LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge” Maka dengan ini saya dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan Seperlunya.
Medan, 2015
KUESIONER PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA SEI KOPAS KECAMATAN BANDAR
PASIR MANDOGE TAHUN 2015
Sumber informasi :
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban di bawah ini :
1. Apakah langkah pertama yang dilakukan ibu sebelum menyusui? a. Mengoleskan ASI di daerah puting ibu dan areola sekitar b. Mengambil posisi yang nyaman
c. Gunakan selimut dan bantal untuk menopang bayi
2. Bagaimana cara menjaga kelembapan puting susu ibu ?
a. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan diputing dan areola b. Oleskan madu pada bagian puting susu
c. Mengoleskan minyak pada puting ibu
3. Bagaimanakah posisi menyusui yang sesuai untuk ibu yang pasca caesarea ? a. Posisi berbaring
b. Posisi duduk
c. Posisi menggendong
4. Bagaimanakah posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar ?
a. Posisi mengepit b. Posisi berbaring c. Posisi duduk
5. Bagaimanakah ibu mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar ?
a. Mulut bayi hanya memasukkan putingnya saja
6. Bagaimanakah cara melepaskan isapan bayi dengan benar ? a. Ibu langsung menarik puting dari mulut bayi
b. Ibu memasukkan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi lalu melepaskan isapan
c. Ibu menunggu bayi melepaskan puting dengan sendirinya
7. Bagaimanakah cara ibu pekerja agar tetap bisa terpenuhi kebutuhan ASInya ?
a. Selama ibu bekerja, ASI dapat di peras atau di pompa di simpan dilemari pendingin di tempat kerja atau di bawa pulang
b. Selama bekerja, ibu membawa bayi dan menyusui sambil bekerja c. setelah pulang kerja ibu baru menyusui bayinya
8. Apakah yang akan terjadi pada payudara jika ibu tidak menyusui dengan benar ?
a. Berat badan bayi rendah b. puting susu ibu lecet
c. puting susu tidak terasa nyeri
9. Apakah yang harus dilakukan ibu apabila ASI tidak lancar ? a. Kompres payudara dengan air dingin dan air hangat bergantian b. Memberikan bayi susu formula
c. Peras ASI dengan tehnik yang benar
10. Bagaimanakah tehnik memeras ASI yang benar ?
a. Letakkan jari ibu disekitar puting ibu dan lakukan penekanan pada puting susu ibu
b. Topang payudara dengan 4 jari dan letakkan ibu jari diata areola setelah itu pencet areola dan tekan payudara ke arah dada c. Letakkan jari telunjuk ibu di bawah puting dan ibu jari diatas
areola lalu tekan areola dengan kedua jari
11. Manakah gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar ?
b.
c.
12. Manakah dibawah gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah ?
a.
b.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Dengan Hormat,
Nama saya sri rasmiana sembiring, sedang menjalani pendidikan di program study
Bidan Pendidik Fakultas keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang
berjudul “Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei
Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge” .
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni : indera penglihata, indera pendengaran, indera penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga menurut Notoatmodjo (2007).
Maka dari itu Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar.
Partisipasi ibu nifas bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
di dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.
Untuk penelitian ini ibu tidak akan di kenakan biaya apapun. Bila ibu membutuhkan
penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama : Sri Rasmiana Sembiring
Alamat : Dusun VII Desa Sei Kopas
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada
penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan suatu
yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal dalam penelitian ini diharapkan ibu - ibu
bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya siapkan.
Medan, 2015
Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Ananda (2010). Tingkat pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Medan. USU.
Ariani, A.P. (2014). Aplikasi metodologi penelitian kebidanan dan kesehatan
reproduksi, Yogyakarta, nuha medika.
Heryani, R. (2010). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui, Jakarta; Trans Info
Media.
Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Menejemen Laktasi.
Jakarta; Trans Info Media.
Mubarak, W.I. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar ,
Jakarta :Rineka cipta.
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku . Jakarta : Rineka Cipta
. (2010). Promosi kesehatan & ilmu perilaku . Jakarta : Rineka Cipta
Polit, D. F. & Hungler, B.P. (2001). Esential of nursing research method, apprasial,
and utilization. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI. Jakarta; Dunia Sehat.
Soetjiningsih. (2009). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Suyanto & Salamah. (2011), Metodologi & Aplikasi. Jogjakarta. Mitra Cendikia
Press.
Sudjana, S. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono, (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif R & D. Bandung:
Utami Roesli. (2005). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Walyani, E, S. (2014). Perawatan kehamilan dan menyusui anak pertama.
Yogyakarta; Pustaka Baru Press.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dan perumusan masalah di atas maka penulis
mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:
Skema 1 kerangka konsep
3.2 Defenisi Operasional
Tabel 3.2.1
No
Variabel DefenisiOperasional
Alat Ukur Cara Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
1
Pengetahuan Kemampuanibu nifas dalam
pengetahuan tehnik menyusui yang
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar
Pasir Mandoge tahun 2015.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di Desa
Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge yang berjumlah 32 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam peneliitian menggunakan total sampling
yaitu seluruh populasi dijadikan sampel sehingga jumlah responden dalam penelitian
ini adalah 32 orang.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
dengan alsan karena ibu nifas yang ada di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir
Mandoge tersebut mencukupi untuk dijadikan sampel dan karena belum pernah
dilakukan penelitian tentang pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang
benar dan lokasi masih dapat dijangkau oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan November 2014 sampai Juni 2015 dan
27
D. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU
dan izin dari Kepala Puskesmas Bandar Pasir Mandoge. Dalam penelitian ini
terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan
penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan
penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan
untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia,
maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden
juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.
Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan
nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan kode. Data-data
yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
untuk mendapatkan mengetahui pengetahuan responden di Desa Sei Kopas
Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner.
Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu data demografi, kuesioner
pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar.
E.1. Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi
responden dan mengetahui kondisi responden yang mempengaruhi penelitian.
Kuesioner data demografi terdiri dari yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, sumber
28
E.2. Kuesioner Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar
Kuesioner pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar
disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner akan diisi oleh ibu
nifas di Desa Sei Kopas. Kuesioner ini terdiri dari 12 partanyaan. Jenis pertanyaan
tertutup dengan multiple choice. Penilaian kuesioner yaitu jika responden menjawab
pertanyaan dengan benar skor yang diberikan 1 dan jika salah diberikan skor 0.
Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik
menurut Sudjana (2002).
Dengan demikian maka pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang
benar dikategorikan sebagai berikut :
Baik = 9-12
Cukup = 5-8
Kurang = 0-4
E.3. Uji Validitas
Uji Validitas adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak
diukur. Uji validitas dilakukan untuk menguji kelayakan apakah kuesioner sudah bisa
dipahami sama responden. Validitas suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang kita ukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang
disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Peneliti melakukan
validitas kuesioner dengan cara memberikan kuesioner kepada orang yang lebih ahli
29
hal ini, peneliti telah melakukan content validity sebanyak 1 kali 17 maret 2015
dengan yang ahli dalam bidangnya yaitu Diah Lestari Nasution, SST, M.Keb.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk
mengidentifikasi pengetahuan tentang tehnik menyusui. Prosedur pengumpulan data
yang dilakukan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi
pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan
mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Desa Sei Kopas
Dan Kepada Kepala Puskesmas Bandar Pasir Mandoge. Setelah mendapat izin dari
kepala desa dan kepala puskesmas peneliti menemui responden kemudian
menjelaskan tujuan penelitian setelah responden bersedia maka diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan, menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada
responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan
jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti mendampingi responden dalam
pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam
pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh responden dengan waktu lima belas
menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya, data yang
terkumpul di analisis.
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara analisa univariat untuk mengetahui frekuensi
dan persentase masing-masing variabel yang diteliti. Kemudian hasil analisis
disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Data yang telah terkumpul
30
1. Editing/ pemeriksaan data, dilakukan pengecekan kelengkapan kelengkapan pada
data pertanyaan yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam pengumpulan data maka diperbaiki kembali
2. Coding/ pemberian kode, data yang telah dikumpul dan hasil jawaban dari setiap
pertanyaan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, kemudian diberi kode oleh
peneliti secara manual sebelum diolah ke computer
3. Entry/ pemasukan data komputer, data yang diproses kemudian dimasukkan
kedalam program komputer untuk diolah
4. Tabulating, memperoleh analisa dan pengolahan data serta mengambil
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengetahuan
ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar
Pasir Mandoge tahun 2015 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang .
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di
Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015 menggunakan
kuesioner yang berisikan 12 pertanyaan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil
penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, pengetahuan ibu nifas tentang
tehnik menyusui yang benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
Tahun 2015.
1. Karakteristik Ibu Nifas
Karakteristik responden yang di pengaruhi dalam penelitian ini mencakup umur,
pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan paritas. Berdasarkan umur responden
hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dijumpai pada usia 25-30 tahun yaitu
17 (53,1%) orang, dengan latar belakang berpendidikan SMA yaitu 16 (50,0%)
orang, mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 27
(84,4%) orang, sedangkan sumber informasi yang di peroleh responden tentang
tehnik menyusui mayoritas di dapat dari teman dan keluarga yaitu 24 (75,0%) orang
dan paritas multi gravida yaitu 14 (43,8%) . untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
32
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu Nifas di Desa Sei kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015
(n=32)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 16 responden (50,0%)
memiliki pengetahuan kurang, 14 responden (43,8%) memiliki pengetahuan cukup
dan 2 responden (6,2%) memiliki pengetahuan baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel
33
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tehnik Menyusui yang Benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
Tahun 2015 (n=32)
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 2 6,2
Cukup 14 43,8
Kurang 16 50,0
3. Pengetahuan Responden Berdasarkan item pertanyaan
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa item yang paling tinggi dijawab benar
responden hanya 65,6 % yaitu pada soal nomor 1 tentang langkah pertama menyusui
dan soal nomor 8 tentang penyebab tidak menyusui dengan benar, selebihnya 10 item
lainnya hanya benar 21,9 % - 50 % responden yang menjawab benar.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui yang Benar di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
Tahun 2015
1 Apakah langkah pertama yang dilakukan ibu
sebelum menyusui ? 21 65,6 11 34,4
2 Bagaimana cara menjaga kelembapan puting susu
ibu ? 15 46,9 17 53,1
3 Bagaimana posisi menyusui yang sesuai untuk ibu
yang pasca caesarea ? 12 37,5 20 62,5
4 Bagaimanakah posisi menyusui yang sesuai untuk
ibu dengan bayi kembar ? 9 28,1 23 71,9
5 Bagaimanakah ibu mengetahui bahwa bayi telah
menyusu dengan benar ? 12 37,5 20 62,5
34
7 Bagaimanakah cara ibu pekerja agar tetap bisa
terpenuhi kebutuhan ASInya ? 18 56,2 14 43,8
8 Apakah yang akan terjadi pada payudara jika ibu
tidak menyusui dengan benar ? 21 65,6 11 34,4
9 Apakah yang harus dilakukan ibu apabila ASI tidak
lancar ? 16 50,0 16 50,0
10 Bagaimanakah tehnik memeras ASI yang benar ? 12 37,5 20 62,5
11 Manakah gambar yang menunjukkan tehnik
menyusui yang benar ? 12 37,5 20 62,5
12 Manakah dibawah gambar yang menunjukkan
tehnik menyusui yang salah ? 12 37,5 20 62,5
B. Pembahasan
Responden dalam penelitian ini mayoritas berumur 25 – 30 tahun memiliki
pengetahuan kurang dan mayoritas berpedidikan SMA, serta pekerjaan responden
mayoritas IRT karena pekerjaan responden hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga
memiliki interaksi yang terbatas dan hanya berinteraksi kepada sesama ibu rumah
tangga sehingga kurangnya interaksi dengan tenaga kesehatah maka informasi yang
di dapat juga kurang dan terbatas, responden mendapatkan sumber informasi dari
teman dan keluarga, cenderung semakin banyak sumber informasi yang di dapakan
maka semakin baik pengetahuan yang diperoleh, namun kurangnya sumber informasi
yang didapat responden tentang tehnik menyusui yang benar juga kurang dan
mayoritas responden multigravida.
1. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden mayoritas memiliki
pengetahuan kurang 16 orang (50,0%). Jumlah responden yang memiliki
pengetahuan kurang lebih banyak dari pada pengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Melina (2013) tentang “tehnik menyusui yang benar” di BPS Kartini
Kampung Sawah Pontianak yang menyatakan bahwa mayoritas ibu nifas di
35
banyak faktor diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan
pengalaman (Notoatmodjo, 2010).
2. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Berdasarkan Item Pertanyaan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa item yang paling tinggi dijawab
benar responden hanya 65,6 % yaitu pada soal nomor 1 tentang langkah pertama
menyusui dan soal nomor 8 tentang penyebab tidak menyusui dengan benar.
Selebihnya 10 item lainnya hanya benar 21,9 % - 50 % responden yang menjawab
benar yaitu tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, responden hanya
mampu menjawab 21,9 % karena kurangnya sumber informasi yang didapat
responden tentang melepaskan isapan bayi, jika ibu salah melakukan cara
melepaskan isapan bayi maka dapat mengakibatkan puting susu ibu lecet.
Pada item posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar dan
posisi menyusui yang sesuai untuk ibu yang pasca caesarea,, responden hanya
mampu menjawab 28,1 % dan 37,5 % karena responden terbatasnya interaksi
responden sehingga responden hanya dapat belajar dari teman dan keluarga saja
sehingga responden kurang mengetahui posisi untuk menyusui. Menurut wiji ( 2013)
mengatakan bahwa Posisi menyusui pasca caesar ada dua cara posisi menyusui pasca
operasi caesar diantaranya Posisi berbaring miring dan posisi football atau menjepit.
Sedangkan Posisi menyusui dengan bayi kembar yaitu dengan posisi footbal atau
menjepit.
Sedangkan pada item ibu mengetahui bahwa bayi telah menyusu dengan benar,
36
benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah, responden hanya
menjawab benar 37,5 % karena Kurangnya sumber informasi yang didapat oleh
responden menyebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang tehnik menyusui
yang benar.
Adanya persepsi responden yang salah tentang menyusui yaitu menyatakan
bahwa bayi tidak kenyang apabila hanya diberi ASI namun harus ditambah susu
formula. Persepsi responden tersebut mengakibatkan responden salah dalam
melakukan tehnik menyusui yang benar dan kurangnya informasi yang didapat dari
tenaga kesehatan dan perlunya dilakukan penyuluhan tentang tehnik menyusui yang
benar. Menurut Riksani (2012), ada beberapa alasan yang menguatkan pendapat
mengapa bayi tidak bisa di beri makanan tambahan selain ASI yaitu karena saat bayi
berumur 0-6 bulan, oragn-organ pencernaannya belum berkembang dengan
sempurna dan sistem pencernaannya pun belum siap menerima makanan lain selain
ASI. Organ pencernaan akan kelebihan beban kerja jika sebelum berusia 6 bulan bayi
sudah mendapatkan MP-ASI. Selain itu enzim pencernaan protein (seperti asam
lambung, pepsin, dan sebagainya) saat itu belum diproduksi secara sempurna. Saat
bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel sekitar usus belum siap menerima
kandungan dari makanan sehingga makananyang masuk akan menimbulkan reaksi
imun dan menyebabkan terjadinya alergi pada bayi.
Responden juga memiliki persepsi yang salah tentang tehnik menyusui yang
mengatakan bahwa setiap menyusui harus mengalami lecet pada puting sehingga
responden meyimpulkam bahwa lecet pada puting adalah hal yang normal, padahal
terjadinya lecet pada puting disebabkan posisi menyusui yang salah. Menurut wiji
37
bayi tidak melekat pada payudara dengan tepat, bayi menghisap pada puting yang
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas ibu nifas memiliki
pengetahuan kurang tentang tehnik menyusui yang benar. Dilihat dari item
pertanyaan, bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 %
yaitu tentang langkah pertama menyusui dan penyebab tidak menyusui dengan benar.
selebihnya 10 item hanya dijawab benar 21,9 % - 50 % tentang cara melepaskan
isapan bayi dengan benar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi
kembar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu pasca caesar, untuk mengetahui
bahwa bayi telah menyusui dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar
yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar, dan gambar yang menunjukkan
tehnik menyusui yang salah.
B. Saran
1. Untuk Responden
Bagi responden diharapkan agar lebih menambah pengetahuan dan lebih
memperbanyak sumber informasi yang di dapat tentang tehnik menyusui yang benar.
2. Untuk Puskesmas
Bagi pihak Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang
tehnik menyusui yang benar di desa sei kopas kecamatan bandar pasir mandoge
3. Untuk Penelitian Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian analitik yang lebih
bermakna dan variabel yang berbeda yang bermanfaat sebagai sumber informasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni : indera penglihata, indera pendengaran, indera
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulasi (Objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini bersikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
5
2. Tinjauan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007 Pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Contoh : dapat menggunakan rumus
statistic dalam perhitungan – perhitungan hasil penelitian dari kasus yang
diberikan.
