• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL DAN FISKAL. ARIS MUNANDAR, SE., M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL DAN FISKAL. ARIS MUNANDAR, SE., M.Si"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEUANGAN

KOMERSIL DAN FISKAL

(2)

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan produk yg dihasilkan dari akuntansi yang disajikan pada akhir periode untuk disampaikan

kepada pihak manajemen.

Laporan yang dihasilkan dari akuntansi komersial ini menggunakan konsep, metode,

prosedur dan teknik-2 tertentu untuk menjelaskan perubahan

yang terjadi pada aset neto perusahaan sebagai entitas.

Penggunaan konsep, metode, maupun prosedur diperlukan juga

dalam perpajakan sebagai dasar menghitung besarnya pajak

(3)

PENDAHULUAN

TUJUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Menetapkan jumlah penghasilan kena pajak

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Memerlukan proses penetapan & penandingan secara periodik antara pendapatan & beban sehingga dapat menentukan besarnya laba (rugi) komersial.

LAPORAN KEUANGAN

Dipakai sebagai dasar untuk membuat keputusan ekonomi. TUJUAN POKOK AKUNTANSI KOMERSIL

(4)

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL

Setiap pertangungjawaban diidentifikasikan sebagai laporan

kegiatan apa pun yang dilakukan dalam periode tertentu.

Kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban Penyetoran pajak

yang terutang pada periode tertentu inilah yang dituangkan

dalam SPT untuk periode “Masa Pajak” dan “Tahun Pajak”

sehingga terdapat SPT Masa dan SPT Tahunan.

Pengisian SPT yang dilakukan Wajib Pajak ini harus benar,

lengkap, dan jelas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

adanya pemahaman fungsi, kegiatan usaha yang dalam bidang

akuntansi disebut sebagai konsep dasar entitas.

(5)

LAPORAN KEUANGAN FISKAL

Solusi atas ketentuan akuntansi dan ketentuan pajak terdiri atas 3

pendekatan :

• WP harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktik akuntansi

• Laporan Keuangan disusun terpisah dari di luar proses pembukuan (extra comptable), melalui proses rekonsiliasi antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal.

Wajib Pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan dasar prinsip

dan metode akuntansinya

• Lap. Keu. Disusun mengikuti SAK tetapi apabila terdapat aturan lain dalam akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada ketentuan perpajakan.

Ketentuan perpajakan sebagai sisipan standar akuntansi keuangan

(6)

FUNGSI PAJAK

Salah satu fungsi pajak adalah fungsi BUDGETER, yaitu : Pajak sebagai

alat mentransfer sumber daya dari masyarakat kepada negara.

Sehingga, laporan keuangan yang dilampirkan dalam SPT lebih

berkepentingan terhadap informasi tentang :

1. Laba atau Rugi perusahaan yg berkenaan dg pajak penghasilan

(income tax).

2. Distribusi laba berkenaan dengan pemotongan atau pemungutan

pajak penghasilan (withholding tax).

3. Peredaran berkenaan dengan penyerahan barang kena pajak atau

jasa kena pajak yang terhutang PPN dan PPnBM.

(7)

ASUMSI DASAR AKUNTANSI

Lap. Keu. Disusun berdasarkan asumsi-asumsi dasar akutansi, yaitu :

1. Dasar akrual

Pengaruh transaski dan peristiwa diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, serta pencatatan akuntansi dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

2. Kelangsungan usaha

Perusahaan tidak bermaksud melakukan likuidasi atau mengurangi skala usahanya.

(8)

PERBEDAANNYA

Tujuan akuntansi

keuangan

• Menyajikan secara

wajar keadaan atau

posisi keuangan dan

hasil usaha perusahaan

sebagai suatu entitas

shg informasi keuangan

tsb dapat digunakan

sbg dasar pengambilan

keputusan

Tujuan Akuntansi

Perpajakan

• Untuk menetapkan

jumlah penghasilan

kena pajak sebagai

dasar penetapan

besarnya pajak yang

terhutang

(9)

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Transaksi

Keuangan Pencatatan Penggolongan Pengikhtisaran

Laporan Keuangan Pengidentifika sian dan Pengukuhan Data Pemrosesan Pelaporan Analisis & Interpretasi Pengguna Laporan

(10)

Analisis dan Interpretasi Laporan Keuangan

Analisis dilakukan dengan cara menghubungkan angka-angka yang

ada pada laporan keuangan dengan memperhatikan tingkat

perubahannya.

