• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihata, indera pendengaran, indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulasi (Objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bersikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

(2)

2. Tinjauan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2007 Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Contoh : dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan – perhitungan hasil penelitian dari kasus yang diberikan.

(3)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Contoh : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

3. Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

(4)

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan kemungkinan ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

(5)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “ (Notoatmodjo, 2010).

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Umur

Umur adalah rentang waktu seseorang yang di mulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun. salah satu hal yang penting dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik ( Ariani, 2014). b. Pendidikan

Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki (Arianti, 2014).

c. Pekerjaan

(6)

pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Arianti, 2014) .

d. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bisa didapat dari media cetak, elektronik, keluarga, teman dan lain-lain (Arianti, 2014).

e. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

B. Ibu Nifas

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Arianti,2014).

Menurut Mochtar (2007) nifas dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

(7)

Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Wiji,2013).

1. Tehnik menyusui yang benar

Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui bayi, menurut wiji (2013) ada beberapa cara yang harus diketahui seorang ibu tetang cara menyusui yang benar yaitu:

a. Cara menyusui dengan sikap duduk

1) Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan di putiing susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu dengan cara: Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi denga kasih sayang

(8)

5) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang atau di sanggah lagi. b. Melepaskan isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong. Sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau Dagu bayi ditekan ke bawah.

1) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan

2) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

3) Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan, dengan cara menelungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.

2. Posisi menyusui

(9)

perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui berlangsung (heryani, 2012)..

Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai berikut : Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat menetek atau menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung. Muka bayi menhadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu seluruh badan bayi menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat melihat. Posisi ini adalah yang terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena sebagian puting sedikit mengarah ke bawah (apabila ia menghadap ibu sepenuhnya mungkin ia tidak tepat pada payudara). Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu. Apabila bayi baru lahir, ia harus menopang bokong bukan hanya kepala dan bahu merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar menopang bagian atas tubuhnya biasanya cukup.

Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi duduk, posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi), posisi football (mengepit) dan posisi berbaring miring (Wiji, 2013).

1) Posisi berdiri

(10)

2) Posisi rebahan

Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara : Ibu dapat duduk diatas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal, kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur, bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara, ibu menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya, posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.

3) Posisi duduk

Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu: Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu, bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu, satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan, Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. 4) Posisi menggendong (the cradle hold)

(11)

bayi yang ada diatas (berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu), tangan bayi yang lain (yang ada dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara, tangan kiri ibu memegang payudaranya jika diperlukan.

5) Posisi menggendong menyilang (transisi)

Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan mulutnya ke puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil. Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan posisi menggendong menyilang: Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan dengan telapak tangan, jika menyusui dengan payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk memegang bayi, peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu, lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu dibelakang kepala dan bawah telinga bayi, ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

6) Posisi football (mengepit)

(12)

payudara, bayi akan menolak menggerakan kepalanya / melawan tangan ibu). Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika di perlukan.

7) Posisi berbaring miring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Padah posisi ini kesukaran perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai puting. Menyusui berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur sehingga dapat menyusui tanpa bangun.

Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah: Posisi ini dilakukan sambil berbaring di tempat tidur , mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan panggul pada posisi yang lurus, muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke puting susu, jika perlu letakakan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar bayi tidak perlu menegakkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak perlu membungkukan badan ke arah bayinya, sehing tidak cepat leleh.

8) Posisi menyusui dengan kondisi khusus

Ada posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi yang tertentu seperti menyusui pasca operasi caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui dengan ASI yang berlimpah (penuh).

(13)

Ada dua cara posisi menyusui pasca operasi caesar, diantaranya adalah Posisi berbaring miring dan Posisi football atau menjepit.

b. Posisi menyusui dengan bayi kembar

Posisi footbal atau menjepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan, dengan cara: Kedua tangan ibu masing-masing memeluk satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tepat di bawah payudara ibu, posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar, untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada suatu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu, dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja, cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu. c. Posisi menyusui dengan ASI yang berlimpah

Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar ( penuh ) dan alirannya deras, terdapat posisi kusus untuk dapat menghindari agar bayi tidak tersendak dengan cara: ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi tidur di atas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi di tengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.

