• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI BERDASARKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU. Wita Solama¹, Pini Alvionita²

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI BERDASARKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU. Wita Solama¹, Pini Alvionita²"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI BERDASARKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

Wita Solama¹, Pini Alvionita²

Program Studi DIII Kebidanan, STIKES ‘Aisyiyah Palembang1,2 witasolama@yahoo.com1

pinialvionita297@gmail.com2 ABSTRAK

Latar Belakang: Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Kegiatan menyusui terlihat sangat mudah, tetapi hal tersebut diperlukan pengetahuan dalam melaksanakan pemberian ASI dengan tepat dan benar. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar pada bayi di Rumah Bersalin Mega Palembang Tahun 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan metode non random probability sampling dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan dan menyusui, dan ibu yang datang membawa bayinya (berobat dan imunisasi) dengan batasan usia 0-2 tahun, berjumlah 35 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 di Rumah Bersalin Mega Palembang. Analisa data yang digunakan analisa univariat. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 32 responden terdapat 8 responden (25%) yang cara menyusuinya baik dan cara menyusui kurang sebanyak 5 responden (15,7%) dan cara menyusui cukup sebanyak 19 responden (59,3%). Dan 21 responden (65,7%) yang berpengetahuan baik, responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden (25%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 responden (9,3%). Sedangkan 19 responden (59,3%) yang bersikap positif, dibandingkan dengan responden yang bersikap negatif sebanyak 13 responden (40,7%). Saran: Diharapkan pada petugas kesehatan untuk dapat melakukan penyuluhan tentang cara menyusui yang benar pada bayi maupun konseling dan praktik menggunakan model (phantom) secara langsung kepada masyarakat agar pengetahuan warga setempat khususnya untuk ibu yang menyusui akan bertambah.

Kata Kunci: Cara Menyusui yang Benar, Pengetahuan, Sikap

ABSTRACT

Background: Breastfeeding is the process of giving milk to the baby or young child and breast milk from the mother’s breast. Breastfeeding activities looks very easy, but it requires knowledge in carrying out breastfeeding properly and correctly. Purpose: To find out the description of mother’s knowledge and attitude about how to breastfeed properly to the baby at the maternity hospital of Mega Palembang in 2020. Method: This study uses a descriptive study with non-random probability sampling method with accidental sampling technique in accordance with the inclusion criteria. The population in this study were mothers who had just given birth and breastfeeding, and mothers who came with their babies (medicine and immunization) with an age limit of 0-2 years, totaled 35 people. The research was conducted in November 2019-January 2020 at Mega Maternity Home Palembang. Analysis data used univariate analysis. Results: The result of this study showed 8 of 32 respondents (25%) breastfeed properly, 5 of 32 respondents (15,7%) breastfeed less properly and 19 of 32 respondents (59,3%) breastfeed sufficiently. 21 respondents (65,7%) had good knowledge, 8 respondents (25%) had enough knowledge, abd 3 respondents (9,3%) had less knowledge. In addition, 19 respondents (59,3%) were positive than 13 respondents (40,7%) were negative. Suggestion: It would be expected to health workers can carry out counseling about how to breastfeed to the baby properly and give counselling and practice using models (phantom) to the people directly so that the knowledge of local residents, especially for the mothers will increase.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, Unites

Nation Childrens Fund (UNICEF) dan

World Health Organization (WHO)

merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutnya sampai anak berumur 2 tahun. Kemudian pemerintah Indonesia merubah rekomendasi lamanya pemberian ASI Eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (Kemenkes RI, 2014).

Dukungan pemberian ASI ini sangat dibutuhkan karena cakupan pemberian ASI yang masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI Eksklusif di dunia yaitu 38%. Menurut WHO, cakupan ASI Ekslusif di beberapa negara ASEAN juga masih cukup rendah antara lain India (46%), Philipina (34%), Vietnam (27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%) (Kemenkes RI, 2014).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia yaitu menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian

makanan tambahan yang sesuai dengan tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui (Kemenkes RI, 2014).

