LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIL DAN FISKAL
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan produk yg dihasilkan dari akuntansi yang disajikan pada akhir periode untuk disampaikan
kepada pihak manajemen.
Laporan yang dihasilkan dari akuntansi komersial ini menggunakan konsep, metode,
prosedur dan teknik-2 tertentu untuk menjelaskan perubahan
yang terjadi pada aset neto perusahaan sebagai entitas.
Penggunaan konsep, metode, maupun prosedur diperlukan juga
dalam perpajakan sebagai dasar menghitung besarnya pajak
PENDAHULUAN
TUJUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Menetapkan jumlah penghasilan kena pajak
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Memerlukan proses penetapan & penandingan secara periodik antara pendapatan & beban sehingga dapat menentukan besarnya laba (rugi) komersial.
LAPORAN KEUANGAN
Dipakai sebagai dasar untuk membuat keputusan ekonomi. TUJUAN POKOK AKUNTANSI KOMERSIL
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIL
Setiap pertangungjawaban diidentifikasikan sebagai laporan
kegiatan apa pun yang dilakukan dalam periode tertentu.
Kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban Penyetoran pajak
yang terutang pada periode tertentu inilah yang dituangkan
dalam SPT untuk periode “Masa Pajak” dan “Tahun Pajak”
sehingga terdapat SPT Masa dan SPT Tahunan.
Pengisian SPT yang dilakukan Wajib Pajak ini harus benar,
lengkap, dan jelas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
adanya pemahaman fungsi, kegiatan usaha yang dalam bidang
akuntansi disebut sebagai konsep dasar entitas.
LAPORAN KEUANGAN FISKAL
Solusi atas ketentuan akuntansi dan ketentuan pajak terdiri atas 3
pendekatan :
• WP harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktik akuntansi
• Laporan Keuangan disusun terpisah dari di luar proses pembukuan (extra comptable), melalui proses rekonsiliasi antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal.
Wajib Pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan dasar prinsip
dan metode akuntansinya
• Lap. Keu. Disusun mengikuti SAK tetapi apabila terdapat aturan lain dalam akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada ketentuan perpajakan.
Ketentuan perpajakan sebagai sisipan standar akuntansi keuangan
FUNGSI PAJAK
Salah satu fungsi pajak adalah fungsi BUDGETER, yaitu : Pajak sebagai
alat mentransfer sumber daya dari masyarakat kepada negara.
Sehingga, laporan keuangan yang dilampirkan dalam SPT lebih
berkepentingan terhadap informasi tentang :
1. Laba atau Rugi perusahaan yg berkenaan dg pajak penghasilan
(income tax).
2. Distribusi laba berkenaan dengan pemotongan atau pemungutan
pajak penghasilan (withholding tax).
3. Peredaran berkenaan dengan penyerahan barang kena pajak atau
jasa kena pajak yang terhutang PPN dan PPnBM.
ASUMSI DASAR AKUNTANSI
Lap. Keu. Disusun berdasarkan asumsi-asumsi dasar akutansi, yaitu :
1. Dasar akrual
Pengaruh transaski dan peristiwa diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, serta pencatatan akuntansi dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
2. Kelangsungan usaha
Perusahaan tidak bermaksud melakukan likuidasi atau mengurangi skala usahanya.
PERBEDAANNYA
Tujuan akuntansi
keuangan
• Menyajikan secara
wajar keadaan atau
posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan
sebagai suatu entitas
shg informasi keuangan
tsb dapat digunakan
sbg dasar pengambilan
keputusan
Tujuan Akuntansi
Perpajakan
• Untuk menetapkan
jumlah penghasilan
kena pajak sebagai
dasar penetapan
besarnya pajak yang
terhutang
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Transaksi
Keuangan Pencatatan Penggolongan Pengikhtisaran
Laporan Keuangan Pengidentifika sian dan Pengukuhan Data Pemrosesan Pelaporan Analisis & Interpretasi Pengguna Laporan
Analisis dan Interpretasi Laporan Keuangan
•
Analisis dilakukan dengan cara menghubungkan angka-angka yang
ada pada laporan keuangan dengan memperhatikan tingkat
perubahannya.
•
Perbandingan
angka pos yang sama
antara satu tahun dengan tahun
lainnya disebut dengan analisis horisontal.
•
Perbandingan
angka pos dengan angka pos lainnya
dalam tahun yang
Analisis dan Interpretasi Laporan Keuangan
TAHUN 2011 TAHUN 2010 % KENAIKAN (PENURUNAN) PENJUALAN BERSIH 980.000 700.000 40,00% HPP 560.000 420.000 33,33% LABA KOTOR 420.000 280.000 50,00% BIAYA OPERASIONAL 130.000 90.000 44,44% LABA BERSIH 290.000 190.000 52,63% % LABA BERSIH TERHADAP PENJUALAN 29,59% 27,14% 9,02% % BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENJUALAN 13,27% 12,86% 3,17%Persamaan Akuntansi
ASSET EQUITIES
ASSET LIABILITIES OWNER’S
Transaksi -1:
1. Tn. Athian adalah pedagang komputer yang memulai usahanya
dengan modal awal berupa uang tunai sebesar Rp.