(14)

Semua posisi menyusui tersebut dapat dicoba sehingga dapat menetukan posisi yang paling nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi. Namun dianjurkan untuk berganti-ganti posisi secara teratur. Setiap posisi menyusui akan menekan bagian yang berbeda pada payudara (bagian payudara yang lebih mendapatkan peranan adalah yang terdapat antara bibir dan lidah). Tidakan berganti-ganti posisi ini dapat mengosongkan semua senus. Menurut Bobak (2004), mengatakan bahwa posisi menyusui menggendong (Madonna) sangat efektif dilakukan bagi ibu baru. Dan untuk saat ini, posisi menyusui yang paling baik yaitu dengan posisi duduk. Selain posisi menyusui, bra dan pakaian yang dirancang khusus dapat juga meningkatkan kenyamanan ibu saat menyusui.

3. Tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar

Berikut ini merupakan tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar. a. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar

b. Dagu dan hidungnya menempel pada payudara

c. Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya. d. Bayi menyusui dengan teratur dan mendalam sebentar-sebentar berhenti

sesaat

e. Bayi menelan susu yang diminum secara teratur

f. Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama. 4. Cara lain dalam mamberikan ASI

(15)

Berikut merupakan penjelasan bagaimana cara memeras ASI (wiji, 2013): a. Cuci tangan sampai bersih

b. Peras sedikit ASI dan oleskan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya

c. Duduk dengan santai dan letakkan wadah steril bermulut lebar (misal gelas) dibawah payudara

d. Peras ASI yaitu dengan Topang payudara dengan 4 jari, dan letakkan ibu jari diatas areola, pencet areola antara ibu jari dan jari lainnya sambil menekan payudara kearah dada, tempat menampung ASI harus dari bahan gelas, peras ASI untuk payudara yang satu setidaknya 4 menit, kemudian pindah ke payudara satunya, dan peras selama 4 menit, lanjutkan memeras secara bergantian selama paling tidak 20-30 menit.

Apabila ASI tidak mengalir lancar maka bantu ibu tehnik memeras ASI yang benar, kompres payudara dengan air hangat, minta seseorang untuk memijat punggung dan leher ibu agar rileks.

Apabila ASI peras tidak akan langsung diberikan, beri label (tanggal, hari dan jam) dan simpan dalam lemari es dan gunakan dalam waktu 24 jam, atau bekukan ASI peras (bila bisa dijaga tetap membeku pada suhu -20°C) paling lama 6 bulan: Hangatkan ASI peras yang dibekukan atau didinginkan dengan merendam dengan air hangat (sekitar 40°C). Gunakan ASI pada waktunya, jangan disimpan dalam lemari es kembali bila tersisa. Jangan merebus ASI peras.

Memeras ASI langsung ke mulut bayi:

(16)

memeras payudara sampai beberapa tetes ASI pada puting, tunggu sampai bayi bangun dan membuka mulut dan matanya, atau beri rangsangan lembut agar bangun, biarkan bayi mencium bau ASI pada puting dan mencoba menghisap, teteskan beberapa tetes ASI langsung ke mulut bayi, tunggu sampai bayi menelan sebelum meneteskan ASI lagi. Apabila bayi telah kenyang ia akan menutup mulutnya. Ulangi proses ini setiap 1-2 jam apabila berat bayi 1500 gram atau setiap 2-3 jam apabila berat bayi 1500 atau lebih. Pastikan bayi mendapat cukup minum dengan menimbang berat badan setiap hari.

Memberikan ASI peras dengan cangkir yaitu Berikan ASI peras dengan cangkir, atau sendok khusus, cuci dan rebus semua alat yang di perlukan sebelum digunakan, berikan ASI peras sesegera mungkin, bila tidak habis dapat disimpan dalam lemari es.

Memberikan ASI peras dengan pipa lambung

Apabila bayi dapat menggunakan cara yang disebut diatas atau memerlukan pipa lambung untuk masalah tertentu, masukkan pipa lambung. Jangan memberikan cairan melalui pipa lambung pada bayi dengan dehidrasi berat, tidak sadar, kejang atau sakit berat lainnya.