Adanya faktor dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologi menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakir infeksi. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matur (matang). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan alergi (Kemenkes RI,2014).

Beberapa peraturan hukum terkait ASI Ekslusif yaitu undang-undang No 39/2009 tentang kesehatan pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah dan daerah harus mendukung ibu secara penuh dengan menyediakan waktu dan fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan sarana umum. Pasal 200 sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang dengan sengaja

(3)

menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat (2). Ancaman pidana yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus jutah rupiah). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Pada 6 berbunyi “Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Ekslusif kepada bayi yang dilahirkan” (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) hanya 30,2%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif yang terhimpun menurut laporan ASIE di Dinkes Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 mengalami penurunan 2,44% menjadi 61% dibandingkan tahun 2014 sebesar 63,44%, namun demikian telah mencapai target RPJMN 2015 sebesar 39%.

Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan dapat disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan, adanya promosi yang intensif susu formula,

pemantauan sulit dilakukan, pencatatan dan pelaporan yang kurang tepat, masih kurangnya tenaga konselor ASI di lapangan, RS, Klinik Bersalin belum sayang bayi, belum adanya sanksi tegas bagi RS/Klinik Bersalin/Bidan Praktek Swasta yang belum sayang bayi, dan masih banyak RS yang belum melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya, serta masih rendahnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Riskesdas, 2015). Cakupan pemberian ASI Ekslusif untuk Kota Palembang Tahun 2014 sebesar 74.18%. Cakupan ini masih di bawah target pencapaian pemberian ASI Ekslusif Indonesia yaitu 80%. (Dinkes Kota Palembang, 2014).

Menurut penelitian Ifa Sari, dkk (2018) berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,044 < (0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga umur 6 bulan.

Berdasarkan data studi pendahuluan yang diproleh dari RB Mega Palembang, cakupan ibu menyusui pada tahun 2019 dari bulan Januari sampai Oktober ada 65 orang ibu (RB Mega, 2019). Kebanyakan ibu tidak mengerti teknik menyusui yang benar karena berbagai alasan, yaitu ASI tidak banyak keluar, bayi tidak merasa kenyang, dan

(4)

kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Cara Menyusui yang Benar pada Bayi Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Ibu”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai cara menyusui yang benar pada bayi berdasarkan pengetahuan dan sikap ibu. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 di RB Mega Palembang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan dan menyusui, dan ibu yang datang membawa bayinya (berobat dan imunisasi) dengan batasan usia 0-2 tahun berjumlah 35 orang. Penentuan pengambilan sampel dengan

non random sampling secara accidential sampling yaitu yang memenuhi kriteria

inklusi (ibu yang bersedia menjadi responden, ibu yang bisa baca tulis, ibu yang menyusui dan mempunyai bayi 0-2

tahun). Data hasil penelitian didapatkan dengan memberikan kuesioner yang telah disetujui dan diisi oleh responden. Prinsip etik tersebut tercantum pada lembar

informed consent yang tersedia di awal

halaman kuesioner dengan penjelasan bila bersedia responden memberikan tanda tangan pada format yang telah disediakan.

Data hasil penelitian dilakukan pemeriksaan dan pengelompokan sesuai kode selanjutnya dilakukan pengkodean dari hasil jawaban pada kusioner. Hasil pengkodean, selanjutnya entry data kedalam perangkat computer dan dilakukan pemeriksaan kembali untuk meminimalisir kesalahan. Data hasil penelitian yang telah dikoreksi selanjutnya dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu (pengetahuan, sikap, cara menyusui).

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Karateristik variabel hasil penelitian berdasarkan variabel independen dan dependen dapat dilihat dari tabel 1.