Perbandingan

angka pos yang sama

antara satu tahun dengan tahun

lainnya disebut dengan analisis horisontal.

Perbandingan

angka pos dengan angka pos lainnya

dalam tahun yang

(11)

Analisis dan Interpretasi Laporan Keuangan

TAHUN 2011 TAHUN 2010 % KENAIKAN (PENURUNAN) PENJUALAN BERSIH 980.000 700.000 40,00% HPP 560.000 420.000 33,33% LABA KOTOR 420.000 280.000 50,00% BIAYA OPERASIONAL 130.000 90.000 44,44% LABA BERSIH 290.000 190.000 52,63% % LABA BERSIH TERHADAP PENJUALAN 29,59% 27,14% 9,02% % BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENJUALAN 13,27% 12,86% 3,17%

(12)

Persamaan Akuntansi

ASSET EQUITIES

ASSET LIABILITIES OWNER’S

(13)

Transaksi -1:

1. Tn. Athian adalah pedagang komputer yang memulai usahanya

dengan modal awal berupa uang tunai sebesar Rp.

300.000.000,-pada toko “Sukses” di Bogor.

2. Toko “Sukses” mendapat pinjaman dari bank Mandiri Bogor sebesar

Rp.

100.000.000,-ASET EKUITAS

KAS Rp. 300.000.000 Ekuitas Rp. 300.000.000

= LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank = Bank + Ekuitas Saldo Awal 300.000.000 = - + 300.000.000

Tambahan 100.000.000 = 100.000.000 +

-saldo akhir 400.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000 ASET

(14)

3. Untuk memudahkan pelayanan kepada pelanggan, toko Sukses membeli kendaraan pick up bekas secara tunai seharga Rp. 25.000.000,- dan membeli barang dagangan secara tunai dari toko “Roxy” seharga Rp.

40.000.000,-4. Diterima hasil penjualan komputer sebesar Rp. 30.000.000,- Dati jumlah tersebut Rp. 10.000.000,- diterima secara tunai. Harga pokok komputer adalah Rp.

20.000.000,-= LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank +Barang Dagangan+ Kendaraan = Bank + Ekuitas

Saldo Awal 300.000.000 + + = - + 300.000.000 Tambahan 100.000.000 + + = 100.000.000 + - + / - - 25.000.000 + + 25.000.000 = + + / - - 40.000.000 + 40.000.000 + = + saldo akhir 335.000.000 + 40.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000 ASET = LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank + Piutang +Barang Dagangan+ Kendaraan = Bank + Ekuitas Saldo Awal 335.000.000 + + 40.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000 Tambahan 10.000.000 + 20.000.000 + - 20.000.000 + = + 10.000.000 saldo akhir 345.000.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 310.000.000

(15)

Transaksi – 2:

5. Toko Sukses membayar beban operasional secara tunai sebesar

Rp. 1.100.000,- yang terdiri atas :

6. Toko Sukses membayar hutang bank sebesar Rp.

25.000.000,-No. Keterangan

1 Gaji pegawai Rp. 150.000 2 Listrik & Telepon Rp. 100.000 3 Sewa Rp. 350.000 4 Penyusutan kendaraan Rp. 500.000 Rp. 1.100.000

Jumlah

(16)

= LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank + Piutang + Barang Dagangan + Kendaraan = Bank + Ekuitas Saldo Awal 345.000.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 310.000.000 Tambahan (1.100.000) + + + = + (150.000) + + + = + (100.000) + + + = + (350.000) + + + = + (500.000) saldo akhir 343.900.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 308.900.000 ASET = LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank + Piutang + Barang Dagangan + Kendaraan = Bank + Ekuitas Saldo Awal 343.900.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 308.900.000

Tambahan (25.000.000) + + + = - 25.000.000 +

saldo akhir 318.900.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 75.000.000 + 308.900.000 ASET