(17)

semprit setinggi 5-10 cm di atas bayi dan biarkan ASI peras mengalir ke bayi sesua daya tarik bumi, jangan terlalu tinggi karena mengakibatkan aliran terlalu keras. Dengan menggunakan cara ini setiap pemberian minum memakan waktu 5-10 menit, bila aliran terlalu cepat, semprit dapat diturunkan ataupipa dapat dilihat agar alirannya melambat. Bila pemberian minum selesai, lepaskan dan cuci semprit dan tutup ujung pipa lambung . Ganti pipa lambung dan semprit sekali sehari.

5. Masalah- masalah dalam pemberian ASI a. Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya

ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi usia 4-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja perlu di pantau berat badannya paling tidak sebulan sekali. Bila asi cukup, berat badan anak akan bertambah (anak tumbuh) dengan baik. Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat digunakan kartu menuju sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak cukup naik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusui lama, atau cepat. 2) Ibu jangan segera menghentikan memberikan ASI hanya karena merasa

bayi sudah cukup lama menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi masih mau terus menyusu.

3) Setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur, cobalah menyusukan kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok pelan perutnya atau atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi akan bangaun kembali dan menyusu lagi.

(18)

5) Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan ke dokter-dokter spesialis anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.

b. Ibu bekerja

Sekarang banyak ibu yang bekerja, sehingga kemudian menghentikan menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu yang bekerja, sebagai berikut: Sebelum berangkat kerja, susuilah bayi. ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian di simpan di kulkas untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja. Selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau di pompa dan disimpan di lemari pendingin di tempat kerja, atau antar pulang. Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat penitipan bayi atau anak. Ibu dapat memamfaatkannya untuk kelestarian menyusui. Setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam hari. Kalau anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu tidak ada dirumah dapat dimamfaatkan untuk memberikan makanan pendamping, sehingga kemungkinan menggunakan susu pormula lebih kecil. Perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila memungkinkan. Hendaknya ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan gizi cukup, untuk menambah produksi ASI.

Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknya di tempat penitipan tidak perlu kuatir menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada anaknya. Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut: Tidak semua penyakit di tularkan melalui kontak langsung. Ibu yang sakit pun tetap di anjurkan untuk menyusui bayinya, apalagi ibu yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas kesehatan. Seharusnya ibu yang bekerja di bidang kesehatan mengerti tentang kebersihan diri setelah merawat pasien, untuk pencegahan infeksi penularan.

(19)

Ibu yang mederita hepatitis atau AIDS tidak diperkenalkan menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. AIDS pada muncul bersama-sama seperti AIDS pada orang dewasa. Pada orang dewasa, penularan HIV umumnya melalui 3 cara, yaitu hubungan seksual dengan penderita, penularan perenteral seperti transfusi darah, jarum suntik yang di pakai bersamaan penderita, serta perinatal dari ibu yang menderita kepada bayinya.

Pada anak AIDS mempunyai hubungan spesifik dengan paktor-paktor resiko tertentu misalnya ibu yang kecanduan obat dan sering menggunakan suntikan, anak yang mendapat transfusi dari donor penderita, dan sebagainya. Apakah menyusui merupaakan paktor resiko penularan AIDS pada anak masih merupakan hal kontroversial.

Dugaan peranan menyusui sebagai paktor resiko penularan AIDS pada bayi dan anak di mulai dari adanya laporan dari berbagai negara tentang ibu yang dapat transfusi yang mengandung HIV pasca persalinan. Ternyata kemudian di temukan bayi ibu tersebut terinfeksi juga oleh HIV. Bahkan ada juga laporan bahwa HIV dapat di isolasi darI ASI.

Meskipun demikian ada yang tidak sependapat terhadap pandangan ASI sebagai media penularan HIV. Masalahnya adalah pada laporan tersebut belum dapat dubuktikan bahwa ASI adalah memang satu-satunya kemungkinan penularan pada bayi atau anak tersebut. Juga ada laporan yang menyebutkan bahwa meskipun seorang ibu positif HIV, anaknya tidak. Pendapat ini di dukung data epidemiologi, yaitu bahwa angka penularan perinatal yang di kumpulkan dari seluruh dunia sebesar 25-50%.

