BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian. Menurut Workbook level 1 Global Association of Risk Professionals- Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2005) risiko didefinisikan sebagai “Chance of bad outcome” yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan , yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya.
Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif pada pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari namun dapat dikelola dan dikendalikan. Risiko ini haruslah dikelola sedemikian rupa untuk dapat diminimalisir potensi terjadinya.
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen Resiko Reputasi
1. Pengertian
Menurut regulasi, resiko reputasi adalah resiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan para pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank syariah. Resiko ini timbul antara lain karena adanya pemberitaan madia dan/atau rumor mengenai bank syariah yang bersifat negatif, serta adanya strategi kommunikasi bank syariah yang kurang efektif.1
Adimarwan Karim (2004) menyatakan bahwa hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap reputasi antara lain manajemen, pemegang saham, pelayanan yang disediakan, penerapan prinsip-prinsip syariah, dan publikasi. Apabila manajemen dalam pandangan para pemangku kepentingan dinilai baik, resiko reputasi menjadi rendah. Begitupun perusahaan dimiliki oleh pemegang saham kuat, maka resiko reputasi juga rendah. Resiko reputasi menjadi tinggi ketika pelayanan kurang baik. Penerapan prinsip-prinsip syariah haruslah dilaksanakan secara konsekuen agar tidak timbul penilaian negatif terhadap penerapan sistem syariah yang dapat mengakibatkan timbulnya publikasi negatif sehingga akan menaikan tingkat resiko reputasi.
Kegagalan manajemen resiko reputasi dapat menimbulkan penarikan besar-besaran dana pihak ketiga, menimbulkan masalah liquiditas, ditutupnya bank oleh otoritas, dan bahkan bisa mengalami kebaangkrutan. Oleh karena itu, tujuan utama manajemen resiko reputasi adalah untuk mengantisipasi dan meminimalkan dampak kerugian dari resiko reputasi bank syariah. Resiko reputasi dalam bisnis dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis bank syariah yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kejadian-kejadian yang telah merugikan reputasi bank syariah, misalnnya pemberitahuan negatif di media masa, pelanggaran etika bisnis, daan keluhan nasabah.
b. Hal-hal lain yang menyebabkan resiko reputasi, misalnya kelemahan-kelemahan pada tata kelola, budaya perusahaan, dan praktik bisnis bank syariah.
2. Resiko inhern
Resiko inhern merupakan resikoyang melekat pada kegiatan bisnis bank syariah, baik yang dapat dikualifikasikan maupun tidak, yang berpotensi memengaruhi posisi keuangan bank. Tabel dibawah ini menjelaskan parameter/indikator penting resiko reputasi.
N O
Resiko Inheren Parameter/indikator keterangan
1 Pengaruh reputasi dari pemilik bank dan perusahaan terkait negatif dari pemilik bank dan atau perusahaan terkait dengan bank syariah merupakan saalah satu faktor yang dapat menyebabkan peningkatan resiko reputasi pada bank syariah.
2 Pelanggaran etika bisnis
Pelanggaran etika terlihat antara lain melalui hal-hal sebagai berikut:
a. Transparansi informasi keuangan
b. Kerja sama bisnis dengan para pemangku kepentingan lainya.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan apabila bank syariah melakukan pelanggaran terhadap etika/norma-norma bisnis yang berlak secara umum.
3 Kompleksitas produk daan kerja sama bisnis bank syariah
a. Jumlah dan singkat penggunaan nasabah atas produk bank syariah yang kompleks/
b. Jumlah dan materialitas kerja sama bank syariah dan mitra bisnis.
Produk yang kompleks dan kerjasama dengan mitra bisnis dapat terekspos pada resiko reputasi apabila terdapat kesalahpahaman penggunaan produk/jasa atau pemberitaan negatif pada mitra bisnis, antara lain pada produk
bancaassurance dan
reksadana. 4 frekuensi a. Frekuensi dan materialitas
pemberitaan.
b. Jenis media dan ruang
materialitas keluhan nasabah
a. Frekuensi keluhan nasabah. b. Materialitas keluhan
nasabah.
Keluhan nasabah diukur selama periode penilaian.