(17)

Penggunaan Akun

Untuk memudahkan pencatatan transaksi diberikan dalam bentuk

akun (account) bentuk T (T-Account) dengan sisi masing-masing

sebelah kiri yaitu “Debit” dan sebelah kanan yaitu “Kredit”

Nama Akun

(18)

PEDOMAN

No. Jenis

Debit

Kredit

1 Aset

+

-2 Liabilitas

-

+

3 Ekuitas

-

+

4 Pendapatan

-

+

5 Beban

+

-Perubahan Pada

(19)

CONTOH

1. Pada awal pendirian PT. Bahagia memiliki uang sebesar Rp. 500.000.000 sebagai ekuitas awal perusahaan.

2. Setelah pendirian PT. Bahagia membeli barang dagangan berupa komputer seharga Rp. 200.000.000, dari jumlah tsb Rp. 150.000.000 dibayar tunai.

Debit Kredit Debit Kredit

1) 500.000.000 1) 500.000.000

Debit Kredit Debit Kredit

1) 500.000.000 2) 150.000.000 2) 150.000.000 2) 150.000.000

Debit Kredit

2) 150.000.000

Kas Ekuitas PT. Bahagia

Kas Barang Dagangan

(20)

BENTUK NERACA

NO

NAMA AKUN

DEBET

KREDIT

1 KAS

350.000.000

2 BARANG DAGANGAN

200.000.000

3 HUTANG

50.000.000

4 EKUITAS

500.000.000

JUMLAH

550.000.000

550.000.000

PT. BAHAGIA

NERACA SALDO

31-Mar-16

(21)

PENGELOMPOKAN AKUN

Dengan memperhatikan unsur yang ada pada persamaan akuntansi dan

transaksi, akun dapat dikategorikan sbb;

1. Akun Neraca

(22)

Transaksi keuangan yang di ikuti dengan data dasar selanjutnya

dianalisis dengan menetapkan akun mana yg harus didebet dan di

kredit.

Untuk memudahkan posting ke buku besar / ledger diperlukan ayat

jurnal.

(23)

BUKU BESAR (LEDGER)

Buku besar adalah kumpulan dari akun yg saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Jumlah akun tidak ada pembatasannya tergantung volume kegiatan dan informasi akuntansi yg diperlukan. Untuk memudahkan digunakan kode akun utk setiap akun.

Klasifikasi dan urutan akun secara sederhana dibagi menjadi; 1. Aset 2. Liabilitas 3. Ekuitas 4. Penghasilan 5. Biaya

1. Kode Numerial

2. Kode desimal

a. Kode kelompok b. Kode balok

(24)

KERTAS KERJA (WORKSHEETS) PENYUSUNAN

LAPORAN KEUANGAN

Pada akhir periode perusahaan berkewajiban menyusun laporan

keuangan, apakah triwulan (3 bulan), per semester (6 bulan) atau

pertahun (annual report).

(25)
(26)

BENTUK NERACA

SECARA UMUM TERDIRI DUA MACAM

1. Neraca Bentuk Staffel

Neraca Bentuk staffel adalah bentuk neraca yang disusun dengan

menyusun kebawah dan melektakkan saldo pada bagian samping

dengan kolom debet kredit. Tabel neraca ini mirip dengan Model

Jurnal Umum.

2. Neraca Bentuk Scontro

Neraca Bentuk Scontro adalah neraca yang memisahkan antara

(27)

Proses Laporan Keuangan Fiskal

Lap. Keu. Komersial Kertas Kerja Lap. Keu (Worksheet) Buku Besar Jurnal Dokumen Dasar Rekonsiliasi

Fiskal Lap. Keu. Fiskal

Buku Tambahan

(28)

Teknik Rekonsiliasi

Rekonsiliasi

Rekonsiliasi melakukan pembenaran atas setiap item pendapatan dan beban

sehingga sesuai dengan ketentuan perpajakan. Metode ini memudahkan

proses pengisian SPT.