(5)

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Independen dan Dependen

No. Variabel Frekuensi Persentase (%)

1 Cara Menyusui  Baik 8 25  Cukup 19 59,3  Kurang 5 15,7 2 Pengetahuan  Baik 21 65,7  Cukup 8 25  Kurang 3 9,3 3 Sikap Ibu  Positif 19 59,3  Negatif 13 40,7 Total 32 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 32 responden terdapat 19 responden (59,3%) yang cara menyusuinya cukup, dibandingkan dengan responden yang cara menyusui baik sebanyak 8 responden (25%), dan cara menyusui kurang sebanyak 5 responden (15,7%). Pada variabel pengetahuan terdapat 21 responden (65,7%) yang berpengetahuan baik, dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden (25%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 responden (9,3%). Pada variabel sikap ibu terdapat 19 responden (59,3%) yang bersikap positif, dibandingkan dengan responden yang bersikap negatif sebanyak 13 responden (40,7%).

PEMBAHASAN

Cara Menyusui yang Benar pada Bayi Berdasarkan tabel 1 bahwa mayoritas ibu yang melaksanakan cara menyusui yang benar dengan kategori cukup sebanyak 19 responden (59,3%), baik sebanyak 8 responden (25%), dan cara menyusui kurang sebanyak 5 responden (15,7%). Hal tersebut dikarenakan jumlah anak yang banyak, usia yang sudah tua, sehingga ibu lebih berpengalaman dalam menyusui meskipun ibu tidak berpendidikan tinggi. Pengetahuan ini banyak didapat ibu karena pengalaman ibu itu sendiri.

Dari kuesioner yang telah diberikan kepada 32 responden yang mempunyai anak 0-2 tahun pada ibu tentang cara menyusui yang benar, pertanyaan tentang

(6)

posisi yang baik pada saat menyusui ada 27 responden (84,3%) yang menjawab benar dan ada 5 responden (15,7%) yang menjawab salah, pertanyaan berikutnya hal yang harus diperhatikan ibu pada saat menyusui ada 15 responden (15,7%) yang menjawab benar, dan yang menjawab salah ada 17 responden (53,1%). Selanjutanya pertanyaan waktu pemberian ASI yang tepat ibu menjawab dengan benar sebanyak 26 responden (81,2%) dan yang menjawab salah sebanyak 6 responden (18,8%). Pada pertanyaan posisi yang baik pada saat ibu menyusui yang menjawab benar sebanyak 25 responden (78,1%) dan ibu yang menjawab salah sebanyak 7 reponden (21,9%).

Pada saat ibu menyusui posisi mulut bayi yang benar yaitu seluruh bagian puting hingga bagian kehitaman masuk ke mulut bayi, ibu menjawab benar 16 responden (50%) dan ibu yang menjawab salah sebanyak 16 responden (50%). Setelah menyusui bayi seharusnya disendawakan terlebih dahulu dengan cara menepuk punggung bayi, sebanyak 17 responden (53,1%) yang jawaban benar dan 15 responden (15,7%) yang jawaban salah. Untuk membuka mulut bayi sebelum menyusui terlebih dahulu menyentil pipi bayi dengan puting, ibu menjawab benar sebanyak 22 responden (68,8%) dan

menjawab salah sebanyak 10 responden (31,2%).

Makanan yang baik untuk memperbanyak produksi ASI yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Seluruh ibu yang menjadi responden menjawab benar 32 responden (100%). Kebanyakan reponden menjawab salah pertanyaan tindakan sebelum menyusui bayi harus mengeluarkan sedikit air susu lalu dioleskan pada daerah puting dan sekitarnya untuk mencegah lecet. Hal ini dikarenakan ibu kurang mengetahui tindakan yang harus dilakukan sebelum menyusui bayi. Begitu juga pada responden yang kebanyakan menjawab benar pada pertanyaan posisi yang nyaman pada saat ibu menyusui yaitu ibu duduk/tidur senyaman mungkin. Hal ini dikarekan posisi yang nyaman dapat mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muliawati (2012), pelaksanaan teknik menyusui bayi tunggal di RB MTA semanggi Surakarta. Sampel pada penelitian ini berjumlah 37 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu berpengetahuan kurang sebanyak 20 responden (54%), 15 responden (41%)

(7)

dengan hasil cukup, dan 2 reponden (5%) ibu dapat melakukan teknik menyusui bayi tunggal dengan baik di Rumah Bersalin MTA Semanggi Surakarta pada bulan April 2011.