6
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh : dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi – formulasi yang ada. Contoh : dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang
telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.
3. Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
7
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara – cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan kemungkinan ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang
lalu. Apabila dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula
menggunakan cara tersebut.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
8
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “
(Notoatmodjo, 2010).
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Umur
Umur adalah rentang waktu seseorang yang di mulai sejak dia dilahirkan hingga
berulang tahun. salah satu hal yang penting dalam mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola
pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap
daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik ( Ariani, 2014).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu
berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Makin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi.
Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang
dimiliki (Arianti, 2014).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan
sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik
9
pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Arianti,
2014) .
d. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan
informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bisa didapat dari media cetak,
elektronik, keluarga, teman dan lain-lain (Arianti, 2014).
e. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi
primipara, multipara dan grandemultipara.
B. Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu (Arianti,2014).
Menurut Mochtar (2007) nifas dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
10
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6
bulan (Wiji,2013).
1. Tehnik menyusui yang benar
Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu
juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui
bayi, menurut wiji (2013) ada beberapa cara yang harus diketahui seorang ibu tetang
cara menyusui yang benar yaitu:
a. Cara menyusui dengan sikap duduk
1) Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan di
putiing susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas
pangkuan ibu dengan cara: Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi
denga kasih sayang
4) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari
11
5) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah
bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang atau di sanggah lagi.
b. Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong. Sebaiknya diganti
menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: Jari kelingking ibu
dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau Dagu bayi ditekan ke bawah.
1) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan
2) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
3) Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara
menyendawakan bayi: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan, dengan cara menelungkupkan
bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi
bersendawa.
2. Posisi menyusui
Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke
12
perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui
sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses
menyusui berlangsung (heryani, 2012)..
Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam
memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai berikut : Kepala bayi
dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat menetek atau
menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung. Muka bayi
menhadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu seluruh badan bayi
menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat melihat. Posisi
ini adalah yang terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena sebagian
puting sedikit mengarah ke bawah (apabila ia menghadap ibu sepenuhnya mungkin
ia tidak tepat pada payudara). Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu. Apabila bayi
baru lahir, ia harus menopang bokong bukan hanya kepala dan bahu merupakan hal
yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar menopang bagian atas
tubuhnya biasanya cukup.
Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi duduk,
posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi), posisi football
(mengepit) dan posisi berbaring miring (Wiji, 2013).
1) Posisi berdiri
Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahakan bayi merasa nyaman saat
menyusu. Adapun cara menyusu dengan posisi berdiri yaitu Bayi digendong dengan
kain atau alat penggendong bayi, saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan
lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat menyusu, lekatkan badan
bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di belakang atau samping ibu agar
13
2) Posisi rebahan
Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara : Ibu dapat duduk
diatas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat
diganjal dengan bantal, kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur, bayi
diletakkan menghadap perut ibu/payudara, ibu menyangga bayi secara merata dari
kepala, bahu hingga pantatnya, posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh
bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.
3) Posisi duduk
Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu:
Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan
ibu, bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu, satu tangan bayi diletakkan di
belakang badan ibu dan yang satu di depan, Perut bayi menempel badan ibu, kepala
bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
4) Posisi menggendong (the cradle hold)
Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik
untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui bayi
dengan posisi medonna (menggendong): Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku
tangan, jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku
tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan, arahkan badan bayi
14
bayi yang ada diatas (berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut
menempel pada dada dan perut ibu), tangan bayi yang lain (yang ada dibawah
tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga mempermudah
mulut bayi mencapai payudara, tangan kiri ibu memegang payudaranya jika
diperlukan.
5) Posisi menggendong menyilang (transisi)
Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan mulutnya ke
puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil. Posisi ini
juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan posisi
menggendong menyilang: Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk
siku, melainkan dengan telapak tangan, jika menyusui dengan payudara kanan maka
menggunakan tangan kiri untuk memegang bayi, peluk bayi sehingga kepala, dada
dan perut bayi menghadap ibu, lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari
dan tangan ibu dibelakang kepala dan bawah telinga bayi, ibu menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
6) Posisi football (mengepit)
Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi caesar (untuk menghindari bayi
berbaring diatas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir kecil
atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putiing susu ibu datar (flat nipple) atau ibu
mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui bayi dengan posisi football atau
mengepit adalah: Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya di
selipkan di bawah tangan ibu seperti memengang bola atau tas tangan, jika menyusui
dengan payudara kanan maka memengangnya dengan tangan kanan, demikian pula
sebaliknya. Arahkan mulutnya ke puting susu, mula-mula dagunya ( tindakan ini
15
payudara, bayi akan menolak menggerakan kepalanya / melawan tangan ibu).
Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika di perlukan.
7) Posisi berbaring miring
Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan
lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui
operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas
bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu harus didampingi oleh
orang lain ketika menyusui. Padah posisi ini kesukaran perlekatan yang lazim apabila
berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala bayi harus mengarah ke depan
untuk mencapai puting. Menyusui berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur
sehingga dapat menyusui tanpa bangun.
Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah: Posisi ini
dilakukan sambil berbaring di tempat tidur , mintalah bantuan pasangan untuk
meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan
membuat punggung dan panggul pada posisi yang lurus, muka ibu dan bayi tidur
berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke puting susu, jika perlu letakakan
bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar bayi tidak perlu
menegakkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak perlu membungkukan
badan ke arah bayinya, sehing tidak cepat leleh.