Koreksi

Pembenaran dilakukan terhadap laba akuntansi,

dengan melakukan penambahan atau (koreksi

positif) pengurangan (koreksi negatif), hanya

berdasar penyesuaian penghasilan dan beban yang

(29)

Hakikat Rekonsiliasi

Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian diperlukan agar laba yang

diperhitungkan secara akuntansi dapat

diperlakukan sebagai laba atau penghasilan kena

(30)

Konsep laporan keuangan fiskal

1. Akrual Stelsel (stelsel Accrual)

2. sesuai

dengan

prinsip

3M

(mendapatkan,

menagih

dan

memelihara) penghasilan, beban (expense) yang dapat dikurangkan

atas penghasilan kena pajak (taxable income) adalah beban yang

timbul dalam hubungannya dengan penghasilan (match and link)

3. tujuan laporan keuangan fiskal adalah : menghitung besarnya pajak

yang terutang dan laporannya ditujukan kepada pihak fiskus.

4. akibat penyimpangan dari laporan keuangan fiskal adalah

dikenakannya sanksi di bidang perpajakan antara lain : sanksi

administrasi yang berupa denda, bunga atau kenaikan sedangkan

sanksi pidananya berupa kurungan atau penjara.

(31)

Perbedaan laporan keuangan komersial dengan

laporan keuangan fiskal terdapat pada:

1. Perbedaan konsep penghasilan atau pendapatan

(UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4; Tentang Pajak Penghasilan)

2. Perbedaan Konsep Beban (Biaya)

(32)

Pengertian Laba Komersial dan Laba Fiskal

Laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam

dunia bisnis. Laba komersial dihitung berdasarkan prinsip akuntansi

yang berterima secara umum.

Laba Fiskal Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, ”Laba fiskal atau penghasilan kena pajak merupakan laba

yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku”.

(33)

Koreksi Fiskal

“Koreksi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan

secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut

ketentuan perpajakan.”

Perhitungan laba komersial oleh perusahaan, harus di koreksi fiskal

untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak, karena tidak semua

ketentuan dalam dalam standard akuntansi keuangan digunakan dalam

peraturan perpajakan atau banyak ketentuan perpajakan yang tidak

sama dengan Standard Akuntansi Keuangan.

(34)

Koreksi Fiskal Terhadap Neraca

1. Pengakuan piutang tidak tertagih.

2. Penilaian Persediaan.

(35)

Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi

Dalam laporan laba rugi ada dua perbedaan antara laporan laba rugi

secara komersial dan laporan laba rugi secara fiskal yaitu:

1. Beda tetap (Permanent differences)

Perbedaan tetap positif

Perbedaan tetap negatif

(36)

Langkah Penyesuaian Perbedaan

Laba akuntansi Ditambah penghasilan yang belum diakui. Dikurangi penghasilan yang bukan objek pajak. Ditambah biaya non deductible. Dikurangi biaya deductible yang belum dibebankan. Dikurangi penghasilan dikenai PPh final. Ditambah biaya 3M penghasilan final. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

(37)
(38)

Penghasilan Bukan Objek Pajak (1)

Pasal 4 Ayat (3) UU PPh

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

(39)

c. Warisan;

d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

Penghasilan Bukan Objek Pajak (2)

(40)

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

• Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

Penghasilan Bukan Objek Pajak (3)

(41)

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

• Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

Penghasilan Bukan Objek Pajak (4)

(42)

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;

m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penghasilan Bukan Objek Pajak (5)

(43)

Non Deductible Expenses

(1)

Pasal 9 Ayat (1)

UU PPh

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;

b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota atau anggota;

c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:

• Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;

• Cadangan untuk usaha asuransi;

• Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;

• Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;

• Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

• Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;

• Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk usaha pengelolaan limbah;

(44)

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi;

e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali:

• Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;

• Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa;

g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;

h. Pajak penghasilan;

Non Deductible Expenses

(2)

(45)

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungan;

j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.

Non Deductible Expenses

(3)

(46)

Non Deductible Expenses Lain

Non Deductible

Pengobatan secara cuma – cuma bagi pegawai.

Makan siang bagi sebagian pegawai.

PPh 21 ditanggung perusahaan.

Biaya jamuan tanpa daftar nominatif.

Deductible

Penggantian biaya pengobatan.

Makan siang bagi seluruh pegawai.

