• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS RAHMANIA ST PROGRAM STUDI PIAS TUG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS RAHMANIA ST PROGRAM STUDI PIAS TUG (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PERTAMA MATAKULIAH PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT DISUSUN OLEH : RAHMANIA, ST

SOAL I

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI)

I. Pendahuluan

Dasar terbentuknya Program PNPM mandiri yaitu untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Program PNPM Mandiri terbentuk sejak tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan mengenai mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan sehingga masyarakat miskin tersebut bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.

II. Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :

1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Tujuan Umum

PNPM Mandiri bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan Khusus

1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses

pengambilankeputusan dan pengelolaan pembangunan;

2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel;

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor); 4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya

(2)

5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya;

6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal; dan

7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

III. Prinsip Dasar dan Pendekatan

PNPM Mandiri menekankan pada prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya;

2. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola;

3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya;

4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung;

5. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan;

6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan;

7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin;

8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administrative;

9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas;

10.Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerja sama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan; 11.Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan

kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan; dan

12.Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

PNPM Mandiri melakukan pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan: 1. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan,

dan pengendalian program;

2. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal;

3. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif;

4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis; dan

5. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.

(3)

Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut: 1. Pengembangan Masyarakat

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai.

Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya. 2. Bantuan Langsung Masyarakat

Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulant keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.

3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal

Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program

Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi:

1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat karya;

2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini;

3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs; dan

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

IV.Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan.

Tahap pelaksanaan kegiatan, pencairan atau pengajuan dana, pengerahan tenaga kerja, pengadaan barang/jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan yang dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat, bertanggung jawab dalam realisasi fisik, keuangan, serta administrasi kegiatan/pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana.

Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola, apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat, dan tenaga ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas teknis terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Dalam proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan harus diperhatikan prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka, adil, dan bertanggung jawab

Pengendalian

(4)

dan memastikan bahwa dana digunakan sesuai dengan tujuan program. Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul. Sedangkan tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional, yang perlu ditempuh berdasarkan hasil pemantauan dan pengawasan, seperti antara lain koreksi atas penyimpangan kegiatan, akselerasi atas keterlambatan, klarifikasi atas ketidakjelasan, dan sebagainya, untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan kegiatan.

Untuk mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM Mandiri, system pemantauan dan pengawasan yang dilakukan meliputi:

1. Pemantauan dan pemeriksaan partisipatif oleh masyarakat, yaitu keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pemeriksaan dari mulai perencanaan partisipatif tingkat desa hingga kabupaten/kota dan pelaksanaan PNPM Mandiri;

2. Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah, yaitu kegiatan yang dilakukan secara berjenjang dan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan PNPM Mandiri dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku dan dana dimanfaatkan sesuai dengan tujuan program;

3. Pemantauan dan pengawasan oleh Konsultan dan Fasilitator, yaitu bentuk pemantauan dan pengawasan oleh konsultan akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional, regional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan memanfaatkan sistem informasi pengelolaan program dan kunjungan rutin ke lokasi program. Pengawasan melekat juga dilakukan oleh fasilitator dalam setiap tahapan pengelolaan program dengan maksud agar perbaikan dan penyesuaian pelaksanaan program dapat dilakukan dengan segera;

4. Pemantauan independen oleh berbagai pihak lainnya, yaitu PNPM Mandiri membuka kesempatan bagi berbagai pihak, antara lain, LSM, universitas, wartawan yang ingin melakukan pemantauan secara independen terhadap PNPM Mandiri dan melaporkan temuannya kepada proyek atau instansi terkait yang berwenang; dan

5. Kajian Keuangan dan Audit, yaitu untuk mengantisipasi dan memastikan ada atau tidaknya penyimpangan penggunaan dana, maka Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) sebagai embaga audit milik pemerintah akan melakukan pemeriksaan secara rutin di beberapa lokasi yang dipilih secara acak. Sedangkan mekanisme pemantauan lebih lanjut diatur dalam pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri.

Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

Prinsip pengelolaan pengaduan masyarakat adalah berjenjang yaitu penanganan pengaduan mulai pada tingkat yang terdekat dengan lokasi pengaduan, agar penanganan dilakukan sesegera dan sedekat mungkin dari lokasi pengaduan. Untuk memastikan pengaduan masyarakat ditangani maka dibentuk Sistem Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (SPPM) PNPM Mandiri secara berjenjang yang dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait di berbagai tingkatan, termasuk aparat pengawasan fungsional (APF) dan aparat penegak hukum (APH). SPPM juga bertanggung jawab untuk memberikan informasi baik kepada pelapor maupun masyarakat luas mengenai tindakan penyelesaian yang diambil dan hasilnya. Mekanisme SPPM lebih lanjut akan diatur dalam pedoman pelaksanaan SPPM.