8) Posisi menyusui dengan kondisi khusus
Ada posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi yang tertentu
seperti menyusui pasca operasi caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui
dengan ASI yang berlimpah (penuh).
16
Ada dua cara posisi menyusui pasca operasi caesar, diantaranya adalah Posisi
berbaring miring dan Posisi football atau menjepit.
b. Posisi menyusui dengan bayi kembar
Posisi footbal atau menjepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio
caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disusui
bersamaan kiri dan kanan, dengan cara: Kedua tangan ibu masing-masing memeluk
satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tepat di bawah payudara ibu,
posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar, untuk memudahkan, kedua bayi dapat
diletakkan pada suatu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih
sepinggang ibu, dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi
kembarnya saja, cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.
c. Posisi menyusui dengan ASI yang berlimpah
Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar ( penuh ) dan
alirannya deras, terdapat posisi kusus untuk dapat menghindari agar bayi tidak
tersendak dengan cara: ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi tidur di atas perut
ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi di
tengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan
posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.
Ada banyak posisi bagi bayi ibu untuk menyusui. Dalam tiap posisi hal yang
penting adalah bayi cukup mengembil cukup payudara ke dalam mulutnya sehingga
ia dapat mengisap secara efektif. Segera setelah persalinan, posisi menyusui yang
terbaik adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan pada kulit
bayi. Kontak kulit dengan kulit dalam jam pertama setelah melahirkan membantu
17
Semua posisi menyusui tersebut dapat dicoba sehingga dapat menetukan posisi
yang paling nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi. Namun dianjurkan untuk
berganti-ganti posisi secara teratur. Setiap posisi menyusui akan menekan bagian yang
berbeda pada payudara (bagian payudara yang lebih mendapatkan peranan adalah
yang terdapat antara bibir dan lidah). Tidakan berganti-ganti posisi ini dapat
mengosongkan semua senus. Menurut Bobak (2004), mengatakan bahwa posisi
menyusui menggendong (Madonna) sangat efektif dilakukan bagi ibu baru. Dan
untuk saat ini, posisi menyusui yang paling baik yaitu dengan posisi duduk. Selain
posisi menyusui, bra dan pakaian yang dirancang khusus dapat juga meningkatkan
kenyamanan ibu saat menyusui.
3. Tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar
Berikut ini merupakan tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar.
a. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar
b. Dagu dan hidungnya menempel pada payudara
c. Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya.
d. Bayi menyusui dengan teratur dan mendalam sebentar-sebentar berhenti
sesaat
e. Bayi menelan susu yang diminum secara teratur
f. Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama.
4. Cara lain dalam mamberikan ASI
Berbagai banyak alasan yang dapat dilontarkan ibu atas ketidaksiapannnya
dalam memberikan ASI kepada bayinya. Alasan itu bisA bermacam-macam, entah
itu bayi tidak dapat menyusu ataupun ibu dalam kondisi sakit beratsehingga ia tidak
berani manyusui bayinya. Tapi jangan khawatir, karena masih ada cara memberikan
18
Berikut merupakan penjelasan bagaimana cara memeras ASI (wiji, 2013):
a. Cuci tangan sampai bersih
b. Peras sedikit ASI dan oleskan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola
sekitarnya
c. Duduk dengan santai dan letakkan wadah steril bermulut lebar (misal gelas)
dibawah payudara
d. Peras ASI yaitu dengan Topang payudara dengan 4 jari, dan letakkan ibu jari
diatas areola, pencet areola antara ibu jari dan jari lainnya sambil menekan
payudara kearah dada, tempat menampung ASI harus dari bahan gelas,
peras ASI untuk payudara yang satu setidaknya 4 menit, kemudian pindah
ke payudara satunya, dan peras selama 4 menit, lanjutkan memeras secara
bergantian selama paling tidak 20-30 menit.
Apabila ASI tidak mengalir lancar maka bantu ibu tehnik memeras ASI yang benar,
kompres payudara dengan air hangat, minta seseorang untuk memijat punggung dan
leher ibu agar rileks.
Apabila ASI peras tidak akan langsung diberikan, beri label (tanggal, hari dan
jam) dan simpan dalam lemari es dan gunakan dalam waktu 24 jam, atau bekukan
ASI peras (bila bisa dijaga tetap membeku pada suhu -20°C) paling lama 6 bulan:
Hangatkan ASI peras yang dibekukan atau didinginkan dengan merendam dengan
air hangat (sekitar 40°C). Gunakan ASI pada waktunya, jangan disimpan dalam
lemari es kembali bila tersisa. Jangan merebus ASI peras.
Memeras ASI langsung ke mulut bayi:
Cara ini dapat digunakan untuk bayi kecil sebagai alternatif pemberian
dengan cangkir atau sendok. Beri dukungan setiap cara pemberian minum yang
19
memeras payudara sampai beberapa tetes ASI pada puting, tunggu sampai bayi
bangun dan membuka mulut dan matanya, atau beri rangsangan lembut agar
bangun, biarkan bayi mencium bau ASI pada puting dan mencoba menghisap,
teteskan beberapa tetes ASI langsung ke mulut bayi, tunggu sampai bayi menelan
sebelum meneteskan ASI lagi. Apabila bayi telah kenyang ia akan menutup
mulutnya. Ulangi proses ini setiap 1-2 jam apabila berat bayi 1500 gram atau setiap
2-3 jam apabila berat bayi 1500 atau lebih. Pastikan bayi mendapat cukup minum
dengan menimbang berat badan setiap hari.
Memberikan ASI peras dengan cangkir yaitu Berikan ASI peras dengan cangkir, atau
sendok khusus, cuci dan rebus semua alat yang di perlukan sebelum digunakan,
berikan ASI peras sesegera mungkin, bila tidak habis dapat disimpan dalam lemari
es.