300.000.000,-pada toko “Sukses” di Bogor.
2. Toko “Sukses” mendapat pinjaman dari bank Mandiri Bogor sebesar
Rp.
100.000.000,-ASET EKUITAS
KAS Rp. 300.000.000 Ekuitas Rp. 300.000.000
= LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank = Bank + Ekuitas Saldo Awal 300.000.000 = - + 300.000.000
Tambahan 100.000.000 = 100.000.000 +
-saldo akhir 400.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000 ASET
3. Untuk memudahkan pelayanan kepada pelanggan, toko Sukses membeli kendaraan pick up bekas secara tunai seharga Rp. 25.000.000,- dan membeli barang dagangan secara tunai dari toko “Roxy” seharga Rp.
40.000.000,-4. Diterima hasil penjualan komputer sebesar Rp. 30.000.000,- Dati jumlah tersebut Rp. 10.000.000,- diterima secara tunai. Harga pokok komputer adalah Rp.
20.000.000,-= LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank +Barang Dagangan+ Kendaraan = Bank + Ekuitas
Saldo Awal 300.000.000 + + = - + 300.000.000 Tambahan 100.000.000 + + = 100.000.000 + - + / - - 25.000.000 + + 25.000.000 = + + / - - 40.000.000 + 40.000.000 + = + saldo akhir 335.000.000 + 40.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000 ASET = LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank + Piutang +Barang Dagangan+ Kendaraan = Bank + Ekuitas Saldo Awal 335.000.000 + + 40.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 300.000.000 Tambahan 10.000.000 + 20.000.000 + - 20.000.000 + = + 10.000.000 saldo akhir 345.000.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 310.000.000
Transaksi – 2:
5. Toko Sukses membayar beban operasional secara tunai sebesar
Rp. 1.100.000,- yang terdiri atas :
6. Toko Sukses membayar hutang bank sebesar Rp.
25.000.000,-No. Keterangan
1 Gaji pegawai Rp. 150.000 2 Listrik & Telepon Rp. 100.000 3 Sewa Rp. 350.000 4 Penyusutan kendaraan Rp. 500.000 Rp. 1.100.000
Jumlah
= LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank + Piutang + Barang Dagangan + Kendaraan = Bank + Ekuitas Saldo Awal 345.000.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 310.000.000 Tambahan (1.100.000) + + + = + (150.000) + + + = + (100.000) + + + = + (350.000) + + + = + (500.000) saldo akhir 343.900.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 308.900.000 ASET = LIABILITAS + EKUITAS Kas dan Bank + Piutang + Barang Dagangan + Kendaraan = Bank + Ekuitas Saldo Awal 343.900.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 100.000.000 + 308.900.000
Tambahan (25.000.000) + + + = - 25.000.000 +
saldo akhir 318.900.000 + 20.000.000 + 20.000.000 + 25.000.000 = 75.000.000 + 308.900.000 ASET
Penggunaan Akun
•
Untuk memudahkan pencatatan transaksi diberikan dalam bentuk
akun (account) bentuk T (T-Account) dengan sisi masing-masing
sebelah kiri yaitu “Debit” dan sebelah kanan yaitu “Kredit”
Nama Akun
PEDOMAN
No. Jenis
Debit
Kredit
1 Aset
+
-2 Liabilitas
-
+
3 Ekuitas
-
+
4 Pendapatan
-
+
5 Beban
+
-Perubahan Pada
CONTOH
1. Pada awal pendirian PT. Bahagia memiliki uang sebesar Rp. 500.000.000 sebagai ekuitas awal perusahaan.
2. Setelah pendirian PT. Bahagia membeli barang dagangan berupa komputer seharga Rp. 200.000.000, dari jumlah tsb Rp. 150.000.000 dibayar tunai.
Debit Kredit Debit Kredit
1) 500.000.000 1) 500.000.000
Debit Kredit Debit Kredit
1) 500.000.000 2) 150.000.000 2) 150.000.000 2) 150.000.000
Debit Kredit
2) 150.000.000
Kas Ekuitas PT. Bahagia
Kas Barang Dagangan
BENTUK NERACA
NO
NAMA AKUN
DEBET
KREDIT
1 KAS
350.000.000
2 BARANG DAGANGAN
200.000.000
3 HUTANG
50.000.000
4 EKUITAS
500.000.000
JUMLAH
550.000.000
550.000.000
PT. BAHAGIA
NERACA SALDO
31-Mar-16
PENGELOMPOKAN AKUN
Dengan memperhatikan unsur yang ada pada persamaan akuntansi dan
transaksi, akun dapat dikategorikan sbb;
1. Akun Neraca
Transaksi keuangan yang di ikuti dengan data dasar selanjutnya
dianalisis dengan menetapkan akun mana yg harus didebet dan di
kredit.