Teknik menyusui adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui: duduklah dengan posisi yang enak dan santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan, gunakan bantal untuk mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jau dari payudara ibu (Yuli, 2014).

Cara menyusui yang benar adalah ibu harus menyiapkan mental dan fisik. Minum air putih dan makan terlebih dahulu, jangan menyusui dalam keadaan lapar dan haus. Setelah itu, siapkan tempat yang nyaman bagi ibu dan bayi. Setelah menyiapkan diri dan tempat, cuci bersih dahulu tangan sebelum menggendong bayi. Setelah itu lepaskan penutup payudara pada kedua sisinya. Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu memperkuat refleks menghisap bayi (Lentera Impian, 2010).

Dari hasil penelitian, teori dan penelitian terkait maka peneliti berasumsi bahwa ibu yang menjawab salah pada pertanyaan tentang posisi yang baik pada

saat menyusui yang benar dikarenakan kurangnya pemahaman ibu, yang akan berakibat tidak optimalnya pengeluaran ASI sehingga saluran ASI bisa tersumbat jika tidak mengalami pengosongan dengan baik. Pada pertanyaan hal yang harus diperhatikan ibu pada saat menyusui bayinya yang menjawab salah dikarenakan ibu menganggap sepeleh dan mengabaikan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat ibu menyusui seperti jangan sampai hidung bayi tertutup payudara yang akan mengakibatkan bayi tidak bisa bernafas hanya karena kesalahan dalam teknik menyusui. Selanjutnya ibu yang menjawab salah pada pertanyaan cara memberikan ASI yang benar dikarenakan jumlah anak yang sedikit, ibu beranggapan bahwa bayi tidak kenyang, sehingga ibu memberikan ASI semau ibu yang mengakibatkan bayi kurang optimal dalam mendapatkan nutrisi, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat.

Pada pertanyaan posisi yang nyaman pada saat ibu menyusui yang menjawab salah dikarenakan kurangnya pengalaman ibu dalam menyusui bayi, dampak dari posisi yang tidak nyaman dalam menyusui membuat ibu cepat lelah dalam menyusui dan membuat bayi tidak efektif dalam menyusu karena berada pada posisi tidak nyaman. Selanjutnya pada

(8)

pertanyaan saat ibu menyusui posisi mulut bayi yang benar ibu menjawab salah dikarenakan ibu masih belum memperhatikan pentingnya posisi mulut bayi pada saat menyusu yang benar, yang berakibat pada lecetnya puting susu yang menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Pada pertanyaan setelah menyusui bayi seharusnya desendawakan terlebih dahulu yang menjawab salah dikarenakan ibu menghawatirkan terganggunya tidur bayi sehingga ibu tidak menyendawakan bayi, padahal bayi yang tidak sendawakan setelah menyusu akan menyebabkan perut bayi begah dan bayi gumoh. Kalau dia begah menjadikan bayi rewel dan tidak mau menyusu.

Pada pertanyaan untuk membuka mulut bayi sebelum menyusui terlebih dahulu menyentil mulut bayi dengan puting yang menjawab salah dikarena ibu tidak mengetahui bahwa tindakan tersebut untuk menimbulkan rangsangan pada bayi untuk menyusu, yang mengakibatkan bayi enggan menyusu. Pertanyaan selanjutnya sebelum menyusui bayi mengoleskan puting dan sekitarnya dengan ASI terlebih dahulu yang menjawab salah dikarenakan

ibu tidak mengetahui tindakan sebelum menyusui yang benar, akibatnya seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan sebagainya.