Memberikan ASI peras dengan pipa lambung
Apabila bayi dapat menggunakan cara yang disebut diatas atau memerlukan
pipa lambung untuk masalah tertentu, masukkan pipa lambung. Jangan memberikan
cairan melalui pipa lambung pada bayi dengan dehidrasi berat, tidak sadar, kejang
atau sakit berat lainnya.
Setiap kali sebelum memberi minum, pastikan pipa lambung terpasang dengan
benar yaitu Anjurkan ibu untuk berpartisipasi pada pemberian minum. Sambungkan
pangkal pipa lambung dengan sempit steril (tanpa jarum dan penyedot) Bila tidak
tersedia semprit steril, cuci semprit dengan air panas dan sabun, kemudian keringkan,
serta cuci setiap kali selesai, alat lain berbentuk semprit bisa digunakan bila bisa
dihubungkan secara pas ke pipa lambung. Tuangkan ASI peras yang dibutuhkan
20
semprit setinggi 5-10 cm di atas bayi dan biarkan ASI peras mengalir ke bayi sesua
daya tarik bumi, jangan terlalu tinggi karena mengakibatkan aliran terlalu keras.
Dengan menggunakan cara ini setiap pemberian minum memakan waktu 5-10 menit,
bila aliran terlalu cepat, semprit dapat diturunkan ataupipa dapat dilihat agar
alirannya melambat. Bila pemberian minum selesai, lepaskan dan cuci semprit dan
tutup ujung pipa lambung . Ganti pipa lambung dan semprit sekali sehari.
5. Masalah- masalah dalam pemberian ASI
a. Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya
ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi usia 4-6
bulan yang hanya mendapat ASI saja perlu di pantau berat badannya paling tidak
sebulan sekali. Bila asi cukup, berat badan anak akan bertambah (anak tumbuh)
dengan baik. Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat
digunakan kartu menuju sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak
cukup naik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusui lama, atau cepat.
2) Ibu jangan segera menghentikan memberikan ASI hanya karena merasa
bayi sudah cukup lama menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi masih
mau terus menyusu.
3) Setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur, cobalah
menyusukan kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok pelan
perutnya atau atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi akan
bangaun kembali dan menyusu lagi.
4) Perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila masih salah
21
5) Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan ke dokter-dokter spesialis
anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.
b. Ibu bekerja
Sekarang banyak ibu yang bekerja, sehingga kemudian menghentikan
menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu yang bekerja, sebagai berikut: Sebelum berangkat kerja, susuilah
bayi. ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian di simpan di kulkas
untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja. Selama ibu bekerja, ASI dapat diperas
atau di pompa dan disimpan di lemari pendingin di tempat kerja, atau antar pulang.
Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat penitipan bayi atau
anak. Ibu dapat memamfaatkannya untuk kelestarian menyusui. Setelah ibu di
rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam hari. Kalau anak sudah
mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu tidak ada dirumah dapat
dimamfaatkan untuk memberikan makanan pendamping, sehingga kemungkinan
menggunakan susu pormula lebih kecil. Perawat bayi dapat membawa bayi ke
tempat ibu bekerja bila memungkinkan. Hendaknya ibu banyak beristirahat, minum
cukup, makan gizi cukup, untuk menambah produksi ASI.
Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknya di tempat penitipan tidak perlu
kuatir menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada anaknya.
Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut: Tidak semua penyakit di tularkan melalui
kontak langsung. Ibu yang sakit pun tetap di anjurkan untuk menyusui bayinya,
apalagi ibu yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas kesehatan. Seharusnya ibu
yang bekerja di bidang kesehatan mengerti tentang kebersihan diri setelah merawat
pasien, untuk pencegahan infeksi penularan.
22
Ibu yang mederita hepatitis atau AIDS tidak diperkenalkan menyusui bayinya,
karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. AIDS pada muncul
bersama-sama seperti AIDS pada orang dewasa. Pada orang dewasa, penularan HIV
umumnya melalui 3 cara, yaitu hubungan seksual dengan penderita, penularan
perenteral seperti transfusi darah, jarum suntik yang di pakai bersamaan penderita,
serta perinatal dari ibu yang menderita kepada bayinya.
Pada anak AIDS mempunyai hubungan spesifik dengan paktor-paktor resiko
tertentu misalnya ibu yang kecanduan obat dan sering menggunakan suntikan, anak
yang mendapat transfusi dari donor penderita, dan sebagainya. Apakah menyusui
merupaakan paktor resiko penularan AIDS pada anak masih merupakan hal
kontroversial.
Dugaan peranan menyusui sebagai paktor resiko penularan AIDS pada bayi
dan anak di mulai dari adanya laporan dari berbagai negara tentang ibu yang dapat
transfusi yang mengandung HIV pasca persalinan. Ternyata kemudian di temukan
bayi ibu tersebut terinfeksi juga oleh HIV. Bahkan ada juga laporan bahwa HIV
dapat di isolasi darI ASI.
Meskipun demikian ada yang tidak sependapat terhadap pandangan ASI
sebagai media penularan HIV. Masalahnya adalah pada laporan tersebut belum dapat
dubuktikan bahwa ASI adalah memang satu-satunya kemungkinan penularan pada
bayi atau anak tersebut. Juga ada laporan yang menyebutkan bahwa meskipun
seorang ibu positif HIV, anaknya tidak. Pendapat ini di dukung data epidemiologi,
yaitu bahwa angka penularan perinatal yang di kumpulkan dari seluruh dunia sebesar
25-50%.