Evaluasi

Evaluasi program bertujuan untuk menilai kinerja pelaksanaan, manfaat, dampak, dan keberlanjutan kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka PNPM Mandiri terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Kegiatan evaluasi dilakukan secara rutin dan berkala, baik oleh pengelola program maupun pihak independen seperti antara lain LSM, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sebagainya. Kegiatan evaluasi ini perlu disusun secara sistematis, obyektif, dan transparan. Kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan, hasil pengawasan, dan pengaduan dari berbagai pihak. Mekanisme evaluasi lebih lanjut dengan pedoman pelaksanaan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri.

Pelaporan

(5)

Mandiri. Sistem dan mekanisme pelaporan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis operasional masing-masing program.

V. Kelembagaan

Kelembagaan PNPM Mandiri pada hakekatnya bertujuan untuk penguatan terhadap hak kepemilikan dan memberi kesempatan yang sama bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian tujuan PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan pendamping, serta masyarakat baik di pusat maupun daerah.

Kelompok-kelompok masyarakat yang sudah ada dapat menjadi pemanfaat, pelaksana, atau pengelola kegiatan PNPM Mandiri.

Sumber :

1. www.pnpm-mandiri.org; 2. www.p2kp.org;

3. http://tkpkri.org;

4. http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan; 5. www.bappenas.go.id;

6. www.p2dtk.bappenas.go.id. 7. http://www.kabarindonesia.com;

Vidio pelaksanaan PNPM mandiri di Kantor Desa Cahaya Marga Kecamatan Pulumutan Selatan

(6)

SOAL II

KEGAGALAN SANITASI MANDIRI (SANIMAS)

Dalam pencapaian target Millennium Develop ment Goals (MDGs) tahun 2015, mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman berbasis masyarakat dan juga mengedepankan pendekatan tanggap kebutuhan. Dengan harapan pada tahun 2015, tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses untuk memperoleh air minum dan pelayanan prasarana air limbah sebagai kebutuhan dasar hidup manusia.

Sebagai sebuah program penyediaan sarana dan prasarana berbasis masyarakat, yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku, pengambil keputusan, dan penanggung jawab mulai dari identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan kegiatan dilakukan, menjadi suatu masalah yang menarik untuk diteliti, dimana unsur kebersamaan masyarakat menjadi keberlanjutan program ini.

Sanitasi Oleh Masyarakat atau lebih dikenal dengan SANIMAS merupakan salah satu opsi program untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan berbasis masyarakat. Program SANIMAS ini telah berlangsung sejak tahun 2003, merupakan inisiatif kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia melalui Australian International Agency for International Development (AusAID) dan Water and Sanitation Program (WSP) World Bank. Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA), bersama mitra LPTP, BEST, BALIFOKUS, YIS dan LPKP, sebagai executing agency.

Video program Sanimas

http://www.youtube.com/watch?v=EFhYOkyDxWc http://www.youtube.com/watch?v=ILC0nkLrBCg

Tahap-tahap pelaksanaan program adalah sebagai berikut:

 Pertama, kota/kabupaten diundang untuk mengikuti acara multi-city seminar atau seminar multi-kota/ kabupaten. Dalam seminar tersebut dijelaskan tentang pentingnya penanganan masalah sanitasi, terutama di lingkungan masyarakat berpenduduk padat dan miskin di kawasan perkotaan, sanitasi menjadi tanggung jawab semua pihak, garis besar program SANIMAS termasuk prinsip dan tahap-tahap pelaksanaan SANIMAS dan pendanaannya, peran berbagai pihak dalam pelaksanaan SANIMAS, serta jangka waktu implementasi. Sekembali dari seminar, pemerintah kota/ kabupaten yang berminat harus mengirimkan surat minat ke Departemen PU, untuk kemudian dilakukan penandatanganan kesepakatan MoU.

 Kedua, pemerintah kota/kabupaten yang sudah menandatangani MoU kemudian mengirimkan tenaga fasilitator dari Dinas Penanggung jawab dan wakil masyarakat untuk mengikuti Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) selama satu minggu bersama dengan TFL dari kota/kabupaten lain. Se lama- pelatihan, mereka diberi pembekalan berupa pengetahuan dan keterampilan untuk memfasilitasi masyarakat dalam penerapan SANIMAS.