Tunjangan PPh 21.

Biaya jamuan dilengkapi daftar nominatif.

(47)

Penghasilan Dikenai PPh Final

Pasal 4 Ayat (2) UU PPh

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

(48)

Koreksi fiskal terdiri

Koreksi positif = menambah laba komersial

Beban-beban atau pengeluaran yang tidak diakui oleh pajak

Penyusutan komersial yang berbeda dengan penyusutan fiskal

Amortisasi komersil yang berbeda dengan penyusutan fiskal

Biaya yang ditangguhkan pengakuannya

Penyesuaian fiskal positif lainnya

Koreksi negatif = mengurangi laba komersial

Penghasilan yang dikenakan PPh final Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak

(49)

Contoh Kasus

PT. Makin Maju Tbk yang berdiri 1 Maret 2005 berusaha di bidang

pertenunan. Berikut ini laporan laba-rugi perusahaan (komersial) yang

berakhir per 31 Desember 2014:

Diminta:

1. Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal, dan hitunglah PPh yang masih harus dibayar. (Berdasarkan analisis Informasi Tambahan)

2. Buatlah kertas kerja koreksi untuk menghitung laba-rugi fiskal PT. Maju Jaya Tbk per 31 Desember 2014.

3. Tentukan besarnya PPh yang terutang dan PPh yang masih harus dibayar oleh PT. Maju Jaya Tbk untuk masa pajak 2014.

(50)

Informasi Tambahan

1. Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp 120 juta termasuk juga pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp 150.000 sebulan untuk biaya supir dan iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan Rp 10.000.000 dan beras yang dibagikan kepada karyawan Rp 2.000.000.

2. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp 50.000.000 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.

3. Harga perolehan mesin adalah Rp 50.000.000 dan disusutkan setahun 20% (metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki masa manfaat 4 tahun.

4. Gedung dengan harga perolehan Rp 250.000.000 disusutkan sebesar 10% (metode garis lurus).

5. Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus).

6. Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata telah meninggalkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui alamatnya.

7. Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum (merupakan pembentukan cadangan).

(51)

Informasi yang diperoleh dari Laporan L/R:

Sumbangan korban banjir.

Dividen yang dibayar.

(52)

Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp 50.000.000 (Ps 10 ayat 6) - 150.000 x 12 = 1.800.000 - = 10.000.000 - = 2.000.000 - = 13.000.000

(Ps 9 ayat 1) Tarif penyt. 50%

50% - 20% = 30% 30% x 50 jt = 15 jt

(Ps 11 ayat 6)

Tarif penyt. gdung 5% 5% x 250 jt = 12,5 jt

(53)
(54)

Referensi

Dokumen terkait

Berlakunya Undang-undang perpajakan akan mengakibatkan laba komersial akan berbeda dengan laba fiskal atau yang disebut dengan penghasilan kena pajak yang menjadi dasar

Perusahaan tetap menyelenggarakan pembukuan menurut akuntansi komersial, tetapi untuk kepentingan perpajakan barulah perusahaan melakukan perhitungan koreksi fiskal terhadap

Tabel 19 Perbedaan Pengakuan Biaya Menurut Akuntansi Komersial dan Menurut Fiskal Sebelum Perencanaan Pajak Tahun 2009 Dalam Rupiah Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Laba Kotor

Dalam akuntansi komersial kerugian tersebut mengurangi laba bersih sedangkan dalam fiskal kerugian tersebut tidak boleh dikurangkan dari total penghasilan (laba) kena

Untuk menghitung perbedaan yang timbul dalam perhitungan penghasilan kena pajak maka akan dilakukan koreksi fiskal terhadap laporan laba rugi komersial sehingga akan

Perhitungan Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Pada CV SUTABA Alam Perkasa.. Poento Anugrah Marwin, 2022 (xiii + 45 halaman)

Maka dengan hasil koreksi terhadap laporan laba rugi yang. telah dilakukan, total penghasilan kena

Dari data perusahaan berupa laporan keuangan komersial yaitu laporan Laba – Rugi, maka dilakukan rekonsiliasi koreksi atas laporan laba-rugi komersial menjadi laporan laba-rugi menurut