3. Penerapan manajemen resiko
Penerapan manajemen resiko, khususnya resiko reputasi bagi bank syariah, baik secara individual maupun bagi bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak paling tidakmencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi dan DPS
Bank syariah wajib menerapkan manajemen resiko melalui pengawasan aktif dewan komisaris, direksi, dan DPS untuk resiko reputasi. Selain melaksanakan pengawasan aktif, bank syariah perlu juga menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek pengawasan aktif oleh dewan komisaris, direksi dan DPS, yang mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Kewenangan dan tanggungjawab dewan komisaris dan direksi
a. Dewan komisaris dan direksi harus memberikan perhatian terhadap pelaksanaan manajemen resiko untuk resiko reputasi oleh unit-unit terkait (corporate secretary, humas, dan unit bisnis terkait).
b. Dewan komisaris dandireksi harus berperilaku secara profesional dan menjaga etika bisnis sehinggaa dapat menjadi contoh bagi seluruh elemen organisaasi bank syariah dalam upaya membangun dan menjaga reputasi.
c. Direksi harus menetapkan satuan kerja dan/fungsi yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada nasabah dan para pemangku kepentingan bank terkait dengan aktivitas bisnis dalam rangka mengendalikan resiko reputasi.
d. Dewan pengawas syariah harus malakukan evaluasi (review) atas kebijakan manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
evaluasi (review) atas kebijakan manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
f. Dewan pengawas syariah harus mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko khususnya aspek reputasi yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
2. Sumber daya insani
Kecukupan SDI untuk resiko reputasi mengacu pada cakupan penerapan manajemen resiko secara umum.
3. Organisasi manajemen rsiko reputasi
a. Seluruh pegawai termasuk manajemen unit bisnis dan aktivitas pendukung bank syariah harus menjadi bagian dari struktur pelaksanaan manajemen resiko untuk resiko reputasi, mengingat reputasi merupakan hasil dari seluruh aktivitas bisnis bank syariah. Peran manajemen unit bisnis adalah mengidentifikasi resiko reputasi yang terjadi pada bisnis atau aktivitas unit tersebut dan sebagai font linier dalam membangun dan mencegah resiko reputasi, khususnya terkiat hubungan dengan nasabah.
b. Satuan kerja yang melaksanakan manajemen resiko untuk resiko reputasi seperti corporate secretary, humas, investor relation, antara lain bertanggung jawab mencakup hal-hal berikut :
Menjalankan fungsi kehumasan dan merespon pemberitaan negatif atau kejadian lainnya yang mempengaruhi reputasi bank syariah dan dapat menyebabkan kerugian bank syariah.
Mengomunikasikan informasi yang dibutuhkan para pemangku kepentingan : investor, nasabah, kreditur, asosiasi dan masyarakat.
2. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek kebijakan, prosedur dan penetapan limit dalam menetapkan prosedur, kebijakan dan penetapan limit untuk resiko reputasi mencakup hal-hal berikut:
a. Strategi manajemen resiko.
b. Tingkat rasio yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi resiko (risk tolerance).
c. Kebijakan dan prosedur
pemangku kepentingan lainnya untuk mengendalikan resiko reputasi.
2. Bank syariah harus memiliki dan melaksanakan kebijakan komunikasi yang tepat dalam rangka menghadapi berita/publikasi yang bersifat negatif atau mencegah informasi yang cenderung kontraproduktif, antara lain dengan cara menerapkan strategi penggunaan media yang efektif untuk manghadapi berita negatif. 3. Bank syariah harus mempunyai protokol khusus untuk pengelolaan
reputasi pada saat krisis sehingga dapat dengan cepat mengantisipasi peningkatan resiko reputasi disaat krisis. Penilaian atas faktor ini mencakup struktur manajemen krisis dan prosedur manual manajemen krisis.
d. Limit
Limit resiko reputasi secara umum bukan merupakan limit yang dapat dikuantifikasi secara finansial. Sebagai contoh limit waktu merespon keluhan nasabah dan waktu menunggu dalam antrean untuk mendapat pelayanan.
3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian resiko serta SIM resiko reputasi.
Meliputi:
a. Identifikasi dan pengukuran resiko reputasi b. Pemantauan resiko reputasi
c. Pengendalian resiko reputasi
d. Sistem informasi manajemen resiko reputasi 4. Kasus resiko reputasi
Bank syariah Rania memiliki gross income sebesar Rp 5 milyar. Bank syariah ini menerapkan model internal. Komite Manajemen Resiko telah menetapkan
loss given event (LGE) sebesar 15%. Tabel berikut menjelaskan mengenai kebijakan exposure indicaator.
Bentuk resiko Nominal exposure indicaator
Pemberitaan negatif di media 3 milyar Total biaya promosi tahun sebelumnya Pelanggaran etika 2 milyar Total biaya promosi tahun sebelumnya Keluhan di media 2 milyar Total biaya promosi tahun sebelumnya
Peluang Persentase
Probabilitas resiko reputasi bank syariah Rania ditetapkan 0,09. Hitunglah
expected loss-nya dan total reputasinya?
