceae lainnya. Cabai memiliki macam – macam buah yang berbeda, baik dari bentuk maupun ukurannya (Tosin dan Nurma, 2010).
Secara umum buah cabai mempunyai banyak kandungan gizi. Berkat kandungan ini, buah cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan masak memasak maupun sebagai bahan ramuan obat tradisional. Sebagai bahan obat, buah cabai bermanfaat untuk membantu kerja perencanaan dalam tubuh manusia, mencegah kebutaan, menyembuhkan sakit tenggorokan, serta bahan campuran industri makanan, obat-obatan, dan
peternakan. Selain itu, daunnya terbukti cukup ampuh untuk mengobati luka (obat luar). Kandungan gizi yang terkandung pada cabai merah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Cabai Besar Dalam 100 Gram BDD Komposisi Cabai Merah
Besar Segar Cabai Merah Besar Kering Satuan Kalori/Energi 31 311 Kalori Protein 1 15,9 Gram Lemak 0,3 6,2 Gram Karbohidrat 7,3 61,8 Gram Kalsium 29 160 Miligram Fosfor 24 370 Miligram Serat 0,30 - Gram Besi 0,50 2,3 Miligram Vitamin A 470 576 SI/RE Vitamin B-1 0,05 (0,40) Miligram Vitamin B-2 0,03 - Miligram Vitamin C 18 50 Miligram Niacin 0,20 - Miligram Air 90,0 10 Gram
Bagian yang dapat dimakan – BDD
85 (85) %
Keterangan SI: Satuan Internasional Sumber: Departemen Kesehatan, 1989
Tabel 2.1 memperlihatkan banyaknya kandungan gizi pada cabai merah. Selain buahnya, produk olahan cabai juga bermanfaat dalam berbagai hal. Bubuk cabai yang dicampurkan ke pakan ayam, merangsang ayam untuk rajin bertelur. Bubuk cabai juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan industri makanan dan minuman untuk menggantikan fungsi lada yang bisa memancing selera makan bagi yang mengkonsumsinya. Ekstrasi bubuk cabai sering digunakan dalam pembuatan minuman ginger beer. Bahkan, kandungan bioflavonoids yang terkandung di dalam cabai merah dapat menyembuhkan radamg akibat udara dingin dan penyakit polio (Setiadi, 2015).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Permintaan
Fungsi Permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor – faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu barang sangat banyak, diantaranya harga, pendapatan, jumlah penduduk, dan lain-lain. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
1) Harga Barang Itu Sendiri
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan akan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan.
2) Harga Barang Lain
Harga barang lain yang mempengaruhi permintaan ada dua yaitu, a) Harga Barang Pengganti (Subsitusi)
Sesuatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan (Sukirno, 2009).
b) Harga Barang Pelengkap (Komplementer)
Apabila sesuatu barang selalu digunakan bersama dengan barang lainnya, maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain tersebut.
Kenaikan dan penurunan permintaan terhadap barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang digenapinya (Sukirno, 2009).
3) Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja.Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2009)
4) Pendapatan
Tingkat pendapatan dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat (Rahardja dan manurung, 2006).
5) Selera
Selera memiliki hubungan yang positif dengan jumlah barang yang diminta. Semakin tinggi selera terhadap suatu barang, semakin banyak jumlah barang yang diminta. Sebagai contoh, bila selera masyarakat akan tas merk tertentu meningkat maka akan mendorong permintaan terhadap tas tersebut lebih banyak. 6) Iklan
Hubungan iklan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Iklan untuk barang penggaanti akan mempunyai dampak negatif terhadap jumlah barang A yang dijual, karena menyebabkan konsumen berpindah ke barang pengganti tersebut. Sebaliknya, untuk barang komplemeter akan mempuyai dampak yang positif.
7) Ekspetasi / Peramalan
Bila masyarakat memperkirakan harga - harga barang akan semakin naik maka kenaikan harga justru diikuti oleh kenaikan permintaan. Misalnya saat terjadi inflasi orang lebih senang memegang barang daripada uang (Pracoyo, 2006). Bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelasakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dalam penelitian ini sebagai berikut:
D=f (Px, Py,Pz, N, I) Dimana:
D = Permintaan komoditas Px = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang subsitusi Pz = Harga barang komplementer N = Jumlah penduduk
I = Pendapatan
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan “makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut” (Sukirno, 2009).
Hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta (dikonsumsi) dapat digambarkan dengan kurva permintaan (demand). Permintaan (demand) dapat di definisikan sebagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.
D D Q 1 Q 2 Q 3 P 1 P 2 P
Hukum permintaan (the law of demand) menunjukkan bahwa jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta turun dan sebaliknya (Antriyandarti, 2012).
Gambar 2.1.Demand Curve (Kurva Pemintaan)
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa turunnya harga dari P1 ke P2 memiliki pengaruh yang tidak sama terhadap jumlah barang yang diminta untuk kurva permintaan D1 dan D2. Kurva D1 menunjukkan kurva yang lebih curam, jumlah barang yang diminta bertambah sebanyak Q1Q2, sedangkan kurva permintaan yang lebih landai yaitu D2 bertambah sebanyak Q1Q3. Jadi dapat disimpulkan bahwasemakin landai kurva permintaan maka akan semakin besar respon permintaan terhadap perubahan harga.
Perubahan permintaan terjadi karena dua sebab utama, yaitu perubahan harga dan perubahan faktor ceteris paribus, misalnya pendapatan, selera, dan sebagainya (faktor non harga). Perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta, tetapi perubahan itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Ini yang disebut pergerakan permintaan sepanjang kurva permintaan (movement along demand curve) (Rahardja dan Manurung, 2006).
2.2.2 Konsep Elastisitas
Elastisitas permintaan menjelaskan seberapa besar persentase perubahan jumlah barang diminta apabila salah satu faktor tersebut berubah. Apabila terjadi
perubahan harga dengan persentase sangat kecil, tetapi menimbulkan perubahan yang sangat besar terhadap jumlah barang yang diminta maka dapat dikatakan bahwa barang tersebut sangat responsif terhadap perubahan harga.
Apabila yang berubah adalah harga barang itu sendiri maka yang kita cari besarnya elastisitas harga. Perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan, baik barang substitusi maupun komplementer akan menentukan besarnya elastisitas silang, sedangkan elastisitas pendapatan akan mengukur perubahan pendapatan dan pengaruhnya terhadap jumlah barang yang diminta (Pracoyo, 2006).
Menurut Rahardja dan Manurung (2006), elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price elasticity demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity).
1) Elastisitas Harga (Price Elasticity)
Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan 1 persen secara aljabar elastisitas harga dari permintaan biasanya mempunyai tanda negatif, yaitu kenaikan harga sebesar satu persen akan diikuti penurunan permintaan sebesar x persen. Tetapi dalam definisi disini tanda tersebut diabaikan. Jadi Eh = 1 sebenarmya elastisitas harga = - 1 (Boediono, 2014).
Kurva Permintaan yang berslope negatif menunjukkan bahwa jumlah yang diminta berhubungan terbalik dengan tingkat harga (price elasticity of demand) mengukur perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang
diminta dan persentase perubahan harga atau perbandingan perubahan relatif antara jumlah yang diminta dan harga. Dengan kata lain elastisitas harga merupakan proporsi perubahan jumlah barang yang diminta dibagi proporsi perubahan barang itu sendiri (Antriyandarti, 2012).
e =% perubahan jumla% perubah barang yang diminta
han harga Berikut adalah jenis – jenis elastisitas,
Bila Eh > 1 adalah permintaan elastis. Bila Eh < 1 adalah permintaan inelastis.
Bila Eh = 1 adalah elastisitas tunggal (unitary elasticity). Bila Eh = 0 adalah inelastisitas sempurna.
Bila Eh ~ adalah elastisitas sempurna.
Karena elastisitas ini merupakan rasio dari dua ukuran maka dengan persentase perubahan harga tertentu elastisitas akan besar atau kecil tergantung pada besar kecilnya persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Makin besar e berarti permintaan makin elastis dan sebaliknya tidak atau kurang elastis bila e kecil. Biasanya orang mengatakan permintaan elastis bila e lebih besar dari satu dan tidak elastis bila kurang dari satu. Namun begitu harus selalu diingat bahwa konsep ini selalu dipakai dalam pengertian relatif. Dalam menuliskan angka elastisitas ini sering kita lihat tanda negatif dimukanya. Ini menunjukkan harga naik diikuti oleh penurunan jumlah yang diminta dan sebaliknya harga turun dengan kenaikan jumlah yang diminta.