(20)

melalui ASI menyebabkan Centers For Disease Control (Amerika Serikat) melarang ibu yang terifeksi HIV untuk menyusui bayinya, sebaliknya Word Health Organization (WHO) memperbolehkan. Pandangan berbeda kedua lembaga ini disebabkan latar belakang yang berbeda. Di kebanyakan bagian dunia, ASI mempunyai peranan yang sangat penting karena mengandung zat gizi yang baik, mengandung zat antiifeksi (kekebalan), serta ekonomis. Hal ini menjadi dasar kebijakan WHO. Sebaliknya di negara maju, biaya dan keberadaan susu formula memberikan alternatif untuk dapat lebih mempertimbangkan masalah keselamatan dan pencegahan penularan.

Meskipun demikian, ada juga pandangan yang memperbolehkan ibu tetap menyusui bayinya, yaitu bila penularan sudah terjadi saat persalinan atau bahkan in-utero, justru menyusui itu akan melindungi bayi dari infeksi lain yang menyertai AIDS. Pendapat lain yang meninjau dari segi praktis, bahwa jika larangan menyusui hanya di tunjukkan pada ibu yang benar-benar positif terinfeksi, maka tidak akan banyak mempengaruhi angka menyusui, tetapi sulit dapat di pastikan pada semua golongan ibu bahwa seorang ibu benar-benar terinfeksi. Akibatnya larangan menyusui juga akan di tunjukkan kepada ibu-ibu yang termasuk kelompok resiko padahal belum tentu terinfeksi, sehingga menjadi berlebihan. Kontroversi ini menjadi dasar sikap untuk sementara melarang ibu yang terinfeksi HIV menyusui bayinya, sampai diperoleh pandangan yang sepaham tentang hal ini.

6. Masalah pada ibu saat menyusui

Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui, diantaranya sebagai berikut. 1. Pembesaran payudara

(21)

tidak perlu di khawatirkan. Pembesaran biasanya terjadi beberapa hari, namun kadang terasa sangat menyakitkan.

2. Afterpains

Hormon oksitosin yang menyebabkan refles aliran air susu juga menyebabkan kontraksi pada rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat menyusui dapat menyebabkan kontraksi rahim lagi. Afterpains ini bervariasi, mulai nyeri ringan hingga kontraksi yang benar-benar menyakitkan. Selain itu, sakitnya muncul hilang selama 5-10 menit dan akan berhenti setelah 4 hari.

3. ASI tersumbat

Masalah ini paling sering ditemui pada ibu pasca bersalin. Tersumbatnya saluran ASI dapat menyebabkan rasa sakit, demam, payudara berwana merah, teraba ada benjolan yang terasa sakit, bengkak dan payudara mengeras. Pada kondisi ini, saluran air susu tidak mengalami pengosongan denga baik sehingga air susu jadi menumpuk. Hal ini terjadi bila bayi tidak dapat menghisap denga baik saat waktu menyusui. Bisa pula disebabkan oleh tekanan pada sebagian payudara, seperti bra terlalu kencang, posisi mennyusui yang salah atau penyebab lain. Jika tidak segeraditangani, hal ini bisa mengakibatkan demam pada ibu.

4. Puting susu nyeri

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengidentifikasi tindakan ibu menyusui dalam mencegah

Menurut yang ibu ketahui, posisi mulut bayi salah saat menyusui sangatb. berpengaruh terhadap terjadinya

a) Mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD). b) Diharapkan Ibu yang baru saja melahirkan memberikan ASI kepada. bayinya

mempunyai pengetahuan kurang tentang teknik menyusui yang benar yaitu sebanyak 12 ibu primipara (40%) lebih dari 50% responden melakukan teknik menyusui dengan

Uraian yang telah dijabarkan diatas membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu

pertanyaan saat ibu menyusui posisi mulut bayi yang benar ibu menjawab salah dikarenakan ibu masih belum memperhatikan pentingnya posisi mulut bayi pada saat menyusu

Dari 5 ibu nifas tamatan SMA, 3 ibu nifas memiliki pengetahuan kurang dan 2 ibu nifas memiliki pengetahuan baik, 1 ibu nifas lulusan Diploma memiliki pengetahuan baik.Berdasarkan data