Masalahnya adalah apakah ibu dengan HIV positif akan tetap di perbolehkan
23
melalui ASI menyebabkan Centers For Disease Control (Amerika Serikat) melarang
ibu yang terifeksi HIV untuk menyusui bayinya, sebaliknya Word Health
Organization (WHO) memperbolehkan. Pandangan berbeda kedua lembaga ini
disebabkan latar belakang yang berbeda. Di kebanyakan bagian dunia, ASI
mempunyai peranan yang sangat penting karena mengandung zat gizi yang baik,
mengandung zat antiifeksi (kekebalan), serta ekonomis. Hal ini menjadi dasar
kebijakan WHO. Sebaliknya di negara maju, biaya dan keberadaan susu formula
memberikan alternatif untuk dapat lebih mempertimbangkan masalah keselamatan
dan pencegahan penularan.
Meskipun demikian, ada juga pandangan yang memperbolehkan ibu tetap
menyusui bayinya, yaitu bila penularan sudah terjadi saat persalinan atau bahkan
in-utero, justru menyusui itu akan melindungi bayi dari infeksi lain yang menyertai
AIDS. Pendapat lain yang meninjau dari segi praktis, bahwa jika larangan menyusui
hanya di tunjukkan pada ibu yang benar-benar positif terinfeksi, maka tidak akan
banyak mempengaruhi angka menyusui, tetapi sulit dapat di pastikan pada semua
golongan ibu bahwa seorang ibu benar-benar terinfeksi. Akibatnya larangan
menyusui juga akan di tunjukkan kepada ibu-ibu yang termasuk kelompok resiko
padahal belum tentu terinfeksi, sehingga menjadi berlebihan. Kontroversi ini menjadi
dasar sikap untuk sementara melarang ibu yang terinfeksi HIV menyusui bayinya,
sampai diperoleh pandangan yang sepaham tentang hal ini.
6. Masalah pada ibu saat menyusui
Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui, diantaranya sebagai berikut.
1. Pembesaran payudara
Sekitar 2 atau 3 hari setelah bayi lahir, mungkin payudara ibu akan membesar
24
tidak perlu di khawatirkan. Pembesaran biasanya terjadi beberapa hari, namun
kadang terasa sangat menyakitkan.
2. Afterpains
Hormon oksitosin yang menyebabkan refles aliran air susu juga menyebabkan
kontraksi pada rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat menyusui dapat
menyebabkan kontraksi rahim lagi. Afterpains ini bervariasi, mulai nyeri ringan
hingga kontraksi yang benar-benar menyakitkan. Selain itu, sakitnya muncul hilang
selama 5-10 menit dan akan berhenti setelah 4 hari.
3. ASI tersumbat
Masalah ini paling sering ditemui pada ibu pasca bersalin. Tersumbatnya
saluran ASI dapat menyebabkan rasa sakit, demam, payudara berwana merah, teraba
ada benjolan yang terasa sakit, bengkak dan payudara mengeras. Pada kondisi ini,
saluran air susu tidak mengalami pengosongan denga baik sehingga air susu jadi
menumpuk. Hal ini terjadi bila bayi tidak dapat menghisap denga baik saat waktu
menyusui. Bisa pula disebabkan oleh tekanan pada sebagian payudara, seperti bra
terlalu kencang, posisi mennyusui yang salah atau penyebab lain. Jika tidak
segeraditangani, hal ini bisa mengakibatkan demam pada ibu.
4. Puting susu nyeri
Menyusui sebenarnya tidak menyakitkan segera setelah bayi lahir, puting susu
terasa menjadi lebih sensitif sebab ujung-ujung saraf dipersiapkan untuk
meresponisapan mulut bayi. Pada awalnya, ibu mungkin akan merasa tidak nyaman
dengan payudara yang membesar karena produksi ASI. Namun saat bayi mulai
menghisap, ibu akan merasa lebih nyaman. Bila menyusui terasa menyakitkan,
25
muncul disebabkan bayi tidak meletakkan mulutnya ke payudara ibu dengan tepat.
Bila nyeri terus berlanjut selama menyusui atau kulit puting susu menjadi merah,
bengkak, luka, gatal atau terkelupas, masalah ini disebabkan karena mulut bayi tidak
melekat pada payudara dengan tepat, bayi menghisap pada puting susu menjadi lecet
dan luka. Ada thrush (bintik) atau bercak putih pada mulut bayi. Ibu dan bayi sensitif
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, pada tahun 2007 angka kematian bayi adalah 35 per 1000
kelahiran hidup. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan semua
bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan
infeksi, dan ASI ekslusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi.
Namun penyebab umum kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah minimnya
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan tehnik menyusui yang tidak tepat (Wiji,
2013).
Tehnik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
ASI,bila tehnik menyusui tidak benar,dapat menyebabkan puting susu lecet dan
menjadikan ibu enggan menyusui. Sehingga bayi tersebut jarang menyusu. Enggan
menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi air susu ibu. Namun sering kali ibu – ibu kurang mendapat
informasi tentang manfaat air susu ibu dan tentang tehnik menyusui yang benar
(Utami Roesli, 2005).
Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi
ibu. Air susu ibu mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi dan
cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama
2
Bila bayi mulai disusui, isapan bayi pada puting susu merupakan suatu
rangsangan produksi air susu ibu akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih
sempurna. Disamping air susu ibu merupakan makanan utama untuk bayi, menyusui
bayi sangat baik untuk mempererat hubungan kasih sayang ibu dan anak, (heryani,
2012).
Menyusui mengurangi resiko bayi terkena alergi, diare, intoleransi susu hewan,
infeksi saluran nafas, penyakit saluran cerna, radang paru-paru, infeksi telinga dan
radang selaput otak, mengurangi peluang bayi terkena diabetes dan obesitas, serta
membantu meningkatkan kecerdasan bayi. Selain itu menyusui bayi sesegera
mungkin setelah bayi lahir, juga memberikan keuntungan bagi ibu yaitu rahim ibu
cepat mengecil sehingga perdarahan setelah melahirkan berkurang (Naya, 2007).