Menurut Pracoyo (2006), Pengukuran angka elastisitas dalam praktek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
𝐸𝐸𝐸𝐸=∆𝑄𝑄/𝑄𝑄 ∆𝑃𝑃/𝑃𝑃 = ∆𝑄𝑄 ∆𝑃𝑃 × 𝑃𝑃 𝑄𝑄 = (𝑄𝑄2− 𝑄𝑄1) (𝑃𝑃2− 𝑃𝑃1) × 𝑃𝑃1 𝑄𝑄1
Rumus diatas dianggap mempunyai kelemahan karena menyebabkan makna ganda (ambiguitas). Makna ganda ini muncul karena ada perubahan harga yang cukup tajam, sehingga berdampak besar terhadap perubahan jumlah barang yang diminta. Maka digunakanlah suatu rumus baru yang dianggap lebih baik dari sebelumnya. Cara yang digunakan untuk memperbaiki rumus diatas adalah dengan menggunakan nilai rata – rata. Rumus ini dikenal dengan istilah elastisitas busur (arc elasticity).
b) Elastisitas Busur (Arc Elasticity). Berikut rumus untuk menghitungnya,
𝐸𝐸𝐸𝐸= ∆𝑄𝑄∆𝑃𝑃 =
1
2(𝑃𝑃1 +𝑃𝑃2) 1
2(𝑄𝑄1 +𝑄𝑄2) 2) Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Dalam kehidupan nyata suatu barang konsumsi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang yang lain dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya beras dan jagung, keduanya merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan. Juga beras dan gandum, gula pasir dan gula merah. Karena sifatnya yang dapat dipertukarkan ini maka harga-harganya masing-masing juga berhubungan erat. Dalam keadaan yang demikian maka perubahan harga barang yang satu tidak saja mempengaruhi jumkah yang diminta atas barang itu, tetapi juga mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang lainnya.
Bila “hubungan” antara X dan Y adalah subsitusi (yaitu saling bisa mengganti), biasanya Es adalah positif. Kenaikan harga barang Y berakibat berkurangnya permintaan akan barang Y dan bertambahnya (karena proses subsitusi Y dengan X) permintaan barang X. Bila hubungan antara X dan Y adalah komplementer, biasanya Es adalah negatif (Boediono, 2014).
3) Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Menurut Gilarso (2006), peka tidaknya jumlah yang diminta dari barang tertentu (Qd) terhadap perubahan dalam tingkat pendapatan konsumen (Y) diukur dengan elastisitas pendapatan (income elasticityof demand) yang rumusnya adalah sebagai berikut :
EP = persentase perubahan permintaan akan barang Xpersentase perubahan pendapatan konsumen
Bila pendapatan konsumen naik, maka mereka dapat membeli lebih banyak dari segala macam barang dan jasa sehingga jumlah yang diminta dari suatu barang tertentu akan ikut naik dengan naiknya pendapata, dan koefisien elastisitas pendapatan positif. Tetapi ada juga barang yang permintaannya justri berkurang dengan naiknya pendapatan konsumen. Hal ini terjadi dengan barang inferior. Misalnya, jagung diganti nasi kalau tingkat penghasilan konsumen naik. Bila ini terjadi, maka elastisitas pendapatan negatif.
Adanya perubahan dalam tingkat penghasilan konsumen (∆Y), maka Qd bertambah biarpun P tetap. Dalam hal ini ada perubahan permintaan, dan kurva D semula akan bergeser. Rumus elastisitas pendapatan mengukur berapa persen (%) perubahan Qd akibat adanya perubahan Y itu (ceteris paribus).
Elastisitas pendapatan tergolong pengertian yang penting untuk Indonesia. Usaha pembangunan nasional yang berhasil akan menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat, akibatnya permintaan masyarakat akan segala macam barang dan jasa akan meningkat pula. Tapi peningkatan itu tidak sama untuk segala macam barang. Permintaan akan barang kebutuhan pokok tidak akan terlalu menyolok kenaikannya. Koefisien elastisitas pendapatan untuk barang kebutuhan pokok memang positif, tetapi agak rendah. Lain hal nya dengan permintaan akan barang mewah dan barang/jasa yang sifatnya lebih social yang meningkat dengan lebih cepat. Koefisien elastisitas pendapatan untuk barang/jasa seperti itu positif dan agak tinggi. Jelas hal ini berpengaruh juga terhadap struktur produksi nasional dan laju perkembangannya.