(7)

masyarakat bisa menilai sendiri kemampuannya kemudian berdasarkan nilai yang ada sudah bisa ditentukan sendiri pemenangnya dengan sistem ranking. Model seleksi ini dilakukan dengan cara transparan dan adil dalam sebuah pertemuan dengan para wakil masyarakat. Hasil dari seleksi kemudian disepakati dengan penandatanganan Berita Acara oleh semua stakeholder yang hadir dalam pertemuan tersebut.

 Keempat, tahap berikutnya adalah penyusunan dokumen rencana kerja masyarakat atau disingkat RKM, yang dilakukan secara partisipatif. Masyarakat diberikan ruang seluas mungkin untuk mengambil keputusan untuk menangani sanitasinya sendiri. Kegiatan ini dimulai dari penentuan calon penerima manfaat program, pemetaan wilayah pelayanan, pemilihan sarana teknologi sanitasi, penyusunan detailed engineering design (DED), penyusunan rencana anggaran dan belanja (RAB), penentuan kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengguna, penentuan dan kesepakatan iuran baik untuk pembangunan maupun operasional dan perawatan, serta legalisasi dokumen RKM.

 Kelima, adalah tahap konstruksi dan capacity building dimana pada tahap ini mulai dilakukan pelatihan-pelatihan kepada KSM sebagai penanggung jawab pekerjaan pembangunan, pelatihan-pelatihan tukang dan mandor, persiapan pekerjaan konstruksi, pengadaan barang, pengawasan kualitas barang dan kualitas pekerjaan, pengerahan tenaga kerja, keamanan selama pekerjaan konstruksi, sampai komisioning bangunan serta keuangan dan kelembagaan. Setelah semua pekerjaan pembangunan selesai, juga diberikan pelatihan operasional dan pemeliharaan kepada KSM, operator dan masyarakat pengguna agar masyarakat tahu cara-cara penggunaan fasilitas sanitasi dengan benar dan operator bisa merawat dengan baik agar bangunan aman dan tahan lama, serta KSM tahu tanggung jawab yang harus diemban selama masa operasional dan pemeliharaan sarana sanitasi ini, terutama mengelola iuran masyarakat pengguna.

 Keenam, adalah dukungan untuk operasional dan pemeliharaan sarana SANIMAS. Agar sarana sanitasi yang telah dibangun tersebut benar-benar berkelanjutan (sustainable) maka perlu dukungan terhadap KSM maupun masyarakat dan operator. Selama masa ini, dilakukan kegiatan monitoring kualitas effluent agar diketahui secara terus menerus kualitas limbah cair rumah tangga yang dibuang ke sungai sudah benar-benar memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan. Monitoring juga dilakukan terhadap aspek keuangan (iuran pengguna) serta keberadaan dan fungsi KSM sebagai pengelola. Dukungan juga bias dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dan institusi terkait dengan bentuk pemberian insentif kepada masyarakat yang mengelola limbahnya sendiri.

Sumber :Kisah Sukses Sanimas di Indonesia

Contoh kasus

PEMBANGUNAN Mandi Cuci Kakus (MCK) oleh Pemerintah Kota (pemkot) Ambon yang ditangani Dinas Tata Kota Ambon di sejumlah lokasi di Kota Ambon dinilai mubazir. Betapa tidak, pembangunan MCK plus sebagai implementasi dari penanganan sanitasi di kota manise ini yang menggunakan dana hibah dari Pemerintah Pusat tidak dinikmati oleh masyarakat.

Pembangunan MCK Plus di Kota Ambon menghabiskan anggaran sebesar Rp. 1,2 milyar dibeberapa wilayah di Kota Ambon yakni Kelurahan Rijali dan Pandang Kasturi Kecamatan Sirimau, Kelurahan Urimessing dan Kelurahan Nusaniwe Kecamatan Nusaniwe, Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan dan Desa Wayame Kecamatan Teluk Ambon Baguala. MCK Plus-plus yang terbilang mewah itu mestinya sudah harus difungsikan setelah pada Awal April 2013 lalu ditinjau langsung oleh Walikota Ambon.

(8)

Akibat tidak difungsikan, lanjutnya, MCK mewah yang bernilai puluhan hingga ratusan juta itu dalam kondisi tidak terawat. Diungkapkan, MCK Plu-plus tersebut belum diserahkan kepada Kelurahan Rijali untuk selanjutnya difungsikan.

Ditempat terpisah Kepala Dinas Tata Kota Ambon, M. Novel Masuku saat dihubungi terkait belum difungsikannya MCK plus-plus, menandaskan, akan segera memanggil Panitia Pembuat Komitmen PPK untuk diminta keterangan.