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui yang Benar

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa mayoritas ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 responden (65,7%), hal tersebut dikarenakan bertambahnya pengetahuan ibu dimana informasi yang ibu dapat bisa melalui berbagai sumber seperti mendengarkan TV, radio, atau ada penyuluhan tentang cara menyusui yang benar. Sedangkan ibu dengan kategori berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden (25%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 responden (9,3%). Hal ini dikarenakan pengetahuan ibu yang rendah dan kurangnya pengalaman dalam menyusui bayi.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada 32 reponden yang mempunyai anak 0-2 tahun. Dari pendataan yang didapat ada sebanyak 29 responden (90,7%) yang menjawab benar dan sebanyak 3 responden (9,3%) yang menjawab salah tentang makna dari kata ASI. Manfaat dari memberikan ASI agar

(9)

bayi mendapat cukup gizi, sehat dan cerdas, ibu yang menjawab benar sebanyak 27 responden (84,3%) dan ibu yang menjawab salah sebanyak 5 responden (15,7%).

Untuk usia 0-6 bulan makanan yang terbaik bagi bayi yaitu cukup ASI saja, ibu yang menjawab benar sebanyak 26 reponden (81,2%) dan yang menjawab salah sebanyak 6 responden (18,8%). Ibu yang menjawab benar tentang pengertian ASI Eksklusif sebanyak 27 responden (84,3%) dan ibu yang menjawab salah sebanyak 5 responden (15,7%). Adapun manfaat dari pemberian ASI Eksklusif salah satunya untuk mencegah terjadinya diare pada bayi, ibu yang menjawab benar berjumlah 32 reponden (100%).

Selanjutnya bayi yang diberi ASI Eksklusif tidak mudah sakit dibandingkan yang tidak diberikan ASI Eksklusif, dari 32 responden ada 29 responden (90,7%) yang menjawab benar dan sebanyak 3 reponden (9,3%) yang menjawab salah. Berat badan yang bertambah secara signifikan menandakan bahwa bayi tersebut cukup ASI, didapatkan 19 responden (59,3%) yang menjawab benar dan 13 responden (40,7%) yang menjawab salah.

Salah satu masalah yang sering terjadi pada saat menyusui bayi adalah bayi enggan menyusu, dari 32 reponden ibu

yang menjawab benar berjumlah 30 responden (93,8%) dan yang menjawab salah berjumlah 2 responden (6,2%). Pada pengetahuan ibu menyusui yaitu kebanyakan responden menjawab pertanyaan bahwa pemberian ASI saja pada usia dua tahun. Hal ini dikarenakan pengetahuan ibu yang rendah tidak mengetahui bahwa akibat dari memberikan ASI saja pada usia dua tahun dapat mengganggu tumbuh kembang bayi. Sedangkan pada reponden yang kebanyakan menjawab benar pada pertanyaan waktu yang tepat dalam memberikan ASI pada saat bayi membetuhkan. Hal ini dikarenakan ibu sudah mengetahui bahwa perut bayi belum bisa menyimpan makanan yang banyak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muliawati (2012), pelaksanaan teknik menyusui bayi tunggal di RB MTA semanggi Surakarta. Sampel pada penelitian ini berjumlah 37 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu berpengetahuan kurang sebanyak 20 responden (54%), 15 responden (41%) dengan hasil cukup, dan 2 reponden (5%) ibu dapat melakukan teknik menyusui bayi tunggal dengan baik di Rumah Bersalin MTA Semanggi Surakarta pada bulan April 2011.

(10)

Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Pariani (2001) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang rendah/ kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang. Remaja mendapatkan pengetahuan lebih banyak dari pendidikan formal, namun orang dewasa cenderung mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya. Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini di dapatkan beberapa orang yang sudah dewasa dan berpendidikan rendah namun mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara menyusui bayinya.

Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dari pertanyaan singkatan kata ASI yang menjawab salah dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak paham singkatan kata ASI. Pada pertanyaan Manfaat dari memberikan ASI agar bayi mendapat cukup gizi, sehat dan cerdas, ibu yang menjawab salah dikarenakan maraknya iklan tentang sufor dan minimnya pengetahuan tentang manfaat ASI yang membuat ibu berpendapat bahwa ASI kurang baik untuk bayi, padahal ASI adalah makanan yang tebaik untuk bayi.