Jawab:
expected loss adalah perkalian Average probability dengan LGE dan
Exposure indicator.expected loss dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:
No. Bentuk Risiko Reputasi Prob LGE Exposure indicator
expected loss
1. Pemberitaan negatif media a. Tentang pegawai b. Tentang performa bank c. Produk bank
2. Pelanggaran etika dalam a. Tidak transparannya
informasi keuangan
3. Keluhan di media a. Dari nasabah
Risiko reputasi
Gross Income
Risko reputasi adalah
Sangat rendah
Dibagi 3
0
5.000.000.00 0
94.500.000 31.500.000
0,63%
Kesimpulan:
Risiko reputasi Bank Syariah Rania sebesar Rp. 31.500.000 atau 0,63% dari pendapatan kotor. Pendapatan kotor adalah Rp. 5.000.000.000. dengan demikian, risiko reputasi Bank Rania dikategorikan sangat rendah (low).
B. Manajemen Resiko Strategik 1. Pengertian Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan linkungan bisnis. Risiko ini timbul antara lain karena suatu perusahaan menetapkan strategi yang kurang sejalan dengan visi dan misi perusahaan tersebut, melakukan analisa lingkungan strategis yang tidak komprehensif atau terdapat tidak kesesuaian rencana strategis antarlevel strategis. Selain itu, risiko strategis juga timbul karena kegagalan dalam mengantisipasi perubahan linkungan bisnis mencakup kegagalan dalam mengantisipasi perubahan teknologi, perubahan kondisi ekonomi makro, dinamika kompetisi di pasar, dan perubahan kebijakan otoritas terkait.2
Risiko strategis dapat bersumber antara lain dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, sistem informasi manajemen (SIM) yang kurang memadai, hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang kurang memadai, penetapan tujuan strategis yang terlalu agresif,
ketidaktepatan dalam implementasi strategi dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Kegagalan manajemen risiko strategis dapat menimbulkan penarikan besar-besaran dana pihak ketiga, menimbulkan maslah likuiditas, ditutupnya suatu perusahaan, dan bahkan mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, tujuan utama manajemen risiko strategis adalah untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari ketidaktepatan pengambilan keputusan strategis dan kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
2. Resiko inhern
Resiko inhern merupakan resiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank syariah, baik yang dapat dikualifikasikan maupun tidak, yang berpotensi memengaruhi posisi keuangan bank. Tabel dibawah ini menjelaskan parameter/indikator penting resiko strategis.
N O
Resiko Inheren Parameter/indikator Keterangan
1 Kesesuaian strategi
dengan kondisi
lingkungan bisnis
Penentapan tujuan strategis perlu mempertimbangkan faktor internal dan eksternal bisnis bank, yaitu:
a. Faktor internal yaitu:
Visi, misi dan arah bisnis.
Kultur organisasi.
Faktor kemampuan organisasi
Tingkat toleransi risiko.
b. Faktor Eksternal antara
Penilaian parameter antara lain untuk mengukur apakah penetapan sasaran strategis oleh dewan direksi, baik didukung dengan kondisi internal maupun eksternal dari lingkungan bisnis bank.
2 Strategi beresiko tinggi dan strategi beresiko rendah
Strategi beresiko rendah adalah strategi di mana bank melakukan kegiatan usaha pada pangsa pasar dan nasabah yang telah dikenal sebelumnya atau menyediakan produk yang bersifat tradisional sehingga
tingkat pertumbuhan usaha cenderung stabil dan dapat diprediksi. Sedangkan strategi berisiko tinggi adalah strategi di mana bank berencana masuk dalam area bisnis baru, baik pangsa pasar, produk, atau jasa dan nasabah baru.
3 Posisi bisnis bank Penillaian antara lain didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pasar di mana bank melkasanakan kegiatan usaha.
b. Kompetitor dan
keunggulan kompetitif.
c. Efisiensi dalam
melaksanakan kegiatan usaha.
d. Diversivikasi kegiatan usaha dan cakupan wilayah operasional.
e. Kondisi makro ekonomi dan dampaknya pada kondisi bank.
Seberapa besar tingkat keberhasilan/kegagalan bank dalam mencapai tujuan dapat dinilai berdasarkan posisi bank di pasar dan keunggulan kompetitif yang dimiliki, baik terhadap peer group maupun industri perbankan secara keseluruhan.
4 Pencapaian rencana bisnis bank
Realisasi RBB dibandingkan Tujuan penilaian antara lain untuk mengukur seberapa besar devisiasi realisasi RBB
dibandingkan dengan
perencanaan strategis bank.