Ditandaskan, MCK Plus-plus tersebut mestinya sudah harus difungsikan dan diserahkan kepada desa/kelurahan dan negeri untuk difungsikan. “Saya akan segera panggil PPK untuk menjelaskan MCK itu belum difungsikan. Saya baru tahu dari wartawan jika MCK ada yang belum difungsikan dan diserahkan kepada masyarakat untuk dikelola,” ujarnya.

Dikatakan, MCK Plus-plus itu dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang seperti air dan listrik dan segera dikoordinasikan dengan PPK untuk membenahi kekurangan yang ada sehingga MCK tersebut dapat dimanfaatkan warga. Menyingung soal keberadaan MCK yang dibangun di lokasi-lokasi yang kurang strategis, Masuku mengatakan, penetapan lokasi pembangunan MCK Plus-plus tersebut berdasarkan kajian dengan melibatkan unsur desa. (CR2)

SUMBER : http://rakyatmaluku.com/ambonesia/pembangunan-mck-rp12-miliar-mubazir

Dari contoh kasus diatas pembangunan MCK plus yang terjadi kota ambon belum mengacu pada tahap pelksanaan program Sanimas. Penetapan lokasi merupakan hal yang penting dalam melaksanakan program ini. Terkadang penetapan lokasi yang diajukan tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Selain itu perencanaan pembangunan yang ada tidak disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sehingga terjadi mubazirnya anggaran. Pengawasan dari pihak terkait perlu dilakukan secara rutin agar pelaksanaan dapat sesuai dengan time scedule yang ditetapkan.

Adapun Kendala yang umumnya masih terus menerus diperdebatkan yang dapat menimbulkan kegagalan dari program sanimas antara lain :

1. Pemahaman konsep partisipatif, masih banyak yang beranggapan bahwa pendekatan partisipatif tidak boleh dibuat- target waktu. Memang banyak pihak ber- pandangan seperti itu, sehingga SANIMAS tidak bisa digolongkan kedalam pendeka- tan partisipatif. Banyak kalangan yang tidak mengerti bahwa partisipatif untuk masyarakat perkotaan esensinya adalah dialog.

2. Pendanaan, sebenarnya SANIMAS meng- kombinasikan antara pendekatan pember- dayaan dan pendanaan dari berbagai stakeholder, terutama pemerintah karena permasalahan sanitasi sampai hari ini adalah merupakan tanggung jawab publik. Memang kegiatan pemberdayaan butuh waktu lama, namun penggunaan dana publik (pemerintah) juga harus sesuai dengan aturan penganggaran. Oleh karena itu, SANIMAS harus mengkombinasikan dua pendekatan tersebut, sehingga sering terjebak pada kegiatan yang berbasis ang- garan, meski harus terus diupayakan bahwa aspek pemberdayaan masyarakat tidak bisa dilupakan. Karena dengan melu- pakan proses pemberdayaan masyarakat maka sistem SANIMAS tidak akan sustainable.

(9)

menjadi 2 tahun anggaran (multi-year budgeting). Tetapi aspek terpenting sebetulnya adalah menjaga semangat masyarakat yang baru saja menjadi “pemenang” lokasi. Untuk mulai membangun SANIMAS dibutuhkan energi dan keswadayaan masyarakat yang juga lebih tinggi lagi, maka me- manfaatkan moment semangat masya- rakat adalah sangat penting apalagi me nyangkut masalah sanitasi yang tidak pernah menjadi prioritas masyarakat.Jangankan bagi masyarakat, bahkan Pemerintah Daerah pun tidak meletakkan sanitasi menjadi prioritas pembangunan nomor satu. 4. Kondisi budaya masyarakat setempat juga menimbulkan beberapa permasala - han pada saat

Referensi

Dokumen terkait

Rekapitulasi DataTes Awal dan Test Akhir Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Diafragma dengan Push Up ) ... Rekapitulasi DataTes Awal dan Tes

Upah dasar yang lebih rendah dengan beberapa dasar yang lebihluas, insentif yang lebih lama untuk tenaga kerja beresiko. Upah kompetitif, peningkatan insentif hasil tahunan

Dengan demikian, penggunaan alat peraga Dadu Angka dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak kelompok B

Omah Silver memiliki tujuan untuk lebih meningkatkan kembali perekonomian melalui potensi nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh Kotagede yang merupakan bagian

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok nelayan telah bekerjasama dengan pihak pemerintah dalam hal ini dinas kelautan dan perikanan untuk menjaga kebersihan pulau