Selanjutnya pada usia berapa memberikan ASI saja yang menjawab salah karena ibu mengatakan bahwa bayi masih kelaparan sehingga ibu memberikan makanan lain selain ASI, akibatnya bayi bisa mencret karena lambung bayi belum siap menerima makanan selain ASI. Pada pertanyaan makanan yang baik bagi bayi 0-6 bulan yang menjawab salah karena ibu menganggap bahwa selain ASI ada juga susu formula yang baik untuk bayinya, akibatnya bayi bisa terkena gangguan pencernaan atau alergi. Waktu yang tepat untuk memberikan ASI pada bayi yang menjawab salah dikarenakan ibu berpikir bahwa jika bayi tidak menangis berarti tidak lapar, padahal baiknya memberikan ASI tiap 2 jam atau pada saat bayi

(11)

membutuhkan, akibatnya bayi menjadi kuning, kurang nutrisi dan tumbuh kembang menjadi terhambat.

Pernyataan yang benar tentang ASI Eksklusif ibu yang menjawab salah karena ibu tidak mengetahui bahwa manfaat jika bayi diberikan ASI Eksklusif salah satunya menjadikan sistem imun bayi lebih baik, jika bayi tidak diberikan ASI Eksklusif sistem imunnya tidak sebaik bayi yang diberikan ASI Eksklusif sehingga bayi jadi gampang sakit. Pada pertanyaan tanda bayi cukup ASI yang menjawab salah karena ibu menganggap bahwa tanda bayi cukup ASI yaitu tidak sering menangis saja padahal bayi yang jarang menangis belum tentu ASI-nya cukup bisa jadi bayi tersebut sakit.

Pada pertanyaan masalah yang sering terjadi pada saat ibu menyusui yang menjawab salah dikarenakan ibu mengganggap tidak ada kesalahan dalam menyusui, kalau bayinya tidak mau menyusu berarti bayi tersebut belum lapar. Adapun kesalahan dalam menyusui seperti pengosongan payudara yang tidak sempurna, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan maka akan terjadi bendungan ASI.

Gambaran Sikap Ibu tentang Cara Menyusui yang Benar

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa mayoritas ibu yang bersikap positif terdapat 19 responden (59,3%). Hal ini dikarenakan adanya respon positif yang dilakukan oleh ibu, dan ibu yang bersikap negatif sebanyak 13 responden (40,7%) dikarenakan kurangnya respon ibu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aini (2011) tentang Sikap ibu primipara dalam pemberian ASI kepada balita usia 0-24 bulan di Desa Sumber anyar Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden bersikap negatif dalam pemberian ASI kepada balita yaitu sebanyak 59 responden (63,4%) dan hanya sebagian kecil responden bersikap positif dalam pemberian ASI kepada balita yaitu sebanyak 34 responden (36,6%). Dalam penelitian ini sikap ibu primipara kurang memperhatikan dalam mencuci tangan sebelum menyusui, kurangnya memperhatikan posisi yang baik dalam menyusui dan cara melepaskan puting susu dari mulut bayi. Pemahaman terhadap latar belakang sosial, budaya, agama, dan pendidikan seseorang akan lebih memudahkan dalam mengenal sikap apa yang mendasarinya.

(12)

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi, dan sebagainya (Ahmadi, 2000).

Sikap dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif. Dari hasil penelitian, teori dan penelitian terkait maka peneliti berasumsi bahwa ibu yang bersikap positif tentang cara menyusui yang benar dikarenakan pengalaman dan faktor lingkungan, teman, media (iklan, buku, brosur), informasi dari petugas kesehatan.

Interaksi langsung antara ibu-ibu memungkinkan mereka untuk saling berbagi pengalaman terkait dengan menyusui. Ibu yang telah memiliki pengalaman menyusui sebelumnya cenderung akan berbagi pengalaman mereka tentang teknik menyusui kepada ibu yang belum memiliki pengalaman sama sekali, sehingga ibu lebih terarah dan termotivasi untuk menyusui secara benar.