Untuk memudahkan posting ke buku besar / ledger diperlukan ayat
jurnal.
BUKU BESAR (LEDGER)
Buku besar adalah kumpulan dari akun yg saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Jumlah akun tidak ada pembatasannya tergantung volume kegiatan dan informasi akuntansi yg diperlukan. Untuk memudahkan digunakan kode akun utk setiap akun.
Klasifikasi dan urutan akun secara sederhana dibagi menjadi; 1. Aset 2. Liabilitas 3. Ekuitas 4. Penghasilan 5. Biaya
1. Kode Numerial
2. Kode desimal
a. Kode kelompok b. Kode balokKERTAS KERJA (WORKSHEETS) PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN
Pada akhir periode perusahaan berkewajiban menyusun laporan
keuangan, apakah triwulan (3 bulan), per semester (6 bulan) atau
pertahun (annual report).
BENTUK NERACA
SECARA UMUM TERDIRI DUA MACAM
1. Neraca Bentuk Staffel
Neraca Bentuk staffel adalah bentuk neraca yang disusun dengan
menyusun kebawah dan melektakkan saldo pada bagian samping
dengan kolom debet kredit. Tabel neraca ini mirip dengan Model
Jurnal Umum.
2. Neraca Bentuk Scontro
Neraca Bentuk Scontro adalah neraca yang memisahkan antara
Proses Laporan Keuangan Fiskal
Lap. Keu. Komersial Kertas Kerja Lap. Keu (Worksheet) Buku Besar Jurnal Dokumen Dasar RekonsiliasiFiskal Lap. Keu. Fiskal
Buku Tambahan
Teknik Rekonsiliasi
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi melakukan pembenaran atas setiap item pendapatan dan beban
sehingga sesuai dengan ketentuan perpajakan. Metode ini memudahkan
proses pengisian SPT.
Koreksi
Pembenaran dilakukan terhadap laba akuntansi,
dengan melakukan penambahan atau (koreksi
positif) pengurangan (koreksi negatif), hanya
berdasar penyesuaian penghasilan dan beban yang
Hakikat Rekonsiliasi
Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan menyimpang dari ketentuan perpajakan. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi. Penyesuaian diperlukan agar laba yangdiperhitungkan secara akuntansi dapat
diperlakukan sebagai laba atau penghasilan kena
Konsep laporan keuangan fiskal
1. Akrual Stelsel (stelsel Accrual)
2. sesuai
dengan
prinsip
3M
(mendapatkan,
menagih
dan
memelihara) penghasilan, beban (expense) yang dapat dikurangkan
atas penghasilan kena pajak (taxable income) adalah beban yang
timbul dalam hubungannya dengan penghasilan (match and link)
3. tujuan laporan keuangan fiskal adalah : menghitung besarnya pajak
yang terutang dan laporannya ditujukan kepada pihak fiskus.
4. akibat penyimpangan dari laporan keuangan fiskal adalah
dikenakannya sanksi di bidang perpajakan antara lain : sanksi
administrasi yang berupa denda, bunga atau kenaikan sedangkan
sanksi pidananya berupa kurungan atau penjara.
Perbedaan laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal terdapat pada:
1. Perbedaan konsep penghasilan atau pendapatan
(UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4; Tentang Pajak Penghasilan)
2. Perbedaan Konsep Beban (Biaya)
Pengertian Laba Komersial dan Laba Fiskal
•
Laba komersial adalah pengukuran laba yang lazim digunakan dalam
dunia bisnis. Laba komersial dihitung berdasarkan prinsip akuntansi
yang berterima secara umum.
•
Laba Fiskal Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, ”Laba fiskal atau penghasilan kena pajak merupakan laba
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku”.
Koreksi Fiskal
“Koreksi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut pembukuan
secara komersial atau akuntansi yang harus disesuaikan menurut
ketentuan perpajakan.”
Perhitungan laba komersial oleh perusahaan, harus di koreksi fiskal
untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak, karena tidak semua
ketentuan dalam dalam standard akuntansi keuangan digunakan dalam
peraturan perpajakan atau banyak ketentuan perpajakan yang tidak
sama dengan Standard Akuntansi Keuangan.