3. Penerapan Manajemen Risiko Strategis
1. Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi dan DPS.
Bank syariah wajib melakukan penerapan manajemen risiko melalui pengawasan aktif oleh dewan komisaris, direksi dan DPS dalam penanganan risiko strategis, Bank syariah juga menambahkan beberapa hal dalam tiap aspek pengawasan aktif oleh dewan komisaris, direksi dan DPS, yaitu sebagai berikut:
Kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi dan DPS.
Sumber daya insani.
Organisasi manajemen risiko strategis. 2. Kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
Bank syariah perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam tiap aspek dalam melaksanakan Kebijakan, prosedur dan penetapan limit untuk risiko strategis yang meliputu hal-hal sebagai berikut:
Strategi manajemen risiko.
Tingkat risiko yang akan diambil (risk appeite) dan toleransi risiko (risk tolerance).
Kebijakan dan prosedur.
Limit.
3. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta SIM untuk risiko strategis..
Bank syariah perlu memperhatikan beberapa hal dalam melakukan penerapan manajemen risiko melalui aspek ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Identifikasi risiko strategis.
Pengukuran risiko strategis.
Pemantauan risiko strategis.
Pengendalian risiko strategis.
Sistem Infoemasi Manajemen risiko strategis. 4. Kasus resiko Strategi
Bank syariah Rania memiliki gross income sebesar Rp 5 milyar. Bank syariah ini menerapkan model internal. Komite Manajemen Resiko telah menetapkan
loss given event (LGE) sebesar 15%. kebijakan exposure indicaator ditetapkan seperti tercantum dibawah ini:
Bentuk resiko Nominal exposure indicaator
Keterlambatan respons perubahan eksternal 1.300 milyar Gross Income
Ketidaksesuaian realisasi 1.250 milyar Gross Income
Peluang Persentase
Sangat rendah <1,25%
Rendah 1,25-2,5%
Sedang 2,5-10%
Tinggi 10-20%
Sangat tinggi >20%
Probabilitas resiko bank syariah Rania ditetapkan 0,07. Hitunglah expected loss -nya dan total risiko strategi-nya?
Jawab:
expected loss adalah perkalian Average probability dengan LGE dan Exposure indicator.expected loss ditentukan seperti tabel di bawah ini:
No. Bentuk Risiko Reputasi Prob LGE Exposure indicator
expected loss
1. Keterlambatan respons perubahan eksternal
a. Kegagalan menangkap perubahan strategis eksternal
b. Ketidaktersediaan resourcs merespons perubahan strategis eksternal
c. Kegagalan perumusan
arah perubahan
strategis eksternal Average
0,07
0,07
0,07
0,07 0,15 1.300.000.00 0
13.650.000
2. Ketidaksesuaian realisasi a. Penetapan keputusan
bertentangan dengan strategi
b. Pelaksanaan keputusan bertentangan dari
0,07
strategi bank
c. Mis Interpretasi tujuan dan strategi bank Average
Jumlah Risiko strategi
Gross Income
Risko strategi adalah
0,07
0,07
Sangat rendah
0,15
Dibagi 2
1.250.000.00 0
5.000.000.00 0
13.125.000
26.775.000 13.387.500
0,27%
Kesimpulan:
Risiko strategis Bank Syariah Rania sebesar Rp. 13.387.500 atau 0,27% dari pendapatan kotor. Pendapatan kotor adalah Rp. 5.000.000.000. dengan demikian, risiko strategis Bank Rania dikategorikan sangat rendah (low).
PENUTUP Kesimpulan
Resiko reputasi adalah resiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan para pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank syariah. Kegagalan manajemen resiko reputasi dapat menimbulkan penarikan besar-besaran dana pihak ketiga, menimbulkan masalah liquiditas, ditutupnya bank oleh otoritas, dan bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
Risiko strategis adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan linkungan bisnis. Risiko strategis timbul karena kegagalan dalam mengantisipasi perubahan linkungan bisnis mencakup kegagalan dalam mengantisipasi perubahan teknologi, perubahan kondisi ekonomi makro, dinamika kompetisi di pasar, dan perubahan kebijakan otoritas terkait.
Penerpan manajemen risiko, khususnya risiko reputasi dan strategi bagi Bank Syariah, baik secara individual maupun bagi bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak paling tidak mencakup hal-hal sebagai berikut: Pengawasan aktif dewan komisaris, direksi dan DPS; Kebijakan, prosedur dan penetapan limit.; Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta SIM untuk risiko strategis.
Rustam, Bambang Rianto. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Tahun 2013.