Dan ibu yang bersikap negatif tentang cara menyusui yang benar dikarenakan kurang pengaruh dari lingkungan masyarakat sekitar atau pengaruh dari orang sekitarnya dan meniru ibu-ibu yang lain. Hal tersebut terjadi

karena di pengaruhi faktor dari usia ibu primipara yang masih muda, belum pengalaman dalam hal menyusui sebab baru memiliki anak pertama dan faktor emosional dalam menyusui karena belum bisa menerima kenyataan sudah memiliki anak.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Cara menyusui yang benar dengan kategori cukup sebanyak (59,3%), baik sebanyak (25%), dan cara menyusui kurang (15,7%).

2. Pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dengan kategori baik sebanyak (65,7%), cukup sebanyak (25%), dan pengetahuan kurang sebanyak (9,3%).

3. Sikap tentang cara menyusui yang benar dengan kategori positif sebanyak (59,3%) dan negatif sebanyak (40,7%). Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar masih dalam kategor cukup, sehingga RB Mega diharapkan dapat melakukan penyuluhan dan memperaktikkannya secara langsung tentang cara menyusui yang benar pada bayi maupun konseling secara langsung kepada masyarakat agar pengetahuan

(13)

warga setempat khususnya untuk ibu yang menyusui akan bertambah. Hal ini ditujukan agar masyarakat mempunyai

pandangan yang benar mengenai cara menyusui yang benar pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (2015). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2015. Diakses pada

dinkes.SumselProv.go.id/download.php?file=PROFILKESEHATAN2015.pdf

Dinas Kesehatan Kota Palembang (2014). Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2014. Diakses pada http://www.dinkes.palembang.go.id.pdf

Kemenkes RI (2016). Pusat Data dan Informasi Tahun 2016. Diakses pada http://www.kemenkes.go.id.pusat-data-dan-informasi-2-16.pdf

Muliawati S (2012). Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. Diakses pada https://www.scribd.com/document/330696481/Artikel

Nur Luthfiah, A (2010). Hubungan antara Sikap Ibu Primipara dalam Pemberian ASI

dengan Teknik Menyusui yang Benar pada Balita Usia 0-24 Bulan. Diakses pada

https://r.search.yahoo.com

RB Mega Palembang. (2020). Rekam Medik.

Roesli, Utami. (2011). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

Rohim A. (2012). Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan Terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian Susu Formula pada Bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi. Kuesioner. USU.

Rukiyah Yeyeh Ai, dan Yulianti Lia. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media

Salmah, Ummu, dkk. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian PASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Christina Martha Tiahahu Ambon Tahun 2013. Jurnal. UNHAS Makassar

Susanto, Hery, dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Susu Formula pada Bayi yang Dirawat di Ruang Nifas RSUP Prof. Dr R.D Kandou Manado. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado

(14)

Walyani Siwi Elisabeth. (2015). Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The dominant clay mineral in tropical Javan soils is ka.olinite, while the subtropical soils of okinawa are dominated by an association of illite and.. halloysite

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

DIVISI ENGINEERING 12 Selasa, 28 Jan 2014 Mengecek surat armada bus Mengetahui jenis-jenis surat yang harus dibawa oleh supir bus rosalia indah 13 Rabu, 29 Jan

Penelitian yang dilakukan oleh Novianingsih Budiman yang berjudul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Internet Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

kan?”Katanya.”I,,iya,kamu kok bisa tahu nama aku?”Tanyaku heran.”Kenalin,aku Ryu Natsu murid di kelas 2-D,kamu pasti heran kenapa aku bisa kenal sama

Sebanyak 7% responden kepala keluarga masuk dalam kategori tidak setuju karena mereka beranggapan banyak masyarakat saat ini yang sudah tidak peduli dengan kebudayaan

Typo II dlpakal sobagal wodah larutan dalan air yang didapar dongan pH loblh koell dan 7; ^uga sobagal wadah larutan dalan ninyak dan wadah