Koreksi Fiskal Terhadap Neraca
1. Pengakuan piutang tidak tertagih.
2. Penilaian Persediaan.
Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi
Dalam laporan laba rugi ada dua perbedaan antara laporan laba rugi
secara komersial dan laporan laba rugi secara fiskal yaitu:
1. Beda tetap (Permanent differences)
•
Perbedaan tetap positif
•
Perbedaan tetap negatif
Langkah Penyesuaian Perbedaan
Laba akuntansi Ditambah penghasilan yang belum diakui. Dikurangi penghasilan yang bukan objek pajak. Ditambah biaya non deductible. Dikurangi biaya deductible yang belum dibebankan. Dikurangi penghasilan dikenai PPh final. Ditambah biaya 3M penghasilan final. Penghasilan Kena Pajak (PKP)Penghasilan Bukan Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3) UU PPh
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (2)
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
• Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (3)
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
• Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
• Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
Penghasilan Bukan Objek Pajak (4)
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penghasilan Bukan Objek Pajak (5)
Non Deductible Expenses
(1)
Pasal 9 Ayat (1)
UU PPh
• Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota atau anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
• Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan KMK;
• Cadangan untuk usaha asuransi;
• Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
• Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
• Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• Cadangan biaya reforestasi untuk usaha kehutanan;
• Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat limbah industri untuk usaha pengelolaan limbah;
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali:
• Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ;
• Diberikan di daerah tertentu atau diberikan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, selain sumbangan yang ditetapkan sebagai deductible expense serta selain sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
Non Deductible Expenses
(2)
i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan.
Non Deductible Expenses
(3)
Non Deductible Expenses Lain
Non Deductible
Pengobatan secara cuma – cuma bagi pegawai.
Makan siang bagi sebagian pegawai.
PPh 21 ditanggung perusahaan.
Biaya jamuan tanpa daftar nominatif.
Deductible
Penggantian biaya pengobatan.
Makan siang bagi seluruh pegawai.
Tunjangan PPh 21.
Biaya jamuan dilengkapi daftar nominatif.
Penghasilan Dikenai PPh Final
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Koreksi fiskal terdiri
Koreksi positif = menambah laba komersial
Beban-beban atau pengeluaran yang tidak diakui oleh pajak
Penyusutan komersial yang berbeda dengan penyusutan fiskal
Amortisasi komersil yang berbeda dengan penyusutan fiskal
Biaya yang ditangguhkan pengakuannya
Penyesuaian fiskal positif lainnya
Koreksi negatif = mengurangi laba komersial
Penghasilan yang dikenakan PPh final Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
Contoh Kasus
PT. Makin Maju Tbk yang berdiri 1 Maret 2005 berusaha di bidang
pertenunan. Berikut ini laporan laba-rugi perusahaan (komersial) yang
berakhir per 31 Desember 2014:
Diminta:
1. Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal, dan hitunglah PPh yang masih harus dibayar. (Berdasarkan analisis Informasi Tambahan)
2. Buatlah kertas kerja koreksi untuk menghitung laba-rugi fiskal PT. Maju Jaya Tbk per 31 Desember 2014.
3. Tentukan besarnya PPh yang terutang dan PPh yang masih harus dibayar oleh PT. Maju Jaya Tbk untuk masa pajak 2014.
Informasi Tambahan
1. Dalam jumlah gaji karyawan sebesar Rp 120 juta termasuk juga pengeluaran pribadi direktur utama sebesar Rp 150.000 sebulan untuk biaya supir dan iuran asuransi kecelakaan dan kematian karyawan Rp 10.000.000 dan beras yang dibagikan kepada karyawan Rp 2.000.000.
2. Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp 50.000.000 dari nilai yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
3. Harga perolehan mesin adalah Rp 50.000.000 dan disusutkan setahun 20% (metode saldo menurun), mesin tersebut memiliki masa manfaat 4 tahun.
4. Gedung dengan harga perolehan Rp 250.000.000 disusutkan sebesar 10% (metode garis lurus).
5. Tanah disusutkan 2% setahun (metode garis lurus).
6. Piutang ragu-ragu dihapuskan karena yang bersangkutan ternyata telah meninggalkan Indonesia untuk selamanya tanpa diketahui alamatnya.
7. Cadangan umum adalah penyisihan laba untuk tujuan umum (merupakan pembentukan cadangan).
Informasi yang diperoleh dari Laporan L/R:
•
Sumbangan korban banjir.
•
Dividen yang dibayar.
Hasil stock opname ditemukan nilai persediaan akhir lebih tinggi Rp 50.000.000 (Ps 10 ayat 6) - 150.000 x 12 = 1.800.000 - = 10.000.000 - = 2.000.000 - = 13.000.000
(Ps 9 ayat 1) Tarif penyt. 50%
50% - 20% = 30% 30% x 50 jt = 15 jt
(Ps 11 ayat 6)
Tarif penyt. gdung 5% 5% x 250 jt = 12,5 jt