2.3 Penelitian Terdahulu
1) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Weiny Balqis Ketura (1996) dengan judul “Analisis Permintaan Cabai di Indonesia”. Dengan menggunakan metode analisis yaitu metode deskriptif dan kuantitatif.Data diolah dengan paket program ekonometrik SHAZAM. Hasil penelitian ini permintaan cabai sebagai konsumsi langsung rumah tangga terutama dipengaruhi oleh selera, selain itu juga dipengaruhi oleh harga cabai, tingkat pendapatan, harga beras, harga cabai botol, dan jumlah penduduk.
2) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habrianto Manda (2006) dengan judul skripsi “Analisis Permintaan Cabai (Capsicuum spp) oleh Restoran Padang di Kota Bogor”. Metode yang digunakan dalam metode penentuan data adalah metode area cluster sampling dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi linier berganda, dan analisis respon
(elastisitas).Hasil menunjukkan bahwa faktor – faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan cabai merah adalah harga, omzet penjualan, proporsi belanja cabai terhadap total belanja, dan jumlah masakan. Faktor – faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan cabai hijau adalah harga, omzet penjualan, dan proporsi belanja cabai terhadap total belanja. Faktor – faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan cabai rawit adalah proporsi belanja cabai terhadap total belanja dan jumlah masakan. Nilai elastisitas harga dari permintaan cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit berturut – turut yaitu sebesar -0,47, -0,84, dan -0,27.
3) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tria Rosana Dewi (2009) dengan judul “Analisis Permintaan Cabai Merah di Kota Surakarta” bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang sebenarmya mempengaruhi permintaan cabai merah di Kota Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dan diperoleh dengan menggunakan data sekunder yang berupa data time series selama 15 tahun (tahun 1993 – 2007) serta dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan cabai di Kota Surakarta yaitu faktor ekonomi maupun faktor sosial. Faktor ekonomi yang mempengaruhinya yaitu harga (harga barang itu sendiri maupun harga barang pengganti dan penggenapnya). Faktor sosial yaitu jumlah penduduk di daerah penelitian.
4) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iman Haromain (2009) dengan skripsi berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia”. Penelitian menggunakan data sekunder berbentuk data
time series. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode deskriptif dan kuantitatif untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi di Indonesia antara lain konsumsi daging sapi, produksi daging sapi, jumlah penduduk, harga daging sapi, harga daging ayam, dan tingkat pendapatan. Berdasarkan hasil analisis linier berganda yang berpengaruh digunakan untuk menganalisa tingkat hubungan antara faktor – faktor dengan permintaan daging sapi koefisien berganda dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,976. Hasil uji F menunjukkan keenam variabel berpengaruh secara nyata terhadap permintaan daging sapi.
5) Pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Arfani (2013) yang berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen dalam Mengkonsumsi Cabai Merah (Studi Kasus: Pasar Brayan, Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar Marelan di Kota Medan)”. Dengan tujuan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah; mengetahui pengaruh harga, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi cabai merah; dan perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap cabai merah di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan nilai determinasi (R2) sebesar 0,607. Hal ini berarti 60,7% variasi yang terjadi pada variabel harga, pendapatan dan, jumlah tanggungan dapat menjelaskan jumlah konsumsi cabai merah, sedangkan 39,9% lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Secara serempak menunjukkan
bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah. Secara parsial hanya variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah.
6) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisni Noviasari (2014) dengan judul “Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung“. Dengan variabel penelitan yaitu harga cabai merah, jumlah anggota keluarga, frekuensi pembelian, pendapatan rumah tangga, dummy suku, dummy preferensi terhadap pedas, dan dummy tempat pembelian. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif menggunakan Microsoft Excel dan software SPSS 16 for windows. Hasil penelitian ini yaitu hanya harga cabai merah dan jumlah anggota keluarga yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Respon permintaan terhadap perubahan harga bersifat elastis.