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia bahwa angka cakupan
ASI eksklusif mencapai 32,3%. Ibu yang memberi ASI eksklusif dan 55% ibu yang
menyusui mengalami mastitis, puting susu lecet,dan dapat mengakibatkan bayi
bingung puting hal tersebut di sebabkan karena tehnik menyusui yang tidak benar
(SDKI, 2009).
Ada beberapa cara yang dapat meningkatkan pemberian ASI aksklusif kepada
bayi, salah satunya adalah penyuluhan kesehatan tentang ASI yang di berikan oleh
tenaga kesehatan. Dengan dilakukannya penyuluhan tersebut maka diharapkan para
ibu-ibu mengetahui manfaat ASI dan cara yang tepat dalam menyusui sehingga
angka cakupan ASI eksklusif semakin meningkat (Wiji, 2013).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan lebih
lanjut pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar di desa sei kopas
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang
benar?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Untuk menambahkan wawasan ilmu peneliti dalam hal penelitian terhadap ibu
nifas tentang tehnik menyusui
2. Bagi Responden
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu tentang tehnik menyusui yang
benar
3. Bagi institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan yang dapat digunakan oleh mahasiswa
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015
Abstrak
Latar belakang : Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia bahwa angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3%. Ibu yang memberi ASI eksklusif dan 55% ibu yang menyusui mengalami mastitis, puting susu lecet,dan dapat mengakibatkan bayi bingung puting hal tersebut di sebabkan karena tehnik menyusui yang tidak benar.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar
Metodologi : Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. jumlah sampel 32 ibu nifas dengan tehnik total sampling. Tehnik pengumpulan data memberikan kuesioner. Analisa data dengan cara analisa univariat. Lokasi dan waktu penelitian Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge pada bulan November-Juni 2015.
Hasil penelitian : Menunjukkan bahwa 16 responden (50,0%) memiliki pengetahuan kurang, 14 responden (43,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 2 responden (6,2%) memiliki pengetahuan baik.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan kurang tentang tehnik menyusui yang benar. Dilihat dari item pertanyaan, bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu tentang langkah pertama menyusui dan penyebab tidak menyusui dengan benar. selebihnya 10 item hanya dijawab benar 21,9 % - 50 % tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu pasca caesar, untuk mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar, dan gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah.
Postpartum Maternal Knowledge About Breastfeeding Technique True In Sei Kopas district Bandar Pasir Mandoge 2015
Abstract
Background: Based on the demographic and health survey Indonesia that the number of exclusive breastfeeding coverage reached 32.3%. Exclusive breastfeeding mothers and 55% of mothers who breastfeed have mastitis, nipple blisters, and can result in the baby nipple confusion that is caused due to incorrect breastfeeding techniques.
Objective: To determine the level of knowledge of techniques breastfeeding mothers postpartum about true
Methodology: The study used a descriptive cross sectional approach. the number of samples 32 puerperal women with total sampling technique. Techniques of data collection questionnaire. Analysis of the data by means of univariate analysis. The location and time of the study in the village of Sei Kopas District Bandar Pasir Mandoge in November-June 2015.
Result: Indicates that 16 respondents (50.0%) have less knowledge, 14 respondents (43.8%) have sufficient knowledge and 2 respondents (6.2%) had a good knowledge.
Conclusion: Based on the results of this study concluded the majority of post partum mothers have less knowledge about proper breastfeeding techniques. Judging from the items of questions, that the highest item of respondents correctly answered only 65.6% which is about the first step of breastfeeding and the causes are not breastfeeding properly. the remaining 10 items were answered correctly 21.9% - 50% on how to release the baby's sucking properly, appropriate feeding position for mothers with twins, feeding position that is suitable for post-Caesarean mother, to know that the baby has been breast-feeding correctly, engineering expressing milk right, the image that shows the correct breastfeeding technique, and images showing the wrong breast-feeding technique.
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA SEI KOPAS KECAMATAN
BANDAR PASIR MANDOGE
OLEH :
NIM : 145102108
SRI RASMIANA SEMBIRING
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Tahun 2015
Abstrak
Latar belakang : Berdasarkan survey demografi dan kesehatan indonesia bahwa angka cakupan ASI eksklusif mencapai 32,3%. Ibu yang memberi ASI eksklusif dan 55% ibu yang menyusui mengalami mastitis, puting susu lecet,dan dapat mengakibatkan bayi bingung puting hal tersebut di sebabkan karena tehnik menyusui yang tidak benar.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tehnik menyusui yang benar
Metodologi : Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. jumlah sampel 32 ibu nifas dengan tehnik total sampling. Tehnik pengumpulan data memberikan kuesioner. Analisa data dengan cara analisa univariat. Lokasi dan waktu penelitian Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge pada bulan November-Juni 2015.
Hasil penelitian : Menunjukkan bahwa 16 responden (50,0%) memiliki pengetahuan kurang, 14 responden (43,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 2 responden (6,2%) memiliki pengetahuan baik.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan mayoritas ibu nifas memiliki pengetahuan kurang tentang tehnik menyusui yang benar. Dilihat dari item pertanyaan, bahwa item yang paling tinggi dijawab benar responden hanya 65,6 % yaitu tentang langkah pertama menyusui dan penyebab tidak menyusui dengan benar. selebihnya 10 item hanya dijawab benar 21,9 % - 50 % tentang cara melepaskan isapan bayi dengan benar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu dengan bayi kembar, posisi menyusui yang sesuai untuk ibu pasca caesar, untuk mengetahui bahwa bayi telah menyusui dengan benar, tehnik memeras ASI yang benar, gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang benar, dan gambar yang menunjukkan tehnik menyusui yang salah.