7) Pada penelitian yang dilakukan oleh Nia Novalita Purba (2014) dengan judul “Analisis Permintaan Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis permintaan bawang merah di daerah penelitian, menganalisis faktor pendapatan, menganalisis faktor harga, menganalisis faktor jumlah tanggungan yang mempengaruhi permintaan bawang merah dan menganalisis elastisitas permintaan bawang merah di daerah penelitian.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permintaan bawang merah di Kota Medan dipengaruhi oleh pendapatan, harga bawang merah dan jumlah tanggungan keluarga penduduk (rumah tangga). Berdasarkan hasil pengujian (uji beta) yang dilakukan, faktor yang paling dominan terbesar mempengaruhi permintaan
bawang merah adalah pendapatan dan yang paling dominan terendah mempengaruhi adalah jumlah tanggungan. Pengaruh perubahan pendapatan terhadap permintaan bawang merah sebesar 1,76 satuan yang berarti bersifat elastis. Artinya perubahan pendapatan sebesar 1% akan memberi pengaruh jumlah yang diminta lebih besar dari 1%. Pengaruh perubahan harga terhadap permintaan bawang merah sebesar sebesar 0,58 satuan yang berarti bersifat inelastis. Artinya dimana perubahan harga sebesar 1% akan memberi pengaruh jumlah yang diminta lebih kecil dari 1%. Pengaruh perubahan jumlah tanggungan terhadap permintaan bawang merah sebesar 1,19 satuan yang berarti bersifat elastis. Artinya perubahan jumlah tanggungan sebesar 1% akan memberi pengaruh jumlah yang diminta lebih kecil dari 1%.
8) Pada penelitian yang dilakukan oleh Chairia (2015) dengan judul “Analisis Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara” Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, dan untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaitu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak harga cabai merah tingkat
konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan) mampu menjelaskan variabel terikat (permintaan cabai merah) sebesar 87,9% sementara 12,1% lagi dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model.
9) Penelitian yang dilakukan Kartika Putri Satriana (2015) dengan judul penelitian ”Analisis Permintaan Cabai Merah Besar Usaha Restoran di Jakarta Selatan”. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah besar usaha restoran di Jakarta Selatan dianalisis dengan analisis explanatory dengan menggunakan model regresi linier berganda dan diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata pasa taraf 𝛼𝛼 = 20% terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Padang di Jakarta Selatan adalah variabel harga jual rata – rata masakan, harga minyak goreng, dan harga rata – rata penerimaan restoran, namun hanya variabel harga minyak goreng yang bersifat elastis yaitu sebesar 2,982. Variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 𝛼𝛼 = 20 % terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda di Jakarta Selatan adalah variabel harga gula dan rata – rata penerimaan restoran, namun hanya variabel harga minyak gula yang bersifat elastis yaitu sebesar 3,651. variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 𝛼𝛼 = 20 % terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Ayam di Jakarta Selatan adalah variabel harga cabai merah besar dan rata – rata penerimaan restoran, namun
hanya variabel harga cabai merah besar yang bersifat elastis yaitu sebesar 2.,25.
10) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tria Rosana Dewi dan Libria Widiastuti (2016) dengan penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Kota Surakarta”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu selama 14 tahun (tahun 2000 - 2013). Ada 5 variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Variabel tersebut diduga sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kota Surakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa model statis demand system, sesuai atau tepat untuk digunakan sebagai model persamaan penduga dari permintaan beras di Kota Surakarta. Keadaan ini terbukti dari uji F yang dihasilkan nyata pada taraf kepercayaan 99%, sedangkan dilihat dari nilai R2 (koefisien determinasi) memberikan nilai sebesar 95,8%. Dari hasil analisis, elastisitas harga mempunyai tanda negatif. Hal ini berarti antara harga beras dengan permintaan beras memiliki hubungan yang berlawanan. Nilai elastisitas harga pada model dinamik adalah -0,534. Elastisitas silang jagung adalah 1,25. Nilai elastisitas telur adalah -0,330. Nilai elastisitas silang pada jagung bertanda positif, hal ini berarti jagung merupakan subtitusi dari beras. Sedangkan nilai elastisitas silang pada telur bertanda negatif, hal ini berarti telur merupakan komplementer dari beras. Elastisitas pendapatan bertanda positif, nilai elastisitas pendapatan adalah 0,684.
11) Pada penelitian yang dilakukan oleh Nathania Palar, Paulus A. Pangemanan, dan Ellen G. Tangkere (2016) dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Cabai Rawit di Kota Manado”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai rawit di Kota Manado Sulawesi Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 hingga bulan Maret 2016, data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Manado, data perubahan harga dari bulan Januari 2015 hingga bulan Desember 2015, dan data primer dari pedagang-pedagang cabai rawit, cabai keriting, dan tomat lewat penyebaran kuesioner dan wawancara. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa permintaan terhadap cabai berpengaruh terhadap harga cabai, karena ketika permintaan meningkat maka harga juga meningkat begitupun sebaliknya. Harga barang substitusi juga mempengaruhi ketika terjadi penurunan atau kenaikan terhadap barang substitusi maka harga cabai rawit juga mengalami hal yang sama. Harga barang pelengkap juga mempengaruhi harga cabai rawit. Selera mempengaruhi harga cabai rawit karena selera masyarakat Kota Manado yang pada dasarnya memang penyuka makanan pedas sehingga meskipun harga cabai meningkat tetapi yang membeli tetap banyak.
12) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syafarisca Rahma Hadi (2017) dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah Pada Rumah Tangga di Kota Semarang”. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan jumlah responden sebesar 100
orang.Hasil menunjukkan bahwa faktor harga cabai merah keriting, harga cabai rawit hijau, harga bawang merah, harga tomat, pendapatan konsumen rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan selera secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap permintaan cabai merah di Kota Semarang. Secara parsial variabel harga cabai merah keriting, harga cabai rawit hijau, jumlah pendapatan konsumen rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga signifikan terhadap permintaan cabai merah keriting, sedangkan variablel yang lain tidak berpengaruh secara signifikan. Elastisitas harga cabai merah = -0,661 (inelastis). Elastisitas silang harga cabai rawit = 2,955 (elastis). Elastisitas pendapatan = 0,2883 (inelastis).
Penelitian – penelitian terdahulu di atas menjelaskan mengenai permintaan cabai merah dan komoditi lain yaitu daging, beras dan bawang merah. Namun dalam penelitian ini hanya meneliti satu komoditi yaitu, cabai merah. Beberapa penelitian terdahulu menspesifikasikan cabai merah kedalam dua jenis yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting namun dalam penelitian ini fokus pada cabai merah yang artinya kedua jenis cabai merah tersebut sudah termasuk di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini hampir sama dengan penelitian – penelitian terdahulu yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah dan menganalisis elastisitas permintaan cabai merah. Variabel yang digunakan pada penelitian kali ini juga memiliki perbedaan yaitu dengan memasukkan variabel harga cabai rawit yang tidak terdapat pada penelitian sebelumnya. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dan uji elastisitas.
2.4 Kerangka Pemikiran
Permintaan pasar atau konsumen terhadap produk cabai merah cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti oleh meningkatnya rata – rata konsumsi. Naik turunnya harga cabai merah akan mempengaruhi banyak atau sedikitnya permintaan terhadap cabai merah. Jumlah barang yang dimintaakan menurun ketika harganya meningkat dan jumlah barang yang diminta akan meningkat ketika harganya menurun. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah barang yang diminta dengan harga memiliki hubungan yang negatif. Harga barang pengganti yang lebih murah atau menurunakan mengakibatkan harga barang yang digantikannya mengalami penurunan pada permintaan. Permintaan barang yang digantikan dengan harga barang pengganti memiliki hubungan yang positif. Meningkatnya harga barang pelengkap dapat menurunkan kecenderungan permintaan akan suatu barang. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita juga akan meningkatkan kebutuhan cabai. Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan komoditi tersebut. Hubungan antara pertambahan penduduk dengan jumlah banrang yang diminta adalah positif. Begitu juga dengan pendapatan.Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Permintaan cabai merah besar dipengaruhi oleh harga cabai merah, harga cabai rawit, dan jumlah penduduk. Variabel-variabel ini akan diteliti seberapa besar mempengaruhi permintaan cabai merah. Elastisitas permintaan adalah
perhitungan secara kuantitatif tentang seberapa responsifnya permintaan terhadap perubahan suatu barang yaitu, seberapa besar pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2 berikut:
: menyatakan pengaruh
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
1) a) Harga cabai merah berpengaruh negatif terhadap permintaancabai merah di Provinsi Sumatera Utara.
b) Harga cabai rawit berpengaruh positif terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara.
Permintaan Cabai Merah
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah Harga Cabai Merah. Harga Cabai Rawit, Jumlah Penduduk, dan
Pendapatan
Elastisitas
c) Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara.
d) Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara.
2) a) Elastisitas permintaan cabai merah terhadap harga cabai merah atas permintaan cabai merah mempunyai elastisitas harga negatif.
b) Elastisitas permintaan cabai merah terhadap harga cabai rawit mempunyai elastisitas silang positif.
c) Elastisitas permintaan cabai merah terhadap pendapatan mempunyai elastisitas pendapatan positif.